SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Download to read offline
Pengukuran Beda Tinggi
Bagian 2
Mata Kuliah Ilmu Ukur Wilayah
Pertemuan ke 7
Jenis jenis Pengukuran Sipat Datar
Sipat datar memanjang
Sipat datar resiprokal
Sipat datar Profil
Sipat datar Profil memanjang
Sipat datar Profil melintang
Sipat datar luas
Sipat datar memanjang
Sipat datar ini digunakan apabila jarak antar dua titik
sangat berjauhan atau diluar jangkauan pandangan.
Maka jarak antara kedua titik / stasiun tersebut
dibagi kedalam slag / seksi.
Jumlah beda tinggi tiap slag merupakan beda tinggi
antara kedua stasiun tersebut.
Tujuan dari pengukuran ini adalah mengetahui
ketinggian dari titik-titik dan biasanya digunakan
sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah
pemetaan.
Sipat datar memanjang
Sipat datar resiprokal
Berbeda dengan sipat datar yang lain, pada
sipat datar ini digunakan waterpass yang
memiliki pengungkit, nivo dilengkapi dengna
skala pembaca bagi pengungkitan. Sehingga
dapat diukur beda tinggi antar dua titik yang
tidak dapat dicapai oleh pengukur.
Hasil akhir dari pengukuran adalah data
ketinggian dari kedua titik tersebut.
Sipat datar resiprokal
Perbedaan tinggi
antara A ke B adalah
hAB = ½ {(a - b) + (a’ - b’)}.

Titik-titk C, A, B, dan D
tidak harus berada pada
satu garis lurus.
Sumber: Muda, 2008
Sipat datar Profil
Pengukuran sipat datar profil bertujuan mengetahui
profil dari suatu jalur baik jalan atau saluran.
Dari hasil pengukuran dapat diperhitungkan
kemiringan jalur / proyek
banyaknya galian / cut dan timbunan fill yang perlu
dilakukan.

Dibedakan atas
Profil memanjang searah dengan jalur / sumbu proyek dan
Profil melintang dengan arah memotong tegak lurus
sumbu proyek pada interval jarak tertentu
Sipat datar Profil
Prinsip perhitungan profil memanjang dan melintang
sama dengan sipat datar memanjang. Hanya saja :
Pada pengukuran detil-detil profil dipilih sehingga mewakili
bentuk permukaan lahan
Pada pengukuran profil memanjang, kadang interval
ditentukan sebelumnya, misal 10, 25 dan 50 meter
tergantung proyek

Jarak titik detil dapat diukur dengan pita ukur dan
titik-titik stasiun diberi identitas berupa patok kayu
beserta nomor-nomor
Sipat datar Profil memanjang
Profil memanjang diukur dengan sipat datar
memanjang
Sipat datar Profil memanjang
Jarak biasanya lebih besar dari beda tinggi
maka penggambaran skala jarak lebih kecil
dari skala tinggi
Sipat datar Profil memanjang
Penggambaran
Posisi mendatar (Sb X) untuk jarak horisontal antar titik dengan
skala yang telah ditentukan. Misal 1:1000
Posisi tegak (Sb Y) untuk ketinggian dengan skala 10x skala
horisontal. Misal 1:100
Kemudian dari gambar ketinggian, hubungkan titik-titik tersebut
secara berurutan sehingga membentuk profil memanjang
Pada bagian bawah tersedia kolom yang disesuaikan dengan
kebutuhan perhitungan selanjutnya. Misalnya perhitungan
ketinggian, kemiringan, sehingga dapat dihitung untuk cut/fill
Kolom nama titik
Kolom jarak
Kolom elevasi
Sipat datar Profil memanjang
Gambar 9.22
Contoh formulir pengukuran sipat datar
profil memanjang
Contoh formulir
Sipat datar Profil melintang
Profil melintang dibuat untuk menentukan
tinggi titik-titik detil dengan pertolongan tinggi
garis bidik
Sipat datar Profil melintang
Sipat datar ini melanjutkan dari profil memanjang
Arah profil melintang diambil tegak lurus terhadap
sumbu proyek. Dasar ketinggian setiap profil adalah
titik-titik stasiun yang telah diukur dari profil
memanjang
Lebar profil tergantung dari kebutuhan, misal 25 m
arah kanan kiri dari sumbu proyek
Pengukuran detil dilakukan pada saat pengukuran
profil memanjang, detil menggambarkan bentuk
permukaan lahan
Sipat datar Profil melintang
Penggambaran
Sama dengan profil memanjang
Skala X dan Y sama / tidak jauh berbeda
Gambar memperlihatkan irisan dari rencana
proyek dan luasan antara tanah asli dengan
tampang proyek, sehingga terlihat luas
tampang cut/fill
Gabungan antara tampang melintang dan
memanjang maka volume dari tubuh tanah
yang ditimbun/digali dapat dihitung
Contoh formulir sipat datar melintang
Gambar
Profil memanjang dan rencana proyek
Gambar 9.25
Profil melintang dan rencana jalan &
saluran
Sipat datar luas
Pada perencanaan bangunan di suatu lahan,
biasanya dibutuhkan informasi mengenai
keadaan tinggi rendahnya permukaan tanah.
Pengukuran sipat datar luas mengukur
sebanyak mungkin titik detil di lahan tersebut.
Adapun kerapatan dan letak titik detail diatur
sesuai dengan kebutuhan. Semakin rapat titik
detail maka semakin baik gambaran
permukaan tanah
☀с

