2. Disklaimer
• PowerPoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu
Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran.
• Materi PowerPoint ini mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD) Kurikulum 2013.
• Dengan berbagai alasan, materi dalam PowerPoint ini disajikan secara
ringkas, hanya memuat poin-poin besar saja.
• Dalam penggunaannya nanti, Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkannya
sesuai kebutuhan.
• Harapan kami, dengan PowerPoint ini Bapak/Ibu Guru dapat
mengembangkan pembelajaran secara kreatif dan interaktif.
3. Daftar Isi
BAB I Sifat Koligatif Larutan
BAB II Reaksi Redoks dan Elektrokimia
BAB III Kimia Unsur
BAB IV Gugus Fungsi Senyawa Karbon
BAB V Benzena dan Senyawa Turunannya
BAB VI Polimer
BAB VII Makromolekul Karbohidrat, Protein, dan Lipid
4. Sifat Koligatif Larutan
BAB
I
Sifat Koligatif Larutan dan Satuan
Konsentrasi
Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit dan
Elektrolit
Infus dimasukkan ke dalam tubuh melalui jarum ke dalam
pembuluh vena (pembuluh balik). Oleh karena masuk ke pembuluh
darah, tekanan osmotik cairan infus harus sama dengan tekanan
osmotik darah (isotonik)
Kembali ke daftar isi
5. Sifat Koligatif Larutan
Dalam sistem pelarut murni titik didih, titik beku, tekanan uap, bahkan
tekanan osmotik hanya dipengaruhi oleh molekul pelarut itu sendiri.
Dalam sistem larutan terdapat molekul pelarut dan molekul zat terlarut.
Adanya molekul zat terlarut memengaruhi keempat sifat tersebut.
Zat terlarut volatil mengakibatkan tekanan uap jenuh larutan lebih besar
dari tekanan uap jenuh pelarut, sedangkan zat terlarut nonvolatil
menurunkan tekanan uap jenuh larutan.
Penurunan tekanan uap
memengaruhi titik didih dan
titik beku larutan.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
6. Diagram P–T air dan larutan dalam air
Sifat Koligatif Larutan:
a. Penurunan tekanan
uap
b. Kenaikan titik didih
c.Penurunan titik beku
d.Tekanan osmotik
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
7. Satuan Konsentrasi
1. Konsentrasi Molar atau Molaritas (M)
2. Konsentrasi molal atau kemolalan (m)
3. Fraksi mol (X)
4. Persen Massa (%massa)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
8. Zat nonelektrolit dalam air masih berbentuk molekul-molekulnya,
sedangkan zat elektrolit dalam air terurai menjadi ion-ionnya.
Oleh karena zat nonelektrolit tidak terurai menjadi ion dan zat elektrolit
terurai menjadi ion, jumlah zat terlarut dalam larutan elektrolit lebih
banyak daripada larutan nonelektrolit. Akibatnya, sifat koligatif kedua
larutan berbeda.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
9. Larutan Nonelektrolit Larutan Elektrolit
a. Penurunan Tekanan Uap ( P)
b. Penurunan Titik Beku ( Tf)
c. Kenaikan Titik Didih ( Tb)
d. Tekanan Osmotik (∏)
a. Penurunan Tekanan Uap ( P)
b. Penurunan Titik Beku ( Tf)
c. Kenaikan Titik Didih ( Tb)
d. Tekanan Osmotik (∏)
Keterangan:
i = faktor Van’t Hoff
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
10. Contoh penyelesaian soal sifat koligatif larutan
kenaikan titik didih
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
11. Penerapa Sifat Koligatif Larutan dalam
Kehidupan Sehari-hari
Membuat Zat Antibeku pada Radiator
Mobil
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Mencairkan Salju di Jalan Raya Membuat Es Puter
Membuat Obat Tetes Mata
12. Reaksi Redoks dan Elektrokimia
BAB
II
Persamaan Reaksi Reduksi Oksidasi
(Redoks)
Sel Elektrokimia
Korosi
Tahukah Anda senyawa yang terkandung dalam pemutih
pakaian? Reaksi pemutih pakaian dengan serat kain merupakan
reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Apa yang dimaksud dengan
reaksi redoks?
Kembali ke daftar isi
13. Penentuan Bilangan Oksidasi
Ketentuan Penentuan Biloks
Reaksi Autoredoks (Disproporsionasi)
Reaksi Konproporsionasi
Penyetaraan Persamaan Reaksi Redoks
Metode Setengan Reaksi (Ion Elektron)
Metode Bilangan Oksidasi
Persamaan Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
15. Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks dengan oksidator dan reduktor
berupa zat yang sama.
Contoh:
Reaksi Autoredoks (Disproporsionasi)
I2 mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi dengan perubahan
bilangan oksidasi dari 0 menjadi –1 dan +5.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
16. Reaksi konproporsionasi adalah reaksi redoks dengan hasil
oksidasi dan hasil reduksi berupa zat yang sama.
Contoh:
Reaksi Konproporsionasi
Hasil oksidasi dan hasil reduksi berupa padatan sulfur (S).
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
17. Metode Setengah Reaksi atau Ion Elektron
Langkah-langkah penyetaraan persamaan reaksi redoks dengan metode
ini sebagai berikut.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
18. Contoh:
Setarakan reaksi redoks berikut dengan metode setengah reaksi:
MnO(s) + PbO2(s) → MnO4
–(aq) + Pb2+(aq) (suasana asam)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
19. Metode Bilangan Oksidasi
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Langkah-langkah penyetaraan persamaan reaksi redoks dengan
metode ini sebagai berikut.
1) Menentukan bilangan oksidasi (biloks) setiap atom pada semua zat.
2) Menyetarakan atom yang mengalami perubahan biloks. Perlu diperhatikan jika
ada atom dalam satu zat yang memiliki jumlah lebih dari satu.
3) Menentukan jumlah penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi (jumlah
perubahan bilangan oksidasi atom dikalikan jumlah atom dalam zat tersebut).
4) Menyamakan jumlah perubahan bilangan oksidasi antara atom yang
mengalami reaksi reduksi dan atom yang mengalami reaksi oksidasi dengan
koefisien tertentu.
5) Menyetarakan jumlah atom-atom yang lain kecuali atom H dan O.
6) Menyetarakan muatan dengan menambah ion H+ untuk suasana asam dan
ion OH– untuk suasana basa.
7) Menyetarakan atom H dengan menambahkan H2O.
8) Memeriksa jumlah atom O dan hasil penyetaraan.
20. Contoh:
Setarakan reaksi redoks berikut dengan metode bilangan oksidasi:
CuS(s) + NO3
–(aq) → Cu2+(aq) + S(s) + NO(g) (suasana asam)
penyelesaian:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
21. Reaksi Redoks Spontan
Sel Volta atau Sel Galvani
Sel Elektrolisis
Sel Elektrokimia
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
22. Reaksi redoks spontan
merupakan reaksi redoks
yang berlangsung dengan
sendirinya.
Reaksi redoks spontan
dapat menghasilkan
energi listrik.
Reaksi redoks tidak
spontan memerlukan
energi listrik.
Reaksi Redoks Spontan
Reaksi logam seng dengan larutan CuSO4
berlangsung spontan
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
23. Sel Volta (sel Galvani)
mempunyai elektrode
yang dicelupkan ke
dalam larutan
garamnya, seperti pada
gambar di samping.
Pada sel Volta terjadi
perubahan energi
kimia menjadi energi
listrik yang dapat
diketahui dari Voltmeter.
Sel Volta atau Sel Galvani
Sel Volta
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
24. Diagram sel merupakan susunan suatu sel Volta yang dinyatakan
dengan suatu notasi singkat.
Logam yang bertindak sebagai katode dan anode harus
ditentukan terlebih dahulu sebelum menentukan diagram sel.
Contoh:
Berdasarkan reaksi di atas, logam Zn berfungsi sebagai anode dan logam
Cu berfungsi sebagai katode.
Jika potensial sel yang ditunjukkan oleh voltmeter sebesar 1,1 volt, penulisan
diagram selnya sebagai berikut.
Zn(s) | Zn2+(aq) || Cu2+(aq) | Cu(s), E° = 1,1 volt
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Diagram sel
25. Potensial elektrode merupakan potensial listrik pada permukaan elektrode.
Cara menentukan harga potensial sel dalam suatu sel Volta menggunakan
rumus berikut.
Potensial Elektrode dan Potensial Sel
Contoh Soal:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
27. Sel Elektrolisis
Elektrolisis merupakan
peruraian suatu elektrolit
karena adanya arus listrik.
Pada sel elektrolisis terjadi
perubahan energi listrik
menjadi energi kimia.
Rangkaian Sel Elektrolisis
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
28. Sel Kering Karbon Seng Sel Aki Timbal Asam
Baterai Litium
Penerapan Sel Volta dalam Kehidupan
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
29. Sel elektrolisis merupakan rangkaian dua elektrode yaitu
anode dan katode yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit dan
dilengkapi sumber arus listrik.
Sumber arus listrik memompa elektron ke katode dan
ditangkap oleh kation (ion positif) sehingga pada permukaan
katode terjadi reduksi pada kation. Pada saat yang sama, anion
(ion negatif) melepaskan elektron. Elektron ini dikembalikan ke
sumber arus listrik melalui anode. Akibatnya, pada permukaan
anode terjadi oksidasi terhadap anion.
Katode merupakan kutub negatif dan anode merupakan kutub
positif. Di katode terjadi reaksi reduksi, sedangkan di anode
terjadi reaksi oksidasi.
Spesi yang mengalami reduksi di katode berupa spesi yang
mempunyai potensial elektrode lebih positif.
