SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
BAB
7
Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani
PEMIKIRAN EKONOMI ASY-SYAIBANI
(132 H/750 M - 189 H/804 M)*
A. Riwayat Hidup
Abu Abdillah Muhammad bin al-Hasan bin Farqad asy-Syaibani lahir
pada tahun 132 H (750 M) di kota Wasith, ibukota Irak pada masa akhir
pemerintahan Bani Umawiyyah. Ayahnya berasal dari negeri Syaiban di
wilayah jazirah Arab. Bersama orang tuanya, asy-Syaibani pindah ke kota
Kufah yang ketika itu merupakan salah satu pusat kegiatan ilmiah. Di kota
tersebut, ia belajar fikih, sastra, bahasa, dan hadis kepada para ulama
setempat, seperti Mus’ar bin Kadam, Sufyan Tsauri, Umar bin Dzar, dan
Malik bin Maghul. Pada periode ini pula, asy-Syaibani yang baru berusia 14
tahun berguru kepada Abu Hanifah selama 4 tahun, yakni sampai nama yang
terakhir meninggal dunia. Setelah itu, ia berguru pada Abu Yusuf, salah
seorang murid terkemuka dan pengganti Abu Hanifah, hingga keduanya
tercatat sebagai penyebar mazhab Hanafi.
Dalam menuntut ilmu, asy-Syaibani tidak hanya berinteraksi dengan para
ulama ahl al-ra’yi, tetapi juga ulama ahl al-hadits. Ia, layaknya para ulama
terdahulu, berkelana ke berbagai tempat, seperti Madinah, Mekah, Syiria,
Basrah, dan Khurasan untuk belajar kepada para ulama besar, seperti Malik
bin Anas, Sufyan bin ‘Uyainah dan Auza’i. Ia juga pernah bertemu dengan
asy-Syafi’i ketika belajar al-Muwatta pada Malik bin Anas.1
Hal tersebut
memberikan nuansa baru dalam pemikiran fikihnya. asy-Syaibani menjadi
lebih banyak mengetahui berbagai hadis yang luput dari perhatian Abu
*
Penulis berterima kasih kepada asisten peneliti, Saudara M. Yusuf Helmy, yang telah
melakukan riset literatur dan membantu penulisan bab ini.
1
Dalam perkembangan selanjutnya, asy-Syafi’i belajar fikih kepada asy-Syaibani selama
kurang lebih 2.tahun. Lebih jauh, lihat Rifa’at al-Audi, Min al-Turats: al-Iqtishad li al-Muslimin,
(Mekah: Rabithah ‘Alam al-Islami, 1985), Cet. ke-4, h. 20.
189
Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani
Hanifah. Dari keluasan pendidikannya ini, ia mampu mengkombinasikan
antara aliran ahl al-ra’yi di Irak dengan ahl al-hadits di Madinah.2
Setelah memperoleh ilmu yang memadai, asy-Syaibani kembali ke
Baghdad yang pada saat itu telah berada dalam kekuasaan Daulah Bani
Abbasiyah. Di tempat ini, ia mempunyai peranan penting dalam majelis
ulama dan kerap didatangi para penuntut ilmu. Hal tersebut semakin
mempermudahnya dalam mengembangkan mazhab Hanafi, apalagi
ditunjang kebijakan pemerintah saat itu yang menetapkan mazhab Hanafi
sebagai mazhab negara. Berkat keluasan ilmunya tersebut, setelah Abu Yusuf
meninggal dunia, Khalifah Harun al-Rasyid mengangkatnya sebagai hakim
di kota Riqqah, Irak. Namun, tugas ini hanya berlangsung singkat karena ia
kemudian mengundurkan diri untuk lebih berkonsentrasi pada pengajaran
dan penulisan fikih. asy-Syaibani meninggal dunia pada tahun 189 H (804 M)
di kota al-Ray, dekat Teheran, dalam usia 58 tahun.
B. Karya-Karya
Dalam menuliskan pokok-pokok pemikiran fikihnya, asy-Syaibani
mengguna-kan istihsan sebagai metode ijtihadnya. Ia merupakan sosok ulama
yang sangat produktif. Kitab-kitabnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua
golongan, yaitu:
a. Zhahir al-Riwayah, yaitu kitab yang ditulis berdasarkan pelajaran yang
diberikan Abu Hanifah, seperti al-Mabsut, al-Jami’ al-Kabir, al-Jami’ al-
Shaghir, al-Siyar al-Kabir, al-Siyar al-Shaghir, dan al-Ziyadat. Kesemuanya ini
dihimpun Abi al-Fadhl Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad al-Maruzi
(w. 334 H/945 M) dalam satu kitab yang berjudul al-Kafi.
b. Al-Nawadir, yaitu kitab yang ditulis berdasarkan pandangannya sendiri,
seperti Amali Muhammad fi al-Fiqh, al-Ruqayyat, al-Makharij fi al-Hiyal, al-
Radd ‘ala Ahl Madinah, al-Ziyadah, al-Atsar, dan al-Kasb.3
C. Pemikiran Ekonomi
2
Abdul Azis Dahlan dkk (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997), Jilid 5, Cet. ke-1, h. 1686.
3
Ibid., h. 1687.
190
Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani
Dalam mengungkapkan pemikiran ekonomi asy-Syaibani, para ekonom
muslim banyak merujuk pada kitab al-Kasb, sebuah kitab yang lahir sebagai
respon penulis terhadap sikap zuhud yang tumbuh dan berkembang pada
abad kedua Hijriyah.4
Secara keseluruhan, kitab ini mengemukakan kajian
mikroekonomi yang berkisar pada teori kasb (pendapatan) dan sumber-
sumbernya serta pedoman perilaku produksi dan konsumsi. Kitab tersebut
termasuk kitab pertama di dunia Islam yang membahas permasalahan ini.
Oleh karena itu, tidak berlebihan bila Dr. al-Janidal menyebut asy-Syaibani
sebagai salah seorang perintis ilmu ekonomi dalam Islam.5
1. Al-Kasb (Kerja)
Asy-Syaibani mendefinisikan al-kasb (kerja) sebagai mencari perolehan
harta melalui berbagai cara yang halal.6
Dalam ilmu ekonomi, aktivitas
demikian termasuk dalam aktivitas produksi. Definisi ini mengindikasikan
bahwa yang dimaksud dengan aktivitas produksi dalam ekonomi Islam
adalah berbeda dengan aktivitas produksi dalam ekonomi konvensional.
Dalam ekonomi Islam, tidak semua aktivitas yang menghasilkan barang atau
jasa disebut sebagai aktivitas produksi, karena aktivitas produksi sangat
terkait erat dengan halal-haramnya suatu barang atau jasa dan cara
memperolehnya. Dengan kata lain, aktivitas menghasilkan barang dan jasa
yang halal saja yang dapat disebut sebagai aktivitas produksi.