Sumber: Iskandar Muda, 2008
Sipat datar luas

☀с

Sutomo Wongsotjitro, 1980
Sipat datar luas

��
Sipat datar luas

�@
Sipat datar luas

<
Ketelitian Pengukuran Sipat datar
Kesalahan pada pengukuran sipat datar pada
umumnya akibat
Systematic error (sistematis), karena alat
ukur : kesalahan garis bidik, kesalahan garis
nol pada skala rambu, faktor alam ( refraksi
udara atau kelengkungan bumi)
Accidental error (kebetulan) tidak dpt
dihindarkan dan pengaruhnya tidak dapat
ditentukan : menaksir bacaan skala rambu,
letak gelembung nivo tidak ditengah
Ketelitian Pengukuran Sipat datar
Menghindari kesalahan sistematis (bersifat akumulasi ) dan
harus dihilangkan
Misalnya, untuk menghilangkan pengaruh kesalahan garis bidik, titik
nol rambu, refraksi udara dan kelengkungan bumi,
Alat sipat datar harus ditempatkan tepat di tengah antara dua
rambu (jarak ke rambu belakang dan ke rambu muka harus
dibuat sama besar).
Jumlah jarak antara bacaan rambu belakang = Jumlah jarak
antara muka. Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur
penempatan alat kembali pada akhir pengukuran
Membagi jarak antara dua titik ujung dalam seksi yang genap,
agar kesalahan beda tinggi akibat kesalahan garis nol menjadi
terbebas dari pengaruh kesalahan
Periksa selalu nivo kotak pada waterpass sehingga benar2 tegak
lurus
Ketelitian Pengukuran Sipat datar
Baik buruknya pengukuran menyipat datar
sehingga pengukuran harus diulangi atau tidak
maka ditentukan batas harga kesalahan / toleransi
Pengukuran pulang pergi maka selisih hasil
pengukuran pulang pergi dibatasi oleh
Tingkat pertama
Tingkat dua
Tingkat tiga

( )
k = ± (3 S ) mm
k = ± (6 S ) mm
k1 = ± 2 Skm mm
2

3

km

km

Skm = jarak pengukuran (km)
Ketelitian Pengukuran Sipat datar
Bila pengukuran diikat oleh dua titik yang
telah diketahui tingginya pada titik-titik ujung
pengukuran
댰љ

