Orang yang suka menyepelekan orang lain akan menerima konsekuensi yang pahit. Mereka akan hancur berkeping-keping, sering berganti pasangan, dan sulit mengendalikan anak-anak mereka. Prinsip Alkitab melarang memperlakukan orang lain dengan sepele karena setiap manusia diciptakan berharga oleh Allah. Yesus juga mengajarkan untuk merendahkan diri bukan meninggikan diri.
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
Konsekuensi Suka Sepele!
1. Konsekuensi Suka Sepele!
Sering aku mendapati orang-orang yang suka sepele sama orang hancur berkeping-
keping. Tak mau ku sebut rinci, tapi kawan-kawan SMPku di fesbuk ku pikir sepakat kalau salah
satu murid berprestasi di kelas kami suka kali sepele sama orang-orang. Ya, dia cantik, pintar
dan up to date dalam segala hal. Tapi justru itu pula yang buat dia suka sepele sama orang,
termasuk kepadaku. Dia pandang sebelah mata kali awak ini bah!
Karena sering menang lomba, guru-guru puji dia. Sampai-sampai, kalau dia salahpun
guru gak berani koreksi dia. Yang benar bisa salah dibuatnya. Bahkan guru diatur. Bodohlah
guru-guru dibuatnya bah! Aku tercengang dan bingung kok bisa hal tersebut terjadi. Tapi ya
tersimpan saja di hatiku. Setiap datang pun dia ke toko opungku di Papua, kek gitu juga gayanya.
Merintah dan terkesan memaksa. Tak ada sedikit pun penghargaannya sama awak. Padahal kalau
beribadah, dialah paling no satu tampil di depan nyanyi. Suaranya bagus pula. Tapi, apapun
kelebihan dia, tak sedikit pun aku punya minat pribadi terhadapnya. Tak berarti sama sekali itu
bagiku!
Bertahun-tahun, tepat seperti yang ku bilang, orang yang suka menyepelekan orang itu
hancur berkeping-keping. Kawanku itu gonta-ganti pacar hampir sebulan sekali. Tak tahu aku
entah berapa lelaki yang sudah kecup bibirnya dan berpelukan dengannya. Ah...risih kalilah aku!
Pokoknya semasa SMP aku muak nengok gaya dia. Guru-guru pun ku lihat toleransi hal tersebut
mengingat dia murid berprestasi. Gak usah lah lagi aku cerita ujung akhir hidupnya mendetail.
SMA aku jumpa juga anak kek gini. Dia paling sirik kalau lihat orang lain bisa lebih atau
dapat nilai lebih. Satu kali dia yang juga masih berkawan denganku di FB minta makalahku, aku
kasih. Giliran punya dia ku minta, dia gak kasih. Kawan-kawan kelompokku jadi marah. Sudah
sering dia buatku marah, satu kali aku balas.
Saat dia presentasi, aku tunjuk tangan. Aku sengaja jatuhkan makalahnya lalu ku injak.
Itu dilihat semua kawanku. Lalu sengaja ku bilang," Ah...kok bisa jatuh makalahnya" dengan
perasaan geram terhadapnya. Kawan sekelompokku tertawa senang. Guru Kimiaku tertawa lihat
aku. Dia mungkin paham apa yang sedang terjadi. Aku memang gak suka kali ada anak yang
suka menonjolkan diri dan mau menang sendiri, anggap sepele orang lain! Aku tak tahu apa dia
sekarang masih suka seperti itu.
Nah, yang lebih parah lagi di Medan ini ku tengok! Banyak kali orang yang suka sepele
lihat orang lain. Sudah gitu dilihat orang kek manusia rohani pula itu dah! Gagal paham awak
sama model manusia rohani gara-gara ulah mereka. Semua pada lomba-lomba nomor satu, beda
banget dengan ajaran Yesus yang selalu tandaskan perlunya mengalah, rela berkorban serta
menghindari kasih yang pura-pura.
Praktek di lapangan ku lihat banyak orang sibuk urusin perkara-perkara yang tampak di
mata biar dipuji-puji. Kalau masalah kecil seperti misalnya menjenguk saudara/i sakit, gak punya
waktu. Kalau lihat kawan sebayanya atau yang punya kelebihan, dia anggap musuh yang
pantasnya disepak.
2. Ada lagi yang pelit minta ampun padahal hartanya gitu melimpah. Tapi balik lagi lah
awak ingat khotbah di JW Broadcasting bahwa biasanya orang-orang yang gak punya banyak
harta malah yang murah hati. Sudah terbukti juganya itu saat susah kali hidup awak, mana ada
sanak saudara yang bantu awak. Yang kaya raya pun tak ada hati sama sekali, semua hanya
pamer, lomba unjuk gigi siapa yang paling kaya. Sakit hati kali awak! Tapi Bapak Jahowa yang
obati perasaan awak dalam keadaan susah kali, depresi berat, buru-buru mau kuliah. Tak bisa
awak ingkari juga bahwa banyak orang dipergunakan Bapak Jahowa bantu awak untuk bisa
berada di kondisi sekarang. Kebanyakan mereka adalah orang-orang tak berada. Dan aku sangat
berterima kasih atas kehadiran mereka dalam hidupku.
Salah satu bukti konsekuensi pahit yang diterima orang yang suka sepele sama orang lain
adalah anak-anak mereka sulit diatur dan banyak yang hancur. Gak menuduh siapa-siapa, tapi
itulah yang ku tengok-tengok.
Padahal kalau prinsip Alkitabnya sangat jelas, suka sepele itu sama saja merendahkan
harga diri orang. Merendahkan orang sama saja merendahkan Pencipta. Sebab, Allah Yehuwa
menciptakan manusia sesuai dengan gambarNya. Artinya, manusia sangat berharga di mata
Bapak Yehuwa, jadi Dia gak mau kita anggap sepele orang.
Yesus yang Guru Agung juga ajarkan itu sama murid-muridnya. Pada suatu kesempatan,
sewaktu berbicara dengan orang Farisi yang suka mencari kedudukan terkemuka, Yesus
mengatakan, ”Setiap orang yang meninggikan diri akan direndahkan dan dia yang merendahkan
diri akan ditinggikan.” (Luk. 14:11).
Oya, parah konsekuensi suka sepele sama orang, lebih parah lagi konsekuensi sepele
sama perkara-perkara rohani. Sebab, Bapak Jahowa sudah tetapkan manakala Dia akan
binasakan Dunia Setan yang suka sepele ini. Sayang kalau kita tak mau teliti apa yang Bapak
Jahowa singkapkan dalam Alkitab.