SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
TUGAS
Diajukan sebagai tugas perbaikan nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia
Disusun Oleh :
NAMA : Aep Saepudin
KELAS : XII IPS 3
SMA NEGERI 4 PANDEGLANG
2010/2011
Cerpen
1
Sebuah Penantian
Nadine baru saja selesai mengejakan Qiyamul lail. Nadine belum beranjak dari tempat sujudnya ia
teingat akan sahabat maya nya yang telah tidak pernah kontak lagi beberapa tahun ini.
Nadine mempunyai seorang sahabat Maya, mereka bersahabat dalam dunia maya, mereka saling
berbagi cerita dan pengalaman masing-masing.
pada bulan Ramadhan prahara itu tiba. prahara yang membuat hubungan persahabatan yang telah
dibangun hancur.....Putra ya sahabat Nadine dalam dunia maya itu mengalami kekalutan, kesedihan.
Pada saat itu Nadine tidak ada untuk memberikan Suport, pengertian dan semangat..Nadine tidak ada
disaat Putra membutuhkan uluran tangan Nadine.
sebelum Putra menghilang Putra mengirimkan sebuah pesan singkat yang mana isinya " dimana
sahabat saat sahabatnya membutuhkan uluran tangan, butuh dukungan, yang butuh perhatian....."
Nadine mengingat itu semua sebagai kealpaannya sebagai seorang sahabat, ia bukannlah seorang
sahabat yang baik.
Nadine selalu merasa sedih dan teriris hatinya saat ia mengingat itu semua.
Dalam setiap shalat ia berdoa semoga ALLAH memberikan kesempatan kepada dirinya untuk
memperbaiki kesalahan yang pernah ia lakukan kepada sahabatnya..Walau hanya sahabat dalam
dunia maya.
Nadine yakin jika pertemuan itu akan datang, dalam hatinya yang paling dalam jika ia dan Putra akan
diprtemukan oleh ALLAH. dimana ia bisa mengucapkan 'MAAF' yang selama ini hanya bisa dipendam
dalam hati.
Dalam selesai shalat Nadine selalu berdo'a: " Ya ALLAH hamba yakin jika pertemuan hamba dan putra
bukanlah di sengaja. Engkau yang mempertemukan kami walau hanya lewat Dunia Maya. Ya ALLAH
engkau jua yang menyatukan hati kami untuk menjalin tali persaudaraan dalam bingkai persahabatan.
Ya ALLAH engkau jua yang mengetahui mana yang terbaik bagi setiap hambanya. Ya ALLAH, hamba
yakin jika pertemuan itu akan ada, pertemuan hamba dan Putra itu akan datang..Ya ALLAH, tuntunlah
hati hamba untuk tetap meyakini takdirMu.."
Cerpen
Hidayah Novel
2
Aku latiefa kebanyakan orang memanggilku tiefa. sebagai seorang muslimah aku tidak bisa
menjalankan kewajibanku dengan benar. seperti solat kadang-kadang(tidak lima waktu), puasa tidak
Full, terkadang berpakaian minim, terlalu suka game, penggemar sinichi kudo dan masih banyak lagi.
ya begitulah aku. saat diperpustakaan sekolah ku mencari novel karya ahmad tohari tapi ternyata aku
tidak menemukannya. yang aku temukan ternyata sebuah novel islami.karena tertarik aku pun
meminjamnya.rupanya di novel tersebut terdapat beberapa cerpen diantaranya, betty la fea, jatuh cinta
pada bunga, dan lain-lain yang aku kurang mengerti apa maksudnya adalah betty la fea, inti ceritanya
adalah kita harus meninggalkan nafsu duniawi. aku kurang mengerti tak kusangka aku memikirkan hal
itu sampai jam 00.00 aku tidak bisa tidur mungkin karena aku terlalu banyak meminum kopi.esoknya di
sekolah aku terlambat seperti biasa teman-temanku bersorak "celong-celong celong telat". sambil
mengucapkan istigfar , dalam hati ku menangis mendengar ejekan mereka itu. "sabar ya fa!", santi
berusaha menghiburku. saat itu pelajaran agama kebetulan sekali sedang membahas sikap zuhud dan
tawakal.menurut buku agamaku, sikap zuhud adalah menghindari, meninggalkan, dan menjauhi
keduniawian. selain itu terdapat juga firman Allah QS: al- 'Ankabut:64 yang artinya, dan kehidupan
dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan
sebenarnya , sekiranya mereka mengetahui. jantungku berdetak kencang sekali ternyata yang selama
ini aku lakukan adalah kesalahan besar.lalu akupun mulai berubah aku melaksanakan kewajibanku
yang pertama yaitu solat 5 waktu, aku memakai kerudung saat aku di sekolah, ataupun keluar rumah,
saat bulan puasa aku puasa dengan full, Ku mulai mengaji dan aku mengajak shanti bergaul dengan
temen-teman yang soleh, aku tidak lagi mengidolakan sinichi kudo aku mulai belajar mengidolakan
Rasulullah. alhamdulillah Allah telah memberikan hidayah untukku.
TEMAN SEJATI
“Keren sekali mbak itu…” begitu dalam hatiku… yang sebenarnya sama saja dengan lelaki normal lainnya…
tertarik ketika melihat seseorang wanita yang menarik hati… Begitulah sebenarnya aku… seperti lelaki normal
3
lainnya… namun memang aku bisa menjaga sikap… bersikap dingin seolah tak perduli… sampai temanku
bilang aku tidak normal, ada yang bilang aku tidak punya nafsu… ah… terserahlah… bagiku kata-kata mereka
itu tidak penting…
Ini tidak benar… sedang aku sibuk bekerja temanku itu malah enak-enakan ngenet & chatingan… Sebenarnya
aku memahami apa yang dia lakukan… & sebenarnya aku juga turut prihatin dengan dia yang belum juga
menemukan jodoh… Tapi pun begitu akhir-akhir ini tampaknya dia sering teleponan dengan seseorang… yah…
sepertinya dia sudah dapat kenalan baru setelah putus dari pacarnya… mungkin dia mendapatkannya dari
internet… Ah… tetap saja ini waktunya kerja… aku jadi merasa jengkel dengan dia… jengkel karena memang
bukan waktunya dia melakukan itu… tapi sepertinya juga karena hal lain…
“Huah…!!!” capek sekali rasanya… capek… aku pun rebahan diatas atap… melihat langit yang hitam… dengan
angin yang berhembus kencang. Aku jadi teringat kampung halamanku… tempat yang nyaman untukku… meski
mungkin di sana aku juga tidak bisa melakukan apa-apa… masih mending di sini aku bisa berguna… bekerja
dan membantu orang lain… Heh… temanku itu sebenarnya lebih bruntung dari aku… yah… kalo dia lagi stres
dengan pekerjaan di rental ini atau masalah lain… dia bisa kabur, pulang ke kampungnya… tidak terlalu jauh jika
dibandingkan kampungku yang di seberang… dia juga masih mempunyai orang tua lengkap… sedang aku…
kedua orang tuaku sudah tidak ada… dan semoga Allah menerima mereka di surganya… amin… Ah…
sesungguhnya dia masih beruntung dibandingkan aku… sekarang dia di kamarnya sedang menelepon
kenalannya itu… seseorang yang sepertinya kini menghiburnya… sedang aku… Aku merasa langit semakin
sepi… dan angin berhembus semakin kencang dan dingin…
Aku berjalan di sudut malam… merindukan kampung halaman masa lalu… dan rasanya ingin pulang… Ah…
sandainya di sana aku ditunggu seseorang… sang pujaan hati yang kudamba… bidadari hati itu… Dalam
langkahku aku merasa ruang menembus dimensi… dan seketika aku tiba di kampung halamanku… ah…
indahnya… Tapi sama saja… di sini juga sepi… rasanya tidak ada bedanya… aku di sana ataupun di sini…
tetap saja sepi… “Elfan…!” ah… aku terkejut… ada suara yang memanggilku… suara seorang wanita yang
terdengar lembut… Aku pun menoleh… Subhanallah… seorang wanita yang sangat cantik… seperti bidadari
yang selalu aku impikan… aku sungguh tertegun memandangnya yang tersenyum manis dan sangat
menawan… ah… bermimpikah aku…