Produksi suatu barang atau jasa, seperti dinyatakan dalam ilmu ekonomi,
dilakukan karena barang atau jasa itu mempunyai utilitas (nilai-guna). Islam
memandang bahwa suatu barang atau jasa mempunyai nilai-guna jika dan
hanya jika mengandung kemaslahatan.7
Seperti yang diungkapkan oleh asy-
4
Kitab ini tidak sampai pada kita, yang ada hanya ikhtisarnya yang dibuat oleh salah
seorang murid asy-Syaibani, Muhammad bin Sama’ah at-Tamimi, yang diberi judul al-Iktisab
fi al-Rizq al-Mustathab. Lihat Hammad bin Abdurrahman al-Janidal, Manahij al-Bahitsin fi al-
Iqtishad al-Islami, (Riyadh: Syirkah al-Ubaikan li al-Thaba’ah wa al-Nasyr, 1406 H), Jilid 2, h.
111.
5
Ibid., h. 109.
6
Rifa’at al-Audi, h. 25.
7
Lebih jauh mengenai hal ini, lihat M. Fahim Khan dan Noor Muhammad Ghifari,
Shatibi’s Objectives of Shari’ah and Some Implications for Consumer Behaviour, dalam Abulhasan
191
Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani
Syatibi, kemaslahatan hanya dapat dicapai dengan memelihara lima unsur
pokok kehidupan, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.8
Dengan
demikian, seorang muslim termotivasi untuk memproduksi setiap barang
atau jasa yang memiliki maslahah tersebut. Hal ini berarti bahwa konsep
maslahah merupakan konsep yang objektif terhadap perilaku produsen
karena ditentukan oleh tujuan (maqashid) syariah, yakni memelihara
kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Pandangan Islam tersebut tentu
jauh berbeda dengan konsep ekonomi konvensional yang menganggap
bahwa suatu barang atau jasa mempunyai nilai-guna selama masih ada orang
yang menginginkannya. Dengan kata lain, dalam ekonomi konvensional,
nilai-guna suatu barang atau jasa ditentukan oleh keinginan (wants) orang per
orang dan ini bersifat subyektif.9
Dalam pandangan Islam, aktivitas produksi merupakan bagian dari
kewajiban 'imaratul kaun, yakni menciptakan kemakmuran semesta untuk
semua makhluk. Berkenaan dengan hal tersebut, asy-Syaibani menegaskan
bahwa kerja yang merupakan unsur utama produksi mempunyai kedudukan
yang sangat penting dalam kehidupan karena menunjang pelaksanaan
ibadah kepada Allah swt dan, karenanya, hukum bekerja adalah wajib.10
Hal
ini didasarkan pada dalil-dalil berikut:11
1. Firman Allah swt,
"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung". (Al-Jumu'ah/62:10)
M. Sadeq dan Aidit Ghazali, Reading in Islamic Economic Thought, (Selangor Darul Ehsan:
Longman Malaysia, 1992), Cet. ke-1, h. 194-196.
8
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari'ah Menurut al-Syatibi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 1996), Cet. ke-1, h. 71.
9
Uraian lebih lengkap dan luas mengenai perbedaan kedua pandangan tersebut, lihat
Taqiyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif: Perspektif Islam, (Surabaya:
Risalah Gusti, 1996), Cet. ke-2, h. 1-46.
10
Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani, al-Iktisab fi al-Rizq al-Mustathab, (Beirut: Dar al-
Kutub al-‘Ilmiyyah, 1986), Cet. ke-1, h. 17.
11
Rifa'at al-Audi, op. cit., h. 25-26.
192
Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani
2. Hadis Rasulullah saw,
"Mencari pendapatan adalah wajib bagi setiap muslim."
3. Khalifah Umar ibn al-Khattab r.a. lebih mengutamakan derajat kerja
daripada jihad. Umar menyatakan, dirinya lebih menyukai meninggal
pada saat berusaha mencari sebagian karunia Allah swt di muka bumi
daripada terbunuh di medan perang, karena Allah swt mendahulukan
orang-orang yang mencari sebagian karunia-Nya daripada para
mujahidin melalui firman-Nya:
“...Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah...” (Al-
Muzammil/73:20)
Berkenaan dengan hal tersebut, asy-Syaibani menyatakan bahwa sesuatu
yang dapat menunjang terlaksananya yang wajib, sesuatu itu menjadi wajib
pula hukumnya. Lebih jauh, ia menguraikan bahwa untuk menunaikan
berbagai kewajiban, seseorang memerlukan kekuatan jasmani dan kekuatan
jasmani itu sendiri merupakan hasil mengkonsumsi makanan yang diperoleh
melalui kerja keras. Dengan demikian, kerja mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menunaikan suatu kewajiban dan, karenanya, hukum bekerja
adalah wajib, seperti halnya kewajiban thaharah ketika akan melaksanakan
shalat.12
Di samping itu, asy-Syaibani juga menyatakan bahwa bekerja merupakan
ajaran para rasul terdahulu dan kaum muslimin diperintahkan untuk
meneladani cara hidup mereka.13
Dari uraian tersebut, tampak jelas bahwa orientasi bekerja dalam
pandangan asy-Syaibani adalah hidup untuk meraih keridaan Allah swt. Di
sisi lain, kerja merupakan usaha untuk mengaktifkan roda perekonomian,
termasuk proses produksi, konsumsi, dan distribusi, yang berimplikasi secara
makro meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan
demikian, kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam memenuhi
hak Allah swt, hak hidup, hak keluarga, dan hak masyarakat.
12
Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani, op. cit., h. 19.
13
Ibid.
193
Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani
Dalam konteks tersebut, negara berkewajiban untuk memimpin gerakan
produktivitas nasional. Dengan menerapkan instrumen incentive-reward and
punishment, setiap komponen masyarakat dipicu dan dipacu untuk
menghasilkan sesuatu menurut bidangnya masing-masing. Sementara, di sisi
lain, pemerintah juga berkewajiban memayungi aktivitas produksi dengan
