SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Kisah Kasih Kehidupan Kampus
Oleh: Rully Prasetyawati
Malas rasanya untuk beranjak dari tempat tidur
yang nyaman ini ketika matahari mulai menggelitikku
untuk segera membuka mata. Dinginnya kota Bandung
membuat kemalasanku semakin menjadi. Aku harus
bangun dan tidak boleh terlambat karena hari ini adalah
hari pertamaku masuk kampus dan hari ini adalah ospek
pertamaku.
***
Tapi dasar sial. Aku terlambat dan para senior di
depan sana sudah memperhatikanku sejak tadi dengan
senyum penuh kemenangan. Seakan-akan mereka
mendapat sarapan daging segar di pagi hari dengan
melihat kedatanganku. Aku tahu dengan pasti apa yang
sedang mereka pikirkan. Pasti mereka sedang
memikirkan hukuman apa yang pantas aku dapatkan
karena datang terlambat di hari pertama ospek. Tapi aku
tidak sendirian karena ada satu cowok yang datang
terlambat sepertiku.
Setelah kami berdua diberi “sarapan” oleh para
senior, kami diberikan hukuman agar tidak terlambat lagi
di hari ke dua sampai berakhirnya ospek. Kami berdua di
jemur di tengah-tengah lapangan yang pada saat
bersamaan, matahari sedang bersemangat menyinari
kami dengan panasnya. Aku berdiri dalam diam dan hal
yang sama juga sedang dilakukan oleh cowok yang
berdiri tepat di sampingku.
***
“Karin”, panggil salah satu seniorku. “Kamu cepat
kesini.”
Aku pun segera berjalan ke depan dengan rasa malas.
“Karena kamu telat, sekarang kamu nyanyi di depan
saya”, perintahnya lagi.
“Iya kak.”
Aku pun mulai menyanyi tapi belum juga satu baris aku
menyanyi senior itu menyuruhku berhenti.
“Lagu apa itu. Kenapa nyanyi lagu barat? Kamu nggak
suka sama lagu-lagu dalam negeri? Ganti lagu. Sekarang
kamu nyanyiin lagu dalam negeri saja.”
“Jelek sekali suaramu! Sudahlah tidak usah menyanyi.
Bikin telingaku sakit saja”, teriaknya lagi.
“Kakak pikir suara kakak nggak bikin telingaku sakit?”,
tanyaku.
Aku mulai muak dengan kata-kata senior di depanku ini.
“Kamu bilang apa? Suaraku bikin telingamu sakit? Coba
kamu ulangi kata-kata kamu barusan!”, teriaknya dengan
garang.
“Suara kakak bikin telingaku sakit. Daritadi kakak
teriak-teriak nggak jelas di depanku dan bilang ini itu.
Padahal aku tahu kalau aku hanya melakukan satu
kesalahan. Tapi kenapa kakak menghukumku dengan
berlebihan?”
“Karena saya ingin menghukum kamu. Itu saja.
Sekarang kamu ikut saya ke aula di depan. Kamu lihat
kan tempat itu sangat kotor dan berantakan. Aku mau
kamu bersihkan aula itu.”
Aku hanya diam dan menganggukkan kepalaku.
“Kamu tidak dengar aku ngomong ya? Kenapa diam
aja”, ucapnya.
“Iya kak.”
Rio nama seniorku itu, akhirnya keluar dari aula dan
meninggalkan aku sendirian.
“Dia pikir aku ini pembantunya apa ya disuruh bersih-
bersih ruangan gede kayak gini” gerutuku. “Kan udah
ada tukang bersih-bersihnya kenapa mesti nyuruh aku
sih. Bersih-bersihnya nanti aja deh. Biar aja bersih-
bersih disini sampai pulang ketimbang dikasih hukuman
yang lain. Mendingan disini suasananya enak, sepi dan
aku bisa sendirian”, kataku.
“Kata siapa kamu disini sendirian? Kamu bakal ada yang
nemenin sekarang.”
Tiba-tiba ada dua orang lain yang sudah berada di dalam
ruangan yang sama denganku dan salah satunya adalah
cowok yang tadi pagi datang terlambat denganku.
“Sekarang kalian berdua bersihkan tempat ini dan jangan
berisik.”
Kami berdua membersihkan aula yang sangat besar ini
dengan saling bungkam tanpa ada yang berniat untuk
memulai pembicaraan.
***
“Kenapa belum kelar juga pekerjaan kalian? Sengaja ya
biar bisa lama-lama disini? Trus bisa berduaan”, tanya
Rio.
Kami berdua tidak ada yang menyahut pertanyan dari
Rio.
“Nama kamu siapa?”, tanya Rio padaku.
“Karin” jawabku dengan acuh.
“Kamu?”
Pertanyaan yang sama denganku tapi untuk orang yang
berbeda.
“Adit”, jawabnya yang sama acuhnya denganku.
“Karin dan Adit. Kalian tahu kenapa kami menghukum
