Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai berbagai jenis biaya modal perusahaan seperti biaya modal utang bank, obligasi, saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan beserta ilustrasi kasusnya. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai metode untuk menghitung besaran biaya modal masing-masing jenis sumber pendanaan."
2. Biaya
Modal
Pengertian
Biaya Modal
Biaya Modal
Individual
Biaya Modal
Utang Bank
Biaya Modal
Utang Obligasi
Biaya Modal
Saham Preferen
Biaya Modal
Saham Biasa
Biaya Modal
Laba Ditahan
Biaya Modal
Gabungan
Biaya Modal,
Biaya
Peluang, dan
Laba
Ekonomis
Manfaat
Biaya Modal
3. Ilustrasi Kasus
– Kasus 1
PT ADI KARYA adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Perusahaan ini beroperasi
dengan total aktiva operasi senilai Rp 1 triliun. Pada tahun 20xx perusahaan mencatat perolehan laba
bersih setelah pajak sebesar Rp 100 milyar sehingga berhasil mencatat pencapaian ROI (Return on
Investment) sebesar 10%. Namun demikian, sehari setelah perusahaan mempublikasikan laporan
keuangannya yang di dalamnya terdapat laporan perolehan laba tersebut, justru direaksi negatif oleh pasar
dan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut turun.
– Kasus 2
Seorang pengusaha bernama Tuan Mukhlis dengan dana sebesar Rp 500 juta merencanakan
mendirikan usaha kecil berupa restoran khusus masakan Jawa di dekat pemukiman yang banyak dihuni
oleh mahasiswa. Berdasarkan estimasi, restoran tersebut akan mampu menghasilkan pendapatan bersih
setelah pajak kurang lebih Rp 40 juta per tahun. Dengan potensi pendapatan tersebut, Tuan Mukhlis
dihadapkan kepada persoalan apakah rencananya tersebut sebenarnya menguntungkan atau tidak.
5. Biaya Modal Dinyatakan dalam Bentuk Persentase
– Pada prinsipnya biaya modal menyatakan berapa biaya dalam rupiah yang ditanggung oleh
perusahaan atau pendapatan dalam rupiah yang diharapkan oleh pemilik dana relatif terhadap dana
bersih yang benar-benar diterima atau digunakan oleh perusahaan.
6. Ilustrasi Kasus
– Perusahaan memperoleh dana pinjaman dari bank sebesar Rp 10 juta dengan tingkat bunga 10% per
tahun. Atas diterimanya pinjaman tersebut bank mengenakan biaya administrasi dan biaya-biaya
lainnya yang terkait sebesar Rp 350.000. Biaya administrasi tersebut dalam praktiknya bisa dipotong
langsung dari nilai pinjaman atau bisa dibayar tersendiri di luar nilai pinjaman. Yang manapun cara
pembayaran biaya administrasi yang dilakukan, yang jelas dana bersih yang benar-benar diterima atau
digunakan oleh perusahaan adalah Rp 9.650.000 yaitu nilai nominal pinjaman dikurangi biaya
administrasi atau potongan-potongan yang dilakukan oleh bank. Sedangkan biaya yang ditanggung
perusahaan atau pendapatan dalam rupiah yang diharapkan oleh bank atas pinjaman tersebut adalah
sebesar tingkat bunga yang dikenakan yaitu 10% dari Rp 10 juta atau sama dengan Rp 1.000.000.
Dengan demikian biaya modal atas pinjaman bank tersebut adalah :
Biaya modal (k) =
Rp 1.000.000
Rp 9.650.000
x 100%
= 10,36 %
7. – Jika seandainya bank tidak mengenakan biaya administrasi sama sekali berarti dana bersih yang
diterima perusahaan sama dengan nilai nominal pinjaman yaitu Rp 10 juta. Dengan demikian
biaya modal atas utang bank tersebut tanpa biaya administrasi menjadi lebih kecil yaitu :
=
Rp 1.000.000
Rp 10.000.000
x 100%
= 10 %
9. Ilustrasi Kasus
– Terdapat dua buah obyek investasi yang sedang dipertimbangkan oleh pemilik modal yaitu A dan B,
dimana A memberikan tingkat pendapatan 10% dan B memberikan 11%. Jika pemilik modal
tersebut memilih A sebagai pilihan investasinya maka opportunity cost dari pilihan investasi A
sebesar 11% yaitu tingkat pendapatan yang tidak jadi diterima dari B. Sebaliknya jika yang dipilih
adalah B, maka opportunity cost-nya adalah 10% yaitu tingkat pendapatan yang tidak jadi diterima
dari A. Laba ditahan merupakan jenis sumber dana yang tidak membutuhkan pengeluaran biaya
eksplisit karena itu biaya modal atas laba ditahan ditentukan berdasakan opportunity cost-nya.
