SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
SEJARAH, VISI, MISI APOTEK IBNU SINA
SEJARAH
PT. APOTEK
Apotek Ibnu Sina Pringsewu didirikan oleh H.Djanahar St.Marajo pada tanggal 1 Januari 1993 di
Pringsewu Lampung, Nama Ibnu Sina sendiri adalah di ambil dari nama seorang dokter muslim
yaitu Ibnu Sina(Avicena).Apotek Ibnu Sina 1 pertama didirikan di Jl. Kesehatan Pringsewu
mendapat sambutan yang luar biasa sehingga didirikan sarana apotik yang berikutnya pada
tanggal 1 Januari 2014 di Jl. Imam Bonjol No.1068 Kelurahan Fajaresuk Kecamatan Pringsewu.
VISI
 Menjadi usaha di bidang farmasi yang berkat dan bermanfaat bagi masyarakat,
karyawan-karyawati dan pemilik.
 Menyediakan pilihan obat yang komplit, setiap saat, dengan harga yang sama pagi-siang-
malam dan hari libur.
 Menyediakan kualitas pelayanan yang baik senantiasa mempelajari dan mengusahakan
peningkatan kualitas pelayanan untuk memaksimalkan tingkat kepuasan para pelanggan
MISI
 Menyediakan pilihan obat yang komplit, setiap saat, dengan harga sama pagi-siang-
malam dan hari libur dengan memberlakukan kebijakan harga yang tetap sama pada pagi hari,
siang hari, malam hari maupun hari libur.
 Menyediakan kualitas pelayanan yang baik senantiasa mempelajari dan mengusahakan
peningkatan kualitas pelayanan untuk memaksimalkan tingkat kepuasan para pelanggan
KELEBIHAN
 KOMPLIT Persediaan ragam obat di Apotek Ibnu Sina relatif komplit.
 Semua Sarana Apotek berkomitmen melayani masyarakat setiap hari.
 HARGA SAMA pada pagi-siang-malam dan hari libur ,berkomitmen tidak mengenakan
harga yang lebih tinggi di luar jam kerja biasa.
 KEASLIAN OBAT berkomitmen untuk menyediakan obat hanya dari sumber-sumber
dengan prosedur yang resmi sehingga keaslian obat lebih terjamin.
 KEMAJEMUKAN Semua karyawan memahami dan menghargai perbedaan dan
keragaman sosial budaya di dalam maupun di luar perusahaan.
 MELAYANI MASYARAKAT Untuk dapat melayani masyarakat di sekitar lokasi sarana
apotek
KEKURANGAN
kelemahan yang dapat dilihat dari apotek ini yaitu pakem bisnis yang kental, terlihat dari
kurangnya konseliing bahkan tidak adanya apoteker pada pelayanan konseling obat. Jadi
masyarakat dapat membeli obat apapun,bebas tidak terbatas pada usia anak kecil, dewasa,dan
orangtua pun akan dilayani “asalkan”membeli obat”tanpa diberikan sebuah konseling ataupun
sekedar informasi tentang obat yang dibeli.sehingga seakan-akan apotek ini hanya
mementingkan untung belaka tanpa memperdulikan keselamatan pasien yang membeli obat.
A. PENGELOLAAN APOTEK
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi/ obat
a. Perencanaan
Perencanaan di lakukan berdasarkan metode kombinasi antara metode konsumsi dan metode
epidemiologi yang dirasa paling mudah dan efektif dan berdasarkan sisa stok. Metode konsumsi
yaitu obat-obatan apa saja yang banyak diperlukan oleh masyarakat yang ada di daerah tersebut,
metode epidemiologi yaitu obat-obatan yang diperlukan berdasarkan musim dan cuaca yang
terjadi dan berdasarkan sisa stok obat yaitu stok obat yang hampir habis atau telah habis akan
segera dipesan. Perencanaan bertujuan untuk menghindari kemungkinan obat yang menumpuk
karena tidak laku.
b. Pengadaan
Apotek melakukan pengadaan yang berpedoman dengan hasil pencatatan item. Pembekalan
farmasi di dalam buku defacto dengan cara pembelian langsung atau tidak langsung. Pembelian
langsung yaitu pembelian yang dilakukan dengan cara datang langsung ke pedagang besar
farmasi yang bersangkutan dengan membawa surat pesanan yang di tanda tangani oleh apoteker
pengelola apotek. Pembelian tidak langsung yaitu pembelian obat dengan cara pemesanan
melalui telepon, fax dan untuk pembelian secara langsung seperti saat sales pedagang besar
farmasi datang ke apotek sehingga kita dapat berinteraksi secara langsung dengan menunjukkan
surat pesanan adapun untuk alat kesehatan atau obat-obat yang tidak tersedia di pedagang besar
farmasi, apotek akan membeli secara langsung ke apotek lain yang tentunya perizinannya
terjamin.
B. SUMBER DAYA MANUSIA
Apoteker pengelola apotek melakukan tanggung jawab dengan melaksanakan setiap
kegiatan di Apotek baik dalam pengelolaan obat maupun pemberdayaan sumber daya manusia
di apotek tersebut.
Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker. Asisten apoteker
melaksanakan tugasnya yang mulai dari penerimaan resep, memeriksa kelengkapan dan
kerasionalan resep tersebut serta ketersediaan obat tersebut di apotek.
Masing-masing asisten apoteker juga bertanggung jawab atas ketersediaan obat dan obat-
obat yang mendekati kadaluwarsa pada rak obat yang berada dibawa tanggung jawabnya.
Bagian administrasi selalu melakukan pengecekan jumlah pendapatan Apotek per
harinya, agar asisten keuangan di Apotek Mitra senantiasa menjaga hubungan baik dengan
pasien, seperti sikap, keramah-tamahan yang tulus dan kekeluargaan demi memberikan
pelayanan yang terbaik.
C. PERSONALIA PELAYANAN DI APOTEK
Personalia di apotek sebaiknya terdiri dari :
a. Apoteker
Koordinator Kepala bertugas Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk
meningkatkan atau mengembangkan hasil usaha apotek, mengatur dan mengawasi penyimpanan
serta kelengkapan obat sesuai dengan teknis farmasi terutama di ruang peracikan.
Seorang Apotek bertugas untuk memimpin seluruh kegiatan apotek. Serta mengatur,
melaksanakan dan mengawasi administrasi.
b. Apoteker pendamping (Visum)
Bertugas mendampingi atau membatu tugas-tugas apoteker.
c. Asisten Apoteker
Asisten apoteker (AA) adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker di bawah pengawasan
apoteker.
d. Tenaga Administrasi, juru racik, dan keamanan.
Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker) bertugas untuk mengerjakan pekerjaan sesuai
dengan profesinya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan
tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap
upaya yang diselenggarakan secara sendirisendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.
Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam
melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat. Definisi diatas ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 1 ayat
(a).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan
profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesa sebagai Apoteker. Adapun Asisten
Apoteker adalah tenaga kesehatan yang membantu Apoteker. Asisten Apoteker menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 679/MENKES/SK/V/2003 Pasal 1, tentang Registrasi dan
Izin Kerja Asisten Apoteker menyebutkan bahwa “Asisten Apoteker adalah Tenaga Kesehatan
yang berijasah Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi dan Makanan Jurusan Analis Farmasi dan Makanan
Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di Apotek, Asisten Apoteker merupakan salah satu tenaga kefarmasian yang bekerja di bawah
pengawasan seorang Apoteker yang memiliki SIA (Surat Izin Apotek). Apoteker Pengelola
Apotek (APA) merupakan orang yang bertanggung jawab di Apotek dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker di
apotek haruslah sesuai dengan standar profesi yang dimilikinya. Karena Apoteker dan Asisten
Apoteker dituntut oleh masyarakat pengguna obat (pasien) untuk bersikap secara professional.
Kewajiban Asisten Apoteker Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1332/MENKES/X?2002 adalah melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan
standar profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat
yang dapat dibeli tanpa resep dokter, serta memberi informasi kepada pasien. Surat Izin Kerja
Asisten Apoteker, dalam Pasal 1 KEPMENKES yaitu “bukti tertulis yang diberikan kepada
Pemegang Surat Izin Asisten Apoteker (SIAA) untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
sarana kefarmasian”. Dengan begitu, jelas bahwa hanya Asisten Apoteker yang telah memiliki
Surat Izin Asisten Apoteker sajalah yang dapat mengajukan permohonan perolehan Surat Izin
Kerja Asisten Apoteker. Dan juga, hanya Asisten Apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja
Asisten Apoteker sajalah yang dapat melakukan pekerjaan kefarmasian seperti pengadaan,
penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, baik itu dibawah pengawasan Apoteker,
tenaga kesehatan atau dilakukan secara mandiri sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sebagai contoh, pada toko obat berizin, puskesmas atau Pedagang Besar Farmasi (PBF)
dimana seorang Asisten Apoteker dapat melakukan pekerjaan kefarmasian tanpa pengawasan.
Oleh sebab itu, seorang Asisten Apoteker harus memiliki Surat Izin Kerja Asisten Apoteker,
baru dapat melakukan perkerjaan kefarmasian.
B. TUJUAN
1. siswa dapat memahami dan mengetahui apa yang dimaksud dengan Apotek
2. siswa dapat mengetahui bagaimana sistem manajemen dalam Apotek
3. siswa dapat mengetahui bagaimana peraturan-peraturan yang ada di Apotek
4. siswa dapat mengtahui Fungsi dan Tugas personalia dalam Apotek.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Apotek
Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek pada pasal 1 menyebutkan bahwa
“Yang dimaksud dengan Apotek adalah suatu tempat tertentu dimana dilakukan usaha-usaha
dalam bidang Farmasi dan pekerjaan Kefarmasian”. Peraturan Pemerintah tersebut kemudian
dirubah dengan keluarnya PP No.25 tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 tahun 1965
tentang Apotek menjadi “Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat”
Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang diperlukan dalam menunjang upaya
pelayanan kesehatan. Apotek adalah suatu tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi. Perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. (
Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1998 dan Keputusan Menkes Nomor 1332/Menkes/SK/X/
2002.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh apoteker. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) No.
1332/MENKES/SK/X/2002, tentang Perubahan atas Peraturan MenKes RI No.
922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang
dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasianpenyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.
 Landasan Hukum Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam :
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965
mengenai Apotek.
Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin kerja Apoteker, yang
disempurnakan dengan Peraturan Menteri kesehatan No. 184/MENKES/PER/II/1995.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 695/MENKES/PER/VI/2007 tentang perubahan kedua atas
Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang penyempurnaan pelaksanaan masa
bakti dan izin kerja apoteker.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
II.2. Tugas dan Fungsi Apotek
Tugas dan Fungsi Apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980, tugas dan
fungsi apotek adalah sebagai berikut:
Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
Sarana farmasi yang telah melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan
penyerahan obat atau bahan obat.
Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang diperlukan masyarakat
secara luas dan merata.
Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada masyarakat.
II.3. Persyaratan Apotek
Untuk menciptakan sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan kepentingan
masyarakat, maka apotek harus memenuhi syarat yang meliputi lokasi, bangunan, perlengkapan
apotek, perbekalan farmasi dan tenaga kesehatan yang harus menunjang penyebaran dan
pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tanpa mengurangi mutu pelayanan. (SK
Menkes RI No. 278/Menkes/SK/V/1981) .
II.3.1 Lokasi
Lokasi apotek sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya usaha, sehingga lokasi
apotek sebaiknya berada di daerah yang :
a. Ramai
b. Terjamin keamanannya
c. Dekat dengan rumah sakit / klinik
d. Sekitar apotek ada beberapa dokter yang praktek
e. Mudah dijangkau
f. Cukup padat penduduknya
II.3.2 Bangunan
Bangunan apotek harus mempunyai luas secukupnya dan memenuhi persyaratan teknis,
sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu
perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Luas bangunan apotek sekurang-kurangnya 50
M2 terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang
penyimpanan obat, dan tempat pencucian alat.
Bangunan apotek harus mempunyai persyaratan teknis sebagai berikut :
a. Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah harus rata, tidak mudah mengelupas dan
mudah dibersihkan.
