1. LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN VI
ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Disusun oleh :
Lulu Luthfiyah
24030121140138
Asisten Laboratorium :
Natasha Jeslyn Pesuarissa
24030119130056
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
2. LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 6
ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Asisten Laboratorium
Natasha Jeslyn Pesuarissa
NIM. 24030119130056
Praktikan 1
Lulu Luthfiyah
NIM. 24030121140138
3. Abstrak
Telah dilakukan percobaan 6 yang berjudul Elektrolit dan Non elektrolit.
Tujuan dari percobaan ini yaitu agar praktikum mengetahui sifat-sifat dari
senyawa elektrolit dan mengetahui perbedaan antara senyawa elektrolit dan
non elektrolit. Metode yang digunakan adalah mencelupkan elektroda ke
dalam larutan yang akan diuji cobakan dengan kuat arus listrik sehingga
kuat arus akan muncul di multimeter. Elektroda merupakan konduktor yang
dilalui arus listrik dari satu media ke yang lain, biasanya dari sumber listrik
ke perangkat atau bahan. Elektroda digunakan dalam listrik, baterai,
pengelasan, dan industri untuk proses elektrolisis. Multimeter adalah alat
ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listri. Prinsip dalam metode ini
adalah hubungan derajat ionisasi arus listrik. Derajat ionisasi adalah
perbandingan jumlah mol yang terionisasi dengan mol mula-mula
sedangkan arus listrik merupakan merupakan aliran elektron dari atom ke
atom yang terjadi pada sebuah pengantar dengan kecepatan dalam waktu
tertentu. Hasil yang diperoleh pada metode dan prinsip ini adalah pada
larutan NaCl, HCl, CH3COOH, NH3, gula, padatan NaCl, dan coca-cola
mengasilkan masing masing arus listrik sebesar 0,83 A, 1,29 A, 0,16 A, 0,07
A, 0,076 A, 0,002 A, dan 0,216 A. Dimana larutan NaCl, HCl adalah
elektrolit kuat, larutan CH3COOH, NH3 dan Coca-cola adalah elektrolit
lemah, sedangkan larutan gula dan padatan NaCl adalah non elektrot.
Kata kunci : Elektroda, Multimeter, Arus listrik.
4. PERCOBAAN 6
ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1.Mengetahui sifat-sifat dari senyawa elektrolit
1.2.Mengetahui perbedaan antara senyawa elektrolit dan non elektrolit
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan
Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi, baik sebagai molekul atom, maupun ion yang
komposisinya dapat bervariasi
(Baroroh, 2004)
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan
dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga
dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau
oksigen dalam air. Selain itu cairan dapat pula larut dalam cairan lain.
Larutan berdasarkan daya hantar listriknya terbagi menjadi dua macam
yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit.
2.2 Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik dikarenakan zat elektrolit terurai menjadi ion-ion yang dapat
bergerak bebas. Contohnya bila gas HCl dilarutkan dalam air, reaksi
yang terbentuk adalah sebagai berikut
𝐻𝐶𝑙(𝑔) + 𝐻2𝑂 → 𝐻3𝑂+
(𝑎𝑞)
+ 𝐶𝑙−
(𝑎𝑞)
Larutan elektrolit terdiri dari elektrolit kuat dan elektrolit lemah.
a. Elektrolit kuat
Zat terlarut elektrolit kuat di dalam pelarut berubah menjadi
ion-ion seluruhnya atau terionisasi sempurna sehingga jumlah zat
elektrolit yang terionisasi sama dengan 1 (α=1). Contoh elektrolit
kuat:
5. Asam-asam kuat
Basa-basa kuat dari golongan IA dan IIA, Kecuali
𝐵𝑒(𝑂𝐻)2 𝑑𝑎𝑛 𝑀𝑔(𝑂𝐻)2
Garam-garam yang mudah larut dan selain garam merkuri
b. Elektrolit lemah
Zat elektrolit terurai membentuk ion-ionnya di dalam air.
Tetapi hanya sebagian. Oleh karena itu derajat ionisasi larutan
adalah 0<α<1. Contoh elektrolit lemah:
Asam-Asam lemah
Basa lemah seperti beberapa basa dari logam transisi
Garam-garam yang sukar larut
(Albert, 2009)
2.3 Larutan Non Elektrolit
Molekul ion yang tidak ada yang terionisasi dalam larutan
sehingga tidak ada ion bermuatan yang dapat menghantarkan arus
listrik. Partikel zat tidak dapat terlepas sebagai ion-ion bebas karena
gaya tarik-menarik dengan molekul air tidak cukup kuat untuk
memutuskan ikatan. Contoh larutan non elektrolit antara lain: larutan
urea, larutan alcohol, larutan sukrosa, dan lain-lain.
