1. Kisah ke-1 : Sedekahnya Aisyah r.ha (baca : rodhiallahu ‘anha) 5 Desember
2009
Filed under: Kisah — fadhilahsedekah @ 09:42
Pada suatu ketika Munkadir rah.a (baca : rahmatullahi ‘alaih) dating kepada Aisyah r.ha
untuk mengutarakan keperluannya yang sangat mendesak yakni untuk meminta bantuan
dalam maslah keuangan. Aisyah r.ha berkata “maaf, pada saat ini saya tidak mempunyai apa
apa. Seandainya saya mempunyai sepuluh ribu dirham, semuanya tentu akan saya berikan
kepadamu. Akan tetapi sekarang ini saya tidak mempunyai apa apa.” Kemudian Munkadir
rah.a pulang tetapi tidak lama kemudian datinglah Khalid bin Asad r.hu(baca : rodhiallahu
‘anhu) memberi hadiah uang sebesar sepuluh ribu dinar atau dirham kepada Aisyah r,ha.
Aisyah r.ha berkata “Saya sedang diuji dengan ucapan saya kepada Munkadir.” Kemudian ia
segera mengirimkan seluruh uang yang di terimanya itu kepada Munkadir rah.a. Dengan uang
seribu dirham pemberian Aisyah r.ha. itu, Munkadir rah.a membeli seorang hamba sahaya
perempuan yang kemudian dinikahinya. Dari pernkahan itu ia mendapatkan 3 orang anak
yakni Muhammad, Abu Bakar, dan Umar. Ketiga orang itu terkenal ke solehannyadi kota
Madinah Munawaroh. (Tahdzbihut-Tahdzib).
Sudah barang tentu Aisyah r.ha mendapat bagian segala keutamaan dari keutamaan ketiga
anak tersebut. Dialah penyebab lahirnya ketiga anak itu. Kisah kedermawanan Aisyah r.ha
banyak sekali di ceritakan, sebagaimana kisah kedermawanan ayahnya Abu Bakar r.hu. yang
sangat terkena. Kami telah menceritakan sebuah kisah dalam kitab Hayatus Shahabah dimana
ia telah membagikan bagikan dua kantong penuh berisi uang, yang berjumlah lebih dari
seratus ribu dirham untuk di bagi bagikan kepada fakir miskin tanpa meninggalkan satu
dirham pun, padahal ia membutuhkannya untuk berbuka puasa. Kisah semacam ini juga
terdapat dalam riwayat lain yang menyebutkan besarnya uang dalam kantong yang di berikan
kepada akir miskin sebesar 180.000 dirham. Tamim bin Urwah .r.hu. berkata “ Pada suatu
ketika saya melihat Aisyah r.ha, bibi ayah saya, membagi bagikan uang sebanyak 70.000
dirham, padahal saat itu ia mengenakan pakaian yang bertambal..” (Ithaf)
Ayat ke-1
Filed under: Mahfum Ayat — fadhilahsedekah @ 19:26
“(Kitab ini, yakni Alqur’an) adalah petunjuk bagi orang yang takut kepada Allah. (Yaitu)
mereka yang beriman kepada yang ghaib dan menegakan shalat, Dan menafkankan sebagian
rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab
(Alqur’an) yang telah di turunkan kepadamu, dan kitab kitab yang telah diturunkan sebelum
kamu, dan mereka yakin akan adanya (kehidupan) akherat. Mereka itulah yang berada di
atas jalan yang benar dari Tuhan mereka. Dan mereka lah orang yang beruntung.“ (Q.S Al
Baqarah :2-5)
Dalam ayat ini terdapat beberapa masalah yang perlu direnungkan :
a.) Petunjuk bagi orang yang takut kepada Allah SWT. Maksudnya adalah orang orang
yang tidak takut kepada Malik (Yang Maha Merajai seluruh alam), tidak menganggapnya
sebagai Malik. Dan tidak mengetahui penciptanya, tentu tidak akan dapat melihat jalan jalan
2. yang akan ditunjukan oleh Alqur’an. Jalan tersebut hanya dapat dilihat orang yang melihat.
Sedangkan orang yang tidak memiliki mata sebagai perantara untuk melihat tentu tidak akan
melihat apa apa. Begitu juga bagi orang yang dalam hatinya tidak mempunyai perasaan takut
kepada Malik, ia tentu tidak akan menghiraukan perintah Malik.
b.) Menegakan shalat. Maksudnya adalah hendaknya kita mengerjakan shalat dengan tertib,
penuh perhatian, dan menjaga adab adab dan syarat rukunnya. Adapun mengenai masalah
shalat ini perincian dan penjelasannya sudah di bicarakan dalam kitab Fadhilah Shalat.