14. Ilustrasi Kasus
– PT INDOTEKSTIL memperoleh dana utang jangka panjang dari bank sebesar Rp 15 milyar.
Diasumsikan tingkat bunga utang bank tersebut 15% per tahun atau sebesar Rp 2,25 milyar dan
perusahaan dikenakan biaya administrasi oleh bank sebesar Rp 50 juta. Atas dasar ini biaya modal
utang bank per tahun dari PT INDOTEKSTIL adalah:
kd =
Rp 2,25 milyar
Rp 15 milyar−Rp 50 juta
x 100%
= 15,05%
– Jika perusahaan tidak dikenakan biaya administrasi atau potongan-potongan lainnya maka dana bersih
yang diterima oleh perusahaan adalah sama dengan nilai nominal utang. Oleh karena itu biaya modal
atas utang bank tanpa adanya biaya administrasi dan potongan-potongan adalah sama dengan biaya
bunganya yaitu 15% untuk contoh PT INDOTEKSTIL.
kd =
Rp 2,25 milyar
Rp 15 milyar
x 100%
= 15%
15. Biaya modal atas utang obligasi (cost of bond) ditentukan menggunakan konsep Yield to
Maturity (YTM). YTM pada dasarnya merupakan tingkat pendapatan yang diperoleh oleh pemegang
obligasi selaku pemilik atas dana yang diinvestasikannya ke dalam obligasi perusahaan dan sekaligus
dipandang sebagai biaya modal utang obligasi bagi perusahaan sebagai pengguna dana. YTM ditentukan
menggunakan persamaan sebagai berikut.
Biaya Modal Utang Obligasi
16. Ilustrasi Kasus
– Utang obligasi pada neraca PT INDOTEKSTIL sebesar Rp 25 milyar di atas terdiri dari 250 ribu lembar
dengan nilai nominal Rp 100 ribu per lembar, jangka waktu 10 tahun dan membayarkan kupon bunga
10% per tahun atau sebesar Rp 10 ribu per lembar per tahun. Obligasi tersebut terjual dengan harga di
atas nilai nominal (di atas pari) yaitu Rp 110 ribu per lembar. Di samping itu, perusahaan
mengeluarkan biaya-biaya dalam rangka penerbitan obligasi tersebut (floatation cost) dengan total Rp
300 juta atau Rp 1.200 per lembar. Dengan biaya penerbitan tersebut maka kas bersih yang diterima
perusahaan dari penjualan obligasi tersebut menjadi Rp 108.800, yaitu harga jual dikurangi biaya
penerbitan.
kd = YTM = 10.000 +
(100.000−108.800)/10
(100.000+108.800)/2
x 100%
kd = YTM =
9.120
104.400
x 100%
kd = YTM = 8,74%
17. – Biaya modal utang setelah pajak (after tax-cost of debt) adalah biaya modal yang telah disesuaikan
dengan pajak. Hal ini perlu dilakukan karena sumber dana dari utang mengandung beban biaya bunga
sebagai komponen biaya modal. Biaya bunga di satu sisi memang merupakan beban bagi perusahaan,
tetapi di sisi lain dengan adanya biaya bunga perusahaan diuntungkan karena besarnya laba kena
pajak menjadi lebih kecil. Dengan laba kena pajak yang menjadi lebih kecil maka beban pajak yang
ditanggung oleh perusahaan juga menjadi lebih kecil.