Larutan berdasarkan tingkat kejenuhan terhadap zat terlarut
a. Larutan jenuh
Jika zat terlarut dimasukkan ke dalam larutan jenuh, maka
zat terlarut tersebut akan menjadi endapan karena larutan jenuh tidak
dapat melarutkan zat terlarut yang telah ditambahkan tersebut.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa konsep larutan jenuh
adalah larutan yang mengandung zat terlarut maksimum pada suhu
tertentu
b. Larutan lewat jenuh
Dinamakan larutan lewat jenuh apabila zat terlarut
ditambahkan dalam larutan maka akan terbentuk endapan zat
6. terlarut larutan lewat jenuh yang jumlahnya lebih banyak dari
jumlah zat terlarut yang ditambahkan.
c. Larutan belum jenuh
Jumlah zat terlarut dalam larutan ini lebih sedikit
dibandingkan dengan zat terlarut dalam larutan jenuh ataupun
larutan belum jenuh. Zat terlarut yang ditambahkan dalam larutan
ini seluruhnya akan terlarut.
(Albert, 2009)
2.4 Derajat ionisasi
Derajat ionisasi menunjukan perbandingan mol zat terlarut yang
terurai dengan jumlah mol zat terlarut awal. Derajat ionisasi berkisar
antara 0 hingga 1
(Utami, 2020)
𝛼 =
jumlah mol zat yang terionisasi
jumlah mol mula−mula
Keterangan :
Elektrolit kuat memiliki harga α=1, sebab semua zat yang
dilarutkan terurai menjadi ion
Elektrolit lemah memiliki harga α<1, sebab hanya Sebagian
zat yang dilarutkan terurai menjadi ion
Adapun non elektrolit memiliki α=0, sebab tidak ada yang
terurai menjadi ion
Jadi:
Elektrolit kuat : α=1 (terionisasi sempurna)
Elektrolit lemah : 0<α<1 (terionisasi sebagian)
Non elektrolit : α=0 (tidak terionisasi)
(Roni2013)
7. 2.5 Ikatan ionik
Ikatan Ionik adalah ikatan tarik-menarik antara ion-ion
positif dan ion-ion negatif dengan adanya gaya elektrostatis. Ikatan ion
dapat terjadi karena adanya serah terima elektron yang menyebabkan
terbentuknya ion positif bagi yang menyerahkan elektron dan ion negatif
bagi yang menerima elektron. Ikatan ion terbentuk antara atom-atom
yang mempunyai perbedaan kecenderungan untuk menerima dan
melepas elektron yang besar. Contohnya terjadi antara unsur non-logam
atau golongan VII A dan VII A bagian atas dengan unsur-unsur logam
rekatif atau golingan I A dan II A.
Atom non-logam dengan afinitas elektron bertanda negatif besar
akan menerima elektron, sedangkam logam dengan energi ionisasi
rendah akan melepaskan elektron. Contohnya dalam pembentukan
NaCl. Atom Na dengan nomor atom 11 dan konfigurasi elektron 2,8,1.
Kondisi ini menyebabkan Na tidak stabil sesuai dengan kaidah oktet,
oleh karena itu Na harus melepaskan 1 ion dan menjadi Na+
dengan
konfigurasi 2,8 dengan reaski Na Na+
+ e-
(Rahardjo 2018).
Elektron yang dilepaskan akan ditangkap oleh atom lain yakni
oleh atom Cl. Cl mempunyai nomor atom 17 dengan konfigurasi
elektron 2,8,7 menyebabkan atom ini tidak stabil karena tidak sesuai
kaidah oktet. Atom Cl lebih mudah untuk menangkap 1 elektron
dibandingkan melepas 7 elektron. Oleh karena itu, elektron yang dilepas
Na akan ditangkap oleh Cl dengan reaksi Cl + e-
Cl-
sehingga
memiliki konfigurasi elektron 2,8,8
(Rahardjo 2018)
2.6 Ikatan kovalen polar
Ikatan kovalen polar adalah ikatan yang terjadi antara atom
nonlogam yang berbeda jenis. Ikatan ini juga dapat terjadi pada atom-
atom dengan perbedaan keelektronegatifan yang besar. Dalam ikatan
kovalen polar ini, pasangan elektron bersama akan berada lebih dekat
8. dengan inti atom. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh daya tarik
elektron. Atom yang memiliki keelektronegatifan yang tinggi akan
mempunyai daya tarik yang lebih kuat. Sedangkan atom dengan
keelektronegatifan yang kecil akan menjadi kutub positif. Terdapat dua
faktor yang mempengaruhi kepolaran dari suatu senyawa, yaitu:
1. Selisih keelektronegatifan, dimana semakin besar selisih
keelektronegatifan atom yang menyusun suatu molekul maka
molekul tersebut akan semakin polar.