kalian?”
“Tidak”, jawabku dan Adit bareng.
“Kalian sama-sama telah melakukan dua kesalahan.
Yang pertama kalian datang terlambat dan yang kedua
kalian membantah kami para senior. Disini kami punya
peraturan.
Peraturan yang pertama adalah senior tidak pernah salah
dan peraturan yang kedua jika senior salah maka kembali
ke peraturan pertama. Jadi kalian tidak berhak untuk
membantah segala perkataan dan perintah kami”,
tegasnya.
“Bagaimana bisa kami tidak membantah perintah kalian
kalau apa yang diperintahkan senior untuk kami sudah
melampaui batas kewajaran. Kalian memberi kami
perintah dengan bermacam-macam keanehan dan tidak
ada habisnya. Kami ini manusia sama seperti kalian para
senior bukan hewan yang dicolok hidungnya yang bisa
diperintah apa saja sesuai keinginan kalian. Kami ini
bukan badut yang bisa memberi kalian hiburan. Kami
disini bukan untuk menghibur kalian. Kami disini belajar
untuk mencari ilmu yang tentunya bermanfaat bagi kami.
Apa kalian pikir acara perpeloncoan seperti ini
memberikan manfaat untuk kami? Sama sekali tidak.
Kenapa kalian tidak membuat sebuah acara yang
bermanfaat agar bisa menambah wawasan kami”, ucap
Adit dengan tegas dan kalem.
“Jadi kamu bisa bikin acara apa yang menurut kamu
lebih bermanfaat dari acara kami hah?”, ucap Rio yang
nampak geram dengan perkataan Adit.
“Kalau suatu saat nanti aku jadi ketuanya, kakak akan
tahu sendiri acara apa yang akan aku pilih untuk ospek
seperti sekarang”, jawab Adit tanpa ragu.
“Oh ya? Aku tidak yakin kamu bisa. Cowok kayak kamu
itu bisanya cuma ngomong doang”, remehnya.
“Apa yang membuat kakak bicara seperti itu kepada
kami? Seolah-olah kami ini tidak punya kemampuan
yang mumpuni. Kalau kami bisa masuk universitas ini
dengan mengalahkan ribuan anak lain yang sama-sama
ingin masuk universitas ini, kenapa kami tidak bisa
menjalankan tugas seperti yang kakak maksud? Kami
bisa berada disini saat ini karena kami mempunyai
kemampuan, kelebihan dan memang kami layak ada
disini. Jadi tolong jangan remehkan kami”, kataku
dengan lantang.
Rio dan Adit melihatku secara bersamaan. Mereka cukup
kaget karena aku ikut dalam perdebatan sengit mereka.
“Kalian berdua beda dari junior-junior yang lain. Aku
hargai keberanian kalian. Sekarang aku akan
membebaskan kalian dari hukuman ini. Kalian boleh
bergabung dengan yang lain. Tapi aku akan tagih janji
kalian tadi suatu saat nanti. Jadi kalian berdua harus
persiapkan diri untuk bergabung dengan kami nanti.
Kalian boleh pergi sekarang”, ucap Rio dengan tenang.
***
Adit adalah anak yang pintar. Aku
mengetahuinya karena kami berada di satu kelas dan saat
itu dosen kami menyuruhnya maju untuk mengerjakan
soal yang ada di papan tulis sebagai hukuman karena
datang terlambat pada hari itu.
Soal-soal yang ada di papan tulis dapat dia kerjakan
hanya dalam waktu lima menit padahal aku tahu itu
bukan soal yang mudah utnuk diselesaikan.
Ketika kami berdua berpapasan di kampus, kami
hanya tersenyum dan menundukkan kepala lalu
meneruskan perjalanan kami masing-masing.
Sebenarnya ada keinginan kuat dalam diriku untuk
menyapa dan mengajaknya berbicara. Tapi aku selalu
diam ketika bertemu dengannya.
“Karin”, teriak seseorang dari kejauhan.
“Iya kak Rio. Ada apa?”, tanyaku.
“Kamu ada waktu? Aku mau ngomong sama kamu.”
“Ini aku lagi kosong nggak ada kuliah kak. Mau
ngomong apa?”
“Ini soal pembicaraan kita waktu ospek dulu. Aku mau
kamu gabung dengan organisasi kami.”
“Bagaimana bisa aku yang baru semester awal menjadi
anggota organisasimu kak?”, kataku kaget.
“Bisa saja. Sekarang kamu ikut aku. Kamu sudah siap
untuk ikut tess kan?”, tanya Rio dengan santainya.
“Tes?”
“Iya, tes masuk organisasi. Kamu akan kami tes sebagai
langkah awal. Kamu siap?”
“Siap”, kataku tegas.
“Bagus. Sekarang kamu ikut aku”, ucap Rio.