– Sebagai ilustrasi
Biaya Modal Setelah Pajak
18. – Jika biaya modal atas utang bank PT INDOTEKSTIL sebelum pajak 15,05% maka biaya modal utang
bank setelah pajak dengan tarif pajak 25% adalah :
kd (setelah pajak) = 15,05% x (1- 0,25)
= 11,29%
– Jika biaya modal atas utang obligasi PT INDOTEKSTIL sebelum pajak 8,61%, maka biaya modal utang
obligasi setelah pajak adalah:
kd (setelah pajak) = 8,61% x (1- 0,25)
= 6,46%
Penyesuaian biaya modal utang sebelum pajak menjadi biaya modal utang setelah pajak sebagai berikut.
19. Saham preferen memiliki karakteristik yaitu dibayarkan menyerupai biaya bunga. Penentuan
biaya modal atas dana yang diperoleh dari saham preferen (cost of prefered stock) menggunakan
persamaan berikut.
Biaya Modal Saham Preferen
20. Ilustrasi Kasus
– PT INDOTEKSTIL di muka terdapat modal saham preferen sebesar Rp 20 milyar. Diasumsikan bahwa
saham preferen tersebut memiliki nilai nominal Rp 100.000 per lembar dan dividen 10% atau Rp
10.000 per lembar per tahun. Harga jual saham preferen tersebut saat diterbitkan adalah Rp 110.000
per lembar. Atas dasar data tersebut, biaya modal saham preferen PT INDOTEKSTIL adalah:
kp =
10.000
110.000
= 9,1%
– Jika pada saat penerbitan saham preferen tersebut perusahaan mengeluarkan biya penerbitan sebesar
Rp 3.000 maka kas bersih yang diterima dari penerbitan saham preferen menjadi Rp 107.000 (harga
jual dikurangi biaya penerbitan) sehingga biaya modalnya menjadi lebih besar yaitu:
kp =
10.000
107.000
= 9,4%
21. Biaya Modal Saham Biasa
Biaya Penerbitan
Biaya penerbitan (floatation cost) merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam rangka
penerbitan dan penjualan saham baru. Biaya ini mencakup :
- biaya listing di pasar modal (bursa efek), - biaya penyusunan prospektus,
- biaya konsultan hukum, - biaya audit keuangan,
- biaya komisi, dl.
Biaya Modal Saham Biasa dengan Asumsi Dividen Konstan
Jika dividen saham biasa diharapkan konstan atau tetap dari periode ke periode ke depan maka penetapan biaya
modal saham biasa (ke) relatif sama dengan biaya modal saham preferen menggunakan persamaan berikut.
22. Ilustrasi Kasus
PT INDOTEKSTIL senilai Rp 50 milyar, pada saat penerbitannya terjual Rp 99.000 per lembar dengan biaya
penerbitan Rp 1000 per lembar, sehingga kas bersih yang diterima adalah Rp 98.000 per lembar. Di
samping itu, setiap periode ke depan PT INDOTEKSTIL diharapkan membayarkan dividen yang bersifat
konstan misalnya sebesar Rp 8.000 per lembar. Atas dasar data tersebut, biaya modal saham biasa
perusahaan tersebut adalah:
ks =
8.000
98.000
= 8,2%
Jika seandainya saham biasa PT INDOTEKSTIL pada contoh di atas tidak mengeluarkan biaya penerbitan
maka kas bersih yang diterima sama dengan harga jualnya yaitu Rp 99.000 per lembar. Dengan demikian,
besarnya biaya modal saham biasa perusahaan tersebut menjadi:
ks =
8.000
99.000
= 8,1%
23. – Biaya Modal Saham Biasa dengan Asumsi Pertumbuhan Dividen
Biaya modal saham biasa bisa diestimasi menggunakan model valuasi Gordon yaitu Constant
Dividend Growth ini sebenarnya merupakan model yang digunakan untuk mengestimasi nilai atau harga
wajar (fair value) saham perusahaan atau nilai perusahaan. Model valuasi menurut Gordon tersebut
menggunakan persamaan berikut.
Dengan memodifikasi persamaan valuasi menurut Gordon tersebut diperoleh persamaan untuk
menentukan biaya modal saham biasa (ke) sebagai berikut.
24. Ilustrasi Kasus
– Saham biasa dari PT INDOTEKSTIL yang terjual dengan harga (Po) sebesar Rp 99.000 per lembar,
membayarkan dividen tahun pertama (D1) sebesar Rp 8.000 per lembar. Dividen tersebut
diharapkan akan meningkat ke depan dengan tingkat pertumbuhan yang konstan (g) 5% per tahun.
