tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
Ekonomi bab 19
1. 1. Dalam suatu perekonomian sederhana anggaplah bahwa semua pendapatan berbentuk
kompensasi karyawan atau laba. Anggap juga bahwa tidak ada pajak tak langsung. Hitunglah
produk domestik bruto dari kelompok angka berikut ini. Perlihatkan bahwa pendekatan
pengeluaran dan pendekatan pendapatan menghasilkan angka yang sama.
Konsumsi $5.000
Investasi $1.000
Depresiasi $600
Laba $900
Ekspor $500
Kompensasi karyawan $5.300
Pembelian Pemerintah $1.000
Pajak langsung $800
Tabungan $1.100
Impor $700
Jawaban:
Pendekatan pengeluaran
GDP = C + I + G + (X-M)
= 5.000 + 1.000 + 1.000 + (500 – 700)
= 6.800
Pendekatan pendapatan
GDP = Kompensasi Karyawan + Laba + Depresiasi
= 5.300 + 900 + 600
= 6.800
Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa untuk menghitung besarnya produk domestik
bruto (GDP) dengan menggunakan kedua pendekatan, akan menghasilkan nilai yang sama.
Dalam pendekatan pendapatan, Tabungan dan pajak langsung tidak dimasukkan dalam
perhitungannya. Tabungan dan pajak langsung adalah elemen untuk menghitung personal
income yang nantinya berpengaruh pada perhitungan Net National Income (NNI).
2. Bagaimana kita bisa tahu bahwa menghitung GDP dengan pendekatan pengeluaran
menghasilkan jawaban yang sama dengan menghitung GDP dengan pendekatan pendapatan?
Jawaban :
2. Untuk menghitung GDP disuatu negara dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu
dengan:
a. Pendekatan Pendapatan.
PDB Merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi. Sementara
pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi:
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk
tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
b. Pendekatan Pengeluaran.
PDB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir. Rumus umum untuk PDB
dengan pendekatan pengeluaran adalah:
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor - impor)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh
sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan
sektor luar negeri.
Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan
angka yang sama. Karena tiap pembayaran (pengeluaran) oleh seorang pembeli pada saat
itu adalah pendapatan (penerimaan) untuk penjual. Jadi semua pendapatan yang diterima
oleh pemilik faktor-faktor produksi akan sama dengan jumlah pengeluarannya. Gambaran
mudahnya pada perekonomian 2 sektor. Sewa,upah,bunga dan laba yang diterima oleh
pemilik faktor produksi akan digunakan untuk konsumsi dan investasi.
3. Seperti ditunjukan oleh table berikut, GNP dan GNP riil hamper sama pada tahun 1972, tapi
ada selisih $300 miliar menjelang pertengahan 1975. Terangkan sebabnya!
Jawaban :
Pada pertengahan tahun 1975 atau kuartal kedua terdapat selisih 300 milyar antara GDP Riil
an Nominal yang disebabkan oleh penurunan produksi yang dipengaruhi oleh kenaikan
tingkat harga sehingga GDP Nominal menjadi lebih tinggi dari GDP riil. Hal tersebut adalah
sebuah kondisi stagflasi dimana terjadi inflasi yang melambung namun pertumbuhan
perekonomian stagnant atau mundur. Ini adalah sebuah keadaan resesi ini. Kenaikan inflasi
sesuai data yang ditunjukan pada GDP Deflator dari tahun awal adalah sebesar 5,07 % dan
penurunan jumlah produksi yang ditunjukan pada perubahan GDP rill dari tahun awal adalah
sebesar 5,00 %. Data tersebut menunjukan pada kurun waktu tersebut inflasi semakin
meningkat dan puncaknya pada tahun 1975.
3. 4. Sebutkan masalah dalam menggunakan bobot tetap untuk menghitung GDP Riil dan indeks
harga. Bagaimana pendekatan BEA untuk memecahkan masalah ini ?