Spesi yang mengalami oksidasi di anode berupa spesi yang
mempunyai potensial elektrode lebih negatif.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Cara Kerja dan Reaksi dalam Elektrolisis
30. Reaksi elektrolisis pada katode dan anode dalam elektrolisis
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
31. Jumlah zat yang dihasilkan pada elektrode sebanding dengan jumlah arus
yang dialirkan pada zat tersebut.
Jika arus listrik dialirkan ke dalam beberapa sel elektrolisis yang dihubungkan seri,
jumlah berat zat-zat yang dihasilkan pada tiap-tiap elektrode sebanding dengan
berat ekuivalen tiap-tiap zat tersebut.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Hukum Faraday
33. Korosi
Korosi besi terjadi akibat
adanya oksigen, uap air
atau air, dan zat elektrolit
(asam, basa, atau garam).
Korosi merupakan reaksi
redoks antara logam
dengan zat lain dan
menghasilkan senyawa
yang tidak dikehendaki,
misal korosi besi.
Pagar besi berkarat
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
34. Pencegahan Korosi Besi
Perlindungan Mekanis
Pengecatan
Melumuri dengan Oli
Melapisi dengan Seng
Melapisi dengan Timah
Membalut dengan Plastik
Membuat Paduan Logam
Perlindungan Elektrokimia
(Perlindungan Katodik)
Caranya dengan menghubungkan
logam besi dengan logam pelindung
yang mempunyai E° lebih kecil.
Logam pelindung yang biasa
digunakan yaitu magnesium.
Pencegahan Korosi Aluminium
Aluminium merupakan logam yang lebih aktif daripada besi, tetapi lebih tahan terhadap
karat. Aluminium yang berkarat akan membentuk aluminium oksida (Al2O3) dengan cepat.
Perkaratan akan segera terhenti setelah terbentuk lapisan oksida yang tipis. Lapisan
tersebut melekat kuat pada permukaan logam. Oleh karenanya, logam di bawahnya akan
terlindungi dari perkaratan lebih lanjut. Melalui elektrolisis, lapisan oksida tersebut dapat
dipertebal. Proses ini dinamakan anodizing. Aluminium hasil anodizing digunakan untuk
membuat perkakas dapur, kerangka bangunan, kusen pintu dan jendela, serta bingkai.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
35. Kimia Unsur
BAB
III
Unsur-Unsur Golongan Utama
Unsur-Unsur Periode Ketiga
Unsur-Unsur GolonganTransisi Periode
Empat
Intan dan grafit merupakan alotrop dari karbon. Grafit
memiliki sifat fisika lunak dan ringan sehingga dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan pensil. Intan memiliki sifat keras
dan kuat sehingga dapat digunakan sebagai alat pemotong kaca.
Kembali ke daftar isi
36. Kelimpahan Unsur-Unsur Golongan
Utama di Alam
Sifat-Sifat Unsur Golongan Utama
Pembuatan, Kegunaan, dan Dampak
Penggunaan Unsur-Unsur Golongan
Utama
Unsur-Unsur Golongan Utama
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
39. Sifat-Sifat Unsur-Unsur Golongan Utama
Sifat Fisika
Golongan IA (Alkali)
Sifat Kimia
Golongan IIA (Alkali Tanah)
Golongan IIIA
Golongan IVA
Golongan VA
Golongan VIA
Golongan VIIA (Halogen)
Golongan VIIIA (Gas Mulia)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
41. Sifat Kimia
Golongan Alkali
• Dari atas ke bawah logam alkali semakin reaktif.
• Logam alkali bereaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen.
• Reaksinya dengan oksigen menghasilkan senyawa oksida.
• Reaksi logam alkali dengan hidrogen menghasilkan senyawa
hidrida.
Golongan IA (Alkali)
reaksi kalium dengan air
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
43. Sifat Kimia
Golongan Alkali Tanah
• Sifat unsur-unsur logam alkali tanah dari atas ke bawah semakin
reaktif, tetapi kurang reaktif jika dibandingkan logam alkali yang
seperiode.
Golongan IIA (Alkali Tanah)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
45. Sifat Kimia
Golongan IIIA
• Boron akan bereaksi dengan oksigen, halogen, asam pengoksidasi,
dan alkali jika dipanaskan. Senyawa boron bersifat racun.
• Aluminium sebagai agen pereduksi yang baik. Aluminium bersifat
nontoksik.
• Galium mudah mengorosi logam lain. Galium bersifat toksik ringan.
• Indium bersifat toksik ringan.
• Senyawa talium(III) mudah direduksi menjadi talium(I) atau sebagai
pengoksidasi kuat. Talium dan senyawanya bersifat sangat toksik.
Golongan IIIA
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
47. Sifat Kimia
Golongan IVA
• Karbon tidak bersifat toksik dan merupakan unsur yang sangat
tidak reaktif.
• Silikon kurang reaktif dibandingkan karbon. Silikon bersifat nontoksik.
• Germanium bersifat lebih reaktif daripada silikon dalam larutan
H2SO4 dan HNO3 pekat.
• Timah(II) merupakan agen pereduksi yang baik. Timah bersifat
nontoksik.
• Timbal(II) lebih stabil daripada timbal(IV). Timbal bersifat toksik.
Golongan IVA
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
49. Sifat Kimia
Golongan VA
• Nitrogen merupakan unsur yang stabil dan sulit bereaksi dengan
unsur atau senyawa lainnya.
• Fosfor putih bersifat racun dan dapat larut dalam CS2. Fosfor merah
tidak bersifat racun dan tidak larut dalam CS2.
• Arsenik bersifat racun.
• Antimoni yang berupa logam biru putih bersifat stabil, sedangkan
antimoni kuning dan hitam merupakan logam yang tidak stabil.
• Bismut akan membentuk nyala biru ketika dibakar dengan oksigen.
Golongan VA
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
51. Sifat Kimia
Golongan VIA
• Oksigen merupakan oksidator yang dapat mengoksidasi logam
maupun nonlogam. Oksigen bersifat nontoksik.
• Belerang sukar bereaksi dengan unsur-unsur lain pada suhu biasa.
• Selenium dan telurium mempunyai sifat kimia sama dengan belerang,
tetapi lebih bersifat logam dibanding belerang.
• Sifat kimia polonium mirip dengan telurium dan bismut.
Golongan VIA
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
53. Sifat Kimia
Golongan Halogen
• Halogen bersifat reaktif. Halogen dapat bereaksi dengan logam,
nonlogam, metaloid tertentu, hidrogen, dan air.
• Halogen merupakan oksidator kuat.
• Kelarutan unsur halogen berbeda-beda. Fluorin jika dilarutkan
dalam air akan mengoksidasi air. Klorin dan bromin dapat larut
dengan baik dalam air. Iodin sukar larut dalam air.
• Unsur halogen dapat bereaksi dengan hidrogen membentuk asam
halida.
• Unsur halogen (kecuali fluorin) dapat membentuk asam-asam
beroksigen (oksihalogen).
• Kekuatan asam oksihalogen yaitu HClO4 > HClO3 > HClO2 > HClO.
• Kekuatan asam halida yaitu HI > HBr > HCl > HF.
Golongan VIIA (Halogen)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
55. Sifat Kimia
• Gas mulia sukar bereaksi (bersifat inert) karena konfigurasi
elektronnya stabil sehingga jarang ditemukan dalam bentuk senyawa.
• Gas mulia sedikit larut dalam air, kecuali helium dan neon karena
ukuran atomnya terlalu kecil.
Golongan Gas Mulia
Golongan VIIIA (Gas Mulia)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
56. Pembuatan, Kegunaan, dan Dampak Unsur-
Unsur Golongan Utama
Golongan Alkali
Logam alkali tanah,
kecuali Mg dibuat
dengan mereduksi
garam fluoridanya
menggunakan
logam-logam yang
lebih aktif.
Golongan Alkali Tanah
Logam alkali diperoleh melalui proses elektrolisis lelehan garam kloridanya.
Golongan Alkali
Mg(OH)2 dan Al(OH)2 dimanfaatkan sebagai obat mag
57. Aluminium dibuat dengan proses Hall melalui dua tahap yaitu tahap
pemurnian dan tahap elektrolisis.
Golongan IIIA
Senyawa karbon yang berupa grafit
diperoleh dengan cara sintesis batu
bara antrasit melalui pemanasan
dengan suhu tinggi.
• Silikon murni diperoleh dari
reduksi Na2SiF6 dengan logam
natrium.
• Timbal diperoleh dari reduksi
timbal(II) oksida dengan coke
batubara (C)
• Germanium diperoleh melalui
proses reduksi GeO2 dengan H2
atau C.
• Timah dibuat melalui reduksi SnO2
dengan karbon
Golongan IVA
Kaleng dari timah
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
58. Golongan VA
Nitrogen dihasilkan dengan cara distilasi fraksinasi udara. Amonia (NH3)
dibuat menggunakan metode Haber-Bosch.
• Fosfor diperoleh dengan cara pemanasan batuan fosfat, silika (SiO2),
dan coke batu bara di dalam pembakar listrik.
• Arsen diperoleh dari pemanasan logam sulfida yang mengandung
arsenik atau dengan cara mereduksi arsenik(III) oksida dengan gas CO.
• Antimoni diperoleh dari stibnit (Sb2S3).
• Bismut dihasilkan dari bijih bismutinit (Bi2S3) dan bismit (Bi2O3).
Oksigen dibuat secara industri
dengan cara penyulingan bertingkat
udara cair dan elektrolisis air.
• Belerang dibuat dengan cara Sisilia dan
Frasch
Golongan VIA
Pupuk ZA atau pupuk
amonium sulfat
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
59. Senyawa yang mengandung unsur golongan halogen umumnya
menimbulkan dampak negatif. Senyawa CFC dapat mengakibatkan
rusaknya lapisan ozon (O3).
Golongan VIIA
Obat luka mengandung iodine
sebagai antiseptik
Unsur-unsur gas mulia diperoleh dengan
cara penyulingan bertingkat udara cair,
kecuali radon.
