SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
FRAKTAL KOCH SNOWFLAKE
Muhammad Sahid – 152151095
muhammad_sahid85@yahoo.com
uji serta syukur penulis
panjatkan kepada raja dari
segala raja, cinta dari segala
cinta, pencipta dari segala pencipta
yakni Alloh swt dan sholawat beserta
salam semoga terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad saw. Atas berkat
dan rahmat-Nya penulis bisa
menyelesaikan karya tulis dari
sebuah fraktal. Istilah fraktal
diberikan oleh Benoit Mandelbrot
tahun 1975 dan diturunkan dari
bahasa latin, fractus yang berarti
“pecah” atau “patah” fraktal
matematika didasarkan pada
persamaan iterasi, semacam umpan
balik berdasarkan rekursif.
Mandelbrot menggunakan
dimensi yang lebih abstrak daripada
yang digunakan dalam Euclid
(geometri biasa yang diajarkan
disekolah), dengan menyatakan
bahwa dimensi sebuah fraktalharus
digunakan sebagai pangkat pada saat
mengukurnya. Hasilnya adalah
bahwa sebuah fraktal tidak mungkin
diperlakukan seperti benda-benda
geometris lain yang berdimensi satu,
dua, atau bilangan-bilangan bulat
lain. Akan tetapi, fraktal harus
diperlakukan secara matematis
sebagai bentuk-bentuk geometris
yang berdimensi pecahan. Sebagai
contoh fraktal Koch snowflake
1.2618.
Fraktal Koch snowflake
dihasilkan oleh prosdur geometris
sederhana yang dapat diiterasikan tak
terbatas dengan membagi segmen
sisi segitiga samasisi menjadi tiga
bagian yang sama. Seperti gambar
dibawah ini.
Fraktal Koch snowflake atau bunga
salju memiliki motif yang sangat
bagus apabila terus menerus
diiterasikan. Motif dari Koch
snowflake sering digunakan oleh
orang-orang zaman dulu dinegara
china dengan menerapkannya pada
motif sebuah jendela.
Pada fraktal koch snowflake
bisa dicari banyaknya segitiga pada
suku ke-n (Un), jumlah banyaknya
segitiga pada suku ke-n (Sn), panjang
benang yang dibutuhkan pada suku
ke-n (Un), jumlah panjang benang
yang dibutuhkan pada suku ke-n (Sn),
luas total segitiga pada suku ke-n
(Un), jumlah luas total segitiga pada
suku ke-n (Sn) serta pembuktian
secara induksi matematika dari
masing-masing rumus yang sudah
diperoleh untuk membuktikan bahwa
rumus tersebut adalah benar. Oleh
karena itu, penulis Akan
membahasnya secara lengkap jelas
dan faktual. Perhatikan uraian
dibawah ini secara seksama.
segitiga samasisia dengan panjang rusuk 1 cm menghasilkan koch snowfalke dengan panjang rusuknya dibagi tiga seiring bertambahnya suku
1 cm
Gambar 1.koch snowflake
U4U3U2U1
P
1) Banyaknya segitiga pada suku ke-n (Un)
Bangun yang sudah ada dapat dihitung untuk banyaknya segitiga pada suku
ke-n (Un) dari data dibawah ini.
U1 U2 U3 U4 U5 . . . Un
1 , 4 , 16 , 64 , 256 , . . . , Un
dari data diatas dapat diperoleh a = 1 serta r = 4 yang membentuk sebuah pola
beraturan atau disebut dengan barisan geometri. Rumus untuk mencari suku
ke-n (Un), apabila diketahui a sebagai suku ke-1 (U1) dan r sebagai rasio
(pengali) dalam barisan aritmatika adalah Un = arn-1maka untuk mencari suku
ke-n (Un) dari pola diatas ialah
Un = arn-1 , a = 1 dan r = 4
Un = 4n-1
2) Jumlah banyaknya segitiga pada suku ke-n (Sn)
Jika dijumlahkan banyaknya segitiga dari suku ke-1 sampai dengan suku
ke-n maka diperoleh suatu pola sebagai berikut.
U1 + U2 + U3 + U4 + U5 + . . . + Un
1 + 4 + 16 + 64 + 256 + . . . + Un
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pola diatas juga sama memiliki a = 1
serta r = 4 dan untuk mencari jumlah pola diatas yaitu dengan menggunakan
rumus deret geometri yakni
Sn = a(rn – 1) r ≥ 1
r – 1
Apabila a = 1 serta r = 4 disubstitusikan pada rumus deret geometri maka
diperoleh
Sn = a(rn – 1)
r – 1
Sn = 1(4n – 1)
4 – 1
Sn = (4n – 1)
3
Sn =
1
3
(4 𝑛
− 1)
Jadi, rumus untuk jumlah banyaknya segitiga pada suku ke-n (Sn) ialah
Sn =
1
3
(4 𝑛
− 1).
3) Pembuktian secara induksi matematika
Pembuktian secara induksi matematika dari
1 + 4 +16 + 64 + 256 + . . . + 4n-1 =
1
3
(4n
− 1)
Bukti :
 Misalkan p(n) menyatakan 1 + 4 +16 + 64 + 256 + . . . + 4n-1 =
1
3
(4n
− 1)
P(1) adalah 41-1 =
1
3
(41
− 1)
40 =
1
3
(4 − 1)
1 =
1
3
(3)
1 = 1
pernyatan benar.
 Diasumsikan bahwa p(k) benar untuk suatu bilangan asli k, yaitu :
1 + 4 +16 + 64 + 256 + . . . + 4k-1 =
1
3
(4k
− 1), pernyataan benar.
Selanjutnya harus ditunjukan bahwa p(k+1) benar, yaitu :
1 + 4 +16 + 64 + 256 + . . . + 4k-1 +4k =
1
3
(4k+1
− 1)
Hal ini ditunjukan sebagai berikut :
1 + 4 +16 + 64 + 256 + . . . + 4k-1 +4k =
1
3
(4k
− 1) + 4 𝑘
=
1
3
(4k
− 1) + 4 𝑘
=
1
3
.4k
−
1
3
+ 4 𝑘
=
1
3
.4k
+ 4 𝑘
−
1
3
=
4
3
.4 𝑘
−
1
3
=
4k
.4
3
−
1
3
=
1
3
(4 𝑘+1
− 1)
Ternyata 1 + 4 +16 + 64 + 256 + . . . + 4k-1 + 4k =
1
3
(4k+1
− 1) untuk
p(k+1) pernyataan benar. Sehingga p(n) benar untuk setiap bilangan asli n.
4) Panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Un)
Benang yang dibutuhkan untuk membuat suatu bangun dari suku ke-1
sampai suku ke-n membentuk sebuah pola. Menghitung benang yang
dibutuhkan berarti sama halnya dengan mencari keliling bangun tersebut
karena bangun yang menjadi objek disini tanpa disertai garis dalam. Panjang
benang pada generator utama yaitu 3 cm, ini berarti tiap sisi panjangnya 1 cm.
Panjang benang untuk suatu bangun hasil iterasi dari generator utama ialah
6 dikali 1/3 kemudian dijumlahkan dengan 3 dikurangi 3 dikali 1/3, begitu juga
bangun selanjutnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut.
3 = 3
3-3(
1
3
) + 6(
1
3
) = 3 + 3(
1
3
)
3-3(
1
3
) + 6 (
1
3
) − 12 (
1
9
) + 24(
1
9
) = 3 + 3 (
1
3
) + 12(
1
9
)
. . .
pola yang diperoleh sekarang ialah
3 , 3 + 3(
1
3
) , 3 + 3 (
1
3
) + 12(
1
9
) , 3 + 3(
1
3
) + 12 (
1
9
) + 48(
1
27
) , . . . , Un
pola diatas jika diperhatikan lebih seksama lagi, tampak seperti pola dari suatu
deret geometri yaitu 3 + 3(
1
3
) + 12 (
1
9
) + 48 (
1
27
) + . . .+ Un. Dari pola tersebut
dicari rumus jumlah ke-n (Sn) dengan alasan untuk mencari rumus dari panjang
benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Un). Untuk mempermudah dalam
mencari rumus jumlah ke-n (Sn) dari 3 + 3 (
1
3
) + 12 (
1
9
) + 48 (
1
27
)+ . . .+ Un, angka