Didalamnya dikutip perkataan Ibnu Abbas r.a. bahwa yang di maksud menegakan sholat
adalah mengerjakan ruku’ dan sujud dengan benar, tawajuh, dan sholat dikerjakan dengan
khusyu’. Qatadah rah.a berkata bahwa menegakan sholat adalah menjaga waktunya,
berwudhu dengan sempurna dan ruku’ serta sujud di kerjakan dengan benar.
c.) Mencapai falah adalah meliputi kebahagiaan dan kejayaan agama maupun dunia. Imam
Raghib rah.a menulis bahwa kejayaan dunia adalah tercapainya berbagai kebaikan sehingga
menjadikan kehidupan dunia menjadi baik, yaitu berupa kekayaan dan kemuliaan. Sedangkan
kejayaan ukhrawi meliputi (1) Kekal yang fana’ (2) Kekayaaan yang tidak disertai
kemiskinana (3)KEmuliaan yang didalamnya tidak ada kehinaan sedikitpun (4) Ilmu yang
tidak disertai kebodohan.
Lafadz falah jika di ucapkan secara mutlak, maka mengandung pengertian keduanya, yakni
kejayaan akherat dan dunia.
Kisah ke-2 : Memberi Sedekah dengan Tangan Sendiri
Filed under: Kisah — fadhilahsedekah @ 01:21
Dikeluarkan oleh At-Thabarani dan Al-Hasan bin Sufyan dari Muhammad bin Usman dari
Bapaknya katanya, “Harisah bin An-Nu’man telah kehilangan penglihatan matanya,
beliaupun mengikat benang dari kain sajadahnya ke biliknya. Apabila orang-orang miskin
peminta sedekah datang, beliau akan mengambil uang dari uncangnya dan dengan bantuan
benang tersebut, beliau menuju ke arah pintu itu untuk menyerahkan uang itu dengan
tangannya sendiri. Melihat keadaan yang demikian, keluarganya pun berkata, ‘Biarlah kami
melakukannya untuk untuk mu’, Sebaliknya beliau berkata: ‘Sesungguhnya aku mendengar
Rasulullah SAW telah bersabda,”Memberi sedekah kepada orang miskin dengan tangan
sendiri akan menyelamatkan seorang dari kematian di dalam kehinaan”.
Sebagaimana dalam Al-Ishabah.
Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim di dalam kitab Al-Ishabah dan Ibnu Mas’ud dari Muhammad
bin Usman dari Bapaknya.
Dikeluarkan oleh Ibnu Asakirdari Amru Al-Laithi katanya, “Kami berada di sisi Wasilah bin
Al-Ashqa ra. ketika seorang peminta sedekah datang. Amru ra. pun mengambil sekeping roti
dan meletakkan beberapa keping uang di atas roti tersebut lalu bangun untuk memberikannya
kepada peminta sedekah itu. Akupun berkata, Ya Ashqa’! adakah sesiapa dikalangan ahli
keluargamu yang dapat melakukannya untuk mu? Beliau menjawab, “Ya, akan tetapi
barangsiapa bangun untuk memberikan sesuatu kepada orang miskin, setiap langkahnya
menuju kepada si miskin itu akan menghapuskan satu kejahatan. Apabila ia meletakkannya di
3. atas telapak tangan si peminta sedekah lalu kembali duduk di tempatnya, setiap langkahnya
akan menghapuskan sepuluh kejahatan”. Sebagaimana dalam Al-Kanz.
Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad daripada Nafi’ sesungguhnya Ibnu Umar r.anhuma telah
mengumpulkan ahli keluarganya duduk menghadap sebuah mangkuk yang besar untuk
menikmati minuman setiap malam. Kadang-kadang beliau terdengar suara peminta sedekah
di luar rumah meminta makanan, lalu beliaupun bangun dan membawa bagiannya yang
terdiri dari daging dan roti lalu memberikannya kepada peminta sedekah tersebut. Beliau
tidak akan kembali duduk ke tem,patnya sehinggalah makanan itu habis diambil peminta itu.
Jika terdapat makanan yang berlebihan, beliau akan makan, jika tidak beliau akan berpuasa
sepanjang harinya.
Hadist ke-1
Filed under: Mahfum Hadist — fadhilahsedekah @ 11:50
“Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah
kepadamu.” (HR. Muslim)
Ayat ke-2 25 November 2009
Filed under: Mahfum Ayat — fadhilahsedekah @ 17:37
Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan
(pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi
Maha Penyantun. (QS. 64:17)
4. KUMPULAN 10 HADIST - FADHILAH SEDEKAH
30 Desember2009 pukul 10:41
1. Dari Abu Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda, “Seandainya aku mempunyai emas sebesar
gunung Uhud, sungguh aku gembira apabila ia tidak tertinggal di sisiku selama tiga malam,
kecuali aku sediakan untuk membayar utang.” (Bukhari)
2. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Ketika seorang hamba berada pada
waktu pagi, dua malaikat akan turun kepadanya, lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah
pahala kepada orang yang menginfakkan hartanya.’ Kemudian malaikat yang satu berkata,
‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil.” (Muttafaq ‘Alaih).