***
“Saya rasa kami sudah cukup menguji pengetahuan dan
kemampuanmu. Menurut kami kamu mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam organisasi yang
tidak diragukan lagi karena pengalamanmu sebelumnya.
Jadi mulai sekarang kamu Karin bisa bergabung dengan
kami dan selamat datang di keluarga kamu yang baru”,
terang Rio setelah hampir dua jam mengujiku di dalam
ruangan.
Setelah itu muncul lah Adit dari dalam ruangan yang
ternyata juga mengalami hal yang sama denganku.
“Kalian berdua adalah anggota baru kami sekarang. Saat
ini kami ada satu acara besar yang kami adakan secara
rutin tiap satu tahun sekali dan kami mau kalian berdua
terlibat di dalamnya”, ucap Rio lagi.
Sejak saat itu kita sering pergi berdua untuk
mendiskusikan beberapa hal yang berkaitan dengan
proyek kerja kami dan tidak jarang juga kita berdiskusi
di rumahku. Sampai-sampai teman kami mengira kalau
kami berdua pacaran.
Aku merasa bahwa di luar urusan organisasi, Adit
adalah anak yang menyenangkan, asik diajak ngobrol,
dan dia humoris. Berbeda ketika kami sedang
membicarakan masalah kampus atau organisasi. Dia
akan menjadi sosok yang serius.
Adit dapat menceritakan apa saja padaku
termasuk pengalaman dan permasalahan hidupnya.
Sebaliknya, aku juga dapat menceritakan segala
permasalahan hidupku padanya tanpa ragu. Dia adalah
pendengar dan sekaligus tempat curhat yang paling baik.
Aku merasa nyaman berada di samping Adit dan aku
menghabiskan banyak waktuku dengannya. Sampai
suatu hari saat aku melihatnya dengan seorang wanita
lain yang tidak aku kenal, aku merasa cemburu padanya.
Aku tidak suka melihat kedekatan mereka berdua yang
terlihat sangat akrab.
“Siapa sih cewek itu? Kok mereka berdua akrab banget
ya. Aku juga nggak pernah melihat dia. Apa dia anak
baru di kampus ini? Atau dia anak kampus lain?”,
tanyaku dalam hati.
Aku sangat penasaran sama cewek yang bersama Adit
tadi. Bahkan di kelas pun aku juga nggak fokus sama
kuliah. Aku sangat ingin tanya sama Adit siapa cewek
yang bersamanya tadi dan aku sudah memantapkan
hatiku untuk bertanya pada Adit selesai kuliah nanti.
“Karin keluar yuk”, ajak Adit setelah kuliah selesai.
“Kemana?”, tanyaku cuek.
“Kamu maunya kemana.?”
“Aku lagi gak ada ide.”
“Gimana kalau kita ke pantai?”
“Terserah kamu deh Dit.”
“Kamu kenapa sih Karin kok kayaknya lagi bad mood
gitu? Apa kamu lagi PMS?”
“Nggak juga. Lagi males mikir aja”, jawabku dingin.
“Kamu bohong. Aku tahu kamu lagi bad mood. Kenapa?
Cerita sama aku dong. Biasanya juga apa-apa ceritanya
sama aku”, jawab Adit dengan sabarnya.
“Tadi siapa Dit? Cewek yang sama kamu tadi pagi?”
“Cewek tadi pagi? Itu sepupuku, Maya. Tadi pagi dia di
suruh mamaku buat nganterin proposal yang ketinggalan
di rumah. Kebetulan kampusnya melewati kampus kita.
Kenapa? Kamu nggak suka ya aku deket sama cewek
lain?”, tanya Adit terus terang.
“Iya Adit. Aku nggak suka melihatnya”, jawabku jujur.
“Terus kamu pengennya gimana Karin?”
“Menurut kamu pengennya aku apa?”, tanyaku balik.
“Menurut aku pengennya kamu itu Adit cuma buat
Karin. Bener nggak?”
“Iya. Aku pengen kamu itu cuma buat Karin bukan buat
yang lain. Karin nggak suka lihat kamu dekat sama
cewek lain Dit.”
“Aku bisa aja nggak deket-deket sama cewek lain
asalkan kamu juga nggak deket-deket sama cowok lain
karena aku juga nggak suka ngeliatnya. Aku marah kalau
ada cowok lain yang deket sama kamu dan bisa bikin
kamu ketawa kayak yang aku lakuin ke kamu.
Mulai sekarang aku mau kita janji sama diri kita masing-
masing buat menjaga hati kita dari orang lain. Gimana
Karin?”
“Iya Adit. Aku janji akan menjaga hati aku dari orang
lain karena hati ini cuma buat kamu. Hati Karin cuma
buat Adit”, jawabku senang.
“Dan hati Adit cuma buat Karin”, balas Adit.
Mulai hari ini kita berdua janji satu sama lain untuk
menjaga hati kita masing-masing sampai waktu yang
tidak ditentukan.