2. Bentuk geometri molekul, dimana molekul dengan
bentuknya simetris akan bersifat nonpolar, sedangkan asimetris
memiliki sifat polar
(Jamilah, 2018)
2.7 Ikatan kovalen non polar
Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan pada pasangan
elektron yang memiliki bentuk ikatan atau tarikan sama kuat ke arah
atom–atom yang berikatan, terbentuk dari atom–atom yang memiliki
perbedaan nilai keelektronegatifan yang kecil dengan nilai nol sehingga
tidak memiliki pasangan elektron ikatan. contoh:
H2O, CO2, HBr , HCl, dan HI
( Rusianti , 2019 )
Ciri – ciri
Bentuk biatom
Dalam bentuk biatom senyawa yang memiliki ikatan kovalen Nonpolar
memiliki sifat tidak dapat membentuk kutub positif dan negatif ,
dengan elektronegatifan kecil (< 0,5 )
Bentuk poliatom
Momen dipol dirumuskan sebagai berikut :
𝜇 = 𝛿 × 𝑟
Keterangan :
𝜇 = momen dipol
𝛿 = kelebihan muatan pada masing – masing atom
9. 𝑟 = jarak antara kedua inti atom
Senyawa dengan ikatan kovalen nonpolar memiliki momen dipol sama
dengan nol, dengan bentuk molekul simetris sehingga tidak memiliki
pasangan electron bebas pada pusat atomnya.
Sifat senyawa
Perbedaan Senyawa kovalen non polar
Keelektronegatifan Kecil atau nol pada biatom
sejenis
Pasangan Elektron Ikatan
(PEI)
Tertarik sangat kuat
Pasangan Elektron Bebas
(PEB)
Tidak memiliki PEB pada atom
pusat
Bentuk Simetris
Daya Hantar Listrik Tidak dapat menghantar listrik
Momen Dipol Sama dengan Nol
Kelarutan Terlarut pada larutan nonpolar
lainnya
( Konsep ,2021)
2.8 ANALISA BAHAN
2. 8. 1 NaCl
Sifat kimia: Memiliki titik leleh 810°C dan titik didih 1413°C,
Berat Molekul 58,44 g/mol, mempunyai pH 6,7- 7,3
Sifat Fisika: Berwarna putih, tidak berbau, tidak mudah terbakar,
mudah larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol
(Anggraeni, 2020)
2. 8. 2 HCl
10. Sifat kimia: bersifat asam, mudah larut dalam pelarut air, dan
mudah menguap.
Sifat fisika: tidak berwarna, berbentuk cairan, memiliki bau yang
kuat, serta bersifat korosif yang berarti akan merusak dan
mengikis jaringan biologis bila tersentuh.
(Yurida et al., 2013)
2. 8. 3 CH3COOH
Sifat Kimia: Asam asetat mengandung tidak kurang dari 36,0
%b/b dan tidak lebih dari 37,0 %b/b C2H4O2. Asam asetat mudah
menguap diudara terbuka, mudah terbakar, dan dapat
menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat larut dalam air
dengan suhu 20°C, etanol (9,5%) pekat, dan gliserol pekat.
Asam asetat jika diencerkan tetap bereaksi asam. Penetapan
kadar asam asetat biasanya menggunakan basa natrium
hidroksida, dimana 1ml natrium hidroksida 1N setara dengan
60,05 mg CH3COOH
Sifat fisika dari asam asetat adalah berbentuk cairan jernih, tidak
berwarna, berbau menyengat, berasa asam mempunyai titik beku
16,60°C, titik didih 118,10°C dan larut dalam alkohol, air, dan
eter. Asam asetat tidak larut dalam karbon disulfida. Asam asetat
dibuat dengan fermentasi alkohol oleh bakteri Acetobacter
pembuatan dengan cara ini biasa digunakan dalam pembuatan
dalam cuka makan (Sarsojoni,1996). Asam asetat mempunyai
rumus molekul CH3COOH dan bobot molekul 60,05.
