2. Perkembangan Studi Ekonomi
Islam
• Sejarah perkembangan studi ekonomi Islam
dapat dibagi pada empat pase
• Pase pertama, masa pertumbuhan
• Pase kedua, masa keemasan
• Pase ketiga, masa kemunduran dan
• Pase keempat, masa kesadaran
3. Pase pertama, masa pertumbuhan
• Masa pertumbuhan terjadi pada awal masa berdirinya negara
Islam di Madinah.
• Meskipun belum dikatakan sempurna sebagai sebuah studi
ekonomi, tapi masa itu merupakan benih bagi tonggaktonggak timbulnya dasar ekonomi Islam.
• Secara amaliyah, segala dasar dan praktek ekonomi Islam
sebagai sebuah sistem telah dipraktekkan pada masa itu,
tentunya dengan kondisi yang amat sederhana sesuai dengan
masanya. Lembaga keuangan seperti bank dan perusahan
besar (PT) tentunya belum ditemukan. Namun demikian
lembaga moneter di tingkat pemerintahan telah ada, yaitu
berupa Baitul Mal. Perusahaan (PT) pun telah dipaktekkan
dalam skala kecil dalam bentuk musyarakah.
4. Pase pertama, masa pertumbuhan
• Selama di Madinah, Rasulullah SAW banyak melakukan usaha
pembenahan dan pembangunan dalam sektor ekonomi.
Secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut:
• Mendirikan pasar khusus kaum muslimin, karena pasar
Madinah telah dimonopoli kaum Yahudi. Karena mereka
menaikkan harga semaunya.
• Menetapkan memberlakukan ukuran standar timbangan dan
takaran serta Melarang sistem monopoli (ihtikar)
• Menganjurkan kaum muslimin giat bekerja. Karena sebaik-baik
rezeki adalah dari hasil tangan pekerjaan sendiri sebagaimana
yang dilakukan Nabi Daud as
• Menganjurkan kaum muslimin memberdayakan tanah kosong
(ihya-ul mawat) yang berfungsi menambah income.
5. Pase pertama, masa pertumbuhan
• Melarang praktek riba karena dapat melumpuhkan
perekonomian.
• Disyari’atkan zakat, ghanimah (harta rampasan perang), fai
(harta rampasan tanpa terjadi peperangan) dan dharibah
(pajak) yang berfungsi sebagai income negara
• Melarang dusta dan menipu dalam berdagang dan
menganjurkan kejujuran
• Mendirikan Baitul Maal sebagi lembaga moneter dan kas
negara.
• Membuka pasar bebas dan pasar khusus bagi penjualan
barang tertentu
• Membangun dan mendistribusikan irigasi bagi para petani dan
lain sebagainya
6. Pase pertama, Masa Pertumbuhan
• Melarang praktek riba karena dapat melumpuhkan
perekonomian.
• Disyari’atkan zakat, ghanimah (harta rampasan perang), fai
(harta rampasan tanpa terjadi peperangan) dan dharibah
(pajak) yang berfungsi sebagai income negara
• Melarang dusta dan menipu dalam berdagang dan
menganjurkan kejujuran
• Mendirikan Baitul Maal sebagi lembaga moneter dan kas
negara.
• Membuka pasar bebas dan pasar khusus bagi penjualan
barang tertentu
• Membangun dan mendistribusikan irigasi bagi para petani dan
lain sebagainya
7. Pase kedua, Masa Kemajuan
• Setelah terjadi beberapa perkembangan dalam kegiatan
ekonomi, pada abad ke 2 Hijriyah para ulama mulai
meletakkan kaidah-kaidah bagi dibangunnya sistem ekonomi
Islam di sebuah negara atau pemerintahan.
