Makalah ini sebagai tugas untuk memenuhi mata kuliah belajar dan pembelajaran . Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermaknanya , sehingga ketika seseorang berlajar bermakna maka dia tidak akan mudah lupa dan lebih memahami apa yang sudah dia pelajari.
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Makalah Teori Ausubel
1. MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TEORI AUSUBEL
DOSEN PEMBIMBING
Dr. Hapizah, S.Pd M.T.
DISUSUN OLEH
BELLA TIMORTI PERTIWI 06081381520033
IRA MARION 06081281520064
LARA MAYANGSARI 06081381520030
RENO SUTRIONO 06081381520044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016/2017
2. 1
TEORI AUSUBEL
PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri manusia. Kegiatan belajar
sangat dipengaruhi bermacam-macam faktor.Metode dan strategi belajar sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran.Keberhasilan siswa mencapai suatu tahap hasil belajar
memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap selanjutnya.Strategi
pembelajaran tidak terlepas dari teori belajar yang dihasilkan oleh pakar-pakar
pendidikan.Teori belajar yang bersumber dari pakar pendidikan atau pakar psikologi
pendidikan banyak macamnya.Seperti teori pembelajaran David Ausubel.
PEMBAHASAN
1. Teori Belajar Ausubel
a. Belajar Menurut Ausebel
Ausubel mengklasifikasikan belajar kedalam dua demensi sebagai berikut:
1) Demensi-1, tentang cara penyajian informasi atau materi kepada siswa.Demensi ini
meliputi belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalambentuk final dan
belajar penemuan yang mengharuskan siswa untukmenemukan sendiri sebagian atau
seluruh materi yang diajarkan.
2) Demensi-2, tentang cara siswa mengkaitkan materi yang diberikan denganstruktur
kognitif yang telah dimilikinya. Jika siswa dapat menghubungkan ataumengkaitkan
informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya makadikatakan terjadi belajar
bermakna.Tetapi jika siswa menghafalkan informasibaru tanpa menghubungkan
pada konsep yang telah ada dalam strukturkognitifnya maka dikatakan terjadi belajar
hafalan.
Kedua demensi ini merupakan suatu kontinum. Novak (dalam Dahar, 1988: 136)
memperlihatkan gambar sebagai berikut:
3. 2
Belajar Bermakna Menjelaskan
hubungan antara
konsep-konsep
Pengajaran Audio
Tutorial
Penelitian Ilmiah
Penyajian Melalui
Ceramah atau buku
pelajaran
Kegiatan di
laboratorium
sekolah
Sebagian besar
penelitian rutin atau
produksi intelektual
Belajar Hafalan Daftar Perkalian Menerapkan
rumus-rumus untuk
memecahkan
masalah
Pemecahan dengan
coba-coba
Belajar Penerimaan Belajar Penemuan
Terbimbing
Belajar Penemuan
Mandiri
Sepanjang kontinum mendaftar terdapat dari kiri ke kanan berkurangnya
belajarpenerimaan dan bertambahnya belajar penemuan, sedangkan sepanjang
kontinum vertical terdapat dari bawah ke atas berkurangnya belajar hafalan dan
bertambahnya belajar bermakna
Dari gambar diatas dapat dikatakan bahwa belajar penerimaan yang bermakna
dapatdilakukan dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep, sedangkan
belajar penemuan yang masih berupa hafalan apabila belajar dilakukan dengan
pemecahan masalah secara coba-coba. Belajar penemuan yang bermakna hanyalah
terjadi pada penelitian ilmiah.
Dalam teori belajar terdapat 2 aliran yaitu aliran psikologi tingkah laku dan
aliran psikologi kognitif.Teori Ausubel termasuk kedalam aliran psikologi tingkah
laku.Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan
sebelum belajar dimulai.
