Laporan praktikum kimia anorganik ini membahas tentang uji kepolaran senyawa golongan A. Percobaan dilakukan untuk mengetahui cara membedakan ikatan ion dan kovalen, menerapkan konsep ikatan kimia, serta memahami pengaruh konsentrasi terhadap konduktivitas. Berbagai larutan diuji menggunakan rangkaian listrik dan dilihat nyala lampu serta gelembungnya untuk menentukan sifat konduktifitasnya.
1. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I
UJI KEPOLARAN SENYAWA GOLONGAN A
Oleh:
Nama : Novin Mirotin
NIM : 121810301079
Asisten : Maulidfia Rahmi
Kelompok : 2
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUNA ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
2. I. Judul Percobaan : Uji Kepolaran Senyawa Golongan A
II. Tujuan :
2.1Mahasiswa memahami cara membedakan senyawa ion-kovalen
2.2Mahasiswa dapat menerapkan konsep ikatan kimia untuk menentukan ikatan
kimia suatu senyawa yang dipraktikumkan
2.3Mahasiswa memahami pengaruh konsentrasi terhadap konduktivitas
III. Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Gelas piala 50 mL
- Kabel
- Baterai
- Bohlam (LED)
- Elektroda logam
3.1.2 Bahan
- Larutan NaCl
- Larotan etanol
- Larutan HNO3
- Larutan CH3COOH
- Larutan Chloroform
- Aquades
- Larutan HCl pekat
3. 3.2 Skema Kerja
3.2.1 Penentuan Kepolaran Senyawa Anorganik Golongan A
Larutan NaCl
- Diisi gelas piala dengan 25 mL larutan NaCl
- Dibuat rangkaian listrik terbuka menggunakan satu bohlam
- Dicelupkan elektroda besi yang sudah dihubungkan dengan kabel
- Diamati keadaan bohlam
- Dicatat fenomena yang terjadi
- Diganti larutan dengan yang lain yang tersedia di meja praktikum
- Ditetesi masing-masing mulut pipa dengan indicator PP
- Dilakukan langkah yang sama dan dicatat hasil pengamatan
3.2.2 Penentuan pengaruh konsentrasi terhadap konduktivitas
Larutan HCl pekat
- Disiapkan gelas piala 100 ml
- Diisi 25 ml hcl pekat
- Diuji konduktifitasnya
- Diencerkan larutan hcl pekat 5 kali dari semula
- Diambil 25 ml, diuji konduktivitasnya
- Diambil 25 ml larutan hcl hasil pengenceran
- Diencerkan 5 kali
- Diuji konduktivitasnya
Hasil
Hasil
4. 3.2.3 Pengaruh jumlah ion terhadap konduktivitas
Larutan NaCl 0,1 M
- Diambil 10 mL larutan NaCl 0,1 M, dimasukkan dalam gelas piala 100
mL kemudian diuji konduktivitasnya dengan mengamati nyala lampu
yang terjadi
- Ditambahkan 10 mL larutan HNO3 0,1 M ke dalam larutan a (tanpa
mematikan bohlam) kemudian diamati perubahan nyala bohlam
- Ditambahkan 10 mL larutan HCl hasil pengenceran pada 3.2.d pada
larutan 3.3.b kemudian diamati perubahan nyala bohlam
- Dicatat semua hasil pengamatan dan diberikan kesimpulan
Hasil
IV. Pembahasan
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Penentuan Kepolaran Senyawa Anorganik Golongan A
No. Larutan Nyala Bolam Gelembung
1. HNO3 pekat Terang ++
2. Kloroform Tidak Nyala -
3. NaCl 1 M Terang +++
4. Etanol Tidak Nyala _
5. CH3COOH Tidak Nyala _
6. Aquades Tidak Nyala _
4.1.2 Penentuan pengaruh konsentrasi terhadap konduktivitas
No. Larutan Nyala Bolam Gelembung
1. HCl 5 kali pengenceran Nyala +++
2. HCl 10 kali pengenceran - ++
3. HCl 15 kali pengenceran - +
4. HCl pekat Terang +++
