3. Diksi atau pilihan kata adalah kata atau
kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu
dalam menulis atau berbicara (Kridalaksana,
1984:35). Untuk mendapatkan efek tertentu itu,
seseorang yang akan berbicara atau menulis
harus memilih kata yang dapat mewakili
gagasannya dengan tepat.
4. Ketepatan Diksi
Ketepatan kesanggupan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat
pada imajinasi pembaca, seperti apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis (Keraf
2002:87).
Kesesuaian Diksi
Kesesuaian atau kecocokan diartikan sebagai
pilihan kata yang cocok dengan konteks,
seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan
lain-lain.
5. Keraf (2002:88-89) menjelaskan syarat ketepatan diksi
adalah sebagai berikut:
Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi.
Membedakan dengancermat kata-kata yang bersinonim.
Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing ,
terutama kata-kata asing yang mengandung akhiran
asing tersebut.
Kata kerja yang menggunakan kata depan harus
digunakan secara idiomatic.
Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembaca
harus membedakan kata umum dan kata khusus.
Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan
persepsi yang khusus.
Memperlihatkan perubahan makna yang terjadi pada
kata-kata yang sudah dikenal.
Memperhatikan kelangsungan pilihan kata (teknik
pemilihan kata).
6. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian:
Mencakupi soal kata mana yang akan
digunakan dalam kesempatan tertentu.
Dalam persoalan ketepatan kata, kita
bertanya apakah pilihan kata yang dipakai
sudah tepat sehingga tidak akan
menimbulkan interpretasi yang berlainan
antara penulis dan pembaca. Sedangkan
dalam kesesuaian kata, kita mempersoalkan
apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang
dipergunakan tidak merusak suasana atau
menyinggung perasaan.
7. Agar kata-kata yang dipergunakan tidak
mengganggu suasana dan menimbulkan ketegangan
antara penulis dan pembaca, maka perlu
memperhatikan syarat-syarat berikut.
Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsure
substandar dalam suatu situasi yang formal.
Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang
khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya
penulis mempergunakan kata-kata popular.
Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca
umum.
Sejauh mungkin hindarilah pemakaian kata-kata
slang.
Dalam penulisan jangan mempergunakan kata
percakapan.
Hindarilah ungkapan-ungkapan using (idiom yang
mati).
Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artificial.
8. Parera (1982) menyatakan bahwa kalimat efektif
tidak saja menyampaikan pesan, berita, atau
amanat, tetapi juga merakit gagasan ke dalam
bentuk yang lebih kompleks dan kesatuan
pikiran yang utuh.
Razak (1988) mengungkapkan bahwa kalimat
efektif dikenal dalam hubungannya dengan
fungsi kalimat sebagai alat komunikasi. Kalimat
dikatakan efektif bila mampu membuat proses
penyampaian dan penerimaan pesan berlangsung
dengan sempurna.
Berdasarkan pernyataan di atas, kalimat dikatakan
efektif bila mampu menimbulkan gagasan yang
sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang
dipikirkan penulis.
9. Ciri kalimat efektif
Ciri-ciri kalimat efektif adalah sebagai
berikut.
1. Memiliki keutuhan dan kesatuan
gagasan.
2. Memiliki perpautan atau kepaduan.
3. Memiliki pemusatan perhatian atau
penekanan.
4. Memiliki kehematan.
5. Memiliki kevariasian.
6. Kesejajaran atau paralelisme.
10. Paragraf atau alinea adalah bagian terkecil
dalam karya tulis yang menyatakan suatu
kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih
luas dari kalimat (Keraf, 1984). Seluruh paragraf
memperbincangkan satu masalah atau
sekurang-kurangnya berkaitan erat dengan
masalah itu (Arifin 1988:125). Jadi, paragraf
adalah bagian-bagian karangan yang terdiri
atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara
utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan
pikiran.
11. Paragraf yang baik hendaknya
memenuhi dua syarat, yaitu
kesatuan dan kepaduan (Arifin
1988:126;Soedjito 1991;30).
Selanjutnya Sakri (1992:2)
menambahkan ciri ketiga paragraf
yang baik, yaitu memiliki isi yang
memadai.
12. Kesatuan
Adalah semua kalimat yang menyusun paragraf
bersama-sama menguraikan dan terpusat pada
satu tema atau satu gagasan saja. Apabila
dalam sebuah karangan penulis berbicara
tentang karies pada anak misalnya, maka untuk
menjaga kesatuan gagasan sebaikn ya ia tidak
beralih kepada karies orang dewasa pada
paragraf yang sama. Karies pada orang dewasa
dapat diuraikan dalam paragraf berikutnya.
13. Kepaduan atau koherensi
Adalah penyusunan kalimat secara logis dan
kekompakkan hubungan antara kalimat-kalimat
yang membentuk paragraf. Untuk mewujudkan
kepaduan dalam paragraf, kalimat-kalimat
perlu disusun dalam urutan yang sistematis dan
masuk akal. Selain itu, untuk merangkai kalimat
yang satu dengan kalimat berikutnya menjadi
kesatuan yang harmonis dapat digunakan kata
ganti, transisi, atau pengulangan kata kunci
(Arifin & Tasai, 1993)
14. Kata ganti
Berbagai kata ganti untuk
merangkaikan kalimat dalam paragraf
ialah:
1. Kata ganti orang pertama, kedua,
atau ketiga, tunggal atau jamak,
seperti saya, kami, kamu, saudara
sekalian, dia, beliau, mereka, dan
kata gantikepunyaan, seperti –mu
dan –nya.
2. Kata ganti lain, seperti itu, di sini,
ke sana, begitu, demikian.
