Berisi tentang pandangan Islam dalam faktor utama perkembangan ekonomi Islam, karakteristik pribadi muslim, karakteristik masyarakat muslim dan kaitannya dengan ekonomi
2. Manusia Adalah Unsur Utama Perkembangan
• Ketika kaum kapitalis menganggap bahwa penggerak utama adalah
kapital/modal, maka sebenarnya mereka telah mengenyampingkan
peran manusia. Sebab kapital itu sendiri adalah hasil kerja manusia.
Demikian juga halnya kaum marxisme yang menganggap bahwa
penggerak utama perkembagan adalah kekuatan materi, mereka lupa
bahwa manusia –dengan karunia Allah- adalah yang memberi pengaruh,
penggerak materi itu dan menjadikannya sebagai kekuatan produksi.
• Oleh karena itu, Islam datang dengan misi meletakkan manusia pada
kedudukannya yang pantas sebagai fomdasi peradaban. Tugas manusia
di bumi telah jelas sejak sebelum diciptakannya. Firman Allah SWT, “Dan
ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat sesungguhnya
Aku menjadikan di muka bumi seorang khalifah..” Ibnu katsir
menyatakan dalam menafsirkan ayat ini, “Berkata Ibnu Jarir, ‘tafsir ayat
ni; sesungguhnya Aku menjadikan di muka bumi seorang khalifah darKu
sebagai wakilKu dalam penegakkan hukum dengan adil di antara
makhluk-makhlukKu, dan sesunggunya khalifah itu adalah Adam, dan
orang yang menduduki kedudukannya dalam ketaatan kepada Allah, dan
menegakkan hukum dengan adil di tengah makhlukKu.”.(QS. Al-Baqarah:
30)(Ibnu Katsir, Ismail, Tafsir Ibnu Katsir, j. 1 h. 70, daar Ihya al-kutub alArabiyah, Mesir)
3. Manusia Adalah Unsur Utama Perkembangan
• Dari sini dapat diadakan dialog antara visi Islam dan visi Materi.
Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa visi materi –yang diwakili
kapitalis dan marxis- menyatakan bahwa faktor utama yang
menggerakkan manusia adalah tekanan/faktor eksternal, yang
menurut kaum kapitalis, berupa ketundukkan manusia pada
kebutuhan primer. Sedang menurut kaum marxis berupa
ketundukkan manusia pada kekuatan produksi barang.
• Sedangkan menurut Islam, faktor itu adalah faktor aqidah/keyakinan
yang lahir dari diri manusia. Dengan demikian, tekanan/faktor
eksternal, baik berupa politik, ekonomi atau lainnya, tidak memiliki
pengaruh kecuali bila telah masuk ke dalam diri manusia yang terjadi
melalui syahwat hawa nafsu, keinginan-keinginan dan ketakutanketakutan. Seperti takut disiksa, takut mati, ingin aman dan lain
sebagainya
4. Kriteria Pribadi muslim dan Pengaruhnya
Terhadap Proses Perkembangan
1.
Pribadi muslim percaya akan keberadaan Allah dan bahwa Dia selalu mengawasinya.
Firman Allah SWT, “Apakah tiada kamu perhatikan, bahwa Allah sesungguhnya
mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Tiada
pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada
(pembicaraan) antara lima orang melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula)
pembicaraan antara (jumlah)yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada
bersama mereka di manapun mereka berada. Dia akan memberitakan kepada mereka
pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan”.
2.
Seorang muslim juga meyakini bahwa setelah kematian ada hari kebangkitan dan akan
dihisab segala ucapan dan perbuatan yang telah dilakukan. Firman Allah SWT, “Tiada
satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir”. Firman Allah lagi, “Dan diletakkanlah kitab lalu kamu akan melihat
orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan
mereka berkata, ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang
kecil dan tidak (pula) yang besar,melainkan ia mencatat semuanya, dan mereka dapati
apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang
juapun”.
• Dua sifat itu jelas mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan, dimana jika orang
tersebut sebagai pekerja atau pegawai lalu merasa diawasi dalam pekerjaannya, dan
merasa akan diberi sangsi bila salah, merasa berpahala jika baik, maka akan membuatnya
profesional, minimal saat merasa diawasi.
5. Kriteria Pribadi muslim dan Pengaruhnya
Terhadap Proses Perkembangan
3.
4.