b. Langit-langit harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan permukaan sebelah dalam
berwarna terang.
c. Atap tidak boleh lembab, terbuat dari genteng, atau bahan lain yang memadai.
d. Lantai tidak boleh lembab, terbuat dari ubin, semen, atau bahan lain yang memadai.
e. Setiap apotek harus memasang papan pada bagian muka apotek, yang terbuat dari papan, seng
atau bahan lain yang memadai, sekurang-kurangnya berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan
tinggi huruf 5 cm dan tebal 5 mm. Papan nama harus memuat :
a) Nama apotek
b) Nama Apoteker Pengelola Apotek
c) Surat Izin Apotek
d) Alamat Apotek
e) Nomor Telepon Apotek
II.4. Perlengkapan Apotek
Apotek harus memiliki perlengkapan sebagai berikut :
a. Alat pembuatan, pengelolaan dan peracikan obat / sediaan farmasi.
b. Perlengkapan dan alat penyimpanan khusus narkotika dengan ukuran 140 x 80 x 100 cm dan
terbuat dari kayu.
c. Kumpulan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dengan apotek, Farmakope
Indonesia dan Ekstra Farmakope Indonesia edisi terbaru serta buku lain yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal
II.5. Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan
perbekalan lainnya. Perbekalan kesehatan dikelola dengan memperhatikan pemenuhan
kebutuhan, kemanfaatan, harga dan faktor yang berkaitan dengan pemerataan penyediaan
perbekalan kesehatan. Pemerintah ikut serta dalam mem-bantu penyediaan perbekalan kesehatan
yang menurut pertimbangan diperlukan oleh sarana kesehatan.
II.6. Tenaga Kesehatan
Disamping Apoteker Pengelola Apotek (APA), di apotek sekurang-kurangnya harus
mempunyai seorang tenaga kefarmasian. Bagi apotek yang Apoteker Pengelola Apotek-nya
pegawai instalasi pemerintah lainnya harus adaapoteker pendamping atau tenaga teknis
kefarmasian.
II.7. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di apotek diperlukan untuk mengoptimalkan kinerja apotek dalam
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan dengan adanya struktur organisasi dalam apotek
maka setiap pegawai memiliki tugas dan tangung jawab masing-masing, sesuai dengan jabatan
yang diberikan, serta untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka dengan
adanya suatu struktur organisasi sebuah Apotek akan memperjelas posisi hubungan antar elemen
orang.
II.8. Personalia
Sikap karyawan yang baik, ramah dan cepat melayani pembeli, mengenal pasien di
daerah sekeliling apotek sebanyak mungkin dapat membangkitkan kesan baik, sehingga peran
karyawan sangat penting dalam laba yang diinginkan atau direncakan. Untuk mendapatkan
karyawan yang baik di dalam apotek, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan :
a. Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan
b. Mendorong para karyawan untuk bekerja lebih giat
c. Memberi dan menempatkan mereka sesuai dengan pendidikannya
d. Merekrut calon karyawan dan mendidik sebagai calon pengganti yang tua.
II.9. Fungsi dan Pembagian Tugas
Di dalam sebuah apotek perlu adanya job description (uraian tugas), sehingga setiap
pegawai yang bekerja mengetahui apa tugas dan tanggung jawabnya. Pembagian tugas di dalam
apotek adalah sebagai berikut :
II.9.1 Apoteker
Tugas apoteker :
1. Memimpin seluruh kegiatan apotek.
2. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi yang meliputi :
a) Administrasi kefarmasian
b) Administrasi keuangan
c) Administrasi penjualan
d) Administrasi barang dagangan atau inventaris
e) Administrasi personalia
f) Administrasi bidang umum
3. Membayar pajak yang berhubungan dengan perapotekan.
4. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai
dengan rencana kerja.
Tanggung jawab Apoteker : apoteker bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek
yang dipimpinnya dan bertanggung jawab kepada pemilik modal.
II.9.2 Koordinator Kepala
Tugas Koordinator Kepala yaitu :
1. Mengkoordinir dan mengawasi kerja bawahannya termasuk mengatur daftar giliran dinas,
pembagian tugas dan tanggung jawab (narkotika, pelayanan dokter dan kartu stock di lemari
masing-masing)
2. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan atau
mengembangkan hasil usaha apotek.
3. Mengatur dan mengawasi penyimpanan dan kelengkapan obat sesuai dengan teknis farmasi
terutama di ruang peracikan.
4. Memelihara buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan dijual sesuai dengan
kebijaksanaan harga yang telah ditentukan.
5. Membina serta memberi petunjuk soal teknis farmasi kepada bawahannya, terutama
pemberian informasi kepada pasien.
6. Bersama-sama dengan tata usaha mengatur dan mengawasi data-data administrasi untuk
penyusunan laporan managerial dan laporan pertanggungjawabannya.
7. Mempertimbangkan usul-usul yang diterima dari bawahannya serta meneruskan atau
mengajukan saran-saran untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek kepada pemimpin
apotek.
8. Mengatur dan mengawasi pengamanan uang penghasilan tunai setiap hari.
9. Mengusulkan penambahan pegawai baru, penempatan, kenaikan pangkat, peremajaan bagi
karyawan bawahannya kepada pemimpin apotek.
10. Memeriksa kembali :
a. Resep-resep yang telah dilayani
b. Laporan-laporan obat yang harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA).
Tanggung jawab Koordinator Kepala : Koordinator Kepala ber-tanggung jawab penuh
kepada pemimpin apotek (Apoteker Pengelola Apotek) atas pelaksanaan tugas dan fungsinya
sebagai asisten Kepala.
II.9.3. Tenaga teknis kefarmasian
Tugas tenaga teknis kefarmasian adalah :
1. Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya, yaitu :
a. Dalam pelayanan obat bebas dan resep (mulai dari menerima resep dari pasien sampai
menyerahkan obat yang diperlukan)
b. Menyusun buku defecta setiap pagi (membantu bagian pembeli), memelihara buku harga
sehingga selalu benar dan rapi
c. Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat.
d. Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal, digulungkemudian disimpan
e. Memelihara kebersihan ruang peracikan, lemari obat, gudang dan rak obat
2. Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai kasir, penjual obat bebas dan juru
resep.
Tenaga teknis kefarmasian bertanggung jawab kepada asistenkepala sesuai dengan
tugasnya, artinya bertanggung jawab atas kebenaran segala tugas yang diselesaikannya, tidak
boleh ada kesalahan, kekeliruan, kekurangan, kehilangan dan kerusakan. (Anief.M,2003)
II.9.4 Tata Usaha (Keuangan)
Tugas Kepala Tata Usaha, yaitu :
1) Mengkoordinir dan mengawasi kerja.
2) Membuat laporan harian, diantaranya :
a) Pencatatan penjualan kartu kredit (kartu titan).
b) Pencatatan pembelian (kartu hutang) dicocokkan dengan buku penerimaan barang.
c) Pencatatan hasil penjualan, tagihan dan pengeluaran setiap hari.
3) Dinas luar mengurus pajak, izin-izin, dan asuransi.
4) Membuat laporan bulanan.
5) Membuat laporan tahunan tutup buku (neraca dan perhitungan rugi laba).
6) Surat menyurat.
Kepala tata usaha bertanggung jawab kepada apoteker pengelola apotek.
II.9.5 Pemegang Kas (Kasir)
Tugas kasir adalah :
a. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu pula dengan pengeluaran
uang, yang harus dilengkapi pendukung berupa kwitansi dan nota yang sudah diparaf oleh
pengelola apotek dan pejabat yang ditunjuk.
b. Menyetorkan dan mengambil uang, baik dari kasir besar atau bank.
Tanggung jawab Kasir : Kasir bertanggungjawab atas kebenaran jumlah uang yang
dipercayakan kepadanya dan bertanggung jawab langsung kepada pengelola apotek.
2.10 Kegiatan Apotek
Untuk mencapai tujuan yang maksimal di dalam suatu apotek harus dilakukan
pengolahan yang baik, meliputi :
1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pencampuran, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan
obat atau bahan obat.
2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya
3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya, yaitu :
a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi diberikan baik kepada dokter dan
tenaga-tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat.
b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya sautu obat dan
perbekalan lainnya.
2.11 Kegiatan Teknis farmasi
2.11.1 Pengadaan Barang (Pembelian)
Berhasil tidaknya tujuan usaha tergantung kepada kebijaksanaan pembelian. Pembelian
harus menyesuaikan dengan hasil penjualan sehingga ada keseimbangan antara penjualan dan
pembelian. Selain itu harus sesuai dan cukup ekonomis dilihat dari segi penggunaan dana yang
tersedia.
Dalam melakukan pembelian harus memperhitungkan faktor-faktor :
1. Waktu pembelian
Hal yang paling utama untuk menentukan waktu pembelian yaitu keadaan persediaan barang,
oleh karena itu sebelum persediaan habis pembelian harus sudah dilakukan
2. Lokasi apotek
Apotek yang terletak di kota-kota besar yang terdapat banyak PBF sangat mudah untuk
melakukan pembelian, dibandingkan dengan lokasi apotek di daerah terpencil, sehingga
pembelian dapat dilakukan pada saat barang hampir habis.
3. Frekuensi dan Volume Pembelian
Makin kecil volume barang yang dibeli, maka makin tinggi frekuensinya dalam
melakukan pembelian, sehingga akan memperbanyak pekerjaan barang masuk dari pembeli, baik
kontan maupun kredit. Pembelian harus berencana, disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan di
apotek tersebut. Jenis obat yang diperlukan dapat dilihat dari buku defecta, baik dari bagian
penerimaan resep atau obat bebas maupun dari petugas gudang.
a) Prosedur Pembelian meliputi :
(1) Persiapan
Yaitu pengumpulan data obat-obat yang dipesan, data tersebut diperoleh dari
buku defecta, racikan maupun gudang.
(2) Pemesanan
Untuk setiap pemesanan sebaiknya disiapkan minimal rangkap dua, satu untuk supplier
yang dilampirkan dengan faktur pada waktu mengirim barang, dan yang satu untuk mengontrol
kiriman barang yang kita pesan.
(3) Penerimaan
Petugas penerima barang harus mencocokkan dengan faktur dan surat pesanan. Apabila
ada tanggal kadaluarsa dicatat dalam buku tersendiri.
(4) Penyimpanan
Barang/obat disimpan ditempat yang aman, tidak terkena sinar matahari langsung. Untuk
narkotika didalam lemari khusus dan obat-obat yang mudah rusak pada suhu ruang sebaliknya
disimpan didalam lemari es.
(5) Pencatatan
Dari faktur disalin dalam buku penerimaan barang yang mencakup nama supplier, nama
obat, banyaknya, harga satuan, potongan harga, nomor urut dan harga. Setiap haari dijumlah,
sehingga diketahui banyaknya hutang. Faktur-faktur kemudian diserahkan kepada tata usaha
untuk diperiksa, lalu dibundel untuk menunggu waktu jatuh tempo.
(6) Pembayaran
Barang yang sudah diterima dibayar pada saat jatuh tempo. Setelah faktur dikumpulkan
lalu masing-masing dibuatkan bukti kas keluar serta cheque / giro, kemudian diserahkan kepada
kasir besar untuk ditandatagani oleh pimpinan sebelum dibayarkan kepada supplier.
b) Sistem Pengadaan Barang (Pembelian)
 Pembelian tetap (Stable Purchase Level)
Merupakan pembelian dalam jumlah yang tetap dengan menggunakan sistem kontrak.
Distributor mengirim barang tiap bulan dalam jumlah yang tetap. Kerugiannya adalah stock
barang akan menumpuk bola omzet penjualan menurun.
 Stock tetap (Stable Inventory Level)
Merupakan pembelian dalam jumlah terbatas. Pembelian ini dilakukann hanya untuk
menjaga stock digudang tetap. Kerugiannya adalah apabila omzet penjualan meningkat, ada
kemungkinan permintaan tidak dapat terpenuhi. Hal ini dilakukan bila dana terbatas dan PBF
berada dalam satu kota.
Pembelian dan stock fleksibel (Flexible Purchase and Inventory Level) Merupakan
pembelian dengan jumlah yang tidak tetap, disesuaikan dengan kebutuhan tergantung situasi dan
kondisi. Pengawasan stock obat atau barang melalui kartu stock sangat penting, dengan demikian
dapat diketahui persediaan yang telah habis dan yang kurang laku.
Pembelian juga dapat dilakukan dengan cara :
(1) Hand to Mouth Buying
Yaitu pembeliaan dalam jumlah terbatas sesuai dengan kebutuhan, hal ini dilakukan bila
dana terbatas dan P.B.F. berada dalam satu kota.
(2) Pembeliaan secara spekulasi
Pembeliaan ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan
akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena adanya diskon atau bonus.
(3) Pembelian berencana
Pembelian berencana sangat berkaitan dengan pengendalian persediaan barang,
pembelian berencana dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
 Membandingkan jumlah pembelian dengan penjualan tiap bulan.
 Dengan melihat kartu stock untuk mengontrol mutasi obat danpersediaan lain.
 Economic Order Quality (EQQ)
2.11.2 Penyimpanan Barang
Obat atau barang dagangan yang sudah dibeli tidak semuanya langsung dijual, oleh karena
