1. 1. THE COST OF CAPITAL
Cost of capital adalah merupakan topik yang amat penting untuk dipelajari dalam
manajemen keuangan karena beberapa alasan :
Pertama, bahwa capital budgeting decision mempunyai pengaruh yang besar pada
perusahaan dan capital budgeting yang baik akan memerlukan ramalan akan cost of capital
yang tepat.
Kedua, bahwa capital structure dapat mempengaruhi baik besar dan risk daripada
pendapatan perusahaan dan selanjutnya adalah juga pada “ value of the firm “.
Pengetahuan daripada cost of capital, dan bagaimana ia dipengaruhi oleh financial
leverage adalah sangat bermanfaat dalam mengambil keputusan atas capital structure yang
diambil. Akhirnya, hampir semua keputusan, termasuk didalamnya adalah mengenai
leasing, pembayaran kembali atas debt dan kebijaksanaan modal kerja, memerlukan
pengetahuan dan estimasi atas cost of capital.
Pada awal pembahasan, kita akan bicarakan mengenai arti pentingnya penggunaan “
weighted average cost of capital “, kemudian selanjutnya akan kita bahas mengenai cost
dari komponen dalam capital structure, yang antara lain meliputi : debt, prefference share
and equity dan retained earning.
2. Komponen Biaya Modal
Komponen dari capital adalah item yang ada pada sisi sebelah kiri dari neraca. Setiap
peningkatan yang ada pada asset, haruslah dibiayai oleh adanya peningkatan dari satu atau
lebih dari komponen dalam capital.
a) Komponen Dari Cost
Capital adalah merupakan faktor produksi yang amat penting dan seperti halnya
equity yang lainnya ia mempunyai ongkos. Ongkos dari setiap komponen adalah diartikan
sebagai komponen ongkos dari setiap komponen kapital. Sebagai contoh : Apabila
perusahaan dapat meminjam uang dengan bunga 8%, maka komponen ongkos dari debt
adalah sama dengan 8%.
Untuk itu tekanan pembahasan masalah ini adalah mengenai cost of debt,
prefference share, retained earning dan pengeluaran atas ordinary share yang baru.
Kesemuanya itu adalah merupakan komponen dari capital dan komponen ongkosnya
diidentifikasikan sebagai berikut ini :
2. kь = interest rate atas debt baru dari perusahaan
= komponen ongkos dari debt sebelum pajak
kь ( 1 – T ) = komponen cost of debt setelah pajak, dimana T adalah
marginal tax rate
kps = komponen cost of preference share
kr = komponen cost of retained earning
ke = komponen cost of new issue of ordinary share
k = average cost of capital
b) COST OF DEBT BEFORE TAX ( kb )
Biaya hutang ( cost of debt ) menunjukkan berapa biaya yang harus ditanggung oleh
perusahaan, apabila perusahaan menggunakan dana yang berasal dari pinjaman
Apabila perusahaan meminjam sebesar Rp. 10.000.000,- untuk selama setahun
dengan tingkat bunga 6%, maka investor yang memperoleh pinjaman tersebut harus
membayar sebesar Rp. 600.000,- sebagai bungan atas investasi yang ia lakukan.
Maka besarnya biaya dari pinjaman tersebut sebelum pajak ( cost of debt before
tax / kb ) adalah :
Interest 600.000
kb = = x 100% = 6%
Total pinjaman 10.000.000
Jadi disini dapat dikatakan bahwa biaya bunga dari perusahaan adalah sebesar Rp.
600.000,- dan prosentase ongkos dari debt adalah sebesar 6%. Dengan demikian komponen
ongkos dari debt adalah sama dengan the rate of return earned oleh investor atau interest
rate atas debt.
Sebagai contoh perhatikan ilustrasi perhitungan seperti yang tersebut dibawah ini :
Suatu perusahaan dengan omzet penjualan sebesar Rp. 1.000.000.000,- dimana
operating costnya adalah sebesar Rp. 900.000.000,- yang dalam kegiatan operasinya tanpa
menggunakan debt. Kemudian perusahaan tersebut mengadakan pinjaman sebesar Rp.