4.1.3 Pengaruh jumlah ion terhadap konduktivitas
No. Larutan Nyala Bolam Gelembung
1. NaCl 25 mL Terang + +++
2. NaCl + HNO3 0.1 M Terang ++ +++
3. HNO3 0.1 M + HCl 5 kali Terang +++ +++++
5. 4.2 Pembahasan
Ikatan kimia adalah daya tarik menarik antara atom yang menyebabkan satu
senyawa kimia dapat bersatu. Ikatan kimia dapat dibagi menjadi dua kategori besar
yaitu ikatan ion dan ikatan kovalen. Ikatan ion jika terjadi perpindahan elektron di
antara atom untuk membentuk partikel yang bermuatan listrik dan mempunyai daya
tarik-menarik. Daya tarik-menarik di antara ion-ion yang bermuatan berlawanan
merupakan suatu ikatan ion (Wilbraham, 1992)
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi antara dua atom dengan pemakaian
bersama sepasang elektron atau lebih. Ikatan kovalen dapat terjadi antara atom
yang sama dengan atom yang berbeda. Ikatan kovalen terbentuk dari terbaginya
(sharing) elektron di antara atom-atom. Daya tarik-menarik inti atom pada elektron
yang terbagi di antara elektron itu merupakan suatu ikatan kovalen. Sifat-sifat
senyawa kovalen antara lain kebanyakan menunjukkan titik leleh rendah, pada suhu
kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam pelarut non polar dan sedikit larut
dalam air, sedikit menghantarkan listrik, mudah terbakar dan banyak yang berbau
(Syukri, 1999).
Ikatan polar molekul anorganik adalah ikatan yang umumnya disebabkan oleh
adanya perbedaan keelektronegatifan pada molekul anorganik. Ikatan polar dapat
terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan ion (ikatan yang terjadi akibat adanya
serah terima pasangan elektron) ataupun ikatan kovalen (ikatan yang terjadi akibat
adanya pemakaian bersama pasangan elektron). Selain keelektronegatifan, terdapat
beberapa faktor lain yang menyebabkan suatu molekul bersifat polar seperti momen
dipol, momen ikatan, momen pasangan elektron bebas, kation, anion, serta
konfigurasi elektron. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang disebabkan
karena keberadaan molekul itu sendiri. Selain itu, ternyata keberadaan molekul
tetangga dapat menyebabkan timbulnya sifat polar. Hal ini dijelaskan melalui gaya
antarmolekul yang terjadi dalam molekul tersebut (Anonim,2014).
Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk dari atom-atom yang mempunyai
perbedaan keelektronegatifan besar. Pada senyawa polar, elektron yang digunakan
bersama tertarik lebih kuat ke salah satu atom. Akibatnya salah satu atom akan
menjadi lebih bermuatan negatif dan atom lain bermuatan positif. Untuk atom
bermuatan negatif di beri tanda parsial negatif dan yang positif diberi tanda parsial
positif. Suatu senyawa dikatan polar apabila memilki elektron bebas, perbedaan
keelektronegatifan serta bentuk molekul tidak simetris.
6. Tabel 1.1 Keelektronegatifan unsur golongan A
Unsur Keelektronegatifan Unsur Keelektronegatifan
H 2,1 Si 1,8
Li 1,0 Ge 1,8
Na 0,9 Sn 1,8
K 0,8 Pb 1,8
Rb 0,8 N 3,1
Cs 0,8 P 2,1
Fr 0,7 As 2,0
Be 1,5 Sb 1,9
Mg 1,2 Bi 1,9
Ca 1,0 F 4,0
Sr 1,0 Cl 3,0
Ba 0,9 Br 2,8
Ra 0,9 I 2,5
B 2,0 At 1,9
Al 1,5 O 3,5
Ga 1,6 S 2,5
In 1,7 Se 2,4
Ti 1,8 Te 2,1
C 2,5 Po 2,1
(Fessenden, 1997).