Seorang muslim meyakini bahwa hidupnya di dunia hanya sementara
dan sebentar. Dia juga meyakini akan beralih ke kehidupan abadi.
Dengan demikian dia akan bekerja untuk orang lain dalam
membangun peradaban sehingga dapat berguna untuk orang lain
sepeninggal dirinya. Faktor ini sangat berpengaruh pada
perkembangan peradaban karena tidak adanya sifat individualistik
pada masyarakat maupun individu dan itu menjadi bagian aturan
yang mengikat dalam proses perkembangan.
Seorang muslim selalu menjaga waktu, harta, potensi dan ilmunya.
Maka ia tidak menghabiskannya kecuali pada sesuatu yang berguna
baginya atau umatnya. Berdasarka sabda Rasululah saw, “Dua nikmat
yang kebanyakan manusia terlena padanya; nikmat sehat dan
kesempatan.”. Dan sabda Nabi saw, “Tidak berjalan kedua kaki
seorang hamba sehingga ia ditanya tentang usianya untuk apa
dihabiskan, tentang ilmunya untuk apa dilakukan, tentang hartanya
pada apa dibelanjakan, dan tentang tubuhnya untuk apa digunakan?”
Bila waktu dan potensi terpelihara dari kesia-siaan, demikian juga
harta terpelihara secara perbelanjaan serta ilmu menyebar dalam
bentuk teori dan aplikasi, maka masyarakat akan tinggal landas
dengan cepat dalam perkembangan.
6. Kriteria Pribadi muslim dan Pengaruhnya
Terhadap Proses Perkembangan
5.
Seorang muslim menjauhi sikap israf (berlebih-lebihan). Firman
Alah SWT, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian” Al-Qurthubi berkata, “sesungguhnya pembelanjaan
pada barang yang diharamkan telah dilarang syariat, dan itu tidak
akan terjadi pada orang yang disifati ayat tersebut. Ayat ini
menjelaskan batasan moral dalam belanja yang diperbolehkan
dan belanja dalam ketaatan. Maka adabnya adalah, seseorang
tidak boleh berlebih-lebihan sehingga meghabiskan hak orang lain
atau keluarga. Dia juga tidak kikir hingga jatuh pada sifat kikir
sampai menyulitkan keluarganya”. Kalimat “sehingga tidak
meghabiskan hak orang lain” termasuk di dalamnya hak
masyarakat pada harta itu, dimana pembangunan menuntut hal
itu dan menutut pemeliharaan dan tidak memubadzirkannya. Jika
hal itu tidak dilakukan, maka ia adalah orang safih (idiot) yang
tidak berhak membelanjakan hartanya.
7. Karakteristik Masyarakat Muslim
1.
Masyarakat muslim memiliki pemimpin yang dapat menyatukan
mereka. Ia wajib ditaati selama memerintah pada kebaikan. Firman
Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul dan orang yang mengurus urusan di antara kalian”.
Kepemimpinanan ini memiliki syarat dan ketentuan tertentu yang
harus dipenuhi dalam mengangkat dan mencopotnya. Demikian juga
tidak boleh ada dua pemimpin, sebagaimana hadits yang
diriwayatkan Amr bin ash. Rasululla saw bersabda, “Barangsiapa telah
mengambil sumpah seorang pemimpin, maka dia wajib memberikan
loyalitasnya dan mentaatinya jika dia taat. Jika ada orang lain yang
melangkahinya maka penggallah lehernya.” Jika kepemimpinan
berada di tangan pemimpin yang shaleh itu berlangsung, maka dia
akan menegakkan hukum Allah di tengah-tengah masyarakat. Dan
masyarakat akan menikmati stabilitas politik dan sosial sehingga hal
itu telah memenuhi syarat perkembangan ekonomi. Tidak ada gejolak
politik maupun sosial yang dapat mengancam investasi serta tidak ada
pengeluaran untuk mengatasi gejolak. Bahkan iklim itu mendorong
investasi dan mendorong berlanjutnya pembangunan.
8. Karakteristik Masyarakat Muslim
2.