itu harus disimpan dalam gudang terlebih dahulu dengan tujuan antara lain :
1) Tidak dapat terkena sinar matahari langsung.
2) Cukup almari, kuat dan dapat dikunci dengan baik.
3) Tersedia rak yang cukup baik.
4) Merupakan ruang tersendiri dalam komplek apotek.
Obat yang disimpan dalam gudang tidak diletakkan begitu saja, tetapi disimpan menurut
golongannya, yaitu :
1) Bahan baku disusun secara abjad dan dipisahkan antara serbuk, setengah padat, bentuk cairan
yang mudah menguap agar disendirikan.
2) Obat jadi disusun menurut abjad, menurut pabrik atau menurut persediaannya.
3) Sera, vaksin dan obat-obatan uang mudah rusak atau mudah meleleh disimpan di kamar atau
disimpan di lemari es.
4) Obat-obat narkotika disimpan di lemari khusus sesuai dengan persyaratan
5) Obat-obat psikotropika (OKT) sebaiknya disimpan tersendiri.
Akhir-akhir ini sudah menjadi mode digunakannya lemari obat berbentuk rumah lebah,
dan berkotak-kotak. Selain menghemat ruang, tempat kerja pun menjadi rapih dan bersih. Rak-
rak obat dapat terbuat dari kayu dan besi.
Penyusunan obat dipakai sistem FIFO (First in First Out), artinya obat-obatan yang
masuk terlebih dahulu ke gudang, terlebih dahulu keluarnya. Jadi yang terlebih dahulu masuk
diletakkan di depan sedangkan yang terakhir masuk diletakkan dibelakang. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyimpanan obat yaitu :
1.Pencatatan tanggal kadaluarsa setiap macam obat terutama obat antibiotika, sebaiknya dicatat
dalam buku tersendiri
2.Untuk persediaan obat yang telah menipis jumlahnya perlu dicatat dalam buku defecta, yang
nantinya diberitahukan kepada bagian yang bertanggungjawab dalam hal pembelian.
(Wijayanti.N,1990)
2.11.3 Pelayanan Kefarmasian (Penjualan)
Dalam melakukan pelayanan suatu apotek seharusnya mempunyai motto:
1. Pembeli adalah raja, yang harus dilayani sebaik mungkin.
2. Pembeli yang membawa resep dokter ke apotek harus diusahakan semaksimal mungkin
sehingga mau menebus obatnya di apotek tersebut, dengan kata lain yang masuk keluarnya harus
obat.
3. Pembeli apapun di apotek harus diusahakan agar mereka menjadi pembeli apotek tersebut.
Sebuah apotek perlu memperhatikan hal-hal yang dapat menarik para pembeli obat, antara
lain dengan ruang tunggu yang diatur dengan baik, menyenangkan, penerangan yang cukup pada
malam hari, pelayanan yang ramah, baik dan cepat. Pelayanan di apotek meliputi pelayanan
resep dan non resep.
a. Pelayanan non Resep
Obat-obat bebas membutuhkan penataan di lemari etalase secara farmakologis atau
berdasarkan khasiat obat. Hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah :
a) Harga harus bersaing dengan toko-toko obat di sekitarnya, kurang lebih 10% - 15% dari
harga pembelian.
b) Penyetokan dilakukan dengan cara stock tetap yang sering disebutmoeder stock, yaitu obat
tertentu harganya tetap.
b. Pelayanan Resep
Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek. Dalam hal pasien
tidak mampu menebus obat yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter
untuk pemilihan obat alternatif.
Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang
diserahkan kepada pasien. Informasi meliputi cara penggunaan obat, dosis dan frekuensi
pemakaian, lamanya obat digunakan indikasi, kontra indikasi, kemungkinan efek samping dan
hal-hal lain yang diperhatikan pasien. Apabila apoteker menganggap dalam resep terdapat
kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, harus diberitahukan kepada dokter penulis
resep. Bila karena pertimbangannya dokter tetap pada pendiriannya, dokter wajib membubuhkan
tanda tangan atas resep. Salinan resep harus ditanda tangani oleh apoteker.
Pelayanan resep didahului proses skrining resep yang meliputi pemeriksaan kelengkapan
resep, keabsahan dan tinjauan kerasionalan obat. Resep yang lengkap harus ada nama, alamat
dan nomor ijin praktek dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R pada bagian kiri untuk tiap
penulisan resep, nama obat dan jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan lain
(iter, prn, cito) yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf dokter.
Tinjauan kerasionalan obat meliputi pemeriksaan dosis, frekuensi pemberian, adanya
polifarmasi, interaksi obat, karakteristik penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan
pasien menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan.
Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, mencampur, mengemas dan memberi etiket
pada wadah. Pada waktu menyiapkan obat harus melakukan perhitungan dosis, jumlah obat dan
penulisan etiket yang benar. Sebelum obat diserahkan kepada penderita perlu dilakukan
pemeriksaan akhir dari resep meliputi tanggal, kebenaran jumlah obat dan cara pemakaian.
Penyerahan obat disertai pemberian informasi dan konseling untuk penderita beberapa penyakit
tertentu. (Mulyani Bunyamin.I, 2007)
Resep merupakan sarana pengubung antara dokter sebagai pemeriksa / pendekteksi
penyakit, penderita dengan apoteker sebagai pengelola Apotek. Sehingga memerlukan
pengetahuan khusus sesuai dengan prosedur yang berlaku, maka dokter sebagai penulis resep
harus mendalami peraturan perundang undangan tentang obat-obatan (S.P Men Kes RI No.
193/Keb/BVII/71.
Apabila dalam suatu resep terdapat kekeliruan atau penu-lisan resep yang tidak tetap
sehingga dapat membahayakan pasien, maka apoteker harus memberitahukan kepada dokter
penulis resep dan jika tidak dapat dihubungi penyerahan obat dapat ditunda.
Agar dalam melayani lebih maksimal, sebaiknya seorang Tenaga teknis kefarmasian
jangan mengerjakan lebih dari 100 resep setiap hari dinasnya yang biasanya berkisar antara 6-7
jam. Penjualan obat melalui resep dapat dilakukan dengan alur sebagai berikut :
1. Pasien membawa resep diserahkan kepada Apoteker / AA
2. Apoteker / AA
1) Mengontrol apakah resepnya syah dan lengkap
2) Mengontrol apakah dosis sesuai atau belum
3) Mengontrol harga obatnya
2.11.4 Pengelolaan Apotek (UU RI No. 22.1997)
a. Produksi
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan perubahan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi, sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, serta menjamin
ketersediaan obat narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pengembangan ilmu
pengetahuan.
Untuk keperluan ketersediaan narkotika setiap tahun, Menteri Kesehatan memberikan
izin khusus untuk memproduksi narkotika kepada Apotek yang telah memiliki izin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melakukan pengendalian tersendiri dalam
pelaksanaan pengawasan terhadap proses produksi, bahan baku narkotika dan hasil akhir dari
proses produksi narkotika.
b. Peredaran
Setiap kegiatan dalam rangka peredaran narkotika wajib dilengkapi dengan dokumen
yang syah. Peredaran narkotika meliputi setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyerahan
narkotika baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan, pemindah tangan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan pengetahuan. Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya
dapat diedarkan setelah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit dan dokter.
Penyerahan narkotika kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter. Resep
yang mengandung narkotika harus dipisahkan dan disimpan tersendiri dari resep yang lain.
c. Penyimpanan
Setiap apotek harus mempunyai tempat khsus untuk menyimpan obat-obatan yang
mengandung narkotika. Tempat khusus tersebut seluruhnya harus terbuat dari bahan kayu atau
bahan lain yang kuat serta dilengkapi dengan kunci pengaman.
Untuk obat-obatan lainnya, sistem penyimpanannya disusun berdasarkan abjad dari nama
obat tersebut ataupun berdasarkan nama pabrik obat yang memproduksi obat-obatan tersebut,
sedangkan obat-obatan lainnya yang memerlukan perlakuan khusus pada proses
penyimpanannya seperti pada tempat yang bersuhu dingin haruslah disimpan dalam lemari es
yang khusus menyimpan obat-obatan jenis ini. Obat yang disimpan pada tempat penyimpanan
sebaiknya dilengkapi dengan kartu stock guna mempermudah pendataan dari obat-obat yang
telah dikeluarkan dari tempat persediaan.
2.12 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian
2.12.1 Pembukuan
Pembukuan diperlukan untuk menampung seluruh kegiatan perusahaan dan mencatat
transaksi-transkasi yang telah dilaksanakan. Buku-buku harian yang diperlukan antara lain :
a. Buku bank
b. Buku kassss
c. Buku permintaan barang apotek
d. Buku penerimaan barang
e. Buku laporan penjualan apotek
f. Buku pembelian
g. Buku penjualan pedangan besar
Tenaga pembukuan yang benar-benar mengerti dalam bidang pembukuan sangat
diperlukan dalam sebuah apotek, karena pada tiap akhir tahun harus menyiapkan acara per
tanggal 31 Desember dan perhitungan laba rugi.
2.12.2 Pelaporan
Untuk memudahkan dalam penulisan laporan yang akan dilaporkan kepada Kantor
Wilayah Departemen Kesehatan maka untuk obat narkotika diadakan stock opname setiap
sebulan sekali pada tanggal satu dan dibuat laporannya sebanyak tiga rangkap yang ditunjukan
ke Dinas Kesehatan Kota, serta tembusan ke Dinas Kesehatan Propinsi dan Badan POM sediaan
lainnya diadakan stock opname setiap setahun sekali tiap akhir tahun.
Apoteker Pengelola Apotek (APA) menyusun resep yang telah dikerjakan menurut urutan
tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep harus disimpan setiap sekurang-kurangnya
selama tiga tahun. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lain. Untuk
pelaporan resep harus dituliskan jumlah resep yang masuk dengan mencantumkan harga dari
masing-masing resep. Resep yang telah disimpian melebihi jangka waktu penyimpanan dapat
dimusnahkan dan dibuat berita acaranya.
II.13. Manajemen Apotek
Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek. Sekecil apapun suatu
apotek, sistem manajemennya akan terdiri atas setidaknya beberapa tipe manajemen, yaitu :
1. Manajemen keuangan
2. Manajemen pembelian
3. Manajemen penjualan
4. Manajemen Persediaan barang
5. Manajemen pemasaran
6. Manajemen khusus
Manajemen keuangan tentunya berkaitan dengan pengelolaan keuangan, keluar masuknya
uang, penerimaan, pengeluaran, dan perhitungan farmako ekonominya.
Manajemen pembelian meliputi pengelolaan defekta, pengelolaan vendor, pemilihan item
barang yang harus dibeli dengan memperhatikan FIFO dan FEFO, kinetika arus barang, serta
pola epidemiologi masyarakat sekitar apotek.
Manajemen penjualan meliputi pengelolaan penjualan tunai, kredit, kontraktor.
Manajemen persediaan barang meliputi pengelolaan gudang, persediaan bahan racikan,
kinetika aarus barang. Manajemen persediaan barang berhubungan langsung dengan manajemen
pembelian.
Manajemen pemasaran , berkaitan dengan pengelolaan dan teknik pemasaran untuk meraih
pelanggan sebanyak-banyaknya. Manajemen pemasaran ini tampak padaapotek modern, tetapi
jarang diterapkan pada apotek-apotek konvensional.
Manajemen khusus, merupakan manajemen khas yang diterapkan apotek sesuai dengan
kekhasannya, contohnya pengelolaan untuk apotek yang dilengkapi dengan laboratorium klinik,
apotek dengan swalayan, dan apotek yang bekerjasama dengan balai pengobatan, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
2. Sistem Manajemen di Apotek
Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek. Sekecil
apapun suatu apotek, sistem manajemennya akan terdiri atas setidaknya beberapa tipe
manajemen, yaitu :
1) Manajemen keuangan
2) Manajemen pembelian
3) Manajemen penjualan
4) Manajemen Persediaan barang
5) Manajemen pemasaran
6) Manajemen khusus
3. Struktur Organisasi yang ada di Apotek terdiri dari
- Direktur / Pemilik Apotek
- Kepala / Pengelola Apotek
- Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker)
- Bagian Penjualan
- Bagian Gudang
- Bagian pembelian
4. Fungsi dan Personalia di Apotek adalah :
 Koordinator Kepala bertugas Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk
meningkatkan atau mengembangkan hasil usaha apotek, mengatur dan mengawasi penyimpanan
serta kelengkapan obat sesuai dengan teknis farmasi terutama di ruang peracikan.
 Seorang Apotek bertugas untuk memimpin seluruh kegiatan apotek. Serta mengatur,
melaksanakan dan mengawasi administrasi.
 Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker) bertugas untuk mengerjakan pekerjaan
sesuai dengan profesinya
B. SARAN
1. Semoga makalah ini bisa memberi pengetahuan yang mendalam kepada para siswa
khususnya pengetahuan mengenaiAminoglikosida.
2. Semoga makalah ini bisa dimanfaatkan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