memberikan jaminan keamanan dan keadilan bagi setiap orang.14
2. Kekayaan dan Kefakiran
Setelah membahas kasb, fokus perhatian asy-Syaibani tertuju pada
permasalahan kaya dan fakir. Menurutnya, sekalipun banyak dalil yang
menunjukkan keutamaan sifat-sifat kaya, sifat-sifat fakir mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi. Ia menyatakan bahwa apabila manusia telah
merasa cukup dari apa yang dibutuhkan kemudian bergegas pada kebajikan,
sehingga mencurahkan perhatian pada urusan akhiratnya, adalah lebih baik
bagi mereka.15
Dalam konteks ini, sifat-sifat fakir diartikannya sebagai kondisi
yang cukup (kifayah), bukan kondisi papa dan meminta-minta (kafafah).16
Dengan demikian, pada dasarnya, asy-Syaibani menyerukan agar manusia
hidup dalam kecukupan, baik untuk diri sendiri maupun keluarganya. Di sisi
lain, ia berpendapat bahwa sifat-sifat kaya berpotensi membawa pemiliknya
hidup dalam kemewahan.17
Sekalipun begitu, ia tidak menentang gaya hidup
yang lebih dari cukup selama kelebihan tersebut hanya dipergunakan untuk
kebaikan.18
3. Klasifikasi Usaha-Usaha Perekonomian
Menurut asy-Syaibani, usaha-usaha perekonomian terbagi atas empat
macam, yaitu sewa-menyewa, perdagangan, pertanian, dan perindustrian.19
Sedangkan para ekonom kontemporer membagi menjadi tiga, yaitu
14
Surahman Hidayat, Etika Produksi dalam Islam, Rubrik Iqtishad Harian Umum Republika,
28 Oktober 2002.
15
Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani, op. cit., h. 30.
16
Rifa'at al-Audi, op. cit., h. 31.
17
Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani, op. cit., h. 32.
18
Rifa'at al-Audi, op. cit., h. 32.
19
Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani, op. cit., h. 40
194
Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani
pertanian, perindustrian, dan jasa. Jika ditelaah lebih dalam, usaha jasa
meliputi usaha perdagangan. Di antara keempat usaha perekonomian
tersebut, asy-Syaibani lebih mengutamakan usaha pertanian daripada usaha
yang lain. Menurutnya, pertanian memproduksi berbagai kebutuhan dasar
manusia yang sangat menunjang dalam melaksanakan berbagai
kewajibannya.20
Dari segi hukum, asy-Syaibani membagi usaha-usaha perekonomian
menjadi dua, yaitu fardu kifayah dn fardu ‘ain. Berbagai usaha perekonomian
dihukum fardu kifayah apabila telah ada orang yang mengusahakannya atau
menjalankannya, roda perekonomian akan terus berjalan dan, jika tidak
seorang pun yang menjalankannya, tatanan roda perekonomian akan hancur
berantakan yang berdampak pada semakin banyaknya orang yang hidup
dalam kesengsaraan.21
Berbagai usaha perekonomian dihukum fardu ‘ain karena usaha-usaha
perekonomian itu mutlak dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan kebutuhan orang yang ditanggungnya. Bila tidak
dilakukan usaha-usaha perekonomian, kebutuhan dirinya tidak akan
terpenuhi, begitu pula orang yang ditanggungnya, sehingga akan
menimbulkan kebinasaan bagi dirinya dan tanggungannya.
4. Kebutuhan-Kebutuhan Ekonomi
Asy-Syaibani mengatakan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan anak-
anak Adam sebagai suatu ciptaan yang tubuhnya tidak akan berdiri kecuali
dengan empat perkara, yaitu makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal.22
Para ekonom yang lain mengatakan bahwa keempat hal ini adalah tema ilmu
ekonomi. Jika keempat hal tersebut tidak pernah diusahakan untuk dipenuhi,
ia akan masuk neraka karena manusia tidak akan dapat hidup tanpa keempat
hal tersebut.23
20
Ibid., h. 41.
21
Ibid., h. 45.
22
Ibid., h. 47.
23
Ibid., h. 48.
195
Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani
5. Spesialisasi dan Distribusi Pekerjaan
Asy-Syaibani menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya selalu
membutuhkan yang lain. Seseorang tidak akan menguasai pengetahuan
semua hal yang dibutuhkan sepanjang hidupnya dan, kalaupun manusia
berusaha keras, usia akan membatasinya diri manusia. Dalam hal ini,
kemaslahatan hidup manusia sangat tergantung padanya. Oleh karena itu,
Allah swt memberi kemudahan pada setiap orang untuk menguasai
pengetahuan salah satu di antaranya, sehingga manusia dapat bekerjasama
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.24
Firman Allah swt:
“… Dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian
yang lain beberapa derajat… “ (Surat az-Zukhruf/43:32)
Lebih lanjut, asy-Syaibani menandaskan bahwa seorang yang fakir
membutuhkan orang kaya sedangkan yang kaya membutuhkan tenaga orang
miskin. Dari hasil tolong-menolong tersebut, manusia akan semakin mudah
dalam menjalankan aktivitas ibadah kepada-Nya.25
Dalam konteks demikian,
Allah swt berfirman,
"… Dan saling menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan
ketakwaan… " (Al-Maidah/5:2)
Rasulullah saw bersabda,
"Sesungguhnya Allah swt selalu menolong hamba-Nya selama
hamba-Nya tersebut menolong saudara muslimnya". (HR. Bukhari-
Muslim)
Lebih jauh, asy-Syaibani menyatakan bahwa apabila seseorang bekerja
dengan niat melaksanakan ketaatan kepada-Nya atau membantu saudaranya
untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya, pekerjaannya tersebut niscaya akan
diberi ganjaran sesuai dengan niatnya.26
Dengan demikian, distribusi
pekerjaan seperti di atas merupakan objek ekonomi yang mempunyai dua
aspek secara bersamaan, yaitu aspek relijius dan aspek ekonomis.
24
Ibid., h. 47.
25
Ibid., h. 48.
26
Ibid.
196

