SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TEORI AUSUBEL
DOSEN PEMBIMBING
Dr. Hapizah, S.Pd M.T.
DISUSUN OLEH
BELLA TIMORTI PERTIWI 06081381520033
IRA MARION 06081281520064
LARA MAYANGSARI 06081381520030
RENO SUTRIONO 06081381520044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016/2017
1
TEORI AUSUBEL
PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri manusia. Kegiatan belajar
sangat dipengaruhi bermacam-macam faktor.Metode dan strategi belajar sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran.Keberhasilan siswa mencapai suatu tahap hasil belajar
memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap selanjutnya.Strategi
pembelajaran tidak terlepas dari teori belajar yang dihasilkan oleh pakar-pakar
pendidikan.Teori belajar yang bersumber dari pakar pendidikan atau pakar psikologi
pendidikan banyak macamnya.Seperti teori pembelajaran David Ausubel.
PEMBAHASAN
1. Teori Belajar Ausubel
a. Belajar Menurut Ausebel
Ausubel mengklasifikasikan belajar kedalam dua demensi sebagai berikut:
1) Demensi-1, tentang cara penyajian informasi atau materi kepada siswa.Demensi ini
meliputi belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalambentuk final dan
belajar penemuan yang mengharuskan siswa untukmenemukan sendiri sebagian atau
seluruh materi yang diajarkan.
2) Demensi-2, tentang cara siswa mengkaitkan materi yang diberikan denganstruktur
kognitif yang telah dimilikinya. Jika siswa dapat menghubungkan ataumengkaitkan
informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya makadikatakan terjadi belajar
bermakna.Tetapi jika siswa menghafalkan informasibaru tanpa menghubungkan
pada konsep yang telah ada dalam strukturkognitifnya maka dikatakan terjadi belajar
hafalan.
Kedua demensi ini merupakan suatu kontinum. Novak (dalam Dahar, 1988: 136)
memperlihatkan gambar sebagai berikut:
2
Belajar Bermakna Menjelaskan
hubungan antara
konsep-konsep
Pengajaran Audio
Tutorial
Penelitian Ilmiah
Penyajian Melalui
Ceramah atau buku
pelajaran
Kegiatan di
laboratorium
sekolah
Sebagian besar
penelitian rutin atau
produksi intelektual
Belajar Hafalan Daftar Perkalian Menerapkan
rumus-rumus untuk
memecahkan
masalah
Pemecahan dengan
coba-coba
Belajar Penerimaan Belajar Penemuan
Terbimbing
Belajar Penemuan
Mandiri
Sepanjang kontinum mendaftar terdapat dari kiri ke kanan berkurangnya
belajarpenerimaan dan bertambahnya belajar penemuan, sedangkan sepanjang
kontinum vertical terdapat dari bawah ke atas berkurangnya belajar hafalan dan
bertambahnya belajar bermakna
Dari gambar diatas dapat dikatakan bahwa belajar penerimaan yang bermakna
dapatdilakukan dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep, sedangkan
belajar penemuan yang masih berupa hafalan apabila belajar dilakukan dengan
pemecahan masalah secara coba-coba. Belajar penemuan yang bermakna hanyalah
terjadi pada penelitian ilmiah.
Dalam teori belajar terdapat 2 aliran yaitu aliran psikologi tingkah laku dan
aliran psikologi kognitif.Teori Ausubel termasuk kedalam aliran psikologi tingkah
laku.Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan
sebelum belajar dimulai.
 Belajar Bermakna (Meaningfull Learning)
Belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari peserta didik
disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta
didik itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimilikinya. Sehingga peserta didik menjadi kuat ingatannya dan transfer belajarnya
3
mudah dicapai. Struktur kognitif dapat berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun
generalisasi yang telah diperoleh atau bahkan dipahami sebelumnya oleh siswa.
 Belajar Menghafal (Rote Learning)
Bila struktur kognitif yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka
informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu
bila seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali
tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahui sebelumnya.
Pada belajar menghafal, siswa menghafal materi yang sudah diterimanya, tetapi
pada belajar bermakna materi yang diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain
sehingga belajar lebih dimengerti. Selanjutnya bahwa Ausubel mengemukan bahwa
metode ekspositori adalah metode mengajar yang baik dan bermakna.Hal ini
dikemukan berdasarkan hasil penelitiannya.Belajar menerima maupun menemukan
sama-sama dapat berupa belajar menghafal atau bermakna. Misalnya dalam
mempelajari konsep Phytagoras tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk akhir c2=
b2+ a2 sudah disajikan, tetapi jika siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan dengan
sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku akan lebih bermakna.
Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke
dalam skema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat
memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar
ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori Belajar bermakna Ausuble
ini sangat dekat dengan Konstruktivesme.Keduanya menekankan pentingnya pelajar
mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem
pengertian yang telah dimilikinya.Keduanya menekankan pentingnya asimilasi
pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa.
Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
Empat Tipe Belajar Ausubel
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik.Peserta
didik itu kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur
kognitif yang dimiliki.Misalnya peserta didik diminta menemukan sifat-sifat suatu
4
bujur sangkar.Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki, seperti sifat-
sifat persegi panjang, peserta didik dapat menemukan sendiri sifat-sifat bujur
sangkar tersebut.
2. Belajar dengan penemuan tidak bermakna
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik,
kemudian ia menghafalnya. Misalnya, peserta didik menemukan sifat-sifat bujur
sangkar tanpa bekal pengetahuan sifat-sifat geometri yang berkaitan dengan
segiempat dengan sifat-sifatnya, yaitu dengan penggaris dan jangka.Dengan alat-
alat ini diketemukan sifat-sifat bujur sangkar dan kemudian dihafalkan.
3. Belajar menerima yang bermakna
Informasi yang telah tersusun secara logis di sajikan kepada peserta didik
dalam bentuk final/ akhir, peserta didik kemudian menghubungkan pengetahuan
yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya peserta didik akan
mempelajari akar-akar persamaan kuadrat. Pengajar mempersiapkan bahan-bahan
yang akan diberikan yang susunannya diatur sedemikian rupa sehingga materi
persamaan kuadrat tersebut dengan mudah tertanam ke dalam konsep persamaan
yang sudah dimiliki peserta didik. Karena pengertian persamaan lebih inklusif dari