More Related Content

What's hot

Cerpen : Kisah Cinta, Entahlah
Cerpen : Kisah Cinta, EntahlahCerpen : Kisah Cinta, Entahlah
Cerpen : Kisah Cinta, EntahlahQuina Fathonah
 
CERITA PENDEK PENGALAMAN PRIBADI BAHASA INDONESIA
CERITA PENDEK PENGALAMAN PRIBADI BAHASA INDONESIACERITA PENDEK PENGALAMAN PRIBADI BAHASA INDONESIA
CERITA PENDEK PENGALAMAN PRIBADI BAHASA INDONESIAYohanesHendyW
 
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"Nur Widdya Kurniati
 
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by MardhatillahCerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by MardhatillahMardhatillah Ibrahim
 
Cerita Dewasa ML Dengan Ibu Ibu Tetangga Rumahku Yang Binal
Cerita Dewasa ML Dengan Ibu Ibu Tetangga Rumahku Yang BinalCerita Dewasa ML Dengan Ibu Ibu Tetangga Rumahku Yang Binal
Cerita Dewasa ML Dengan Ibu Ibu Tetangga Rumahku Yang Binalchristineong2212
 
Cerita seks ngentot teteh hot
Cerita seks ngentot teteh hotCerita seks ngentot teteh hot
Cerita seks ngentot teteh hotdesiDesiAmalia
 
Naskah drama " Bakat Siswa "
Naskah drama " Bakat Siswa "Naskah drama " Bakat Siswa "
Naskah drama " Bakat Siswa "Rachmah Safitri
 
Naskah drama pertengkaran
Naskah drama pertengkaranNaskah drama pertengkaran
Naskah drama pertengkaranagung hanafi
 
Cerita bro
Cerita broCerita bro
Cerita broAry Ain
 
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Fajar Sany
 

What's hot (20)

Naskah drama 4 orang pemborosan
Naskah drama 4 orang pemborosanNaskah drama 4 orang pemborosan
Naskah drama 4 orang pemborosan
 
Drama 6 orang
Drama 6 orangDrama 6 orang
Drama 6 orang
 
Cerpen "Meraih Mimpi"
Cerpen "Meraih Mimpi"Cerpen "Meraih Mimpi"
Cerpen "Meraih Mimpi"
 
Cerpen : Kisah Cinta, Entahlah
Cerpen : Kisah Cinta, EntahlahCerpen : Kisah Cinta, Entahlah
Cerpen : Kisah Cinta, Entahlah
 
CERITA PENDEK PENGALAMAN PRIBADI BAHASA INDONESIA
CERITA PENDEK PENGALAMAN PRIBADI BAHASA INDONESIACERITA PENDEK PENGALAMAN PRIBADI BAHASA INDONESIA
CERITA PENDEK PENGALAMAN PRIBADI BAHASA INDONESIA
 
Naskah drama bawang merah bawang
Naskah drama bawang merah bawangNaskah drama bawang merah bawang
Naskah drama bawang merah bawang
 