Hari sudah pagi… aku pun bangun dengan semangat baru… hari ini giliranku piket… aku pun mengambil
sapu… dan kusapu, kebersihkan rental ini… Ah… terima kasih Bidadari… engkau telah memberiku semangat
kembali… semestinyalah aku semakin dekat denganNya… untuk menikmati setiap hembus nafas hidupku… hari
ini aku bangun dengan sebenarnya bangun… dan aku akan selalu berusaha untuk itu…
Cerpen
Pengorbanan bunda
4
Pagi itu mentari bangun dari peraduannya. Memberikan warna terang di langit dan mengusir gelapnya
malam. dikala semua orang tengah tertidur lelap, ada seorang wanita tua yang tak tertidur. berada di
dapur, berkutat dengan kompornya yang tak mau nyala. terbatuk-batuk ia menyiapkan barang
dagangannya. tak di sangka, saat seorang ibu separuh baya itu sibuk di dapur sendirian, anak
perempuannya malah tertidur pulas di kamarnya. masih menikamati inahnya mimpi, masih ditemani
empuknya bantal dan guling.
"Nak, bangun... bantu ibu di dapur..." kata ibu sambil terbatuk-batuk.Mendengar panggilan ibunya, anak
itu langsung terbangun, namun bukannya malah membantu dia malah menghardik ibunya, "Heh, ibu
tua! kamu tau tidak aku kerja sampai larut malam, jadi jangan bangunkan aku sepagi ini!" kata anak itu
seraya kembali lagi ke kamarnya."Dinda..." ibu setengah baya itu hanya membantin.
Akhirnya, pagi sudah benar-benar datang menghampiri kota itu. Si anak yang bernama Dinda pun juga
sudah bterbangun dari tidurnya yang katanya telah terganggu oleh rengekan manja ibunya."Mau ke
mana kamu nak? bukannya kamu hari ini libur...?" tanya ibunya yang tengah menjemur baju. 95% baju
yang iya cuci adalah baju anaknya.
"Aku mau pergi ke mana bukan urusan mu tahu!" hardik anaknya sekali lagi."Tapi aku ibumu, Nak."
kata ibunya mengejar si anak. "Aku berhak tau ke mana kamu pergi...""Kalau kamu sudah bisa
membuat aku bahagia dan kita punya banyak uang, kamu baru aku anggap ibu!" hardik si anak lalau
pergi.Ibunya jatuh lemas karena mendengar kata-kata naknya yang telah melukainya.
Ia merintih, bersimpuh kepada Allah memanjatkan doa kepadaNya, memohon ampunanNya, "Ya Allah,
berikan petunjuk pada hamba-Mu ini ya Allah... aku tak tau lagi apa yang harus aku lakukan pada anak
hamba... hamba telah gagal..." kata si ibu sambil meneteskan air mata.
1 hari...2 hari...3 hari...4 hari...5 hari...6 hari...7 hari...sebulan...telah satu bulan lamanya Dinda tidak
pulang ke rumah, ibunya telah mencarinya ke mana saj aia bisa, dengan bantuan Pak Rt ia terus
mencari, keluar masuk kantor polisi untuk mencari anak satu-satunya yang ia sayangi.Setelah dua
bulan lamanya, Dinda kembali ke rumahnya."Dinda, nak... kemana saja kamu? Ibu rindu kamu..." kata
Ibunya."Sudah, lepaskan aku! aku nggak suka dipeluk kamu! jauh-jauh dari aku!" kata Dinda kasar
seraya masuk ke kamarnya. ibunya mengikuti dari belakang."Kamu ke mana nak?" tanya ibunya
dengan lembut."Apa peduli mu! sudah sana keluar!" kata Dinda kasar.Siang pu berganti malam, tiba-
tiba di tengah malam yang tenag, ada suara ketukan datri pintu depan.
"Tok...Tok...Tok...!""Iya...iya..." jawab ibu yang pasing mengenakan mukenah, lalu ia membuka
pintunya. "Iya?""Benar di sini rumah Dinda?" tanya orang yang berperawakan besar itu."Iya, benar..."
kata ibu ragu-ragu."Dia punya hutang dengan kami, kalian harus membayar hutangnya malam ini juga,
kalau tidak, terpaksa, Dinda harus di jual...!' kata orang itu sambil menyeringai."Dijual? jangan...
5
jangan... kami yakin kami bisa melunasinya... berapa hutangnya?" tanya ibu, suaranya
bergetar."1.500.000 rupiah! kalian bisa bayar?" kata orang itu."hm... kami yakin kami bisa bayar... "
kata ibu, tatapannya mulai mengiba.
"Hahaha... sudahlah, aku yakin kau tak akan bisa bayar hutang anamu! jika kau jual rumah ini saja tak
akan bisa melunasi hutang mu!" kata orang itu."Ada apa sih ribut?" tanya Dinda dari dalam."Oh, ini dia
si Putri Dinda...hahahaha" kata orang itu meledek."Siap ini Dinda? kata nya kamu punya hutang?"
tanya ibu."Iya, aku punya... aku memang harus pergi... kamu diem aja!" kata Dinda."Tidak, lebih baik
ibu saja, ibu tidak mau merusak masa depan kamu. lagian, ibu juga masih bisa kerja." kata ibu
berusaha untuk membela anaknya."Tidak, kamu ngga ada urusan dalam hal ini!" bentak Dinda."Ok...
udah ada yang bisa berangkat?" tanya laki-laki itu."Baik," ibu pun mulai berjalan mengikuti laki-laki
misterius itu."Aku sayang kamu, Nak... jaga dirimu baik-baik..." kata ibu untuk terakhir kaliya."Ibu,
maafkan aku, aku telah bersalah, maafkan aku...""Aku telah memaafkan mu, sejak dulu nak..." kata ibu
sambil tersenyum.Akhirnya, hanya sesal yang dirasa Dinda, namun, di dalam hati kecilnya, dia selalu
bersyukur karena telah diberikan ibu semulia ibunya.
Cerpen
Gara-gara mencuri
6
Ada 3 orang anak, Brian, Zadi, dan Data. Mereka sama-sama nakal, tapi sebenernya cuma Brian yang
nakal, yang lain cuma kena pengaruh jahatnya.
Suatu hari, mereka jajan di kantin sekolah lantai 2. Di sini makanannya emang enak (pernah masuk
wisata kuliner versi majalah sekolah). Karena lapar sehabis pelajaran, mereka langsung makan.
Mereka ngambil sate 4, usus 4, nasi 2 piring, es teh 2 (banyak amat ?).
Dasar ! Setelah itu mereka langsung cabut dan hanya bayar nasi dan sate 1. Berarti sisanya gak
dibayar ! Dasar maling !Perbuatan mereka dilihat oleh Andreas (yang sudah tobat waktu main di
'Pencuri Tobat').
Andreas tidak mau kejadian seperti dirinya terulang lagi, makanya ia memperingatkan mereka di luar
kantin. "Hei, kalian bertiga, belum bayar 'kan ? Ayo bayar dulu !" "Alah, kamu ngapain sih !"sikut Zadi.
"Kalau mau, bayarin kita ya. Ha...ha...ha" ejek Brian.
Mereka pergi. Andreas cuma bisa marah dalam hati, sambil berdo'a supaya mereka diingatkan
Allah.Apa yang terjadi ? Sesampainya di rumah badan Brian gatel-gatel. Data sakit perut. Dan Zadi
paling parah, ia mengalami kecelakaan motor, untung tidak sampai parah.
Alhamdulillah, Allah SWT masih memberi mereka hidayah-Nya. Mereka bertiga sadar semua itu akibat
perbuatan mereka. Finally, mereka membayar sisa uang yang belum mereka bayar.Sekian...Tolong
masukannya ya.
Hikayat
PUTRI MELATI WANGI
Di sebuah kerajaan, ada seorang putri yang bernama Melati Wangi. Ia seorang putri yang cantik dan
pandai. Di rumahnya ia selalu menyanyi. Tetapi sayangnya ia seorang yang sombong dan suka
7
menganggap rendah orang lain. Di rumahnya ia tidak pernah mau jika disuruh menyapu oleh ibunya.
Selain itu ia juga tidak mau jika disuruh belajar memasak.
"Tidak, aku tidak mau menyapu dan memasak nanti tanganku kasar dan aku jadi kotor",kata Putri
Melati Wangi setiap kali disuruh menyapu dan belajar memasak.
Sejak kecil Putri Melati Wangi sudah dijodohkan dengan seorang pangeran yang bernama Pangeran
Tanduk Rusa. Pangeran Tanduk Rusa adalah seorang pangeran yang tampan dan gagah. Ia selalu
berburu rusa dan binatang lainnya tiap satu bulan di hutan. Karena itu ia dipanggil tanduk rusa.
Suatu hari, Putri Melati Wangi berjalan-jalan di taman. Ia melihat seekor kupu-kupu yang cantik sekali