(DepkesRI,1995)
2. 8. 4 NH3
Sifat kimia: Amonia gas yang tidak berwarna, gas ammonia
lebih ringan dibandingkan udara, demham demsitas kira-kira 0,6
kali densitas udara pada suhu yang sama, gas ammonia
11. mempunyai bau yang tajam, gas ammonia beracun bagi hamper
organisme
(Brigden dan Stringer, 2000)
Sifat Fisika: Rumus molekul NH3, berat molekul 17,03g/mol
Berbentuk cairan, tidak berwarna, titik didih : -33,4 °C, titik
lebur : -77,7 °C, Kemurnian 99,5%
(Appl, 2009)
2. 8. 5 Gula
Sifat kimia : dalam suasana asam dan suhu yang tinggi akan
mengalami inverse menjadi glukosa dan fruktosa
Sifat fisika : : berbentuk padatan, berwarna putih, larut dalam air
dan etanol, tidak larut dalam eter, titik lebur 180⁰C, bersifat optis
aktif, dan tidak berbau
(Mulyakin et al., 2020)
2. 8. 6 Padatan NaCl
Sifat Kimia: Dapat menyerap air (higroskopis), mudah larut
dalam air, gliserol, serta amonia, tetapi hanya sedikit larut dalam
alkohol dan tidak larut dalam asam klorida.
Sifat Fisika: Berbentuk garam kristal atau bubuk putih, memiliki
massa molar sebesar 58,44 g/mol, massa jenis sebesar 2,16
g/cm^3, serta titik didihnya 25℃.
(Oktari, 2014)
2. 8. 7 Coca- Cola
Sifat kimia: Larut dalam air, bersifat larutan yang bersoda,
bersifat asam karena terdapat asam sitrat
Sifat Fisika: Bersifat larutan, bersoda, berwarna caramel,
mempunyai rasa yang tajam berasal dari penggunaan asam fosfat
12. III. METODE PERCOBAAN
5.1 Alat dan bahan
Alat Bahan
1. Gelas kimia 250 ml
2. Elektroda
3. Kawat penjepit
4. Baterai
5. Bola lampu
6. Sakelar
7. Gelas kimia 100 ml
1. Larutan NaCl
2. Larutan HCl
3. Larutan CH3COOH
4. Larutan NH3
5. Larutan gula
6. Padatan NaCl
7. Coca-cola
8. Aquades
5.2 Gambar alat
Alat Gambar
1. Gelas kimia 250 ml
2. Elektroda
14. 7. Gelas Kimia 100 ml
5.3 Skema kerja
3. 3. 1 Menguji daya hantar listrik senyawa NaCl
NaCl
Gelas beker
3. 3. 2 Menguji daya hantar listrik HCl
HCl
Gelas beker
Masukan NaCl ke gelas beker 100 ml
Penambahan aquades
Bilas elektoda dengan aquades
Masukan elektroda ke dalam gelas bekker
Siapkan alat uji elektrolit
Pengamatan nyala lampu, gelembung dan kuat arus
Hasil
15. 3. 3. 3 Menguji daya hantar listrik CH3COOH
CH3COOH
Gelas beker
3. 3. 4 Menguji daya hantar listrik NH3
NH3
Gelas beker
Masukan HCl ke gelas beker 100 ml
Penambahan aquades
Bilas elektoda dengan aquades
Masukan elektroda ke dalam gelas bekker
Siapkan alat uji elektrolit
Pengamatan nyala lampu, gelembung dan kuat arus
Hasil
Masukan CH3COOH ke gelas beker 100 ml
Penambahan aquades
Bilas elektoda dengan aquades
Masukan elektroda ke dalam gelas bekker
Siapkan alat uji elektrolit
Peng-se-tan multimeter
Pengamatan nyala lampu, gelembung dan kuat arus
Hasil
16. 3. 3. 5 Menguji daya hantar listrik larutan gula
Gula
Gelas beker
3. 3. 6 Menguji daya hantar listrik padatan NaCl
Padatan NaCl
Gelas beker
Masukan NH3 ke gelas beker 100 ml
Penambahan aquades
Bilas elektoda dengan aquades
Masukan elektroda ke dalam gelas bekker
Siapkan alat uji elektrolit
Pengamatan nyala lampu, gelembung dan kuat arus
Hasil
Masukan glukosa ke gelas beker 100 ml
Penambahan aquades
Bilas elektoda dengan aquades
Masukan elektroda ke dalam gelas bekker
Siapkan alat uji elektrolit
Pengamatan nyala lampu, gelembung dan kuat arus
Hasil
17. 3. 3. 7 Menguji daya hantar listrik coca-cola
Coca-cola
Gelas beker
Bilas elektoda dengan aquades
