Cerita ini menceritakan tentang Sandra, mahasiswi FKIP yang sedang menjalani KKN. Ia memiliki kekasih bernama Yoga yang masih SMA. Selama ini Sandra selalu membantu Yoga mengerjakan tugas sekolahnya. Namun, selama KKN mereka jarang berkomunikasi karena kendala sinyal. Suatu hari, Sandra mendengar pembicaraan Yoga dan teman-temannya yang mengungkapkan bahwa Yoga hanya memanfaatkan Sandra
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Aku hanya guru lesmu
1. AKU HANYA GURU LESMU
KARYA : HENI HANDAYANI
Aku seorang mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (
FKIP ) di salah satu universitas swasta di Kudus. Lebih spesifiknya aku
mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Mengapa aku memilih
jurusan ini ? Jawabnya mudah saja, karena aku memang menyukai
pelajaran Bahasa Inggris dan aku merasa menguasai bahasa asing yang
satu ini. Karena itulah aku begitu menikmati perjalananku sebagai seorang
calon guru itu. Aku merasa tidak banyak menemui kesultitan yang berarti
selama mengerjakan tugas-tugas dosen. Tak terasa sekarang aku telah
menempuh lebih dari speruh perjalananku untuk menjadi seorang guru.
Sekarang aku telah semester enam. Itu artinya langkahku untuk menjadi
guru semakin dekat. Aku tak sabar untuk mengenakan toga dan mengajar
siswa-siswa. Wow……alangkah bahagianya aku membayangkan hal itu.
Memang benar itu semua membuatku selalu bahagia dan bersemangat
menjalani hidup. Namun, ada satu hal lagi yang selalu membuatku
tersenyum setiap aku bangun tidur. Tiidak lain dan tidak bukan adalah
kekasihku, Yoga. Sebenarnya aku sedikit malu mengungkapkan ini. Aku
malu menyebutnya kekasih karena sebenarnya ia lebih pantas ku jadikan
muridku. Ya, Yoga sekarang berusia 16 tahun. Empat tahun lebih muda
dariku. Banyak orang menganggapku “tidak waras” dengan keputusanku
itu. Bahkan banyask dari mereka mengatakan aku mengidap “pedofilia”
yaitu kelainan kejiwaan yang menyebabkan orang lebih menyukai orang
yang berusia lebih muda. Aku tak peduli dengan anggapan mereka. Yang
aku rasakan sekarang hubunganku dengan Yoga baik-baik saja. Kami
selalu “nyambung” ketika berkomunikasi. Ya…walaupun kadang aku
2. sempat bosan dengan apa yang dibicarakannya. Dia sering berkhayal yang
menurutku itu tak masuk akal. Tapi, kami selalu mempunyai cara untuk
mengatasinya. Itulah yang menjadikan hubungan kami awet. Kami
menjalin hubungan sudah setahun lebih. Semua teman kosku pun telah
mengetahui hal ini karena setiap malam Minggu Yoga selalu main ke kosku.
Tak jarang mereka meledekku dengan bahan ledekkan yang terdengar klise.
Awalnya memang aku agak kesal. Namun, seiring berjalannyas waktu, aku
tak mempedulikan yang mereka katakan. Hubungan ini aku dan Yoga
yang menjalani dan mereka tak tahu perasaan kami. Taoh tak ada undang-
undang yang melarang kami pacaran. Jadi, apa yang salah ? Mungkin bagi
mereka karena usia Yoga yang lebih muda dariku. Tapi, bagiku itu tak
masalah. Yang penting dia dapat mengerti aku dan selalu ada ketika aku
membutuhkannya.
Kami berdua saling menyayangi.kami saling mendukung kegiatan
masing-masing. Aku sering membantunya mengerjakan PR atau pun tugas
yang diberikan gurunya. Diapun begitu, walaupun dia tak mungkin bisa
membantu tugas kuliahku, tapi dia selalu menghiburku ketika aku jenuh.
Dan itu semua sangat berarti bagiku. Setiap malam seperti biasa, kami selalu
mengirim kabar melalui SMS. Di salah satu SMSnya itu dia memintaku
untuk mengerjakan tugas TIKnya.
“Sayang, kamu bisa bantu aku nggak ?” Kata Yoga.
“Bantu apa sayang ?” Balasku.