warnanya. Ia ingin menangkap kupu-kupu itu tetapi kupu-kupu itu segera terbang. Putri Melati Wangi
terus mengejarnya sampai ia tidak sadar sudah masuk ke hutan. Sesampainya di hutan, Melati Wangi
tersesat. Ia tidak tahu jalan pulang dan haripun sudah mulai gelap. Akhirnya setelah terus berjalan, ia
menemukan sebuah gubuk yang biasa digunakan para pemburu untuk beristirahat. Akhirnya Melati
Wangi tinggal digubuk tersebut. Karena tidak ada makanan Putri Melati Wangi terpaksa memakan
buah-buahan yang ada di hutan itu. Bajunya yang semula bagus, kini menjadi robek dan compang
camping akibat tersangkut duri dan ranting pohon. Kulitnya yang dulu putih dan mulus kini menjadi
hitam dan tergores-gores karena terkena sinar matahari dan duri.
Setelah sebulan berada di hutan, ia melihat Pangeran Tanduk Rusa datang sambil
memanggul seekor rusa buruannya. "Hai Tanduk Rusa, aku Melati Wangi, tolong antarkan aku pulang,"
kata Melati Wangi. "Siapa? Melati Wangi? Melati wangi seorang Putri yang cantik dan bersih, sedang
engkau mirip seorang pengemis", kata Pangeran Tanduk Rusa. Ia tidak mengenali lagi Melati Wangi.
Karena Melati Wangi terus memohon, akhirnya Pangeran Tanduk Rusa berkata," Baiklah, aku akan
membawamu ke Kerajaan ku". Setelah sampai di Kerajaan Pangeran Tanduk Rusa. Melati Wangi di
suruh mencuci, menyapu dan memasak. Ia juga diberikan kamar yang kecil dan agak gelap. "Mengapa
nasibku menjadi begini?", keluh Melati Wangi. Setelah satu tahun berlalu, Putri Melati Wangi bertekad
untuk pulang. Ia merasa uang tabungan yang ia kumpulkan dari hasil kerjanya sudah mencukupi.
Sesampainya di rumahnya, Putri Melati Wangi disambut gembira oleh keluarganya yang mengira Putri
Melati Wangi sudah meninggal dunia.
Sejak itu Putri Melati Wangi menjadi seorang putri yang rajin.
Ia merasa mendapatkan pelajaran yang sangat berharga selama
berada di hutan dan di Kerajaan Pangeran Tanduk Rusa.
Akhirnya setahun kemudian Putri Melati Wangi dinikahkan dengan Pangeran Tanduk Rusa. Setelah
menikah, Putri Melati Wangi dan Pangeran Tanduk Rusa hidup berbahagia sampai hari tuanya.
Hikayat
Mengecoh Monyet
Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas
bertanya kepada seorang kawan yang kebetulan berjumpa di tengah jalan.
"Ada kerumunan apa di sana?" tanya Abu Nawas.
8
"Pertunjukkan keliling yang melibatkan monyet ajaib."
"Apa maksudmu dengan monyet ajaib?" kata Abu Nawas ingin tahu.
"Monyet yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan
adalah monyet itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja." kata kawan Abu
Nawas menambahkan.
Abu Nawas makin tertarik. la tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan
keajaiban binatang raksasa itu.
Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena
begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik
monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja
yang sanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk.
Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu.
Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat monyet itu
mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Monyet itu tetap menggeleng-gelengkan
kepala.
Melihat kegigihan monyet itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju
untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatang itu Abu Nawas bertanya,
"Tahukah engkau siapa aku?" Monyet itu menggeleng.
"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" tanya Abu Nawas lagi. Namun monyet
itu tetap menggeleng.
"Apakah engkau takut kepada tuanmu?" tanya Abu Nawas memancing. Monyet
itu mulai ragu.
"Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu." lanjut Abu
Nawas mulai mengancam. Akhirnya monyet itu terpaksa mengangguk-angguk.
Atas keberhasilan Abu Nawas membuat monyet itu mengangguk-angguk maka ia
mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik monyet
itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu. Pemilik monyet itu malu
bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia
melatih monyetnya mengangguk-angguk.
Bahkan ia mengancam akan menghukum berat monyetnya bila sampai bisa
dipancing penonton mengangguk-angguk terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli
apapun pertanyaan yang diajukan.
Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus
sanggup membuat monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari
sebelumnya, banyak para penonton tidak sanggup memaksa monyet itu
menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya,
Abu Nawas maju. la mengulang pertanyaan yang sama.
"Tahukah engkau siapa daku?" Monyet itu mengangguk.
"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" Monyet itu tetap mengangguk.
"Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?" pancing Abu Nawas. Monyet itu
tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya
daripada Abu Nawas.
Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.
"Tahukah engkau apa guna balsam ini?" Monyet itu tetap mengangguk .
"Baiklah, bolehkah kugosokselangkangmu dengan balsam?" Monyet itu
mengangguk.
Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja monyet itu
merasa agak kepanasan dan mulai-panik.
Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan
itu juga berisi balsam.
9
"Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?"
Abu Nawas mulai mengancam. Monyet itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa
ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil
mundur beberapa langkah.
Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan
sayembara meruntuhkan kegigihan monyet yang dianggap cerdik.
Ah, jangankan seekor monyet, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu
Nawas!
Hikayat
manusia bertelur
Sudah bertahun-tahun Baginda Raja Harun Al Rasyid ingin mengalahkan Abu Nawas. Namun
perangkap-perangkap yang selama ini dibuat semua bisa diatasi dengan cara-cara yang cemerlang
oleh Abu Nawas. Baginda Raja tidak putus asa. Masih ada puluhan jaring muslihat untuk menjerat Abu
Nawas.
10
Baginda Raja beserta para menteri sering mengunjungi tempat pemandian air hangat yang hanya
dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang terkenal. Suatu sore yang cerah ketika
Baginda Raja beserta para menterinya berendam di kolam, beliau berkata kepada para menteri, "Aku
punya akal untuk menjebak Abu Nawas."
"Apakah itu wahai Paduka yang mulia ?" tanya salah seorang menteri.
"Kalian tak usah tahu dulu. Aku hanya menghendaki kalian datang lebih dini besok sore. Jangan lupa
datanglah besok sebelum Abu Nawas datang karena aku akan mengundangnya untuk mandi bersama-
sama kita." kata Baginda Raja memberi pengarahan. Baginda Raja memang sengaja tidak
menyebutkan tipuan
apa yang akan digelar besok.
Abu Nawas diundang untuk mandi bersama Baginda Raja dan para menteri di pemandian air hangat
yang terkenal itu. Seperti yang telah direncanakan, Baginda Raja dan para meriteri sudah datang lebih