100.000.000,- dengan bunga 6% dan kemudian menginvestasikannya dalam asset yang
mengakibatkan meningkatnya sales sebesar Rp. 7.000.000,- dan operating cost meningkat
sebesar Rp. 1.000.000,-. Dari contoh kasus ini akan terlihat bahwa penggunaan pinjaman
dalam bentuk debt akan mengakibatkan naiknya profit sebelum interest sebesar Rp.
6.000.000,-
Untuk lebih jelasnya perhatikan perhitungan dibawah ini :
Tanpa Debt Dengan Debt
Sales 1.000.000.000 1.007.000.000
Operating cost 900.000.000 901.000.000
Earning Before Interest 100.000.000 106.000.000
Interest ---- 6.000.000
Earning 100.000.000 100.000.000
3. c) PREFFERENCE SHARE
Prefference share adalah merupakan perkawinan antara debt dan ordinary share.
Seperti halnya dengan debt, maka Prefference Share akan melahirkan / menanggung tingkat
bunga yang tetap bagi perusahaan, dan dalam hal adanya likuidasi, maka claim atas
prefference share holder akan mempunyai hak yang lebih tinggi atas ordinary shareholder.
Karenanya disini preference share adalah memiliki resiko yang lebih kecil bagi perusahaan
dibandingkan dengan debt, tetapi mempunyai resiko yang lebih besar apabila dibandingkan
dengan ordinary share. Untuk investor, maka preference share adalah lebih besar resikonya
dibandingkan dengan debt, tetapi memiliki risk yang lebih kecil dibandingkan dengan
ordinary share.
Sebagai gambaran, apabila seorang investor inginmemembeli obligasi ( debt ) dari
perusahaan dengan tingkat bunga sebesar 6%, maka disini investor barangkali karena
kecenderungannya adalah risk aversion, maka ia tidak ingin membeli prefference share
dengan yield yang kurang dari 9%. Katakanlah bahwa prefference share dijual dengan harga
Rp. 1.400,0 selembar dan kemudian membayar bunga sebesar Rp. 126,- setahun, maka yield
dari prefference share dapat dihitung sebagai berikut :
Prefference Devidend Dps 126
Yield = = = x 100%
Harga Pps 1.400
= 0,09 = 9%
Karenanya ini berarti bahwa komponen cost of prefference capital ( kps ) adalah
return yang diterima investor atas permbelian share. Apabila kita bandingkan masing-
masing komponen dari cost of capital, yaitu debt dan prefference share dan memisahkan
faktor pajak kedalam analisa, maka ia akan menjadi sebagai berikut : ( pembayaran bunga
adalah merupakan pengeluaran sedangkan preference devidend tidak ). Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh ilustrasi perhitungan dibawah ini.
4. Sebuah perusahaan XYZ dapat meminjam sebesar Rp. 100.000.000,- dengan bunga
6% atau ia dapat mengeluarkan 100.000 lembar share dalam bentuk preference share
dengan devidend sebesar 6%. Kalau kita umpamakan bahwa tingkat corporate tax sebesar
50%. Disini perlu dipertanyakan berapa besarnya rate of return atas investasi yang dilakukan
guna membelanjai perusahaan agar pendapatan yang tersedia bagi para pemegang saham
( ordinary share ) tidak berubah?
Investment in asset yielding
6% 12
Sebelumnya Debt Preference Preference
Share Share
EBIT 100.000.000 106.000.000 106.000.000 112.000.000
Interest ------ 6.000.000 ------ -----------------
EBT 100.000.000 100.000.000 106.000.000 112.000.000
Corporate
Tax (50%) (50.000.000) (50.000.000) (53.000.000) (56.000.000)
Preffered Devidend 000 000 (6.000.000) (6.000.000)
Earning available
to ordinary 50.000.000 50.000.000 47.000.000 50.000.000
shareholder
Seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya, apabila dana diinvestasikan untuk bisa
memperoleh 6% sebelum pajak, maka pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham
(ordinary shareholders ) adalah tidak berubah, jika menggunakan alternatif debt untuk
membelanjai perusahaan, tetapi pendapatan yang diterima untuk para pemegang saham
(ordinary shareholders ) akan turun kalau prefference share yang digunakan untuk
membelanjai perusahaan.
Untuk tetap bisa mempertahankan pendapatan yang tersedia untuk para pemegang
saham ( ordinary shareholders ) sebesar Rp. 50.000.000,-, maka dana yang diperoleh dengan
mengeluarkan prefference share, share holders akan memperoleh yield sebesar 12%
sebelum pajak atau 6% setelah pajak.