“Aku dapet tugas buat bikin Power Point. Sementara aku aja nggak paham
Power Point itu apa.” Katanya lagi.
“Ya sayang, nanti tak buatin.” Jawabku dengan senang hati.
“Kok nanti sih yang. Kan aku mintanya sekarang.” Katanya mendesak.
3. “Kan sekarang aku lagi ngerjain laporan sayang. Ntar kalo udah selesai tak
buatin yang.” Balasku.
“Wah….nggak sayang kok. Ya udah lah nggak usah aja.” Jawabnya.
“Ya sayang. Tak buatin sekarang deh. Tapi jangan marah ya.” Balasku
sambil mendesah sedikit kesal.
“Lha begitu ya sayangku.” Katanya merayuku.
Seketika itu pula akupun mengerjakan tugas TIK Yoga. Tugas
laporanku aku abaikan karena aku tak mau Yogamarah padaku. Esok
harinya ketika ia berangkat sekolah, ia mampir ke kosku untuk mengambil
tugasnya. Setelah ia bergegas melanjutkan perjalanannya ke sekolah, ada
seorang teman kosku menepuk bahuku.
“Kamu masih sama dia San ?” Tanya Rosa.
“Iya, memangnya kenapa ? Kamu mau ikut-ikut ngeledekkin aku ?”
Jawabku ketus.
“Sandra….Sandra. sensitive banget sih.” Katanya sembari tersenyum.
“Sensitif gimana. Kamu tuh yang usil. Ngapain sih tanya-tanya.” Balasku
dengan nada kesal.
“Ya nggakk apa-apa sih. Cumin mau ngingetin aja. Kayaknya kamu itu
terlalu diperbudak Yoga deh.” Kata rosa sambil mengusap pundakku.
“Diperbudak gimana ? Kamu nggak usah ngomporin gitu deh.”Balasku..
“Ya kamu itu cumin dimanfaatin dia doing, buat ngerjain tugas-tugasnya.
Kamu ngerasa gitu nggak sih San.” Tutur Rosa.
4. “Nggak tuh. Dah lah aku emang ngerasa banyak orang yang nggak suka
dengan hubungan kami. Makasih buat sarannya.” Kataku senbari berlalu
meninggalkannya.
Hatiku masih diselimuti emosi. Aku tak habis pikir, mengapa mereka
terlalu ikut campur dengan hubunganku dan Yoga. Apa susahnya sih
mereka diam dan tak ikut campur dengan hubungan kami. Toh yang
menjalani bukan mereka dan hubungasn ini tak kan merugikasn mereka.
Aku akui mereka adalah sahabat-sahabatku yang selalu ada untukku.
Namun, mengapa mereka setega ini padaku. Apa maksud mereka sebenarnya
?
Hubunganku dengan Yoga berjalan seperti biasa. Dia begitu perhatian
padaku. Begitupun aku. Seperti biasanya juga aku selalu membantunya
untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Namun, sepertinya untuk beberapa
bulan terakhir ini aku harus memendam dalam-dalam rasa rinduku
padanya. Selama sebulan ini aku disibukkan dengan kegiatan KKN. Aku
ditempatkan di salah satu desa di kabupaten Pati. Dalam kegiatan itu aku
menjumpai banyadk teman baru, baik yang berasal dari kampus maupun
teman dari desa setempat. Dengan kegiatanku yansg sedemikian padatnya
berakibat pada intensitas komunikasi antara aku dan Yoga. Kami menjadi
jarang SMSan. Tak jarasng dia mengirim SMS yang bernada kemarahan
padaku. Tapi, aku tak sempat membalasnya. Jangankan menbalas SMS,
menyentuh HP pun jarang. Ini semua karena aku disubukkan dengan
pertemuan-pertemuan baik dengan perangkat desa maupun dengan
penduduk sekitar. Keadaan semakin diperparah dengan tidak adanya signal
HP di desa tersebut. Aku tak tahu harus berbuat apa untuk menjelaskan
semuanya pada Yoga. Aku hanya bisa berharap dia mengerti akan
keadaanku saat ini. Melihat aku sering melamun, ada sesosok tubuh tegasp
menghampiriku. Dia menyapaku.
5. “Hai San.” Sapanya
“Hai….”Jawabku tanpa menoleh padanya.