More Related Content

What's hot

Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Haidar Bashofi
 
Perhitungan bagi hasil
Perhitungan bagi hasilPerhitungan bagi hasil
Perhitungan bagi hasilsinupid
 
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islamPpt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islamppt education
 
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)Neyna Fazadiq
 
AL-hisbah(1)(1)(1).pptx
AL-hisbah(1)(1)(1).pptxAL-hisbah(1)(1)(1).pptx
AL-hisbah(1)(1)(1).pptxAlwaysSunday
 
Presentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiPresentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiMarhamah Saleh
 
bahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islam
bahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islambahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islam
bahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islamTri Agustuti
 
Hukum dan faktor permintaan dan penawaran
Hukum dan faktor permintaan dan penawaranHukum dan faktor permintaan dan penawaran
Hukum dan faktor permintaan dan penawaranRiva Anggraeni
 
Biaya marginal
Biaya marginalBiaya marginal
Biaya marginalhadiqzuhri
 
akuntansi syariah : akad murabahah
akuntansi syariah : akad murabahahakuntansi syariah : akad murabahah
akuntansi syariah : akad murabahahnurul agustina
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatHaidar Bashofi
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidinSejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidinMiftah Iqtishoduna
 
Teori tingkah laku konsumen 1.pdf
Teori tingkah laku konsumen 1.pdfTeori tingkah laku konsumen 1.pdf
Teori tingkah laku konsumen 1.pdfPutriAnnisa59
 
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uasPasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uasrobbiatul Adawiyah
 
Teori Pengantar Mikroekonomi bab 8 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Analisis K...
Teori Pengantar Mikroekonomi bab 8 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Analisis K...Teori Pengantar Mikroekonomi bab 8 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Analisis K...
Teori Pengantar Mikroekonomi bab 8 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Analisis K...Nur Fajri Irvan
 
Tugas ppt transaksi dan akad ps
Tugas ppt transaksi dan akad psTugas ppt transaksi dan akad ps
Tugas ppt transaksi dan akad psindahlestari157
 

What's hot (20)

Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8
 
Perhitungan bagi hasil
Perhitungan bagi hasilPerhitungan bagi hasil
Perhitungan bagi hasil
 
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islamPpt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
 
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
 
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
 
AL-hisbah(1)(1)(1).pptx
AL-hisbah(1)(1)(1).pptxAL-hisbah(1)(1)(1).pptx
AL-hisbah(1)(1)(1).pptx
 
Presentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiPresentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh Poligami
 
bahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islam
bahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islambahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islam
bahan tugas Kelompok 6 ushul fiqh ekonomi islam
 
Hukum dan faktor permintaan dan penawaran
Hukum dan faktor permintaan dan penawaranHukum dan faktor permintaan dan penawaran
Hukum dan faktor permintaan dan penawaran
 
Biaya marginal
Biaya marginalBiaya marginal
Biaya marginal
 
akuntansi syariah : akad murabahah
akuntansi syariah : akad murabahahakuntansi syariah : akad murabahah
akuntansi syariah : akad murabahah
 
Rangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh MuamalahRangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh Muamalah
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidinSejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
 
Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani
Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-SyaibaniPemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani
Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Asy-Syaibani
 
Mekanisme pasar dalam islam
Mekanisme pasar dalam islamMekanisme pasar dalam islam
Mekanisme pasar dalam islam
 
Teori tingkah laku konsumen 1.pdf
Teori tingkah laku konsumen 1.pdfTeori tingkah laku konsumen 1.pdf
Teori tingkah laku konsumen 1.pdf
 
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uasPasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
Pasar persaingan sempurna, ekonomi mikro,uas
 
Teori Pengantar Mikroekonomi bab 8 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Analisis K...
Teori Pengantar Mikroekonomi bab 8 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Analisis K...Teori Pengantar Mikroekonomi bab 8 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Analisis K...
Teori Pengantar Mikroekonomi bab 8 : Teori Tingkah Laku Konsumen : Analisis K...
 
Tugas ppt transaksi dan akad ps
Tugas ppt transaksi dan akad psTugas ppt transaksi dan akad ps
Tugas ppt transaksi dan akad ps
 

Similar to Bab 8 kontribusi pemikiran asy syaibani (132-189 h)

Sejarah peradaban dan pemikiran ekonomi
Sejarah peradaban dan pemikiran ekonomiSejarah peradaban dan pemikiran ekonomi
Sejarah peradaban dan pemikiran ekonomiAmalia Damayanti
 
Pemikiran Ekonomi Imam Asy Syaibani
Pemikiran Ekonomi Imam Asy SyaibaniPemikiran Ekonomi Imam Asy Syaibani
Pemikiran Ekonomi Imam Asy SyaibaniNazhira Tamimi Sf
 
Imam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum Islam
Imam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum IslamImam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum Islam
Imam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum Islamkarina_auliaa
 
Sejarah dan Pemikiran Islam Abu Yusuf
Sejarah dan Pemikiran Islam Abu YusufSejarah dan Pemikiran Islam Abu Yusuf
Sejarah dan Pemikiran Islam Abu Yusufteguh catur cahyono
 
Biografi dan Pandangan Pendidikan Islam Imam Syafi'i serta Implikasinya Terha...
Biografi dan Pandangan Pendidikan Islam Imam Syafi'i serta Implikasinya Terha...Biografi dan Pandangan Pendidikan Islam Imam Syafi'i serta Implikasinya Terha...
Biografi dan Pandangan Pendidikan Islam Imam Syafi'i serta Implikasinya Terha...Nurul Safiqa
 