Jawaban :
Terdapat beberapa masalah dalam penggunaan bobot harga tetap untuk menghitung GDP
Riil. Pertama bobot harga tahun 1987, bobot harga terakhir yang digunakan BEA (Biro
Analisis Ekonomi AS) cenderung kurang akurat untuk katakanlah 1950-an. Banyak perubahan
structural telah terjadi dalamperekonomian AS pada 40 hingga 50 tahun terakhir, dan
sepertinya tidak mungkin bahwa harga tahun 1987 adalah bobot yang baik untuk digunakan
pada kurun 1950-an.
Masalah lain adalah bahwa penggunaan bobot harga tetap tidak memperhitungkan
tanggapan dalam perekonomian terhadap pergeseran penawaran.
Tabel :
Produksi Harga per unit GDP pada
tahun 1
dalam
harga
tahun 1
GDP pada
tahun 2
dalam
harga
tahun 1
GDP pada
tahun 1
dalam
harga
tahun 2
GDP pada
tahun 2
dalam
harga
tahun 2
Tahun
1 (Q1)
Tahun
2 (Q2)
Tahun
1 (P1)
Tahun
2 (P2)
Barang
A
Barang B
Barang C
Total
6 11 0.50 0.40 3.00 5.50 2.40 4.40
7 4 0.30 1.00 2.10 1.20 7.00 4.00
10 12 0.70 0.90 7.00
12.10
15.10 9.00 19.20
19.20
Tabel diatas dapat dilihat bahwa :
Harga barang A lebih tinggi pada tahun 1 , peningkatan produksi barang A diberi bobot lebih
jika kita menggunakan tahun 1 sebagai tahun dasar daripada jika kita menggunakan tahun 2
sebagai tahun dasar. Selain itu, karena harga barang B lebih rendah pada tahun 1,
penurunan produksi barang B diberi bobot lebih rendah jika kita menggunakan tahun 1
sebagai tahun dasar. Efek ini membuat perubahan keseluruhan dalam GDP Riil lebih besar
jika kita menggunakan harga tahun 1 dibanding jika kita menggunakan bobot harga tahun 2.
BEA cenderung memindahkan tahun dasar ke tahun berikutnya tiap 5 tahun, yang
4. menyebabkan estimasi pertumbuhan GDP tahun sebelumnya direvisi ke bawah. Mengubah
estimasi pertumbuhan GDP tahun sebelumnya tidak disukai hanya karena perubahan
terhadap tahun dasar baru. Oleh karena itu BEA beralih ke prosedur baru menghindari
banyak masalah bobot tetap seperti ini.
Masalah yang serupa timbul ketika menggunakan bobot kuantitas tetap untuk menghitung
indeks harga. Prosedur bobot tetap mengabaikan substitusi barang yang harganya
meningkat dan pemilihan barang yang harganya turun atau meningkat kurang cepat.
Prosedur ini cenderung menilai terlalu tinggi peningkatan dalam tingkat harga keseluruhan.
Pad intinya tidak ada cara yang tepat untuk menghitung GDP Riil. Perekonomian meliputi
banyak barang, masing-masing memiliki harganya sendiri, dan tidak ada cara yang pasti
untuk menjumlahkan semua produksi barang yang bermacam-macam. Kita bisa mengatakan
bahwa prosedur baru BEA untuk menghitung GDP Riilmenghindari masalah yang
berhubungan dengan penggunaan bobot tetap.
5. Terangkan apakah perhitungan ganda itu dan bahaslah mengapa GDP tidak sama dengan
penjualan total ?