pada persamaan kuadrat, materi persamaan tersebut dapat dipelajari peserta didik
secara bermakna.
4. Belajar menerima yang tidak bermakna
Dari setiap tipe bahan yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk
final.Peserta didik tersebut kemudian menghafalkannya.Bahan yang disajikan tadi
tanpa memperhatikan pengetahuan yang dimiliki peserta didik.
Prasyarat Belajar Bermakna
a. Kondisi dan sikap peserta didik terhadap tugas, hendaknya bersesuaian dengan
intensi peserta didik. Apabila peserta didik melaksanakan tugas dengan sikap bahwa ia
ingin memahami bahan pelajaran dan mengaplikasikan bahan baru serta
menghubungkan bahan pelajaran yang terdahulu, dikatakan peserta didik itu belajar
bahan baru dengan cara yang bermakna. Sebaliknya bila peserta didik itu tidak
berkehendak mengaitkan bahan yang dipelajari dengan informasi yang dimiliki, maka
5
belajar itu tidak bermakna. Demikianlah banyak peserta didik yang tidak berusaha
mengerti matematika, cenderung mengalami kegagalan dan akhirnya membenci
matematika.
b. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan struktur kognitif
peserta didik sehingga peserta didik tersebut dapat mengasimilasi bahan baru secara
bermakna. Belajar bermakna pada tahap mula-mula memberikan pengertian kepada
bahan baru sehingga bahan baru itu akan terserap dan kemudian diingat peserta didik.
Ia tidak menghafal asosiasi stimulus-respon yang terpisah-pisah.
c. Tugas-tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual
peserta didik. Peserta didik yang masih di dalam periode operasi konkrit, bila diberi
bahan materi matematika yang abstrak tanpa contoh-contoh konkrit dari materi
tersebut, akan mengakibatkan peserta didik itu tidak mempunyai keinginan materi
tersebut secara bermakna. Dengan demikian peserta hanya menghafal pelajaran tadi
tanpa pengertian sehingga peserta didik mempelajari matematika dengan pernyataan-
pernyataan herbal yang tidak cermat dan tepat.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel
adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu
bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan
validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam
struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi.
Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih
dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya
jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur
kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.
Beberapa Prinsip dalam teori belajar Ausubel
1. Advance Organizer
Advance Organizer mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan
mengingatkan siswa pada materi sebelumnya yang dapat digunakan dalam membantu
menanamkan pengetahuan baru. Advance Organizer dapat dianggap merupakan suatu
pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru (Dahar, 1988: 144)
2. Diferensiasi Progresif
Selama belajar bermakna berlangsung perlu terjadi pengembangan konsep dari
umum ke khusus.Dengan strategi ini guru mengajarkan konsep mulai dari konsep yang
6
paling inklusif, kemudian kurang inklusif dan selanjutnya hal-hal yang khusus seperti
contoh-contoh setiap konsep. Sehubungan dengan ini dikatakan Sulaiman (1988:203)
bahwa diferensiasi progresif adalah cara mengembangkan pokok bahasan melalui
penguraian bahan secara heirarkis sehingga setiap bagian dapat dipelajari secara
terpisah dari satu kesatuan yang besar
3. Belajar Superordinat
Belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas. Dinyatakan
Dahar, (1988:148) bahwa belajar superorninat tidak dapat terjadi disekolah, sebab
sebagian besar guru-guru dan buku-buku teks mulai dengan konsep-konsep yang lebih
inklusif
4. Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif)
Menurut Ausubel (Dahar, 1988: 148), selain urutan menurut diferensiasi progresif
yang harus diperhatikan dalam mengajar, juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-
konsep baru dihubungkan dengan konsep-konsep yang superordinat. Guru harus
memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dibandingkan dan
dipertentangkan dengan artiarti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-
konsep yang tingkatannya lebih tinggi mengambil arti baru. Untuk mencapai
penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa hingga
dapat digerakkan hierarki-heirarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi
disajikan. Guru dapat mulai dengan konsepkonsep yang paling umum, tetapi perlu
diperlihatkan keterkaitan konsep-konsep subordinat dan kemudian bergerak kembali
melalui contoh-contoh ke arti-arti baru bagi konsep-konsep yang tingkatannya lebih
tinggi
2. Cara Menerapkan Teori Belajar Ausubel
Untuk menerapkan teori belajar Ausubel, Dadang Sulaiman menyarankan agar
menggunakan dua fase yaitu fase perencanan dan fase pelaksanaan.Fase perencanaan terdiri
dari menetapkan tujuan pembelajaran, mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa,
membuat struktur materi dan memformulasikan advance organizer.Fase pelaksanakan terdiri
dariAdvance organizer, diferensiasi progresif dan rekonsiliasi integrative.
a. Fase Perencanaan
1. Menetapkan Tujuan Pembelajaran
7
Tahapan pertama dalam kegiatan perencanaan adalah menetapkan tujuan
pembelajaran. Model Ausubel inidapat digunakan untuk mengajarkan hubungan
antara konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi. Sebagaimana dikatakan
Sulaiman (1988: 199), bahwa model Ausubel tidak dirancang untuk mengajarkan
konsep atau generalisasi, melainkan untuk mengajarkan “Organized bodies of
content”yang memuat bermacam konsep dan generalisasi
2. Mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa
Model Ausubel ini meskipun dirancang untuk mengajarkan hubungan antar
konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi dan tidak untuk mengajarkan bentuk
materi pengajaran itu sendiri, tetapi cukup fleksibel untuk dipakai mengajarkan
konsep dan generalisasi, dengan syarat guru harus menyadari latar belakang
pengetahuan siswa. Efektivitas penggunaan model ini akan sangat tergantung pada
sensitivitas guru terhadap latar belakang pengetahuan siswa, pengalaman siswa dan
struktur pengetahuan siswa. Latar belakang pengetahuan siswa dapat diketahui
melalui pretes, diskusi atau pertanyaan
3. Membuat struktur materi
Membuat struktur materi secara hierarkis merupakan salah satu pendukung
untuk melakukan rekonsiliasi integratif dari teori Ausubel
4. Memformulasikan Advance Organizer
Menurut Eggen(1979: 277), Advance organizer dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu: a) mengkaitkan atau menghubungkan materi pelajaran dengan struktur