Belajar Bermakna (Meaningfull Learning)
Belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari peserta didik
disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta
didik itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimilikinya. Sehingga peserta didik menjadi kuat ingatannya dan transfer belajarnya
4. 3
mudah dicapai. Struktur kognitif dapat berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun
generalisasi yang telah diperoleh atau bahkan dipahami sebelumnya oleh siswa.
Belajar Menghafal (Rote Learning)
Bila struktur kognitif yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka
informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu
bila seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali
tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahui sebelumnya.
Pada belajar menghafal, siswa menghafal materi yang sudah diterimanya, tetapi
pada belajar bermakna materi yang diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain
sehingga belajar lebih dimengerti. Selanjutnya bahwa Ausubel mengemukan bahwa
metode ekspositori adalah metode mengajar yang baik dan bermakna.Hal ini
dikemukan berdasarkan hasil penelitiannya.Belajar menerima maupun menemukan
sama-sama dapat berupa belajar menghafal atau bermakna. Misalnya dalam
mempelajari konsep Phytagoras tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk akhir c2=
b2+ a2 sudah disajikan, tetapi jika siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan dengan
sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku akan lebih bermakna.
Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke
dalam skema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat
memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar
ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori Belajar bermakna Ausuble
ini sangat dekat dengan Konstruktivesme.Keduanya menekankan pentingnya pelajar
mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem
pengertian yang telah dimilikinya.Keduanya menekankan pentingnya asimilasi
pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa.
Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
Empat Tipe Belajar Ausubel
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik.Peserta
didik itu kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur
kognitif yang dimiliki.Misalnya peserta didik diminta menemukan sifat-sifat suatu
5. 4
bujur sangkar.Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki, seperti sifat-
sifat persegi panjang, peserta didik dapat menemukan sendiri sifat-sifat bujur
sangkar tersebut.
2. Belajar dengan penemuan tidak bermakna
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik,
kemudian ia menghafalnya. Misalnya, peserta didik menemukan sifat-sifat bujur
sangkar tanpa bekal pengetahuan sifat-sifat geometri yang berkaitan dengan
segiempat dengan sifat-sifatnya, yaitu dengan penggaris dan jangka.Dengan alat-
alat ini diketemukan sifat-sifat bujur sangkar dan kemudian dihafalkan.
3. Belajar menerima yang bermakna
Informasi yang telah tersusun secara logis di sajikan kepada peserta didik
dalam bentuk final/ akhir, peserta didik kemudian menghubungkan pengetahuan
yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya peserta didik akan
mempelajari akar-akar persamaan kuadrat. Pengajar mempersiapkan bahan-bahan
yang akan diberikan yang susunannya diatur sedemikian rupa sehingga materi
persamaan kuadrat tersebut dengan mudah tertanam ke dalam konsep persamaan
yang sudah dimiliki peserta didik. Karena pengertian persamaan lebih inklusif dari
pada persamaan kuadrat, materi persamaan tersebut dapat dipelajari peserta didik
secara bermakna.
4. Belajar menerima yang tidak bermakna
Dari setiap tipe bahan yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk
final.Peserta didik tersebut kemudian menghafalkannya.Bahan yang disajikan tadi
tanpa memperhatikan pengetahuan yang dimiliki peserta didik.
Prasyarat Belajar Bermakna
a. Kondisi dan sikap peserta didik terhadap tugas, hendaknya bersesuaian dengan
intensi peserta didik. Apabila peserta didik melaksanakan tugas dengan sikap bahwa ia
ingin memahami bahan pelajaran dan mengaplikasikan bahan baru serta
menghubungkan bahan pelajaran yang terdahulu, dikatakan peserta didik itu belajar
bahan baru dengan cara yang bermakna. Sebaliknya bila peserta didik itu tidak
berkehendak mengaitkan bahan yang dipelajari dengan informasi yang dimiliki, maka
6. 5
belajar itu tidak bermakna. Demikianlah banyak peserta didik yang tidak berusaha
mengerti matematika, cenderung mengalami kegagalan dan akhirnya membenci
matematika.
b. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan struktur kognitif
peserta didik sehingga peserta didik tersebut dapat mengasimilasi bahan baru secara
bermakna. Belajar bermakna pada tahap mula-mula memberikan pengertian kepada
bahan baru sehingga bahan baru itu akan terserap dan kemudian diingat peserta didik.
