2. A.PerekonomianPadaMasaRasulullahsaw
Pada Periode Mekah, masyarakat muslim belum
sempat membangun perekonomian, karena pada waktu
tersebut kamu muslimin berjuang untuk mempertahankan
diri dari intimidasi orang-orang Quraisy.
Pada Masa Periode Medinah, Rasulullah SAW sendiri
yang memimpin kota Madinah, sehingga masyarakat
tersebut menjadi sejahtera dan beradab. Meskipun
perekonomian pada masa beliau masih dalam kategori
sederhana, akan tetapi beliau mempunyai prinsip yang
yang mendasar dalam pengelolaan perekonomian, yaitu
komitmennya yang tinggi terhadap etika dan norma, serta
perhatian yang besar terhadap keadilan dan pemerataan
kekayaan.
3. KebijakanEkonomi PadaMasaRasulullah
Sebelum Rasulullah menetapkan kebijakan dalam
perekonomian, beliau telah mempunyai prinsip yang
mendasar, dimana hal tersebut dijadikan landasan dalam
kegiatan ekonomi, prinsip tersebut adalah kekuasaan
tertinggi hanya milik Allah semata dan manusia
diciptakan sebagai khalifah-Nya di bumi ini, hal tersebut
semuanya tercakup dalam al-Qur’an.
Usaha ekonomi harus dilakukan secara etis dalam
bingkai
Syariat Islam. Disamping itu, sumber daya ekonomi tidak
boleh menumpuk pada segelintir orang, akan tetapi harus
beredar demi kemaslahatan umat.
4. a.KebijakanFiskalRasulullahSAW
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah
untuk membelanjakan pendapatannya dalam
merealisasikan tujuan-tujuan ekonomi. Kebijakan fiskal
memiliki 2 instrumen yaitu kebijakan pendapatan yang
tercermin dalam kebijakan pajak dan kebijakan belanja.
Diantara kebijakan Fiskal tersebut adalah:
1. Peningkatan pendapatan nasional dan tingkat
partisipasi kerja, Yaitu dengan mempersaudaran kaum
Muhajirin dengan kaum Anshar, sehingga terjadi
distribusi pendapatan dari kaum Anshar kepada kaum
Muhajirin yang berimplikasi pada peningkatan
permintaan total di Madinah. Hal ini diterapkan dalam
bentuk akad, musaqah, muzara’ah dan mukhabarah.
5. 2. Kebijakan Pajak
Penerapan kebijakan pajak pada masa Rasulullah
saw seperti : kharaj (pajak terhadap tanah), Zakat, Khums
(barang temuan dan tambang), jizyah (pajak terhadap non
muslim), kaffarah serta harta waris dari orang yg tidak
punya ahli waris
3. Anggaran
Rasulullah sangat cermat dalam mengatur
APBN, jarang terjadi defisit anggaran meskipun sering
terjadi peperangan.
4. Kebijakan fiskal khusus
Diantaranya adalah meminta bantuan terhadap
kaum muslimin secara sukarela untuk memenuhi
kebutuhan kaum muslimin, meminjam uang dari orang-
orang tertentu untuk para muallaf.
6. b.KebijakanMoneterPadaMasaRasulullah
Kebijakan moneter adalah langkah pemerintah
dalam upaya untuk menjaga stabilitas harga atau uang.
Mata uang yang dipergunakan bangsa Arab baik
sebelum Islam maupun sesudahnya adalah mata uang
dinar dan dirham. Kedua mata uang tersebut memiliki nilai
yang tetap dan karenanya tidak terjadi permasalahan
dalam perputaran uang. Pada masa Rasulullah saw, mata
uang diimpor, dinar dari Romawi dan Dirham dari Persia.
Selama pemerintah Rasulullah saw, uang tidak hanya
dipenuhi dari keuangan negara semata, tetapi juga dari
hasil perdagangan luar negeri dan dari harta rampasan
perang (ghanimah)
7. Pada masa itu bila penerimaan akan uang
meningkat, maka dinar dan dirham akan
diimpor, sebaliknya bila permintaan uang menurun, barang
impor nilai emas dan perak yang terkandung dalam dinar
dan dirham sama dengan nilai nominalnya sehingga dapat
dikatakan penawaran uang elastis. Kelebihan penawaran
uang dapat diubah menjadi perhiasan emas atau perak.
Tidak terjadi kelebihan permintaan akan uang sehingga
nilai uang stabil.
Pada masa ini ekonomi pasar relatif menonjol, maka
untuk menjaga agar mekanisme pasar masih berada dalam
bingkai etika dan moralitas Islam, maka Rasulullah
mendirikan lembaga al-Hisbah (Institusi pengawas pasar)
serta membentuk baitul maal dalam bentuk sederhana.
8. B.PerekonomianPadaMasa Khulafaurrasyidin
Pada masa Abu bakar banyak terjadi permasalahan
dalam mengumpulkan zakat, maka khalifah membangun
Baitul maal lagi sebagaimana yang Rasulullah lakukan.