Masukan elektroda ke dalam gelas bekker
Siapkan alat uji elektrolit
Pengamatan nyala lampu, gelembung dan kuat arus
Hasil
Bilas elektoda dengan aquades
Masukan elektroda ke dalam gelas bekker
Siapkan alat uji elektrolit
Pengamatan nyala lampu, gelembung dan kuat arus
Hasil
18. IV. DATA PENGAMATAN
No. Bahan Keterangan Kuat arus Jenis Elektrolit
1. Larutan NaCl Nyala lampu terang
dan terdapat
gelembung
0,83 A Elektrolit kuat
2. Larutan HCl Nyala lampu terang
dan terdapat
gelembung
1,29 A Elektrolit kuat
3. Larutan
CH3COOH
Nyala lampu redup
dan terdapat sedikit
gelembung
0,16 A Elektrolit lemah
4. Larutan NH3 Nyala lampu redup
dan terdapat sedikit
gelembung
0,07 A Elektrolit lemah
5. Larutan gula Lampu tidak
menyala dan tidak
terdapat gelembung
0,076 A Non elektrolit
6. Padatan NaCl Lampu tidak
menyala dan tidak
terdapat gelembung
0,002 A Non elektrolit
7. Coca-cola Lampu tidak
menyala dan
terdapat sedikit
gelembung
0,216 A Elektrolit lemah
19. V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan 6 dengan judul “Elektrolit dan Non
Elektrolit” dengan tujuan mengetahui sifat-sifat senyawa dari elektrolit dan
mengetahui perbedaan antara senyawa elektrolit dan non elektrolit,
menggunakan prinsip hubungan derajat ionisasi dan arus listrik serta
menggunakan metode dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam larutan
yang akan diuji cobakan sehingga kuat arus akan muncul di multimeter.
5.1 Menguji daya hantar listrik senyawa NaCl
Pada percobaan ini praktikan menguji daya hantar listrik larutan
NaCl yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan elektrolit kuat,
elektrolit lemah dan non elektrolit. Langkah pertama yaitu masukan
NaCl 50 ml ke dalam gelas beker 100ml untuk diencerkan dengan
aquades sampai tanda batas. Tujuan dari pengenceran NaCl adalah agar
konsentrasi larutan berkurang atau semakin kecil, sehingga ion-ion
mudah bergerak dan reaksi larutan dapat diamati dengan baik. Langkah
selanjutnya bilas elektroda dengan aquades, pembilasan ini bertujuan
agar sisa- sisa zat pada elektoda tidak tercampur dengan zat lain
sehingga mendapatkan hasil yang akurat. Langkah selanjutnya siapkan
alat uji elektrolit, alat tersebut seperti elektroda yang sudah dibilas, bola
lampu, sakelar dan baterai kemudian di dihubungkan dengan satu kabel
pada kutub positif baterai dan satu kabel pada negarif baterai, kemudian
salah satu kabel di hubungkan dengan fiting lampu, setelah itu
hubungkan fiting lampu dengan elektroda menggunakan bantuan kabel
lainnya, kemudian hubungkan pula elektroda pada kutub baterai.
Langkah selanjutnya masukan elektroda ke dalam gelas beker yang
sudah terisi oleh NaCl. Kemudian lakukan pengamatan yang terjadi
pada percobaan tersebut.
Setelah diamati, pada larutan NaCl mengasilkan lampu yang terang
dan terdapat gelembung di sekitar elektroda yang tedapat pada geles
beker. Hal ini karena NaCl merupakan senyawa elektrolit kuat. Larutan
elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
20. NaCl merupakan larutan elektrolit kuat dikarenakan NaCl merupakan
senyawa ion dan ion-ionnya terlarut secara sempurna, dimana jika
dilarutkan dalam air akan terdisosiasi menjadi ion positif dan ion
negative dan menghasilkan reaksi seperi:
NaCl (s) Na+
(aq) + Cl-
(aq)
(Masmiani 2015)
Serta larutan NaCl menghasilkan arus listrik sebesar 0,83 Ampere.