6%
( 6% x ( 1 – tax rate ) = = 12%
50%
5. Sepanjang pendapatan para pemegang saham adalah berhubungan dengan
pendapatan setelah dipotong pajak daripada pendapatan sebelum pajak, maka hanya cost
of capital setelah dipotong pajaklah yang sebaiknya digunakan.
d) COST OF RETAINED EARNING ( COST DARI LABA YANG DITAHAN )
Cost atas prefference share adalah didasarkan pada pendapatan yang diinginkan
oleh para investor apabila mereka membeli prefference shares, sedangkan cost of debt
adalah didasarkan atas tingkat bunga yang investor inginkan atas pengeluaran debt
(obligasi) Kesemuanya ini kita sesuaikan dengan adanya pajak.
Cost of equity yang diperoleh dari laba yang ditahan ( retained earning ) dapat kita
dasarkan atas rate of return yang diinginkan oleh para pemegang saham ( shareholders )
atas ordinary share yang diperoleh oleh perusahaan. Disini cost of retained earning kita beri
simbol kr.
Karenanya value of a share tergantung pada deviden yang dibayarkan atas share,
yaitu sebesar :
d1 d2 dt
Po = + + ............ +
( 1 + kr ) ( 1 + kr )² ( 1 + kr )t
Dimana :
Po = current price of the share
Dt = devidend yang diharapkan akan dibayar pada akhir tahun t
Kr = required rate of return
Apabila deviden yang diharapkan akan berubah dengan tingkat pertumbuhan yang
konstan, maka formulanya akan menjadi :
d1
Po =
kr – g
Dalam keadaan keseimbangan, maka expected rate of return harus sama dengan
required rate of return, maka kita akan bisa memperoleh kr sebagai berikut ini :
d1
kr = + g
Po
6. Sebagai gambaran, katakanlah perusahaan NBC mengharapkan untuk bisa
memperoleh pendapatan sebesar Rp. 280,- untuk setiap share dan membayar deviden
sebesar Rp. 140,- untuk tahun mendatang. Disini pendapatan dari perusahaan, deviden dan
harga saham telah meningkat sebesar 5% setahun, dan tingkat pertumbuhan ini diharapkan
tetap untuk tahun mendatang. Saham dapat dijual dengan harga Rp. 2.800,- sekarang.
Dengan menggunakan informasi diatas, maka dapat dihitung besarnya required rate
of return atas share dalam keadaan keseimbangan sebagai berikut :
d1
kr = + g
Po
140
= + 5% = 0,05 + 0,05
2.800
= 0,10 = 10%
Disini expected growth rate untuk harga share adalah sebesar 5%, dimana untuk
harga semula sebesar Rp. 2.800,- diharapkan untuk bisa memperoleh kenaikan sebesar Rp.
140,- atas nilai dari saham sehingga menjadi Rp. 2.940,-. Kenaikan harga ini akan diperoleh
apabila perusahaan NBC menginvestasikan sebesar Rp. 140,- dari laba untuk bisa
memperoleh yield sebesar 10% = Rp. 14,-
Apabila retained earning sebesar Rp. 140,- ini diinvestasikan dengan yield hanya
sebesar 5%, maka earning akan hanya bertumbuh sebesar Rp. 7,- selama tahun mendatang
dan tidak dengan expected sebesar Rp. 14,- per share. Dengan demikian earning yang baru
akan menjadi sebesar Rp. 287,- dimana pertumbuhannya hanya sebesar 2,5% dibandingkan
dengan expected return sebesar Rp. 294,- atau kenaikan sebesar 5%.
Apabila investor yakin dan percaya bahwa firm NBC akan memperoleh return
sebesar 5% di tahun mendatang dan kemudian ia hanya memperoleh sebesar 2,5%
pertumbuhan, maka mereka akan mengadakan penilaian kembali atas harga saham ( lebih
murah ), yaitu sebagai berikut ini :
d1 140 140
Po = = = = Rp. 1.866,67
kr – g 0,10 – 0,025 0,075
Agar hal ini tidak terjadi maka perusahaan NBC dapat melakukannya dengan jalan
membayarkan seluruh pendapatannya dalam bentuk deviden, dan karenanya akan
menurunkan growth rate-nya menjadi = 0. Disini harga dari saham akan tidak berubah,
karena investor akan tetap memperoleh required rate of return sebesar 10% atas sahamnya.
d1 280
kr = + g = + 0 = 10%
Po 2.800
7. d1 280
Po = = = Rp. 2.800,-
kr – g 0,10 – 0
Dalam kondisi demikian, maka semua return akan diperoleh hanya dalam bentuk
deviden.