Jawaban :
Perhitungan ganda adalah memasukan nilai barang perantara pada barang inti (keseluruhan),
nilai barang inti atau nilai barang adalah barang perantara + barang inti. Hal inilah yang
dinamakan perhitungan ganda (double counting) sebagai ilustrasi dalam memproduksi satu
botol softdrink Perusahaan X membayar Perusahaan Y sebesar Rp. 100,- per botol untuk
memproduksi botol (bungkusan). Perusahaan X menggunakan botol ini untuk mengepak atau
sebagai wadah untuk menjadi satu minuman softdrink yang siap dijual. Perusahaan X
menjualnya seharga Rp. 2.000,- per botol. Nilai soft drink tersebut termasuk botolnya adalah
Rp. 2.000,-. Jika dalam perhitungan ganda menjadi Rp. 2.000 + Rp 100. Jadi yang dimaksud
dengan perhitungan ganda adalah nilai per botol ditambah dengan harga botolnya.
GDP adalahnilai pasartotal semua barang dan jasaakhir yang diproduksi dalam suatu periode
tertentu oleh factor produksi yang terletak dalam suatu Negara. Dari pengertian GDP tersebut
dapat dikatan bahwa GDP hanya menghitung penjualan akhir bukan dari seluruh total
penjualan. Hal ini dikarenakan pada konsepnya GDP hanya memperhitungkan adanya
produksi baru atau saat ini pada suatu Negara. Barang lama tidak dihitung dalamGDP saat ini
karena telah dihitung sebelumnya pada saat diproduksi. Dalam GDP mengabaikan semua
transaksi dimana uang atau barang berpindah tangan kecuali jika ada barang & jasa baru yang
diproduksi.
5. Penjualan Total adalah keseluruhan nilai penjualan baik penjualan total tidak memperhatikan
apakah barang tersebut merupakan produksi baru atau produksi lama.
Jadi kesimpulannya GDP tidak sama dengan penjualan total karena dalam GNP hanya
memperhitungkan nilai penjualan akhir (produksi baru tanpa memasukkan nilai perantara)
sedangkan penjualan total merupakan keseluruhan nilai / penjualan baik itu produksi saat ini
maupun produksi lama. Hal inilah yang membedakan antara GDP dan Penjualan Total.
6. Tabel berikut ini menyajikan beberapa angka dari perkiraan GDP riil dan populasi yang
dilakukan pada tahun 2003. Menurut perkiraan itu, kira-kira berapa banyak kah pertumbuhan
riil yang akan terjadi antara 2005 dan 2006? Berapakah GDP per kapita yang diproyeksikan
pada tahun 2005 dan 2006? Hitunglah perkiraan tingkat perubahan GDP riil dan GDP riil
perkapita antara 2005 dan 2006.
GDP riil 2005 (miliaran) $10.517
GDP riil 2006 (miliaran) $10.857
Populasi 2005 (jutaan) 295,3
Populasi 2006 (jutaan) 297,8
Jawaban:
Pertumbuhan riil yang akan terjadi antara tahun 2005 dan 2006?
GDP riil 2006 – GDP riil 2005 X 100 %
GDP riil 2005
$10.517 - $10.857 X 100% = 3,2 %
$10.517
Berapakah GDP per kapita yang diproyeksikan pada tahun 2005 dan 2006?
GDP per kapita tahun 2005 = GDP riil 2005
Populasi 2005
$10.517 = $35.615
295,3
GDP per kapita tahun 2006 = GDP riil 2006
Populasi 2006
$10.857 = $36.457
297,8
Perkiraan tingkat perubahan GDP riil dan GDP riil per kapita antara tahun 2005 dan 2006.
6. GDP perkapitatahun 2006 - GDP per kapita 2005 X 100 %
GDP perkapitatahun 2005
$36.457 - $35,615 X 100 % = 2,3 %
$35.615
8. Selama 2002, GDP riil di Jepang meningkat sekitar 1,3 persen. Selama periode yang sama,
penjualan eceran di Jepang turun 1,8 persen secara riil. Berikan beberapa penjelasan yang
mungkin terkait turunnya penjualan secara eceran pada konsumsi ketika GDP naik.
Jawaban:
Gross Domestic Product / Produk Domestik Bruto adalah penghitungan yang digunakan oleh
suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada
dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara
geografis.