• Kaidah-kaidah ini mencakup cara-cara bertransaksi (akad),
pengharaman riba, penentuan harga, hukum syarikah (PT),
pengaturan pasar dan lain sebagainya. Namun kaidah-kaidah
yang telah disusun ini masih berupa pasal-pasal yang tercecer
dalam buku-buku fiqih dan belum menjadi sebuah buku
dengan judul ekonomi Islam.
8. Pase kedua, Masa Kemajuan
• Beberapa karya fiqih yang mengetengahkan persoalan
ekonomi, antara lain:
• Fiqih Mazdhab Maliki:
• Al-Mudawwanah al-Kubrto, karya Imam Malik (93-179 H)
• Bidayatul Mujtahid, karya Ibnu Rusyd (wafat 595 H)
• Al-Jami’ Li Ahkam al-Quran, karya Imam al-Quirthubi (wafat 671
H)
• Al-Syarhu al-Kabir, karya Imam Ahmad al-Dardir (wafat 1201 H)
• Fiqih Mazdhab Hanafi:
• Ahkam al-Quran, karya Imam Abu Bakar Al-Jassos (wafat 370 H)
• Al-Mabsut, karya Imam Syamsuddin al-Syarkhsi (wafat 483 H)
• Tuhfah al-Fuqoha, karya Imam Alauddin al-Samarqandu (wafat
540 H)
• Bada’i al-Sona’i, karya Imam Alauddin Al-Kasani (wafat 587
9. Pase kedua, Masa Kemajuan
• Fiqih Mazdhab Syafi’I:
•
•
•
•
Al-Umm, karya Imam Syafi’I (150-204 H)
Al-Ahkam al-Sulthoniyah, karya Al-Mawardi (wafat 450 H)
Al-Majmu’, karya Imam An-Nawawi (wafat 657 H)
Al-Asybah Wa al-Nadzoir, karya Jalaluddin al-Suyuthi (wafat 911
H)
• Nihayah al-Muhtaj, karya Syamsuddin al-Romli (wafat 1004 H)
• Fiqih Mazdhab Hambali:
•
•
•
•
Al-Ahkam al-Sulthoniyah, karya Qodhi Abu Ya’la (wafat 458 H)
Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah (wafat 620 H)
Al-Fatawa al-Kubro, karya Ibnu Taimiyah (wafat 728 H)
A’lamul Muwaqi’in, karya Ibnu qoyim al-Jauziyah (wafat 751 H)
10. Pase kedua, Masa Kemajuan
• Dari kitab-kitab tersebut, bila dikaji, maka akan ditemukan
banyak hal tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan
ekonomi Islam, baik sebagai sebuah sistem maupun
keterangan tentang solusi Islam bagi problem-problem
ekonomi pada masa itu.
• Ibnu Hazm dalam kitabnya “Al-Muhalla” misalnya, memberi
penjelasan tentang kewajiban negara menjamin kesejahteraan
minimal bagi setiap warga mengara. Konsep ini telah
melampaui pemikiran ahli ekonomi saat ini. Demikian pula
halnya dengan karya-karya fiqih lain, ia telah meletakkan
konsep-konsep ekonomi Islam, seperti prinsip kebebasan dan
batasan berekonomi, seberapa jauh intervensi negara dalam
kegiatan roda ekonomi, konsep pemilikan swasta (pribadi) dan
pemilikan umum dan lain sebagainya
11. Karya-karya Khusus Tentang Ekonomi
• Meskipun permasalahan ekonomi telah dibahas secara acak pada bukubuku fiqih, namun pada pase ini terdapat juga karya-karya tentang
ekonomi Islam yang membahas secara khusus tentang ekonomi. Karyakarya ini tentunya telah mendahului karya-karya ahli ekonomi Barat saat
ini, sebab karya-karya kaum muslimin dalam bidang ini telah ada sejak
abad ke 7 M
• Karya-karya tersebut antara lain:
• Kitab Al-Khoroj, karya Abu Yusuf (wafat 182 H/762 M)
• Abu Yusuf adalah seorang qadli (hakim) pada masa pemerintahan Harun
Al-Rasyid. Pada saat iitu Harun al-Rasyid meminta beliau menulis tentang
pendapatan negara dalam bentuk khoroj (sejenis pajak), zakat, jizyah dan
lainnya untuk dijadikan pegangan hukum negara (semacam KUHP
sekarang). Dalam mukaddimahnya, Abu Yusuf menulis: “Telah saya tulis
apa yang menjadi permintaan tuan, saya pun telah menjelaskannya secara
rinci. Oleh karena itu pelajarilah. Saya telah bekerja keras untuk itu dan
saya berharap agar tuan dan kaum muslimin memberi masukan. Hal itu
karena semata-mata mengharap ridho Allah serta takut akan azabNya. Bila
kitab ini sudah jelas, saya berharap agar tuan tidak memungut pajak
dengan cara-cara yang zalim dan berbuat tidak baik terhadap rakyat tuan”.