3 sebagai suku pertama dihilangkan kemudian pola yang diperoleh ialah
3 (
1
3
) + 12 (
1
9
) + 48 (
1
27
)+ . . .+ Un
Dari pola yang ada diperoleh a =
3
3
serta r =
3
4
, dengan menggunakan
Sn =
𝑎(𝑟 𝑛
−1)
𝑟−1
r ≥ 1 maka Sn =
𝑎(𝑟 𝑛
−1)
𝑟−1
=
3
3
[(
4
3
)
𝑛
−1]
4
3
−1
=
3
3
[(
4
3
)
𝑛
−1]
1
3
= 3[(
4
3
)
𝑛
− 1]
Adapun untuk penyesuaian rumus pada pola 3 + 3(1
3
)+ 12(1
9
)+ 48( 1
27
)+ . . . + Un
ialah 3 + 3[(
4
3
)
𝑛−1
− 1]. Berarti rumus untuk panjang benang yang
dibutuhkan pada suku ke-n (Un) pada pola
3 , 3 + 3(
1
3
) , 3 + 3 (
1
3
) + 12(
1
9
), 3 + 3(
1
3
) + 12 (
1
9
) + 48(
1
27
) , . . . , Un
ialah Un = 3 + 3[(
4
3
)
𝑛−1
− 1].
5) Jumlah panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Sn)
jumlah panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Sn) diperoleh dari
U1 + U2 + U3 + U4 + . . . + Un dengan suku-sukunya dari pola panjang benang
yang dibutuhkan pada suku ke-n (Un). Oleh karena itu,
3 + 3 + 3(
1
3
) + 3 + 3(
1
3
) + 12(
1
9
) + 3 + 3(
1
3
) + 12(
1
9
) + 48 (
1
27
) + . . . + Un
merupakan pola dari jumlah panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n
(Sn). Untuk mempermudah dalam mencari rumus jumlah ke-n (Sn), bisa
mendefinisikan kembali bahwa S1 = U1, S2 = U1+U2, S3 = U1+U2+U3 dan
seterusnya. Perhatikan uraian berikut.
S1 = 3 + 3 [(
4
3
)
1−1
− 1] = 3 + 3 [(
4
3
)
0
− 1] = 1(3)
S2 = 3 + 3 [(
4
3
)
0
− 1] + 3 + 3 [(
4
3
)
1
− 1] = 2(3) + 3[(
4
3
)
1
− 1]
S3 = 3 + 3 [(
4
3
)
0
− 1] + 3 + 3 [(
4
3
)
1
− 1] + 3 + 3 [(
4
3
)
2
− 1] = 3(3) + 3 [(
4
3
)
1
+ (
4
3
)
2
− 2]
. . .
dari data diatas dapat diduga suatu rumus, bahwa tulisan yang berwarna ungu
merupakan suatu deret geometri dengan a =
4
3
dan r =
4
3
maka
Sn =
𝑎(𝑟 𝑛
−1)
𝑟−1
=
4
3
[(
4
3
)
𝑛
−1]
4
3
−1
=
4
3
[(
4
3
)
𝑛
−1]
1
3
=4 [(
4
3
)
𝑛
− 1].
Sehingga diperoleh rumus
Untuk jumlah panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Sn) adalah
Sn = 3𝑛 + 3 [4 {(
4
3
)
𝑛−1
− 1} − ( 𝑛 − 1)] = 3𝑛 + 12 (
4
3
)
𝑛−1
− 12 − 3𝑛 + 3 = 12 (
4
3
)
𝑛−1
− 9
6) Pembuktian secara induksi matematika
Akan dibuktikan bahwa pernyataan
3 + 3 + 3 (1
3
) + 3 + 3 (1
3
) + 12 (1
9
) + 3 + 3 (1
3
) + 12 (1
9
) + 48 (1
27
) + . . . + 3 + 3 [(4
3
)
𝑛−1
− 1] = 12 (4
3
)
𝑛−1
− 9
Adalah benar. Bukti :
 Misalkan p(n) menyatakan
3 + 3 + 3 (1
3
) + 3 + 3 (1
3
) + 12 (1
9
) + 3 + 3 (1
3
) + 12 (1
9
) + 48 (1
27
) + . . . + 3 + 3 [(4
3
)
𝑛−1
− 1] = 12 (4
3
)
𝑛−1
− 9
P(1) ialah 3 + 3[(
4
3
)
𝑛−1
− 1] = 12(
4
3
)
𝑛−1
− 9
3 + 3 [(
4
3
)
1−1
− 1] = 12 (
4
3
)
1−1
− 9
3 + 3 [(
4
3
)
0
− 1] = 12 (
4
3
)
0
− 9
3 + 3[1 − 1] = 12.1 − 9
3 + 3[0] = 12 − 9
3 = 3 , pernyataan benar.
 Diasumsikan bahwa p(k) benar untuk suatu bilangan asli k, yaitu :
3 + 3 + 3 (1
3
) + 3 + 3 (1
3
) + 12 (1
9
) + 3 + 3 (1
3
) + 12 (1
9
) + 48 (1
27
) + . . . + 3 + 3 [(4
3
)
𝑘−1
− 1] = 12(4
3
)
𝑘−1
− 9
Selanjutnya harus ditunjukan bahwa p(k+1) benar, yaitu :
3 + 3 + 3(
1
3
) + 3 + 3 (
1
3
) + 12(
1
9
) + . . . + 3 + 3 [(
4
3
)
𝑘−1
− 1] + 3 + 3 [(
4
3
)
𝑘
− 1] = 12 (
4
3
)
𝑘
− 9
[3 + 3 + 3 (
1
3
) + 3 + 3 (
1
3
) + 12 (
1
9
) + . . . + 3 + 3[(
4
3
)
𝑘−1
− 1]] + 3 + 3 [(
4
3
)
𝑘
− 1] = 12(
4
3
)
𝑘
− 9
[12 (4
3
)
𝑘−1
− 9] + 3 + 3 [(4
3
)
𝑘
− 1] = 12 (4
3
)
𝑘
− 9
12 (4
3
)
𝑘−1
− 9 + 3 + 3 [(4
3
)
𝑘
− 1] = 12 (4
3
)
𝑘
− 9
12.3.4 𝑘
4.3 𝑘
− 6 +
3.4 𝑘
3 𝑘
− 3 = 12(4
3
)
𝑘
− 9
9.4 𝑘
3 𝑘
+
3.4 𝑘
3 𝑘
− 9 = 12 (4
3
)
𝑘
− 9
12 (4 𝑘
3 𝑘
)− 9 = 12(4
3
)
𝑘
− 9
12 (4
3
)
𝑘
− 9 = 12 (4
3
)
𝑘
− 9
Ternyata
3 + 3 + 3(
1
3
) + 3 + 3 (
1
3
) + 12(
1
9
) + . . . + 3 + 3 [(
4
3
)
𝑘−1
− 1] + 3 + 3 [(
4
3
)
𝑘
− 1] = 12 (
4
3
)
𝑘
− 9
Untuk p(k+1) pernyataan benar. Sehingga p(n) benar untuk setiap bilangan
asli n.
7) Luas total segitiga pada suku ke-n (Un)
Fraktal koch snowflake bisa dihitung luas bangun atau luas total segitiga
yang membangunnya dengan catatan diawal, bahwa bangun tersebut tanpa
disertai dengan garis dalam yakni apabila dilukiskan yang tampak hanya garis
luar saja sekaligus menjadi kelilingnya. Hal yang harus diketahui dalam
mencari luas segitiga pada dasarnya adalah alas beserta tingginya. Dari fraktal
ini, bisa diperoleh alas beserta tingginya seperti pembahasan dibawah ini.
Untuk mendapatkan luas segitiga pertama (L1) maka tinggi dan alas segitiga
yang digunakan adalah segitiga yang menjadi generator. Begitu pula untuk luas
segitiga ke-n (Ln) maka tinggi dan alas yang digunakan adalah hasil dari iterasi
segitiga yang ada sebelumnya. Oleh karena itu, perlu dicari terlebih dahulu
tinggi dan alasnya untuk mendapatkan luas segitiga.
t1 = √12 − (
1
2
)
2
= √1 −
1
4
= √
3
4
=
1
2
√3
t2 = √(
1
3
)
2
− (
1
6
)
2
= √
1
9
−
1
36
= √
3
36
=
1
6
√3
t3 = √(
1
9
)
2
− (
1
18
)
2
= √
1
81
−
1
324
= √
3
324
=
1
18
√3
. . .
bahkan alas yang digunakan dalam mencari luas segitiga, membentuk suatu
barisan geometri yaitu 1 ,
1
3
,
1
9
,
1
27
,
1
81
, . . . , Un .
Data diatas dapat menunjukan dalam mencari luas segitiga ke-n (Ln) atau
bisa disebut luas segitiga terkecilnya. Selanjutnya mencari luas segitiga ke-n
(Ln) yaitu :
L1=
1
2
. 1.
1
2
√3 = (
1
2
)
2
√3
L2=
1
2
.
1
3
.
1
6
√3 = (
1
6
)
2
√3
L3=
1
2
.
1
9
.
1
18
√3 = (
1
18
)
2
√3
. . .
karena dalam setiap suku terdapat beberapa segitiga kecuali segitiga yang
menjadi generator utama, maka untuk luas segitiganya ialah jumlah dari luas
segitiga pada suku ke-n (Un) atau luas total segitiga pada suku ke-n (Un)
dengan membentuk pola sebagai berikut.
t_3t_2t_1 1
9
1
18
1
3
1
6
1
1
1
2
proy eksi setengah segitiga samasisi pada masing-masing iterasi
Gambar 1.2
(
1
2
)
2
√3 ,(
1
2
)
2
√3 + (
1
6
)
2
√3 ,(
1
2
)
2
√3+ (
1
6
)
2
√3 + (
1
18
)
2
√3 , . . . , Un
Pola diatas sama halnya dengan sebuah deret geometri yaitu
(
1
2
)
2
√3 + (
1
6
)
2
√3 + (
1
18
)
2
√3 + (
1
54
)
2
√3 + (
1
162
)
2
√3 , . . . , Un
deret tersebut bisa dirubah lagi untuk mempermudah dalam perhitungan yaitu
1
4
√3 +
1
36
√3 +
1
324
√3 +
1
2916
√3 +
1
26244
√3 , . . . , Un yang memiliki a =
1
4
√3
dan r =
1
9
. Dapat disimpulkan bahwa pola untuk luas total segitiga pada suku
ke-n (Un) yakni
(
1
2
)
2
√3 ,(
1
2
)
2
√3 + (
1
6
)
2
√3 ,(
1
2
)
2
√3+ (
1
6
)
2
√3 + (
1
18
)
2