5.2 Menguji daya hantar listrik larutan HCl
Pada percobaan ini praktikan menguji daya hantar listrik larutan HCl
yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan elektrolit kuat, elektrolit
lemah dan non elektrolit. . Langkah pertama yaitu masukan HCl 50 ml
ke dalam gelas beker 100ml untuk diencerkan dengan aquades sampai
tanda batas. Tujuan dari pengenceran HCl adalah agar konsentrasi
larutan berkurang atau semakin kecil, sehingga ion-ion mudah bergerak
dan reaksi larutan dapat diamati dengan baik. Langkah selanjutnya bilas
elektroda dengan aquades, pembilasan ini bertujuan agar sisa- sisa zat
pada elektoda tidak tercampur dengan zat lain sehingga mendapatkan
hasil yang akurat. Langkah selanjutnya siapkan alat uji elektrolit, alat
tersebut seperti elektroda yang sudah dibilas, bola lampu, sakelar dan
baterai kemudian di dihubungkan dengan satu kabel pada kutub positif
baterai dan satu kabel pada negarif baterai, kemudian salah satu kabel di
hubungkan dengan fiting lampu, setelah itu hubungkan fiting lampu
dengan elektroda menggunakan bantuan kabel lainnya, kemudian
hubungkan pula elektroda pada kutub baterai. Langkah selanjutnya
masukan elektroda ke dalam gelas beker yang sudah terisi oleh HCl.
Kemudian lakukan pengamatan yang terjadi pada percobaan tersebut.
Setelah diamati, pada larutan HCl mengasilkan lampu yang terang
dan terdapat gelembung di sekitar elektroda. Hal tersebut dikarenakan
HCl merupakan larutan elektrolit kuat, dimana elektrolit kuat
merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. HCl jika
21. dilarutkan dalam air, hampir seluruh molekul HCl akan terurai
membentuk ion H+
dan ion Cl-
. Sehingga HCl akan terionisasi secara
sempurna dan menghasilkan reaksi yaitu:
HCl (aq) H+
(aq) + Cl-
(aq)
(Masmiani 2015)
Serta larutan HCl menghasilkan arus listrik sebesar 1,29 Ampere.
5.3 Menguji daya hantar listrik CH3COOH
Pada percobaan ini praktikan menguji daya hantar listrik larutan
CH3COOH yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan elektrolit kuat,
elektrolit lemah dan non elektrolit. . Langkah pertama yaitu masukan
CH3COOH 50 ml ke dalam gelas beker 100ml untuk diencerkan dengan
aquades sampai tanda batas. Tujuan dari pengenceran CH3COOH
adalah agar konsentrasi larutan berkurang atau semakin kecil, sehingga
ion-ion mudah bergerak dan reaksi larutan dapat diamati dengan baik.
Langkah selanjutnya bilas elektroda dengan aquades, pembilasan ini
bertujuan agar sisa- sisa zat pada elektoda tidak tercampur dengan zat
lain sehingga mendapatkan hasil yang akurat. Langkah selanjutnya
siapkan alat uji elektrolit, alat tersebut seperti elektroda yang sudah
dibilas, bola lampu, sakelar dan baterai kemudian di dihubungkan
dengan satu kabel pada kutub positif baterai dan satu kabel pada negarif
baterai, kemudian salah satu kabel di hubungkan dengan fiting lampu,
setelah itu hubungkan fiting lampu dengan elektroda menggunakan
bantuan kabel lainnya, kemudian hubungkan pula elektroda pada kutub
baterai. Langkah selanjutnya masukan elektroda ke dalam gelas beker
yang sudah terisi oleh CH3COOH. Kemudian lakukan pengamatan yang
terjadi pada percobaan tersebut.
Setelah diamati, pada larutan CH3COOH menghasilkan lampu yang
redup dan terdapat gelembung sedikit di daerah elektroda. Hal ini
disebabkan CH3COOH merupakan larutan elektrolit lemah,
dikarenakan CH3COOH tidak semua terurai menjadi ion-ion atau
ionisasi tidak sempurna, sehingga hanya sedikit ion yang dapat
22. menghantarkan arus listrik. Dalam persamaan reaksi, ionisasi pada
elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah. Pada larutan
CH3COOH menghasilkan reaksi yaitu
CH3COOH (aq) CH3COO-
(aq) dan H+
(aq)
(Masmiani 2015)
Serta larutan CH3COOH menghasilkan arus listrik sebesar 0,16
Ampere.
5.4 Menguji daya hantar listrik NH3
Pada percobaan ini praktikan menguji daya hantar listrik larutan
NH3 yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan elektrolit kuat,
elektrolit lemah dan non elektrolit. Langkah pertama yaitu masukan
NH3 50 ml ke dalam gelas beker 100ml untuk diencerkan dengan
aquades sampai tanda batas. Tujuan dari pengenceran NH3 adalah agar
konsentrasi larutan berkurang atau semakin kecil, sehingga ion-ion
mudah bergerak dan reaksi larutan dapat diamati dengan baik. Langkah
selanjutnya bilas elektroda dengan aquades, pembilasan ini bertujuan
agar sisa- sisa zat pada elektoda tidak tercampur dengan zat lain
sehingga mendapatkan hasil yang akurat. Langkah selanjutnya siapkan
alat uji elektrolit, alat tersebut seperti elektroda yang sudah dibilas, bola
lampu, sakelar dan baterai kemudian di dihubungkan dengan satu kabel
pada kutub positif baterai dan satu kabel pada negarif baterai, kemudian
salah satu kabel di hubungkan dengan fiting lampu, setelah itu
hubungkan fiting lampu dengan elektroda menggunakan bantuan kabel
lainnya, kemudian hubungkan pula elektroda pada kutub baterai.