12. Karya-karya Khusus Tentang Ekonomi
• Kitab Al-Khoroj, karya Imam Yahya al-Qursyi (204 H/774 M)
• Kitab Al-Amwal, karya Abu Ubaid bin Salam (wafat 224 H/774 M)
• Kitab ini telah banyak ditahkik dan dita’liq (dikomentari) oleh Muhammad
Hamid Al-Fahi, salah seorang ulama Al-Azhar. Kitab ini pun termasuk kitab
terlengkap dalam membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan
harta di Daulah Islamiyah.
• Al-Iktisab Fi al-Rizqi, karya Imam Muhammad al-syaibani (wafat 334 H/815
M)
• Dan karya-karya lainnya seperti karya Ibnu Kholdun, Al-Maqrizi, Al-Aini
dan lain-lain
• Di penghujung abad 14 dan 15 M merupakan titik awal bagi adanya aliran
keilmiahan dalam bidang ekonomi modern. Bahkan Syaikh Mahmud
Syabanah, mantan wakil rektor Al-Azhar menyatakan bahwa kitab
“Mukaddimah” karya Ibnu Kholdun yang terbit pada tahun 784 H atau
sekitar abad 13 hingga 14 M adalah bentuk karya yang mirip dengan karya
Adam Smith. Bahkan dalam karyanya, ibnu Kholdun juga menulis tentang
asas-asas dan berkembangnya peradaban, produktifitas sumber-sumber
penghasilan, bentu-bentuk kegiatan ekonomi, teori harga, migrasi
penduduk dan lain-lain. Sehingga isi kedua karya ini hampir sama.
Perbedaannya hanya terletak pada kondisi dan lingkungan.
13. Pase Ketiga: Masa Kemunduran
• Dengan ditutupnya opintu ijihad, maka dalam menghadapi
perubahan sosial, prinsip-prinsip Islam pada umumnya dan prinsip
ekonomi khususnya, tidak berfungsi secara optimal, karena para
ulama seakan tidak siap dan berani untuk langsung menelaah
kembali sumber asli tasyri’ dalam menjawab perubahan-perubahan
tersebut. Mereka lebih suka merujuk pada pendapat imam-imam
mazdhab terdahulu dalam mengistimbat (menyimpulkan) suatu
hukum, sehingga ilmu-ilmu keislaman lebih bersifat pengulangan
dari pada bersifat penemuan.
• Tradisi taklid ini menimbulkan stagnasi (kejumudan) dalam
mediscover ilmu-ilmu baru, khususnya dalam menjawab hajat
manusia di bidang ekonomi. Padahal ijtihad adalah sumber kedua
Islam setelah al-Quran dan as-Sunnah. Dan pukulan telak terhadap
Islam adalah ketika ditutupnya pintu ijtihad tersebut.