COST OF EXTERNAL EQUITY ( ke )
Cost atas external equity ( ke / ks ), adalah lebih tinggi dari cost of retained earning (
kr ), karena disini mengandung apa yang disebut dengan “ Floatation Cost “ dalam hal
penjualan saham baru kepada masyarakat.
d1
ke ( ks ) = + g
Po ( 1 – F )
d1 devidend yield
ke ( ks ) = + g = + g
Pn ( 1 – Floatation % )
Dimana : Pn = net price received bagi the firm
Kalau floatation cost = 10%
Rp. 140,- 140
ke ( ks ) = + 5% = + 5%
2.800 ( 1 – 0,10 ) 2.520
= 5,56% + 5% = 10,56%
Cara untuk memperoleh basic required rate of return dalam common equity adalah
melalui :
a. CAPM Approach
b. Bond Yield + Risk Premium Approach
c. Devidend Yield + Growth Rate Approach
Ad.1. CAPM Approach
CAPM dapat digunakan untuk membantu mengadakan estimasi atas cost of external
equity ( ke / ks ).
Dalam menggunakan CAPM maka kita lakukan langkah sebagai berikut :
∗ Estimate risk less risk, RF ( di Indonesia Deposito Berjangka dalam 1 tahun atas tingkat
bunga selama 1 bulan / 30 hari ) yang disebut sebagai “ minimum return “.
∗ Estimate stock’s beta coefficient, β dan gunakan ini sebagai index atas stock risk.
8. ∗ Estimate rate of return on “ the market “ atau average stock. Kita kemudian beri simbol
RM, atas penerimaan ini.
∗ Estimate required rate of return atas stock dari perusahaan tersebut :
ke ( ks ) = R F + β ( R M – RF )
( RM – RF ) adalah merupakan risk premium dalam average stock, sementara β
adalah index dari particular stock dalam risk ( resiko atas stock tertentu ).
Untuk menggambarkan CAPM, kita umpamakan RF = 12% dan RM = 16%, β ( beta )
= 0,7 untuk stock tertentu. Maka cost of external equity dapat dihitung sebagai berikut :
ke ( ks ) = 12 + 0,7 ( 16 - 12 )
= 12 + ( 0,7 ) ( 4 )
= 12 + 2,8
= 14,8
Apabila beta (β ) dari stock adalah = 1,8, maka ini menunjukkan bahwa stock tersebut
lebih risky dari average,
ke ( ks ) = 12 + 1,8 ( 4 )
= 12 + 7,2
= 19,2
Ad.2. Bond Yield + Risl Premium Approach
Ini adalah merupakan cara yang sangat subyektif, dimana analist sering mengadakan
estimasi atas cost of common equity dari suatu firm dengan menambahkan risk premium
sekitar 4% dari interest rate atas long-term debt. Sebagai gambaran : apabila bond yield =
9%, maka cost of equity akan diestimasikan sebagai berikut :
ke ( ks ) = Bond rate + Risk Premium
= 9% + 4%
= 13%
Besarnya risk premium ini didasarkan atas estimasi dari pandangan analist keuangan.
Ad.3. Devidend Yield + Growth Rate Approach
Kita ketahui bahwa stock berada dalam keadaan keseimbangan dengan expected rate
of return sama dengan required rate. Apabila perusahaan diharapkan untuk bertumbuh
dengan tingkat yang konstan, maka kita mengadakan estimasi atas ke ( ks ) sebagai berikut :
d1
ke ( ks ) = + Expected Devidend Growth Rate
Po
Apabila dimasa lampau growth rate dalam pendapatan dan deviden adalah sercara
relatif stabil, maka “g “ barangkali bisa didasarkan atas dasar growth rate dari perusahaan di
masa lampau.