√3 , . . . , Un
merupakan suatu deret geometri yang memiliki a =
1
4
√3 dan r =
1
9
, jadi rumus
yang didapat dengan menggunakan Sn =
𝑎(1−𝑟 𝑛)
1−𝑟
, r ˂ 1
adalah Sn=
𝑎(1−𝑟 𝑛 )
1−𝑟
=
1
4
√3(1−(
1
9
)
𝑛
)
1−
1
9
=
1
4
√3(1−(
1
9
)
𝑛
)
8
9
=
9
32
√3[1 − (
1
9
)
𝑛
]
Jadi rumus untuk luas total segitiga pada suku ke-n (Un) adalah
Un=
9
32
√3[1 − (
1
9
)
𝑛
]
8) Jumlah luas total segitiga pada suku ke-n (Sn)
Pola yang diperoleh ialah dengan menambahkan suku-suku dari pola luas
total segitiga pada suku ke-n (Un) seperti dibawah ini :
(
1
2
)
2
√3 + (
1
2
)
2
√3 + (
1
6
)
2
√3 + (
1
2
)
2
√3 + (
1
6
)
2
√3 + (
1
18
)
2
√3+ . . .+ Un
jika diuraikan jumlah suku per suku menjadi
S1=
9
32
√3[1 − (
1
9
)
1
]
S2=
9
32
√3[1 − (
1
9
)
1
] +
9
32
√3[1 − (
1
9
)
2
]
S3=
9
32
√3[1 − (
1
9
)
1
] +
9
32
√3[1 − (
1
9
)
2
] +
9
32
√3[1 − (
1
9
)
3
]
S4=
9
32
√3[1 − (
1
9
)
1
] +
9
32
√3[1 − (
1
9
)
2
] +
9
32
√3[1 − (
1
9
)
3
] +
9
32
√3[1 − (
1
9
)
4
]
. . .
dari data diatas bisa membentuk suatu pola yang beraturan apabila lebih
disederhanakan lagi menjadi
S1=
9
32
√3[1 − (
1
9
)
1
]
S2=
9
32
√3[2 − {(
1
9
)
1
+ (
1
9
)
2
}]
S3=
9
32
√3[3 − {(
1
9
)
1
+ (
1
9
)
2
+ (
1
9
)
3
}]
S4=
9
32
√3[4 − {(
1
9
)
1
+ (
1
9
)
2
+ (
1
9
)
3
+ (
1
9
)
4
}]
. . .
pernyataan yang diberi warna merupakan suatu pola. Bilangan yang berwarna
ungu menunjukan nilai n pada jumlah suku ke-n (Sn), sedangkan warna yang
lainnya merupakan deret geometri yang terdiri dari a =
1
9
dan r =
1
9
dengan
Sn =
𝑎(1−𝑟 𝑛)
1−𝑟
, r ˂ 1 . pola yang mengandung deret geometri diselesaikan
terlebih dahulu untuk mempermudah dalam proses penghitungan, maka :
Sn =
𝑎(1−𝑟 𝑛)
1−𝑟
=
1
9
(1−(1
9
)
𝑛
)
1−
1
9
=
1
9
(1−(1
9
)
𝑛
)
8
9
=
1
8
[1 − (
1
9
)
𝑛
]
diperoleh rumus untuk jumlah luas total segitiga pada suku ke-n (Sn)
Sn =
9
32
√3[𝑛 − {
1
8
[1 − (
1
9
)
𝑛
]}]
=
9
32
√3[𝑛 − {
1
8
−
1
8
(
1
9
)
𝑛
}]
=
9
32
√3[𝑛 −
1
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑛
]
9) Pembuktian secara induksi matematika
Selanjutnya pembuktian secara induksi matematika bahwa
(1
2
)
2
√3 + (1
2
)
2
√3 + (1
6
)
2
√3 + (1
2
)
2
√3 + (1
6
)
2
√3 + (1
18
)
2
√3+ . . . +
9
32
√3 [1 − (1
9
)
𝑛
] =
9
32
√3 [ 𝑛 −
1
8
+
1
8
(1
9
)
𝑛
]
Merupakan pernyataan yang benar. Bukti :
 Misalkan p(n) menyatakan
(1
2
)
2
√3 + (1
2
)
2
√3 + (1
6
)
2
√3 + (1
2
)
2
√3 + (1
6
)
2
√3 + (1
18
)
2
√3+ . . . +
9
32
√3 [1 − (1
9
)
𝑛
] =
9
32
√3 [ 𝑛 −
1
8
+
1
8
(1
9
)
𝑛
]
P(1) adalah
9
32
√3 [1 − (
1
9
)
1
] =
9
32
√3[1 −
1
8
+
1
8
(
1
9
)
1
]
9
32
√3[1 −
1
9
] =
9
32
√3[
7
8
+
1
72
]
9
32
√3 [
8
9
] =
9
32
√3[
64
72
]
1
4
√3 =
2
8
√3
1
4
√3 =
1
4
√3 , pernyataa benar.
 Diasumsikan bahwa p(k) benar untuk setiap bilangan asli k, yaitu :
(1
2
)
2
√3 + (1
2
)
2
√3 + (1
6
)
2
√3 + (1
2
)
2
√3 + (1
6
)
2
√3 + (1
18
)
2
√3 + ⋯ +
9
32
√3 [1 − (1
9
)
𝑘
] =
9
32
√3[ 𝑘 −
1
8
+
1
8
(1
9
)
𝑘
]
Selanjutnya harus ditunjukan bahwa p(k+1) benar, yaitu :
(1
2
)
2
√3 + (1
2
)
2
√3 + (1
6
)
2
√3 + ⋯+
9
32
√3 [1 − (1
9
)
𝑘
] +
9
32
√3[1 − (1
9
)
𝑘+1
] =
9
32
√3[ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(1
9
)
𝑘+1
]
9
32
√3 [ 𝑘 −
1
8
+
1
8
(1
9
)
𝑘
] +
9
32
√3[1 − (1
9
)
𝑘+1
] =
9
32
√3[ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(1
9
)
𝑘+1
]
9
32
√3𝑘 −
9
32.8
√3 +
9.1𝑘
32.8.9 𝑘
√3 +
9
32
√3 −
9.1.1𝑘
9.32.9 𝑘
√3 =
9
32
√3 [ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(1
9
)
𝑘+1
]
misalkan Y =
9
32
√3 , maka diperoleh
𝑦𝑘 −
1
8
𝑦 +
1
8
(
1
9
)
𝑘
𝑦 + 𝑦 − (
1
9
)
𝑘+1
𝑦 =
9
32
√3 [ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
]
𝑦𝑘 + 𝑦 −
1
8
𝑦 +
1
8
(
1
9
)
𝑘
𝑦 − (
1
9
)
𝑘+1
𝑦 =
9
32
√3 [ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
]
𝑦𝑘 +
7
8
𝑦 + [
1
8
.
1 𝑘
9 𝑘
−
1
9
.
1 𝑘
9 𝑘
] 𝑦 =
9
32
√3 [ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
]
𝑦𝑘 +
7
8
𝑦 + [
1
8
(
1
9
)
𝑘
−
1
9
(
1
9
)
𝑘
] 𝑦 =
9
32
√3[ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
]
𝑦𝑘 +
7
8
𝑦 + [
9−8
72
(
1
9
)
𝑘
] 𝑦 =
9
32
√3 [ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
]
𝑦𝑘 +
7
8
𝑦 + [
1
72
(
1
9
)
𝑘
] 𝑦 =
9
32
√3 [ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
]
𝑦𝑘 +
7
8
𝑦 + [
1.1
8.9
.
1 𝑘
9 𝑘
] 𝑦 =
9
32
√3 [ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
]
𝑦𝑘 +
7
8
𝑦 + [
1
8
.
1.1 𝑘
9.9 𝑘
] 𝑦 =
9
32
√3[ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
]
𝑦𝑘 +
7
8
𝑦 + [
1
8
. (
1
9
)
𝑘+1
] 𝑦 =
9
32
√3[ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
]
𝑦 [ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
] =
9
32
√3[ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
]
Jika didefinisikan kembali bahwa Y =
9
32
√3 maka diperoleh
9
32
√3[ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
] =
9
32
√3[ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(
1
9
)
𝑘+1
]
Ternyata
(1
2
)
2
√3 + (1
2
)
2
√3 + (1
6
)
2
√3 + ⋯+
9
32
√3 [1 − (1
9
)
𝑘
] +
9
32
√3[1 − (1
9
)
𝑘+1
] =
9
32
√3[ 𝑘 +
7
8
+
1
8
(1
9
)
𝑘+1
]
merupakan pernyataan yang benar. Sehingga p(n) benar untuk semua bilangan
asli n.
Uraian diatas memberikan kesimpulan bahwa sebuah segitiga samasisi bisa
menjadi sebuah fraktal. Selain menjadi fraktal segitiga sierpinski, segitiga
samasisi bisa menjadi fraktal koch snowflake yang memiliki motif tersendiri
dan unik. Untuk memperoleh suatu rumus dari fraktal koch snowflake, cukup
menggunakan barisan/deret aritmatika atau geometri. Hanya saja, untuk
memperoleh rumus tersebut harus cerdik dan cermat dalam membuat suatu
pola dari data yang tersedia.
Selama ini penulis baru mengulas fraktal yang diperoleh dari segitiga
samasisi yaitu fraktal segitiga sierpinski dan fraktal koch snowflake. Oleh
karena itu, penulis harap para pembaca bisa menemukan hal-hal yang baru
selain dari fraktal yang diperoleh pada segitiga samasisi. Mudah-mudahan
karya tulis ini bisa bermafaat bagi para pembaca dan bisa menjadi sebuah
infirasi untuk penemuan-penemuan baru dalam bidang matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Anonime. “Geometri Fraktal”. [Online]. Tersedia:
http://www.academia.edu/10212802/GEOMETRI_FRAKTAL (07 Juni
2016)
Muhammad sahid - fraktal koch snowflake