“Kamu kenapa ? aku perhatikan kamu sering melamun. Kenapa ? Nggak
bisa SMS pacar ya ?” Katanya.
“Sok tahu banget sih.” Jawabku ketus.
“Ya tahu lah. Emangnya siapa sih pacar kamu itu ?” Tanyanya sambil
duduk di sebelahku.
“Dia Yoga. Dialah orang yang begitu mengerti aku.” Jawabku singkat.
“Hmmm….emang kerja dimana pacarmu itu ? Atau masih kuliah ?”
Tanyanya lagi.
“Dia masih SMA.”Jawabku.
“Wow…brondong nih ceritanya.” Katanya sambil tersenyum.
“Iya, kenapa ? mau ngeledekin ?” Kataku ketus.
“Ngga-nggak deh. Emangnya apa yang sedang kamu pikirin tentang dia ?”
Tanyanyas dengan nada bijak.
“Aku takut dia marah padaku karena aku nggak bisa lagi bantu dia
ngerjain tugas. Biasanya tiap malam Minggu aku bantu dia belajar dan tiap
ada tugas, aku yasng ngerjain. Tapi sekarang ? Kami jarang ketemu.
Gimana samas tugas-tugasnya ?” Kataku sendu.
“San, sebenarnya kamu itu pacarnya apa guru lesnya sih. Kok pake ngerjain
tugasnya ? Sebenarnya dia tuh sayang sama kamu nggak sih ? Kok
nyuruh-nyuruh gitu.” Kata laki-laki itu.
6. Mendengar perkataan sang dokter muda itu otakku terpaksa berpikir
ulang mengenai kesungguhan cinta Yoga. Akankah semua yang Rangga
katakan itu benar ? Apakah selama ini Yoga memanfaatkanku ? kalau
semua itu benar, betapa malunya aku di depan teman-temanku. Selain itu
juga aku merasa wansita paling bodoh karena berhasil dimanfaatkanoleh
seorang siswa SMA. Kini hari-hariku diselubungi oleh awan keraguan yang
begitu tebal. Aku meragukan kesungguhan cinta Yoga padaku. Aku tak
sabar ingin mengakhiri kegiatan KKNku. Aku ingin segera menemuinya
dan mencari kepastian akan keraguanku ini.
Selang seminggu kemudian KKN pun berakhir. Hatiku terasa sagak
lega. Namun, aku juga takut akan kenyataan yang mungkin akan
kuhadapi. Tapi, bagaimanapun alasannya aku harus dapat mencari jawaban
atas pertanyaan yang selama ini membuat begadang dan menurunkan berat
badanku. Sepulang dari tempat KKN, aku tak sabar ingin menemui Yoga.
Sengaja aku tak mengirim SMS terlebih dahulu. Aku langsung berkunjung
ke rumahnya. Rumahnya memang agak jauh dari tempatku KKN. Tetapi,
aku bertekad harus menjumpainya saat itu juga. Aku ingin memastikasn
kesungguhan cintanya padaku. Aku ingin memnbuktikan perkataan dokter
muda yang cenderung menganggapku bodoh itu. Perjalananku menuju
rumahnya kali ini memang agak lancar. Maklumlah, hari masih pagi jadi
belum banyak kendaraan yang lalu lalang. Setelah sekitar hampir setengah
jam aku berkendara di atas bebek tuaku, sampailah aku di depan rumah
bercat biru yang tak lain adalah rumah Yoga. Dari halaman kulihat ada
beberapa sepeda motor terparkir berserakan disana. Dari kendaraan itu aku
yakin di rumah itu sedang ada teman-teman Yoga maka kuputuskan untuk
menunggu di luar terlebih dahulu. Aku duduk di sebuah kursi tua milik
nenek Yoga. Ku dengar mereka tengah asyik bergurau membiacarakan
persoalan-persoalan yang pernah kubicarakan lima tahun yang lalu, ketika
7. aku masih mengenakan seragam putih abu-abu. Namun, di tengah-tengah
pembicaraan mereka, ada sebuah pertanyaan yang mewakili isi hatiku pada
Yoga.
“Ga….ga. kenapa sih kamu sukas sama mbak Sandra ? Padahal kan dia itu
beda jauh dari kita. Apa kamu nggak bisa nyari yang lebih muda ?” Tanya
salah seorang temannya.