dahulu. Baginda membawa sembilan belas butir telur ayam. Delapan belas butir dibagikan kepada para
menterinya. Satu butir untuk dirinya sendiri. Kemudian Baginda memberi pengarahan singkat tentang
apa yang telah direncanakan untuk menjebak Abu Nawas.
Ketika Abu Nawas datang, Baginda Raja beserta para menteri sudah berendam di kolam. Abu Nawas
melepas pakaian dan langsung ikut berendam. Abu Nawas harap-harap cemas. Kira-kira permainan
apa lagi yang akan dihadapi. Mungkin permainan kali ini lebih berat karena Baginda Raja tidak
memberi tenggang
waktu untuk berpikir.
Tiba-tiba Baginda Raja membuyarkan lamunan Abu Nawas. Beliau berkata, "Hai Abu Nawas, aku
mengundangmu mandi bersama karena ingin mengajak engkau ikut dalam permainan kami"
"Permainan apakah itu Paduka yang mulia ?" tanya Abu Nawas belum mengerti.
"Kita sekali-kali melakukan sesuatu yang secara alami hanya bisa dilakukan oleh binatang. Sebagai
manusia kita mesti bisa dengan cara kita masing-masing." kata Baginda sambil tersenyum.
"Hamba belum mengerti Baginda yang mulia." kata Abu Nawas agak ketakutan.
"Masing-masing dari kita harus bisa bertelur seperti ayam dan barang siapa yang tidak bisa bertelur
maka ia harus dihukum!" kata Baginda.
Abu Nawas tidak berkata apa-apa. Wajahnya nampak murung. la semakin yakin dirinya tak akan bisa
lolos dari lubang jebakan Baginda dengan mudah. Melihat wajah Abu Nawas murung, wajah Baginda
Raja semakin berseri-seri.
"Nan sekarang apalagi yang kita tunggu. Kita menyelam lalu naik ke atas sambil menunjukkan telur kita
masing-masing." perintah Baginda Raja.
Baginda Raja dan para menteri mulai menyelam, kemudian naik ke atas satu persatu dengan
menanting sebutir telur ayam. Abu Nawas masih di dalam kolam. ia tentu saja tidak sempat
mempersiapkan telur karena ia memang tidak tahu kalau ia diharuskan bertelur seperti ayam. Kini Abu
Nawas tahu kalau Baginda Raja dan para menteri telah mempersiapkan telur masing-masing satu
butir. Karena belum ada seorang manusia pun yang bisa bertelur dan tidak akan pernah ada yang bisa.
Karena dadanya mulai terasa sesak. Abu Nawas cepat-cepat muncul ke permukaan kemudian naik ke
atas. Baginda Raja langsung mendekati Abu Nawas.
Abu Nawas nampak tenang, bahkan ia berlakau aneh, tiba-tiba saja ia mengeluarkan suara seperti
ayam jantan berkokok, keras sekali sehingga Baginda dan para menterinya merasa heran.
"Ampun Tuanku yang mulia. Hamba tidak bisa bertelur seperti Baginda dan para menteri." kata Abu
Nawas sambil membungkuk hormat.
"Kalau begitu engkau harus dihukum." kata Baginda bangga.
"Tunggu dulu wahai Tuanku yang mulia." kata Abu Nawas memohon.
"Apalagi hai Abu Nawas." kata Baginda tidak sabar.
"Paduka yang mulia, sebelumnya ijinkan hamba membela diri. Sebenarnya kalau hamba mau bertelur,
hamba tentu mampu. Tetapi hamba merasa menjadi ayam jantan maka hamba tidak bertelur. Hanya
11
ayam betina saja yang bisa bertelur. Kuk kuru yuuuuuk...!" kata Abu Nawas dengan membusungkan
dada.
Baginda Raja tidak bisa berkata apa-apa. Wajah Baginda dan para menteri yang semula cerah penuh
kemenangan kini mendadak berubah menjadi merah padam karena malu. Sebab mereka dianggap
ayam betina.
Abu Nawas memang licin, malah kini lebih licin dari pada belut. Karena merasa malu, Baginda Raja
Harun Al Rasyid dan para menteri segera berpakaian dan kembali ke istana tanpa mengucapkan
sapatah kata pun.
Memang Abu Nawas yang tampaknya blo'on itu sebenarnya diakui oleh para ilmuwan sebagai ahli
mantiq atau ilmu logika. Gampang saja baginya untuk membolak-balikkan dan mempermainkan kata-
kata guna menjatuhkan mental lawan-lawannya.
Hikayat
Botol Ajaib
Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu
memanggil Abu Nawas untuk dijebak dengan berbagai pertanyaan atau tugas
yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga dipanggil ke istana.
12
Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah
senyuman.
"Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku
kena serangan angin." kata Baginda Raja memulai pembicaraan.
"Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil." tanya
Abu Nawas.
"Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya."
kata Baginda.
Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la tidak
memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung
bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar
angin.
Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin.
Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat.
Sedangkan angin tidak.
Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas
pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Namun Abu Nawas tidak
begitu sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan
merupakan suatu kebutuhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang
jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia
yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan
terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol
sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.
Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk
menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sedangkan besok adalah hari
terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu
Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekejap.
Mungkin sudah takdir; kayaknya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman
karena gagal melaksanakan perintah Baginda. la berjalan gontai menuju istana.
Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia ingat sesuatu, yaitu Aladin dan
lampu wasiatnya.
"Bukankah jin itu tidak terlihat?" Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. la
berjingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat
13
mungkin menyiapkan segala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu
gerbang istana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal
karena Baginda sedang menunggu kehadirannya.
Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas.
"Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas?"
"Sudah Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil
mengeluarkan botol yang sudah disumbat. Kemudian Abu Nawas menyerahkan
botol itu.
Baginda menimang-nimang botol itu.
"Mana angin itu, hai Abu Nawas?" tanya Baginda.
"Di dalam, Tuanku yang mulia." jawab Abu Nawas penuh takzim.
"Aku tak melihat apa-apa." kata Baginda Raja.
"Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu
angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu." kata Abu Nawas
menjelaskan. Setelah tutup botol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau
kentut yang begitu menyengat hidung.
"Bau apa ini, hai Abu Nawas?!" tanya Baginda marah. "Ampun Tuanku yang
mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena
hamba takut angin yang hamba buang itu keluar maka hamba
memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol." kata Abu Nawas
ketakutan.
Tetapi Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk
akal. Dan untuk kesekian kali Abu Nawas selamat.
14