Radon diperoleh dari peluruhan
radioaktif isotop radium-226.
Gas argon juga dapat diperoleh
dengan pemanasan campuran udara
dengan kalsium karbida.
Golongan VIIIA
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
60. Kelimpahan Unsur-Unsur Periode Ketiga di Alam
Sifat-Sifat Unsur Periode Ketiga
Pembuatan, Kegunaan, dan Dampak Penggunaan Unsur-
Unsur Periode Ketiga
Unsur-Unsur Periode Ketiga
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
62. 2. Sifat Kepriodikan Unsur-Unsur Periode Ketiga
1. Sifat Logam dan Nonlogam Unsur-Unsur Periode Ketiga
Unsur logam:
Na, Mg, dan Al.
Unsur logam:
Unsur
semilogam:
Si
Unsur
nonlogam:
P
, S, Cl, dan Ar
.
Sifat-Sifat Unsur Periode Ketiga
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
63. 3. Sifat Reduktor dan Oksidator Unsur-Unsur Periode Ketiga
unsur-unsur periode ketiga semakin ke kanan semakin mudah mengalami reaksi reduksi. Oleh
karenanya, sifat oksidatornya semakin bertambah dan sifat reduktornya semakin berkurang
4. Sifat Konduktor Listrik
Dapat menghantarkan
listrik:
Na, Mg, dan Al.
Tidak dapat menghantarkan
listrik:
P
, S, Cl, dan Ar
5. Sifat Asam-Basa Unsur-Unsur
Periode Ketiga
Unsur-unsur periode ketiga semakin ke kanan
sifat basanya semakin berkurang dan sifat
asamnya semakin bertambah.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
64. Pembuatan asam sulfat:
a. Proses kontak
b. Proses bilik timbal
Pembuatan
1. Natrium
2. Magnesium
3. Aluminium
4. Silikon
5. Fosfor
6. Sulfur
7. Klorin
: elektrolisis lelehan NaCl
: elektrolisis lelehan MgCl2
: proses Bayer dan Hall-Heroult
: mereduksi SiO2
: proses Wohler
: cara Sisilia, cara Frasch, dan
cara Claus
: elektrolisis larutan garam dapur
Chip komputer dari silikon
Pembuatan, Kegunaan, dan Dampak Unsur-Unsur
Periode Ketiga
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
65. Kelimpahan Unsur-Unsur Golongan Transisi Periode Empat
di Alam
Sifat-Sifat Unsur Golongan Transisi Periode Empat
Pembuatan, Kegunaan, dan Dampak Penggunaan Unsur-
Unsur Golongan Transisi Periode Empat
Unsur-Unsur GolonganTransisi Periode Empat
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
66. Kelimpahan Unsur-Unsur Transisi Periode Empat
di Alam
1. Skandium 0,0025% di kerak bumi.
2. Titanium 0,6% di kerak bumi.
3. Vanadium 0,02% di kerak bumi.
4. Krom 0,0122% di kerak bumi.
5. Mangan lumayan berlimpah di kerak bumi.
6. Besi berada di peringkat keempat berdasarkan
kelimpahannya di alam.
7. Kobalt murni tidak ditemukan di alam. Kobalt
ditemukan dalam persenyawaannya dengan nikel.
8. Nikel berada di peringkat ke-24 berdasarkan
kelimpahannya kerak bumi.
Bijih nikel
Bijih krom
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
67. 1. Sifat-Sifat Unsur Golongan Transisi Periode Empat
Sifat Logam
Semua unsur transisi
mempunyai sifat logam.
Adanya ikatan logam ini
mengakibatkan titik
leleh, titik didih, dan
densitas unsur transisi
cukup besar sehingga
bersifat keras dan kuat
a. Sifat Logam
Semua unsur transisi
mempunyai sifat
logam.
Adanya ikatan logam
ini mengakibatkan
titik leleh, titik didih,
dan densitas unsur
transisi cukup besar
sehingga bersifat
keras dan kuat.
b. Bilangan Oksidasi
Unsur transisi
mempunyai beberapa
bilangan oksidasi.
Unsur-unsur transisi
periode empat bersifat
elektropositif (mudah
melepaskan elektron)
sehingga bilangan
oksidasinya bertanda
positif.
c. Senyawa Berwarna
Senyawa yang
dibentuk dari ion-ion
logam transisi
sebagian besar
berwarna.
Warna ini disebabkan
oleh tingkat energi
elektron pada unsur-
unsur transisi hampir
sama.
Sifat-Sifat Unsur Golongan Transisi Periode Empat
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
68. e. Ion Kompleks
Unsur transisi dapat membentuk ion kompleks karena
memiliki orbital-orbital yang masih kosong.
Contoh nama senyawa kompleks:
[Ag(NH3)2]Cl : diamin perak(I) klorida
Na2[Cu(OH)4] : natrium tetrahidrokso kuprat(II)
Sifat Logam
d. Sifat Magnetik
Unsur transisi
yang menolak
medan magnet.
Contoh: unsur
Zn
Diamagnetik: Paramagnetik:
Unsur transisi
yang sedikit
dapat ditarik
medan magnet.
Contoh: unsur
Sc
Feromagnetik:
Unsur transisi
yang dapat
ditarik dengan
sangat kuat
oleh medan
magnet
Contoh: unsur
Fe, Co, dan Ni
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
69. Baja sebagai kerangka bangunan
Titanium digunakan sebagai bahan
badan pesawat
Tembaga sebagai bahan baku
kabel listrik
Pembuatan, Kegunaan, dan Dampak Unsur-Unsur
Golongan Transisi Periode Empat
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
70. Gugus Fungsi Senyawa Karbon
BAB
IV
Haloalkana
Alkohol dan Eter
Aldehid dan Keton
Asam Karboksilat dan Ester
Minuman maupun makanan dengan rasa buah dapat diperoleh dengan
menambahkan perisa buatan. Senyawa yang digunakan sebagai perisa
buatan tersebut termasuk senyawa ester. Apa yang dimaksud dengan
ester?
Kembali ke daftar isi
72. Tata Nama Haloalkana
Aturan penamaan haloalkana sebagai berikut.
a. Rantai induk berasal dari rantai terpanjang yang
mengandung atom halogen.
b. Atom C yang mengikat halogen diberi nomor serendah
mungkin.
c. Nama halogen ditulis sebagai awalan, diikuti nama
alkananya, ditulis sesuai abjad.
d. Jika terdapat lebih dari satu jenis atom halogen,
penamaannya diurutkan sesuai kereaktifannya. Urutan
kereaktifan atom halogen: F > Cl > Br > I.
e. Jika terdapat dua atau lebih atom halogen sejenis,
penamaannya diberi awalan di-, tri-, dan seterusnya
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
73. Isomer Haloalkana
Isomer kerangka terjadi pada
senyawa-senyawa yang
memiliki rumus molekul dan
gugus fungsi sama, tetapi
kerangka rantai induknya
berbeda.
Isomer Kerangka
Isomer Posisi
Isomer posisi terjadi pada
senyawa-senyawa yang
memiliki rumus molekul sama,
gugus fungsi sama, dan
kerangka yang sama, tetapi
letak/posisi gugus fungsinya
berbeda.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
74. Sifat-Sifat Haloalkana
a. Memiliki titik didih lebih tinggi dibandingkan senyawa
alkana dengan jumlah atom karbon yang sama.
b. Sukar larut dalam air.
c. Haloalkana suku rendah berwujud gas dan haloalkana
suku tinggi berwujud cair sampai padat.
d. Dapat mengalami reaksi dengan logam Mg, Na, natrium
alkoholat, KOH, AgOH, KCN, dan AgNO2, serta reaksi
reduksi dan hidrolisis.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
75. Pembuatan Haloalkana
Reaksi Substitusi Alkana
Pada reaksi ini atom H dari alkana akan disubstitusi oleh atom
halogen
Reaksi Substitusi Alkohol
Pada reaksi ini digunakan pereaksi asam halida dan hanya
dapat menghasilkan senyawa monohaloalkana (monohalida)
Reaksi Adisi Alkena
Pada reaksi ini, jika alkena diadisi memakai halogen akan
terbentuk senyawa dihaloalkana.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
76. Kegunaan Haloalkana
Kloroform
Kloroform bersifat anestesi
sehingga banyak dimanfaatkan
di bidang kedokteran sebagai
obat bius.
Iodoform (CHI3)
Iodoform merupakan kristal padat berwarna kuning dan berbau
khas. Iodoform digunakan di bidang kedokteran sebagai
antiseptik
Karbon Tetraklorida (CCl4)
Dalam rumah tangga, CCl4 digunakan untuk menghilangkan noda
minyak atau lemak yang menempel pada pakaian.
Dahulu CCl4 juga banyak digunakan sebagai bahan pemadam
kebakaran (extinguisher) serta pelarut lemak, lilin, damar, dan
protein.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
77. Kegunaan Haloalkana
Freon
Freon banyak digunakan
keperluan berikut.
untuk keperluan-
1) Pelarut lemak, minyak, dan damar.
2) Bahan pendingin pada freezer dan AC
karena mempunyai titik didih – 30°C.
3) Sebagai aerosol pada hair spray dan body
spray.
Iodoform (CHI3)
Iodoform merupakan kristal padat berwarna kuning dan berbau khas.
Iodoform digunakan di bidang kedokteran sebagai antiseptik.
Karbon Tetraklorida (CCl4)
Dalam rumah tangga, CCl4 digunakan untuk menghilangkan noda
minyak atau lemak yang menempel pada pakaian.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
78. Alkohol dan Eter
Sifat-Sifat
Alkohol
Tata nama
Alkohol
Penggolongan
Alkohol
Isomer
Alkohol
Pembuatan
Alkohol
Kegunaan
Alkohol
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
80. Alkohol
Tata Nama Alkohol
Nama IUPAC
1) Nama alkohol diturunkan dari nama alkana yaitu akhiran -a diganti –ol
2) Penomoran pada alkohol alifatik (rantai terbuka) dimulai dari ujung rantai induk
yang paling dekat dengan gugus hidroksi (–OH).