Langkah selanjutnya masukan elektroda ke dalam gelas beker yang
sudah terisi oleh NH3. Kemudian lakukan pengamatan yang terjadi pada
percobaan tersebut.
Setelah diamati, pada larutan NH3 menghasilkan lampu yang redup
dan terdapat gelembung sedikit di daerah elektroda. Hal ini disebabkan
NH3 merupakan larutan elektrolit lemah yang dihasilkan akibat reaksi
senyawa kovalen dengan air sehingga NH3 membentuk ion-ion. Pada
23. larutan NH3 tidak semua terurai menjadi ion-ion atau ionisasi tidak
sempurna, sehingga hanya sedikit ion yang dapat menghantarkan arus
listrik. Dalam persamaan reaksi, ionisasi pada elektrolit lemah ditandai
dengan panah dua arah. Pada larutan NH3 menghasilkan reaksi yaitu
NH3 (g) + H2O(l) NH4
+
(aq) + OH-
(aq)
(Masmiani 2015)
Serta larutan NH3 menghasilkan arus listrik sebesar 0,07 Ampere.
5.5 Menguji daya hantar listrik larutan gula
Pada percobaan ini praktikan menguji daya hantar listrik larutan
glukosa yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan elektrolit kuat,
elektrolit lemah dan non elektrolit. Langkah pertama yaitu masukan
glukosa ke dalam gelas beker 100ml untuk diencerkan dengan aquades
sampai tanda batas. Tujuan dari pengenceran glukosa adalah agar
konsentrasi larutan berkurang atau semakin kecil, sehingga ion-ion
mudah bergerak dan reaksi larutan dapat diamati dengan baik. Langkah
selanjutnya bilas elektroda dengan aquades, pembilasan ini bertujuan
agar sisa- sisa zat pada elektoda tidak tercampur dengan zat lain
sehingga mendapatkan hasil yang akurat. Langkah selanjutnya siapkan
alat uji elektrolit, alat tersebut seperti elektroda yang sudah dibilas, bola
lampu, sakelar dan baterai kemudian di dihubungkan dengan satu kabel
pada kutub positif baterai dan satu kabel pada negarif baterai, kemudian
salah satu kabel di hubungkan dengan fiting lampu, setelah itu
hubungkan fiting lampu dengan elektroda menggunakan bantuan kabel
lainnya, kemudian hubungkan pula elektroda pada kutub baterai.
Langkah selanjutnya masukan elektroda ke dalam gelas beker yang
sudah terisi oleh glukosa. Kemudian lakukan pengamatan yang terjadi
pada percobaan tersebut.
Setelah diamati, pada larutan gula menghasilkan lampu yang tidak
menyala dan tidak terdapat gelembung di sekitar elektroda. Hal ini
dikarenakan larutan gula merupakan larutan non elektrolit, yang dimana
molekul ion tidak ada yang terionisasi dalam larutan sehingga tidak ada
24. ion bermuata yang dapat menghantarkan arus listrik (Albert, 2009).
Pada percobaan ini larutan gula menghasilkan arus listrik sebesar 0,076
Ampere.
5.6 Menguji daya hantar listrik padatan NaCl
Pada percobaan ini praktikan menguji daya hantar listrik padatan
NaCl yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan elektrolit kuat,
elektrolit lemah dan non elektrolit. Langkah pertama yaitu masukan
glukosa ke dalam gelas beker. Langkah selanjutnya bilas elektroda
dengan aquades, pembilasan ini bertujuan agar sisa- sisa zat pada
elektoda tidak tercampur dengan zat lain sehingga mendapatkan hasil
yang akurat. Langkah selanjutnya siapkan alat uji elektrolit, alat tersebut
seperti elektroda yang sudah dibilas, bola lampu, sakelar dan baterai
kemudian di dihubungkan dengan satu kabel pada kutub positif baterai
dan satu kabel pada negarif baterai, kemudian salah satu kabel di
hubungkan dengan fiting lampu, setelah itu hubungkan fiting lampu
dengan elektroda menggunakan bantuan kabel lainnya, kemudian
hubungkan pula elektroda pada kutub baterai. Langkah selanjutnya
masukan elektroda ke dalam gelas beker yang sudah terisi oleh padatan
NaCl, kemudian lakukan pengamatan yang terjadi pada percobaan
tersebut.
