Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan volume tanah pada pekerjaan galian dan timbunan jalan. Metode perhitungan yang digunakan adalah Double End Areas yaitu dengan mengambil rata-rata luas penampang di dua stasiun dan dikalikan dengan jarak kedua stasiun. Diagram massa digunakan untuk menggambarkan pemindahan tanah antar stasiun dan menentukan volume overhaul. Pedoman rancangan alinyemen horizontal dan vertikal serta penentapan
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
6.2 dan 6.3.docx
1. 6.2. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN
6.2.1. PERHITUNGAN PENAMPANG TANAH.
Metoda untuk mencari luas penampang galian/timbunan pada setiap Stasion, dapat
dilakukan dengan cara:
a) Untuk penamPang yang tidak beraturan, luas penampang dicari dengan menggunakan
alzt planimeter, atau dengan cara sederhana, menggambarkan PenamPang paLdz kertas
milimeter-blok, kemudian hitung kumulatif kotak yang tercakup area penamPang,
kemudian kalikan dengan skala gambar (Gbr.6.1-).
b) Untuk penampang yang beraturan, gunakan rumus planimetri biasa. (Gbr.6.1b).
2. 6.2.2. PERHITUNGAN VOLUME TANAH.
Perhitungan volume tanah padapekerjaan galian dan timbunan, lriasa dilakukan dengan
metoda Double End Areas (Luas ujung rangkap), yaitu dengan mengambil rata-rata luas kedua
ujung peoampang dari Sta.1 dan Sta.2, kemudian dikalikan jarak kedua Stasiun(Gbr.6.2.) Ini
dilakukan rrntuk semua titik stasion yang berada pada rarncangarn trase jalan.
Volume = (A, + Ar)/2 jarak (m3)...................................................................................(6.1.)
Dapat juga dilakukan dengan menggunakan Formula Prisma
A1 + 4M +A2
Volume = .................................... x jarak ( m3) ...............................................................(6.2.)
Dimana A1 = luas penampang di Sta.1
A2 = luas penampang di Sta.2
M = luas penampang dipertengahzniaruk Sta.1 dan Sta.2.
Untuk mencari volume galian pada penampang berupa lengkungan, lakukan
perhitungan luas ujung, diantara jarak l, sebagaimana pada Gbr.6.3 Untuk perhitungan
timbunan, lakukan dengan caru yung sama seperti untuk timbunan.
6.2.3. DIAGRAM MASSA.
Diagram massa (Mass diagram), adalah kurva yang penggambaran pemindahan tanah (baul),
pada suatu penampang melintang, diatas atau dibawah profil jalan, mulai dari suatu stasiun
tertentu sampai stasiun berikutnya (lihat Gbr.6.4).
3. Pada absis ditempatkan posisi stasiun, dan pada ordinat adalah volume tanah. Skala absis
diagam massa (Gbr.6.4 bawah), dibuat sama dengan skala horisontal profil memanjang jalan.
Sebelum menggambar diagram massa, lebih mudah jika dibuat dulu kuantitas galian (+), dan
timbunan (-), (lihat Tabel 6.1.) Skala dari ordinat disesuaikan dengan volume tanah dalam m3,
misal 1 cm = 100 m3. Untuk diketahui :
ordinat tiap titik pada dtagram massa, adalah menyatakan jumlah volume galian
/ timbunan dititik tersebut.
lengkungan o-a-b(gambar profil) adalah galian, diindikasikan sebagai lengkung
naik O-A-B(pada gambar diagram massa), sebaliknya lengkung b-c-d-e(profil)
adalah timbunan, dikorelasikan ke B-C-D-E, (massa) sebagai lengkung turun.
Demikian pula galian e-f-g-h ) lengkung naik E-F-G-H.
Titik b (profil), adalahperalihan dari galian ke timbunan ) pada diagam massa,
akan merupakan puncak lengkungan; sebaliknya titik e (profil) yang merupakan
peralihan timbunan ke galian pada diagram massa berkorelasi dengan titik
terendah E. Bila kita perhatikan gambar profil posisi titik b dan e adalah pada
kedudukan garis kelandaian.
perbedaan tinggi antara dua posisi garis vertikal pada diagram massa (misalnya
F2’-GG’) adalah jumlah volume tanah yang dipindahkan.
4. antara dua stasion sembarang, seperti “X-C” pada diagram massa akan
merupakan garis keseimbangan (balance-line), yattu galian dan timbunan pada
gambar profil akan memberikan harga yang sama.
pada lengkungan cembung pada diagram, menunjukkan 'haul' maju pada profil
dan lengkungan cekung merupakan ‘haul’mundur.
Tabel 6.1. Kuantitas Galian dan Timbunan
STASION VOLUME TEORITIS (m3) TIMBUNANA
DITAMBAH
SUSUT 15%
ORDINAT
DIAGRAM
MASSA
GALIAN TIMBUNAN
0 0
1 +182 +182
2 +78 +260
3 -84 -97 ++163
4 -123 -141 +22
5 -107 -123 -101
6 -92 -106 -207
7 +64 -143
8 +251 +108
9 +332 +440
10 +287 +727
11 +76 +803
6.2.4. PEMINDAHAN TANAH (baul/overbaul).
Dengan menggunakan diagram massa pekerjaan tanah, dimana efisiensi akan tercapai
bilamana volume galian hampir sama dengan volume timbunan.