3) Apabila rantai induk mengikat gugus alkil atau halida, penomoran dimulai dari
ujung rantai induk yang mengandung gugus –OH dan paling dekat dengan gugus
substituennya.
4) Apabila rantai induk mengikat lebih dari satu gugus hidroksi, penamaannya
menggunakan awalan di- untuk dua gugus –OH, tri- untuk tiga gugus –OH, dan
tetra- untuk empat gugus –OH, dan seterusnya tepat sebelum akhiran -ol.
Jadi, penamaan dimulai dengan menyebutkan posisi gugus –OH, diikuti nama alkana
dengan akhiran -a tetap, lalu awalan di-, tri, tetra-, atau sesuai jumlah gugus –OH
serta diikuti akhiran -ol.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
81. Alkohol
Tata Nama Alkohol
Nama Trivial
Nama trivial alkohol dimulai dengan menyebutkan nama alkilnya, lalu
diikuti dengan kata alkohol.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
82. Alkohol
Penggolongan Alkohol
Alkohol Primer
Alkohol primer terjadi apabila gugus hidroksi (–OH) terikat pada atom
C primer (atom C yang mengikat satu atom C lainnya).
Alkohol Sekunder
Alkohol sekunder terjadi apabila gugus hidroksi (–OH) terikat pada
atom C sekunder (atom C yang mengikat dua atom C lainnya).
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
83. Alkohol
Penggolongan Alkohol
Alkohol Tersier
Alkohol tersier terjadi apabila gugus hidroksi (–OH) terikat pada atom C
tersier (atom C yang mengikat tiga atom C lainnya)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
84. Alkohol
Isomer Alkohol
Isomer Gugus Fungsi
Alkohol dan eter dapat berisomer gugus fungsi satu sama lain. Artinya,
alkohol dan eter dengan jumlah atom karbon yang sama, memiliki rumus
molekul sama, tetapi memiliki gugus fungsi yang berbeda.
Isomer Optis
Keisomeran optis terjadi pada senyawa yang memiliki atom C asimetris
atau atom C kiral.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
85. Alkohol
Sifat-Sifat Alkohol
1) Dengan massa molekul relatif (Mr) sama, titik didih alkohol lebih
tinggi daripada titik didih eter. Hal ini dikarenakan alkohol
mempunyai ikatan hidrogen.
Semakin besar massa molekul relatif alkohol, titik didihnya semakin
tinggi. Titik didih alkohol rantai bercabang lebih rendah daripada titik
didih alkohol rantai lurus.
2) Alkohol mudah larut dalam air.
3) Alkohol dapat mengalami reaksi dengan logam Na dan hidrogen
halida, serta reaksi esterifikasi, oksidasi, dan dehidrasi.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
86. Alkohol
Pembuatan Alkohol
Hidrasi alkena dengan katalis asam menghasilkan etanol.
Metanol dapat dibuat dengan mereaksikan gas alam (metana)
denganH2O dan gas H2.
Fermentasi karbohidrat dengan bantuan ragi menghasilkan
etanol.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
88. Alkohol
Kegunaan Alkohol
Metanol
a) Sebagai pelarut, bahan baku pembuatan formaldehid (untuk membuat
polimer) dan campuran bahan bakar bensin.
b) Sebagai bahan bakar
Etanol
a) Sebagai pembersih luka dan antiseptik.
b) Sebagai spirit (minuman keras) bermetil yang diproduksi
dalam skala industri.
c) Sebagai bahan bakar. Etanol dapat digunakan sebagai
bahan bakar baik sendiri maupun dicampur dengan petrol
(bensin).
d) Sebagai pelarut.
Etilen Glikol, sebagai zat antibeku pada radiator mobil, bahan baku serat sintetis
seperti dakron, dan bahan pelunak/pelembut.
Gliserol, sebagai pelembap dan pelembut pada losion dan berbagai kosmetik.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
89. Eter
Tata Nama Eter
Nama IUPAC
Nama IUPAC eter yaitu alkoksi alkana.
Alkil dengan jumlah atom C lebih sedikit dianggap sebagai gugus
alkoksi, sedangkan alkil dengan jumlah atom C lebih banyak
dianggap sebagai alkana.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
90. Eter
Tata Nama Eter
Nama Trivial
Nama trivial eter adalah alkil alkil eter yaitu nama kedua gugus
alkil ditulis di depan diikuti kata eter dan ditulis terpisah. Alkil-alkil
ditulis sesuai urutan jumlah atom C. Apabila kedua alkil sama,
diawali dengan kata “di”
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
91. Eter
Isomer Eter
Isomer Posisi
Isomer posisi terjadi pada senyawa-senyawa yang memiliki
rumus molekul dan gugus fungsi sama, tetapi letak gugus fungsi
berbeda.
Isomer Gugus Fungsi
Alkoksi alkana berisomer gugus fungsi dengan alkohol
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
92. Eter
Sifat-Sifat Eter
Senyawa eter memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
1) Merupakan cairan yang mudah menguap dan mudah
terbakar.
2) Titik didih rendah, lebih rendah daripada alkohol dengan
massa molekul relatif yang sama.
3) Sedikit larut dalam air.
4) Melarutkan senyawa-senyawa kovalen.
5) Bersifat anestetik.
6) Tidak reaktif serta tidak dapat dioksidasi, direduksi,
dieliminasi, atau direaksikan dengan basa, tetapi dapat
disubstitusikan dengan asam kuat.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
93. Eter
Pembuatan Eter
Reaksi asam sulfat dan etanol menghasilkan dietil eter dan etil
hidrogen sulfat sebagai zat antara.
Sintesis Williamson
Pada sintesis ini terjadi reaksi antara alkil halida dengan
alkoksida.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
94. Eter
Kegunaan Eter
Eter digunakan sebagai pelarut dan obat anestesi. Senyawa
eter yang diberikan melalui pernapasan sebagai obat bius,
contohnya kloroform dan siklopropana.
Metiltersierbutil eter (MTBE)
digunakan sebagai zat aditif pada
bensin untuk menaikkan bilangan
oktan bensin.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
97. Aldehid
Tata Nama Aldehid
Nama IUPAC
Nama IUPAC alkanal diturunkan dari nama
alkananya, dengan mengganti akhiran -a
menjadi -al.
Nama Trivial
Nama trivial aldehid diturunkan dari
nama trivial asam karboksilat yaitu
dengan menghilangkan kata asam dan
mengganti akhiran -at menjadi kata
aldehid.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
98. Aldehid
Isomer Aldehid
Isomer Kerangka
Isomer kerangka terjadi karena ada atau tidak adanya cabang
serta perbedaan letak cabang. Butanal mempunyai dua isomer
yaitu:
Isomer Gugus Fungsi
Gugus fungsi aldehid berisomer gugus fungsi dengan alkanon.
Isomer gugus fungsi aldehid dan alkanon mempunyai rumus
umum CnH2nO.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
99. Aldehid
Sifat-Sifat Aldehid
1) Merupakan senyawa polar.
2) Mudah larut dalam air.
3)
4)
5)
Melarutkan senyawa polar dan nonpolar.
Tidak mempunyai ikatan hidrogen.
Titik didihnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan senyawa karbon
yang massa relatifnya hampir sama.
6) Dapat mengalami reaksi adisi, oksidasi, polimerisasi, dan
autoredoks, serta dapat bereaksi dengan PX5 dan halogen.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
101. Aldehid
Kegunaan Aldehid
Formaldehid
Senyawa ini
digunakan sebagai
desinfektan,
insektisida,
pengawet mayat,
dan dimanfaatkan
dalam industri
plastik.
Asetaldehid
Asetaldehid merupakan bahan
pembuatan asam asetat dan butanol.
dasar
Selain
itu, asetaldehid digunakan dalam pembuatan
zat warna, plastik, dan karet sintetis.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
102. Keton
Tata Nama Keton
Nama IUPAC
Nama IUPAC alkanon diturunkan dari nama alkananya, tetapi akhiran -a
diganti dengan -on.
Untuk alkanon bercabang berlaku aturan sebagai berikut.
1) Rantai terpanjang/rantai induk harus mengandung gugus –CO–.
2) Rantai induk diberi nomor dari salah satu ujung sehingga posisi
gugus fungsi mendapat nomor terkecil.
3) Cabang dan gugus pengganti lain ditulis terlebih dahulu sesuai abjad
diikuti rantai induk. Posisi rantai induk diberi awalan angka.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
103. Keton
Tata Nama Keton
Nama Trivial
Nama trivial keton yaitu alkil alkil keton.
Gugus alkil ditulis secara terpisah diakhiri kata keton.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
104. Keton
Isomer Keton
Isomer Kerangka
Isomer kerangka terjadi karena ada atau tidak adanya cabang
serta jenis cabang.
Isomer Posisi
Isomer posisi terjadi karena perbedaan letak gugus fungsinya.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
105. Keton
Sifat-Sifat Keton
Keton memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
1) Merupakan senyawa polar.
2) Larut dalam air.
3) Tidak mempunyai ikatan hidrogen.
4) Titik didih keton lebih tinggi dibandingkan hidrokarbon lain
dengan massa molekul relatif hampir sama.
5) Mengalami reaksi adisi dan kondensasi serta bereaksi
dengan PX5.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
106. Keton
Pembuatan Keton
Oksidasi Alkohol Sekunder
Distilasi Kering Garam Alkali atau Alkali Tanah Karboksilat
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
107. Keton
Kegunaan Keton
Keton yang paling banyak digunakan
yaitu aseton.