Kepolaran molekul ditentukan oleh harga momen dipolnya. Suatu molekul
bersifat polar bila momen dipolnya >0. Adanya perbedaan keelektronegatifan antara
dua atam yang membentuk ikatan kovalen menyebabkan atom yang lebih
elektronegatif kekurangan rapatan elektron, sebaliknya atom yang lebih
elektronegatif kelebihan rapatan elektron. Atom yang lebih elektronegatif terjadi
muatan parsial positif, sedangkan pada atom yang lebih elektronegatif terjadi
muatan parsial, seperti yang terdapat pada molekul HF. Perbedaan muatan parsial
ini menyebabkan timbulnya momen ikatan yang arahnya dari atom dengan muatan
parsial positif ke atom dengan muatan parsial negatif atau dari atom yang lebih
elektropositif ke atom yang lebih elektronegatif. Hal ini menunjukkan ke atom mana
pasangan elektron ikatan kovalen atau rapatan elektron ikatan kovalen lebih tertarik.
7. Makin besar harga momen dipol suatu senyawa maka kepolarannya semakin tinggi
(Bird, 1987).
Konduktivitas adalah kemampuan suatu bahan (larutan, gas, atau logam) untuk
menghantarkan arus listrik. Dalam suatu larutan, larutan arus listik dibawa oleh
kation-kation dan anion-anion, sedangkan dalam logam arus listrik dibawa oleh
elektron-elektron. Konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh beberapa faktor:
konsentrasi, pergerakan ion-ion, valensi ion dan suhu. Setiap unsur atau senyawa
kimia mempunyai derajat konduktivitas yang berbeda-beda. Air murni mempunyai
konduktivitas yang sangat rendah, beberapa senyawa atau unsur kimia yang terlarut
dalam air dapat meningkatkan konduktivitas air. Pada umumnya peningkatan
konsentrasi zat kimia dalam suatu larutan akan meningkatkan konduktivitas (Anonim,
2014).
Zat elektrolit yang terurai atau terionisasi sempurna di dalam air disebut larutan
elektrolit kuat, suatu larutan dikatakan laruatan elektrolit kuat apabila larutan tersebut
dapat membuat lampu menyala terang, dan ada banyak gelembung-gelembung gas
pada larutan itu. Harga derajat ionisasi untuk elektrolit kuat adalah satu (Ξ± = 1).
Senyawa yang termasuk dalam golongan elektrolit kuat adalah asam kuat, basa
kuat yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, garam-garam yang
mempunyai kelarutan tinggi dan garam dari hasil asam kuat ditambah basa kuat.
Sebaliknya, apabila zat elektolitnya hanya terurai atau terionisasi sebagian di dalam
air, maka larutan tersebut dikatakan larutan elektrolit lemah. Larutan elektrolit lemah
mampu menghantar arus listrik tetapi daya hantarnya lemah sehingga membuat
lampu menyala redup atau tidak menyala dan menghasilkan sedikit gelembung gas.
Harga derajat ionisasi lebih dari nol tetapi kurang dari satu (0<Ξ±<1). Yang termasuk
dalam golongan elektrolit lemah adalah asam lemah, basa lemah, garam-garam
yang sukar larut dan garam yang merupakan hasil dari asam dan basa lemah
(Wilbraham, 1992).
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Zat non elektrolit bila dilarutkan didalam air tidak dapat terurai atau terionisai
kedalam bentuk ion-ionnya, melainkan tetap pada bentuk molekul saja. Oleh karena
itu, larutan elektrolit ini tidak dapat membuat lampu menyala dan tidak menghasilkan
gelembung-gelembung gas (Riadi, 2010).
Percobaan ini mengenai Uji Kepolaran Senyawa Golongan A. Tujuan percobaan
ini adalah memahami cara membedakan senyawa ion-kovalen, menerapkan konsep
8. ikatan kimia untuk menetukan ikatan kimia suatu senyawa serta memahami
pengaruh konsentrasi terhadap konduktivitas. Prinsip dasar percobaan ini adalah,
menguji kepolaran dan konduktifitas pada suatu larutan dengan menggunakan
bohlam sebagai indikator serta gelembung udara yang berada pada elektroda yang
dicelupkan ke dalam larutan sebagai penentu konduktifitas dari larutan yang
digunakan untuk menentukan ikatan kimia pada masing-masing larutan.