Ini dapat didekati dengan :
Bilamana XC adalah dianggap sebagi jarak free haul (tidak ada biaya tambahan
untuk mengangkut tanah dari X ke C), katakan panjangnya 200 m, maka kita
berusaha untuk mendapatkan panjang yang sama di posisi lain, agar
mendapatkan pedakuan yang sama. Volume tanah yang akan dipindah,
dinyatakan dalam ordinat BB’ )
Seperti disebutkan diatas, identik dengan XC, volume tanah diatas OD adalah
dalam keadaan seimbang (galian=timbunan). Padahal dalam areal ini bagian
XC yang merupakan free-haul. Jadi bagian antara OD dan XC yang dinyatakan
dengan ordinat B’B” harus diangkut dan ditimbun dibagian CD. Inilah yang
disebut overhaul. Jarak overhaul adalah jarak anrara titik-titik berat dari OXX’
dan CC’D dinyatakan dalam stasiun. Jarak overhaul dikalikan dengan volume
dinamakan overhaul-volume-stasion.
Seandainya M adalah titik berat OXX’ dan N titik berat CC’D, jarak overhaul
M’N’- XC.
Maka overhaul-volume-stasiun = XX’(M’N’LXC) atau CC’O(M’N’- XC).
5. Makin banyak lengkungan berpotongan dengan absis, makin kecil overhaul-
volume-stasiun, makin ekonomis pemindahan tanah. Dengan membuat
beberapa alternatif route diagram massa, akan didapatkan trase yang paling
optimal, dari tinjauan pekerjaan tanah.
6.3. PEDOMAN RANCANGAN.
6.3.I. PEDOMAN RANCANGAN ALINYEMEN HORISONTAL.
a) Bila nemungkinkan alinyenen horisontal dibuat selurus mungkin, untuk
mendapatkan jarak yang sependek-pendeknya. Hal ini tidak selalu
memungkinkan, karena faktor topografi setempat.
b) Penggunaan tikungan dengan jari jari minimum pada alinyemen dengan suatu
kecepatan rencana tertentu, sedapat mungkin di hindarkan.
c) Perubahan bagian alinyemen dengan tikungan-tikungan yang tumpul kebagian-
bagian dengan tikungan-tikungan yang tajam secara mendadak harus
dihindarkan.
d) Pada sudut-sudut tikungan yang kecil, sering terjadi panjang lengkungan tidak
cukup panjang, meskipun sudah memenuhi syarat.
e) Pada tikungan dengan lengkung ganda, harus diusahakan agar kedua lengkung
yang berdekatan, tidak mempunyai jari-jari yang sangat terbuka. Cukup baik
jika di ambil R1 ≤ 1,5 R2.
f) Tikungan yang berbalik dengan mendadak harus dihindarkan.
g) Tangen pendek diantara dua buah tikungan yang searah ( broken-back ) sedapat
mungkin dihindarkan.
6.3.2. PEDOMAN RANCANGAN ALINYEMEN VERTIKAL
a) Alinyemen vertikal akan lebih baik jika dibuat dengan garis landai yang
memberikan perubahan landai yang berangsur-angsur sedemikian hingga dapat
sebanyak-banyaknya mengikuti trein yang ada.
b) Alinyemen vertikal sejenis yang disebut hidden-dip ( alinyemen yang datar dan
lurus, yang didalamnya mengandung sebagian kecil yang berupa rangkaian
beberapa lengkung) harus di hindarkan
c) Panda landai dengan penurunan yang besar atau panjang dianjurkan untuk
segera diikuti dengan pendakian, untuk dapat segera mengurangi kecepatan
kendaraan truck atau bis yang sering terlalu cepat.
d) Alinyemen dengan lengkung-lengkung vertikal searah, yang berurutan dengan
tangen antara yang pendek atau bisa disebut broken-back grade-line, sedapat
mungkin dihindari, lebih-lebih lagi lengkung vertikal cekung, karena
memberikan pandangan yang kurang baik.
e) Pada alinyemen dengan landai panjang yang menerus, lebih baik menempatkan
landai yang tercuram pada bagian permulaan landai selanjutnya diikuti dengan
6. landai-landai yang lebih kecil, atau menyisipkan landai yang lebih besar pada
landai yang menerus tersebut.
6.3.3 PEDOMAN PENETAPAN KEMIRINGAN ATAU KELANDAIAN JALAN
a. Kelandaian boleh 0%
Jika tidak perlu saluran samping seperti : badan jalan pada daerah timbunan.
Jika setiap jarak ± 100 meter, air dari saluran samping dapat dibuang keluar,
dimana untuk menghindari pembuatan saluran samping terlalu dalm.
b. Kelandaian tidak boleh 0%
Dianjurkan minimum 0,5%, jika :
Jalan tersebut memerrlukan saluran samping yang cukup panjang > 100
m, seperti pada daerah galian.
7. 6.3.4. PENAMPANG MELINTANG JALAN
1. Badan jalan pada daerah datar
Perhatikan:
Saluran tanah
Saluran pasangan batu
Saluran beton
2. Badan jalan pada daerah galian
8. Perhatikan :
Kemiringan talud
Tinggi ttalud
Saluran samping diperkeras atau tidak
3. Badan jalan terdiri dari tanah timbunan
Perhatikan :
Kemiringan tebing
Kapan diperlukan saluran samping
Pengamanan tebing terhadap longsor
4. Badan jalan didaerah tebing
a. Pada bagian lurus :
Kemiringan melintang dibuat kearah tebing, yang lebih tinggi
b. Pada bagian tikungan :
Dengan adanya superelevasi, miring melintang jalan harus dibuat ke arah
jurang.
9. Maka perlu parit pengaman untuk pengaliran/penampungan air
permukaan, dan dialirkan pada daerah yang aman.
5. Badan jalan pada bagian galian dan timbunan