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM ABU UBAID.docx
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM ABU UBAID.docxSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM ABU UBAID.docx
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM ABU UBAID.docxJayatiaraDewiRizqiya
 
Konsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldun
Konsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldunKonsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldun
Konsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldunLtfltf
 
Biografi syeikh abdus samad al palembani
Biografi syeikh abdus samad al palembaniBiografi syeikh abdus samad al palembani
Biografi syeikh abdus samad al palembaniDiana Fuad
 
Makalah ushul fiqh ii stain kudus
Makalah ushul fiqh ii stain kudusMakalah ushul fiqh ii stain kudus
Makalah ushul fiqh ii stain kudusKira Distinct
 
sejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islamsejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islamRoviatul hasanah
 
Qawaid fiqhiyyah sebagai
Qawaid fiqhiyyah sebagaiQawaid fiqhiyyah sebagai
Qawaid fiqhiyyah sebagaiAndi Amin
 
Pemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy Syatibi
Pemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy SyatibiPemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy Syatibi
Pemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy SyatibiIndika Farhatunnada
 
Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Ltfltf
 

Similar to Bab 8 kontribusi pemikiran asy syaibani (132-189 h) (20)

Sejarah peradaban dan pemikiran ekonomi
Sejarah peradaban dan pemikiran ekonomiSejarah peradaban dan pemikiran ekonomi
Sejarah peradaban dan pemikiran ekonomi
 
Pemikiran Ekonomi Imam Asy Syaibani
Pemikiran Ekonomi Imam Asy SyaibaniPemikiran Ekonomi Imam Asy Syaibani
Pemikiran Ekonomi Imam Asy Syaibani
 
Imam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum Islam
Imam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum IslamImam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum Islam
Imam Syafi'i dalam Menetapkan Hukum Islam
 
Sejarah dan Pemikiran Islam Abu Yusuf
Sejarah dan Pemikiran Islam Abu YusufSejarah dan Pemikiran Islam Abu Yusuf
Sejarah dan Pemikiran Islam Abu Yusuf
 
Abu yusuf
Abu yusufAbu yusuf
Abu yusuf
 
Pemikiran hukum
Pemikiran hukum Pemikiran hukum
Pemikiran hukum
 
Pemikiran hukum
Pemikiran hukum Pemikiran hukum
Pemikiran hukum
 
Pemikiran hukum islam
Pemikiran hukum islamPemikiran hukum islam
Pemikiran hukum islam
 
Pemikiran hukum islam
Pemikiran hukum islamPemikiran hukum islam
Pemikiran hukum islam
 
Biografi dan Pandangan Pendidikan Islam Imam Syafi'i serta Implikasinya Terha...
Biografi dan Pandangan Pendidikan Islam Imam Syafi'i serta Implikasinya Terha...Biografi dan Pandangan Pendidikan Islam Imam Syafi'i serta Implikasinya Terha...
Biografi dan Pandangan Pendidikan Islam Imam Syafi'i serta Implikasinya Terha...
 
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM ABU UBAID.docx
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM ABU UBAID.docxSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM ABU UBAID.docx
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM ABU UBAID.docx
 
Konsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldun
Konsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldunKonsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldun
Konsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldun
 
Biografi syeikh abdus samad al palembani
Biografi syeikh abdus samad al palembaniBiografi syeikh abdus samad al palembani
Biografi syeikh abdus samad al palembani
 
Paparan sejarah islam
Paparan sejarah islamPaparan sejarah islam
Paparan sejarah islam
 
Makalah ushul fiqh ii stain kudus
Makalah ushul fiqh ii stain kudusMakalah ushul fiqh ii stain kudus
Makalah ushul fiqh ii stain kudus
 
sejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islamsejarah pemikiran ekonomi islam
sejarah pemikiran ekonomi islam
 
Qawaid fiqhiyyah sebagai
Qawaid fiqhiyyah sebagaiQawaid fiqhiyyah sebagai
Qawaid fiqhiyyah sebagai
 
Ekonomi islam
Ekonomi islamEkonomi islam
Ekonomi islam
 
Pemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy Syatibi
Pemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy SyatibiPemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy Syatibi
Pemikiran Ekonomi Islam Abu Ishaq Asy Syatibi
 
Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Fiqh kel 6
Fiqh kel 6
 

More from Muhammad Fathan Ali Husaini

Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661 728 h)
Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661   728 h)Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661   728 h)
Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661 728 h)Muhammad Fathan Ali Husaini
 
Bab 5 uang dan kebijakan moneter pada periode awal islam
Bab 5 uang dan kebijakan moneter pada periode awal islamBab 5 uang dan kebijakan moneter pada periode awal islam
Bab 5 uang dan kebijakan moneter pada periode awal islamMuhammad Fathan Ali Husaini
 
Bab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam
Bab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islamBab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam
Bab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islamMuhammad Fathan Ali Husaini
 
Bab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifah
Bab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifahBab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifah
Bab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifahMuhammad Fathan Ali Husaini
 
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) editedBab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) editedMuhammad Fathan Ali Husaini
 

More from Muhammad Fathan Ali Husaini (6)

Daftar pustaka v.01
Daftar pustaka v.01Daftar pustaka v.01
Daftar pustaka v.01
 
Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661 728 h)
Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661   728 h)Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661   728 h)
Bab 13 kontribusi pemikiran ibn taimiyah ( 661 728 h)
 
Bab 5 uang dan kebijakan moneter pada periode awal islam
Bab 5 uang dan kebijakan moneter pada periode awal islamBab 5 uang dan kebijakan moneter pada periode awal islam
Bab 5 uang dan kebijakan moneter pada periode awal islam
 
Bab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam
Bab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islamBab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam
Bab 4 kebijakan fiskal pada masa awal pemerintahan islam
 
Bab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifah
Bab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifahBab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifah
Bab 3 sistem ekonomi dan fiskal masa kepemimpinan para khalifah
 