Percobaan pertama adalah penentuan kepolaran suatu senyawa, penentuan
pengaruh konstanta terhadap konduktivitas, dan penentuan pengaruh jumlah ion.
Percobaan penentuan kepolaran ini menggunakan larutan HNO3, kloroform, NaCl,
etanol, asam cuka, dan aquades dengan menguji larutannya dengan elektroda
logam menggunakan rangkaian listrik yang dilengkapi dengan bola lampu.
Gambar 4.1. Struktur lewis bahan yang digunakan (a) NaCl, (b) CH3COOH, (c)
etanol, (d) HNO3 (e) aquades, (f) klorofom.
Berdasarkan percobaan HNO3 serta NaCl dapat menyalakan Bola lampu. HNO3
merupakan senyawa kovalen polar. Senyawa kovaalen polar dapat menghantarkan
listrik namun tidak lebih baik dari molekul yang terbentuk melalui ikatan ionik. Hal
tersebut disebabkan pada senyawa kovalen terjadi penggunaan elektron secara
bersama-sama sehingga molekul tidak dapat terionisasi sempurna seperti halnya
yang terjadi pada molekul dengan ikatan ionik yang dapat terionisasi sempurna.
NaCl merupakan senyawa ion. NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion
positif dan ion negatif. Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif
yang dihasilkan dinamakan anion. Saat elektroda dicelupkan ke dalam larutan NaCl
(0,1 M) muncul banyaknya gelembung gas ini dikarenakan NaCl merupakan larutan
elektrolit dan juga pada saat arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan
9. terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas. Gelembung gas ini terbentuk
karena ion positif mengalami reaksi reduksi dan ion negatif mengalami oksidasi.
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
baik, sehingga pada larutan ini seharusnya nyala bohlam terlihat sangat terang.
Pada pengujian kepolaran senyawa anorganik golongan I A larutan kloroform,
Etanol, CH3COOH serta aquades merupakan larutan non eektrolit. Hal ini dapat
disimpulkan berdasarakan pada pengamatan dimana larutan-larutan tersebut tidak
dapat menyalakan bola lampu serta tidak munculnya gelembung pada elektroda.
Larutan non elektrolit molekul-molekulnya tdak terionisasi dalam larutan, sehingga
tidak ada ion bermuatan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Prosedur kedua yaitu menentukan pengaruh konsentrasi terhadap konduktifitas.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menguji konduktifitas dari HCl pekat.
Berdasarkan hasil pengamatan, fenomena yang terjadi adalah terbentuknya banyak
gelembung disekitar elektroda dan bohlam menyala agak terang. Langkah kedua
yaitu mengencerkan larutan HCl pekat tersebut sebanyak 5 kali pengenceran dan
diuji konduktifitasnya. Fenomena yang terjadi adalah terbentuk banyak gelembung
namun bohlam tidak menyala. Hasil pengenceran kelima tadi diencerkan kembali
sebanyak 5 kali pengenceran. Fenomena yang terjadi adalah tidak terbentuk
gelembung dan bohlam tidak menyala. Pengenceran sebanyak 5 kali dilakukan lagi
dengan menggunakan larutan hasil pengenceran yang sebelumnya. Besar kecilnya
konsentrasi pada larutan mempengaruhi daya hantar listriknya. Konsentrasi yang
semaakin besar, maka daya hantar listriknya juga akan semakin besar.