Dengan data tersebut, biaya modal saham biasa dari PT INDOTEKSTIL adalah:
ke =
8.000
99.000
+ 0,05
= 13,1%
25. Biaya Modal Saham Biasa Menggunakan Model
CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Model CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM digunakan untuk
menentukan besarnya return atau tingkat pendapatan yang diharapkan dari saham biasa (ke). Adapun
persamaan CAPM adalah sebagai berikut.
26. Ilustrasi Kasus
– Tingkat pendapatan bebas risiko yang ada pada saat ini 5%, risiko sistematis (beta) dari saham biasa
perusahaan tersebut adalah 0,6 dan return pasar saat ini 15%. Atas dasar data tersebut, biaya modal
saham biasa PT IDOTEKSTIL adalah:
ke = 0,05 + 0,6 ( 0,15 – 0,05 )
= 0,11 atau 11%
27. – Ada tiga variabel yang masuk ke dalam persamaan CAPM.
1. Tingkat pendapatan bebas risiko (Risk-Free Rate of Return) atau Rf adalah tingkat pendapatan yang
diharapkan dari investasi bebas risiko.
2. Return pasar (km) adalah tingkat pendapatan rata-rata dari seluruh saham biasa yang ada di pasar.
3. Beta yang merupakan risiko sistematis, yaitu jenis risiko yang tidak bisa didiversifikasi (dinetralisir),
dan disebut sebagai risiko pasar karena risiko ini dihadapi oleh semua instrumen investasi saham
biasa. Risiko sistematis (beta) biasanya diestimasi dengan menggunakan market model yaitu dengan
meregresikan return pasar aktual terhadap return aktual dari saham biasa tertentu melalui
persamaan regresi berikut.
28. Biaya Modal Laba Ditahan
Biaya modal atas laba ditahan (cost of retained earning) ditentukan bukan berdasarkan berapa
biaya riil yang dikeluarkan sebagaimana biaya bunga pada biaya modal utang, tetapi berapa tingkat
pendapatan yang diharapkan oleh pemilik dana (pemegang saham biasa), atas digunakannya laba ditahan
oleh perusahaan. Tingkat pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham biasa terhadap laba ditahan
adalah sama dengan opportunity cost-nya yaitu sebesar tingkat pendapatan yang diharapkan dari saham
biasa yang tanpa dibebani floatation cost.
29. Ilustrasi Kasus
Laba ditahan dari PT INDOTEKSTIL sebagaimana disajikan di neracanya per 31 Desember 20xx di
muka adalah senilai Rp 10 milyar. Di samping itu, biaya modal saham biasa PT INDOTEKSTIL yang tanpa
dibebani biaya penerbitan adalah 8,1% (berdasarkan perhitungan biaya modal saham biasa dengan
asumsi dividen konstan). Atas dasar ini berarti biaya modal laba ditahan PT INDOTEKSTIL juga sebesar
8,1%. Dengan demikian penetapan biaya modal laba ditahan dilakukan menggunakan perhitungan biaya
modal saham biasa yang tanpa biaya penerbitan (floatation cost).
30. Tabel....
Biaya Modal Individual PT INDOTEKSTIL
No. Sumber Dana Jumlah Porsi
Biaya Modal
Individual Setelah
Pajak
1 Utang Bank 15.000 12,5% 11,29%
2 Utang Obligasi 25.000 20,8% 6,46%
3 Saham Preferen 20.000 16,7% 9,4%
4 Saham Biasa 50.000 41,7% 8,2%
5 Laba Ditahan 10.000 08,3% 8,1%
Total 120.000 100% --
Catatan:
Biaya modal individual yang disajikan pada tabel di atas adalah :
1) Berbasis setelah pajak khusus untuk dana utang.
2) Mengasumsikan terdapat biaya administrasi dan biaya penerbitan (floatation cost).
3) Biaya modal laba ditahan sama dengan biaya modal saham biasa tanpa biaya penerbitan
31. Biaya Gabungan
– Biaya modal gabungan merupakan biaya modal keseluruhan atau gabungan dari seluruh biaya modal
individual masing-masing sumber dana yang digunakan oleh perusahaan.