More Related Content

What's hot (19)

Cerpen 1 pop
Cerpen 1 popCerpen 1 pop
Cerpen 1 pop
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
cerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiricerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiri
 
Cinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktuCinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktu
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Cerita pendek (cerpen)
Cerita pendek (cerpen)Cerita pendek (cerpen)
Cerita pendek (cerpen)
 
My last love
My last love My last love
My last love
 
Kado buat elisa
Kado buat elisaKado buat elisa
Kado buat elisa
 
Cinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhirCinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhir
 
Toga i'm coming
Toga i'm comingToga i'm coming
Toga i'm coming
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupku
 
Cerpenku
CerpenkuCerpenku
Cerpenku
 
Alinalisis cerpen
Alinalisis cerpenAlinalisis cerpen
Alinalisis cerpen
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Adekecil
AdekecilAdekecil
Adekecil
 
Post 1
Post 1Post 1
Post 1
 
Kelompok borobudur
Kelompok  borobudurKelompok  borobudur
Kelompok borobudur
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
1st love never die camarillo maxwell
1st love never die   camarillo maxwell1st love never die   camarillo maxwell
1st love never die camarillo maxwell
 

Similar to Cerpen d hikayat

Similar to Cerpen d hikayat (20)

Kisah
KisahKisah
Kisah
 
Cc 1
Cc 1Cc 1
Cc 1
 
Pudarnya Pesona Cleopatra
Pudarnya Pesona CleopatraPudarnya Pesona Cleopatra
Pudarnya Pesona Cleopatra
 
Pudarnya pesona cleopatra
Pudarnya pesona cleopatraPudarnya pesona cleopatra
Pudarnya pesona cleopatra
 
Syal merah
Syal merahSyal merah
Syal merah
 
Ccccc
CccccCcccc
Ccccc
 
short story
short storyshort story
short story
 
Layu sebelum berkembang
Layu sebelum berkembangLayu sebelum berkembang
Layu sebelum berkembang
 
Tentang aku
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
 
Puisi kahlil gibran
Puisi kahlil gibranPuisi kahlil gibran
Puisi kahlil gibran
 
Menebus Dosa Di Jalanku
Menebus Dosa Di JalankuMenebus Dosa Di Jalanku
Menebus Dosa Di Jalanku
 
Cinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satuCinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satu
 
Cerpen akhir sebuah penantian
Cerpen akhir sebuah penantianCerpen akhir sebuah penantian
Cerpen akhir sebuah penantian
 
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
Putriberdarahungu thehalfbloodprincess
 
Rembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata IbuRembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata Ibu
 
2 perbedaan 1_hati
2 perbedaan 1_hati2 perbedaan 1_hati
2 perbedaan 1_hati
 
Kasih seorang ibu
Kasih seorang ibuKasih seorang ibu
Kasih seorang ibu
 
Kasih seorang ibu
Kasih seorang ibuKasih seorang ibu
Kasih seorang ibu
 
Cerpe
CerpeCerpe
Cerpe
 
Rasa yang tertinggal
Rasa yang tertinggalRasa yang tertinggal
Rasa yang tertinggal
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 