Sementara untuk menghitung GDP/PDB melalui pendekatan pengeluaran, dapat dihitung
sebagai berikut:
Hal dimana GDP suatu negara dapat meningkat sementara penjualan eceran di negara
tersebut turun dapat saja terjadi apabila:
1. Ekspor neto cukup besar;
2. Pengeluaran pemerintah besar;
3. Investasi cukup besar;
GDP atau PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor - impor)
7. 9. Manakah dari transaksi berikut ini yang tidak akan dihitung dalam GDP? Terangkan jawaban
Anda.
a. Anda Membeli salinan bekas buku teks ini.
b. Pemerintah Membayar Tunjangan Jaminan Sosial.
c. Sebuah instansi publik memasang peralatan antipolutan baru di cerobong asap.
d Pizza Luigi membeli 15 kilogram keju mozzarella, menyimpannya dalam persediaan
selama 1 bulan dan kemudian menggunakannya untuk membuat Pizza (yang kemudian
dijualnya).
e. Anda menghabiskan akhir pekan untuk membersihkan kos-kosan.
f. Bandar narkoba menjual narkotika illegal seharga $ 500.
Jawaban:
GDP adalah nilai pasar total output suatu Negara yang berupa barang dan jasa akhit dalam
suatu periode waktu tertentu oleh factor-faktor produksi yang berlokasi dalam suatu Negara.
a. Pembelian buku bekas teks : Tidak Dihitung
GDP hanya dihubungkan dengan produksi baru, dimana output lama tidak dihitung dalam
GDP saat ini karena telah dihitung sebelumnya pada saat produksi. Jika kita tetap
memasukkan pembelian buku bekas inike dalamkomponen perhitungan GDP, maka akan
terjadi perhitungan ganda. Maka, seluruh transaksi perpindahan kepemilikan atas barang
dan jasa diabaikan dalam penghitungan GDP kecuali atas barang dan jasa yang baru
diproduksi.
b. Pemerintah Membayar Tunjangan Jaminan Sosial : Dihitung
c. Sebuah instansi Publik memasang peralatan antipolutan baru di cerobong asap: Dihitung
Pemasangan peralatan antipolutan baru pada cerobong asap merupakan salah satu
bentuk investasidalamnegeri bruto yang berasaldari sektor swastayang seterusnya akan
membentuk investasi nonperumahan. Pemasangan cerobong ini merupakan barang yang
dibeli oleh instansi dengan tujuan penggunaan akhir, sehingga menjadi bagian dalam
penjualan akhir. Maka dari itu, penjualan akhir yang berupa pemasangan peralatan
antipolutan menjadi salah satu komponen pembentuk investasi (I) dan diperhitungkan
dalam menghitung GDP.
d. Pizza Luigi membeli 15 kilogram keju mozzarella, menyimpannya dalam persediaan
selama 1 bulan dan kemudian menggunakannya untuk membuat Pizza (yang kemudian
dijualnya): Tidak Dihitung.
Pizza Luigi memproduksi pizza, sehingga membutuhkan bahan baku berupa keju
mozzarella. Keju mozzarella yang dibeli merupakan barang perantara, dimana keju
tersebut diproduksi oleh suatu perusahaan tertentu untuk digunakan dalam proses
berikutnya oleh perusahaan lain.Karena dalampenjualan pizza tersebut akan terkandung
8. harga keju mozzarella, maka untuk menghindari perhitungan ganda, pada saat penjualan
keju mozzarella oleh pizza luigi tidak dimasukkan sebagai komponen pengeluaran.
e. Anda menghabiskan akhir pekan untuk membersihkan kos-kosan: Tidak Dihitung.