Apabila growth rate dari perusahaan adalah sangat berfluktuasi, maka investor tidak
dibenarkan untuk mengadakan proyeksi dimasa mendatang dengan menggunakan keadaan
9. dimasa lampau. Dalam keadaan ini maka “ g “ akan diestimasikan dengan menggunakan cara
lain. Kebiasaannya, bahwa para analist di bidang surat-surat berharga sering mengadakan
growth rate forecast atas pendapatan dan deviden dari perusahaan ( melihat sales, profit
margin ).
Bahwa membuat estimasi atas cost of capital dapat digunakan apa yang dilakukan
oleh analis dalam surat berharga tersebut dan menggunakan hasilnya sebagai estimasi atas
growth rate investor secara umum, dan kemudian mengkombinasikan “ g “ dengan devidend
yield, dan kemudian mengadakan estimasi ke ( ks ) sebagai berikut :
d1
ke ( ks ) = + Growth rate sesuai dengan proyeksi dari security analyst
Po
Dalam praktek, ketiga metode pendekatan tersebut digunakan dan kemudian dipilih
berdasarkan pandangan masing-masing investor, apabila ketiga metode ini memberikan hasil
yang berbeda.
WEIGHTED AVERAGE ( COMPOSITE ) COST OF CAPITAL
Kita telah pelajari bahwa effect atas leverage bisa berpengaruh atas cost of Debt, cost
of Equity dan market price dari stock. Kita telah mengetahui bahwa “ Optimal Capital
Structure “ adalah satu, dimana dapat memaximumkan harga dari stock, dan karenanya
rational investor / firm akan menggunakan “ target capital structure “.
Target capital structure adalah didasarkan pada market value, bukan accounting
value. Karenanya ini akan menjadi sangat penting apabila harga dari stock adalah berbeda
dari book value-nya.
Akhirnya, bahwa firm sebaiknya mengikatkan tambahan capital baru dalam jumlah
yang sesuai dengan proporsi yang terdapat dalam target capital structure, dalam usaha agar
bisa capital structure tetap dalam target.
Proporsi dari debt dan equity yang sesuai dengan capital structure adalah digunakan
untuk membantu mengadakan perhitungan atas “ weighted average cost of capital “.
Katakanlah bahwa perusahaan NTB mempunyai target capital structure antara lain :
27,61% Debt, 72,39% Equity. NTB dapat mengadakan pinjaman dengan tingkat bunga
sebesar 12%, cost of equity sebesar 18% serta NTB membayar pajak sebesar 50%. Disini
perusahaan NTB ingin meningkatkan capital sebesar Rp. 100.000.000,-
Agar tetap terjaga capital structure sesuai dengan target, maka NTB harus
memperoleh :
0,2761 x Rp. 100.000.000,- = Rp. 27.610.000,- sebagai Debt
0,7239 x Rp. 100.000.000,- = Rp. 72.390.000,- sebagai Equity
Dengan demikian weighted average cost of capital atas tambahan capital sebesar Rp.
100.000.000,- tersebut adalah sebagai berikut :
Component Weight Component Hasil
Capital Cost
Debt 0,2761 6%* 1.6566
10. Equity 0,7239 18% 13.0302
Weighted Average Cost of Capital = 14.6868
* Kd ( 1 – T ) = 12 ( 1 - 0,50 )
= 12 ( 0,50 )
= 6%
Disini setiap rupiah dari capital baru yang diperoleh oleh NTB terdiri dari 27,61%
dari Debt dengan cost setelah pajak sebesar 6% dan &2,39% dari Equity dengan cost sebesar
13,2%. Dengan demikian, average cost atas seluruh capital adalah sebesar 14,69% ( hasil
pembulatan dari 14,6868% ).
Untuk lebih memperjelas mengenai biaya modal rata-rata tertimbang ( weighted
average cost of capital ) berikut ini dikemukakan contoh.
Misalkan perusahaan menggunakan obligasi 8%, dan mempunyai tingkat pajak 50%.
Dengan demikian biaya hutang setelah pajak adalah :
Kd = ( 1 – 050 ) 0,08
= 0,04
Misalkan data lain tentang biaya modal adalah sebagai berikut :
- Saham prefferen 8%
- Saham biasa ( common ) 11%
- Laba yang ditahan 10%
Biaya modal dari kelompok diatas tidak diperkenankan disesuaikan dengan pajak, karena
pada hakekatnya merupakan biaya modal sendiri.