Tingkat pertama
Tingkat dua
Tingkat tiga

(
k ' = ± (2 ± 3
k ' = ± (2 ± 6

)
) mm
) mm

k1 ' = ± 2 ± 2 Skm mm
2

Skm

3

Skm
Pengukuran Beda Tinggi Trigonometris
Suatu proses penentuan beda tinggi dari titik-titik pengamatan
dengan cara mengukur sudut miring atau vertikal dengan jarak
yang diketahui, baik jarak dalam bidang datar maupun jarak
geodetik.
Sudut miring/vertikal dapat diukur dengan teodolit, sehingga cara
penentuan beda tinggi menjadi љ
dua lingkup, ukur tanah dan
댰
geodesi
Ukur tanah memiliki asumsi prinsip bidang datar, jarak tidak
terlalu jauh sehingga kelengkungan bumi diabaikan
Geodesi, jarak relatif jauh sehingga sudut vertikal perlu dikoreksi
dengan kelengkungan dan refraksi
Keterbatasan penggunaan waterpass yaitu jangkauan bidikan
dibatasi oleh tinggi alat dan ketinggian rambu ukur.
Pengukuran Beda Tinggi Tachimetri
Pada pengukuran dengan metoda tachimetri,
teropong dapat dimiringkan sehingga
keterbatasan jangkauan dapat dikurangi.
Hasil pengukuran dengan metoda ini akan
diperoleh pengukuran jarak miring, jarak
mendatar, dan jarak vertikal.
Pengukuran Beda Tinggi Tachimetri
Pengukuran beda tinggi dengan metoda tachimetri

BT
㞰य़

dm
m

∆V

α

Hi

E2
dh
E1

∆h

Dimana :
E1 = Elevasi titik 1
E2 = Elevasi titik 2
∆h = Beda tinggi antara titik 1 dan titik 2
= E2 – E1
∆V = Jarak vertikal bacaan teodolit
C = Konstanta alat
BA = Bacaan benang atas
BB = Bacaan benang bawah
BT = Bacaan benang tengah
Hi = Tinggi Alat
m = bacaan sudut vertikal
α = sudut miring bidikan / alat (90o – m)
Perhitungan Beda tinggi diukur di lapangan
dengan memperhitungkan tinggi bidikan.
1. Tinggi bidikan (BT) = tinggi Alat (Hi)
BT = Hi maka ∆h = ∆V
1
∆ h = c(BA - BB) sin 2 α
2
2. Tinggi bidikan (BT) ≠ tinggi Alat (Hi)
BT ≠ Hi maka ∆h + BT = Hi + ∆V
1
∆ h = c(BA - BB) sin 2 α + (Hi - BT )
2
㞰य़
atau
dh = 100 (BA-BB) cos 2 α
∆V = dh x tan α
Bila yang diketahui jarak miring (alat EDM)
∆V = dm x sin α
Maka beda tinggi titik A dan B
∆h = ∆V + Hi – BT
Dimana hi = tinggi alat
Kustarto dan Hartanto, 2011
Pengukuran Beda Tinggi
Barometris
Pada dasarnya merupakan penentuan
pengukuran tekanan udara pada lapisan
atmosfer
Pengukuran beda tinggi secara tidak
langsung karena yang diukur tekanan udara
dan menggunakan rumus-rumus fisika (Hk.
Boyle dan Hk Gay-Lussac)
Dengan Altimeter tekanan udara dan
tinggi/beda tinggi dapat langsung dibaca
pada lingkaran skala alat altimeter
녰@
Pengukuran Beda Tinggi Barometris
Accuracy to sea level is +/-1 to 5 feet, but the
on-site accuracy from point a to point b on
site is much less than that.
Model MDM-5 (Range -100 to +2,500
meters; 1/2 meter intervals)
Model MM-1 (Range 0 to +5,000 meters;
1 meter intervals)
羐џ

http://www.thealtimeterstore.com/survey.html
Pustaka
Basuki, Slamet, 2011, Ilmu Ukur Tanah (Edisi Revisi), Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Hendro Kustarto dan Andy Hartanto, 2011, Ilmu Ukur Tanah –
Metode dan Aplikasi Bagian Pertama, Penerbit DIOMA, Malang.
Muda, Iskandar, 2008, Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1,
Jakarta : Direktorat Pembinaan џSekolah Menengah Kejuruan,
羐
Dirjen Manajemen Pendidikan, Departemen Pendidikan
Nasional
Subki F. Mulkan, Edy Sumaryonto, 1981, Ilmu Ukur Wilayah,
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen
Pendidikan Menengah dan Kejuruan,
Wongsotjitro, Soetomo, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Kanisius
Yogyakarta.