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) editedBab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
 

Bab 8 kontribusi pemikiran asy syaibani (132-189 h)

  • 1. BAB 7 Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani PEMIKIRAN EKONOMI ASY-SYAIBANI (132 H/750 M - 189 H/804 M)* A. Riwayat Hidup Abu Abdillah Muhammad bin al-Hasan bin Farqad asy-Syaibani lahir pada tahun 132 H (750 M) di kota Wasith, ibukota Irak pada masa akhir pemerintahan Bani Umawiyyah. Ayahnya berasal dari negeri Syaiban di wilayah jazirah Arab. Bersama orang tuanya, asy-Syaibani pindah ke kota Kufah yang ketika itu merupakan salah satu pusat kegiatan ilmiah. Di kota tersebut, ia belajar fikih, sastra, bahasa, dan hadis kepada para ulama setempat, seperti Mus’ar bin Kadam, Sufyan Tsauri, Umar bin Dzar, dan Malik bin Maghul. Pada periode ini pula, asy-Syaibani yang baru berusia 14 tahun berguru kepada Abu Hanifah selama 4 tahun, yakni sampai nama yang terakhir meninggal dunia. Setelah itu, ia berguru pada Abu Yusuf, salah seorang murid terkemuka dan pengganti Abu Hanifah, hingga keduanya tercatat sebagai penyebar mazhab Hanafi. Dalam menuntut ilmu, asy-Syaibani tidak hanya berinteraksi dengan para ulama ahl al-ra’yi, tetapi juga ulama ahl al-hadits. Ia, layaknya para ulama terdahulu, berkelana ke berbagai tempat, seperti Madinah, Mekah, Syiria, Basrah, dan Khurasan untuk belajar kepada para ulama besar, seperti Malik bin Anas, Sufyan bin ‘Uyainah dan Auza’i. Ia juga pernah bertemu dengan asy-Syafi’i ketika belajar al-Muwatta pada Malik bin Anas.1 Hal tersebut memberikan nuansa baru dalam pemikiran fikihnya. asy-Syaibani menjadi lebih banyak mengetahui berbagai hadis yang luput dari perhatian Abu * Penulis berterima kasih kepada asisten peneliti, Saudara M. Yusuf Helmy, yang telah melakukan riset literatur dan membantu penulisan bab ini. 1 Dalam perkembangan selanjutnya, asy-Syafi’i belajar fikih kepada asy-Syaibani selama kurang lebih 2.tahun. Lebih jauh, lihat Rifa’at al-Audi, Min al-Turats: al-Iqtishad li al-Muslimin, (Mekah: Rabithah ‘Alam al-Islami, 1985), Cet. ke-4, h. 20. 189
  • 2. Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani Hanifah. Dari keluasan pendidikannya ini, ia mampu mengkombinasikan antara aliran ahl al-ra’yi di Irak dengan ahl al-hadits di Madinah.2 Setelah memperoleh ilmu yang memadai, asy-Syaibani kembali ke Baghdad yang pada saat itu telah berada dalam kekuasaan Daulah Bani Abbasiyah. Di tempat ini, ia mempunyai peranan penting dalam majelis ulama dan kerap didatangi para penuntut ilmu. Hal tersebut semakin mempermudahnya dalam mengembangkan mazhab Hanafi, apalagi ditunjang kebijakan pemerintah saat itu yang menetapkan mazhab Hanafi sebagai mazhab negara. Berkat keluasan ilmunya tersebut, setelah Abu Yusuf meninggal dunia, Khalifah Harun al-Rasyid mengangkatnya sebagai hakim di kota Riqqah, Irak. Namun, tugas ini hanya berlangsung singkat karena ia kemudian mengundurkan diri untuk lebih berkonsentrasi pada pengajaran dan penulisan fikih. asy-Syaibani meninggal dunia pada tahun 189 H (804 M) di kota al-Ray, dekat Teheran, dalam usia 58 tahun. B. Karya-Karya Dalam menuliskan pokok-pokok pemikiran fikihnya, asy-Syaibani mengguna-kan istihsan sebagai metode ijtihadnya. Ia merupakan sosok ulama yang sangat produktif. Kitab-kitabnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu: a. Zhahir al-Riwayah, yaitu kitab yang ditulis berdasarkan pelajaran yang diberikan Abu Hanifah, seperti al-Mabsut, al-Jami’ al-Kabir, al-Jami’ al- Shaghir, al-Siyar al-Kabir, al-Siyar al-Shaghir, dan al-Ziyadat. Kesemuanya ini dihimpun Abi al-Fadhl Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad al-Maruzi (w. 334 H/945 M) dalam satu kitab yang berjudul al-Kafi. b. Al-Nawadir, yaitu kitab yang ditulis berdasarkan pandangannya sendiri, seperti Amali Muhammad fi al-Fiqh, al-Ruqayyat, al-Makharij fi al-Hiyal, al- Radd ‘ala Ahl Madinah, al-Ziyadah, al-Atsar, dan al-Kasb.3 C. Pemikiran Ekonomi 2 Abdul Azis Dahlan dkk (ed.), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), Jilid 5, Cet. ke-1, h. 1686. 3 Ibid., h. 1687. 190
  • 3. Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani Dalam mengungkapkan pemikiran ekonomi asy-Syaibani, para ekonom muslim banyak merujuk pada kitab al-Kasb, sebuah kitab yang lahir sebagai respon penulis terhadap sikap zuhud yang tumbuh dan berkembang pada abad kedua Hijriyah.4 Secara keseluruhan, kitab ini mengemukakan kajian mikroekonomi yang berkisar pada teori kasb (pendapatan) dan sumber- sumbernya serta pedoman perilaku produksi dan konsumsi. Kitab tersebut termasuk kitab pertama di dunia Islam yang membahas permasalahan ini. Oleh karena itu, tidak berlebihan bila Dr. al-Janidal menyebut asy-Syaibani sebagai salah seorang perintis ilmu ekonomi dalam Islam.5 1. Al-Kasb (Kerja) Asy-Syaibani mendefinisikan al-kasb (kerja) sebagai mencari perolehan harta melalui berbagai cara yang halal.6 Dalam ilmu ekonomi, aktivitas demikian termasuk dalam aktivitas produksi. Definisi ini mengindikasikan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas produksi dalam ekonomi Islam adalah berbeda dengan aktivitas produksi dalam ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam, tidak semua aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa disebut sebagai aktivitas produksi, karena aktivitas produksi sangat terkait erat dengan halal-haramnya suatu barang