pengetahuan siswa, b) mengorganisasikan materi yang dipelajari siswa.
Terdapat tiga macam organizer, yaitu definisi konsep, generalisasi dan analogi
a. Definisi konsep dapat merupakan organizer materi yang bermakna, bila materi
tersebut merupakan bahan pengajaran baru atau tidak dikenal oleh siswa. Untuk kemudahan
siswa, guru sebaiknya mengusahakan agar definisi dibuat dalam terminalogi yang dikenal
siswa.
b. Generalisasi berguna untuk meringkas sejumlah informasi
c. Analogi merupakan advance organizer yang paling efektif karena seringkali sesuai
dengan latar belakang siswa. Nilai analogi sebagai advance organizer tergantung pada dua
factor yaitu(1)penguasaan atau pengetahuan siswa terhadap analogi itu, (2) tingkat saling
menunjang antara gagasan yangdiajarkan dengan analogi yang digunakan. Dengan analogi,
motif dan minat siswa lebih baik dibandingkan dengan generalisasi dan definisi konsep
8
b. Fase Pelaksanaan
Setelah fase perencanaan, guru menyiapkan pelaksanaan dari model Ausubel
ini.Untuk menjaga agar siswa tidak pasif miaka guru harus dapat mempertahankan
adanya interaksi dengan siswa melalui tanya jawab, memberi contoh perbandingan dan
sebaginya berkaitan dengan ide yang disampaikan saat itu. Guru hendaknya mulai
dengan advance organizer dan menggunakannya hingga akhir pelajaran sebagai
pedoman untuk mengembangkan bahan pengajaran. Langkah berikutnya adalah
menguraikan pokok-pokok bahan menjadi lebihterperinci melalui diferensiasi
progresif.Setelah guru yakin bahwa siswa mengerti akan konsep yang disajikan maka
ada dua pilihan langkah berikutnya yaitu:1) menghubungkan atau membandingkan
konsep-konsep itu melalui rekonsiliasi integratif, atau 2) melanjutkan dengan
difernsiasi progresif sehingga konsep tersebut menjadi lebih luas,
Kelebihan dan Kelemahan Belajar Bermakna
Ada tiga kelebihan dari belajar bermakna yaitu :
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
2. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya
untuk materi pelajaran yang mirip.
3. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip
walaupun telah terjadi lupa.
Kelemahan Belajar Bermakna :
1. Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
2. Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal
yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya maka baik proses maupun
hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama
sekali baginya.
3. Pendekatan dan Metode yang Dapat Digunakan
9
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari hal yang umum
menjadi kasus yang khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme.Ini terdiri dari 2 macam
pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi).Kedua pernyataan
pendukung silogisme disebut premis (hipotesis) yang dibedakan menjadi premis
mayor dan premis minor.Kesimpulan diperoleh sebagai hasil penalaran deduktif
berdasarkan macam premis itu.
Mengajarkan konsep dengan pendekatan deduktif dimulai dengan contoh-
contoh yang dapat diberikan oleh guru atau dicari oleh murid.Karena itu, guru harus
dapat memperkirakan pendekatan mana sebaiknya yang dipakai untuk mengajarkan
bahan tertentu di suatu kelas.Ada baiknya, para guru matematika sewaktu-waktu
bertukar pendapat mengenai pendekatan yang lebih cocok dipakai untuk mengajarkan
bahan tertentu di suatu kelas berdasarkan pengalaman.Fakta yang diperoleh dari
pengalaman merupakan salah suatu sumber pengetahuan.
Metode Ekspositori
Metode Ekspositori pada mulanya dikenal sebagai metode pembelajaran yang
berpusat di guru, siswa tidak banyak aktif dalam interaksi antara guru dan murid.
Kemudian Ekspositori berkembang menjadi suatu cara pembelajaran dimana
dominasi guru berkurang, siswa menjadi aktif sehingga pusat pembelajaran ada pada
siswa. Metode Ekspositori adalah metode terpadu terdiri dari metode informasi,
metode demonstrasi, metode tanya jawab, metode latihan dan pada akhir pelajaran
diberikan tugas. Prosedur yang digunakan dalam menerapkan metode ekspositori
dalam pembelajaran matematika yaitu:
a. Guru memberikan informasi materi yang dibahas dengan metode ceramah,
kemudian memberikan uraian dan contoh soal yang dikerjakan di papan tulis secara
interaktif dan komunikatif dengan metode demonstrasi. Kemudian guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dengan metode tanya jawab. Lalu mereka
mengerjakan soal yang diberikan guru sambil guru berkeliling memeriksa pekerjaan
siswa. Salah seorang ditugaskan mengerjakan soal di papan tulis.
b. Guru memberikan rangkuman yang bisa ditugaskan kepada siswa untuk membuat
rangkumannya, atau guru yang membuat rangkuman atau guru bersama-sama siswa
membuat rangkuman.
Keunggulan:
10
A. Tepat untuk pemahaman konsep. Operasional, produseral, fakta, keterampilan.
B. Siswa aktif dan senang belakar matematika ketika latihan berkelompok mengerjakan
soal yang diberikan guru atau soal dari buku paket.
C. Guru termotivasi untuk aktif membimbing dalam latihan berkelompok.
Kelemahan:
A. Kecendrungan guru yang berperan dalam proses pembelajaran.
B. Siswa segan mengemukakan pendapat atau bertanya ketika selesai penyajian.
C. Siswa malu maju kemuka ketika diminta guru untuk menyelesaikan soal di papan
tulis.
KESIMPULAN
Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori pembelajaran
yang menjadi dasar dalam cooperative learning.Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
11
belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan
pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.Teori Belajar
bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme.Keduanya menekankan
pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam
sistem pengertian yang telah dipunyai.Keduanya menekankan pentingnya asimilasi
pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya
mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan
hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat
menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi
siswa.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, A., & Muhlisrarini. (2014). Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta:
Rajawali Press.
Amini, U. (2013, Agustus 11). Retrieved Agusutus 16, 2016, from Academia:
https://www.academia.edu/8176305/Teori_Kognitif_Menurut_David_Ausubel
ARIYANTO. (n.d.). PENERAPAN TEORI AUSUBEL PADAPEMBELAJARAN POKOK
BAHASAN.,(pp. 55-64). Surakarta.
Jainuri, M. (2013, Maret 15). Retrieved Agustus 16, 2016, from Academia:
https://www.academia.edu/7216172/Psikologi_Tingkah_Laku_VS_Psikologi_Kognitif
MatchVirgo, L. (2012, Juni 19). Retrieved Agustus 16, 2016, from Academia:
https://www.academia.edu/16610474/Psikologi_Pembelajaran_Matematika