Aseton merupakan suku alkanon
terendah, disebut juga propanon.
Aseton digunakan sebagai pelarut
senyawa-senyawa organik, terutama
untuk melarutkan beberapa macam
plastik dan gas etuna.
Aseton juga digunakan sebagai tinner
untuk membersihkan cat kuku/kuteks.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
108. Asam Karboksilat dan Ester
Tata Nama
Asam
Karboksilat
Isomer
Asam
Karboksilat
Sifat-Sifat
Asam
Karboksilat
Pembuatan
Asam
Karboksilat
Kegunaan
Asam
Karboksilat
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
109. Asam Karboksilat dan Ester
Tata Nama
Ester
Isomer
Ester
Sifat-Sifat
Ester
Pembuatan
Ester
Kegunaan
Ester
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
110. Asam Karboksilat
Tata Nama Asam Karboksilat
Nama IUPAC
Nama karboksilat diturunkan dari nama alkananya dengan mengganti
akhiran -a menjadi -oat dan diberi awalan asam.
Nama Trivial
Nama trivial asam karboksilat didasarkan pada sumbernya.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
111. Asam Karboksilat
Isomer Asam Karboksilat
Isomer Kerangka
Isomer kerangka terjadi karena ada atau tidak adanya cabang serta jenis
dan letak cabang.
Isomer Gugus Fungsi
Asam karboksilat berisomer gugus fungsi dengan ester. Rumus umum
isomer gugus fungsi asam karboksilat dan ester adalah CnH2nO2.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
112. Asam Karboksilat
Sifat-Sifat Asam Karboksilat
Sifat-sifat asam karboksilat sebagai berikut.
1) Merupakan senyawa polar.
2) Titik didih tinggi karena mempunyai ikatan hidrogen.
3) Senyawa dengan atom C1 – C4 mudah larut dalam air, semakin
banyak cabang kelarutannya dalam air semakin berkurang.
4) Mengalami reaksi-reaksi berikut.
- Dapat bereaksi dengan logam, garam karbonat, dan basa alkali.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
113. Asam Karboksilat
Sifat-Sifat Asam Karboksilat
- Dapat bereaksi dengan alkohol menghasilkan ester (reaksi esterifikasi).
- Dapat dioksidasi menghasilkan CO2 dan H2O.
- Dapat bereaksi dengan PX5.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
115. Asam Karboksilat
Kegunaan Asam Karboksilat
Beberapa contoh penggunaan asam karboksilat.
1) Asam formiat digunakan untuk penyamakan kulit, industri tekstil, dan
penggumpalan lateks di perkebunan karet.
2) Asam asetat digunakan sebagai pelarut, serta
bahan baku untuk industri serat dan plastik.
Asam asetat murni disebut asam asetat glasial.
Cuka merupakan larutan 3–6% asam asetat
dalam air, dibuat melalui peragian dari sari buah
apel dan anggur atau dari pengenceran asam
asetat sintesis.
3) Asam oksalat digunakan untuk penghilang karat dan pereaksi pada
pembuatan zat warna.
4) Asam tartrat digunakan untuk penyamakan, fotografi, pembuatan
keramik, dan mengasamkan minuman serta permen.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
116. Ester
Tata Nama Ester
Nama IUPAC
Ester merupakan turunan asam
karboksilat. Oleh karena itu, ester
diberi nama dengan alkil alkanoat.
Alkil diikat oleh atom O,
sedangkan alkanoat meliputi alkil
dan gugus fungsinya.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
117. Ester
Tata Nama Ester
Nama Trivial
Nama trivial berasal dari
alkil-alkil ester. Alkil-alkil
ditulis sesuai urutan
jumlah atom C diikuti kata
ester.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
118. Ester
Isomer Ester
Isomer Gugus Fungsi
Ester berisomer gugus fungsi dengan asam karboksilat. Rumus
umum isomer gugus fungsi asam karboksilat dan ester adalah
CnH2nO2.
Isomer Kerangka
Isomer kerangka terjadi karena ada atau tidak adanya cabang
serta jenis dan letak cabang.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
119. Ester
Sifat-Sifat Ester
Sifat-sifat ester sebagai berikut.
1) Mudah menguap.
2) Sedikit larut dalam air.
3) Semakin besar massa molekul relatifnya, titik didih semakin tinggi.
4) Dapat mengalami reaksi-reaksi berikut.
- Reaksi hidrolisis, terbentuk reaksi kesetimbangan antara asam
karboksilat dengan alkohol.
- Hidrolisis dengan basa menghasilkan suatu garam dan alkohol.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
120. Ester
Sifat-Sifat Ester
- Reaksi dengan alkohol menghasilkan ester lain dan alkohol lain.
- Bereaksi dengan pereaksi Grignard menghasilkan alkohol.
- Dapat direduksi menghasilkan alkohol.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
121. Ester
Pembuatan Ester
Ester dibuat dari reaksi asam karboksilat dengan alkohol. Reaksi
ini disebut esterifikasi.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
122. Ester
Kegunaan Ester
Senyawa-senyawa ester banyak
digunakan sebagai esens karena
mempunyai aroma khas.
Senyawa-senyawa ester yang
biasa digunakan sebagai esens
sebagai berikut.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
123. Benzena dan Senyawa Turunannya
BAB
V
Struktur Benzena
Sifat-Sifat Benzena
Reaksi-Reaksi Benzena
Tata Nama Benzena
Senyawa Turunan Benzena dan
Kegunaannya
Parasetamol
Obat demam yang
mengandung senyawa
benzena.
Kembali ke daftar isi
124. Struktur Benzena
Rumus struktur benzena
(C6H6) berbentuk
heksagonal planar.
Sudut Ikatan C-C =120 o
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Kedudukan atom C dan H
dalam molekul benzena
bersifat ekuivalen, sedangkan
ikatan rangkap selalu
berpindah-pindah
(beresonansi).
August Kekule
125. Sifat-Sifat Benzena
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Sifat Fisika
1.
2.
3.
4.
Titik leleh 5,5°C, sedangkan titik didihnya 80,1°C.
Pada suhu kamar berwujud cair, tidak berwarna, mudah menguap, dan berbau khas.
Benzena bersifat nonpolar.
Benzena larut dalam pelarut organik seperti CCl4 (karbon tetraklorida), dietil eter, dan heksana, tetapi
tidak larut dalam air.
Sifat Kimia
1. Uap benzena bersifat toksik dan sedikit karsinogenik.
2. Benzena dapat dioksidasi sempurna dan menghasilkan gas CO2 dan H2O. Reaksi ini menghasilkan
jelaga cukup tebal karena terbentuk banyak partikel karbon.
3. Benzena tidak dapat dioksidasi oleh Br2, H2O, dan KMnO4, tetapi dapat diadisi oleh H2 dan Cl2 dengan
bantuan katalis Ni atau sinar matahari.
4. Atom-atom H pada molekul benzena dapat disubstitusikan oleh atom atau gugus atom
menghasilkan senyawa turunan benzena. Benzena lebih mudah mengalami substitusi daripada reaksi
adisi karena struktur cincin benzena bersifat stabil akibat adanya elektron-elektron terdelokalisasi.
127. Reaksi Adisi
Adisi Hidrogen
Adisi Benzena dengan hidrogen
menghasilkan sikloheksana.
Reaksi ini berlangsung pada suhu
150°C menggunakan katalis nikel
(Ni).
Adisi Klorin
Adisi benzena oleh klorin (Cl2)
dapat berlangsung dengan
bantuan sinar matahari.
Pada adisi ini dihasilkan
senyawa 1,2,3,4,5,6- heksakloro
sikloheksana.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
128. Sulfonasi
Benzena bereaksi dengan asam sulfat (H2SO4).
Hasil reaksi berupa asam benzenasulfonat dan air.
SO3
40°C
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
129. Alkilasi
Benzena bereaksi dengan haloalkana (RX).
Menggunakan katalis AlCl3.
Reaksi ini disebut reaksi sintesis Friedel-Crafts
Reaksi Umum:
Contoh:
Reaksi pembuatan toluena
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
130. Asilasi
• Reaksi benzena dengan mensubstitusi atom H oleh gugus asil (CH3C=O).
• Menggunakan katalis AlCl3.
• Rumus Umum:
• Contoh:
Reaksi pembuatan asetofenon
Asetofenon
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
131. Nitrasi
Benzena bereaksi dengan asam nitrat (HNO3 atau HONO2).
Reaksi nitrasi memerlukan katalis asam sulfat (H2SO4) pekat.
Reaksi berlangsung pada suhu 50°C.
Menghasilkan nitrobenzena.
50°C
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
H2SO4
Nitrobenzena
132. Halogenasi
Benzena bereaksi dengan atom halogen (gologan VIIA).
Menggunakan katalis FeCl3, FeBr3, AlCl3, atau SbCl3.
Menghasilkan halobenzena (benzena yang memiliki gugus
halogen) dan asam kuat.
Klorobenzena
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
133. 1. Benzena Monosubstituen
Penamaan IUPAC = substituen + benzena
Tata Nama Senyawa Turunan Benzena
X = substituen/cabang
Contoh:
Etilbenzena Klorobenzena Nitrobenzena
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
134. Apabila dua atom H pada benzena
diganti dengan atom atau gugus atom
lain, maka akan terjadi tiga macam posisi
(tiga isomer).
Urutan prioritas gugus:
2. Benzena Bisubstituen
Orto (1,2) Meta (1,3) Para (1,4)
–COOH > –SO3H > –CHO > –CN > –OH > –NH2 > –R(alkil) > –NO2 > –X (halogen)
o-dimetilbenzena
(o-xilena)
m-kloroanilina p-nitrofenol
Contoh:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
135. 3. Benzena Trisubstituen atau Lebih
1,2,4-trinitrobenzena 2,4,6-trinitrotoluena
Posisi substituen dinyatakan dengan angka.