Aku tersesat
Aku tersesatAku tersesat
Aku tersesat
 
Naskah drama 4 orang persahabatan
Naskah drama 4 orang persahabatanNaskah drama 4 orang persahabatan
Naskah drama 4 orang persahabatan
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
 
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by MardhatillahCerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
 
Naskah Drama Jawa
Naskah Drama JawaNaskah Drama Jawa
Naskah Drama Jawa
 
Cerita Dewasa ML Dengan Ibu Ibu Tetangga Rumahku Yang Binal
Cerita Dewasa ML Dengan Ibu Ibu Tetangga Rumahku Yang BinalCerita Dewasa ML Dengan Ibu Ibu Tetangga Rumahku Yang Binal
Cerita Dewasa ML Dengan Ibu Ibu Tetangga Rumahku Yang Binal
 
Naskah drama 8 orang
Naskah drama 8 orangNaskah drama 8 orang
Naskah drama 8 orang
 
Cerita seks ngentot teteh hot
Cerita seks ngentot teteh hotCerita seks ngentot teteh hot
Cerita seks ngentot teteh hot
 
Naskah Drama Hukum Karma Berlaku
Naskah Drama Hukum Karma BerlakuNaskah Drama Hukum Karma Berlaku
Naskah Drama Hukum Karma Berlaku
 
Naskah drama " Bakat Siswa "
Naskah drama " Bakat Siswa "Naskah drama " Bakat Siswa "
Naskah drama " Bakat Siswa "
 
Naskah drama pertengkaran
Naskah drama pertengkaranNaskah drama pertengkaran
Naskah drama pertengkaran
 
Cerita bro
Cerita broCerita bro
Cerita bro
 
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
 

Similar to Cerpen 1 pop

Similar to Cerpen 1 pop (20)

Cc 1
Cc 1Cc 1
Cc 1
 
Cinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satuCinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satu
 
Cinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhirCinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhir
 
Cerpen - Pelajaran Unik
Cerpen - Pelajaran UnikCerpen - Pelajaran Unik
Cerpen - Pelajaran Unik
 
Cerpenku
CerpenkuCerpenku
Cerpenku
 
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatikuKelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
 
Kumpulan Teks Anekdot
Kumpulan Teks AnekdotKumpulan Teks Anekdot
Kumpulan Teks Anekdot
 
Adekecil
AdekecilAdekecil
Adekecil
 
Kecil kecil keren
Kecil kecil kerenKecil kecil keren
Kecil kecil keren
 
My last love
My last love My last love
My last love
 
Orang pertama
Orang pertamaOrang pertama
Orang pertama
 
K3
K3K3
K3
 
The true of my live
The true of my liveThe true of my live
The true of my live
 
Syal merah
Syal merahSyal merah
Syal merah
 
Post 1
Post 1Post 1
Post 1
 
Kado buat elisa
Kado buat elisaKado buat elisa
Kado buat elisa
 
Jingga untuk matahari part 2
Jingga untuk matahari part 2Jingga untuk matahari part 2
Jingga untuk matahari part 2
 
Lilin yang kan selalu kujaga
Lilin yang kan selalu kujagaLilin yang kan selalu kujaga
Lilin yang kan selalu kujaga
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Cerita Dewasa Sensasi Mesum Bersama Sahabat Istriku
Cerita Dewasa Sensasi Mesum Bersama Sahabat IstrikuCerita Dewasa Sensasi Mesum Bersama Sahabat Istriku
Cerita Dewasa Sensasi Mesum Bersama Sahabat Istriku
 