15. Kata transisi
Kata transisi digunakan untuk menunjukkan
berbagai hubungan.
1. Hubungan tambahan yang ditandai dengan
rambu-rambu.
2. Hubungan pertentangan dengan rambu-rambu.
3. Hubungan perbandingan dengan rambu-rambu.
4. Hubungan akibat dengan rambu-rambu.
5. Hubungan tujuan dengan rambu-rambu.
6. Hubungan singkatan dengan rambu-rambu.
7. Hubungan waktu dengan rambu-rambu.
8. Hubungan tempat dengan rambu-rambu
(Arifin & Tasai, 1993)
16. Pengulangan kata kunci
Kekompakan antar-kalimat dalam
paragraf dapat pula dicapai dengan
pengulangan kata kunci. Namun
untuk menghindarkan kebosanan di
pihak pembaca, pengulangan ini
perlu dilakukan dengan hati-hati
dan tidak terlalu sering (Sakri,
1988, Arifin dan Tasai, 1993).
17. Isi yang memadai
Adalah pengembangan paragraf dengan
sejumlah rincian yang terpilih dengan patut
sebagai pendukung pokok pikiran paragraf.
Gagasan dalam paragraf perlu dikembangkan
atau dirinci agar pembaca memperoleh makna
yang ingin disampaikan oleh penulis. Dalam
paragraf yang memadai terdapat kalimat utama
dan beberapa kalimat penjelas.
18. Macam-macam Paragraf
Dilihat dari segi kalimat topic, paragraf
dibedakan atas paragraf deduktif, induktif, dan
campuran (Soedjito 1991:12-15 dalam Doyin
dkk.2003).
1. Paragraf deduktif letak kalimat topiknya
berada di awal paragraf.
2. Paragraf induktif letak kalimat topiknya
berada di akhir paragraf.
3. Paragraf campuran atau deduktif-induktif
letak kalimat topiknya berada di awal dan di
akhir paragraf.
19. Paragraf dilihat dari jenisnya dibedakan atas
paragraf pembuka, pengembang, dan penutup
(Arifin 1988:131).
1. Paragraf pembuka merupakan pembuka atau
pengantar untuk sampai pada isi yang akan
dipaparkan di dalam karangan. Paragraf ini
hendaknya menarik minat dan perhatian
pembaca.
2. Paragraf pengembang adalah paragraf yang
terletak antara paragraf pembuka dan penutup.
Paragraf ini mengemukakan inti persoalan yang
akan dikemukakan.
3. Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat
pada akhir karangan. Paragraf ini biasanya berisi
simpulan, saran-saran, atau pendapat pribadi
pengarang.
20. Dilihat dari segi teknik pemaparan, paragraf dibedakan
atas:
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang berisi
lukisan apa yang tertangkap oleh indera, baik yang
terlihat, terdengar, terasa, teraba, atau tercium.
Paragraf ekspositoris (paparan) menampakkan suatu
objek. Penyampaiannya dapat menggunakan analisis
kronologis.
Paragraf argumentative bersifat membujuk atau
meyakinkan pembaca dengan cara memaparkan alas
an-alasan, fakta-fakta, atau bukti-bukti suatu
pendapat atau gagasan pemecahan sebuah masalah.
Paragraf naratif umumnya disampaikan denga
bercerita. Oleh karena itu, paragraf naratif umumnya
ditemukan dalam novel, cerpen, dan hikayat.
21. Pengembangan paragraf
Mengarang adalah mengembangkan
beberapa kalimat topic. Dalam mengarang,
kita harus mengembangkan paragraf demi
paragraf. Oleh karena itu, kita harus
mengembangkan kalimat topic.
22. Teknik pengembangan paragraf
Menggunakan ilustrasi
Kalimat topic dilukiskan dan digambarkan
dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga
ada gambaran pada diri pembaca.
Dengan analisis
Yaitu apa yang dinyatakan kalimat topic
dianalisi secara logis sehingga pernyataan
tadi merupakan sesuatu yang meyakinkan.
23. Dalam pratik pengembangan paragraf, kedua teknik di
atas dapat dirinci menjadi beberapa cara yang lebih
praktis di antaranya:
Pengembangan paragraf dengan memaparkan hal-hal
khusus (umum-khusus/khusus-umum), berupa
paragraf deduktif dan induktif
Pengembangan paragraf dengan pemberian contoh
yang umum, representative, dan dapat mewakili
keadaan sebenarnya.
Pengembangan paragraf dengan menampilkan fakta-
fakta.
Pengembangan paragraf dengan memberikan alasan-
alasan, berupa sebab-akibat dan akibat-sebab.
Pengembangan paragraf dengan perbandingan.
Pengembangan paragraf dengan definisi lebih luas
dipakai untuk mengembangkan pokok pikiran.
Pengembangan paragraf dengan campuran.
24. Diksi atau pilihan kata adalah kata atau kejelasan lafal untuk
memperoleh efek tertentu dalam menulis atau berbicara
(Kridalaksana, 1984:35).
hal-hal yang menjadi syarat dari diksi ialah : Ketepatan, dan
kesesuaian diksi.
kalimat dikatakan efektif bila mampu menimbulkan gagasan yang
sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang dipikirkan
penulis.
paragraf adalah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-
kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan
satu kesatuan pikiran.
Paragraf yang baik hendaknya memenuhi dua syarat, yaitu kesatuan
dan kepaduan, ciri ketiga paragraf yang baik, yaitu memiliki isi yang
memadai.
Dilihat dari segi kalimat topic, paragraf dibedakan atas paragraf
deduktif, induktif, dan campuran (Soedjito 1991:12-15 dalam Doyin
dkk.2003).