Dokumen tersebut membahas konsep-konsep dasar dalam audit seperti jenis-jenis risiko audit, risiko deteksi, risiko bawaan, prosedur penilaian risiko, hubungan antara risiko dan bukti audit, serta materialitas. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa risiko audit mempengaruhi jenis dan jumlah bukti yang dibutuhkan auditor. Selain itu, dokumen tersebut juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan materialitas
2. JENIS-JENIS RISIKO AUDIT
• Risiko Bawaan (Inherent Risk = IR), merupakan kerentanan suatu asersi tentang suatu saldo
akun atau golongan transaksi atau pengungkapan terhadap suatu salah saji material, baik
secara individual maupun kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya
dengan asumsi bahwa tidak dapat pengendalian yang terkait.
• Risiko Pengendalian (Control Risk = CR), risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi dan dikoreksi secara tepat
waktu oleh pengendalian intern entitas
• Risiko Deteksi (Detection Risk = DR), risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi
• Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk = AAR), kesediaan auditor untuk
menerima kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan setelah audit selesai
dilaksanakan opini telah dikeluarkan. Bisa juga dikatakan dengan auditor menyatakan suatu
opini audit yang tidak tepat ketika laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian
material.
3. RISIKO DETEKSI
Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh
auditor.
Risiko deteksi ini muncul karena:
1. Ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun
atau golongan transaksi, dan
2. Ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi
tersebut telah diperiksa secara seratus persen. Ketidakpastian lain ini timbul
karena auditor mungkin memilih prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan
secara keliru prosedur audit yang seharusnya, atau menafsirkan secara keliru hasil
audit. Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat
diabaikan melalui perencanaan dan supervisi memadai dan pelaksanaan praktik
audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu.
4. • Risiko deteksi mempunyai hubungan terbalik dengan risiko bawaan dan risiko
pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalin yang diyakini
oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin
besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin
kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima. Komponen risiko audit ini
dapat ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam persentase atau secara
nonkuantitatif yang berkisar, misalnya minimum sampai maksimum.
5. RISIKO BAWAAN
Risiko bawaan terdiri dari Risiko Bisnis dan Risiko Kecurangan
• Risiko Bisnis (Business Risk), dapat berasal dari kondisi, peristiwa, keadaan, tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang mempengaruhi secara negatif kemampuan
entitas dalam memenuhi tujuan atau menjalankan strateginya. Bisa juga meliputi
peristiwa yang berasal dari perubahan, kompleksitas atau kegagalan
mengidentifikasi kebutuhan akan perubahan.
• Risiko Kecurangan (Fraud Risk), berkaitan dengan peristiwa atau kondisi yang
menunjukkan insentif, tekanan untuk melakukan kecurangan, atau memberikan
kesempatan terjadinya kecurangan. Risiko yang diasumsikan selalu ada (presumed
fraud risk) seperti kecurangan dalam melakukan pendapatan (SA 240 par 26) dan
pengabaian pengendalian oleh manajemen (SA 240 par 31)
6. • Tidak ada kewajiban auditor untuk mengidentifikasi/menilai semua risiko bisnis
yang mungkin ada;
• Dalam banyak kondisi, suatu risiko dapat merupakan risiko bisnis sekaligus risiko
kecurangan;
• Pemahaman atas risiko bisnis dan kecurangan meningkatkan probabilita untuk
dapat mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material.
7. PROSEDUR PENILAIAN RISIKO
• Auditor harus melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk menyediakan suatu dasar bagi
(SA 315 par 5)
a. Pengidentifikasian risiko kesalahan penyajian material
b. Penilaian risiko kesalahan penyajian material pada tk laporan keuangan dan asersi
• Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material pada (SA 315
par 25):
a. Tingkat laporan keuangan
b. Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun dan pengungkapan
Untuk menyediakan suatu basis bagi perancangan dan pelaksanaan prosedur audit lanjutan
• Risiko kesalahan penyajian yang diidentifikasi dan dinilai tersebut harus didokumentasikan
(SA 315 par 32c)
8. PROSEDUR PENILAIAN RISIKO
Prosedur penilaian risiko harus mencakup berikut (SA 315 par 6):
• Permintaan keterangan dari manajemen, dan personel lain dalam entitas yang
menurut perimbangan auditor kemungkinan memiliki informasi yang mungkin
membantu dalam mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material karena
kecurangan atau kesalahan
• Prosedur analitis
• Observasi dan inspeksi
9.