More Related Content

What's hot

20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 120 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1Rahma Siska Utari
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE DISCOVERY (Anggy Dwi Sri Wahyuni 0903667)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE DISCOVERY (Anggy Dwi Sri Wahyuni 0903667)PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE DISCOVERY (Anggy Dwi Sri Wahyuni 0903667)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE DISCOVERY (Anggy Dwi Sri Wahyuni 0903667)Interest_Matematika_2011
 
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi PembelajaranSoal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi PembelajaranAndy Saputra
 
Pembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajar
Pembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajarPembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajar
Pembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajarLam RoNna
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapagus_budiarto
 
Soal soal problem-solving dan pembahasannya
Soal soal problem-solving dan pembahasannyaSoal soal problem-solving dan pembahasannya
Soal soal problem-solving dan pembahasannyaHyronimus Lado
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Arvina Frida Karela
 
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)Yoshiie Srinita
 
Bidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanBidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanIndra Arrohman
 
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media PembelajaranPertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajarandhea_nattasha
 
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematikaPendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematikaIrianto Aras
 
Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)
Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)
Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)Maskurinhs Maskurinhs
 
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8kreasi_cerdik
 
Contoh soal matematika kelas VIII semester 1
Contoh soal matematika kelas VIII semester 1Contoh soal matematika kelas VIII semester 1
Contoh soal matematika kelas VIII semester 1Halimirna Inha
 

What's hot (20)

Analisis vektor
Analisis vektorAnalisis vektor
Analisis vektor
 
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 120 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE DISCOVERY (Anggy Dwi Sri Wahyuni 0903667)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE DISCOVERY (Anggy Dwi Sri Wahyuni 0903667)PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE DISCOVERY (Anggy Dwi Sri Wahyuni 0903667)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE DISCOVERY (Anggy Dwi Sri Wahyuni 0903667)
 
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi PembelajaranSoal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
 
Iceberg sldv pmri
Iceberg sldv pmriIceberg sldv pmri
Iceberg sldv pmri
 
Pembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajar
Pembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajarPembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajar
Pembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajar
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkap
 
Lkpd barisan dan deret
Lkpd barisan dan deretLkpd barisan dan deret
Lkpd barisan dan deret
 
Soal soal problem-solving dan pembahasannya
Soal soal problem-solving dan pembahasannyaSoal soal problem-solving dan pembahasannya
Soal soal problem-solving dan pembahasannya
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
 
Bidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanBidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikan
 
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media PembelajaranPertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
 
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematikaPendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Contoh angket
Contoh angketContoh angket
Contoh angket
 
Teori Belajar Van Hiele
Teori Belajar Van HieleTeori Belajar Van Hiele
Teori Belajar Van Hiele
 
Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)
Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)
Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)
 
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
 
Contoh soal matematika kelas VIII semester 1
Contoh soal matematika kelas VIII semester 1Contoh soal matematika kelas VIII semester 1
Contoh soal matematika kelas VIII semester 1
 

Similar to Makalah Teori Ausubel

SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...Dadang DjokoKaryanto
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...Dadang DjokoKaryanto
 
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptxPembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptxRozaqFathur
 
JAWABAN MODUL 1.docx
JAWABAN MODUL 1.docxJAWABAN MODUL 1.docx
JAWABAN MODUL 1.docxNganjukSolid
 
Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktifPendekatan deduktif
Pendekatan deduktifSkyra Nsmn
 
Teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivisme
Teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivismeTeori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivisme
Teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivismeuniversitas negeri jember
 
Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Perbandingan antara Piagetianisme dan AusubelianismePerbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Perbandingan antara Piagetianisme dan AusubelianismeIndah KumaLa
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasanwindarti aja
 
PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA.pdf
PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA.pdfPEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA.pdf
PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA.pdfebenheserbessi31
 