Cerpen 1 pop

  • 1. Kisah Kasih Kehidupan Kampus Oleh: Rully Prasetyawati Malas rasanya untuk beranjak dari tempat tidur yang nyaman ini ketika matahari mulai menggelitikku untuk segera membuka mata. Dinginnya kota Bandung membuat kemalasanku semakin menjadi. Aku harus bangun dan tidak boleh terlambat karena hari ini adalah hari pertamaku masuk kampus dan hari ini adalah ospek pertamaku. *** Tapi dasar sial. Aku terlambat dan para senior di depan sana sudah memperhatikanku sejak tadi dengan senyum penuh kemenangan. Seakan-akan mereka mendapat sarapan daging segar di pagi hari dengan melihat kedatanganku. Aku tahu dengan pasti apa yang sedang mereka pikirkan. Pasti mereka sedang memikirkan hukuman apa yang pantas aku dapatkan karena datang terlambat di hari pertama ospek. Tapi aku tidak sendirian karena ada satu cowok yang datang terlambat sepertiku.
  • 2. Setelah kami berdua diberi “sarapan” oleh para senior, kami diberikan hukuman agar tidak terlambat lagi di hari ke dua sampai berakhirnya ospek. Kami berdua di jemur di tengah-tengah lapangan yang pada saat bersamaan, matahari sedang bersemangat menyinari kami dengan panasnya. Aku berdiri dalam diam dan hal yang sama juga sedang dilakukan oleh cowok yang berdiri tepat di sampingku. *** “Karin”, panggil salah satu seniorku. “Kamu cepat kesini.” Aku pun segera berjalan ke depan dengan rasa malas. “Karena kamu telat, sekarang kamu nyanyi di depan saya”, perintahnya lagi. “Iya kak.” Aku pun mulai menyanyi tapi belum juga satu baris aku menyanyi senior itu menyuruhku berhenti. “Lagu apa itu. Kenapa nyanyi lagu barat? Kamu nggak suka sama lagu-lagu dalam negeri? Ganti lagu. Sekarang kamu nyanyiin lagu dalam negeri saja.” “Jelek sekali suaramu! Sudahlah tidak usah menyanyi. Bikin telingaku sakit saja”, teriaknya lagi.
  • 3. “Kakak pikir suara kakak nggak bikin telingaku sakit?”, tanyaku. Aku mulai muak dengan kata-kata senior di depanku ini. “Kamu bilang apa? Suaraku bikin telingamu sakit? Coba kamu ulangi kata-kata kamu barusan!”, teriaknya dengan garang. “Suara kakak bikin telingaku sakit. Daritadi kakak teriak-teriak nggak jelas di depanku dan bilang ini itu. Padahal aku tahu kalau aku hanya melakukan satu kesalahan. Tapi kenapa kakak menghukumku dengan berlebihan?” “Karena saya ingin menghukum kamu. Itu saja. Sekarang kamu ikut saya ke aula di depan. Kamu lihat kan tempat itu sangat kotor dan berantakan. Aku mau kamu bersihkan aula itu.” Aku hanya diam dan menganggukkan kepalaku. “Kamu tidak dengar aku ngomong ya? Kenapa diam aja”, ucapnya. “Iya kak.” Rio nama seniorku itu, akhirnya keluar dari aula dan meninggalkan aku sendirian.
  • 4. “Dia pikir aku ini pembantunya apa ya disuruh bersih- bersih ruangan gede kayak gini” gerutuku. “Kan udah ada tukang bersih-bersihnya kenapa mesti nyuruh aku sih. Bersih-bersihnya nanti aja deh. Biar aja bersih- bersih disini sampai pulang ketimbang dikasih hukuman yang lain. Mendingan disini suasananya enak, sepi dan aku bisa sendirian”, kataku. “Kata siapa kamu disini sendirian? Kamu bakal ada yang nemenin sekarang.” Tiba-tiba ada dua orang lain yang sudah berada di dalam ruangan yang sama denganku dan salah satunya adalah cowok yang tadi pagi datang terlambat denganku. “Sekarang kalian berdua bersihkan tempat ini dan jangan berisik.” Kami berdua membersihkan aula yang sangat besar ini dengan saling bungkam tanpa ada yang berniat untuk memulai pembicaraan. *** “Kenapa belum kelar juga pekerjaan kalian? Sengaja ya biar bisa lama-lama disini? Trus bisa berduaan”, tanya Rio.