Cerpen d hikayat

  • 1. TUGAS Diajukan sebagai tugas perbaikan nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia Disusun Oleh : NAMA : Aep Saepudin KELAS : XII IPS 3 SMA NEGERI 4 PANDEGLANG 2010/2011 Cerpen 1
  • 2. Sebuah Penantian Nadine baru saja selesai mengejakan Qiyamul lail. Nadine belum beranjak dari tempat sujudnya ia teingat akan sahabat maya nya yang telah tidak pernah kontak lagi beberapa tahun ini. Nadine mempunyai seorang sahabat Maya, mereka bersahabat dalam dunia maya, mereka saling berbagi cerita dan pengalaman masing-masing. pada bulan Ramadhan prahara itu tiba. prahara yang membuat hubungan persahabatan yang telah dibangun hancur.....Putra ya sahabat Nadine dalam dunia maya itu mengalami kekalutan, kesedihan. Pada saat itu Nadine tidak ada untuk memberikan Suport, pengertian dan semangat..Nadine tidak ada disaat Putra membutuhkan uluran tangan Nadine. sebelum Putra menghilang Putra mengirimkan sebuah pesan singkat yang mana isinya " dimana sahabat saat sahabatnya membutuhkan uluran tangan, butuh dukungan, yang butuh perhatian....." Nadine mengingat itu semua sebagai kealpaannya sebagai seorang sahabat, ia bukannlah seorang sahabat yang baik. Nadine selalu merasa sedih dan teriris hatinya saat ia mengingat itu semua. Dalam setiap shalat ia berdoa semoga ALLAH memberikan kesempatan kepada dirinya untuk memperbaiki kesalahan yang pernah ia lakukan kepada sahabatnya..Walau hanya sahabat dalam dunia maya. Nadine yakin jika pertemuan itu akan datang, dalam hatinya yang paling dalam jika ia dan Putra akan diprtemukan oleh ALLAH. dimana ia bisa mengucapkan 'MAAF' yang selama ini hanya bisa dipendam dalam hati. Dalam selesai shalat Nadine selalu berdo'a: " Ya ALLAH hamba yakin jika pertemuan hamba dan putra bukanlah di sengaja. Engkau yang mempertemukan kami walau hanya lewat Dunia Maya. Ya ALLAH engkau jua yang menyatukan hati kami untuk menjalin tali persaudaraan dalam bingkai persahabatan. Ya ALLAH engkau jua yang mengetahui mana yang terbaik bagi setiap hambanya. Ya ALLAH, hamba yakin jika pertemuan itu akan ada, pertemuan hamba dan Putra itu akan datang..Ya ALLAH, tuntunlah hati hamba untuk tetap meyakini takdirMu.." Cerpen Hidayah Novel 2
  • 3. Aku latiefa kebanyakan orang memanggilku tiefa. sebagai seorang muslimah aku tidak bisa menjalankan kewajibanku dengan benar. seperti solat kadang-kadang(tidak lima waktu), puasa tidak Full, terkadang berpakaian minim, terlalu suka game, penggemar sinichi kudo dan masih banyak lagi. ya begitulah aku. saat diperpustakaan sekolah ku mencari novel karya ahmad tohari tapi ternyata aku tidak menemukannya. yang aku temukan ternyata sebuah novel islami.karena tertarik aku pun meminjamnya.rupanya di novel tersebut terdapat beberapa cerpen diantaranya, betty la fea, jatuh cinta pada bunga, dan lain-lain yang aku kurang mengerti apa maksudnya adalah betty la fea, inti ceritanya adalah kita harus meninggalkan nafsu duniawi. aku kurang mengerti tak kusangka aku memikirkan hal itu sampai jam 00.00 aku tidak bisa tidur mungkin karena aku terlalu banyak meminum kopi.esoknya di sekolah aku terlambat seperti biasa teman-temanku bersorak "celong-celong celong telat". sambil mengucapkan istigfar , dalam hati ku menangis mendengar ejekan mereka itu. "sabar ya fa!", santi berusaha menghiburku. saat itu pelajaran agama kebetulan sekali sedang membahas sikap zuhud dan tawakal.menurut buku agamaku, sikap zuhud adalah menghindari, meninggalkan, dan menjauhi keduniawian. selain itu terdapat juga firman Allah QS: al- 'Ankabut:64 yang artinya, dan kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan sebenarnya , sekiranya mereka mengetahui. jantungku berdetak kencang sekali ternyata yang selama ini aku lakukan adalah kesalahan besar.lalu akupun mulai berubah aku melaksanakan kewajibanku yang pertama yaitu solat 5 waktu, aku memakai kerudung saat aku di sekolah, ataupun keluar rumah, saat bulan puasa aku puasa dengan full, Ku mulai mengaji dan aku mengajak shanti bergaul dengan temen-teman yang soleh, aku tidak lagi mengidolakan sinichi kudo aku mulai belajar mengidolakan Rasulullah. alhamdulillah Allah telah memberikan hidayah untukku. TEMAN SEJATI “Keren sekali mbak itu…” begitu dalam hatiku… yang sebenarnya sama saja dengan lelaki normal lainnya… tertarik ketika melihat seseorang wanita yang menarik hati… Begitulah sebenarnya aku… seperti lelaki normal 3
  • 4. lainnya… namun memang aku bisa menjaga sikap… bersikap dingin seolah tak perduli… sampai temanku bilang aku tidak normal, ada yang bilang aku tidak punya nafsu… ah… terserahlah… bagiku kata-kata mereka itu tidak penting… Ini tidak benar… sedang aku sibuk bekerja temanku itu malah enak-enakan ngenet & chatingan… Sebenarnya aku memahami apa yang dia lakukan… & sebenarnya aku juga turut prihatin dengan dia yang belum juga menemukan jodoh… Tapi pun begitu akhir-akhir ini tampaknya dia sering teleponan dengan seseorang… yah… sepertinya dia sudah dapat kenalan baru setelah putus dari pacarnya… mungkin dia mendapatkannya dari internet… Ah… tetap saja ini waktunya kerja… aku jadi merasa jengkel dengan dia… jengkel karena memang bukan waktunya dia melakukan itu… tapi sepertinya juga karena hal lain… “Huah…!!!” capek sekali rasanya… capek… aku pun rebahan diatas atap… melihat langit yang hitam… dengan angin yang berhembus kencang. Aku jadi teringat kampung halamanku… tempat yang nyaman untukku… meski mungkin di sana aku juga tidak bisa melakukan apa-apa… masih mending di sini aku bisa berguna… bekerja dan membantu orang lain… Heh… temanku itu sebenarnya lebih bruntung dari aku… yah… kalo dia lagi stres dengan pekerjaan di rental ini atau masalah lain… dia bisa kabur, pulang ke kampungnya… tidak terlalu jauh jika dibandingkan kampungku yang di seberang… dia juga masih mempunyai orang tua lengkap… sedang aku… kedua orang tuaku sudah tidak ada… dan semoga Allah menerima mereka di surganya… amin… Ah… sesungguhnya dia masih beruntung dibandingkan aku… sekarang dia di kamarnya sedang menelepon kenalannya itu… seseorang yang sepertinya kini menghiburnya… sedang aku… Aku merasa langit semakin sepi… dan angin berhembus semakin kencang dan dingin… Aku berjalan di sudut malam… merindukan kampung halaman masa lalu… dan rasanya ingin pulang… Ah… sandainya di sana aku ditunggu seseorang… sang pujaan hati yang kudamba… bidadari hati itu… Dalam langkahku aku merasa ruang menembus dimensi… dan seketika aku tiba di kampung halamanku… ah… indahnya… Tapi sama saja… di sini juga sepi… rasanya tidak ada bedanya… aku di sana ataupun di sini… tetap saja sepi… “Elfan…!” ah… aku terkejut… ada suara yang memanggilku… suara seorang wanita yang terdengar lembut… Aku pun menoleh… Subhanallah… seorang wanita yang sangat cantik… seperti bidadari yang selalu aku impikan… aku sungguh tertegun memandangnya yang tersenyum manis dan sangat menawan… ah… bermimpikah aku… Hari sudah pagi… aku pun bangun dengan semangat baru… hari ini giliranku piket… aku pun mengambil sapu… dan kusapu, kebersihkan rental ini… Ah… terima kasih Bidadari… engkau telah memberiku semangat kembali… semestinyalah aku semakin dekat denganNya… untuk menikmati setiap hembus nafas hidupku… hari ini aku bangun dengan sebenarnya bangun… dan aku akan selalu berusaha untuk itu… Cerpen Pengorbanan bunda 4
  • 5. Pagi itu mentari bangun dari peraduannya. Memberikan warna terang di langit dan mengusir gelapnya malam. dikala semua orang tengah tertidur lelap, ada seorang wanita tua yang tak tertidur. berada di dapur, berkutat dengan kompornya yang tak mau nyala. terbatuk-batuk ia menyiapkan barang dagangannya. tak di sangka, saat seorang ibu separuh baya itu sibuk di dapur sendirian, anak perempuannya malah tertidur pulas di kamarnya. masih menikamati inahnya mimpi, masih ditemani empuknya bantal dan guling. "Nak, bangun... bantu ibu di dapur..." kata ibu sambil terbatuk-batuk.Mendengar panggilan ibunya, anak itu langsung terbangun, namun bukannya malah membantu dia malah menghardik ibunya, "Heh, ibu tua! kamu tau tidak aku kerja sampai larut malam, jadi jangan bangunkan aku sepagi ini!" kata anak itu seraya kembali lagi ke kamarnya."Dinda..." ibu setengah baya itu hanya membantin. Akhirnya, pagi sudah benar-benar datang menghampiri kota itu. Si anak yang bernama Dinda pun juga sudah bterbangun dari tidurnya yang katanya telah terganggu oleh rengekan manja ibunya."Mau ke mana kamu nak? bukannya kamu hari ini libur...?" tanya ibunya yang tengah menjemur baju. 95% baju yang iya cuci adalah baju anaknya. "Aku mau pergi ke mana bukan urusan mu tahu!" hardik anaknya sekali lagi."Tapi aku ibumu, Nak." kata ibunya mengejar si anak. "Aku berhak tau ke mana kamu pergi...""Kalau kamu sudah bisa membuat aku bahagia dan kita punya banyak