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematikamatematikauntirta
 
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatMiskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatPuji Lestari
 

Similar to Makalah Teori Ausubel (20)

Kontruktivis
KontruktivisKontruktivis
Kontruktivis
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Ausubel
AusubelAusubel
Ausubel
 
Tokoh dan teori matematika
Tokoh dan teori matematika Tokoh dan teori matematika
Tokoh dan teori matematika
 
ausubel ppt
ausubel pptausubel ppt
ausubel ppt
 
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptxPembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
 
Prinsip
PrinsipPrinsip
Prinsip
 
JAWABAN MODUL 1.docx
JAWABAN MODUL 1.docxJAWABAN MODUL 1.docx
JAWABAN MODUL 1.docx
 
Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktifPendekatan deduktif
Pendekatan deduktif
 
Teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivisme
Teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivismeTeori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivisme
Teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivisme
 
TEORI KOGNITIVISME
TEORI KOGNITIVISMETEORI KOGNITIVISME
TEORI KOGNITIVISME
 
Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Perbandingan antara Piagetianisme dan AusubelianismePerbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
 
Teori belajar gestalt
Teori belajar gestaltTeori belajar gestalt
Teori belajar gestalt
 
Ppt sbm 3
Ppt sbm 3Ppt sbm 3
Ppt sbm 3
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasan
 
PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA.pdf
PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA.pdfPEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA.pdf
PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARANNYA.pdf
 
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
3. Pendekatan dan Model Pembelajaran Matematika
 
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatMiskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
 
Teori
TeoriTeori
Teori
 

More from Ira Marion

LKPD Soal Materi Bilangan Berpangkat Bulat Positif
LKPD Soal Materi Bilangan Berpangkat Bulat PositifLKPD Soal Materi Bilangan Berpangkat Bulat Positif
LKPD Soal Materi Bilangan Berpangkat Bulat PositifIra Marion
 
LKPD Prosedural Materi Bilangan Berpangkat Bulat Positif
LKPD Prosedural Materi Bilangan Berpangkat Bulat PositifLKPD Prosedural Materi Bilangan Berpangkat Bulat Positif
LKPD Prosedural Materi Bilangan Berpangkat Bulat PositifIra Marion
 
PPT Teori Ausubel
PPT Teori AusubelPPT Teori Ausubel
PPT Teori AusubelIra Marion
 
Artikel Pembelajaran Matematika Materi Segitiga Melalui Kooperatif Group to G...
Artikel Pembelajaran Matematika Materi Segitiga Melalui Kooperatif Group to G...Artikel Pembelajaran Matematika Materi Segitiga Melalui Kooperatif Group to G...
Artikel Pembelajaran Matematika Materi Segitiga Melalui Kooperatif Group to G...Ira Marion
 
PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut
PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut
PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut Ira Marion
 
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMP
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMPBahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMP
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMPIra Marion
 
RPP KD 3.3 Bilangan Berpangkat Kelas 7 SMP K13
RPP KD 3.3 Bilangan Berpangkat Kelas 7 SMP K13RPP KD 3.3 Bilangan Berpangkat Kelas 7 SMP K13
RPP KD 3.3 Bilangan Berpangkat Kelas 7 SMP K13Ira Marion
 

More from Ira Marion (7)

LKPD Soal Materi Bilangan Berpangkat Bulat Positif
LKPD Soal Materi Bilangan Berpangkat Bulat PositifLKPD Soal Materi Bilangan Berpangkat Bulat Positif
LKPD Soal Materi Bilangan Berpangkat Bulat Positif
 
LKPD Prosedural Materi Bilangan Berpangkat Bulat Positif
LKPD Prosedural Materi Bilangan Berpangkat Bulat PositifLKPD Prosedural Materi Bilangan Berpangkat Bulat Positif
LKPD Prosedural Materi Bilangan Berpangkat Bulat Positif
 
PPT Teori Ausubel
PPT Teori AusubelPPT Teori Ausubel
PPT Teori Ausubel
 
Artikel Pembelajaran Matematika Materi Segitiga Melalui Kooperatif Group to G...
Artikel Pembelajaran Matematika Materi Segitiga Melalui Kooperatif Group to G...Artikel Pembelajaran Matematika Materi Segitiga Melalui Kooperatif Group to G...
Artikel Pembelajaran Matematika Materi Segitiga Melalui Kooperatif Group to G...
 
PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut
PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut
PPT Materi Hubungan Garis dan Sudut
 
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMP
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMPBahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMP
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMP
 
RPP KD 3.3 Bilangan Berpangkat Kelas 7 SMP K13
RPP KD 3.3 Bilangan Berpangkat Kelas 7 SMP K13RPP KD 3.3 Bilangan Berpangkat Kelas 7 SMP K13
RPP KD 3.3 Bilangan Berpangkat Kelas 7 SMP K13
 

Recently uploaded

Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfEirinELS
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANGilangNandiaputri1
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanNesha Mutiara
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfsubki124
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriFarhanPerdanaRamaden1
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppthidayatn24
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945nrein671
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDsulistyaningsihcahyo
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGmamaradin
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)BashoriAlwi4
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa PemrogramanSaeranSaeran1
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfTeukuEriSyahputra
 

Recently uploaded (20)

Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 

Makalah Teori Ausubel

  • 1. MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TEORI AUSUBEL DOSEN PEMBIMBING Dr. Hapizah, S.Pd M.T. DISUSUN OLEH BELLA TIMORTI PERTIWI 06081381520033 IRA MARION 06081281520064 LARA MAYANGSARI 06081381520030 RENO SUTRIONO 06081381520044 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016/2017
  • 2. 1 TEORI AUSUBEL PENDAHULUAN Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri manusia. Kegiatan belajar sangat dipengaruhi bermacam-macam faktor.Metode dan strategi belajar sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.Keberhasilan siswa mencapai suatu tahap hasil belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap selanjutnya.Strategi pembelajaran tidak terlepas dari teori belajar yang dihasilkan oleh pakar-pakar pendidikan.Teori belajar yang bersumber dari pakar pendidikan atau pakar psikologi pendidikan banyak macamnya.Seperti teori pembelajaran David Ausubel. PEMBAHASAN 1. Teori Belajar Ausubel a. Belajar Menurut Ausebel Ausubel mengklasifikasikan belajar kedalam dua demensi sebagai berikut: 1) Demensi-1, tentang cara penyajian informasi atau materi kepada siswa.Demensi ini meliputi belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalambentuk final dan belajar penemuan yang mengharuskan siswa untukmenemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan. 2) Demensi-2, tentang cara siswa mengkaitkan materi yang diberikan denganstruktur kognitif yang telah dimilikinya. Jika siswa dapat menghubungkan ataumengkaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya makadikatakan terjadi belajar bermakna.Tetapi jika siswa menghafalkan informasibaru tanpa menghubungkan pada konsep yang telah ada dalam strukturkognitifnya maka dikatakan terjadi belajar hafalan. Kedua demensi ini merupakan suatu kontinum. Novak (dalam Dahar, 1988: 136) memperlihatkan gambar sebagai berikut:
  • 3. 2 Belajar Bermakna Menjelaskan hubungan antara konsep-konsep Pengajaran Audio Tutorial Penelitian Ilmiah Penyajian Melalui Ceramah atau buku pelajaran Kegiatan di laboratorium sekolah Sebagian besar penelitian rutin atau produksi intelektual Belajar Hafalan Daftar Perkalian Menerapkan rumus-rumus untuk memecahkan masalah Pemecahan dengan coba-coba Belajar Penerimaan Belajar Penemuan Terbimbing Belajar Penemuan Mandiri Sepanjang kontinum mendaftar terdapat dari kiri ke kanan berkurangnya belajarpenerimaan dan bertambahnya belajar penemuan, sedangkan sepanjang kontinum vertical terdapat dari bawah ke atas berkurangnya belajar hafalan dan bertambahnya belajar bermakna Dari gambar diatas dapat dikatakan bahwa belajar penerimaan yang bermakna dapatdilakukan dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep, sedangkan belajar penemuan yang masih berupa hafalan apabila belajar dilakukan dengan pemecahan masalah secara coba-coba. Belajar penemuan yang bermakna hanyalah terjadi pada penelitian ilmiah. Dalam teori belajar terdapat 2 aliran yaitu aliran psikologi tingkah laku dan aliran psikologi kognitif.Teori Ausubel termasuk kedalam aliran psikologi tingkah laku.Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.  Belajar Bermakna (Meaningfull Learning) Belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Sehingga peserta didik menjadi kuat ingatannya dan transfer belajarnya
  • 4. 3 mudah dicapai. Struktur kognitif dapat berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun generalisasi yang telah diperoleh atau bahkan dipahami sebelumnya oleh siswa.  Belajar Menghafal (Rote Learning) Bila struktur kognitif yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahui sebelumnya. Pada belajar menghafal, siswa menghafal materi yang sudah diterimanya, tetapi pada belajar bermakna materi yang diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajar lebih dimengerti. Selanjutnya bahwa Ausubel mengemukan bahwa metode ekspositori adalah metode mengajar yang baik dan bermakna.Hal ini dikemukan berdasarkan hasil penelitiannya.Belajar menerima maupun menemukan sama-sama dapat berupa belajar menghafal atau bermakna. Misalnya dalam mempelajari konsep Phytagoras tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk akhir c2= b2+ a2 sudah disajikan, tetapi jika siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku akan lebih bermakna. Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme.Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dimilikinya.Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif. Empat Tipe Belajar Ausubel 1. Belajar dengan penemuan yang bermakna Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik.Peserta didik itu kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki.Misalnya peserta didik diminta menemukan sifat-sifat suatu
  • 5. 4 bujur sangkar.Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki, seperti sifat- sifat persegi panjang, peserta didik dapat menemukan sendiri sifat-sifat bujur sangkar tersebut. 2. Belajar dengan penemuan tidak bermakna Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik, kemudian ia menghafalnya. Misalnya, peserta didik menemukan sifat-sifat bujur sangkar tanpa bekal pengetahuan sifat-sifat geometri yang berkaitan dengan segiempat dengan sifat-sifatnya, yaitu dengan penggaris dan jangka.Dengan alat- alat ini diketemukan sifat-sifat bujur sangkar dan kemudian dihafalkan. 3. Belajar menerima yang bermakna Informasi yang telah tersusun secara logis di sajikan kepada peserta didik dalam bentuk final/ akhir, peserta didik kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya peserta didik akan mempelajari akar-akar persamaan kuadrat. Pengajar mempersiapkan bahan-bahan yang akan diberikan yang susunannya diatur sedemikian rupa sehingga materi persamaan kuadrat tersebut dengan mudah tertanam ke dalam konsep persamaan yang sudah dimiliki peserta didik. Karena pengertian persamaan lebih inklusif dari pada persamaan kuadrat, materi persamaan tersebut dapat dipelajari peserta didik secara bermakna. 4. Belajar menerima yang tidak bermakna Dari setiap tipe bahan yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk final.Peserta didik tersebut kemudian menghafalkannya.Bahan yang disajikan tadi tanpa memperhatikan pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Prasyarat Belajar Bermakna a. Kondisi dan sikap peserta didik terhadap tugas, hendaknya bersesuaian dengan intensi peserta didik. Apabila peserta didik melaksanakan tugas dengan sikap bahwa ia ingin memahami bahan pelajaran dan mengaplikasikan bahan baru serta menghubungkan bahan pelajaran yang terdahulu, dikatakan peserta didik itu belajar bahan baru dengan cara yang bermakna. Sebaliknya bila peserta didik itu tidak berkehendak mengaitkan bahan yang dipelajari dengan informasi yang dimiliki, maka