Contoh:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
136. 4. Benzena Terikat pada Rantai Karbon
Apabila suatu cincin benzena terikat pada rantai karbon yang
panjang (>6) atau pada rantai alkana bergugus fungsi maka
cincin benzena tersebut dianggap sebagai substituen yang
dinamakan gugus fenil.
Contoh:
3-fenil-1-pentanol
3-fenilheptana
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
137. 5. Gabungan Cincin Benzena (Polibenzena)
Naftalena Antrasena
Fenantrena Pirena
Benzo(α) piren Krisena Benzofluorantena
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
138. Senyawa Turunan Benzena dan
Kegunaannya
1. Toluena
Kegunaan:
Pelarut senyawa
karbon.
Bahan dasar pembuatan asam benzoat
(bahan pengawet di industri makanan).
Bahan dasar pembuatan bahan peledak
seperti TNT.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
139. 2. Fenol
Bahan pelarut pada pemurnian minyak
pelumas.
Bahan pembuat zat warna.
Bahan dasar pembuatan plastik bakelit
dengan cara mereaksikan fenol dengan
formaldehid.
Bahan desinfektan
atau pembunuh
kuman pada
pembersih lantai.
Kegunaan:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
140. Sebagai antijamur pada
bedak dan salep untuk
mengobati penyakit kulit
seperti panu, kadas, dan
kurap.
Asam salisilat dapat diesterifikasi dengan alkohol dan asam
Metil salisilat banyak
diperdagangkan dengan
nama minyak gandapura
Metil salisilat
3. Asam Salisilat Kegunaan:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
141. 4. Anilina
Kegunaan:
Anilin banyak digunakan sebagai zat
warna diazo pada batik, katun, dan
tinta.
Kegunaan:
5. Stirena
Stirena digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan polimer sintetik
polistirena melalui proses
polimerisasi.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
142. BAB
VI Polimer
Tata Nama Polimer
Penggolongan Polimer
Sifat-Sifat Polimer
Reaksi Polimerisasi
Kegunaan dan Dampak Polimer
Sumber: bit.ly/2WtxRW
Baterai
dengan teknologi kertas
ramah lingkungan
Menggunakan polimer
rekayasa
Kembali ke daftar isi
143. Tata Nama Polimer
Berdasarkan Monomer
Monomer Hanya Terdiri Atas Satu Kata
poli + monomer Nama Monomer Nama Polimer
Stirena Polistirena
Etena Polietena
Monomer Hanya Terdiri Atas Satu Kata
poli + (monomer) Nama Monomer Nama Polimer
1-pentena Poli(1-pentena)
Metil metakrilat Poli(metil metakrilat)
144. Tata Nama Polimer
Berdasarkan Taktisitas
i/s +poli + monomer
i = isotaktik
s = sindiotaktik
Keterangan:
Disusun oleh monomer stirena
dengan posisi gugus fenil sama
Berdasarkan Isomer
cis/trans +nomor ikatan + poli + monomer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
145. Aturan Penamaan Polimer Menurut IUPAC:
1. Mengidentifikasi unit struktur terkecil (CRU).
2. Menentukan subunit CRU sebagai prioritas berdasarkan ikatan
yang ditulis dari kiri ke kanan.
3. Memberikan nomor substituen dari kiri ke kanan.
4. Memberikan nama dengan diawali kata 'poli' dan nama CRU
dikurung.
Berdasarkan Unit Dasar (IUPAC)
Tata Nama Polimer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
147. Berdasarkan
Asalnya
Polimer alam yaitu polimer yang
tersedia secara alami di alam dan
berasal dari makhluk hidup.
Contoh: amilum, selulosa, protein,
asam nukleat, karet alam
Polimer Alam
Polimer Semisintetis
Polimer semisintetis
yaitu polimer yang
diperoleh dari hasil
modifikasi polimer
alam dan bahan
kimia.
Contoh: selulosa nitrat
Polimer buatan yaitu
polimer yang tidak
terdapat di alam, tetapi
disintesis atau dibuat dari
monomer-monomernya
dalam reaktor di industri Contoh: polietena,
kimia. nilon, dakron
Polimer Buatan (Sintetis)
Penggolongan Polimer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
148. Berdasarkan
Jenis
Monomernya
Homopolimer
Homopolimer disebut juga polimer linear yaitu
polimer yang tersusun atas monomer-monomer
yang sama atau sejenis.
Contoh: PVC, protein, karet alam
Kopolimer
Kopolimer yaitu polimer yang tersusun atas
monomer-monomer yang berlainan jenis.
Contoh: nilon, tetoron, bakelit
Berdasarkan susunan monomernya, kopolimer
dibedakan menjadi kopolimer bergantian, kopolimer
blok, kopolimer bercabang, dan kopolimer tidak
beraturan. (A) kopolimer tidak beraturan
(B) kopolimer bergantian
(C) kopolimer blok
(D) kopolimer bercabang
Penggolongan Polimer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
149. Penggolongan
Polimer
Berdasarkan
Sifat Terhadap
Pemanasan
atau Sifat
Kekenyalanny
a
Termoplastik
• Polimer termoplastik memiliki sifat-sifat antara
lain berat molekul kecil, tidak tahan terhadap
panas, jika dipanaskan akan melunak, jika
didinginkan akan mengeras, mudah diregangkan,
fleksibel, titik leleh rendah, dapat dibentuk ulang
(daur ulang), mudah larut dalam pelarut yang
sesuai, dan memiliki struktur molekul linear atau
bercabang.
Contoh: polietilena, PVC, polistirena
T
ermosetting
Polimer termosetting memiliki sifat-sifat
antara lain keras dan kaku (tidak
fleksibel), jika didinginkan akan
mengeras, tidak dapat dibentuk ulang,
tidak dapat larut dalam pelarut apa
pun, jika dipanaskan pada suhu yang
terlalu tinggi akan meleleh, tahan
terhadap asam dan basa, serta memiliki
ikatan silang antarrantai molekul.
Contoh: bakelit, poliester, uretana
Elastomer
Elastomer merupakan polimer
yang elastik atau dapat mulur
jika ditarik, tetapi kembali ke
awal jika gaya tarik ditiadakan.
Contoh: karet sintetis SBR
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
150. Berdasarkan
Bentuk
Susunan
Rantainya
Polimer Linear
Polimer linear yaitu polimer yang
tersusun denga unit ulang berikatan
satu sama lainnya membentuk rantai
polimer yang panjang.
Contoh: polietena dan polivinil klorida
Polimer Bercabang
Polimer bercabang yaitu polimer yang
terbentuk jika beberapa unit ulang
membentuk cabang pada rantai utama.
Contoh: glikogen
Polimer Berikatan Silang (Cross-linking)
Polimer berikatan silang yaitu polimer yang terbentuk karena
beberapa rantai polimer saling berikatan satu sama lain pada rantai
utamanya. Contoh: bakelit dan resin urea formaldehida
Penggolongan Polimer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
151. Berdasarkan
Penggunaan
Polimer
Polimer yang dimanfaatkan
sebagai serat misalnya kain
dan benang.
Contoh: poliester, nilon, dan
dakron
Serat
Polimer yang dimanfPalaatsktaikn
sebagai plastik.
Contoh: bakelit, polietilena,
PVC, polistirena, dan
polipropilena
Penggolongan Polimer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
152. Sifat fisik polimer
Sifat fisik polimer ditentukan oleh:
panjang rantai atau jumlah monomer;
susunan rantai;
tingkat percabangan pada rantai;
gugus fungsi pada monomer;
ikatan silang antarrantai polimer;
penambahan zat aditif.
Sifat mekanik polimer
Sifat mekanik polimer meliputi:
kekuatan (strength);
elongation;
modulus;
ketangguhan (toughness).
Sifat termal polimer
Sifat termal polimer meliputi:
koefisien pemuaian
termal;
panas jenis;
koefisien hantaran termal;
titik tahan panas.
Stabilitas panas
Kelenturan
Ketahanan terhadap
mikroorganisme
Sifat-Sifat Polimer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
153. Reaksi Polimerisasi
Reaksi penggabungan sejumlah monomer menjadi polimer
Polimerisasi Adisi
Polimerisasi Kondensasi
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
154. Reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer
yang berikatan rangkap menjadi ikatan tunggal
Polimerisasi Adisi Alami
Polimerisasi adisi alami
merupakan reaksi polimerisasi
pada makhluk hidup.
Contoh: pembentukan karet alam
atau poliisoprena.
Reaksi Umum:
Polimerisasi Adisi Sintesis
Polimerisasi adisi sintesis merupakan
reaksi polimerisasi yang sengaja
dilakukan di laboratorium atau industri.
Contoh : pembentukan polivinilklorida
(PVC) dari vinil klorida.
Polimerisasi Adisi
Reaksi Polimerisasi
Reaksi penggabungan sejumlah monomer menjadi polimer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
155. Reaksi yang terjadi jika
dua atau lebih monomer
sejenis atau berbeda jenis
bergabung membentuk
molekul besar sambil
melepaskan molekul-
molekul kecil, seperti H2O,
NH3, dan HCl.
Reaksi umum:
Polimerisasi
Kondensasi Alami
Contoh:
Pembentukan
glikogen dan
amilum dari
α–D-glukosa
Pembentukan
protein dari
asam amino
Polimerisasi
Kondensasi Sintesis
Contoh:
Pembentukan nilon
atau poliamida dari
asam adipat dan
heksametilendiamin
Polimerisasi Adisi
Polimerisasi Kondensasi
Reaksi Polimerisasi
Reaksi penggabungan sejumlah monomer menjadi polimer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
156. No Polimer Monomer Kegunaan
1 Polietilena
(Polietena)
etilena Polietilena dengan densitas
rendah (LDPE) pembungkus
makanan, kantong plastik, dan jas
hujan.