More Related Content

What's hot

Laporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan ThachymetriLaporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan Thachymetrilia anggraini
 
Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangafadliansyah
 
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMPengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMRega Surveyor
 
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur TanahHitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur Tanahyulika usman
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalJulia Maidar
 
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Lampung University
 
Polygon tertutup
Polygon tertutupPolygon tertutup
Polygon tertutupArif Anwar
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)andribacotid
 
243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasi243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasiWSKT
 
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolitLaporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolitRpbowo
 
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pasbond
 
Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7Agus Saputra
 
Contoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupContoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupEqi Arzaqi
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawatiyulika usman
 

What's hot (20)

Laporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan ThachymetriLaporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan Thachymetri
 
Bahan presentasi Ukur Tanah
Bahan presentasi Ukur TanahBahan presentasi Ukur Tanah
Bahan presentasi Ukur Tanah
 
Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjang
 
Teori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolithTeori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolith
 
Bab iii hitungan polygon
Bab iii hitungan polygonBab iii hitungan polygon
Bab iii hitungan polygon
 
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMPengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
 
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur TanahHitungan Ilmu Ukur Tanah
Hitungan Ilmu Ukur Tanah
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
 
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
Ilmu Ukur Tanah Pertemuan 2 dan 3
 
Teodolit
TeodolitTeodolit
Teodolit
 
Polygon tertutup
Polygon tertutupPolygon tertutup
Polygon tertutup
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
 
243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasi243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasi
 
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolitLaporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
 
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
pengkuran jarak dan sudut (ilmu ukur tanah)
 
Double stand
Double standDouble stand
Double stand
 
Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7Laporan poligon kel. 7
Laporan poligon kel. 7
 
Contoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupContoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutup
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
 
Ilmu ukur-tanah1
Ilmu ukur-tanah1Ilmu ukur-tanah1
Ilmu ukur-tanah1
 

Similar to Pengukuran Beda Tinggi

Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahBab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahyonolino
 
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.pptArvinThamsir1
 
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolPaparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolErwangga1
 
Precentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahPrecentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahDevita Anjani
 
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.pptArvinThamsir1
 
Piyuut tralala www
Piyuut  tralala wwwPiyuut  tralala www
Piyuut tralala wwwRendi Myung
 
Laporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 Batu
Laporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 BatuLaporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 Batu
Laporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 BatuNational Cheng Kung University
 
Laporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel drawLaporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel draw'Oke Aflatun'
 
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptxALFIANSYAHYOGAREZASA
 
Perhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptxPerhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptxNanaPkun
 
MTK SD.pptx
MTK SD.pptxMTK SD.pptx
MTK SD.pptxYansyah3
 
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Mario Yuven
 

Similar to Pengukuran Beda Tinggi (20)

Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanahBab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
Bab i pengenalan_ilmu_ukur_tanah
 
Pig
PigPig
Pig
 
Bab 6 menyipat datar
Bab 6 menyipat datarBab 6 menyipat datar
Bab 6 menyipat datar
 
Ilmu Ukur Tanah
Ilmu Ukur TanahIlmu Ukur Tanah
Ilmu Ukur Tanah
 
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1- Ilmu Ukur Tanah.ppt
 
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tolPaparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
Paparan Topografi pada proyek pembangunan jalan tol
 
Precentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanahPrecentation of ilmu ukur tanah
Precentation of ilmu ukur tanah
 
Laporan srtm oke
Laporan srtm okeLaporan srtm oke
Laporan srtm oke
 
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.pptPertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
Pertemuan 1 & 2 - Ilmu Ukur Tanah.ppt
 
Iuw 6v beda tinggi
Iuw   6v beda tinggiIuw   6v beda tinggi
Iuw 6v beda tinggi
 
Piyuut tralala www
Piyuut  tralala wwwPiyuut  tralala www
Piyuut tralala www
 
1. PENDAHULUAN.ppt
1. PENDAHULUAN.ppt1. PENDAHULUAN.ppt
1. PENDAHULUAN.ppt
 
Peta
PetaPeta
Peta
 
Laporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 Batu
Laporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 BatuLaporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 Batu
Laporan Kartografi Long Cross Section Peta RBI 1608-111 Batu
 
Laporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel drawLaporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel draw
 
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
3. PENGUKURAN SIPAT DATAR TANAH (ILMU UKUR TANAH).pptx
 
Perhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptxPerhitungan_KDV.pptx
Perhitungan_KDV.pptx
 
Bab 6 menyipat datarasdfgh
Bab 6 menyipat datarasdfghBab 6 menyipat datarasdfgh
Bab 6 menyipat datarasdfgh
 
MTK SD.pptx
MTK SD.pptxMTK SD.pptx
MTK SD.pptx
 
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
Ilmu ukur tanah pertemuan ketiga.teknik pertambangan STTNAS YOgyakarta.
 