More Related Content

What's hot (20)

Polinomial (Suku Banyak)
Polinomial (Suku Banyak)Polinomial (Suku Banyak)
Polinomial (Suku Banyak)
 
RPP Suku Banyak
RPP Suku BanyakRPP Suku Banyak
RPP Suku Banyak
 
B ab 01 metode numerik secara umum
B ab  01 metode numerik secara umumB ab  01 metode numerik secara umum
B ab 01 metode numerik secara umum
 
Pengertian polinomial, contoh soal polinomial dengan pembahasanya
Pengertian polinomial, contoh soal polinomial dengan pembahasanyaPengertian polinomial, contoh soal polinomial dengan pembahasanya
Pengertian polinomial, contoh soal polinomial dengan pembahasanya
 
Suku banyak-teorema-faktor
Suku banyak-teorema-faktor Suku banyak-teorema-faktor
Suku banyak-teorema-faktor
 
Aljabar sma 2
Aljabar sma 2Aljabar sma 2
Aljabar sma 2
 
Suku banyak
Suku banyakSuku banyak
Suku banyak
 
Statistika2
Statistika2Statistika2
Statistika2
 
sukubanyak Teorema Sisa
sukubanyak Teorema Sisasukubanyak Teorema Sisa
sukubanyak Teorema Sisa
 
Akar akar suku banyak ds-pjj sma kmn2
Akar akar suku banyak ds-pjj sma kmn2Akar akar suku banyak ds-pjj sma kmn2
Akar akar suku banyak ds-pjj sma kmn2
 
1. sukubanyak
1. sukubanyak1. sukubanyak
1. sukubanyak
 
Soal dan pembahasan suku banyak
Soal dan pembahasan suku banyakSoal dan pembahasan suku banyak
Soal dan pembahasan suku banyak
 
Suku banyak
Suku banyakSuku banyak
Suku banyak
 
Statistika
StatistikaStatistika
Statistika
 
Matematika - Suku Banyak
Matematika - Suku BanyakMatematika - Suku Banyak
Matematika - Suku Banyak
 
Polinomial Matematika Peminatan
Polinomial Matematika PeminatanPolinomial Matematika Peminatan
Polinomial Matematika Peminatan
 
Makalah mtk
Makalah mtkMakalah mtk
Makalah mtk
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
PPT TEOREMA SISA DAN TEOREMA FAKTOR
PPT TEOREMA SISA DAN TEOREMA FAKTORPPT TEOREMA SISA DAN TEOREMA FAKTOR
PPT TEOREMA SISA DAN TEOREMA FAKTOR
 
Dropbox 238
Dropbox   238Dropbox   238
Dropbox 238
 

Similar to Muhammad sahid - fraktal koch snowflake

Barisan bilangan
Barisan bilanganBarisan bilangan
Barisan bilanganhafidz248
 
Modul pola dan barisan bilangan
Modul pola dan barisan bilanganModul pola dan barisan bilangan
Modul pola dan barisan bilanganAbdul Karim
 
Buku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan DeretBuku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan Deretarvinefriani
 