Kebebasan ekonomi dalam Islam bukan berarti kebebasan mutlak
seperti yang yang terdapat pada sistem kapitalis. Juga bukan
kebebasan yang diberangus seperti pada sistem sosialis. Akan tetapi
ia adalah kebebasan yang terikat dengan ajaran Islam. Seorang
produsen muslim bebas dalam meng-collect berbagai sumber
ekonomi dan memproduksi sesuai keinginannya. Akan tetapi dia tidak
boleh mengambil keuntungan di luar ketentuan syariat islam. Oleh
karena itu seorang pemilik ladang umpamanya, tidak boleh menyianyiakan sumber alam yang dimilikinya atau sebagian miliknya, seperi
menanamnya dengan tembakau atau pohon ganja dengan alasan
karena hal itu banyak menghasilkan keuntungan. Demikian juga tidak
boleh terjadi salah penggunaan yang dilakukan produsen, seperti
menanam anggur untuk dibuat minuman keras (khomr) denga alasan
yang sama. Atau memusnahkan tanaman agar langka sehingga
harganya naik.
• Demikian juga halnya bagi konsumen. Dia bebas mengkonsumsi apapun
sesuai keinginannya, tapi harus berada dalam koridor mubah. Dengan begini
tertutuplah saluran-saluran yang menghisap sumber ekonomi masyarakat,
sehingga dapat dialihkan pada investasi yang berguna untuk masyarakat dan
dapat membuat percepatan perkembangan.
9. Karakteristik Masyarakat Muslim
3.
Di antara karakteristik sistem ekonomi islam adalah mengakui adanya
kepemilikan umum (publik) dan kepemilikan pribadi (privat), dimana
keduanya saling menopang.. Sumber-sumber ekonomi publik yang
memang dibutuhkan manusia menjadi milik publik dan
penggunaannya diserahkan kepada pemerintah sesuai dengan
kepentingan masyarakat. Sebagaimana sabda Nabi saw, “Orang-orang
muslim itu berserikat dalam tiga hal; air, rumput dan api (sumber
energi), dan harga (dijual)nya adalah haram.”. Di sisi lain, kepemilikian
privat yang dihasilkan oleh pemiliknya dengan cara legal harus
dilindungi sepenuhnya. Sebagai sabda Rasulullah saw yang
diriwayatkan Abu Hurairah, “Setiap muslim atas muslim lain adalah
haram (terpelihara); darah (jiwa)nya, hartanya dan harga dirinya.”
• Dengan demikian, dalam Islam tidak dikenal kepemilikian publik dan
kepemilikan privat secara mutlak, tetapi ada dua wilayah, yakni wilayah
kepemilikan publik dan wilayah kepemilkian privat. Keduanya memiliki peran
sama dalam pengembangan masyarakat, dan tidak saling berbenturan Untuk
lengkapnya lihat Abdus Salam Daud al-Ubbadi, Al-milkiyah fi al-syariah alislamiyah thobiatuha wa wadzifatuha wa quyuduha;dirosah muqoronah bi alnudzum al-wadh’iyyah. Cet.1, jil. 1, hal. 244, Maktabah Al-qsho, Yordania,
1394H/1974M
10. Karakteristik Masyarakat Muslim
4.
Adanya Takaful Ijtima’i (solidaritas sosial) yang menghapus sifat iri
dan dengki yang selalu menimbulkan gejolak antar status masyarakat.
Hal ini disebabkan karena masyarakat muslim memiliki ciri khas
berupa pengalihan sumber ekonomi dari orang kaya kepada orang
miskin. Sumber ini tidak sepenuhnya dikuasai para pengusaha. Tetapi
di sana ada hak orang fakir yang diwajibkan bagi orang kaya
mengeluarkan zakatnya. Dan individu muslim bertanggungjwab
terhadap orang yang wajib dinafkahinya seperti isteri, anak dan kedua
orang tua. Sabda Rasulullah saw, “Cukup berdosa bagi seseorang yang
menyia-nyiakan orang yang harus dinafkahinya.” Demikian juga hadits
Rasulullah saw, “Setiap kamu adalah pemimpin dan akan ditanyai
atas kepemimpinannya.”
• Masysrakat muslim bertanggungjawab terhadap orang-orang fakir miskin,
dimana negera wajib menarik zakat dan sumber lainnya lalu
didistrubusikannya kepada mereka. Di sisi lain terdapat distribusi juga pada
kekayaan orang-orang kaya berupa sedekah, hibah, warisan dan pembayaran
kaffarat serta lainnya kepada fakir miskin. Dengan demikian tercipta
kestabilan sosial dalam masyarakat muslim, dan tercipta sistem distribusi
yang baik, yang membantu lebih besar pertumbuhan ekonomi.