More from Kharistya Amaru

15 drainase bawah permukaan
15   drainase bawah permukaan15   drainase bawah permukaan
15 drainase bawah permukaanKharistya Amaru
 
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
11   sistem jaringan dan bangunan irigasi11   sistem jaringan dan bangunan irigasi
11 sistem jaringan dan bangunan irigasiKharistya Amaru
 
06 kebutuhan air tanaman
06   kebutuhan air tanaman06   kebutuhan air tanaman
06 kebutuhan air tanamanKharistya Amaru
 
07 kebutuhan air tanaman
07   kebutuhan air tanaman07   kebutuhan air tanaman
07 kebutuhan air tanamanKharistya Amaru
 
05 hubungan air, tanah dan tanaman
05   hubungan air, tanah dan tanaman05   hubungan air, tanah dan tanaman
05 hubungan air, tanah dan tanamanKharistya Amaru
 
04 hubungan air, tanah dan tanaman
04   hubungan air, tanah dan tanaman04   hubungan air, tanah dan tanaman
04 hubungan air, tanah dan tanamanKharistya Amaru
 
03 kelembagaan pengelolaan air dalam irigasi
03   kelembagaan pengelolaan air dalam irigasi03   kelembagaan pengelolaan air dalam irigasi
03 kelembagaan pengelolaan air dalam irigasiKharistya Amaru
 
02 pendahuluan irigasi & drainase
02   pendahuluan  irigasi & drainase02   pendahuluan  irigasi & drainase
02 pendahuluan irigasi & drainaseKharistya Amaru
 
01 kontrak irigasi dan drainase
01  kontrak irigasi dan drainase01  kontrak irigasi dan drainase
01 kontrak irigasi dan drainaseKharistya Amaru
 
Profil unpad dan snmptn 2014
Profil unpad dan snmptn 2014 Profil unpad dan snmptn 2014
Profil unpad dan snmptn 2014 Kharistya Amaru
 
Pertolongan korban banyak
Pertolongan korban banyakPertolongan korban banyak
Pertolongan korban banyakKharistya Amaru
 
Kedaruratan medis + snake bite
Kedaruratan medis + snake biteKedaruratan medis + snake bite
Kedaruratan medis + snake biteKharistya Amaru
 

More from Kharistya Amaru (20)

15 drainase bawah permukaan
15   drainase bawah permukaan15   drainase bawah permukaan
15 drainase bawah permukaan
 
14 darinase permukaan
14   darinase permukaan14   darinase permukaan
14 darinase permukaan
 
13 irigasi curah
13   irigasi curah13   irigasi curah
13 irigasi curah
 
12 irigasi tetes
12   irigasi tetes12   irigasi tetes
12 irigasi tetes
 
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
11   sistem jaringan dan bangunan irigasi11   sistem jaringan dan bangunan irigasi
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
 
10 irigasi permukaan
10   irigasi permukaan10   irigasi permukaan
10 irigasi permukaan
 
09 hidroponik
09   hidroponik09   hidroponik
09 hidroponik
 
06 kebutuhan air tanaman
06   kebutuhan air tanaman06   kebutuhan air tanaman
06 kebutuhan air tanaman
 
07 kebutuhan air tanaman
07   kebutuhan air tanaman07   kebutuhan air tanaman
07 kebutuhan air tanaman
 
05 hubungan air, tanah dan tanaman
05   hubungan air, tanah dan tanaman05   hubungan air, tanah dan tanaman
05 hubungan air, tanah dan tanaman
 
04 hubungan air, tanah dan tanaman
04   hubungan air, tanah dan tanaman04   hubungan air, tanah dan tanaman
04 hubungan air, tanah dan tanaman
 
03 kelembagaan pengelolaan air dalam irigasi
03   kelembagaan pengelolaan air dalam irigasi03   kelembagaan pengelolaan air dalam irigasi
03 kelembagaan pengelolaan air dalam irigasi
 
02 pendahuluan irigasi & drainase
02   pendahuluan  irigasi & drainase02   pendahuluan  irigasi & drainase
02 pendahuluan irigasi & drainase
 