– Penentuan biaya modal gabungan menggunakan mekanisme perhitungan rata-rata tertimbang. WACC
(Weighted Average Cost of Capital) dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut.
WACC = kd.wd + kp.wp + ks.ws + kl.wl
32. WACC = Porsi x Biaya Modal Individual Setelah Pajak
= (12,5% x 11,29%) + (20,8% x 6,46%) + (16,7% x 9,4%) + (41,7% x 8,2%) + (8,3% x 8,1%)
= 1,41% + 1,34% + 1,57% + 3,42% + 0,67%
= 8,41%
No. Sumber Dana Jumlah
Porsi
(w)
Biaya Modal
Individual
Setelah Pajak
(k)
( k . w )
1 Utang Bank 15.000 12,5% 11,29% 1,41 %
2 Utang Obligasi 25.000 20,8% 6,46% 1,34 %
3 Saham Preferen 20.000 16,7% 9,4% 1,57 %
4 Saham Biasa 50.000 41,7% 8,2% 3,42 %
5 Laba Ditahan 10.000 08,3% 8,1% 0,67 %
Total 120.000 100% -- 8,41 %
33. Biaya Modal Gabungan setelah Pajak
– Penyesuaian biaya modal gabungan yang berasal dari biaya modal atas utang, karena keuntungan
pajak melekat kepada pendanaan dari utang. Besarnya penyesuaian adalah 1-T dikalikan biaya modal
atas utang (kd), sehingga persamaan WACC setelah disesuaikan dengan pajak menjadi sebagai
berikut.
Jika perusahaan dikenakan tarif pajak sebesar 30%, maka :
WACC = {12,5% x (1-30%) x 11,29%} + (20,8% x 6,46%) + (16,7% x 9,4%) + (41,7% x 8,2%) + (8,3% x 8,1%)
= 0,99% + 1,34% + 1,57% + 3,42% + 0,67%
= 7,99%
Dengan tarif pajak sebesar 30%, WACC menjadi lebih kecil dari 8,41% sebeum pajak menjadi 7,99% setelah
pajak.
34. Perubahan Biaya Modal Gabungan
Besarnya biaya modal gabungan (WACC) bisa berubah karena dua hal :
– Adanya perubahan pada biaya modal individual
– Perubahan pada struktur modal
35. Tabel....
Biaya Modal Gabungan (WACC) PT INDOTEKSTIL
Pasca Perubahan Struktur Modal
No. Sumber Dana Jumlah
Porsi
(w)
Biaya Modal
Individual
Setelah Pajak
(k)
( k . w )
1 Utang Bank 15.000 10,7 % 11,29% 1,21 %
2 Utang Obligasi 25.000 17,9 % 6,46% 1,16 %
3 Saham Preferen 20.000 14,3 % 9,4% 1,34 %
4 Saham Biasa 70.000 50,0 % 8,2% 4,10 %
5 Laba Ditahan 10.000 7,1 % 8,1% 0,58 %
Total 140.000 100% WACC 8,39 %
37. • Pada persamaan tersebut beta merupakan indikator risiko sitematis dari saham tertentu. Semakin
tinggi nilai beta mencerminkan semakin tinggi risiko saham dan akan menyebabkan semakin tinggi
pula tingkat pendapatan (return) yang diharapkan (ke) atas saham yang bersangkutan, dan
sebaliknya.
Di sisi lain, risiko keuangan adalah terkait dengan peluang gagalnya perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban
keuangannya kepada para pemilik modal. Risiko keuangan berupa :
• sensitifitas (volatilitas) tingkat pendapatan (return) saham perusahaan terhadap return pasar atau return
invdustri yang dalam model persamaan dinotasikan dengan beta.
38. Bukan Sumber Dana Melainkan Penggunaan Dana
yang Menentukan Besar Kecilnya Biaya Modal
– Besar kecilnya biaya modal bukan ditentukan oleh jenis sumber dana dari mana dana atau modal
diperoleh, tetapi ditentukan oleh besar kecilnya risiko atas bidang investasi yang dibiayai atau akan
dibiayai menggunakan dana yang bersangkutan.