Polietilena densitas tinggi (HDPE)
botol plastik, botol detergen, mainan,
ember dan panci, serta untuk pelapis
kawat dan kabel.
2 Polipropilena
(Polipropena)
propilena Karung dan tali plastik, serta botol
minuman.
3 Teflon tetrafluoroeti-
lena
pelapis barang yang tahan panas,
seperti tangki di pabrik kimia, pelapis
panci dan penggorengan antilengket,
serta pelapis dasar setrika.
Kegunaan dan Dampak Penggunaan Polimer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
157. No Polimer Monomer Kegunaan
4 Polivinilklorida
(PVC)
vinil klorida
atau kloro
etilena
pipa, slang keras, lapisan lantai, dan
piringan hitam.
5 Bakelit fenol dan
formaldehid
Bakelit dipakai pada peralatan listrik,
kotak isolator, toilet, kabinet radio,
pembuatan lembaran laminasi, asbak,
serta perekat plywood.
6 Polimetilmeta-
krilat (PMMA)
metil
metakrilat
bahan pencampur gelas dan
pencampur logam, lampu belakang
mobil, dan kaca jendela, badan
pesawat terbang.
7 Serat akrilat asam akrilat
(asam 2-
propenoat)
jaket, kaus kaki, karpet, dan bahan
pakaian dalam.
Kegunaan dan Dampak Penggunaan Polimer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
158. No Polimer Monomer Kegunaan
8 Dakron asam tereftalat
dan
etilen glikol
serat tekstil, film tipis yang kuat, pita
perekam magnetik, dan bahan
balon cuaca yang dikirim ke
stratosfer.
9 Polikloroprena
(Neoprena)
2-kloro-1,3-
butadiena
slang oli.
10 SBR (Styrene-
Butadiene
Rubber)
stirena dan
1,3-butadiena
ban kendaraan bermotor.
11 Polistirena atau
Polifenil Etena
stirena genting, cangkir, mangkuk, mainan,
stirofoam, kabin pada radio, TV, dan
tape.
Kegunaan dan Dampak Penggunaan Polimer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
159. No Polimer Monomer Kegunaan
12 Nilon asam adipat dan
heksametilendiamina
tali, jala, parasut, jas hujan,
dan tenda.
13 Kevlar asam benzena-1,4-
dikarboksilat dan
1,4-diaminobenzena
rompi antipeluru.
14 Karet alam isoprena ban.
15 Polivinil alkohol etanol bak air.
Kegunaan dan Dampak Penggunaan Polimer
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
160. Bab VII
Makromolekul Karbohidrat, Protein, dan Lipid
Karbohidrat
Lipid
Protein
Jaring Laba-Laba
tersusun atas ribuan benang
berukuran nano yang tersusun
secara paralel.
Setiap helai jaring laba-laba
terbuat dari protein β-keratin.
Protein ---> Makromolekul
Kembali ke daftar Isi
161. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan
senyawa polihidroksi aldehid
(aldosa) atau polihidroksi
keton (ketosa) dengan rumus
n 2 m
umum C (H O) .
Nama karbohidrat berasal
dari karbon yang berarti
mengandung unsur karbon
dan hidrat yang berarti air.
Pengertian
Penggolongan Karbohidrat
Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat paling
sederhana karena tidak dapat dihidrolisis
menjadi bentuk karbohidrat yang lebih
sederhana lagi.
Oligosakarida
Oligosakarida merupakan senyawa
karbohidrat yang terdiri atas beberapa
molekul monosakarida.
Polisakarida
Polisakarida merupakan polimer alam
yang tersusun atas unit-unit
monosakarida membentuk rantai
panjang melalui reaksi kondensasi.
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
162. Monosakarida merupakan
senyawa terkecil dalam golongan
karbohidrat dengan rumus
CnH2nOn dimana n=
3 – 8
C3H6O3 : triosa
C4H8O4 : tetrosa
dan seterusnya
Setiap molekul monosakarida
memiliki 1 gugus keton atau 1
gugus aldehida.
Gugus aldehida selalu berada
di atom C pertama.
Gugus keton selalu berada di
atom C kedua.
Monosakarida
Aldosa
(misal: glukosa)
memiliki gugus
aldehida pada salah
satu ujungnya.
Ketosa
(misal: fruktosa)
biasanya memiliki
gugus keto pada
atom C 2.
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
163. Monosakarida
Notasi D dan L
Berdasarkan letak gugus
–OH terakhir, mono-sakarida
struktur Fischer dibagi menjadi
dua yaitu:
D (dektsro = kanan)
L (levo = kiri).
Kedua senyawa tersebut
berperan sebagai isomer satu
sama lain.
Untuk gula dengan atom C
asimetrik lebih dari 1, notasi D
atau L ditentukan oleh atom C
asimetrik terjauh dari gugus
aldehida atau keto. Penampilan dalam bentuk gambar
Proyeksi Fischer.
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
164. Berdasarkan bentuk ikatan tetrahedral yang dibentuk atom C, molekul karbohidrat
lebih stabil dalam bentuk siklik. Rumus Haworth menggambarkan struktur lingkar
karbohidrat dengan ikatan antara C pertama dengan O-hidroksil pada atom C kelima.
Nama monosakarida didasarkan pada posisi gugus –OH pada atom C pertama. Jika posisi
gugus –OH pada atom C pertama mengarah ke bawah disebut struktur α. Akan tetapi, jika
gugus –OH tersebut mengarah ke atas disebut struktur β.
Monosakarida
Struktur Siklik Monosakarida
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
165. Glukosa
• Glukosa terdapat dalam gula merah, madu, buah anggur, dan serum darah
Fruktosa
• Fruktosa terdapat dalam gula pasir, sari buah, dan madu. Fruktosa merupakan
jenis gula yang paling manis
Galaktosa
• Senyawa pentosa tidak terdapat di alam dalam keadaan bebas. Contoh
senyawa aldopentosa antara lain arabinosa, xilosa, ribosa, dan 2-deoksiribosa.
Arabinosa diperoleh dari pengolahan gom arab. Xilosa diperoleh dari hidrolisis
jerami atau kayu. Ribosa dan 2-deoksiribosa merupakan komponen asam
nukleat dan diperoleh dengan cara hidrolisis.
• Galaktosa merupakan monosakarida yang dihasilkan dari proses hidrolisis gula
susu (laktosa) sehingga tidak ditemukan dalam keadaan bebas
Pentosa
Jenis Monosakarida di Alam
Monosakarida
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
166. Monosakarida
memutar bidang polarisasi
Murotasi
• Aldehid dan alkohol primer dapat dioksidasi
menjadi asam karboksilat
Oksidasi
• Gugus aldehid atau keton dapat direduksi menjadi
alkohol
• Monosakarida (yang mengandung gugus hidroksil) dapat
membentuk ester dengan asam organik dan anorganik.
• Tiap-tiap molekul monosakarida dapat saling berikatan
membentuk rantai panjang melalui ikatan glikosida
Reduksi
Pembentukan
Ester
Pembentukan
Glikosida
Reaksi-Reaksi pada Monosakarida
• Apabila dilarutkan dalam air, monosakarida dapat
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
167. Stakiosa
Stakiosa
merupakan
tetrasakarida
yang
tersusun atas
dua
galaktosa,
glukosa, dan
fruktosa.
Stakiosa
tidak
mempunyai
sifat
mereduksi.
Rafinosa
Rafinosa
merupakan
trisakarida yang
tersusun atas
galaktosa,
glukosa, dan
fruktosa.
Hidrolisis
rafinosa oleh
enzim sukrase
menghasilkan
fruktosa dan
melibiosa.
Laktosa
Laktosa merupakan
disakarida yang
tersusun atas glukosa
dan galaktosa.
Laktosa berasa kurang
manis, merupakan
gula pereduksi, serta
mampu mengalami
mutarotasi. Laktosa
disebut gula susu
karena terdapat
dalam susu sapi dan
susu ibu.
Maltosa
Maltosa adalah
disakarida yang
terbentuk dari
dua molekul
glukosa.
Maltosa
merupakan
hasil antara
dalam proses
hidrolisis
amilum dengan
asam maupun
enzim.
Sukrosa
Sukrosa
adalah gula
pasir yang
kita kenal
berasal dari
gula tebu
atau gula bit.
Sukrosa juga
terdapat
dalam gula
aren, gula
kelapa,
madu, nanas,
dan wortel.
Oligosakarida
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
168. Polisakarida
Polisakarida mempunyai molekul yang besar dan lebih kompleks
dibanding monosakarida maupun oligosakarida.
Jenis polisakarida: pati, glikogen, dan selulosa.
Pati
• Sedikit larut dalam
air dingin
Glikogen
• Mudah larut
dalam air panas
• Larutannya
Selulosa
• Tidak dapat larut
dalam air, tetapi
• Daya reduksiKembali ke daftar Isi Kembali ke awal bl
a
a
b
rut dalam
169. Sifat Fisik
Karbohidrat berwujud padat pada suhu kamar.
Semua karbohidrat bersifat optis aktif.
Sebagian besar karbohidrat dapat memutar bidang polarisasi.
Sebagian besar karbohidrat dapat memutar bidang polarisasi cahaya.
Monosakarida dan disakarida berasa manis dan larut dalam air, sedangkan polisakarida
berasa tawar dan tidak larut dalam air.
Sifat Kimia
disakarida monosakarida
etanol + CO2
: polisakarida
: glukosa
: karbohidrat 2
karbon + H O
: reaksi oksidasi karbohidart menghasilkan asam
Hidrolisis
Fermentasi
Dehidrasi
Oksidasi
Reaksi karbohidrat dengan hidroksida logam mengakibatkan karbohidrat teroksidasi,
sedangkan hidroksida logam akan tereduksi.