uang, kamu baru aku anggap ibu!" hardik si anak lalau pergi.Ibunya jatuh lemas karena mendengar kata-kata naknya yang telah melukainya. Ia merintih, bersimpuh kepada Allah memanjatkan doa kepadaNya, memohon ampunanNya, "Ya Allah, berikan petunjuk pada hamba-Mu ini ya Allah... aku tak tau lagi apa yang harus aku lakukan pada anak hamba... hamba telah gagal..." kata si ibu sambil meneteskan air mata. 1 hari...2 hari...3 hari...4 hari...5 hari...6 hari...7 hari...sebulan...telah satu bulan lamanya Dinda tidak pulang ke rumah, ibunya telah mencarinya ke mana saj aia bisa, dengan bantuan Pak Rt ia terus mencari, keluar masuk kantor polisi untuk mencari anak satu-satunya yang ia sayangi.Setelah dua bulan lamanya, Dinda kembali ke rumahnya."Dinda, nak... kemana saja kamu? Ibu rindu kamu..." kata Ibunya."Sudah, lepaskan aku! aku nggak suka dipeluk kamu! jauh-jauh dari aku!" kata Dinda kasar seraya masuk ke kamarnya. ibunya mengikuti dari belakang."Kamu ke mana nak?" tanya ibunya dengan lembut."Apa peduli mu! sudah sana keluar!" kata Dinda kasar.Siang pu berganti malam, tiba- tiba di tengah malam yang tenag, ada suara ketukan datri pintu depan. "Tok...Tok...Tok...!""Iya...iya..." jawab ibu yang pasing mengenakan mukenah, lalu ia membuka pintunya. "Iya?""Benar di sini rumah Dinda?" tanya orang yang berperawakan besar itu."Iya, benar..." kata ibu ragu-ragu."Dia punya hutang dengan kami, kalian harus membayar hutangnya malam ini juga, kalau tidak, terpaksa, Dinda harus di jual...!' kata orang itu sambil menyeringai."Dijual? jangan... 5
  • 6. jangan... kami yakin kami bisa melunasinya... berapa hutangnya?" tanya ibu, suaranya bergetar."1.500.000 rupiah! kalian bisa bayar?" kata orang itu."hm... kami yakin kami bisa bayar... " kata ibu, tatapannya mulai mengiba. "Hahaha... sudahlah, aku yakin kau tak akan bisa bayar hutang anamu! jika kau jual rumah ini saja tak akan bisa melunasi hutang mu!" kata orang itu."Ada apa sih ribut?" tanya Dinda dari dalam."Oh, ini dia si Putri Dinda...hahahaha" kata orang itu meledek."Siap ini Dinda? kata nya kamu punya hutang?" tanya ibu."Iya, aku punya... aku memang harus pergi... kamu diem aja!" kata Dinda."Tidak, lebih baik ibu saja, ibu tidak mau merusak masa depan kamu. lagian, ibu juga masih bisa kerja." kata ibu berusaha untuk membela anaknya."Tidak, kamu ngga ada urusan dalam hal ini!" bentak Dinda."Ok... udah ada yang bisa berangkat?" tanya laki-laki itu."Baik," ibu pun mulai berjalan mengikuti laki-laki misterius itu."Aku sayang kamu, Nak... jaga dirimu baik-baik..." kata ibu untuk terakhir kaliya."Ibu, maafkan aku, aku telah bersalah, maafkan aku...""Aku telah memaafkan mu, sejak dulu nak..." kata ibu sambil tersenyum.Akhirnya, hanya sesal yang dirasa Dinda, namun, di dalam hati kecilnya, dia selalu bersyukur karena telah diberikan ibu semulia ibunya. Cerpen Gara-gara mencuri 6
  • 7. Ada 3 orang anak, Brian, Zadi, dan Data. Mereka sama-sama nakal, tapi sebenernya cuma Brian yang nakal, yang lain cuma kena pengaruh jahatnya. Suatu hari, mereka jajan di kantin sekolah lantai 2. Di sini makanannya emang enak (pernah masuk wisata kuliner versi majalah sekolah). Karena lapar sehabis pelajaran, mereka langsung makan. Mereka ngambil sate 4, usus 4, nasi 2 piring, es teh 2 (banyak amat ?). Dasar ! Setelah itu mereka langsung cabut dan hanya bayar nasi dan sate 1. Berarti sisanya gak dibayar ! Dasar maling !Perbuatan mereka dilihat oleh Andreas (yang sudah tobat waktu main di 'Pencuri Tobat'). Andreas tidak mau kejadian seperti dirinya terulang lagi, makanya ia memperingatkan mereka di luar kantin. "Hei, kalian bertiga, belum bayar 'kan ? Ayo bayar dulu !" "Alah, kamu ngapain sih !"sikut Zadi. "Kalau mau, bayarin kita ya. Ha...ha...ha" ejek Brian. Mereka pergi. Andreas cuma bisa marah dalam hati, sambil berdo'a supaya mereka diingatkan Allah.Apa yang terjadi ? Sesampainya di rumah badan Brian gatel-gatel. Data sakit perut. Dan Zadi paling parah, ia mengalami kecelakaan motor, untung tidak sampai parah. Alhamdulillah, Allah SWT masih memberi mereka hidayah-Nya. Mereka bertiga sadar semua itu akibat perbuatan mereka. Finally, mereka membayar sisa uang yang belum mereka bayar.Sekian...Tolong masukannya ya. Hikayat PUTRI MELATI WANGI Di sebuah kerajaan, ada seorang putri yang bernama Melati Wangi. Ia seorang putri yang cantik dan pandai. Di rumahnya ia selalu menyanyi. Tetapi sayangnya ia seorang yang sombong dan suka 7
  • 8. menganggap rendah orang lain. Di rumahnya ia tidak pernah mau jika disuruh menyapu oleh ibunya. Selain itu ia juga tidak mau jika disuruh belajar memasak. "Tidak, aku tidak mau menyapu dan memasak nanti tanganku kasar dan aku jadi kotor",kata Putri Melati Wangi setiap kali disuruh menyapu dan belajar memasak. Sejak kecil Putri Melati Wangi sudah dijodohkan dengan seorang pangeran yang bernama Pangeran Tanduk Rusa. Pangeran Tanduk Rusa adalah seorang pangeran yang tampan dan gagah. Ia selalu berburu rusa dan binatang lainnya tiap satu bulan di hutan. Karena itu ia dipanggil tanduk rusa. Suatu hari, Putri Melati Wangi berjalan-jalan di taman. Ia melihat seekor kupu-kupu yang cantik sekali warnanya. Ia ingin menangkap kupu-kupu itu tetapi kupu-kupu itu segera terbang. Putri Melati Wangi terus mengejarnya sampai ia tidak sadar sudah masuk ke hutan. Sesampainya di hutan, Melati Wangi tersesat. Ia tidak tahu jalan pulang dan haripun sudah mulai gelap. Akhirnya setelah terus berjalan, ia menemukan sebuah gubuk yang biasa digunakan para pemburu untuk beristirahat. Akhirnya Melati Wangi tinggal digubuk tersebut. Karena tidak ada makanan Putri Melati Wangi terpaksa memakan buah-buahan yang ada di hutan itu. Bajunya yang semula bagus, kini menjadi robek dan compang camping akibat tersangkut duri dan ranting pohon. Kulitnya yang dulu putih dan mulus kini menjadi hitam dan tergores-gores karena terkena sinar matahari dan duri. Setelah sebulan berada di hutan, ia melihat Pangeran Tanduk Rusa datang sambil memanggul seekor rusa buruannya. "Hai Tanduk Rusa, aku Melati Wangi, tolong antarkan aku pulang," kata Melati Wangi. "Siapa? Melati Wangi? Melati wangi seorang Putri yang cantik dan bersih, sedang engkau mirip seorang pengemis", kata Pangeran Tanduk Rusa. Ia tidak mengenali lagi Melati Wangi. Karena Melati Wangi terus memohon, akhirnya Pangeran Tanduk Rusa berkata," Baiklah, aku akan membawamu ke Kerajaan ku". Setelah sampai di Kerajaan Pangeran Tanduk Rusa. Melati Wangi di suruh mencuci, menyapu dan memasak. Ia juga diberikan kamar yang kecil dan agak gelap. "Mengapa nasibku menjadi begini?", keluh Melati Wangi. Setelah satu tahun berlalu, Putri Melati Wangi bertekad untuk pulang. Ia merasa uang tabungan yang ia kumpulkan dari hasil kerjanya sudah mencukupi. Sesampainya di rumahnya, Putri Melati Wangi disambut gembira oleh keluarganya yang mengira Putri Melati Wangi sudah meninggal dunia. Sejak itu Putri Melati Wangi menjadi seorang putri yang rajin. Ia merasa mendapatkan pelajaran yang sangat berharga selama berada di hutan dan di Kerajaan Pangeran Tanduk Rusa. Akhirnya setahun kemudian Putri Melati Wangi dinikahkan dengan Pangeran Tanduk Rusa. Setelah menikah, Putri Melati Wangi dan Pangeran Tanduk Rusa hidup berbahagia sampai hari tuanya. Hikayat Mengecoh Monyet Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yang kebetulan berjumpa di tengah jalan. "Ada kerumunan apa di sana?" tanya Abu Nawas. 8
  • 9. "Pertunjukkan keliling yang melibatkan monyet ajaib." "Apa maksudmu dengan monyet ajaib?" kata Abu Nawas ingin tahu. "Monyet yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan adalah monyet itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja." kata kawan Abu Nawas menambahkan. Abu Nawas makin tertarik. la tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu. Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk. Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat monyet itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Monyet itu tetap menggeleng-gelengkan kepala. Melihat kegigihan monyet itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatang itu Abu Nawas bertanya, "Tahukah engkau siapa aku?" Monyet itu menggeleng. "Apakah engkau tidak takut kepadaku?" tanya Abu Nawas lagi. Namun monyet itu tetap menggeleng. "Apakah engkau takut kepada tuanmu?" tanya Abu Nawas memancing. Monyet itu mulai ragu. "Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu." lanjut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya monyet itu terpaksa mengangguk-angguk. Atas keberhasilan Abu Nawas membuat monyet itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik monyet itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu. Pemilik monyet itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melatih monyetnya mengangguk-angguk. Bahkan ia mengancam akan menghukum berat monyetnya bila sampai bisa dipancing penonton mengangguk-angguk terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pertanyaan yang diajukan. Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus sanggup membuat monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya, banyak para penonton tidak sanggup memaksa monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya, Abu Nawas maju. la mengulang pertanyaan yang sama. "Tahukah engkau siapa daku?" Monyet itu mengangguk. "Apakah engkau tidak takut kepadaku?" Monyet itu tetap mengangguk. "Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?" pancing Abu Nawas. Monyet itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas. Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas. "Tahukah engkau apa guna balsam ini?" Monyet itu tetap mengangguk . "Baiklah, bolehkah kugosokselangkangmu dengan balsam?" Monyet itu mengangguk. Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja monyet itu merasa agak kepanasan dan mulai-panik. Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam. 9