Pada masa Umar Bin Khatab terdapat beberapa
inovasi dalam bidang perekonomian, seperti perhatian
terhadap pertanian dan memberikan lahan secara Cuma-
Cuma bagi masyarakat yang mau menggarapnya. Akan
tetapi jika dalam jangka waktu 3 tahun gagal dalam
mengelolanya, maka hak kepemilikannya akan hilang.
Pada masa Umar Baitul Maal dibangun secara
permanen di kota serta mendirikan cabang di ibukota
provinsi.
9. Pada masa pemerintahan Usman Bin Affan, kegiatan
ekonomi bisa dilihat dari bertambahnya sumber
pendapatan negara dari hasil zakat, jizyah, dan rampasan
perang. Aliran air digali, jalan dibangun, kemanan
perdagangan diberikan dengan pembentukan organisasi
kepolisian yang tetap.
Pada masa Ali Bin Abi Thalib, salah satu upayanya
yang monumental adalah dengan mencetak mata uang
sendiri atas nama pemerintahan Islam, dimana
sebelumnya menggunakan mata uang Romawi dan Persia.
10. C. PemikiranEkonomi Islam
Siddiqi membagi sejarah pemikiran ekonomi Islam menjadi 3
periode:
1. Periode pertama/fondasi (Masa Awal Islam-450 H/ 1058 M
Pada masa ini banyak sarjana muslim yang hidup
bersama para sahabat dan tabi’in, sehingga referensi yang
diperoleh bersifat autentik. Tokohnya adalah: Hasan al-
Basri, Zayd bin Ali, Abu Hanifah, Abu Yusuf, Muhammad bin
Hasan al-Syaibani, Yahya bin Adam, Syafi’i, Abu Ubaid, Ahmad
bin Hanbal , al-Kindi, Junayd Baghdadi, al-Farabi, Ibnu
Miskawaih, Ibnu Sina dan Mawardi
11. - Zaid bin Ali penjualan dengan dua harga
- Abu Hanifah jual beli salam
- Abu Yusuf “Al Kharaj”
- Al Syaibani mengklasifikasikan jenis pekerjaan
dalam empat hal: ijarah (sewa menyewa), tijarah
(perdagangan), zira’ah (pertanian), dan shina’ah
(industri).
- Abu Ubaid “Al Amwal”
- Yahya bin Umar “Ahkam Al Suq”
- Al Mawardi peran pemerintah dan kebijakan
publik
- Ibnu Miskawaih pertukaran dan peranan uang
12. Ibnu Khaldun
Dikenal sebagai bagai sosiologi dan juga bapak filsafat sejarah.
Selain itu disebut sebagai bapak ilmu ekonomi. Ekonom muslim
terbesar yang diakui oleh ekonom Barat.
Teori Produksi, Konsumsi Dan Pertumbuhan Ekonomi
Manusia adalah makhluk produksi dan itu lah yang
membuat manusia dianggap sebagai makhluk ekonomi. Produksi
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Dalam proses produksi
itu lah, dibutuhkan tenaga kerja. Selain itu, diperlukan organisasi
sosial dari produksi. Dengan demikian, dibutuhkan pembagian
kerja dan spesialisasi. Ini lah yang menjadi kunci agar tercipta
surplus dalam produksi yang muaranya membawa kesejahteraan
ekonomi. Kesejahteraan ekonomi yang meningkat pada akhirnya
akan meningkatkan permintaan masyarakat atas barang dan
jasa. Di sinilah pertumbuhan ekonomi akan tercipta.
13. Harga Moderat
Ibnu Khaldun juga mengakui adanya pengaruh
antara permintaan dengan penawaran dalam
membentuk harga. Untuk itu, dia menawarkan konsep
harga moderat, dimana harganya memang tidak
memberatkan konsumen dan tidak merugikan produsen.
Harga yang moderat bisa mendorong kesejahteraan
bersama. Meski demikian, untuk rakyat miskin harus
disubsidi dengan diberikan harga yang lebih rendah dari
harga pasar
14. 2. Periode Kedua (450-850 H/ 1058-1446 M)
Pemikiran ekonomi pada masa ini banyak dilatar
belakangi oleh maraknya korupsi dan dekadensi moral, serta
melebarnya kesenjangan antara golongan miskin dan dan kaya
meskipun secara umum kondisi perekonomian masyarakat Islam
berada dalam taraf kemakmuran.