Barisan dan Deret.ppt
Barisan dan Deret.pptBarisan dan Deret.ppt
Barisan dan Deret.pptssuser3c2896
 
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01lissura chatami
 
Barisan dan Deret kelompok 2 rs11H
Barisan dan Deret kelompok 2 rs11HBarisan dan Deret kelompok 2 rs11H
Barisan dan Deret kelompok 2 rs11Hdwiharsaya
 
Fix makalah-maksek-edit-lagi2
Fix makalah-maksek-edit-lagi2Fix makalah-maksek-edit-lagi2
Fix makalah-maksek-edit-lagi2Gusthyn Ningrum
 
Barisan dan deret geometri
Barisan dan deret geometriBarisan dan deret geometri
Barisan dan deret geometriLisa Nurfalah
 
Kuncijawaban
KuncijawabanKuncijawaban
Kuncijawabanfondaessa
 
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptxradietaradeia2
 
Barderbil 140306212920-phpapp01
Barderbil 140306212920-phpapp01Barderbil 140306212920-phpapp01
Barderbil 140306212920-phpapp01jelitapaputungan
 
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptxPOLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptxOdhirArt
 

Similar to Muhammad sahid - fraktal koch snowflake (20)

Barisan bilangan
Barisan bilanganBarisan bilangan
Barisan bilangan
 
Modul pola dan barisan bilangan
Modul pola dan barisan bilanganModul pola dan barisan bilangan
Modul pola dan barisan bilangan
 
Mathe haha
Mathe hahaMathe haha
Mathe haha
 
Buku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan DeretBuku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan Deret
 
3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf
 
Barisan dan Deret.ppt
Barisan dan Deret.pptBarisan dan Deret.ppt
Barisan dan Deret.ppt
 
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
 
Barisan dan Deret kelompok 2 rs11H
Barisan dan Deret kelompok 2 rs11HBarisan dan Deret kelompok 2 rs11H
Barisan dan Deret kelompok 2 rs11H
 
Fix makalah-maksek-edit-lagi2
Fix makalah-maksek-edit-lagi2Fix makalah-maksek-edit-lagi2
Fix makalah-maksek-edit-lagi2
 
C. 3. deret geomteri
C. 3.  deret geomteriC. 3.  deret geomteri
C. 3. deret geomteri
 
Barisan dan Deret Bilangan ppt
Barisan dan Deret Bilangan pptBarisan dan Deret Bilangan ppt
Barisan dan Deret Bilangan ppt
 
Barisan dan deret geometri
Barisan dan deret geometriBarisan dan deret geometri
Barisan dan deret geometri
 
Barisan aritmetika
Barisan aritmetikaBarisan aritmetika
Barisan aritmetika
 
Deret geometri
Deret geometriDeret geometri
Deret geometri
 
Kuncijawaban
KuncijawabanKuncijawaban
Kuncijawaban
 
Kuncijawaban
KuncijawabanKuncijawaban
Kuncijawaban
 
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
 
Barderbil 140306212920-phpapp01
Barderbil 140306212920-phpapp01Barderbil 140306212920-phpapp01
Barderbil 140306212920-phpapp01
 
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptxPOLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
 
2. deret bilangan
2. deret bilangan2. deret bilangan
2. deret bilangan
 

Recently uploaded

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 

Recently uploaded (20)