Ia tidak menghafal asosiasi stimulus-respon yang terpisah-pisah.
c. Tugas-tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual
peserta didik. Peserta didik yang masih di dalam periode operasi konkrit, bila diberi
bahan materi matematika yang abstrak tanpa contoh-contoh konkrit dari materi
tersebut, akan mengakibatkan peserta didik itu tidak mempunyai keinginan materi
tersebut secara bermakna. Dengan demikian peserta hanya menghafal pelajaran tadi
tanpa pengertian sehingga peserta didik mempelajari matematika dengan pernyataan-
pernyataan herbal yang tidak cermat dan tepat.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel
adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu
bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan
validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam
struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi.
Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih
dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya
jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur
kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.
Beberapa Prinsip dalam teori belajar Ausubel
1. Advance Organizer
Advance Organizer mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan
mengingatkan siswa pada materi sebelumnya yang dapat digunakan dalam membantu
menanamkan pengetahuan baru. Advance Organizer dapat dianggap merupakan suatu
pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru (Dahar, 1988: 144)
2. Diferensiasi Progresif
Selama belajar bermakna berlangsung perlu terjadi pengembangan konsep dari
umum ke khusus.Dengan strategi ini guru mengajarkan konsep mulai dari konsep yang
7. 6
paling inklusif, kemudian kurang inklusif dan selanjutnya hal-hal yang khusus seperti
contoh-contoh setiap konsep. Sehubungan dengan ini dikatakan Sulaiman (1988:203)
bahwa diferensiasi progresif adalah cara mengembangkan pokok bahasan melalui
penguraian bahan secara heirarkis sehingga setiap bagian dapat dipelajari secara
terpisah dari satu kesatuan yang besar
3. Belajar Superordinat
Belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas. Dinyatakan
Dahar, (1988:148) bahwa belajar superorninat tidak dapat terjadi disekolah, sebab
sebagian besar guru-guru dan buku-buku teks mulai dengan konsep-konsep yang lebih
inklusif
4. Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif)
Menurut Ausubel (Dahar, 1988: 148), selain urutan menurut diferensiasi progresif
yang harus diperhatikan dalam mengajar, juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-
konsep baru dihubungkan dengan konsep-konsep yang superordinat. Guru harus
memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dibandingkan dan
dipertentangkan dengan artiarti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-
konsep yang tingkatannya lebih tinggi mengambil arti baru. Untuk mencapai
penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa hingga
dapat digerakkan hierarki-heirarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi
disajikan. Guru dapat mulai dengan konsepkonsep yang paling umum, tetapi perlu
diperlihatkan keterkaitan konsep-konsep subordinat dan kemudian bergerak kembali
melalui contoh-contoh ke arti-arti baru bagi konsep-konsep yang tingkatannya lebih
tinggi
2. Cara Menerapkan Teori Belajar Ausubel
Untuk menerapkan teori belajar Ausubel, Dadang Sulaiman menyarankan agar
menggunakan dua fase yaitu fase perencanan dan fase pelaksanaan.Fase perencanaan terdiri
dari menetapkan tujuan pembelajaran, mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa,
membuat struktur materi dan memformulasikan advance organizer.Fase pelaksanakan terdiri
dariAdvance organizer, diferensiasi progresif dan rekonsiliasi integrative.