  • 5. Kami berdua tidak ada yang menyahut pertanyan dari Rio. “Nama kamu siapa?”, tanya Rio padaku. “Karin” jawabku dengan acuh. “Kamu?” Pertanyaan yang sama denganku tapi untuk orang yang berbeda. “Adit”, jawabnya yang sama acuhnya denganku. “Karin dan Adit. Kalian tahu kenapa kami menghukum kalian?” “Tidak”, jawabku dan Adit bareng. “Kalian sama-sama telah melakukan dua kesalahan. Yang pertama kalian datang terlambat dan yang kedua kalian membantah kami para senior. Disini kami punya peraturan. Peraturan yang pertama adalah senior tidak pernah salah dan peraturan yang kedua jika senior salah maka kembali ke peraturan pertama. Jadi kalian tidak berhak untuk membantah segala perkataan dan perintah kami”, tegasnya. “Bagaimana bisa kami tidak membantah perintah kalian kalau apa yang diperintahkan senior untuk kami sudah
  • 6. melampaui batas kewajaran. Kalian memberi kami perintah dengan bermacam-macam keanehan dan tidak ada habisnya. Kami ini manusia sama seperti kalian para senior bukan hewan yang dicolok hidungnya yang bisa diperintah apa saja sesuai keinginan kalian. Kami ini bukan badut yang bisa memberi kalian hiburan. Kami disini bukan untuk menghibur kalian. Kami disini belajar untuk mencari ilmu yang tentunya bermanfaat bagi kami. Apa kalian pikir acara perpeloncoan seperti ini memberikan manfaat untuk kami? Sama sekali tidak. Kenapa kalian tidak membuat sebuah acara yang bermanfaat agar bisa menambah wawasan kami”, ucap Adit dengan tegas dan kalem. “Jadi kamu bisa bikin acara apa yang menurut kamu lebih bermanfaat dari acara kami hah?”, ucap Rio yang nampak geram dengan perkataan Adit. “Kalau suatu saat nanti aku jadi ketuanya, kakak akan tahu sendiri acara apa yang akan aku pilih untuk ospek seperti sekarang”, jawab Adit tanpa ragu. “Oh ya? Aku tidak yakin kamu bisa. Cowok kayak kamu itu bisanya cuma ngomong doang”, remehnya.
  • 7. “Apa yang membuat kakak bicara seperti itu kepada kami? Seolah-olah kami ini tidak punya kemampuan yang mumpuni. Kalau kami bisa masuk universitas ini dengan mengalahkan ribuan anak lain yang sama-sama ingin masuk universitas ini, kenapa kami tidak bisa menjalankan tugas seperti yang kakak maksud? Kami bisa berada disini saat ini karena kami mempunyai kemampuan, kelebihan dan memang kami layak ada disini. Jadi tolong jangan remehkan kami”, kataku dengan lantang. Rio dan Adit melihatku secara bersamaan. Mereka cukup kaget karena aku ikut dalam perdebatan sengit mereka. “Kalian berdua beda dari junior-junior yang lain. Aku hargai keberanian kalian. Sekarang aku akan membebaskan kalian dari hukuman ini. Kalian boleh bergabung dengan yang lain. Tapi aku akan tagih janji kalian tadi suatu saat nanti. Jadi kalian berdua harus persiapkan diri untuk bergabung dengan kami nanti. Kalian boleh pergi sekarang”, ucap Rio dengan tenang. ***
  • 8. Adit adalah anak yang pintar. Aku mengetahuinya karena kami berada di satu kelas dan saat itu dosen kami menyuruhnya maju untuk mengerjakan soal yang ada di papan tulis sebagai hukuman karena datang terlambat pada hari itu. Soal-soal yang ada di papan tulis dapat dia kerjakan hanya dalam waktu lima menit padahal aku tahu itu bukan soal yang mudah utnuk diselesaikan. Ketika kami berdua berpapasan di kampus, kami hanya tersenyum dan menundukkan kepala lalu meneruskan perjalanan kami masing-masing. Sebenarnya ada keinginan kuat dalam diriku untuk menyapa dan mengajaknya berbicara. Tapi aku selalu diam ketika bertemu dengannya. “Karin”, teriak seseorang dari kejauhan. “Iya kak Rio. Ada apa?”, tanyaku. “Kamu ada waktu? Aku mau ngomong sama kamu.” “Ini aku lagi kosong nggak ada kuliah kak. Mau ngomong apa?” “Ini soal pembicaraan kita waktu ospek dulu. Aku mau kamu gabung dengan organisasi kami.”