More Related Content

What's hot

Kuliah 2 farmakope
Kuliah 2 farmakopeKuliah 2 farmakope
Kuliah 2 farmakopeAbner D Nero
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilArwinAr
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSapan Nada
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrikTrie Marcory
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekAstriedAmalia
 
Rancangan formula suppositoria aminofilin
Rancangan formula suppositoria aminofilinRancangan formula suppositoria aminofilin
Rancangan formula suppositoria aminofilinRhiza Amalia
 
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di ApotekPelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di ApotekSurya Amal
 
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Filania Kanja
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIElvarinna Permata
 
Presentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsungPresentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsungZidny Ilmayaqin
 

What's hot (20)

Komunikasi dalam farmasi
Komunikasi dalam farmasi Komunikasi dalam farmasi
Komunikasi dalam farmasi
 
Kuliah 2 farmakope
Kuliah 2 farmakopeKuliah 2 farmakope
Kuliah 2 farmakope
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan steril
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat Kapsul
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
 
Makalah componding
Makalah compondingMakalah componding
Makalah componding
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Pedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomiPedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomi
 
Rancangan formula suppositoria aminofilin
Rancangan formula suppositoria aminofilinRancangan formula suppositoria aminofilin
Rancangan formula suppositoria aminofilin
 
Mikromeritik
Mikromeritik Mikromeritik
Mikromeritik
 
Pembentukan emulsi & suspensi
Pembentukan emulsi & suspensiPembentukan emulsi & suspensi
Pembentukan emulsi & suspensi
 
Evaluasi sediaan
Evaluasi sediaanEvaluasi sediaan
Evaluasi sediaan
 
Cpob 2012
Cpob 2012Cpob 2012
Cpob 2012
 
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di ApotekPelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
 
Emulsi
Emulsi Emulsi
Emulsi
 
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
 
Presentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsungPresentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsung
 
BCS kelas 1
BCS kelas 1BCS kelas 1
BCS kelas 1
 

Similar to Bahan penulisan pkl smk

Makalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apotekerMakalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apotekerAkira Sama
 
2120112248_Rara prasasti Anggraini pitri.pptx
2120112248_Rara prasasti Anggraini pitri.pptx2120112248_Rara prasasti Anggraini pitri.pptx
2120112248_Rara prasasti Anggraini pitri.pptxmeta emilia surya dharma
 
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker diFungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker diRahmad Sutrisna
 
Presentasi PBL PKL apotek 8
Presentasi PBL PKL apotek 8Presentasi PBL PKL apotek 8
Presentasi PBL PKL apotek 8ALLKuliah
 
ppt_Laporan PBL_Seven.pptx
ppt_Laporan PBL_Seven.pptxppt_Laporan PBL_Seven.pptx
ppt_Laporan PBL_Seven.pptxALLKuliah
 
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwiPedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwiLiaManggraSari
 
Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesiaKeputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesiaRidwan Ridwan
 