Kegiatan membersihkan kos yang dilakukan diri sendiri tidak merupakan salah satu
bentuk hasil produksi katenagakerjaan karena dilakukan oleh diri sendiri tanpa mendapat
imbalan atas apa yang dikerjakan. Atas pekerjaan yang dilakukan tersebut tidak dapat
memenuhi komponen dalam menghitung GDP, lain halnya jika dilakukan oleh pihak lain
dan atas jasa tersebut memperoleh imbalan yang telah disepakati, nilai imbalan tersebut
dianggap sebagai komponen GDP dengan pendekatan pendapatan.
f. Bandar narkoba menjual narkotika illegal seharga $ 500: Tidak Dihitung.
Keterbatasan dalam penghitungan GDP adalah tidak memasukan transaksi yang terjadi
pada “underground economy”. Perekonomian seperti sektor informal atau sektor illegal
seperti penjualan narkoba dan sektor lain yang sulit tercatat oleh negara tidak masuk
dalam perhitungan PDB. Oleh karena itu, pendapatan atas penjualan illegal narkotika
tidak termasuk dalam komponen perhitungan PDB.
10. Jika Anda membeli mobil baru, pembelian keseluruhan dihitung sebagai konsumsi pada
tahun ketika Anda melakukan transaksi. Terangkan dengan singkat mengapa hal ini
merupakan “kesalahan” dalam perhitungan pendapatan nasional. (Petunjuk: Mengapa
pembelian mobil berbeda dengan pembelian pizza?) Bagaimana anda bisa mengkoreksi
kesalahn ini?
Jawaban
Pengukuran GDP salah satunya dilakukan dengan pendekatan pengeluaran, yang terdiri dari
4 komponen, dimana komponen konsumsi pribadi termasuk didalamnya (C).Total nilaipasar
dari barang-barang dan jasa-jasayang dibelioleh rumah tanggadan institusi-institusinirlaba
dan nilai dari barang dan jasa yang diterima oleh mereka sebagai pendapatan. Pengeluaran
konsumsi dapat dibagi menjadi tiga jenis, diantaranya:
a. Barang tahan lama (durable goods) : Mobil
b. Barang tidak tahan lama (nondurable goods) : Pizza
c. Jasa (services)
Ketika pembelian mobil baru dihitung sebagai konsumsi secara keseluruhan pada saat
melakukan transaksi hal ini akan mengakibatkan terjadinya kesalahan,karena:
a. Menurut saya, mobil bukanlah barang yang akan segera habis dikonsumsi dalam waktu
satu tahun setelah membeli. Sehingga tidak dapat dipersamakan dengan barang yang
mudah habis. Mobil masih akan memiliki nilai sisa disetiap tahunnya hingga jangka waktu
tertentu tidak seperti pizza, hal ini jelas menunjukkan bahwa yang menjadi konsumsi
9. rumah tangga pada tahun itu adalah nilai depresiasi pada saat itu. Maka pembelian pizza
tidak dapat dipersamakan dengan pembelian mobil.
b. Ketika mencatat semua konsumsi sebesar dengan nilai uang saat ini berarti kita
menggunakan GDP nominal dan ketika mengukur pertumbuhan ekonomi menjadi tidak
relevan, karna ketika anggapan kita produksi tumbuh padahal beberapa tahun kemudian
harga mobil menjadi naik karena dipicu oleh kenaikan inflasi. Dan ketika variasi barang
menjadi semakin banyak, tidaklah relevan jika menghitung GDP hanya dari jumlah
produksi dikalikan dengan harga jual untuk tiap tahun, karena pengaruh inflasi yang
masuk ke dalam komponen harga barang berbeda tiap jenisnya.
c. Menurut saya, yang paling tepat untuk mengkoreksi penghitungan ini adalah dengan
menggunakan perhitungan GDP riil, dimana menggunakan perhitungan GDP deflator
yaitu dengan ukuran tingkat harga keseluruhan. Atau, konsumsi ini merupakan konsumsi
pribadi karena dilakukan oleh factor produksi rumah tangga, sedangkan jika pembelian
dilakukan oleh factor produksi perusahaan penghitungan atas pembelian ini dianggap
sebagai investasi sedangkan pembelian dengan rumah tangga dimasukan dalam
komponen konsumsi durable goods. Karena maksud dari perhitungan 2 jenis komponen
ini sama, menurut saya dipersamakan untuk cara perhitungannya antara investasi mobil
oleh perusahaan dengan konsumsi rumah tangga.