01 kontrak irigasi dan drainase
01  kontrak irigasi dan drainase01  kontrak irigasi dan drainase
01 kontrak irigasi dan drainase
 
Profil unpad dan snmptn 2014
Profil unpad dan snmptn 2014 Profil unpad dan snmptn 2014
Profil unpad dan snmptn 2014
 
Pertolongan korban banyak
Pertolongan korban banyakPertolongan korban banyak
Pertolongan korban banyak
 
Penilaian 1
Penilaian 1Penilaian 1
Penilaian 1
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
Kedaruratan medis + snake bite
Kedaruratan medis + snake biteKedaruratan medis + snake bite
Kedaruratan medis + snake bite
 
Dasar dasar pp
Dasar dasar ppDasar dasar pp
Dasar dasar pp
 

Pengukuran Beda Tinggi

  • 1. Pengukuran Beda Tinggi Bagian 2 Mata Kuliah Ilmu Ukur Wilayah Pertemuan ke 7
  • 2. Jenis jenis Pengukuran Sipat Datar Sipat datar memanjang Sipat datar resiprokal Sipat datar Profil Sipat datar Profil memanjang Sipat datar Profil melintang Sipat datar luas
  • 3. Sipat datar memanjang Sipat datar ini digunakan apabila jarak antar dua titik sangat berjauhan atau diluar jangkauan pandangan. Maka jarak antara kedua titik / stasiun tersebut dibagi kedalam slag / seksi. Jumlah beda tinggi tiap slag merupakan beda tinggi antara kedua stasiun tersebut. Tujuan dari pengukuran ini adalah mengetahui ketinggian dari titik-titik dan biasanya digunakan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan.
  • 5. Sipat datar resiprokal Berbeda dengan sipat datar yang lain, pada sipat datar ini digunakan waterpass yang memiliki pengungkit, nivo dilengkapi dengna skala pembaca bagi pengungkitan. Sehingga dapat diukur beda tinggi antar dua titik yang tidak dapat dicapai oleh pengukur. Hasil akhir dari pengukuran adalah data ketinggian dari kedua titik tersebut.
  • 6. Sipat datar resiprokal Perbedaan tinggi antara A ke B adalah hAB = ½ {(a - b) + (a’ - b’)}. Titik-titk C, A, B, dan D tidak harus berada pada satu garis lurus. Sumber: Muda, 2008
  • 7. Sipat datar Profil Pengukuran sipat datar profil bertujuan mengetahui profil dari suatu jalur baik jalan atau saluran. Dari hasil pengukuran dapat diperhitungkan kemiringan jalur / proyek banyaknya galian / cut dan timbunan fill yang perlu dilakukan. Dibedakan atas Profil memanjang searah dengan jalur / sumbu proyek dan Profil melintang dengan arah memotong tegak lurus sumbu proyek pada interval jarak tertentu
  • 8. Sipat datar Profil Prinsip perhitungan profil memanjang dan melintang sama dengan sipat datar memanjang. Hanya saja : Pada pengukuran detil-detil profil dipilih sehingga mewakili bentuk permukaan lahan Pada pengukuran profil memanjang, kadang interval ditentukan sebelumnya, misal 10, 25 dan 50 meter tergantung proyek Jarak titik detil dapat diukur dengan pita ukur dan titik-titik stasiun diberi identitas berupa patok kayu beserta nomor-nomor
  • 9. Sipat datar Profil memanjang Profil memanjang diukur dengan sipat datar memanjang
  • 10. Sipat datar Profil memanjang Jarak biasanya lebih besar dari beda tinggi maka penggambaran skala jarak lebih kecil dari skala tinggi
  • 11. Sipat datar Profil memanjang Penggambaran Posisi mendatar (Sb X) untuk jarak horisontal antar titik dengan skala yang telah ditentukan. Misal 1:1000 Posisi tegak (Sb Y) untuk ketinggian dengan skala 10x skala horisontal. Misal 1:100 Kemudian dari gambar ketinggian, hubungkan titik-titik tersebut secara berurutan sehingga membentuk profil memanjang Pada bagian bawah tersedia kolom yang disesuaikan dengan kebutuhan perhitungan selanjutnya. Misalnya perhitungan ketinggian, kemiringan, sehingga dapat dihitung untuk cut/fill Kolom nama titik Kolom jarak Kolom elevasi