Presentasi PBL PKL apotek 7
Presentasi PBL PKL apotek 7Presentasi PBL PKL apotek 7
Presentasi PBL PKL apotek 7ALLKuliah
 
project pembuatan apotek.docx
project pembuatan apotek.docxproject pembuatan apotek.docx
project pembuatan apotek.docxMPandjieM
 
PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptx
PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptxPENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptx
PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptxAstiPratiwi3
 
247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx
247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx
247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptxShintapermata9
 
PELAYANAN KEFARMASIAN .pptx
PELAYANAN KEFARMASIAN .pptxPELAYANAN KEFARMASIAN .pptx
PELAYANAN KEFARMASIAN .pptxRistoSutanto
 

Similar to Bahan penulisan pkl smk (20)

BAB III.docx
BAB III.docxBAB III.docx
BAB III.docx
 
Makalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apotekerMakalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apoteker
 
2120112248_Rara prasasti Anggraini pitri.pptx
2120112248_Rara prasasti Anggraini pitri.pptx2120112248_Rara prasasti Anggraini pitri.pptx
2120112248_Rara prasasti Anggraini pitri.pptx
 
Studi kelayakan fixx
Studi kelayakan fixxStudi kelayakan fixx
Studi kelayakan fixx
 
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker diFungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di
 
Kasus 1
Kasus 1Kasus 1
Kasus 1
 
Presentasi PBL PKL apotek 8
Presentasi PBL PKL apotek 8Presentasi PBL PKL apotek 8
Presentasi PBL PKL apotek 8
 
ppt_Laporan PBL_Seven.pptx
ppt_Laporan PBL_Seven.pptxppt_Laporan PBL_Seven.pptx
ppt_Laporan PBL_Seven.pptx
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwiPedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
 
Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesiaKeputusan menteri kesehatan republik indonesia
Keputusan menteri kesehatan republik indonesia
 
Presentasi PBL PKL apotek 7
Presentasi PBL PKL apotek 7Presentasi PBL PKL apotek 7
Presentasi PBL PKL apotek 7
 
project pembuatan apotek.docx
project pembuatan apotek.docxproject pembuatan apotek.docx
project pembuatan apotek.docx
 
PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptx
PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptxPENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptx
PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER.pptx
 
1604046-TIKA APRIYANI-PBF.pptx
1604046-TIKA APRIYANI-PBF.pptx1604046-TIKA APRIYANI-PBF.pptx
1604046-TIKA APRIYANI-PBF.pptx
 
1604046-TIKA APRIYANI-PBF(1).pptx
1604046-TIKA APRIYANI-PBF(1).pptx1604046-TIKA APRIYANI-PBF(1).pptx
1604046-TIKA APRIYANI-PBF(1).pptx
 
laporan magang
laporan maganglaporan magang
laporan magang
 
247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx
247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx
247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx
 
ppt present
ppt presentppt present
ppt present
 
PELAYANAN KEFARMASIAN .pptx
PELAYANAN KEFARMASIAN .pptxPELAYANAN KEFARMASIAN .pptx
PELAYANAN KEFARMASIAN .pptx
 

More from apotek agam farma (20)

Tugas pak dr.agus stat
Tugas pak dr.agus statTugas pak dr.agus stat
Tugas pak dr.agus stat
 
Tugas beda kbk degan k 1994
Tugas beda kbk degan k 1994Tugas beda kbk degan k 1994
Tugas beda kbk degan k 1994
 
Tugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum pptTugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum ppt
 
Proposal tesis bab 1,2,3
Proposal tesis bab 1,2,3Proposal tesis bab 1,2,3
Proposal tesis bab 1,2,3
 
Manajemen pendidikan karakter santri
Manajemen pendidikan karakter santriManajemen pendidikan karakter santri
Manajemen pendidikan karakter santri
 
Makalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum pptMakalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum ppt
 
Makalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum pptMakalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum ppt
 
Makalah kurikulum kbk
Makalah kurikulum kbkMakalah kurikulum kbk
Makalah kurikulum kbk
 
Jurnal kurikulum
Jurnal kurikulumJurnal kurikulum
Jurnal kurikulum
 
Beda kurikulum 1994 dengan kbk
Beda kurikulum 1994 dengan kbkBeda kurikulum 1994 dengan kbk
Beda kurikulum 1994 dengan kbk
 
Analisis kurikulum
Analisis  kurikulumAnalisis  kurikulum
Analisis kurikulum
 
Tugas dr.hendri
Tugas dr.hendriTugas dr.hendri
Tugas dr.hendri
 
Presentasi manajemen organisasi
Presentasi manajemen organisasiPresentasi manajemen organisasi
Presentasi manajemen organisasi
 
Tugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum pptTugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum ppt
 
Makalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum pptMakalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum ppt
 
Jurnal kurikulum
Jurnal kurikulumJurnal kurikulum
Jurnal kurikulum
 
Analisis kurikulum
Analisis  kurikulumAnalisis  kurikulum
Analisis kurikulum
 
Korelasi
KorelasiKorelasi
Korelasi
 
Latihan 1 statistika
Latihan 1 statistikaLatihan 1 statistika
Latihan 1 statistika
 
Regresi
RegresiRegresi
Regresi
 

Recently uploaded

MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 

Recently uploaded (20)

MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 

Bahan penulisan pkl smk

  • 1. SEJARAH, VISI, MISI APOTEK IBNU SINA SEJARAH PT. APOTEK Apotek Ibnu Sina Pringsewu didirikan oleh H.Djanahar St.Marajo pada tanggal 1 Januari 1993 di Pringsewu Lampung, Nama Ibnu Sina sendiri adalah di ambil dari nama seorang dokter muslim yaitu Ibnu Sina(Avicena).Apotek Ibnu Sina 1 pertama didirikan di Jl. Kesehatan Pringsewu mendapat sambutan yang luar biasa sehingga didirikan sarana apotik yang berikutnya pada tanggal 1 Januari 2014 di Jl. Imam Bonjol No.1068 Kelurahan Fajaresuk Kecamatan Pringsewu. VISI  Menjadi usaha di bidang farmasi yang berkat dan bermanfaat bagi masyarakat, karyawan-karyawati dan pemilik.  Menyediakan pilihan obat yang komplit, setiap saat, dengan harga yang sama pagi-siang- malam dan hari libur.  Menyediakan kualitas pelayanan yang baik senantiasa mempelajari dan mengusahakan peningkatan kualitas pelayanan untuk memaksimalkan tingkat kepuasan para pelanggan MISI  Menyediakan pilihan obat yang komplit, setiap saat, dengan harga sama pagi-siang- malam dan hari libur dengan memberlakukan kebijakan harga yang tetap sama pada pagi hari, siang hari, malam hari maupun hari libur.  Menyediakan kualitas pelayanan yang baik senantiasa mempelajari dan mengusahakan peningkatan kualitas pelayanan untuk memaksimalkan tingkat kepuasan para pelanggan KELEBIHAN  KOMPLIT Persediaan ragam obat di Apotek Ibnu Sina relatif komplit.  Semua Sarana Apotek berkomitmen melayani masyarakat setiap hari.  HARGA SAMA pada pagi-siang-malam dan hari libur ,berkomitmen tidak mengenakan harga yang lebih tinggi di luar jam kerja biasa.  KEASLIAN OBAT berkomitmen untuk menyediakan obat hanya dari sumber-sumber dengan prosedur yang resmi sehingga keaslian obat lebih terjamin.  KEMAJEMUKAN Semua karyawan memahami dan menghargai perbedaan dan keragaman sosial budaya di dalam maupun di luar perusahaan.  MELAYANI MASYARAKAT Untuk dapat melayani masyarakat di sekitar lokasi sarana apotek
  • 2. KEKURANGAN kelemahan yang dapat dilihat dari apotek ini yaitu pakem bisnis yang kental, terlihat dari kurangnya konseliing bahkan tidak adanya apoteker pada pelayanan konseling obat. Jadi masyarakat dapat membeli obat apapun,bebas tidak terbatas pada usia anak kecil, dewasa,dan orangtua pun akan dilayani “asalkan”membeli obat”tanpa diberikan sebuah konseling ataupun sekedar informasi tentang obat yang dibeli.sehingga seakan-akan apotek ini hanya mementingkan untung belaka tanpa memperdulikan keselamatan pasien yang membeli obat.
  • 3. A. PENGELOLAAN APOTEK 1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi/ obat a. Perencanaan Perencanaan di lakukan berdasarkan metode kombinasi antara metode konsumsi dan metode epidemiologi yang dirasa paling mudah dan efektif dan berdasarkan sisa stok. Metode konsumsi yaitu obat-obatan apa saja yang banyak diperlukan oleh masyarakat yang ada di daerah tersebut, metode epidemiologi yaitu obat-obatan yang diperlukan berdasarkan musim dan cuaca yang terjadi dan berdasarkan sisa stok obat yaitu stok obat yang hampir habis atau telah habis akan segera dipesan. Perencanaan bertujuan untuk menghindari kemungkinan obat yang menumpuk karena tidak laku. b. Pengadaan Apotek melakukan pengadaan yang berpedoman dengan hasil pencatatan item. Pembekalan farmasi di dalam buku defacto dengan cara pembelian langsung atau tidak langsung. Pembelian langsung yaitu pembelian yang dilakukan dengan cara datang langsung ke pedagang besar farmasi yang bersangkutan dengan membawa surat pesanan yang di tanda tangani oleh apoteker pengelola apotek. Pembelian tidak langsung yaitu pembelian obat dengan cara pemesanan melalui telepon, fax dan untuk pembelian secara langsung seperti saat sales pedagang besar farmasi datang ke apotek sehingga kita dapat berinteraksi secara langsung dengan menunjukkan surat pesanan adapun untuk alat kesehatan atau obat-obat yang tidak tersedia di pedagang besar farmasi, apotek akan membeli secara langsung ke apotek lain yang tentunya perizinannya terjamin. B. SUMBER DAYA MANUSIA Apoteker pengelola apotek melakukan tanggung jawab dengan melaksanakan setiap kegiatan di Apotek baik dalam pengelolaan obat maupun pemberdayaan sumber daya manusia di apotek tersebut. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker. Asisten apoteker melaksanakan tugasnya yang mulai dari penerimaan resep, memeriksa kelengkapan dan kerasionalan resep tersebut serta ketersediaan obat tersebut di apotek. Masing-masing asisten apoteker juga bertanggung jawab atas ketersediaan obat dan obat- obat yang mendekati kadaluwarsa pada rak obat yang berada dibawa tanggung jawabnya. Bagian administrasi selalu melakukan pengecekan jumlah pendapatan Apotek per harinya, agar asisten keuangan di Apotek Mitra senantiasa menjaga hubungan baik dengan pasien, seperti sikap, keramah-tamahan yang tulus dan kekeluargaan demi memberikan pelayanan yang terbaik.
  • 4. C. PERSONALIA PELAYANAN DI APOTEK Personalia di apotek sebaiknya terdiri dari : a. Apoteker Koordinator Kepala bertugas Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan atau mengembangkan hasil usaha apotek, mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan obat sesuai dengan teknis farmasi terutama di ruang peracikan. Seorang Apotek bertugas untuk memimpin seluruh kegiatan apotek. Serta mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi. b. Apoteker pendamping (Visum) Bertugas mendampingi atau membatu tugas-tugas apoteker. c. Asisten Apoteker Asisten apoteker (AA) adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker di bawah pengawasan apoteker. d. Tenaga Administrasi, juru racik, dan keamanan. Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker) bertugas untuk mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya.
  • 5. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendirisendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat. Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Definisi diatas ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 1 ayat (a). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesa sebagai Apoteker. Adapun Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang membantu Apoteker. Asisten Apoteker menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 679/MENKES/SK/V/2003 Pasal 1, tentang Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker menyebutkan bahwa “Asisten Apoteker adalah Tenaga Kesehatan yang berijasah Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi dan Makanan Jurusan Analis Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di Apotek, Asisten Apoteker merupakan salah satu tenaga kefarmasian yang bekerja di bawah pengawasan seorang Apoteker yang memiliki SIA (Surat Izin Apotek). Apoteker Pengelola Apotek (APA) merupakan orang yang bertanggung jawab di Apotek dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker di apotek haruslah sesuai dengan standar profesi yang dimilikinya. Karena Apoteker dan Asisten Apoteker dituntut oleh masyarakat pengguna obat (pasien) untuk bersikap secara professional. Kewajiban Asisten Apoteker Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/X?2002 adalah melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat
  • 6. yang dapat dibeli tanpa resep dokter, serta memberi informasi kepada pasien. Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, dalam Pasal 1 KEPMENKES yaitu “bukti tertulis yang diberikan kepada Pemegang Surat Izin Asisten Apoteker (SIAA) untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di sarana kefarmasian”. Dengan begitu, jelas bahwa hanya Asisten Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Asisten Apoteker sajalah yang dapat mengajukan permohonan perolehan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker. Dan juga, hanya Asisten Apoteker yang memiliki Surat Izin Kerja Asisten Apoteker sajalah yang dapat melakukan pekerjaan kefarmasian seperti pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, baik itu dibawah pengawasan Apoteker, tenaga kesehatan atau dilakukan secara mandiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai contoh, pada toko obat berizin, puskesmas atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) dimana seorang Asisten Apoteker dapat melakukan pekerjaan kefarmasian tanpa pengawasan. Oleh sebab itu, seorang Asisten Apoteker harus memiliki Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, baru dapat melakukan perkerjaan kefarmasian. B. TUJUAN 1. siswa dapat memahami dan mengetahui apa yang dimaksud dengan Apotek 2. siswa dapat mengetahui bagaimana sistem manajemen dalam Apotek 3. siswa dapat mengetahui bagaimana peraturan-peraturan yang ada di Apotek 4. siswa dapat mengtahui Fungsi dan Tugas personalia dalam Apotek.
  • 7. BAB II PEMBAHASAN II.1 Pengertian Apotek Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek pada pasal 1 menyebutkan bahwa “Yang dimaksud dengan Apotek adalah suatu tempat tertentu dimana dilakukan usaha-usaha dalam bidang Farmasi dan pekerjaan Kefarmasian”. Peraturan Pemerintah tersebut kemudian dirubah dengan keluarnya PP No.25 tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 tahun 1965 tentang Apotek menjadi “Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat” Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang diperlukan dalam menunjang upaya pelayanan kesehatan. Apotek adalah suatu tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi. Perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. ( Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1998 dan Keputusan Menkes Nomor 1332/Menkes/SK/X/ 2002. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) No. 1332/MENKES/SK/X/2002, tentang Perubahan atas Peraturan MenKes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
  • 8. kefarmasianpenyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.  Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam : Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 mengenai Apotek. Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri kesehatan No. 184/MENKES/PER/II/1995. Peraturan Menteri Kesehatan No. 695/MENKES/PER/VI/2007 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang penyempurnaan pelaksanaan masa bakti dan izin kerja apoteker. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. II.2. Tugas dan Fungsi Apotek
  • 9. Tugas dan Fungsi Apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut: Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. Sarana farmasi yang telah melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata. Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada masyarakat. II.3. Persyaratan Apotek Untuk menciptakan sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan kepentingan masyarakat, maka apotek harus memenuhi syarat yang meliputi lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, perbekalan farmasi dan tenaga kesehatan yang harus menunjang penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tanpa mengurangi mutu pelayanan. (SK Menkes RI No. 278/Menkes/SK/V/1981) . II.3.1 Lokasi Lokasi apotek sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya usaha, sehingga lokasi apotek sebaiknya berada di daerah yang : a. Ramai b. Terjamin keamanannya c. Dekat dengan rumah sakit / klinik d. Sekitar apotek ada beberapa dokter yang praktek e. Mudah dijangkau f. Cukup padat penduduknya II.3.2 Bangunan Bangunan apotek harus mempunyai luas secukupnya dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Luas bangunan apotek sekurang-kurangnya 50