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 

Muhammad sahid - fraktal koch snowflake

  • 1. FRAKTAL KOCH SNOWFLAKE Muhammad Sahid – 152151095 muhammad_sahid85@yahoo.com uji serta syukur penulis panjatkan kepada raja dari segala raja, cinta dari segala cinta, pencipta dari segala pencipta yakni Alloh swt dan sholawat beserta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. Atas berkat dan rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan karya tulis dari sebuah fraktal. Istilah fraktal diberikan oleh Benoit Mandelbrot tahun 1975 dan diturunkan dari bahasa latin, fractus yang berarti “pecah” atau “patah” fraktal matematika didasarkan pada persamaan iterasi, semacam umpan balik berdasarkan rekursif. Mandelbrot menggunakan dimensi yang lebih abstrak daripada yang digunakan dalam Euclid (geometri biasa yang diajarkan disekolah), dengan menyatakan bahwa dimensi sebuah fraktalharus digunakan sebagai pangkat pada saat mengukurnya. Hasilnya adalah bahwa sebuah fraktal tidak mungkin diperlakukan seperti benda-benda geometris lain yang berdimensi satu, dua, atau bilangan-bilangan bulat lain. Akan tetapi, fraktal harus diperlakukan secara matematis sebagai bentuk-bentuk geometris yang berdimensi pecahan. Sebagai contoh fraktal Koch snowflake 1.2618. Fraktal Koch snowflake dihasilkan oleh prosdur geometris sederhana yang dapat diiterasikan tak terbatas dengan membagi segmen sisi segitiga samasisi menjadi tiga bagian yang sama. Seperti gambar dibawah ini. Fraktal Koch snowflake atau bunga salju memiliki motif yang sangat bagus apabila terus menerus diiterasikan. Motif dari Koch snowflake sering digunakan oleh orang-orang zaman dulu dinegara china dengan menerapkannya pada motif sebuah jendela. Pada fraktal koch snowflake bisa dicari banyaknya segitiga pada suku ke-n (Un), jumlah banyaknya segitiga pada suku ke-n (Sn), panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Un), jumlah panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Sn), luas total segitiga pada suku ke-n (Un), jumlah luas total segitiga pada suku ke-n (Sn) serta pembuktian secara induksi matematika dari masing-masing rumus yang sudah diperoleh untuk membuktikan bahwa rumus tersebut adalah benar. Oleh karena itu, penulis Akan membahasnya secara lengkap jelas dan faktual. Perhatikan uraian dibawah ini secara seksama. segitiga samasisia dengan panjang rusuk 1 cm menghasilkan koch snowfalke dengan panjang rusuknya dibagi tiga seiring bertambahnya suku 1 cm Gambar 1.koch snowflake U4U3U2U1 P
  • 2. 1) Banyaknya segitiga pada suku ke-n (Un) Bangun yang sudah ada dapat dihitung untuk banyaknya segitiga pada suku ke-n (Un) dari data dibawah ini. U1 U2 U3 U4 U5 . . . Un 1 , 4 , 16 , 64 , 256 , . . . , Un dari data diatas dapat diperoleh a = 1 serta r = 4 yang membentuk sebuah pola beraturan atau disebut dengan barisan geometri. Rumus untuk mencari suku ke-n (Un), apabila diketahui a sebagai suku ke-1 (U1) dan r sebagai rasio (pengali) dalam barisan aritmatika adalah Un = arn-1maka untuk mencari suku ke-n (Un) dari pola diatas ialah Un = arn-1 , a = 1 dan r = 4 Un = 4n-1 2) Jumlah banyaknya segitiga pada suku ke-n (Sn) Jika dijumlahkan banyaknya segitiga dari suku ke-1 sampai dengan suku ke-n maka diperoleh suatu pola sebagai berikut. U1 + U2 + U3 + U4 + U5 + . . . + Un 1 + 4 + 16 + 64 + 256 + . . . + Un dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pola diatas juga sama memiliki a = 1 serta r = 4 dan untuk mencari jumlah pola diatas yaitu dengan menggunakan rumus deret geometri yakni Sn = a(rn – 1) r ≥ 1 r – 1 Apabila a = 1 serta r = 4 disubstitusikan pada rumus deret geometri maka diperoleh Sn = a(rn – 1) r – 1 Sn = 1(4n – 1) 4 – 1 Sn = (4n – 1) 3 Sn = 1 3 (4 𝑛 − 1)
  • 3. Jadi, rumus untuk jumlah banyaknya segitiga pada suku ke-n (Sn) ialah Sn = 1 3 (4 𝑛 − 1). 3) Pembuktian secara induksi matematika Pembuktian secara induksi matematika dari 1 + 4 +16 + 64 + 256 + . . . + 4n-1 = 1 3 (4n − 1) Bukti :  Misalkan p(n) menyatakan 1 + 4 +16 + 64 + 256 + . . . + 4n-1 = 1 3 (4n − 1) P(1) adalah 41-1 = 1 3 (41 − 1) 40 = 1 3 (4 − 1) 1 = 1 3 (3) 1 = 1 pernyatan benar.  Diasumsikan bahwa p(k) benar untuk suatu bilangan asli k, yaitu : 1 + 4 +16 + 64 + 256 + . . . + 4k-1 = 1 3 (4k − 1), pernyataan benar. Selanjutnya harus ditunjukan bahwa p(k+1) benar, yaitu : 1 + 4 +16 + 64 + 256 + . . . + 4k-1 +4k = 1 3 (4k+1 − 1) Hal ini ditunjukan sebagai berikut : 1 + 4 +16 + 64 + 256 + . . . + 4k-1 +4k = 1 3 (4k − 1) + 4 𝑘 = 1 3 (4k − 1) + 4 𝑘 = 1 3 .4k − 1 3 + 4 𝑘 = 1 3 .4k + 4 𝑘 − 1 3 = 4 3 .4 𝑘 − 1 3 = 4k .4 3 − 1 3 = 1 3 (4 𝑘+1 − 1) Ternyata 1 + 4 +16 + 64 + 256 + . . . + 4k-1 + 4k = 1 3 (4k+1 − 1) untuk p(k+1) pernyataan benar. Sehingga p(n) benar untuk setiap bilangan asli n. 4) Panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Un) Benang yang dibutuhkan untuk membuat suatu bangun dari suku ke-1 sampai suku ke-n membentuk sebuah pola. Menghitung benang yang dibutuhkan berarti sama halnya dengan mencari keliling bangun tersebut karena bangun yang menjadi objek disini tanpa disertai garis dalam. Panjang benang pada generator utama yaitu 3 cm, ini berarti tiap sisi panjangnya 1 cm.
  • 4. Panjang benang untuk suatu bangun hasil iterasi dari generator utama ialah 6 dikali 1/3 kemudian dijumlahkan dengan 3 dikurangi 3 dikali 1/3, begitu juga bangun selanjutnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut. 3 = 3 3-3( 1 3 ) + 6( 1 3 ) = 3 + 3( 1 3 ) 3-3( 1 3 ) + 6 ( 1 3 ) − 12 ( 1 9 ) + 24( 1 9 ) = 3 + 3 ( 1 3 ) + 12( 1 9 ) . . . pola yang diperoleh sekarang ialah 3 , 3 + 3( 1 3 ) , 3 + 3 ( 1 3 ) + 12( 1 9 ) , 3 + 3( 1 3 ) + 12 ( 1 9 ) + 48( 1 27 ) , . . . , Un pola diatas jika diperhatikan lebih seksama lagi, tampak seperti pola dari suatu deret geometri yaitu 3 + 3( 1 3 ) + 12 ( 1 9 ) + 48 ( 1 27 ) + . . .+ Un. Dari pola tersebut dicari rumus jumlah ke-n (Sn) dengan alasan untuk mencari rumus dari panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Un). Untuk mempermudah dalam mencari rumus jumlah ke-n (Sn) dari 3 + 3 ( 1 3 ) + 12 ( 1 9 ) + 48 ( 1 27 )+ . . .+ Un, angka 3 sebagai suku pertama dihilangkan kemudian pola yang diperoleh ialah 3 ( 1 3 ) + 12 ( 1 9 ) + 48 ( 1 27 )+ . . .+ Un Dari pola yang ada diperoleh a = 3 3 serta r = 3 4 , dengan menggunakan Sn = 𝑎(𝑟 𝑛 −1) 𝑟−1 r ≥ 1 maka Sn = 𝑎(𝑟 𝑛 −1) 𝑟−1 = 3 3 [( 4 3 ) 𝑛 −1] 4 3 −1 = 3 3 [( 4 3 ) 𝑛 −1] 1 3 = 3[( 4 3 ) 𝑛 − 1] Adapun untuk penyesuaian rumus pada pola 3 + 3(1 3 )+ 12(1 9 )+ 48( 1 27 )+ . . . + Un ialah 3 + 3[( 4 3 ) 𝑛−1 − 1]. Berarti rumus untuk panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Un) pada pola 3 , 3 + 3( 1 3 ) , 3 + 3 ( 1 3 ) + 12( 1 9 ), 3 + 3( 1 3 ) + 12 ( 1 9 ) + 48( 1 27 ) , . . . , Un