Prosedur yang ketiga adaah menguji pengaruh jumlah ion terhadap
konduktifitas. Hal pertama yang dilakukan adalah menguji konduktifitas NaCl 0,1 M.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terbentuk banyak gelembung serta
munculnya nyala pada bola lampu, larutan tersebut kemudian ditambahkan dengan
HNO3 0,1 M, uji nyala bola lampu adalah semakin menyala. Senyawa ionic dan
kovalen merupakan senyawa yang dapat menghantarkan arus listrik, sehingga
dengan penambahan larutan HNO3 pada larutan NaCl dapat membuat uji nyala bola
lamou semakin terang selain itu HNO3 termasuk kedalam senyawa yang bertindak
sebagai asam kuat. Asam kuat mempunyai daya hantar listrik yang baik, karena
asam kuat mampu melepaskan ion H dengan sempurna. Langkah selanjutnya yaitu
ditambahkan dengan HCl hasil pengenceran HCl pekat sebanyak 5 kali
pengenceran. Fenomena yang terjadi yaitu munculnya gelembung yang lebih banyak
10. dari sebelumnya serta nyala bola lampu yang lebih terang. Banyaknya ion dalam
larutan yang menyebabkan ion-ion tersebut bergerak dan tereduksi serta teroksidasi
pada elektroda menghasilkan gas tertentu berupa gelembung yang menempel pada
elektroda.
V. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percoban Uji Kepolaran Senyawa Golongan A adalah:
1. Senyawa ion adalah senyawa yang terbentuk dari kation dan anion, sedangkan
senyawa kovalen adalah senyawa yang terbentuk karena sharing elektron.
2. Larutan NaCl merupakan senyawa ionik dan tergolongan elektrolit kuat karena
dapat menghantarkan listrik dengan baik. Larutan HNO3, CH3COOH, aquades
dan etanol merupakan senyawa kovalen polar dan termasuk golongan elektrolit
lemah (kecuali HNO3) karena mempunyai daya hantar listrik yang cukup baik.
Sedangkan kloroform merupakan senyawa kovalen nonpolar dan termasuk
golongan nonelektrolit karena tidak dapat menghantarkan listrik.
3. Senyawa yang mempunyai konduktivitas tinggi adalah senyawa dengan ikatan
kovalen polar Konduktifitas salah satunya dipengaruhi oleh konsentrasi,
konsentrasi yang semakin meningkat, maka konduktifitasnya juga akan
meningkat..
11. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Konduktivitas. [Serial Online]. https://www.academia.edu/8056671/
KONDUKTIVITAS. [diakses 25 Oktober 2014 pukul 19:24].
Anonim. 2014. Senyawa polar [Serial Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/
Ikatan_polar_molekul_anorganik [diakses 25 Oktober 2014 pukul 19:47].
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia.
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik.
Jakarta : Bina Aksara.
Mintadi, Mukh. 2014. Petunjuk PraktikumKimiaAnorganikI. Jember: Universitas Jember
Riadi A, Nurbaiti S. 2010. Petunjuk Praktikum kimia Organik 1. Jakarta : UIN Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB
Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. Bandung : ITB.
12. Perhitungan
1. Molaritas NaCl pekat
Massa garam dapur = 5 g
Volume air = 10 mL
M =
πππ
π
=
π
ππ
π
=
π,π85 πππ
10 ππΏ
= 0,0085 π
2. Konsentrasi HCl ketika pengenceran
- Pengenceran 1
a. M1 x V1 = M2 x V2
0,1 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,05 M
b. M1 x V1 = M2 x V2
0,05 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,025 M
c. M1 x V1 = M2 x V2
0,025 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,0125 M
d. M1 x V1 = M2 x V2
0,0125 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,0063 M
e. M1 x V1 = M2 x V2
0,0063 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,0032 M
- Pengenceran 2
a. M1 x V1 = M2 x V2
0,0032 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,0016 M
b. M1 x V1 = M2 x V2
0,0016 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,0008 M
c. M1 x V1 = M2 x V2
0,0008 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,0004 M
d. M1 x V1 = M2 x V2
13. 0,0004 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,0002 M
e. M1 x V1 = M2 x V2
0,0002 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,0001 M
- Pengenceran 3
a. M1 x V1 = M2 x V2
0,0001 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,00005 M
b. M1 x V1 = M2 x V2
0,00005 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,000025 M
c. M1 x V1 = M2 x V2
0,000025 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,0000125 M
d. M1 x V1 = M2 x V2
0,0000125 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,00000625 M
e. M1 x V1 = M2 x V2
0,00000625 M x 25 mL = M2 x 50 mL
M2= 0,000003125 M