  • 10. M2 terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang penyimpanan obat, dan tempat pencucian alat. Bangunan apotek harus mempunyai persyaratan teknis sebagai berikut : a. Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah harus rata, tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan. b. Langit-langit harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan permukaan sebelah dalam berwarna terang. c. Atap tidak boleh lembab, terbuat dari genteng, atau bahan lain yang memadai. d. Lantai tidak boleh lembab, terbuat dari ubin, semen, atau bahan lain yang memadai. e. Setiap apotek harus memasang papan pada bagian muka apotek, yang terbuat dari papan, seng atau bahan lain yang memadai, sekurang-kurangnya berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi huruf 5 cm dan tebal 5 mm. Papan nama harus memuat : a) Nama apotek b) Nama Apoteker Pengelola Apotek c) Surat Izin Apotek d) Alamat Apotek e) Nomor Telepon Apotek II.4. Perlengkapan Apotek Apotek harus memiliki perlengkapan sebagai berikut : a. Alat pembuatan, pengelolaan dan peracikan obat / sediaan farmasi. b. Perlengkapan dan alat penyimpanan khusus narkotika dengan ukuran 140 x 80 x 100 cm dan terbuat dari kayu. c. Kumpulan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dengan apotek, Farmakope Indonesia dan Ekstra Farmakope Indonesia edisi terbaru serta buku lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal II.5. Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan
  • 11. perbekalan lainnya. Perbekalan kesehatan dikelola dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan, kemanfaatan, harga dan faktor yang berkaitan dengan pemerataan penyediaan perbekalan kesehatan. Pemerintah ikut serta dalam mem-bantu penyediaan perbekalan kesehatan yang menurut pertimbangan diperlukan oleh sarana kesehatan. II.6. Tenaga Kesehatan Disamping Apoteker Pengelola Apotek (APA), di apotek sekurang-kurangnya harus mempunyai seorang tenaga kefarmasian. Bagi apotek yang Apoteker Pengelola Apotek-nya pegawai instalasi pemerintah lainnya harus adaapoteker pendamping atau tenaga teknis kefarmasian. II.7. Struktur Organisasi Struktur organisasi di apotek diperlukan untuk mengoptimalkan kinerja apotek dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan dengan adanya struktur organisasi dalam apotek maka setiap pegawai memiliki tugas dan tangung jawab masing-masing, sesuai dengan jabatan yang diberikan, serta untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka dengan adanya suatu struktur organisasi sebuah Apotek akan memperjelas posisi hubungan antar elemen orang. II.8. Personalia Sikap karyawan yang baik, ramah dan cepat melayani pembeli, mengenal pasien di daerah sekeliling apotek sebanyak mungkin dapat membangkitkan kesan baik, sehingga peran karyawan sangat penting dalam laba yang diinginkan atau direncakan. Untuk mendapatkan karyawan yang baik di dalam apotek, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan : a. Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan b. Mendorong para karyawan untuk bekerja lebih giat c. Memberi dan menempatkan mereka sesuai dengan pendidikannya d. Merekrut calon karyawan dan mendidik sebagai calon pengganti yang tua. II.9. Fungsi dan Pembagian Tugas Di dalam sebuah apotek perlu adanya job description (uraian tugas), sehingga setiap pegawai yang bekerja mengetahui apa tugas dan tanggung jawabnya. Pembagian tugas di dalam apotek adalah sebagai berikut : II.9.1 Apoteker Tugas apoteker :
  • 12. 1. Memimpin seluruh kegiatan apotek. 2. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi yang meliputi : a) Administrasi kefarmasian b) Administrasi keuangan c) Administrasi penjualan d) Administrasi barang dagangan atau inventaris e) Administrasi personalia f) Administrasi bidang umum 3. Membayar pajak yang berhubungan dengan perapotekan. 4. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja. Tanggung jawab Apoteker : apoteker bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya dan bertanggung jawab kepada pemilik modal. II.9.2 Koordinator Kepala Tugas Koordinator Kepala yaitu : 1. Mengkoordinir dan mengawasi kerja bawahannya termasuk mengatur daftar giliran dinas, pembagian tugas dan tanggung jawab (narkotika, pelayanan dokter dan kartu stock di lemari masing-masing) 2. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan atau mengembangkan hasil usaha apotek. 3. Mengatur dan mengawasi penyimpanan dan kelengkapan obat sesuai dengan teknis farmasi terutama di ruang peracikan. 4. Memelihara buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan dijual sesuai dengan kebijaksanaan harga yang telah ditentukan. 5. Membina serta memberi petunjuk soal teknis farmasi kepada bawahannya, terutama pemberian informasi kepada pasien. 6. Bersama-sama dengan tata usaha mengatur dan mengawasi data-data administrasi untuk penyusunan laporan managerial dan laporan pertanggungjawabannya.
  • 13. 7. Mempertimbangkan usul-usul yang diterima dari bawahannya serta meneruskan atau mengajukan saran-saran untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek kepada pemimpin apotek. 8. Mengatur dan mengawasi pengamanan uang penghasilan tunai setiap hari. 9. Mengusulkan penambahan pegawai baru, penempatan, kenaikan pangkat, peremajaan bagi karyawan bawahannya kepada pemimpin apotek. 10. Memeriksa kembali : a. Resep-resep yang telah dilayani b. Laporan-laporan obat yang harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Tanggung jawab Koordinator Kepala : Koordinator Kepala ber-tanggung jawab penuh kepada pemimpin apotek (Apoteker Pengelola Apotek) atas pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai asisten Kepala. II.9.3. Tenaga teknis kefarmasian Tugas tenaga teknis kefarmasian adalah : 1. Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya, yaitu : a. Dalam pelayanan obat bebas dan resep (mulai dari menerima resep dari pasien sampai menyerahkan obat yang diperlukan) b. Menyusun buku defecta setiap pagi (membantu bagian pembeli), memelihara buku harga sehingga selalu benar dan rapi c. Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat. d. Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal, digulungkemudian disimpan e. Memelihara kebersihan ruang peracikan, lemari obat, gudang dan rak obat 2. Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai kasir, penjual obat bebas dan juru resep. Tenaga teknis kefarmasian bertanggung jawab kepada asistenkepala sesuai dengan tugasnya, artinya bertanggung jawab atas kebenaran segala tugas yang diselesaikannya, tidak boleh ada kesalahan, kekeliruan, kekurangan, kehilangan dan kerusakan. (Anief.M,2003) II.9.4 Tata Usaha (Keuangan)
  • 14. Tugas Kepala Tata Usaha, yaitu : 1) Mengkoordinir dan mengawasi kerja. 2) Membuat laporan harian, diantaranya : a) Pencatatan penjualan kartu kredit (kartu titan). b) Pencatatan pembelian (kartu hutang) dicocokkan dengan buku penerimaan barang. c) Pencatatan hasil penjualan, tagihan dan pengeluaran setiap hari. 3) Dinas luar mengurus pajak, izin-izin, dan asuransi. 4) Membuat laporan bulanan. 5) Membuat laporan tahunan tutup buku (neraca dan perhitungan rugi laba). 6) Surat menyurat. Kepala tata usaha bertanggung jawab kepada apoteker pengelola apotek. II.9.5 Pemegang Kas (Kasir) Tugas kasir adalah : a. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu pula dengan pengeluaran uang, yang harus dilengkapi pendukung berupa kwitansi dan nota yang sudah diparaf oleh pengelola apotek dan pejabat yang ditunjuk. b. Menyetorkan dan mengambil uang, baik dari kasir besar atau bank. Tanggung jawab Kasir : Kasir bertanggungjawab atas kebenaran jumlah uang yang dipercayakan kepadanya dan bertanggung jawab langsung kepada pengelola apotek. 2.10 Kegiatan Apotek Untuk mencapai tujuan yang maksimal di dalam suatu apotek harus dilakukan pengolahan yang baik, meliputi : 1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pencampuran, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan
  • 15. obat atau bahan obat. 2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya 3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya, yaitu : a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi diberikan baik kepada dokter dan tenaga-tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat. b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya sautu obat dan perbekalan lainnya. 2.11 Kegiatan Teknis farmasi 2.11.1 Pengadaan Barang (Pembelian) Berhasil tidaknya tujuan usaha tergantung kepada kebijaksanaan pembelian. Pembelian harus menyesuaikan dengan hasil penjualan sehingga ada keseimbangan antara penjualan dan pembelian. Selain itu harus sesuai dan cukup ekonomis dilihat dari segi penggunaan dana yang tersedia. Dalam melakukan pembelian harus memperhitungkan faktor-faktor : 1. Waktu pembelian Hal yang paling utama untuk menentukan waktu pembelian yaitu keadaan persediaan barang, oleh karena itu sebelum persediaan habis pembelian harus sudah dilakukan 2. Lokasi apotek Apotek yang terletak di kota-kota besar yang terdapat banyak PBF sangat mudah untuk melakukan pembelian, dibandingkan dengan lokasi apotek di daerah terpencil, sehingga pembelian dapat dilakukan pada saat barang hampir habis. 3. Frekuensi dan Volume Pembelian Makin kecil volume barang yang dibeli, maka makin tinggi frekuensinya dalam melakukan pembelian, sehingga akan memperbanyak pekerjaan barang masuk dari pembeli, baik kontan maupun kredit. Pembelian harus berencana, disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan di apotek tersebut. Jenis obat yang diperlukan dapat dilihat dari buku defecta, baik dari bagian penerimaan resep atau obat bebas maupun dari petugas gudang. a) Prosedur Pembelian meliputi :
  • 16. (1) Persiapan Yaitu pengumpulan data obat-obat yang dipesan, data tersebut diperoleh dari buku defecta, racikan maupun gudang. (2) Pemesanan Untuk setiap pemesanan sebaiknya disiapkan minimal rangkap dua, satu untuk supplier yang dilampirkan dengan faktur pada waktu mengirim barang, dan yang satu untuk mengontrol kiriman barang yang kita pesan. (3) Penerimaan Petugas penerima barang harus mencocokkan dengan faktur dan surat pesanan. Apabila ada tanggal kadaluarsa dicatat dalam buku tersendiri. (4) Penyimpanan Barang/obat disimpan ditempat yang aman, tidak terkena sinar matahari langsung. Untuk narkotika didalam lemari khusus dan obat-obat yang mudah rusak pada suhu ruang sebaliknya disimpan didalam lemari es. (5) Pencatatan Dari faktur disalin dalam buku penerimaan barang yang mencakup nama supplier, nama obat, banyaknya, harga satuan, potongan harga, nomor urut dan harga. Setiap haari dijumlah, sehingga diketahui banyaknya hutang. Faktur-faktur kemudian diserahkan kepada tata usaha untuk diperiksa, lalu dibundel untuk menunggu waktu jatuh tempo. (6) Pembayaran Barang yang sudah diterima dibayar pada saat jatuh tempo. Setelah faktur dikumpulkan lalu masing-masing dibuatkan bukti kas keluar serta cheque / giro, kemudian diserahkan kepada kasir besar untuk ditandatagani oleh pimpinan sebelum dibayarkan kepada supplier. b) Sistem Pengadaan Barang (Pembelian)  Pembelian tetap (Stable Purchase Level) Merupakan pembelian dalam jumlah yang tetap dengan menggunakan sistem kontrak. Distributor mengirim barang tiap bulan dalam jumlah yang tetap. Kerugiannya adalah stock barang akan menumpuk bola omzet penjualan menurun.  Stock tetap (Stable Inventory Level) Merupakan pembelian dalam jumlah terbatas. Pembelian ini dilakukann hanya untuk
  • 17. menjaga stock digudang tetap. Kerugiannya adalah apabila omzet penjualan meningkat, ada kemungkinan permintaan tidak dapat terpenuhi. Hal ini dilakukan bila dana terbatas dan PBF berada dalam satu kota. Pembelian dan stock fleksibel (Flexible Purchase and Inventory Level) Merupakan pembelian dengan jumlah yang tidak tetap, disesuaikan dengan kebutuhan tergantung situasi dan kondisi. Pengawasan stock obat atau barang melalui kartu stock sangat penting, dengan demikian dapat diketahui persediaan yang telah habis dan yang kurang laku. Pembelian juga dapat dilakukan dengan cara : (1) Hand to Mouth Buying Yaitu pembeliaan dalam jumlah terbatas sesuai dengan kebutuhan, hal ini dilakukan bila dana terbatas dan P.B.F. berada dalam satu kota. (2) Pembeliaan secara spekulasi Pembeliaan ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena adanya diskon atau bonus. (3) Pembelian berencana Pembelian berencana sangat berkaitan dengan pengendalian persediaan barang, pembelian berencana dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:  Membandingkan jumlah pembelian dengan penjualan tiap bulan.  Dengan melihat kartu stock untuk mengontrol mutasi obat danpersediaan lain.  Economic Order Quality (EQQ) 2.11.2 Penyimpanan Barang Obat atau barang dagangan yang sudah dibeli tidak semuanya langsung dijual, oleh karena itu harus disimpan dalam gudang terlebih dahulu dengan tujuan antara lain : 1) Tidak dapat terkena sinar matahari langsung. 2) Cukup almari, kuat dan dapat dikunci dengan baik.
