Makalah ini membahas model pembelajaran konstruktivis, meliputi pengertian model konstruktivis yang menekankan pengetahuan awal siswa dan pembelajaran melalui aktivitas minds-on dan hands-on. Selain itu, membahas sintaks model konstruktivis yaitu tahap pengetahuan awal, eksplorasi, diskusi konsep, dan aplikasi konsep. Terakhir, dibahas kelemahan dan kelebihan model konstruktivis.
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Model Konstruktivis
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Model belajar konstruktivis adalah model pembelajaran yang menekankan
pada pengetahuan awal siswa sebagai tolak ukur dalam belajar. Prinsip yang
paling umum dan paling esensial dari konstruktivis adalah siswa memperoleh
banyak pengetahuan diluar sekolah bukan dari bangku sekolah.
Menurut Ausubel faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah apa
yang telah diketahui siswa atau konsep awal siswa. Hal ini mengandung
pengertian agar terjadi pembelajaran yang bermakna konsep baru atau informasi
baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang suadah ada dalam struktur
kognitif siswa. Selain pengethauan awal siswa, menurut Ausubel ada beberapa
konsep dan prinsip lainnya yang perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi
bermakna antara lain; pengatur awal, differsiasi progresif, penyesuaian integratif,
dan belajar super ordinat.
1.2 Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:
1. Menjelakan pengertian model kontruktivis?
2. Bagaimana Sintaks model Kontruktivis?
3. Bagaimana Kelemahan dan kelebihan dari model konstruktivis?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun rumusan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang model belajar konstruktivis.
2. Untuk mengetahui sintask dari model belajar konstruktivis.
3. Untuk mengetahui tentang kelemahan dan kelebihan model belajr
konstruktivis.
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Konstruktivis
Model belajar konstruktivis adalah model pembelajaran yang menekankan
pada pengetahuan awal siswa sebagai tolak ukur dalam belajar. Prinsip yang
paling umum dan paling esensial dari konstruktivis adalah siswa memperoleh
banyak pengetahuan diluar sekolah bukan dari bangku sekolah.
Menurut Ausubel faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah apa
yang telah diketahui siswa atau konsep awal siswa. Hal ini mengandung
pengertian agar terjadi pembelajaran yang bermakna konsep baru atau informasi
baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang suadah ada dalam struktur
kognitif siswa. Selain pengethauan awal siswa, menurut Ausubel ada beberapa
konsep dan prinsip lainnya yang perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi
bermakna antara lain; pengatur awal, differsiasi progresif, penyesuaian integratif,
dan belajar super ordinat.
Proses pembentukan pengetahuan baru menurut teori belajar konstruktivis,
menurut Sugihartono dkk.(2007:110), pada intinya terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses penyatuan dan pengintegrasian informasi
baru kedalam struktur kognitif yang telah ada. Informasi atau pengetahuan
baru yang dikenalkan pada individu tersebut, akan lebih mudah diterima
apabila informasi tersebut cocok dengan skema dan skemata struktur
kognitif yang telah dimilikinya. Proses ini merupakan refleksi perubahan
kuantitatif pada skema yang kemudian dikenal sebagai pertumbuhan
(growth).
2. Akomodasi
Akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif
(restrukturisasi) siswa pada situasi atau informasi baru yang berbeda.
Proses restrukturisasi akan terjadi apabila informasi atau pengetahuan baru
yang diterima tidak dapat secara langsung diasimilasikan pada skema yang
3. 3
telah ada karena adanya perbedaan atau tidak cocok dengan skematik.
Apabila informasi baru benar-benar tidak cocok dengan skema yang ada,
akan dibangun skemata baru. Namun demiian, apabila informasi tersebut
hanya kurang sesuai dengan skema yang ada, akan direstrukturisasi agar
tercipta kesesuaian antara informasi baru dengan skema yang dimiliki
siswa. Proses akomodasi pengetahuan tersebut merefleksikan perubahan
kualitatif yang dikenal dengan perkembangan (development).
3. Equilibrium dan Disequilibrium
Hal tersebut merupakan proses penyesuaian antara asimilasi dan
akomodasi yang berkesinambungan. Proses akomondasi pengetahuan yang
tidak sesuai skema akan menimbulkan terjadinya disequilibrium.
Kemudian, pengetahuan baru tersebut dikontrukturisasi kembali agar
sesuai dengan skema kognitif yang kemudian diasimilasi sebagai
pengetahuan baru maka terjadi asimilasi yang menimbulkan equilibrium.
Asimilasi, akomadasi, dan disequilibrium serta equilibrium
merupakan aktifitas mental yang pada hakikatnya merupakan interaksi
antara pikiran yang dimiliki individu dengan realitas yang dihadapinya.
Seorang siswa yang memiliki kemampuan equilibrasi baik akan sangat
mampu menata informasi baru dalam urutan yang baik jernih, dan logis.
Namun sebaliknya, seseorang yang memiliki kemampuan equilibrasi
kurang baik memiliki kecenderungan untuk mengolah informasi yang
tidak teratur dan tidak tertata rapi menimbulkan alur pikir yang ruwet,
tidak logis dan berbelit-belit.
Perolehan pengetahuan siswa yang diawali dengan diadopsinya hal
baru sebagai hasil interaksi dengan lingkungannnya. Hal baru tersebut
tidak sesuai dengan konsepsi awal siswa, maka akan terjad konflik kognitif
yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan dalam struktur kognisinya.