  • 6. 5 belajar itu tidak bermakna. Demikianlah banyak peserta didik yang tidak berusaha mengerti matematika, cenderung mengalami kegagalan dan akhirnya membenci matematika. b. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan struktur kognitif peserta didik sehingga peserta didik tersebut dapat mengasimilasi bahan baru secara bermakna. Belajar bermakna pada tahap mula-mula memberikan pengertian kepada bahan baru sehingga bahan baru itu akan terserap dan kemudian diingat peserta didik. Ia tidak menghafal asosiasi stimulus-respon yang terpisah-pisah. c. Tugas-tugas yang diberikan haruslah sesuai dengan tahap perkembangan intelektual peserta didik. Peserta didik yang masih di dalam periode operasi konkrit, bila diberi bahan materi matematika yang abstrak tanpa contoh-contoh konkrit dari materi tersebut, akan mengakibatkan peserta didik itu tidak mempunyai keinginan materi tersebut secara bermakna. Dengan demikian peserta hanya menghafal pelajaran tadi tanpa pengertian sehingga peserta didik mempelajari matematika dengan pernyataan- pernyataan herbal yang tidak cermat dan tepat. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi. Beberapa Prinsip dalam teori belajar Ausubel 1. Advance Organizer Advance Organizer mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan mengingatkan siswa pada materi sebelumnya yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Advance Organizer dapat dianggap merupakan suatu pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru (Dahar, 1988: 144) 2. Diferensiasi Progresif Selama belajar bermakna berlangsung perlu terjadi pengembangan konsep dari umum ke khusus.Dengan strategi ini guru mengajarkan konsep mulai dari konsep yang
  • 7. 6 paling inklusif, kemudian kurang inklusif dan selanjutnya hal-hal yang khusus seperti contoh-contoh setiap konsep. Sehubungan dengan ini dikatakan Sulaiman (1988:203) bahwa diferensiasi progresif adalah cara mengembangkan pokok bahasan melalui penguraian bahan secara heirarkis sehingga setiap bagian dapat dipelajari secara terpisah dari satu kesatuan yang besar 3. Belajar Superordinat Belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas. Dinyatakan Dahar, (1988:148) bahwa belajar superorninat tidak dapat terjadi disekolah, sebab sebagian besar guru-guru dan buku-buku teks mulai dengan konsep-konsep yang lebih inklusif 4. Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif) Menurut Ausubel (Dahar, 1988: 148), selain urutan menurut diferensiasi progresif yang harus diperhatikan dalam mengajar, juga harus diperlihatkan bagaimana konsep- konsep baru dihubungkan dengan konsep-konsep yang superordinat. Guru harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dibandingkan dan dipertentangkan dengan artiarti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep- konsep yang tingkatannya lebih tinggi mengambil arti baru. Untuk mencapai penyesuaian integratif, materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa hingga dapat digerakkan hierarki-heirarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. Guru dapat mulai dengan konsepkonsep yang paling umum, tetapi perlu diperlihatkan keterkaitan konsep-konsep subordinat dan kemudian bergerak kembali melalui contoh-contoh ke arti-arti baru bagi konsep-konsep yang tingkatannya lebih tinggi 2. Cara Menerapkan Teori Belajar Ausubel Untuk menerapkan teori belajar Ausubel, Dadang Sulaiman menyarankan agar menggunakan dua fase yaitu fase perencanan dan fase pelaksanaan.Fase perencanaan terdiri dari menetapkan tujuan pembelajaran, mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa, membuat struktur materi dan memformulasikan advance organizer.Fase pelaksanakan terdiri dariAdvance organizer, diferensiasi progresif dan rekonsiliasi integrative. a. Fase Perencanaan 1. Menetapkan Tujuan Pembelajaran
  • 8. 7 Tahapan pertama dalam kegiatan perencanaan adalah menetapkan tujuan pembelajaran. Model Ausubel inidapat digunakan untuk mengajarkan hubungan antara konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi. Sebagaimana dikatakan Sulaiman (1988: 199), bahwa model Ausubel tidak dirancang untuk mengajarkan konsep atau generalisasi, melainkan untuk mengajarkan “Organized bodies of content”yang memuat bermacam konsep dan generalisasi 2. Mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa Model Ausubel ini meskipun dirancang untuk mengajarkan hubungan antar konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi dan tidak untuk mengajarkan bentuk materi pengajaran itu sendiri, tetapi cukup fleksibel untuk dipakai mengajarkan konsep dan generalisasi, dengan syarat guru harus menyadari latar belakang pengetahuan siswa. Efektivitas penggunaan model ini akan sangat tergantung pada sensitivitas guru terhadap latar belakang pengetahuan siswa, pengalaman siswa dan struktur pengetahuan siswa. Latar belakang pengetahuan siswa dapat diketahui melalui pretes, diskusi atau pertanyaan 3. Membuat struktur materi Membuat struktur materi secara hierarkis merupakan salah satu pendukung untuk melakukan rekonsiliasi integratif dari teori Ausubel 4. Memformulasikan Advance Organizer Menurut Eggen(1979: 277), Advance organizer dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a) mengkaitkan