14. Pase Keempat: Masa Kesadaran Kembali
• Sejak ditutupnya pintu ijtihad pada abad 15 H, hubungan
antara sebagian masyarakat dengan penerapan syariat Islam
yang sahih menjadi renggang. Sebagaimana juga telah
terhentinya studi-studi tentang ekonomi Islam, hingga
sebagian orang telah lupa sama sekali, bahkan ada sebagian
pihak yang mengingkari istilah “ekonomi Islam”. Ajaran Islam
akhirnya terpojok pada hal-hal ibadah mahdloh dan persoalan
perdata saja. Lebih ironis lagi sebagian hal itu pun masih jauh
dari ajaran Islam yang benar.
• Namun demikian, meskipun studi ilmiah modern dalam
bidang ekonomi masih sangat terbatas, namun usaha-usaha
telah dilakukan, antara lain:
15. Pase Keempat: Masa Kesadaran Kembali
• Pertama, studi ekonomi mikro. Dalam hal ini studi terfokus pada masalahmasalah yang terpisah, seperti pembahasan tentang riba, monopoli, penentuan
harga, perbankan, asuransi kebebasan dan intervensi pemerintah pada kegiatan
ekonomi dan lain-lain. Langkah ini terlihat dari diadakannya beberapa seminar
dan muktamar, antara lain:
• Muktamar Internasional tentang fiqih Islam
• Pada Muktamar Fiqih Islam pertama yang diadakan di Paris tahun 1951 dibahas
masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi, riba dan konsep pemilikan.
• Muktamarr Fiqih Islam kedua diadakan di Damaskus pada bulan April 1961. Dalam
muktamar tersebut dibahas tentang asuransi dan sistem hisbah (pengawasan)
menurut Islam.
• Muktamar Fiqih Islam ketiga diadakan di Kairo pada Mei 1967, membahas tentang
asuransi sosial (takaful) menurut Islam
• Muktamar Fiqih Islam keempat diadakan di Tunis pada bulan Januari 1975,
membahas masalah pemalsuan dan monopoli.
• Muktamar Fiqih Islam kelima diadakan di Riyadh pada bulan Nopember 1977
membahas tentang sistem pemilikan dan status sosial menurut Islam.
• Muktamar Fiqih Islam sedunia, diadakan di Riyadh juga yang diorganisir oleh
Universitas Imam Muhammad bin Saud pada tanggal 23 Oktober hingga
Nopemebr 1976, membahas tentang perbankan Islam antara teori dan praktek
dan pengaruh penerapan ekonomi Islam di tengah-tengah masyarakat.
16. Pase Keempat:
Masa Kesadaran Kembali
• Muktamar Lembaga Riset Islam di Kairo. Dalam hal ini
sedikitnya telah delapan kali mengadakan muktamar yang
membahas tentang ekonomi Islam.
• Pertemuan studi sosiologi negara-negara Arab.
• Seminar Dewan Pembinaan Ilmu Pengetahuan, satra dan
sosial (seksi ekonomi dan keuangan).
• Muktamar Ekonomi Islam Internasional, antara lain:
Muktamar Ekonomi Islam Sedunia pertama , diadakan di
Makkah pada tanggal 21-26 Pebruari 1976 dan Muktamar
ekonomi Islam, diadakan di London pada bulan Juli 1977.
17. Pase Keempat:
Masa Kesadaran Kembali
• Hingga saat ini buku-buku tentang ekonomi Islam, baik dalam
bahasa Arab dan bahasa Inggris serta bahasa lainnya dapat kita
temukan di toko-toko buku. Buah dari semaraknya studi-studi
ekonomi Islam ini membuahkan berdirinya bank-bank Islam, baik
dalam skala nasional maupun internasional. Dalam skala
internasional misalnya, telah berdiri Islamic Development Bank
(IDB/Bank Pembangunan Islam) yang kantornya berkedudukan di
Jeddah Saudi Arabia. Dalam agreemen establishing the islamic
Development Bank (anggaran dasar IDB) pada article 2 disebutkan
bahwa salah satu fungsi dan kekuatan IDB pada ayat (xi) adalah
melaksanakan penelitian untuk kegiatan ekonomi, keuangan dan
perbankan di negara-negara muslim dapat sejalan dengan syari’ah.