a. Fase Perencanaan
1. Menetapkan Tujuan Pembelajaran
8. 7
Tahapan pertama dalam kegiatan perencanaan adalah menetapkan tujuan
pembelajaran. Model Ausubel inidapat digunakan untuk mengajarkan hubungan
antara konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi. Sebagaimana dikatakan
Sulaiman (1988: 199), bahwa model Ausubel tidak dirancang untuk mengajarkan
konsep atau generalisasi, melainkan untuk mengajarkan “Organized bodies of
content”yang memuat bermacam konsep dan generalisasi
2. Mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa
Model Ausubel ini meskipun dirancang untuk mengajarkan hubungan antar
konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi dan tidak untuk mengajarkan bentuk
materi pengajaran itu sendiri, tetapi cukup fleksibel untuk dipakai mengajarkan
konsep dan generalisasi, dengan syarat guru harus menyadari latar belakang
pengetahuan siswa. Efektivitas penggunaan model ini akan sangat tergantung pada
sensitivitas guru terhadap latar belakang pengetahuan siswa, pengalaman siswa dan
struktur pengetahuan siswa. Latar belakang pengetahuan siswa dapat diketahui
melalui pretes, diskusi atau pertanyaan
3. Membuat struktur materi
Membuat struktur materi secara hierarkis merupakan salah satu pendukung
untuk melakukan rekonsiliasi integratif dari teori Ausubel
4. Memformulasikan Advance Organizer
Menurut Eggen(1979: 277), Advance organizer dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu: a) mengkaitkan atau menghubungkan materi pelajaran dengan struktur
pengetahuan siswa, b) mengorganisasikan materi yang dipelajari siswa.
Terdapat tiga macam organizer, yaitu definisi konsep, generalisasi dan analogi
a. Definisi konsep dapat merupakan organizer materi yang bermakna, bila materi
tersebut merupakan bahan pengajaran baru atau tidak dikenal oleh siswa. Untuk kemudahan
siswa, guru sebaiknya mengusahakan agar definisi dibuat dalam terminalogi yang dikenal
siswa.
b. Generalisasi berguna untuk meringkas sejumlah informasi
c. Analogi merupakan advance organizer yang paling efektif karena seringkali sesuai
dengan latar belakang siswa. Nilai analogi sebagai advance organizer tergantung pada dua
factor yaitu(1)penguasaan atau pengetahuan siswa terhadap analogi itu, (2) tingkat saling
menunjang antara gagasan yangdiajarkan dengan analogi yang digunakan. Dengan analogi,
motif dan minat siswa lebih baik dibandingkan dengan generalisasi dan definisi konsep
9. 8
b. Fase Pelaksanaan
Setelah fase perencanaan, guru menyiapkan pelaksanaan dari model Ausubel
ini.Untuk menjaga agar siswa tidak pasif miaka guru harus dapat mempertahankan
adanya interaksi dengan siswa melalui tanya jawab, memberi contoh perbandingan dan
sebaginya berkaitan dengan ide yang disampaikan saat itu. Guru hendaknya mulai
dengan advance organizer dan menggunakannya hingga akhir pelajaran sebagai
pedoman untuk mengembangkan bahan pengajaran. Langkah berikutnya adalah
menguraikan pokok-pokok bahan menjadi lebihterperinci melalui diferensiasi
progresif.Setelah guru yakin bahwa siswa mengerti akan konsep yang disajikan maka
ada dua pilihan langkah berikutnya yaitu:1) menghubungkan atau membandingkan
konsep-konsep itu melalui rekonsiliasi integratif, atau 2) melanjutkan dengan
difernsiasi progresif sehingga konsep tersebut menjadi lebih luas,
Kelebihan dan Kelemahan Belajar Bermakna
Ada tiga kelebihan dari belajar bermakna yaitu :
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
2. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya
untuk materi pelajaran yang mirip.
3. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip
walaupun telah terjadi lupa.
Kelemahan Belajar Bermakna :
1. Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
2. Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal
yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya maka baik proses maupun
hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama
sekali baginya.
3. Pendekatan dan Metode yang Dapat Digunakan
10. 9
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari hal yang umum
menjadi kasus yang khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme.Ini terdiri dari 2 macam
pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi).Kedua pernyataan
pendukung silogisme disebut premis (hipotesis) yang dibedakan menjadi premis
mayor dan premis minor.Kesimpulan diperoleh sebagai hasil penalaran deduktif
berdasarkan macam premis itu.