  • 10. "Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?" Abu Nawas mulai mengancam. Monyet itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah. Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan monyet yang dianggap cerdik. Ah, jangankan seekor monyet, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu Nawas! Hikayat manusia bertelur Sudah bertahun-tahun Baginda Raja Harun Al Rasyid ingin mengalahkan Abu Nawas. Namun perangkap-perangkap yang selama ini dibuat semua bisa diatasi dengan cara-cara yang cemerlang oleh Abu Nawas. Baginda Raja tidak putus asa. Masih ada puluhan jaring muslihat untuk menjerat Abu Nawas. 10
  • 11. Baginda Raja beserta para menteri sering mengunjungi tempat pemandian air hangat yang hanya dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang terkenal. Suatu sore yang cerah ketika Baginda Raja beserta para menterinya berendam di kolam, beliau berkata kepada para menteri, "Aku punya akal untuk menjebak Abu Nawas." "Apakah itu wahai Paduka yang mulia ?" tanya salah seorang menteri. "Kalian tak usah tahu dulu. Aku hanya menghendaki kalian datang lebih dini besok sore. Jangan lupa datanglah besok sebelum Abu Nawas datang karena aku akan mengundangnya untuk mandi bersama- sama kita." kata Baginda Raja memberi pengarahan. Baginda Raja memang sengaja tidak menyebutkan tipuan apa yang akan digelar besok. Abu Nawas diundang untuk mandi bersama Baginda Raja dan para menteri di pemandian air hangat yang terkenal itu. Seperti yang telah direncanakan, Baginda Raja dan para meriteri sudah datang lebih dahulu. Baginda membawa sembilan belas butir telur ayam. Delapan belas butir dibagikan kepada para menterinya. Satu butir untuk dirinya sendiri. Kemudian Baginda memberi pengarahan singkat tentang apa yang telah direncanakan untuk menjebak Abu Nawas. Ketika Abu Nawas datang, Baginda Raja beserta para menteri sudah berendam di kolam. Abu Nawas melepas pakaian dan langsung ikut berendam. Abu Nawas harap-harap cemas. Kira-kira permainan apa lagi yang akan dihadapi. Mungkin permainan kali ini lebih berat karena Baginda Raja tidak memberi tenggang waktu untuk berpikir. Tiba-tiba Baginda Raja membuyarkan lamunan Abu Nawas. Beliau berkata, "Hai Abu Nawas, aku mengundangmu mandi bersama karena ingin mengajak engkau ikut dalam permainan kami" "Permainan apakah itu Paduka yang mulia ?" tanya Abu Nawas belum mengerti. "Kita sekali-kali melakukan sesuatu yang secara alami hanya bisa dilakukan oleh binatang. Sebagai manusia kita mesti bisa dengan cara kita masing-masing." kata Baginda sambil tersenyum. "Hamba belum mengerti Baginda yang mulia." kata Abu Nawas agak ketakutan. "Masing-masing dari kita harus bisa bertelur seperti ayam dan barang siapa yang tidak bisa bertelur maka ia harus dihukum!" kata Baginda. Abu Nawas tidak berkata apa-apa. Wajahnya nampak murung. la semakin yakin dirinya tak akan bisa lolos dari lubang jebakan Baginda dengan mudah. Melihat wajah Abu Nawas murung, wajah Baginda Raja semakin berseri-seri. "Nan sekarang apalagi yang kita tunggu. Kita menyelam lalu naik ke atas sambil menunjukkan telur kita masing-masing." perintah Baginda Raja. Baginda Raja dan para menteri mulai menyelam, kemudian naik ke atas satu persatu dengan menanting sebutir telur ayam. Abu Nawas masih di dalam kolam. ia tentu saja tidak sempat mempersiapkan telur karena ia memang tidak tahu kalau ia diharuskan bertelur seperti ayam. Kini Abu Nawas tahu kalau Baginda Raja dan para menteri telah mempersiapkan telur masing-masing satu butir. Karena belum ada seorang manusia pun yang bisa bertelur dan tidak akan pernah ada yang bisa. Karena dadanya mulai terasa sesak. Abu Nawas cepat-cepat muncul ke permukaan kemudian naik ke atas. Baginda Raja langsung mendekati Abu Nawas. Abu Nawas nampak tenang, bahkan ia berlakau aneh, tiba-tiba saja ia mengeluarkan suara seperti ayam jantan berkokok, keras sekali sehingga Baginda dan para menterinya merasa heran. "Ampun Tuanku yang mulia. Hamba tidak bisa bertelur seperti Baginda dan para menteri." kata Abu Nawas sambil membungkuk hormat. "Kalau begitu engkau harus dihukum." kata Baginda bangga. "Tunggu dulu wahai Tuanku yang mulia." kata Abu Nawas memohon. "Apalagi hai Abu Nawas." kata Baginda tidak sabar. "Paduka yang mulia, sebelumnya ijinkan hamba membela diri. Sebenarnya kalau hamba mau bertelur, hamba tentu mampu. Tetapi hamba merasa menjadi ayam jantan maka hamba tidak bertelur. Hanya 11
  • 12. ayam betina saja yang bisa bertelur. Kuk kuru yuuuuuk...!" kata Abu Nawas dengan membusungkan dada. Baginda Raja tidak bisa berkata apa-apa. Wajah Baginda dan para menteri yang semula cerah penuh kemenangan kini mendadak berubah menjadi merah padam karena malu. Sebab mereka dianggap ayam betina. Abu Nawas memang licin, malah kini lebih licin dari pada belut. Karena merasa malu, Baginda Raja Harun Al Rasyid dan para menteri segera berpakaian dan kembali ke istana tanpa mengucapkan sapatah kata pun. Memang Abu Nawas yang tampaknya blo'on itu sebenarnya diakui oleh para ilmuwan sebagai ahli mantiq atau ilmu logika. Gampang saja baginya untuk membolak-balikkan dan mempermainkan kata- kata guna menjatuhkan mental lawan-lawannya. Hikayat Botol Ajaib Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk dijebak dengan berbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga dipanggil ke istana. 12
  • 13. Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. "Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin." kata Baginda Raja memulai pembicaraan. "Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil." tanya Abu Nawas. "Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya." kata Baginda. Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Baginda hanya memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja. Namun Abu Nawas tidak begitu sedih. Karena berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan terutama orang-orang miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya. Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya. Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya sekejap. Mungkin sudah takdir; kayaknya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah Baginda. la berjalan gontai menuju istana. Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia ingat sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya. "Bukankah jin itu tidak terlihat?" Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. la berjingkrak girang dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat 13
  • 14. mungkin menyiapkan segala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu gerbang istana Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya. Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas. "Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas?" "Sudah Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil mengeluarkan botol yang sudah disumbat. Kemudian Abu Nawas menyerahkan botol itu. Baginda menimang-nimang botol itu. "Mana angin itu, hai Abu Nawas?" tanya Baginda. "Di dalam, Tuanku yang mulia." jawab Abu Nawas penuh takzim. "Aku tak melihat apa-apa." kata Baginda Raja. "Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu." kata Abu Nawas menjelaskan. Setelah tutup botol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyengat hidung. "Bau apa ini, hai Abu Nawas?!" tanya Baginda marah. "Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin yang hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol." kata Abu Nawas ketakutan. Tetapi Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. Dan untuk kesekian kali Abu Nawas selamat. 14