– Biaya modal bukan ditentukan oleh jenis sumbernya melainkan oleh penggunaannya. Sumber dana yang
sama sangat dimungkinkan memiliki biaya modal berbeda jika penggunaan dari dana yang didapat
untuk membiayai bidang investasi yang berbeda dengan tingkat risiko yang berbeda pula.
39. Memilih Sasaran Investasi dan Sumber Pendanaan
yang Menguntungkan
– Jika pasar investasi bersifat sempurna maka semua proyek investasi atau sumber-sumber pendanaan
berada pada garis keseimbangan antara risiko dan tingkat pendapatan yang diharapkan atau biaya
modal. Namun demikian, dalam praktik bisa terjadi pasar investasi atau pasa sumber pendanaan
(pasar modal) tidak sempurna sehingga ada proyek-proyek investasi (bidang usaha) atau sumber-
sumber pendanaan tertentu yang berada di luar garis keseimbangan tersebut.
42. Biaya Modal, Biaya Peluang, dan Laba Ekonomis
– Konsep fundamental tentang laba :
– Laba akuntansi (accounting profit)
– Laba ekonomis (economic profit).
– Biaya modal pada dasarnya mencerminkan biaya peluang (opportunity cost). Biaya peluang biasanya
digunakan sebagai tingkat pendapatan minimal yang diharapkan atau harus diperoleh (hurdle rate)
dari suatu keputusan pilihan investasi agar keputusan pilihan investasi tersebut dianggap tidak
merugikan.
44. Ilustrasi Kasus
– perusahaan PT INDOTEKSTIL yang beroperasi dengan total modal atau total asset Rp 120 milyar
dengan biaya modal gabungan (WACC) sebesar 8,41%. Pada periode 20xx perusahaan tersebut
dimisalkan memperoleh laba bersih operasi setelah pajak sebesar Rp 12 milyar. Dalam angka absolut
biaya modal gabungan perusahaan tersebut adalah 8,41% x Rp 120 milyar sama dengan Rp 10,092
milyar. Dengan demikian laba ekonomis PT INDOTEKSTIL pada tahun 20xx adalah :
Laba Ekonomis = Rp 12 milyar – Rp 10,092 milyar
= Rp 1,908 milyar
– Dengan NOPAT sebesar Rp 12 milyar maka ROI dari PT INDOTEKSTIL sebesar 10%. Atas dasar ini laba
ekonomis perusahaan tersebut adalah:
Laba Ekonomis = 10% - 8,41%
= 1,59%
45. Pentingnya Laba Ekonomis Bagi Perusahaan
– Sebagai ukuran untuk menentukan apakah kinerja perusahaan mampu menciptakan nilai
perusahaan atau sebaliknya.
– Diilustrasikan pada Kasus 1 di bagian awal bab ini, di mana PT ADI KARYA dengan melaporkan
capaian labanya sebesar Rp 100 milyar justru berdampak kepada turunnya nilai saham perusahaan
dan berarti menurunnya nilai perusahaan. Mengapa demikian?
Jawabnya : karena laba yang diperoleh tersebut (laba akuntansi) ternyata belum sesuai dengan
tingkat pendapatan yang diharapkan oleh para investor sebagai pemilik dana/laba yang diperoleh
perusahaan masih di bawah biaya modalnya.
46. MANFAAT BIAYA MODAL
Manajemen bisa memilih sumber pendanaan dengan biaya modal yang minimal.
digunakan sebagai tingkat diskonto dalam menghitung nilai sekarang (present value) arus
kas masuk
WACC sebagai batas minimal tingkat pendapatan yang harus dicapai oleh manajemen
agar nilai perusahaan meningkat
WACC merupakan salah satu variabel masukan yang diperlukan untuk menentukan
besarnya laba ekonomis
Biaya modal berperan sebagai penghubung antara kebijakan pendanaan dengan kebijakan
investasi.
Laba akuntansi (accounting profit) merupakan laba yang dicapai jika pendapatan yang diperoleh lebih besar dari semua biaya yang dikeluarkan menurut catatan akuntansi
Laba ekonomis (economic profit) merupakan laba yang dicapai jika laba akuntansi yang diperoleh dari seluruh modal atau asset yang digunakan oleh perusahaan lebih besar dari biaya modal (cost of capital) dari seluruh dana yang digunakan untuk membiayai asset tersebut.