3. Dari Abu Umamah r.a., Nabi saw. bersabda, “Wahai anak Adam, seandainya engkau
berikan kelebihan dari hartamu, yang demikian itu lebih baik bagimu. Dan seandainya
engkau kikir, yang demikian itu buruk bagimu. Menyimpan sekadar untuk keperluan tidaklah
dicela, dan dahulukanlah orang yang menjadi tanggung jawabmu.” (Muslim).
4. Dari Uqbah bin Harits r.a., ia berkata, “Saya pernah shalat Ashar di belakang Nabi saw., di
Madinah Munawwarah. Setelah salam, beliau berdiri dan berjalan dengan cepat melewati
bahu orang-orang, kemudian beliau masuk ke kamar salah seorang istri beliau, sehingga
orang-orang terkejut melihat perilaku beliau saw. Ketika Rasulullah saw. keluar, beliau
merasakan bahwa orang-orang merasa heran atas perilakunya, lalu beliau bersabda, ‘Aku
teringat sekeping emas yang tertinggal di rumahku. Aku tidak suka kalau ajalku tiba nanti,
emas tersebut masih ada padaku sehingga menjadi penghalang bagiku ketika aku ditanya
pada hari Hisab nanti. Oleh karena itu, aku memerintahkan agar emas itu segera dibagi-
bagikan.” (Bukhari).
5. Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa seseorang telah bertanya kepada Nabi saw., “Ya
Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?” Rasulullah saw.
bersabda, “Bersedekah pada waktu sehat, takut miskin, dan sedang berangan-angan menjadi
orang yang kaya. Janganlah kamu memperlambatnya sehingga maut tiba, lalu kamu berkata,
‘Harta untuk Si Fulan sekian, dan untuk Si Fulan sekian, padahal harta itu telah menjadi milik
Si Fulan (ahli waris).” (H.r. Bukhari, Muslim).
6. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Seorang laki-
laki dari Bani Israil telah berkata, ‘Saya akan bersedekah.’ Maka pada malam hari ia keluar
untuk bersedekah. Dan ia a telah menyedekahkannya (tanpa sepengetahuannya) ke tangan
seorang pencuri. Pada keesokan harinya, orang-orang membicarakan peristiwa itu, yakni ada
seseorang yang menyedekahkan hartanya kepada seorang pencuri. Maka orang yang
bersedekah itu berkata, “Ya Allah, segala puji bagi-Mu, sedekah saya telah jatuh ke tangan
seorang pencuri.” Kemudian ia berkeinginan untuk bersedekah sekali lagi. Kemudian ia
bersedekah secara diam-diam, dan ternyata sedekahnya jatuh ke tangan seorang wanita (ia
beranggapan bahwa seorang wanita tidaklah mungkin menjadi seorang pencuri). Pada
keesokan paginya, orang-orang kembali membicarakan peristiwa semalam, bahwa ada
seseorang yang bersedekah kepada seorang pelacur. Orang yang memberi sedekah tersebut
berkata, “Ya Allah, segala puji bagi-Mu, sedekah saya telah sampai ke tangan seorang
pezina.” Pada malam ketiga, ia keluar untuk bersedekah secara diam-diam, akan tetapi
sedekahnya sampai ke tangan orang kaya. Pada keesokan paginya, orang-orang berkata
bahwa seseorang telah bersedekah kepada seorang kaya. Orang yang telah memberi sedekah
itu berkata, “Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Sedekah saya telah sampai kepada seorang
5. pencuri, pezina, dan orang kaya.” Pada malam berikutnya, ia bermimpi bahwa sedekahnya
telah dikabulkan oleh Allah swt. Dalam mimpinya, ia telah diberitahu bahwa wanita yang
menerima sedekahnya tersebut adalah seorang pelacur, dan ia melakukan perbuatan yang keji
karena kemiskinannya. Akan tetapi, setelah menerima sedekah tersebut, ia berhenti dari
perbuatan dosanya. Orang yang kedua adalah orang yang mencuri karena kemiskinannya.
Setelah menerima sedekah tersebut, pencuri tersebut berhenti dari perbuatan dosanya. Orang
yang ketiga adalah orang yang kaya, tetapi ia tidak pernah bersedekah. Dengan menerima
sedekah tersebut, ia telah mendapat pelajaran dan telah timbul perasaan di dalam hatinya
bahwa dirinya lebih kaya daripada orang yang memberikan sedekah tersebut. Ia berniat ingin
memberikan sedekah lebih banyak dari sedekah yang baru saja ia terima. Kemudian, orang
kaya itu mendapat taufik untuk bersedekah.” (Kanzul)