  • 9. “Bagaimana bisa aku yang baru semester awal menjadi anggota organisasimu kak?”, kataku kaget. “Bisa saja. Sekarang kamu ikut aku. Kamu sudah siap untuk ikut tess kan?”, tanya Rio dengan santainya. “Tes?” “Iya, tes masuk organisasi. Kamu akan kami tes sebagai langkah awal. Kamu siap?” “Siap”, kataku tegas. “Bagus. Sekarang kamu ikut aku”, ucap Rio. *** “Saya rasa kami sudah cukup menguji pengetahuan dan kemampuanmu. Menurut kami kamu mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam organisasi yang tidak diragukan lagi karena pengalamanmu sebelumnya. Jadi mulai sekarang kamu Karin bisa bergabung dengan kami dan selamat datang di keluarga kamu yang baru”, terang Rio setelah hampir dua jam mengujiku di dalam ruangan. Setelah itu muncul lah Adit dari dalam ruangan yang ternyata juga mengalami hal yang sama denganku. “Kalian berdua adalah anggota baru kami sekarang. Saat ini kami ada satu acara besar yang kami adakan secara
  • 10. rutin tiap satu tahun sekali dan kami mau kalian berdua terlibat di dalamnya”, ucap Rio lagi. Sejak saat itu kita sering pergi berdua untuk mendiskusikan beberapa hal yang berkaitan dengan proyek kerja kami dan tidak jarang juga kita berdiskusi di rumahku. Sampai-sampai teman kami mengira kalau kami berdua pacaran. Aku merasa bahwa di luar urusan organisasi, Adit adalah anak yang menyenangkan, asik diajak ngobrol, dan dia humoris. Berbeda ketika kami sedang membicarakan masalah kampus atau organisasi. Dia akan menjadi sosok yang serius. Adit dapat menceritakan apa saja padaku termasuk pengalaman dan permasalahan hidupnya. Sebaliknya, aku juga dapat menceritakan segala permasalahan hidupku padanya tanpa ragu. Dia adalah pendengar dan sekaligus tempat curhat yang paling baik. Aku merasa nyaman berada di samping Adit dan aku menghabiskan banyak waktuku dengannya. Sampai suatu hari saat aku melihatnya dengan seorang wanita lain yang tidak aku kenal, aku merasa cemburu padanya.
  • 11. Aku tidak suka melihat kedekatan mereka berdua yang terlihat sangat akrab. “Siapa sih cewek itu? Kok mereka berdua akrab banget ya. Aku juga nggak pernah melihat dia. Apa dia anak baru di kampus ini? Atau dia anak kampus lain?”, tanyaku dalam hati. Aku sangat penasaran sama cewek yang bersama Adit tadi. Bahkan di kelas pun aku juga nggak fokus sama kuliah. Aku sangat ingin tanya sama Adit siapa cewek yang bersamanya tadi dan aku sudah memantapkan hatiku untuk bertanya pada Adit selesai kuliah nanti. “Karin keluar yuk”, ajak Adit setelah kuliah selesai. “Kemana?”, tanyaku cuek. “Kamu maunya kemana.?” “Aku lagi gak ada ide.” “Gimana kalau kita ke pantai?” “Terserah kamu deh Dit.” “Kamu kenapa sih Karin kok kayaknya lagi bad mood gitu? Apa kamu lagi PMS?” “Nggak juga. Lagi males mikir aja”, jawabku dingin.
  • 12. “Kamu bohong. Aku tahu kamu lagi bad mood. Kenapa? Cerita sama aku dong. Biasanya juga apa-apa ceritanya sama aku”, jawab Adit dengan sabarnya. “Tadi siapa Dit? Cewek yang sama kamu tadi pagi?” “Cewek tadi pagi? Itu sepupuku, Maya. Tadi pagi dia di suruh mamaku buat nganterin proposal yang ketinggalan di rumah. Kebetulan kampusnya melewati kampus kita. Kenapa? Kamu nggak suka ya aku deket sama cewek lain?”, tanya Adit terus terang. “Iya Adit. Aku nggak suka melihatnya”, jawabku jujur. “Terus kamu pengennya gimana Karin?” “Menurut kamu pengennya aku apa?”, tanyaku balik. “Menurut aku pengennya kamu itu Adit cuma buat Karin. Bener nggak?” “Iya. Aku pengen kamu itu cuma buat Karin bukan buat yang lain. Karin nggak suka lihat kamu dekat sama cewek lain Dit.” “Aku bisa aja nggak deket-deket sama cewek lain asalkan kamu juga nggak deket-deket sama cowok lain karena aku juga nggak suka ngeliatnya. Aku marah kalau ada cowok lain yang deket sama kamu dan bisa bikin kamu ketawa kayak yang aku lakuin ke kamu.
  • 13. Mulai sekarang aku mau kita janji sama diri kita masing- masing buat menjaga hati kita dari orang lain. Gimana Karin?” “Iya Adit. Aku janji akan menjaga hati aku dari orang lain karena hati ini cuma buat kamu. Hati Karin cuma buat Adit”, jawabku senang. “Dan hati Adit cuma buat Karin”, balas Adit. Mulai hari ini kita berdua janji satu sama lain untuk menjaga hati kita masing-masing sampai waktu yang tidak ditentukan.