Melalui proses akomodasi dalam kegiatan pembelajaran, siswa dapat
memodifikasi struktur kognisinya menuju keseimbanagn sehingga terjadi
asimilasi. Tetapi ada kemungkunan siswa “jalan buntu” (tidak mengerti)
4. 4
karena tidak mampu berakomodasi dalam keadaan seperti ini diperlukan
alternatif strategi lain untuk mengatasinya.
Pada model kontruktivis siswa belajar dengan mengembangkan
minds-on activities (keterampilan intelektual) dan hands-on activities
(keterampilan manual). John Dewey mengatakan Learning by doing,
maksudnya adalah siswa belajar sesuatu melalui kegiatn manual. Dengan
demikian model konstruktivis lebih menekankan pada bagaimana siswa
belajar melalui interaksi sosial.
Ciri utama model konstruktivis, antara lain:
a. Menekankan pada pengetahuan awal siswa yang diperoleh dari luar
bangku sekolah melalui interaksi sosial dan interaksi dengan
lingkungannya.
b. Pada saat belajar ditekankan pada kegiatan minds-on dan hand-on.
c. Ada perubahan konseptual saat belajar yang menjembatani antara konsepsi
awal siswa dan pengetahuan baru.
d. Siswa secara aktif membangun pengetahuannya sehingga siswa harus
terlibat dalam proses pembelajaran.
e. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi sosial antara siswa dengan
siswa dan antara siswa dengan guru.
B. Sintaks Model Pembelajaran Konstruktivis
1. Tahap Pengetahuan Awal
Pada tahap ini siswa didorong untuk mengungkapkan pengetahuan
awal tentang konsep yang akan dipelajari. Bila perlu guru memancing
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematis tentang
fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep
yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahaman tentang konsep
tersebut.
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini siswa diajak untuk menemukan konsep melalui
penyelidikan, pengumpulan data dan penginterpretasian data melalui
5. 5
suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Kegiatan eksplorasi
dapat berupa pengamatan, percobaan, diskusi, tanya jawab, mencari
informasi melalui buku atau surfing di internet secara berkelompok.
Pada tahap ini dirancang agar rasa ingin tahu siswa tentang fenomena
alam di sekelilingnya dapat terpenuhi secara keseluruhan. Pada tahap
ini guru memberi kebebasan pada siswa untuk mengeksplorasi rasa
keingintahuannya.
3. Tahap Diskusi dan Penjelasan Konsep
Pada tahap ini siswa memberikan penjelasan dan solusi yang
didasarkan pada hasil observasinya. Tugas guru memberikan
penguatan bukan memberi informasi. Dengan demikian siswa sendiri
yang membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang
dipelajari. Bila konsepsinya/pengetahuan awalnya benar, maka siswa
menjadi tidak ragu-ragu lagi tentang konsepsinya. Bila pengetahuan
awalnya salah, maka eksplorasi akan merupakan jembatan antara
konsepsi siswa dengan konsep baru.
4. Tahap Pengembangan dan Aplikasi Konsep
Pada tahap ini guru berusaha untuk menciptakan iklim pembelajaran
yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konsepnya. Guru memunculkan isu-isu di lingkungan yang dapat
dipecahkan melalui pemahaman konsep yang telah diperoleh. Dengan
demikian diharapkan konsep yang dipelajarinya akan menjadi
bermakna.
C. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Konstruktivis
Keunggulan Model kontruktivisme
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan
menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya,
dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
6. 6
2. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan
kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa
memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki
kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong
untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang
menantang siswa.
3. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk
berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir
kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori,
mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
4. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan
kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk
memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks,
baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi
siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5. Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta
memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan
mereka.
6. Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang
kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling
menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Kelemahan Model Konstruktivisme
1. Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik
sepertinya kurang begitu mendukung.
2. Perlu latihan adaptasi lebih dahulu untuk dapat belajar mandiri
dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Ketidaksediaan murid untuk merancang strategi berpikir, dan
menilai sendiri teori pengajaran berdasarkan pengalaman sendiri.
7. 7
4. Situasi dan kondisi setiap sekolah tidak sama,karena tidak semua
sekolah memiliki sarana dan prasarana yang dapat membantu
keaktifan dan kreativitas siswa.
BAB III
PENUTUP
8. 8
A. Kesimpulan
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Widodo Ari, dkk. (2007). Pendidikan IPA SD, Pustaka UPI PRESS : Bandung
9. 9
Berg, Euwe Van Den (Ed). (1991). Salah konsep Fisika dan Remidiasi. UKSW:
Salatiga
Bodner, G.M. (1986). Constructivism: A theory of knowledge. Journal of
Chemical Education, 63 (10)
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta :Depdiknas
Fosnot, C.T. (1989). Equiring Teacher Equiring Learners. A Constructivist
Approach for Teaching.
Hudoyo, H. 1998. Mengajar belajar Matematika. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Tinggi.
Sadia, dkk. (1996). Pengaruh Prior Knowledge dan Strategi Conseptual Change
Dalam
University of Washington. (2002). Indonesian Teaching Training Proyect, The
Washington State
Consortium For Contextual Teaching And Learning.
Wheatly, Grayson H. (1991). Constructivist perspectives on Science and
Mathematics Learning.