Sifat-Sifat Karbohidrat
H2O/H+
H2O/H+
H2SO4
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
170. Reaksi Identifikasi Karbohidrat
1. Uji Molisch
Tujuan: membuktikan adanya
karbohidrat secara kualitatif.
2. Uji Iodin
Tujuan: membuktikan adanya
polisakarida (amilum, glikogen, dan
dekstrin).
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
171. 3. Uji Seliwanoff
Tujuan: mengetahui adanya ketosa
(fruktosa) atau membedakan antara
glukosa dengan fruktosa.
4. Uji Asam Musat
Tujuan: membedakan antara glukosa
dengan galaktosa. Uji ini
menggunakan asam nitrat pekat.
Reaksi antara karbohidrat dengan
asam nitrat pekat menghasilkan
asam musat yang dapat larut air,
kecuali laktosa dan galaktosa.
Reaksi Identifikasi Karbohidrat
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
172. Protein
Protein merupakan se
tersusun atas asam a
Protein yang berasal d
hewani
Contoh: susu dan telur.
Protein yang berasal dari tumbuhan disebut protein
nabati
Contoh: kacang-kacangan.
nyawa makromolekul yang
mino.
ari hewan disebut protein
Asam Amino
Protein (Polipeptida)
Penggolongan Protein
Identifikasi Protein
Denaturasi Protein
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
173. Asam amino merupakan senyawa monomer penyusun protein dengan
struktur sebagai berikut.
Sifat-sifat asam amino:
Dapat larut dalam air dan pelarut polar, tetapi sukar larut dalam pelarut
nonpolar.
Bersifat amfoter.
Dalam larutannya, membentuk zwitter ion.
Bereaksi dengan asam nitrit menghasilkan gas N2.
Bersifat optis-aktif (dapat memutar cahaya terpolarisasi) karena
mempunyai atom (kristal).
Asam Amino
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
174. Asam Amino
Penggolongan Asam Amino
Berdasarkan
Pembentuknya
Asam amino esensial
Asam amino nonesensial
Berdasarkan Struktur
Gugus R (Rantai
Samping)
Asam amino dengan rantai samping netral
Asam amino dengan rantai samping asam
Asam amino dengan rantai samping basa
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
175. Struktur Protein
Sifat-Sifat Protein
Membentuk zwitter ion di dalam air
Dapat mengalami denaturasi (kerusakan struktur) akibat pemanasan, perubahan
pH, pelarut organik, gerakan mekanik, dan adanya ion logam
Jika dilarutkan dalam air, mempunyai viskositas (kekentalan) lebih besar daripada
air. Viskositas tergantung pada jenis protein, bentuk molekul, konsentrasi, dan
suhu larutan
Sebagian besar protein bersifat koloid hidrofil
Dapat dihidrolisis menjadi asam amino dengan asam encer atau enzim protease
Protein (Polipeptida)
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
176. • Protein nabati
• Protein hewani
Berdasarkan sumber asal
• Protein globular (menggulung)
• Protein fibrous (memanjang berupa serat atau serabut)
Berdasarkan bentuknya
• Protein majemuk
• Protein tunggal
Berdasarkan hasil
hidrolisisnya
Berdasarkan fungsinya
• Protein transpor atau pembangun
• Protein cadangan
• Protein kontraktil
• α-keratin
• β-keratin
• Kolagen
Berdasarkan gugus alkil pada
rantai protein
• Protein struktural,
• Protein pelindung
• hormon
Penggolongan Protein
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
177. Reaksi Biuret
Jika sampel protein ditambah beberapa tetes CuSO4 dan NaOH akan berwarna merah muda sampai
ungu. Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya ikatan peptida.
Reaksi Xantoprotein
Jika sampel protein ditambah asam nitrat pekat dan dipanaskan akan berwarna kuning. Jika
ditambah basa, larutan akan berwarna jingga. Uji ini untuk mengetahui protein yang mengandung
inti benzena.
Reaksi Millon
Jika sampel protein dipanaskan dengan merkuri nitrat (Hg(NO3)2) lalu ditambah asam nitrit akan
terbentuk cincin yang berwarna merah. Uji ini untuk mengetahui adanya asam amino dengan gugus
fenil.
Reaksi Uji Belerang
Jika sampel protein direaksikan dengan NaOH lalu dipanaskan dan ditambah Pb(CH3COOH)2 atau
Pb(NO3)2akan terjadi endapan hitam yang berasal dari PbS. Uji ini untuk mengetahui adanya
belerang dalam protein.
Identifikasi Protein
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
178. Reaksi Sakaguchi
Jika sampel protein ditambah dengan pereaksi Sakaguchi (campuran naftol dan
natrium hipobromit) akan menghasilkan warna merah. Uji ini untuk mengetahui
adanya gugus guanidin dalam protein.
Reaksi Hopkins-Cole
Jika sampel protein dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole kemudian
ditambahkan asam sulfat perlahan-lahan, campuran tersebut akan membentuk
lapisan di bawah larutan protein hingga terjadi cincin antara kedua lapisan. Uji
ini untuk mengetahui adanya gugus indol dalam protein.
Reaksi Ninhidrin
Jika sampel asam amino atau protein ditambah dengan pereaksi ninhidrin, akan
terbentuk senyawa kompleks yang ditandai dengan warna biru-ungu pada
larutan. Senyawa kompleks tersebut terbentuk karena gugus –NH2 bebas
bereaksi dengan ninhidrin.
Identifikasi Protein
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
179. Denaturasi protein dapat terjadi karena perlakuan-perlakuan berikut.
Mencampur Protein dengan Larutan Garam (NaCl)
Sampel protein seperti albumin yang dicampur dengan larutan garam akan
mengalami saltingout. Hal ini disebabkan rusaknya ikatan peptida yang dimiliki
albumin oleh larutan garam.
Memanaskan Protein
Memanaskan protein berarti menaikkan suhu protein. Suhu tinggi dapat
mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik nonpolar pada molekul
protein.
Menambahkan Alkohol pada Protein
Penambahan alkohol pada protein juga dapat merusak ikatan hidrogen.
Denaturasi Protein
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
180. Lipid
Lipid berasal dari bahasa Yunani lipos yang berarti lemak.
Para ahli biokimia mengelompokkan lemak dan senyawa yang mirip lemak ke
dalam golongan lipid. Kesepakatan ini sudah disetujui Kongres Internasional
Kimia Murni dan Terapan (IUPAC).
Asam Lemak
Lemak
Fosfolipid
Lilin
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
181. Pengertian
Asam lemak adalah asam organik golongan asam karboksilat yang berasal dari
hewan atau tumbuhan.
Asam Lemak
Asam Lemak Jenuh
Asam lemak jenuh tidak
mengandung ikatan
rangkap dua pada rantai
karbonnya.
Contoh:
asam butirat
asam kaproat
asam miristat
asam stearat
Asam Lemak Jenuh
Asam lemak tidak jenuh
mengandung ikatan rangkap
dua pada rantai karbonnya.
Contoh:
asam oleat
asam linoleat
asam palmitoleat
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
182. Penggolongan
Berdasarkan proses sintesisnya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak
esensial dan asam lemak nonesensial.
Asam lemak esensial adalah asam lemak yang tidak dapat disintesis oleh
tubuh dan hanya dapat diperoleh dari makanan.
Contoh: asam linoleat dan asam linolenat.
Asam lemak nonesensial dapat disintesis tubuh dari nutrisi makanan.
Contoh: asam palmitat, asam stearat, dan asam oleat.
Asam Lemak
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
183. Penggolongan
Lemak dibedakan menjadi dua
berdasarkan bentuk fisiknya yaitu lemak
dan minyak.
Istilah lemak biasa digunakan untuk
lemak yang berbentuk padat pada
suhu ruangan. Lemak berbentuk
padat karena sebagian besar tersusun
atas asam lemak jenuh.
Istilah minyak digunakan untuk lemak
yang berbentuk cair pada suhu
ruangan. Minyak tersusun atas asam
lemak tidak jenuh.
Lemak
Pengertian
Lemak merupakan senyawa ester
trigliserida yang terbentuk dari tiga
asam lemak dengan gliserol.
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
184. Reaksi Oksidasi
Reaksi oksidasi lemak atau minyak menimbulkan rasa dan bau tidak sedap. Proses ini
disebut ketengikan.
Reaksi pada Lemak
Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis lemak berjalan dengan asam, basa, atau enzim tertentu. Hidrolisis
lemak dengan basa (NaOH atau KOH) menghasilkan gliserol dan garam asam lemak
yang biasa disebut sabun.
Sabun dari NaOH adalah sabun keras, sedangkan sabun dari KOH adalah sabun
lunak/cair. Proses ini disebut penyabunan (saponifikasi).
Lemak
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
185. Fosfolipid atau fosfatidat adalah gliserida yang mengandung fosfor dalam
bentuk ester asam fosfat.
Fosfatidil kolin (lesitin) berupa zat padat lunak seperti lilin, berwarna putih,
higroskopis, dan dapat berubah menjadi cokelat jika terkena cahaya.
Asam lemak yang biasa menyusun lesitin antara lain asam palmitat, asam
stearat, asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.
Fosfolipid
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi
186. Lilin merupakan ester dari asam lemak rantai panjang dengan alkohol rantai
panjang (antara 14 sampai 34 atom karbon).
Lilin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut lemak. Lilin tidak mudah
terhidrolisis dan tidak dapat diuraikan oleh enzim yang menguraikan lemak.
Lilin dari lebah madu terbentuk dari campuran beberapa senyawa, terutama
mirisilpalmitat. Sementara itu, lilin dari paus sebagian besar terbentuk dari
setilpalmitat.
Lilin
Kembali ke awal bab
Kembali ke daftar Isi