11. Terangkan mengapa impor dikurangkan dari pendekatan pengeluaran dalam menghitung
GDP.
Jawaban:
Pendapatan Nasional Bruto (GDP) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang
dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu oleh faktor- faktor produksi yang berlokasi
dalam suatu negara.
GDP dapat dihitung dengan cara menjumlahkan pengeluaran konsumsi pribadi (C)+ Investasi
Swasta (I) + Belanja Pemerintah (G) + Ekspor Netto (X-M).
Pendekatan pengeluaran menghitung GDP berdasarkan total pengeluaran oleh variabel
Konsumsi rumah tangga (C), Investasi swasta (I) serta belanja pemerintah (G) dalam
memperoleh barang akhir yang diproduksi oleh faktor produksi dalam negeri
Pengeluaran variabel C, I, G tidak hanya digunakan untuk barang produksi dalamnegeri saja,
tetapi juga digunakan untuk barang yang diproduksi di luar negeri (impor). Sesuai dengan
pengertian GDP yaitu membatasi pada barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara,
barang impor tidak dapat dimasukkan dalam komponen perhitungan GDP sehingga untuk
mendapatkan angka yang tepat komponen impor harus dikurangkan dari variabel C, I, G.
10. 12. Perhitungan GDP tidak langsung memasukkan biaya ekonomi akibat kerusakan lingkungan,
misalnya pemanasal global dan hujan asam. Apakah Anda beranggapan biaya ini seharusnya
dimasukkan dalamGDP? Mengapa ya atau mengapa tidak? Bagaimana GDP bisa disesuaikan
untuk memasukkan biaya kerusakan lingkungan.
Jawaban :
a. Apakah biaya ekonomi akibat kerusakan lingkungan seharusnya dimasukkan ke dalam
GDP?
Ya, seharusnya dimasukkan ke dalam GDP.
b. Mengapa?
Saat ini, PDB hanya mengukur aktivitas ekonomi dalam suatu Negara, tanpa menghitung
seluruh biaya yang timbul dari kegiatan ekonomi tersebut, termasuk di dalamnya biaya-
biaya eksternalitas negatif seperti kerusakan lingkungan (misalnya pada aktivitas
pengambilan ikan yang berlebihan di perairan pantai, pengelolaan hutan yang kurang
baik, efek-efek polusi industri seperti pemanasan global dan hujan asam serta
pertambangan yang buruk pengelolaannya). Akibatnya, PDB tampak relatif tinggi,
padahal aktivitas-aktivitas tersebut dalam jangka panjang dapat merusak kehidupan
ekonomi suatu Negara. Biaya ekonomi yang terkait dengan kerusakan lingkungan bahkan
seringkali mengurangi keuntungan yang diperoleh dari pengembangan pertanian dan
industri.
Perhitungan GDP yang dengan memasukkan biaya ekonomi akibat kerusakan lingkungan
dapat saja dilakukan oleh pemerintah, meskipun hal itu bukan sesuatu yang lazim
dilakukan. Beberapa kalangan menilai bahwa untuk menghitung biaya ekonomi dari
kerusakan lingkungan yang berkaitan dengan penghitungan PDB suatu Negara sulit
dilakukan. Selama ini, nilai ekonomi lingkungan dianggap tak terukur, intangible, dan
sering kali bahkan dianggap tidak layak dipertanyakan karena memiliki nilai yang sulit
dihitung secara nyata.
Padahal, perhitungan PDB dengan memasukkan biaya kerusakan lingkungan dapat
berperan dalam perencanaan pembangunan yang berkelanjutan. Konsep PDB yang
memperhitungkan kondisi SDA dan lingkungan atau lebih dikenal dengan sebutan PDB
Hijau.