  • 18. 3) Tersedia rak yang cukup baik. 4) Merupakan ruang tersendiri dalam komplek apotek. Obat yang disimpan dalam gudang tidak diletakkan begitu saja, tetapi disimpan menurut golongannya, yaitu : 1) Bahan baku disusun secara abjad dan dipisahkan antara serbuk, setengah padat, bentuk cairan yang mudah menguap agar disendirikan. 2) Obat jadi disusun menurut abjad, menurut pabrik atau menurut persediaannya. 3) Sera, vaksin dan obat-obatan uang mudah rusak atau mudah meleleh disimpan di kamar atau disimpan di lemari es. 4) Obat-obat narkotika disimpan di lemari khusus sesuai dengan persyaratan 5) Obat-obat psikotropika (OKT) sebaiknya disimpan tersendiri. Akhir-akhir ini sudah menjadi mode digunakannya lemari obat berbentuk rumah lebah, dan berkotak-kotak. Selain menghemat ruang, tempat kerja pun menjadi rapih dan bersih. Rak- rak obat dapat terbuat dari kayu dan besi. Penyusunan obat dipakai sistem FIFO (First in First Out), artinya obat-obatan yang masuk terlebih dahulu ke gudang, terlebih dahulu keluarnya. Jadi yang terlebih dahulu masuk diletakkan di depan sedangkan yang terakhir masuk diletakkan dibelakang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan obat yaitu : 1.Pencatatan tanggal kadaluarsa setiap macam obat terutama obat antibiotika, sebaiknya dicatat dalam buku tersendiri 2.Untuk persediaan obat yang telah menipis jumlahnya perlu dicatat dalam buku defecta, yang nantinya diberitahukan kepada bagian yang bertanggungjawab dalam hal pembelian. (Wijayanti.N,1990) 2.11.3 Pelayanan Kefarmasian (Penjualan) Dalam melakukan pelayanan suatu apotek seharusnya mempunyai motto: 1. Pembeli adalah raja, yang harus dilayani sebaik mungkin. 2. Pembeli yang membawa resep dokter ke apotek harus diusahakan semaksimal mungkin sehingga mau menebus obatnya di apotek tersebut, dengan kata lain yang masuk keluarnya harus obat. 3. Pembeli apapun di apotek harus diusahakan agar mereka menjadi pembeli apotek tersebut.
  • 19. Sebuah apotek perlu memperhatikan hal-hal yang dapat menarik para pembeli obat, antara lain dengan ruang tunggu yang diatur dengan baik, menyenangkan, penerangan yang cukup pada malam hari, pelayanan yang ramah, baik dan cepat. Pelayanan di apotek meliputi pelayanan resep dan non resep. a. Pelayanan non Resep Obat-obat bebas membutuhkan penataan di lemari etalase secara farmakologis atau berdasarkan khasiat obat. Hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah : a) Harga harus bersaing dengan toko-toko obat di sekitarnya, kurang lebih 10% - 15% dari harga pembelian. b) Penyetokan dilakukan dengan cara stock tetap yang sering disebutmoeder stock, yaitu obat tertentu harganya tetap. b. Pelayanan Resep Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat alternatif. Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien. Informasi meliputi cara penggunaan obat, dosis dan frekuensi pemakaian, lamanya obat digunakan indikasi, kontra indikasi, kemungkinan efek samping dan hal-hal lain yang diperhatikan pasien. Apabila apoteker menganggap dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, harus diberitahukan kepada dokter penulis resep. Bila karena pertimbangannya dokter tetap pada pendiriannya, dokter wajib membubuhkan tanda tangan atas resep. Salinan resep harus ditanda tangani oleh apoteker. Pelayanan resep didahului proses skrining resep yang meliputi pemeriksaan kelengkapan resep, keabsahan dan tinjauan kerasionalan obat. Resep yang lengkap harus ada nama, alamat dan nomor ijin praktek dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R pada bagian kiri untuk tiap penulisan resep, nama obat dan jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan lain (iter, prn, cito) yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf dokter. Tinjauan kerasionalan obat meliputi pemeriksaan dosis, frekuensi pemberian, adanya polifarmasi, interaksi obat, karakteristik penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan.
  • 20. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, mencampur, mengemas dan memberi etiket pada wadah. Pada waktu menyiapkan obat harus melakukan perhitungan dosis, jumlah obat dan penulisan etiket yang benar. Sebelum obat diserahkan kepada penderita perlu dilakukan pemeriksaan akhir dari resep meliputi tanggal, kebenaran jumlah obat dan cara pemakaian. Penyerahan obat disertai pemberian informasi dan konseling untuk penderita beberapa penyakit tertentu. (Mulyani Bunyamin.I, 2007) Resep merupakan sarana pengubung antara dokter sebagai pemeriksa / pendekteksi penyakit, penderita dengan apoteker sebagai pengelola Apotek. Sehingga memerlukan pengetahuan khusus sesuai dengan prosedur yang berlaku, maka dokter sebagai penulis resep harus mendalami peraturan perundang undangan tentang obat-obatan (S.P Men Kes RI No. 193/Keb/BVII/71. Apabila dalam suatu resep terdapat kekeliruan atau penu-lisan resep yang tidak tetap sehingga dapat membahayakan pasien, maka apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep dan jika tidak dapat dihubungi penyerahan obat dapat ditunda. Agar dalam melayani lebih maksimal, sebaiknya seorang Tenaga teknis kefarmasian jangan mengerjakan lebih dari 100 resep setiap hari dinasnya yang biasanya berkisar antara 6-7 jam. Penjualan obat melalui resep dapat dilakukan dengan alur sebagai berikut : 1. Pasien membawa resep diserahkan kepada Apoteker / AA 2. Apoteker / AA 1) Mengontrol apakah resepnya syah dan lengkap 2) Mengontrol apakah dosis sesuai atau belum 3) Mengontrol harga obatnya 2.11.4 Pengelolaan Apotek (UU RI No. 22.1997) a. Produksi Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan perubahan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi, sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, serta menjamin ketersediaan obat narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk keperluan ketersediaan narkotika setiap tahun, Menteri Kesehatan memberikan izin khusus untuk memproduksi narkotika kepada Apotek yang telah memiliki izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melakukan pengendalian tersendiri dalam
  • 21. pelaksanaan pengawasan terhadap proses produksi, bahan baku narkotika dan hasil akhir dari proses produksi narkotika. b. Peredaran Setiap kegiatan dalam rangka peredaran narkotika wajib dilengkapi dengan dokumen yang syah. Peredaran narkotika meliputi setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyerahan narkotika baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan, pemindah tangan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengetahuan. Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah terdaftar pada Departemen Kesehatan. Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit dan dokter. Penyerahan narkotika kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dan disimpan tersendiri dari resep yang lain. c. Penyimpanan Setiap apotek harus mempunyai tempat khsus untuk menyimpan obat-obatan yang mengandung narkotika. Tempat khusus tersebut seluruhnya harus terbuat dari bahan kayu atau bahan lain yang kuat serta dilengkapi dengan kunci pengaman. Untuk obat-obatan lainnya, sistem penyimpanannya disusun berdasarkan abjad dari nama obat tersebut ataupun berdasarkan nama pabrik obat yang memproduksi obat-obatan tersebut, sedangkan obat-obatan lainnya yang memerlukan perlakuan khusus pada proses penyimpanannya seperti pada tempat yang bersuhu dingin haruslah disimpan dalam lemari es yang khusus menyimpan obat-obatan jenis ini. Obat yang disimpan pada tempat penyimpanan sebaiknya dilengkapi dengan kartu stock guna mempermudah pendataan dari obat-obat yang telah dikeluarkan dari tempat persediaan. 2.12 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian 2.12.1 Pembukuan Pembukuan diperlukan untuk menampung seluruh kegiatan perusahaan dan mencatat transaksi-transkasi yang telah dilaksanakan. Buku-buku harian yang diperlukan antara lain : a. Buku bank b. Buku kassss c. Buku permintaan barang apotek d. Buku penerimaan barang e. Buku laporan penjualan apotek
  • 22. f. Buku pembelian g. Buku penjualan pedangan besar Tenaga pembukuan yang benar-benar mengerti dalam bidang pembukuan sangat diperlukan dalam sebuah apotek, karena pada tiap akhir tahun harus menyiapkan acara per tanggal 31 Desember dan perhitungan laba rugi. 2.12.2 Pelaporan Untuk memudahkan dalam penulisan laporan yang akan dilaporkan kepada Kantor Wilayah Departemen Kesehatan maka untuk obat narkotika diadakan stock opname setiap sebulan sekali pada tanggal satu dan dibuat laporannya sebanyak tiga rangkap yang ditunjukan ke Dinas Kesehatan Kota, serta tembusan ke Dinas Kesehatan Propinsi dan Badan POM sediaan lainnya diadakan stock opname setiap setahun sekali tiap akhir tahun. Apoteker Pengelola Apotek (APA) menyusun resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep harus disimpan setiap sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lain. Untuk pelaporan resep harus dituliskan jumlah resep yang masuk dengan mencantumkan harga dari masing-masing resep. Resep yang telah disimpian melebihi jangka waktu penyimpanan dapat dimusnahkan dan dibuat berita acaranya. II.13. Manajemen Apotek Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek. Sekecil apapun suatu apotek, sistem manajemennya akan terdiri atas setidaknya beberapa tipe manajemen, yaitu : 1. Manajemen keuangan 2. Manajemen pembelian 3. Manajemen penjualan 4. Manajemen Persediaan barang 5. Manajemen pemasaran 6. Manajemen khusus Manajemen keuangan tentunya berkaitan dengan pengelolaan keuangan, keluar masuknya uang, penerimaan, pengeluaran, dan perhitungan farmako ekonominya.
  • 23. Manajemen pembelian meliputi pengelolaan defekta, pengelolaan vendor, pemilihan item barang yang harus dibeli dengan memperhatikan FIFO dan FEFO, kinetika arus barang, serta pola epidemiologi masyarakat sekitar apotek. Manajemen penjualan meliputi pengelolaan penjualan tunai, kredit, kontraktor. Manajemen persediaan barang meliputi pengelolaan gudang, persediaan bahan racikan, kinetika aarus barang. Manajemen persediaan barang berhubungan langsung dengan manajemen pembelian. Manajemen pemasaran , berkaitan dengan pengelolaan dan teknik pemasaran untuk meraih pelanggan sebanyak-banyaknya. Manajemen pemasaran ini tampak padaapotek modern, tetapi jarang diterapkan pada apotek-apotek konvensional. Manajemen khusus, merupakan manajemen khas yang diterapkan apotek sesuai dengan kekhasannya, contohnya pengelolaan untuk apotek yang dilengkapi dengan laboratorium klinik, apotek dengan swalayan, dan apotek yang bekerjasama dengan balai pengobatan, dan lain-lain.
  • 24. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. 2. Sistem Manajemen di Apotek Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek. Sekecil apapun suatu apotek, sistem manajemennya akan terdiri atas setidaknya beberapa tipe manajemen, yaitu : 1) Manajemen keuangan 2) Manajemen pembelian 3) Manajemen penjualan 4) Manajemen Persediaan barang 5) Manajemen pemasaran 6) Manajemen khusus 3. Struktur Organisasi yang ada di Apotek terdiri dari
  • 25. - Direktur / Pemilik Apotek - Kepala / Pengelola Apotek - Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker) - Bagian Penjualan - Bagian Gudang - Bagian pembelian 4. Fungsi dan Personalia di Apotek adalah :  Koordinator Kepala bertugas Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan atau mengembangkan hasil usaha apotek, mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan obat sesuai dengan teknis farmasi terutama di ruang peracikan.  Seorang Apotek bertugas untuk memimpin seluruh kegiatan apotek. Serta mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi.  Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker) bertugas untuk mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya B. SARAN 1. Semoga makalah ini bisa memberi pengetahuan yang mendalam kepada para siswa khususnya pengetahuan mengenaiAminoglikosida. 2. Semoga makalah ini bisa dimanfaatkan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.