Diantara pemikir-pemikir besar yang karyanya banyak dijadikan
rujukan sampai sekarang adalah: al-Ghazali, Nasiruddin
Tutsi, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun, al-Maghrizi, Abi Ishaq al-
Shatibi, Abdul Qadir Jaelani, Ibnu Qayyim, Ibnu Baja, Ibnu
Rusyd dan lain2
15. - Al Ghazali “Ihya Ulumuddin”, “Al
Mustashfa”, dll tentang perilaku
individual, kewajiban penguasa, dll
- Ibnu Taimiyah “Majmu Fatawa”, dll tentang
mekanisme harga dan pasar, uang dan kebijakan
moneter, dll
- Al Syatibi maqashid al syariah, hak milik
- Ibnu Khaldun “Muqaddimah”, dll tentang teori
produksi, distribusi, siklus ekonomi, serta
nilai, uang, dan harga.
- Al Maqrizi uang dan inflasi
16. Konsep ekonomi Ibnu Taimiyah
Intisari dari konsep ekonominya adalah keadilan sosial
ekonomi.
Pasar yang Adil
Ibnu Taimiyyah memiliki sebuah pemahaman yang jelas tentang
bagaimana, dalam suatu pasar bebas, harga ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran. Ia mengemukakan,
“Naik turunnya harga tidak selalu diakibatkan oleh kezaliman
orang-orang tertentu. Terkadang, hal tersebut disebabkan oleh
kekurangan produksi atau penurunan impor barang-barang yang
diminta. Oleh karena itu, apabila permintaan naik dan penawaran
turun, harga-harga naik. Di sisi lain apabila persediaan barang
meningkat dan permintaan terhadapnya menurun, harga pun turun.
Kelangkaaan atau kelimpahan ini bukan disebabkan oleh tindakan
orang-orang tertentu. Ia bisa disebabkan oleh sesuatu yang tidak
mengandung kezaliman, atau terkadang, ia juga bisa disebabkan oleh
suatu kezaliman. Hal ini adalah kemahakuasaan Allah yang telah
menciptakan keinginan di hati manusia.”
17. Harga yang adil
Persoalan harga yang adil muncul ketika menghadapi harga
yang sebenarnya, pembelian dan pertukaran barang.
Dalam mendefinisikan hal ini, ia menyatakan:
“Harga yang setara adalah harga standar yang berlaku
ketika masyarakat menjual barang-barang dagangannya
dan secara umum dapat diterima sebagai sesuatu yang
setara bagi barang-barang tersebut atau barang-barang
yang serupa pada waktu dan tempat yang khusus.”
Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa harga yang setara
adalah harga yang dibentuk oleh kekuatan pasar yang
berjalan secara bebas, yakni pertemuan antara kekuatan
permintaan dan penawaran.
18. Konsep Laba yang Adil
Berdasarkan definisinya tentang harga yang adil, Ibnu
Taimiyah mendefinisikan laba yang adil sebagai laba
normal yang secara umum diperoleh dari jenis
perdagangan tertentu, tanpa merugikan orang lain. Ia
menentang tingkat keuntungan yang tidak lazim,bersifat
eksploitatif (ghaban fahisy) dengan memanfaatkan
ketidakpedulian masyarakat terhadap kondisi pasar yang
ada(mustarsil).
Dalam pandangan Ibnu Taimiyah, adil bagi para pedagang
berarti barang-barang dagangan mereka tidak dipaksa
untuk dijual pada tingkat harga yang dapat menghilangkan
keuntungan normal mereka. Tujuan dasar dari harga yang
adil adalah untuk melindungi kepentingan pekerja dan
majikan serta melindungi mereka dari aksi saling
mengeksploitasi.
19. 3. Periode Ketiga (850-1350 H/ 1446-1932 M)
Shah Waliyullah
Menurutnya, kehidupan masyarakat tumbuh dalam tiga
tingkatan yang berbeda. Dimulai dari eksistensi masyarakat
awal, negara yang berkembang dan menerapkan undang-
undang , tatanan dan keadilan serta tahap ketiga apa yang ia
sebut khilafah. Khilafah adalah periode dimana negara
menjamin secara materiil dan spiritual wargannya.
Gaya hidup penguasa dan militer yang mewah dan
korup, praktik korupsi pegawai, pegawai yang tidak produktif
menjadi awal kehancuran bangsa. Para penguasa sendiri tidak
bersemangat menjalankan fungsinya karena pajaknya yang
tinggi. Akibatnya ekonomi merosot, sumber keuangan negara
menurun dan negara menjadi miskin.
Negara harusnya menghilangkan praktik korup dan memelihara
pertahanan, hukum dan ketertiban, menjamin keadilan dan
sebagainya.
20. D.PemikiranEkonomiKontemporer(1930-Sekarang)
Pada masa ini kembali terjadi kebangkitan intelektualitas
di dunia Islam, dengan banyaknya negara muslim yang merdeka
dari kolonial Barat. Hal ini mendorong semangat para sarjana
untuk mengembangkan pemikirannya.
Menurut Zarqa (1980), perkembangan pemikiran
ekonomi kontemporer dibagi menjadi 3 kelompok tema:
1. Perbandingan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi
lainnya.
2. Kritik terhadap sistem ekonomi konvensional
3. Pembahasan yang mendalam tentang ekonomi Islam