atau menghubungkan materi pelajaran dengan struktur pengetahuan siswa, b) mengorganisasikan materi yang dipelajari siswa. Terdapat tiga macam organizer, yaitu definisi konsep, generalisasi dan analogi a. Definisi konsep dapat merupakan organizer materi yang bermakna, bila materi tersebut merupakan bahan pengajaran baru atau tidak dikenal oleh siswa. Untuk kemudahan siswa, guru sebaiknya mengusahakan agar definisi dibuat dalam terminalogi yang dikenal siswa. b. Generalisasi berguna untuk meringkas sejumlah informasi c. Analogi merupakan advance organizer yang paling efektif karena seringkali sesuai dengan latar belakang siswa. Nilai analogi sebagai advance organizer tergantung pada dua factor yaitu(1)penguasaan atau pengetahuan siswa terhadap analogi itu, (2) tingkat saling menunjang antara gagasan yangdiajarkan dengan analogi yang digunakan. Dengan analogi, motif dan minat siswa lebih baik dibandingkan dengan generalisasi dan definisi konsep
  • 9. 8 b. Fase Pelaksanaan Setelah fase perencanaan, guru menyiapkan pelaksanaan dari model Ausubel ini.Untuk menjaga agar siswa tidak pasif miaka guru harus dapat mempertahankan adanya interaksi dengan siswa melalui tanya jawab, memberi contoh perbandingan dan sebaginya berkaitan dengan ide yang disampaikan saat itu. Guru hendaknya mulai dengan advance organizer dan menggunakannya hingga akhir pelajaran sebagai pedoman untuk mengembangkan bahan pengajaran. Langkah berikutnya adalah menguraikan pokok-pokok bahan menjadi lebihterperinci melalui diferensiasi progresif.Setelah guru yakin bahwa siswa mengerti akan konsep yang disajikan maka ada dua pilihan langkah berikutnya yaitu:1) menghubungkan atau membandingkan konsep-konsep itu melalui rekonsiliasi integratif, atau 2) melanjutkan dengan difernsiasi progresif sehingga konsep tersebut menjadi lebih luas, Kelebihan dan Kelemahan Belajar Bermakna Ada tiga kelebihan dari belajar bermakna yaitu : 1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat. 2. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip. 3. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa. Kelemahan Belajar Bermakna : 1. Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat. 2. Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya. 3. Pendekatan dan Metode yang Dapat Digunakan
  • 10. 9 Pendekatan Deduktif Pendekatan deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang disebut silogisme.Ini terdiri dari 2 macam pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi).Kedua pernyataan pendukung silogisme disebut premis (hipotesis) yang dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor.Kesimpulan diperoleh sebagai hasil penalaran deduktif berdasarkan macam premis itu. Mengajarkan konsep dengan pendekatan deduktif dimulai dengan contoh- contoh yang dapat diberikan oleh guru atau dicari oleh murid.Karena itu, guru harus dapat memperkirakan pendekatan mana sebaiknya yang dipakai untuk mengajarkan bahan tertentu di suatu kelas.Ada baiknya, para guru matematika sewaktu-waktu bertukar pendapat mengenai pendekatan yang lebih cocok dipakai untuk mengajarkan bahan tertentu di suatu kelas berdasarkan pengalaman.Fakta yang diperoleh dari pengalaman merupakan salah suatu sumber pengetahuan. Metode Ekspositori Metode Ekspositori pada mulanya dikenal sebagai metode pembelajaran yang berpusat di guru, siswa tidak banyak aktif dalam interaksi antara guru dan murid. Kemudian Ekspositori berkembang menjadi suatu cara pembelajaran dimana dominasi guru berkurang, siswa menjadi aktif sehingga pusat pembelajaran ada pada siswa. Metode Ekspositori adalah metode terpadu terdiri dari metode informasi, metode demonstrasi, metode tanya jawab, metode latihan dan pada akhir pelajaran diberikan tugas. Prosedur yang digunakan dalam menerapkan metode ekspositori dalam pembelajaran matematika yaitu: a. Guru memberikan informasi materi yang dibahas dengan metode ceramah, kemudian memberikan uraian dan contoh soal yang dikerjakan di papan tulis secara interaktif dan komunikatif dengan metode demonstrasi. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dengan metode tanya jawab. Lalu mereka mengerjakan soal yang diberikan guru sambil guru berkeliling memeriksa pekerjaan siswa. Salah seorang ditugaskan mengerjakan soal di papan tulis. b. Guru memberikan rangkuman yang bisa ditugaskan kepada siswa untuk membuat rangkumannya, atau guru yang membuat rangkuman atau guru bersama-sama siswa membuat rangkuman. Keunggulan:
  • 11. 10 A. Tepat untuk pemahaman konsep. Operasional, produseral, fakta, keterampilan. B. Siswa aktif dan senang belakar matematika ketika latihan berkelompok mengerjakan soal yang diberikan guru atau soal dari buku paket. C. Guru termotivasi untuk aktif membimbing dalam latihan berkelompok. Kelemahan: A. Kecendrungan guru yang berperan dalam proses pembelajaran. B. Siswa segan mengemukakan pendapat atau bertanya ketika selesai penyajian. C. Siswa malu maju kemuka ketika diminta guru untuk menyelesaikan soal di papan tulis. KESIMPULAN Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning.Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
  • 12. 11 belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme.Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai.Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa.
  • 13. 12 DAFTAR PUSTAKA Hamzah, A., & Muhlisrarini. (2014). Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Press. Amini, U. (2013, Agustus 11). Retrieved Agusutus 16, 2016, from Academia: https://www.academia.edu/8176305/Teori_Kognitif_Menurut_David_Ausubel ARIYANTO. (n.d.). PENERAPAN TEORI AUSUBEL PADAPEMBELAJARAN POKOK BAHASAN.,(pp. 55-64). Surakarta. Jainuri, M. (2013, Maret 15). Retrieved Agustus 16, 2016, from Academia: https://www.academia.edu/7216172/Psikologi_Tingkah_Laku_VS_Psikologi_Kognitif MatchVirgo, L. (2012, Juni 19). Retrieved Agustus 16, 2016, from Academia: https://www.academia.edu/16610474/Psikologi_Pembelajaran_Matematika