“Haha…..tahu apa kamu cuy. Ini namanya strategi jitu.” Kata Yoga
membanggakan.
“Strategi gimana maksud kamu ?” Tanya temannya yang lain.
“Gini ya anak-anak….hehehe….kamu tahu nggak kenapa nilai ulanganku
sekarang bagus-bagus. Terus kenapa tugasku sering dipuji guru ?” Tanya
Yoga balik.
“Hmmm…..nggak tahu. Emangnya kenapa ?” Jawab salah seorang temannya
sembari menggelengkan kepalanya yang plontos.
“Lha itu semua karena Sandra. Untuk ngedapetin cewek cakep sih gampang
bagiku. Tapi, buat pacaran sama cewek yang bisa aku suruh-suruh, susah
men. Ya untungnya aku bisa ngedapetin dia. Haha….” Kata Yoga
menerangkan yang segera diikuti gelak tawa semua yang ada di ruangan
itu.
Mendengar itu semua hatiku terasa membara. Tapi, aku tak mau
karena kemarahanku itu aku menjadi semakin direndahkan oleh mereka,
terutama Yoga. Dengan langkah santai akhirnya kuputuskan untuk masuk
ke dalam rumah itu. Melihat kedatanganku, mereka terlihat gelagapan, lebih-
lebih Yoga yang merasa menjadi tersangka.
8. “Eh kamu yank. Kapan datangnya ? KKNnya udah selesai ya ?” Tanya
Yoga basa-basi.
“Hm….dari tadi. Oh ya, aku mau ngomong sama kamu. Bisa ke dalam
bentar ?” Kataku sambil menggandeng tangan Yoga ke dalam.
Sesampainya di ruang keluarga, segera kuluapkan seluruh
kekecewaanku padanya.
“Bagus ya. Jadi selama ini kamu Cuma manfaatin aku doang.”Kataku
membuka pembucaraan.
“Nggak yank. Tadi yang kamu denger itu semua nggak bener. Kami Cuma
bercanda kok.” Kata Yoga agak gelisah.
“Iya bercanda. Tapi, itu nggak lucu. Inget ya Dik, kalau kamu Cuma mau
nyuruh aku buat ngerjain tugasmu dan bentuin kamu belajar, maka
hubungan kita nggak lebih antara murid dan guru lesnya.” Kataku sambil
berlalu.
Aku merasa langkahku kali ini agak gontai. Tapi aku mencoba tegak
karena aku tak mau terliihat kehilangan pemuda penjilat itu. Setibanya di
depan pintu, aku berpapasan dengan seorang gadis muda yang seusia
dengan Yoga. Dia adalah Yuli, siswa yang pernah ku ajak prakti ke
kampusku. Seketika itu, gads berambut rebondingan itu bertanya padaku.
“Lho ngapain Mbak Sandra disni ?” Tanya gadis itu.
“Ini lho Dik mau ngelesin Yoga.” Jawabku sekenanya.
“Lho kok Mbak Sandra kenal Yoga ?” tanyanya lagi.
“Aku guru lesnya Dik. Tapi, kayaknya sekarang dia udah nggak perlu
dilesin lagi kok.” Jawabku menambahi.
9. “Emangnya kenapa kok pacarku ini nggak perlu dilesin Mbak ?” Tanya
Yuli.
“Ya karena dia udah pinter Dik. Udah dulu ya, Mbak ada janji sama orang.”
Kataku sambil berlalu meninggalkan tempat yang menorehkan luka di
hatiku itu.
Semenjak kejadian itu aku bertekad untuk melupakan sosok Yoga
dalam hidupku. Apapun yang berhubungan dengannya aku tak mau
melihatnya. Dia masih rajin mengirim SMS padaku bernada minta maaf.
Tapi, hatiku sudah tak peduli lagi dengan apapun yang berhubungan
dengan brondong licik itu. Di sela-sela kegalauanku itu, sosok doktermuda
itu hadir mewarnai hariku. Dia bernama Andaru. Kami bertemu ketika aku
KKN. Sementara dia tengah menjalankan tugas pertamanya sebagai
seorang dokter. Hubungan kami kini semakin dekat. Komunikasi yang
terjalin antara kamipun semakin intens. Ya, walaupun aku belum tahu akan
berujung kemanakah hubungan ini. Huffft……lagu milik Band Armada pun
mengalun di benakku.
‘