10. AUDIT RISK MODEL
• RMM = IR x CR
• AR = IR x CR x DR
• AR = RMM x DR = (IR x CR) x DR
• PDR = ARR/(RMM x DR) = AAR/[(IR x CR) x DR]
RMM = Risk of Material Misstatement = risiko kesalahan penyajian material
IR = Inherent Risk
CR = Control Risk
DR = Detection Risk
AR = Audit Risk
AAR = Acceptable Audit Risk
PDR = Planned Detection Risk
11. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO
• Ketergantungan dengan pihak eksternal
• Kemungkinan kegagalan keuangan
• Integritas manajemen
• Sifat bisnis klien
• Hasil audit sebelumnya
• Penugasan awal vs penugasan berulang
• Pihak-pihak berelasi
• Transaksi non rutin
• Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat
• Unsur-unsur populasi
• Faktor yang berkaitan dengan salah saji yang timbul akibat pelaporan keuangan yang curang
• Kerentanan aset terhadap misapropriasi
• Efektifitas pengendalian intern
• Rencana pengendalian
13. RESPON AUDITOR TERHADAP RISIKO
YANG TELAH DINILAI
• Overall response (Respon secara keseluruhan)
a. Professional Scepticism
b. Penugasan personel
c. Prinsip dan kebijakan akuntansi
d. Pengendalian
e. Modifikasi sifat, saat dan luas prosedur audit
f. Presume audit: Revenue recognition dan management override
• Further audit procedures (Prosedur audit selanjutnya)
a. Substantive procedures: test of detail dan substantive analytical
b. Test of control
14. BUKTI AUDIT
• Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor dalam mencapai
kesimpulan yang mendasari opini auditor. Bukti audit mencakup informasi yang
terdapat dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan dan informasi
lainnya
• Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai
dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Kecukupan
merupakan ukuran kuantitas bukti audit. Ketepatan merupakan ukuran kualitas
bukti audit.
• Kuantitas bukti audit yang dibutuhkan dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko
kesalahan penyajian material dan kualitas bukti audit
• Kualitas bukti audit mencakup relevansi dan keandalan bukti. Keandalan bukti
dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, serta kondisi bukti audit yang diperoleh.
20. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IDENTIFIKASI TOLOK UKUR
MENENTUKAN MATERIALITAS LK SECARA KESELURUHAN
• Unsur-unsur laporan keuangan
• Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna
laporan keuangan suatu entitas tertentu
• Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya dan industri serta lingkungan
ekonomi yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi
• Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas
• Fluktuasi relatif tolok ukur tersebut.
21. PENENTUAN MATERILITAS KESELURUHAN DAN
MATERIALITAS PELAKSANAAN
• Saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus menentukan
materialitas untuk LK secara keseluruhan. Jika dalam kondisi spesifik tertentu,
terdapat satu atau lebih golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan
tertentu yang mengandung kesalahan penyajian yang jumlahnya lebih rendah dari
materialitas LK secara keseluruhan dan diperkirakan secara masuk akal akan
mempengaruhi keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pengguna berdasarkan
laporan keuangan tersebut, maka auditor harus menetapkan materialitas yang akan
diterapkan terhadap golongan transaksi, saldo akun dan pengungkapan tertentu
tersebut.
• Ringkasnya, materialitas yang ditetapkan adalah materialitas yang nilainya lebih
rendah dan terkait dengan pelaksanaan prosedur audit.
22. CONTOH PENENTUAN MATERIALITAS
Dalam mempertimbangkan materialitas pada tahap perencanaan, auditor percaya
bahwa salah saji agregat sebesar Rp100.000.000 akan memiliki efek material pada
laporan laba rugi. Namun untuk akun berefek material pada laporan posisi keuangan,
salah saji agregat adalah Rp200.000.000. Prosedur audit yang dirancang paling tepat
menggunakan salah saji agregat sebesar:
• Rp100.000.000
• Rp150.000.000
• Rp200.000.000
• Rp300.000.000