  • 5. ialah Un = 3 + 3[( 4 3 ) 𝑛−1 − 1]. 5) Jumlah panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Sn) jumlah panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Sn) diperoleh dari U1 + U2 + U3 + U4 + . . . + Un dengan suku-sukunya dari pola panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Un). Oleh karena itu, 3 + 3 + 3( 1 3 ) + 3 + 3( 1 3 ) + 12( 1 9 ) + 3 + 3( 1 3 ) + 12( 1 9 ) + 48 ( 1 27 ) + . . . + Un merupakan pola dari jumlah panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Sn). Untuk mempermudah dalam mencari rumus jumlah ke-n (Sn), bisa mendefinisikan kembali bahwa S1 = U1, S2 = U1+U2, S3 = U1+U2+U3 dan seterusnya. Perhatikan uraian berikut. S1 = 3 + 3 [( 4 3 ) 1−1 − 1] = 3 + 3 [( 4 3 ) 0 − 1] = 1(3) S2 = 3 + 3 [( 4 3 ) 0 − 1] + 3 + 3 [( 4 3 ) 1 − 1] = 2(3) + 3[( 4 3 ) 1 − 1] S3 = 3 + 3 [( 4 3 ) 0 − 1] + 3 + 3 [( 4 3 ) 1 − 1] + 3 + 3 [( 4 3 ) 2 − 1] = 3(3) + 3 [( 4 3 ) 1 + ( 4 3 ) 2 − 2] . . . dari data diatas dapat diduga suatu rumus, bahwa tulisan yang berwarna ungu merupakan suatu deret geometri dengan a = 4 3 dan r = 4 3 maka Sn = 𝑎(𝑟 𝑛 −1) 𝑟−1 = 4 3 [( 4 3 ) 𝑛 −1] 4 3 −1 = 4 3 [( 4 3 ) 𝑛 −1] 1 3 =4 [( 4 3 ) 𝑛 − 1]. Sehingga diperoleh rumus Untuk jumlah panjang benang yang dibutuhkan pada suku ke-n (Sn) adalah Sn = 3𝑛 + 3 [4 {( 4 3 ) 𝑛−1 − 1} − ( 𝑛 − 1)] = 3𝑛 + 12 ( 4 3 ) 𝑛−1 − 12 − 3𝑛 + 3 = 12 ( 4 3 ) 𝑛−1 − 9 6) Pembuktian secara induksi matematika Akan dibuktikan bahwa pernyataan 3 + 3 + 3 (1 3 ) + 3 + 3 (1 3 ) + 12 (1 9 ) + 3 + 3 (1 3 ) + 12 (1 9 ) + 48 (1 27 ) + . . . + 3 + 3 [(4 3 ) 𝑛−1 − 1] = 12 (4 3 ) 𝑛−1 − 9 Adalah benar. Bukti :
  • 6.  Misalkan p(n) menyatakan 3 + 3 + 3 (1 3 ) + 3 + 3 (1 3 ) + 12 (1 9 ) + 3 + 3 (1 3 ) + 12 (1 9 ) + 48 (1 27 ) + . . . + 3 + 3 [(4 3 ) 𝑛−1 − 1] = 12 (4 3 ) 𝑛−1 − 9 P(1) ialah 3 + 3[( 4 3 ) 𝑛−1 − 1] = 12( 4 3 ) 𝑛−1 − 9 3 + 3 [( 4 3 ) 1−1 − 1] = 12 ( 4 3 ) 1−1 − 9 3 + 3 [( 4 3 ) 0 − 1] = 12 ( 4 3 ) 0 − 9 3 + 3[1 − 1] = 12.1 − 9 3 + 3[0] = 12 − 9 3 = 3 , pernyataan benar.  Diasumsikan bahwa p(k) benar untuk suatu bilangan asli k, yaitu : 3 + 3 + 3 (1 3 ) + 3 + 3 (1 3 ) + 12 (1 9 ) + 3 + 3 (1 3 ) + 12 (1 9 ) + 48 (1 27 ) + . . . + 3 + 3 [(4 3 ) 𝑘−1 − 1] = 12(4 3 ) 𝑘−1 − 9 Selanjutnya harus ditunjukan bahwa p(k+1) benar, yaitu : 3 + 3 + 3( 1 3 ) + 3 + 3 ( 1 3 ) + 12( 1 9 ) + . . . + 3 + 3 [( 4 3 ) 𝑘−1 − 1] + 3 + 3 [( 4 3 ) 𝑘 − 1] = 12 ( 4 3 ) 𝑘 − 9 [3 + 3 + 3 ( 1 3 ) + 3 + 3 ( 1 3 ) + 12 ( 1 9 ) + . . . + 3 + 3[( 4 3 ) 𝑘−1 − 1]] + 3 + 3 [( 4 3 ) 𝑘 − 1] = 12( 4 3 ) 𝑘 − 9 [12 (4 3 ) 𝑘−1 − 9] + 3 + 3 [(4 3 ) 𝑘 − 1] = 12 (4 3 ) 𝑘 − 9 12 (4 3 ) 𝑘−1 − 9 + 3 + 3 [(4 3 ) 𝑘 − 1] = 12 (4 3 ) 𝑘 − 9 12.3.4 𝑘 4.3 𝑘 − 6 + 3.4 𝑘 3 𝑘 − 3 = 12(4 3 ) 𝑘 − 9 9.4 𝑘 3 𝑘 + 3.4 𝑘 3 𝑘 − 9 = 12 (4 3 ) 𝑘 − 9 12 (4 𝑘 3 𝑘 )− 9 = 12(4 3 ) 𝑘 − 9 12 (4 3 ) 𝑘 − 9 = 12 (4 3 ) 𝑘 − 9 Ternyata 3 + 3 + 3( 1 3 ) + 3 + 3 ( 1 3 ) + 12( 1 9 ) + . . . + 3 + 3 [( 4 3 ) 𝑘−1 − 1] + 3 + 3 [( 4 3 ) 𝑘 − 1] = 12 ( 4 3 ) 𝑘 − 9 Untuk p(k+1) pernyataan benar. Sehingga p(n) benar untuk setiap bilangan asli n. 7) Luas total segitiga pada suku ke-n (Un) Fraktal koch snowflake bisa dihitung luas bangun atau luas total segitiga yang membangunnya dengan catatan diawal, bahwa bangun tersebut tanpa disertai dengan garis dalam yakni apabila dilukiskan yang tampak hanya garis luar saja sekaligus menjadi kelilingnya. Hal yang harus diketahui dalam
  • 7. mencari luas segitiga pada dasarnya adalah alas beserta tingginya. Dari fraktal ini, bisa diperoleh alas beserta tingginya seperti pembahasan dibawah ini. Untuk mendapatkan luas segitiga pertama (L1) maka tinggi dan alas segitiga yang digunakan adalah segitiga yang menjadi generator. Begitu pula untuk luas segitiga ke-n (Ln) maka tinggi dan alas yang digunakan adalah hasil dari iterasi segitiga yang ada sebelumnya. Oleh karena itu, perlu dicari terlebih dahulu tinggi dan alasnya untuk mendapatkan luas segitiga. t1 = √12 − ( 1 2 ) 2 = √1 − 1 4 = √ 3 4 = 1 2 √3 t2 = √( 1 3 ) 2 − ( 1 6 ) 2 = √ 1 9 − 1 36 = √ 3 36 = 1 6 √3 t3 = √( 1 9 ) 2 − ( 1 18 ) 2 = √ 1 81 − 1 324 = √ 3 324 = 1 18 √3 . . . bahkan alas yang digunakan dalam mencari luas segitiga, membentuk suatu barisan geometri yaitu 1 , 1 3 , 1 9 , 1 27 , 1 81 , . . . , Un . Data diatas dapat menunjukan dalam mencari luas segitiga ke-n (Ln) atau bisa disebut luas segitiga terkecilnya. Selanjutnya mencari luas segitiga ke-n (Ln) yaitu : L1= 1 2 . 1. 1 2 √3 = ( 1 2 ) 2 √3 L2= 1 2 . 1 3 . 1 6 √3 = ( 1 6 ) 2 √3 L3= 1 2 . 1 9 . 1 18 √3 = ( 1 18 ) 2 √3 . . . karena dalam setiap suku terdapat beberapa segitiga kecuali segitiga yang menjadi generator utama, maka untuk luas segitiganya ialah jumlah dari luas segitiga pada suku ke-n (Un) atau luas total segitiga pada suku ke-n (Un) dengan membentuk pola sebagai berikut. t_3t_2t_1 1 9 1 18 1 3 1 6 1 1 1 2 proy eksi setengah segitiga samasisi pada masing-masing iterasi Gambar 1.2
  • 8. ( 1 2 ) 2 √3 ,( 1 2 ) 2 √3 + ( 1 6 ) 2 √3 ,( 1 2 ) 2 √3+ ( 1 6 ) 2 √3 + ( 1 18 ) 2 √3 , . . . , Un Pola diatas sama halnya dengan sebuah deret geometri yaitu ( 1 2 ) 2 √3 + ( 1 6 ) 2 √3 + ( 1 18 ) 2 √3 + ( 1 54 ) 2 √3 + ( 1 162 ) 2 √3 , . . . , Un deret tersebut bisa dirubah lagi untuk mempermudah dalam perhitungan yaitu 1 4 √3 + 1 36 √3 + 1 324 √3 + 1 2916 √3 + 1 26244 √3 , . . . , Un yang memiliki a = 1 4 √3 dan r = 1 9 . Dapat disimpulkan bahwa pola untuk luas total segitiga pada suku ke-n (Un) yakni ( 1 2 ) 2 √3 ,( 1 2 ) 2 √3 + ( 1 6 ) 2 √3 ,( 1 2 ) 2 √3+ ( 1 6 ) 2 √3 + ( 1 18 ) 2 √3 , . . . , Un merupakan suatu deret geometri yang memiliki a = 1 4 √3 dan r = 1 9 , jadi rumus yang didapat dengan menggunakan Sn = 𝑎(1−𝑟 𝑛) 1−𝑟 , r ˂ 1 adalah Sn= 𝑎(1−𝑟 𝑛 ) 1−𝑟 = 1 4 √3(1−( 1 9 ) 𝑛 ) 1− 1 9 = 1 4 √3(1−( 1 9 ) 𝑛 ) 8 9 = 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 𝑛 ] Jadi rumus untuk luas total segitiga pada suku ke-n (Un) adalah Un= 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 𝑛 ] 8) Jumlah luas total segitiga pada suku ke-n (Sn) Pola yang diperoleh ialah dengan menambahkan suku-suku dari pola luas total segitiga pada suku ke-n (Un) seperti dibawah ini : ( 1 2 ) 2 √3 + ( 1 2 ) 2 √3 + ( 1 6 ) 2 √3 + ( 1 2 ) 2 √3 + ( 1 6 ) 2 √3 + ( 1 18 ) 2 √3+ . . .+ Un jika diuraikan jumlah suku per suku menjadi S1= 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 1 ]