atau jasa dan cara memperolehnya. Dengan kata lain, aktivitas menghasilkan barang dan jasa yang halal saja yang dapat disebut sebagai aktivitas produksi. Produksi suatu barang atau jasa, seperti dinyatakan dalam ilmu ekonomi, dilakukan karena barang atau jasa itu mempunyai utilitas (nilai-guna). Islam memandang bahwa suatu barang atau jasa mempunyai nilai-guna jika dan hanya jika mengandung kemaslahatan.7 Seperti yang diungkapkan oleh asy- 4 Kitab ini tidak sampai pada kita, yang ada hanya ikhtisarnya yang dibuat oleh salah seorang murid asy-Syaibani, Muhammad bin Sama’ah at-Tamimi, yang diberi judul al-Iktisab fi al-Rizq al-Mustathab. Lihat Hammad bin Abdurrahman al-Janidal, Manahij al-Bahitsin fi al- Iqtishad al-Islami, (Riyadh: Syirkah al-Ubaikan li al-Thaba’ah wa al-Nasyr, 1406 H), Jilid 2, h. 111. 5 Ibid., h. 109. 6 Rifa’at al-Audi, h. 25. 7 Lebih jauh mengenai hal ini, lihat M. Fahim Khan dan Noor Muhammad Ghifari, Shatibi’s Objectives of Shari’ah and Some Implications for Consumer Behaviour, dalam Abulhasan 191
  • 4. Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani Syatibi, kemaslahatan hanya dapat dicapai dengan memelihara lima unsur pokok kehidupan, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.8 Dengan demikian, seorang muslim termotivasi untuk memproduksi setiap barang atau jasa yang memiliki maslahah tersebut. Hal ini berarti bahwa konsep maslahah merupakan konsep yang objektif terhadap perilaku produsen karena ditentukan oleh tujuan (maqashid) syariah, yakni memelihara kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Pandangan Islam tersebut tentu jauh berbeda dengan konsep ekonomi konvensional yang menganggap bahwa suatu barang atau jasa mempunyai nilai-guna selama masih ada orang yang menginginkannya. Dengan kata lain, dalam ekonomi konvensional, nilai-guna suatu barang atau jasa ditentukan oleh keinginan (wants) orang per orang dan ini bersifat subyektif.9 Dalam pandangan Islam, aktivitas produksi merupakan bagian dari kewajiban 'imaratul kaun, yakni menciptakan kemakmuran semesta untuk semua makhluk. Berkenaan dengan hal tersebut, asy-Syaibani menegaskan bahwa kerja yang merupakan unsur utama produksi mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan karena menunjang pelaksanaan ibadah kepada Allah swt dan, karenanya, hukum bekerja adalah wajib.10 Hal ini didasarkan pada dalil-dalil berikut:11 1. Firman Allah swt, "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung". (Al-Jumu'ah/62:10) M. Sadeq dan Aidit Ghazali, Reading in Islamic Economic Thought, (Selangor Darul Ehsan: Longman Malaysia, 1992), Cet. ke-1, h. 194-196. 8 Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari'ah Menurut al-Syatibi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. ke-1, h. 71. 9 Uraian lebih lengkap dan luas mengenai perbedaan kedua pandangan tersebut, lihat Taqiyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif: Perspektif Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), Cet. ke-2, h. 1-46. 10 Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani, al-Iktisab fi al-Rizq al-Mustathab, (Beirut: Dar al- Kutub al-‘Ilmiyyah, 1986), Cet. ke-1, h. 17. 11 Rifa'at al-Audi, op. cit., h. 25-26. 192
  • 5. Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani 2. Hadis Rasulullah saw, "Mencari pendapatan adalah wajib bagi setiap muslim." 3. Khalifah Umar ibn al-Khattab r.a. lebih mengutamakan derajat kerja daripada jihad. Umar menyatakan, dirinya lebih menyukai meninggal pada saat berusaha mencari sebagian karunia Allah swt di muka bumi daripada terbunuh di medan perang, karena Allah swt mendahulukan orang-orang yang mencari sebagian karunia-Nya daripada para mujahidin melalui firman-Nya: “...Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah...” (Al- Muzammil/73:20) Berkenaan dengan hal tersebut, asy-Syaibani menyatakan bahwa sesuatu yang dapat menunjang terlaksananya yang wajib, sesuatu itu menjadi wajib pula hukumnya. Lebih jauh, ia menguraikan bahwa untuk menunaikan berbagai kewajiban, seseorang memerlukan kekuatan jasmani dan kekuatan jasmani itu sendiri merupakan hasil mengkonsumsi makanan yang diperoleh melalui kerja keras. Dengan demikian, kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunaikan suatu kewajiban dan, karenanya, hukum bekerja adalah wajib, seperti halnya kewajiban thaharah ketika akan melaksanakan shalat.12 Di samping itu, asy-Syaibani juga menyatakan bahwa bekerja merupakan ajaran para rasul terdahulu dan kaum muslimin diperintahkan untuk meneladani cara hidup mereka.13 Dari uraian tersebut, tampak jelas bahwa orientasi bekerja dalam pandangan asy-Syaibani adalah hidup untuk meraih keridaan Allah swt. Di sisi lain, kerja merupakan usaha untuk mengaktifkan roda perekonomian, termasuk proses produksi, konsumsi, dan distribusi, yang berimplikasi secara makro meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan demikian, kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam memenuhi hak Allah swt, hak hidup, hak keluarga, dan hak masyarakat. 12 Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani, op. cit., h. 19. 13 Ibid. 193