Mengajarkan konsep dengan pendekatan deduktif dimulai dengan contoh-
contoh yang dapat diberikan oleh guru atau dicari oleh murid.Karena itu, guru harus
dapat memperkirakan pendekatan mana sebaiknya yang dipakai untuk mengajarkan
bahan tertentu di suatu kelas.Ada baiknya, para guru matematika sewaktu-waktu
bertukar pendapat mengenai pendekatan yang lebih cocok dipakai untuk mengajarkan
bahan tertentu di suatu kelas berdasarkan pengalaman.Fakta yang diperoleh dari
pengalaman merupakan salah suatu sumber pengetahuan.
Metode Ekspositori
Metode Ekspositori pada mulanya dikenal sebagai metode pembelajaran yang
berpusat di guru, siswa tidak banyak aktif dalam interaksi antara guru dan murid.
Kemudian Ekspositori berkembang menjadi suatu cara pembelajaran dimana
dominasi guru berkurang, siswa menjadi aktif sehingga pusat pembelajaran ada pada
siswa. Metode Ekspositori adalah metode terpadu terdiri dari metode informasi,
metode demonstrasi, metode tanya jawab, metode latihan dan pada akhir pelajaran
diberikan tugas. Prosedur yang digunakan dalam menerapkan metode ekspositori
dalam pembelajaran matematika yaitu:
a. Guru memberikan informasi materi yang dibahas dengan metode ceramah,
kemudian memberikan uraian dan contoh soal yang dikerjakan di papan tulis secara
interaktif dan komunikatif dengan metode demonstrasi. Kemudian guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dengan metode tanya jawab. Lalu mereka
mengerjakan soal yang diberikan guru sambil guru berkeliling memeriksa pekerjaan
siswa. Salah seorang ditugaskan mengerjakan soal di papan tulis.
b. Guru memberikan rangkuman yang bisa ditugaskan kepada siswa untuk membuat
rangkumannya, atau guru yang membuat rangkuman atau guru bersama-sama siswa
membuat rangkuman.
Keunggulan:
11. 10
A. Tepat untuk pemahaman konsep. Operasional, produseral, fakta, keterampilan.
B. Siswa aktif dan senang belakar matematika ketika latihan berkelompok mengerjakan
soal yang diberikan guru atau soal dari buku paket.
C. Guru termotivasi untuk aktif membimbing dalam latihan berkelompok.
Kelemahan:
A. Kecendrungan guru yang berperan dalam proses pembelajaran.
B. Siswa segan mengemukakan pendapat atau bertanya ketika selesai penyajian.
C. Siswa malu maju kemuka ketika diminta guru untuk menyelesaikan soal di papan
tulis.
KESIMPULAN
Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori pembelajaran
yang menjadi dasar dalam cooperative learning.Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
12. 11
belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan
pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.Teori Belajar
bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme.Keduanya menekankan
pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam
sistem pengertian yang telah dipunyai.Keduanya menekankan pentingnya asimilasi
pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya
mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan
hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat
menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi
siswa.
13. 12
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, A., & Muhlisrarini. (2014). Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta:
Rajawali Press.
Amini, U. (2013, Agustus 11). Retrieved Agusutus 16, 2016, from Academia:
https://www.academia.edu/8176305/Teori_Kognitif_Menurut_David_Ausubel
ARIYANTO. (n.d.). PENERAPAN TEORI AUSUBEL PADAPEMBELAJARAN POKOK
BAHASAN.,(pp. 55-64). Surakarta.
Jainuri, M. (2013, Maret 15). Retrieved Agustus 16, 2016, from Academia:
https://www.academia.edu/7216172/Psikologi_Tingkah_Laku_VS_Psikologi_Kognitif
MatchVirgo, L. (2012, Juni 19). Retrieved Agustus 16, 2016, from Academia:
https://www.academia.edu/16610474/Psikologi_Pembelajaran_Matematika