  • 9. S2= 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 1 ] + 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 2 ] S3= 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 1 ] + 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 2 ] + 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 3 ] S4= 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 1 ] + 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 2 ] + 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 3 ] + 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 4 ] . . . dari data diatas bisa membentuk suatu pola yang beraturan apabila lebih disederhanakan lagi menjadi S1= 9 32 √3[1 − ( 1 9 ) 1 ] S2= 9 32 √3[2 − {( 1 9 ) 1 + ( 1 9 ) 2 }] S3= 9 32 √3[3 − {( 1 9 ) 1 + ( 1 9 ) 2 + ( 1 9 ) 3 }] S4= 9 32 √3[4 − {( 1 9 ) 1 + ( 1 9 ) 2 + ( 1 9 ) 3 + ( 1 9 ) 4 }] . . . pernyataan yang diberi warna merupakan suatu pola. Bilangan yang berwarna ungu menunjukan nilai n pada jumlah suku ke-n (Sn), sedangkan warna yang lainnya merupakan deret geometri yang terdiri dari a = 1 9 dan r = 1 9 dengan Sn = 𝑎(1−𝑟 𝑛) 1−𝑟 , r ˂ 1 . pola yang mengandung deret geometri diselesaikan terlebih dahulu untuk mempermudah dalam proses penghitungan, maka : Sn = 𝑎(1−𝑟 𝑛) 1−𝑟 = 1 9 (1−(1 9 ) 𝑛 ) 1− 1 9 = 1 9 (1−(1 9 ) 𝑛 ) 8 9 = 1 8 [1 − ( 1 9 ) 𝑛 ] diperoleh rumus untuk jumlah luas total segitiga pada suku ke-n (Sn) Sn = 9 32 √3[𝑛 − { 1 8 [1 − ( 1 9 ) 𝑛 ]}] = 9 32 √3[𝑛 − { 1 8 − 1 8 ( 1 9 ) 𝑛 }] = 9 32 √3[𝑛 − 1 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑛 ]
  • 10. 9) Pembuktian secara induksi matematika Selanjutnya pembuktian secara induksi matematika bahwa (1 2 ) 2 √3 + (1 2 ) 2 √3 + (1 6 ) 2 √3 + (1 2 ) 2 √3 + (1 6 ) 2 √3 + (1 18 ) 2 √3+ . . . + 9 32 √3 [1 − (1 9 ) 𝑛 ] = 9 32 √3 [ 𝑛 − 1 8 + 1 8 (1 9 ) 𝑛 ] Merupakan pernyataan yang benar. Bukti :  Misalkan p(n) menyatakan (1 2 ) 2 √3 + (1 2 ) 2 √3 + (1 6 ) 2 √3 + (1 2 ) 2 √3 + (1 6 ) 2 √3 + (1 18 ) 2 √3+ . . . + 9 32 √3 [1 − (1 9 ) 𝑛 ] = 9 32 √3 [ 𝑛 − 1 8 + 1 8 (1 9 ) 𝑛 ] P(1) adalah 9 32 √3 [1 − ( 1 9 ) 1 ] = 9 32 √3[1 − 1 8 + 1 8 ( 1 9 ) 1 ] 9 32 √3[1 − 1 9 ] = 9 32 √3[ 7 8 + 1 72 ] 9 32 √3 [ 8 9 ] = 9 32 √3[ 64 72 ] 1 4 √3 = 2 8 √3 1 4 √3 = 1 4 √3 , pernyataa benar.  Diasumsikan bahwa p(k) benar untuk setiap bilangan asli k, yaitu : (1 2 ) 2 √3 + (1 2 ) 2 √3 + (1 6 ) 2 √3 + (1 2 ) 2 √3 + (1 6 ) 2 √3 + (1 18 ) 2 √3 + ⋯ + 9 32 √3 [1 − (1 9 ) 𝑘 ] = 9 32 √3[ 𝑘 − 1 8 + 1 8 (1 9 ) 𝑘 ] Selanjutnya harus ditunjukan bahwa p(k+1) benar, yaitu : (1 2 ) 2 √3 + (1 2 ) 2 √3 + (1 6 ) 2 √3 + ⋯+ 9 32 √3 [1 − (1 9 ) 𝑘 ] + 9 32 √3[1 − (1 9 ) 𝑘+1 ] = 9 32 √3[ 𝑘 + 7 8 + 1 8 (1 9 ) 𝑘+1 ] 9 32 √3 [ 𝑘 − 1 8 + 1 8 (1 9 ) 𝑘 ] + 9 32 √3[1 − (1 9 ) 𝑘+1 ] = 9 32 √3[ 𝑘 + 7 8 + 1 8 (1 9 ) 𝑘+1 ] 9 32 √3𝑘 − 9 32.8 √3 + 9.1𝑘 32.8.9 𝑘 √3 + 9 32 √3 − 9.1.1𝑘 9.32.9 𝑘 √3 = 9 32 √3 [ 𝑘 + 7 8 + 1 8 (1 9 ) 𝑘+1 ] misalkan Y = 9 32 √3 , maka diperoleh 𝑦𝑘 − 1 8 𝑦 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘 𝑦 + 𝑦 − ( 1 9 ) 𝑘+1 𝑦 = 9 32 √3 [ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ] 𝑦𝑘 + 𝑦 − 1 8 𝑦 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘 𝑦 − ( 1 9 ) 𝑘+1 𝑦 = 9 32 √3 [ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ] 𝑦𝑘 + 7 8 𝑦 + [ 1 8 . 1 𝑘 9 𝑘 − 1 9 . 1 𝑘 9 𝑘 ] 𝑦 = 9 32 √3 [ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ] 𝑦𝑘 + 7 8 𝑦 + [ 1 8 ( 1 9 ) 𝑘 − 1 9 ( 1 9 ) 𝑘 ] 𝑦 = 9 32 √3[ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ] 𝑦𝑘 + 7 8 𝑦 + [ 9−8 72 ( 1 9 ) 𝑘 ] 𝑦 = 9 32 √3 [ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ]
  • 11. 𝑦𝑘 + 7 8 𝑦 + [ 1 72 ( 1 9 ) 𝑘 ] 𝑦 = 9 32 √3 [ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ] 𝑦𝑘 + 7 8 𝑦 + [ 1.1 8.9 . 1 𝑘 9 𝑘 ] 𝑦 = 9 32 √3 [ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ] 𝑦𝑘 + 7 8 𝑦 + [ 1 8 . 1.1 𝑘 9.9 𝑘 ] 𝑦 = 9 32 √3[ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ] 𝑦𝑘 + 7 8 𝑦 + [ 1 8 . ( 1 9 ) 𝑘+1 ] 𝑦 = 9 32 √3[ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ] 𝑦 [ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ] = 9 32 √3[ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ] Jika didefinisikan kembali bahwa Y = 9 32 √3 maka diperoleh 9 32 √3[ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ] = 9 32 √3[ 𝑘 + 7 8 + 1 8 ( 1 9 ) 𝑘+1 ] Ternyata (1 2 ) 2 √3 + (1 2 ) 2 √3 + (1 6 ) 2 √3 + ⋯+ 9 32 √3 [1 − (1 9 ) 𝑘 ] + 9 32 √3[1 − (1 9 ) 𝑘+1 ] = 9 32 √3[ 𝑘 + 7 8 + 1 8 (1 9 ) 𝑘+1 ] merupakan pernyataan yang benar. Sehingga p(n) benar untuk semua bilangan asli n. Uraian diatas memberikan kesimpulan bahwa sebuah segitiga samasisi bisa menjadi sebuah fraktal. Selain menjadi fraktal segitiga sierpinski, segitiga samasisi bisa menjadi fraktal koch snowflake yang memiliki motif tersendiri dan unik. Untuk memperoleh suatu rumus dari fraktal koch snowflake, cukup menggunakan barisan/deret aritmatika atau geometri. Hanya saja, untuk memperoleh rumus tersebut harus cerdik dan cermat dalam membuat suatu pola dari data yang tersedia. Selama ini penulis baru mengulas fraktal yang diperoleh dari segitiga samasisi yaitu fraktal segitiga sierpinski dan fraktal koch snowflake. Oleh karena itu, penulis harap para pembaca bisa menemukan hal-hal yang baru selain dari fraktal yang diperoleh pada segitiga samasisi. Mudah-mudahan karya tulis ini bisa bermafaat bagi para pembaca dan bisa menjadi sebuah infirasi untuk penemuan-penemuan baru dalam bidang matematika. DAFTAR PUSTAKA Anonime. “Geometri Fraktal”. [Online]. Tersedia: http://www.academia.edu/10212802/GEOMETRI_FRAKTAL (07 Juni 2016)