  • 6. Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani Dalam konteks tersebut, negara berkewajiban untuk memimpin gerakan produktivitas nasional. Dengan menerapkan instrumen incentive-reward and punishment, setiap komponen masyarakat dipicu dan dipacu untuk menghasilkan sesuatu menurut bidangnya masing-masing. Sementara, di sisi lain, pemerintah juga berkewajiban memayungi aktivitas produksi dengan memberikan jaminan keamanan dan keadilan bagi setiap orang.14 2. Kekayaan dan Kefakiran Setelah membahas kasb, fokus perhatian asy-Syaibani tertuju pada permasalahan kaya dan fakir. Menurutnya, sekalipun banyak dalil yang menunjukkan keutamaan sifat-sifat kaya, sifat-sifat fakir mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Ia menyatakan bahwa apabila manusia telah merasa cukup dari apa yang dibutuhkan kemudian bergegas pada kebajikan, sehingga mencurahkan perhatian pada urusan akhiratnya, adalah lebih baik bagi mereka.15 Dalam konteks ini, sifat-sifat fakir diartikannya sebagai kondisi yang cukup (kifayah), bukan kondisi papa dan meminta-minta (kafafah).16 Dengan demikian, pada dasarnya, asy-Syaibani menyerukan agar manusia hidup dalam kecukupan, baik untuk diri sendiri maupun keluarganya. Di sisi lain, ia berpendapat bahwa sifat-sifat kaya berpotensi membawa pemiliknya hidup dalam kemewahan.17 Sekalipun begitu, ia tidak menentang gaya hidup yang lebih dari cukup selama kelebihan tersebut hanya dipergunakan untuk kebaikan.18 3. Klasifikasi Usaha-Usaha Perekonomian Menurut asy-Syaibani, usaha-usaha perekonomian terbagi atas empat macam, yaitu sewa-menyewa, perdagangan, pertanian, dan perindustrian.19 Sedangkan para ekonom kontemporer membagi menjadi tiga, yaitu 14 Surahman Hidayat, Etika Produksi dalam Islam, Rubrik Iqtishad Harian Umum Republika, 28 Oktober 2002. 15 Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani, op. cit., h. 30. 16 Rifa'at al-Audi, op. cit., h. 31. 17 Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani, op. cit., h. 32. 18 Rifa'at al-Audi, op. cit., h. 32. 19 Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani, op. cit., h. 40 194
  • 7. Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani pertanian, perindustrian, dan jasa. Jika ditelaah lebih dalam, usaha jasa meliputi usaha perdagangan. Di antara keempat usaha perekonomian tersebut, asy-Syaibani lebih mengutamakan usaha pertanian daripada usaha yang lain. Menurutnya, pertanian memproduksi berbagai kebutuhan dasar manusia yang sangat menunjang dalam melaksanakan berbagai kewajibannya.20 Dari segi hukum, asy-Syaibani membagi usaha-usaha perekonomian menjadi dua, yaitu fardu kifayah dn fardu ‘ain. Berbagai usaha perekonomian dihukum fardu kifayah apabila telah ada orang yang mengusahakannya atau menjalankannya, roda perekonomian akan terus berjalan dan, jika tidak seorang pun yang menjalankannya, tatanan roda perekonomian akan hancur berantakan yang berdampak pada semakin banyaknya orang yang hidup dalam kesengsaraan.21 Berbagai usaha perekonomian dihukum fardu ‘ain karena usaha-usaha perekonomian itu mutlak dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan orang yang ditanggungnya. Bila tidak dilakukan usaha-usaha perekonomian, kebutuhan dirinya tidak akan terpenuhi, begitu pula orang yang ditanggungnya, sehingga akan menimbulkan kebinasaan bagi dirinya dan tanggungannya. 4. Kebutuhan-Kebutuhan Ekonomi Asy-Syaibani mengatakan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan anak- anak Adam sebagai suatu ciptaan yang tubuhnya tidak akan berdiri kecuali dengan empat perkara, yaitu makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal.22 Para ekonom yang lain mengatakan bahwa keempat hal ini adalah tema ilmu ekonomi. Jika keempat hal tersebut tidak pernah diusahakan untuk dipenuhi, ia akan masuk neraka karena manusia tidak akan dapat hidup tanpa keempat hal tersebut.23 20 Ibid., h. 41. 21 Ibid., h. 45. 22 Ibid., h. 47. 23 Ibid., h. 48. 195
  • 8. Pemikiran Ekonomi Asy-Syaibani 5. Spesialisasi dan Distribusi Pekerjaan Asy-Syaibani menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan yang lain. Seseorang tidak akan menguasai pengetahuan semua hal yang dibutuhkan sepanjang hidupnya dan, kalaupun manusia berusaha keras, usia akan membatasinya diri manusia. Dalam hal ini, kemaslahatan hidup manusia sangat tergantung padanya. Oleh karena itu, Allah swt memberi kemudahan pada setiap orang untuk menguasai pengetahuan salah satu di antaranya, sehingga manusia dapat bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.24 Firman Allah swt: “… Dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat… “ (Surat az-Zukhruf/43:32) Lebih lanjut, asy-Syaibani menandaskan bahwa seorang yang fakir membutuhkan orang kaya sedangkan yang kaya membutuhkan tenaga orang miskin. Dari hasil tolong-menolong tersebut, manusia akan semakin mudah dalam menjalankan aktivitas ibadah kepada-Nya.25 Dalam konteks demikian, Allah swt berfirman, "… Dan saling menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan ketakwaan… " (Al-Maidah/5:2) Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah swt selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya tersebut menolong saudara muslimnya". (HR. Bukhari- Muslim) Lebih jauh, asy-Syaibani menyatakan bahwa apabila seseorang bekerja dengan niat melaksanakan ketaatan kepada-Nya atau membantu saudaranya untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya, pekerjaannya tersebut niscaya akan diberi ganjaran sesuai dengan niatnya.26 Dengan demikian, distribusi pekerjaan seperti di atas merupakan objek ekonomi yang mempunyai dua aspek secara bersamaan, yaitu aspek relijius dan aspek ekonomis. 24 Ibid., h. 47. 25 Ibid., h. 48. 26 Ibid. 196