Misalkan perusahaan mempunyai struktur modal sebagai berikut :
Jumlah Proporsi
Hutang Rp. 30.000.000,- 30%
Saham Prefferen Rp. 10.000.000,- 10%
Saham Biasa Rp. 20.000.000,- 20%
Laba Ditahan Rp. 40.000.000,- 40%
Rp. 100.000.000,- 100%
Dengan demikian kita bisa menghitung biaya modal secara keseluruhan, dengan
menggunakan rata-rata tertimbang sebagai berikut ini.
(1) (2) (3) (4)
Metode Pembelanjaan Proporsi Biaya Weighted Average
(2) x (3)
Hutang
30% 4,0% 1,20%
Saham Prefferen 10% 8,0% 0,80%
Saham Biasa 20% 11,0% 2,20%
Laba Ditahan 40% 10,0% 4,00%
11. 8,20%
Apakah angka 8,20% tersebut mencerminkan angka biaya modal yang sebenarnya,
akan tergantung pada ketepatan kita didalam menaksir masing-masing komponen biaya
modal tersebut.
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Dalam penggunaan biaya modal rata-rata tertimbang ( weighted average cost of
capital ), ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian :
Pertama, kalau kita menggunakan biaya modal rata-rata tertimbang untuk menilai
suatu usulan investasi, berarti secara implisit kita menganggap bahwa usulan investasi
tersebut akan dibelanjai dengan komposisi pembelanjaan yang sama dengan yang digunakan
perusahaan saat ini. Karena itu perlulah dihitung “ marginal cost of capital “.
Kedua, kalau kita menggunakan biaya modal rata-rata tertimbang dengan
menggunakan dasar struktur modal yang ada saat ini, secara implisit kita menganggap bahwa
struktur modal yang ada saat ini adalah yang optimal yang dikehendaki oleh perusahaan.
Ketiga, penggunaan biaya modal rata-rata tertimbang sebagai angka pembanding
dalam penerimaan suatu usulan investasi hanya tepat apabila usulan investasi tersebut
mempunyai resiko yang kurang lebih sama dengan investasi yang sudah ada. Apabila usulan
investasi tersebut dianggap mempunyai resiko yang lebih tinggi, maka penggunaan angka
rata-rata tertimbang ini menjadi tidak tepat lagi
MINIMIZING THE WEIGHTED AVERAGE COST OF CAPITAL
Suatu perusahaan yang menginginkan harga dari stock adalah maksimum, maka ia
haruslah pula berharap agar cost untuk memproduksikan output adalah minimum.
Dengan demikian manajemen diharapkan mencoba untuk memperoleh capital sesuai dengan
yang diinginkan dengan biaya capital yang serendah-rendahnya, dan jelas ini adalah untuk
meminimumkan weighted average cost of capital.
Catatan :
Marginal tax rate = 40%
ka = (% Debt dalam Cap. Struc) (After tax cost of Debt) + (% Equity) (ks)
= { ( % Debt ) ( kd ) ( 1 – t ) } + ( 1 - % Debt ) ( ks )
Leverage = 0
ka = ( 0 ) ( 4,80 ) + ( 1 - 0 ) ( 12 ) = 12%
Leverage = 9,58%
Ka = ( 0,0958 ) ( 0,48 ) + ( 0,9042 ) ( 12,2 ) = 11,49%
Kalau preffered stock digunakan, maka perhitungannya :
12. ka = Wdkd ( 1 - t ) + Wpkp + Wsks
Dimana :
W = Weight
d = Debt
p = Preffered stock
s = common stock
kp = cost of capital dari prefered stock
dp
kp =
Pnp
After Tax
Cost of Capital ks
ka
13,2
12
11,64
kd (1-t)
5,4
4,8
9,58 18,63 27,61 36,84 47,50 60,43 81,59
Leverage
MARGINAL COST OF CAPITAL
Marginal cost of capital dari setiap item adalah cost daripada satu unit tambahan dari
item tersebut. Artinya, marginal cost dari tenaga kerja adalah cost daripada adanya tambahan
satu tenaga kerja. Dengan demikian, marginal cost of capital adalah cost untuk bisa
memperoleh tambahan setiap rupiah dari capital baru.