IDB juga telah memberikan bantuan teknis, baik dalam bentuk
mensponsori penyelenggaraan seminar-seminar ekonomi dan
perbankan Islam di seluruh dunia maupun dalam bentuk
pembiayaan untuk tenaga perbankan yang belajar di bank Islam
serta tenaga ahli bank yang ditempatkan di bank Islam yang baru
berdiri.
18. Pase Keempat:
Masa Kesadaran Kembali
• Bukti lain maraknya pelaksanaan ekonomi Islam adalah
laporan dari data yang diambil dari Directory Of Islamic
Financial Institutions tahun 1988 terbitan IRTI/IDB bahwa
sedikitnya telah 32 bank Islam berdiri (sebelum Bank
Muamalat Indonesia berdiri) di seluruh dunia, termasuk di
Eropa. Bila di Indoneisa banyak bank konvensional beralih
bentuk ke bank syari’ah, berarti pertumbuhan bank syari’ah
semakin cepat dan diminati oleh kalangan usahawan, belum
lagi pertumbuhan bank syari’ah di negara lain dalam dekade
ini, seperti di Malaysia dan negara-negara Islam lainnya.
19. Perkembangan
Studi Ekonomi Islam di Indonesia
•
• Sejak berdirinya Bank Muamalat pada tahun....., ilmu ekonomi Islam
mulai mendapat tempat di kalangan umat Islam. Sosialisasi ilmu
ekonomi Islam mulai dilakukan melalui seminar-seminar dan
sarasehan-sarasehan, hingga akhirnya lahirnya beberapa lembaga
pendidikan yang mengkhususkan studi ilmu ekonomi Islam.
Beberapa lembaga pendidikan yang secara khusus
menyelenggarakan studi ilmu ekonomi Islam antara lain; Sekolah
Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia yang diketuai oleh Antonio Syafi’i,
salah seorang tokoh ekonomi Islam Indonesia, STEI SEBI (Shari’ah
Economics and Banking Islamic) yang diketuai pertama kali oleh KH.
Didin Hafifudin, salah seorang tokoh ekonomi Islam Indonesia dan
kini menjabat sebagai Ketua BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional).
Kemudian berdiri pula beberapa sekolah tinggi dan universitas, baik
agama maupun umum, yang membuka program pendidikan
ekonomi Islam (Muamalah), seperti Universitas Indoensia,
Universitas Trisakti dan universitas serta perguruan tinggi lainnya.
20. Perkembangan
Studi Ekonomi Islam di Indonesia
• Selain perguruan tinggi, terdapat pula lembaga konsultasi ekonomi
Islam yang memberikan pelayanan konsultasi tentang ekonomi
Islam, di antaranya adalah Lembaga Konsultan SEBI, Lembaga
Konsultan Tazkia dan Lembaga Konsultan Kareem yang dipimpin oleh
Adiwarman Karem, beliau adalah salah seorang pakar ekonomi Islam
di Indonesia.
• Sedangkan di tingkat pendidikan dasar, belum banyak lembaga
pendidikan yang mengkhususkan dirinya mendalami ilmu ekonomi
Islam. Salah satu lembaga pendidikan di tingkat pendidikan dasar
yang mendalami ekonomi Islam adalah Pesantren Terpadu Ekonomi
Islam Multazam yang berlokasi di daerah Bogor. Di pesantren ini,
ilmu ekonomi Islam menjadi mata pelajaran wajib di tingkat
tsanawiyah dan aliyah (setaraf dengan SMP dan SMA). Pesantren ini
dipimpin oleh KH. Muhammad Jamhuri, MA salah seorang akademisi
ekonomi Islam yang banyak memberi perkuliahan tentang ekonomi
Islam di berbagai perguruan tinggi.