Setelah diamati, pada padatan NaCl menghasilkan lampu yang tidak
menyala dan tidak terdapat gelembung di sekitar elektroda sehingga
padatan NaCl merupakan non elektrolit, dimana senyawa ion tidak dapat
menghantarkan listrik serta tidak dapat bergerak bebas karena antara ion
positif dan ion negatifnya terikat dengan dengan kuat (Masmiani 2015).
Pada percobaan ini didapatkan arus listrik padatan NaCl sebesar 0,002
Ampere.
5.7 Menguji daya hantar listrik coca-cola
Pada percobaan ini praktikan menguji daya hantar listrik coca-cola
yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan elektrolit kuat, elektrolit
lemah dan non elektrolit. Langkah pertama yaitu masukan coca-cola ke
25. dalam gelas beker. Langkah selanjutnya bilas elektroda dengan aquades,
pembilasan ini bertujuan agar sisa- sisa zat pada elektoda tidak
tercampur dengan zat lain sehingga mendapatkan hasil yang akurat.
Langkah selanjutnya siapkan alat uji elektrolit, alat tersebut seperti
elektroda yang sudah dibilas, bola lampu, sakelar dan baterai kemudian
di dihubungkan dengan satu kabel pada kutub positif baterai dan satu
kabel pada negarif baterai, kemudian salah satu kabel di hubungkan
dengan fiting lampu, setelah itu hubungkan fiting lampu dengan
elektroda menggunakan bantuan kabel lainnya, kemudian hubungkan
pula elektroda pada kutub baterai. Langkah selanjutnya masukan
elektroda ke dalam gelas beker yang sudah terisi oleh coca-cola
kemudian lakukan pengamatan yang terjadi pada percobaan tersebut.
Setelah diamati, pada coca-cola menghasilkan lampu yang tidak
menyala dan terdapat sedikit gelembung di sekitar elekroda, hal ini
menyebabkan coca-cola merupakan larutan elektrolit lemah. Coca-cola
juga mengandung air berkarbonasi, jumlahnya sekitar 90% dalam
minuman bersoda, berasal dari kabon dioksida yang dimurnikan serta
coca-cola mengandung gula dan mempunyai rasa yang tajam berasal
dari penggunaan asam fosfat. Sehingga coca-cola tidak semua terurai
menjadi ion-ion atau ionisasi tidak sempurna, sehingga hanya sedikit ion
yang dapat menghantarkan arus listrik (Masmiani 2015). Pada
percobaan ini dihasilkan arus listrik coca-cola sebesar 0,216 Ampere.
26. VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan
listrik sedangkan larutan non elektrolit merupakan larutan yang
tidak dapat menghantarkan listrik
Pada larutan NaCl menghasilkan arus listrik sebesar 0,83 A, larutan
HCl menghasilkan arus listrik sebesar 1,29 A, larutan CH3COOH
menghasilkan arus listrik sebesar 0,16 A, larutan NH3 menghasilkan
arus listrik sebesar 0,07 A, larutan gula menghasilkan arus listrik
sebesar 0,076 A, padatan NaCl menghasilkan arus listrik sebesar
0,002 A, dan coca-cola menghasilkan arus listrik sebesar 1,29 A.
6.2 Saran
Sebelum praktikum, sebaiknya praktikan memakai jas lab, kacamata
goole dan sarung tangan karet
Praktikan harus teliti saat mengamati elektroda yang sudah masuk ke
dalam gelas bekker
27. DAFTAR PUSTAKA
Roni, K. A., & Herawati, N. (2013). Kimia Fisika Ii. In Journal of Chemical
Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Utami, I., Mulyani, B., & Yamtinah, S. (2020). Identifikasi Miskonsepsi Asam –
Basa dengan Two Tier Multiple Choice Dilengkapi Interview. Jurnal
Pendidikan Kimia, 9(1), 89–97. https://jurnal.uns.ac.id/jpkim
Rahardjo, S. B. (2018). KIMIA BERBASIS EKSPERIMEN untuk kelas X SMA
dan MA (S. S. Supardi (ed.)). PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Masmiani. 2015. “Ipa Larutan Elektrolit , Larutan Non Elektrolit, dan Asam
Basa.” (12): 1–10.
Rahardjo, Sentot Budi. 2018. KIMIA BERBASIS EKSPERIMEN untuk kelas X
SMA dan MA. ed. S.Si. Supardi. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
.