  • 12. Sipat datar Profil memanjang Gambar 9.22
  • 13. Contoh formulir pengukuran sipat datar profil memanjang Contoh formulir
  • 14. Sipat datar Profil melintang Profil melintang dibuat untuk menentukan tinggi titik-titik detil dengan pertolongan tinggi garis bidik
  • 15. Sipat datar Profil melintang Sipat datar ini melanjutkan dari profil memanjang Arah profil melintang diambil tegak lurus terhadap sumbu proyek. Dasar ketinggian setiap profil adalah titik-titik stasiun yang telah diukur dari profil memanjang Lebar profil tergantung dari kebutuhan, misal 25 m arah kanan kiri dari sumbu proyek Pengukuran detil dilakukan pada saat pengukuran profil memanjang, detil menggambarkan bentuk permukaan lahan
  • 16. Sipat datar Profil melintang Penggambaran Sama dengan profil memanjang Skala X dan Y sama / tidak jauh berbeda
  • 17. Gambar memperlihatkan irisan dari rencana proyek dan luasan antara tanah asli dengan tampang proyek, sehingga terlihat luas tampang cut/fill Gabungan antara tampang melintang dan memanjang maka volume dari tubuh tanah yang ditimbun/digali dapat dihitung
  • 18. Contoh formulir sipat datar melintang Gambar
  • 19. Profil memanjang dan rencana proyek Gambar 9.25
  • 20. Profil melintang dan rencana jalan & saluran
  • 21. Sipat datar luas Pada perencanaan bangunan di suatu lahan, biasanya dibutuhkan informasi mengenai keadaan tinggi rendahnya permukaan tanah. Pengukuran sipat datar luas mengukur sebanyak mungkin titik detil di lahan tersebut. Adapun kerapatan dan letak titik detail diatur sesuai dengan kebutuhan. Semakin rapat titik detail maka semakin baik gambaran permukaan tanah ☀с Sumber: Iskandar Muda, 2008
  • 22. Sipat datar luas ☀с Sutomo Wongsotjitro, 1980
  • 26. Ketelitian Pengukuran Sipat datar Kesalahan pada pengukuran sipat datar pada umumnya akibat Systematic error (sistematis), karena alat ukur : kesalahan garis bidik, kesalahan garis nol pada skala rambu, faktor alam ( refraksi udara atau kelengkungan bumi) Accidental error (kebetulan) tidak dpt dihindarkan dan pengaruhnya tidak dapat ditentukan : menaksir bacaan skala rambu, letak gelembung nivo tidak ditengah
  • 27. Ketelitian Pengukuran Sipat datar Menghindari kesalahan sistematis (bersifat akumulasi ) dan harus dihilangkan Misalnya, untuk menghilangkan pengaruh kesalahan garis bidik, titik nol rambu, refraksi udara dan kelengkungan bumi, Alat sipat datar harus ditempatkan tepat di tengah antara dua rambu (jarak ke rambu belakang dan ke rambu muka harus dibuat sama besar). Jumlah jarak antara bacaan rambu belakang = Jumlah jarak antara muka. Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur penempatan alat kembali pada akhir pengukuran Membagi jarak antara dua titik ujung dalam seksi yang genap, agar kesalahan beda tinggi akibat kesalahan garis nol menjadi terbebas dari pengaruh kesalahan Periksa selalu nivo kotak pada waterpass sehingga benar2 tegak lurus
  • 28. Ketelitian Pengukuran Sipat datar Baik buruknya pengukuran menyipat datar sehingga pengukuran harus diulangi atau tidak maka ditentukan batas harga kesalahan / toleransi Pengukuran pulang pergi maka selisih hasil pengukuran pulang pergi dibatasi oleh Tingkat pertama Tingkat dua Tingkat tiga ( ) k = ± (3 S ) mm k = ± (6 S ) mm k1 = ± 2 Skm mm 2 3 km km Skm = jarak pengukuran (km)
  • 29. Ketelitian Pengukuran Sipat datar Bila pengukuran diikat oleh dua titik yang telah diketahui tingginya pada titik-titik ujung pengukuran 댰љ Tingkat pertama Tingkat dua Tingkat tiga ( k ' = ± (2 ± 3 k ' = ± (2 ± 6 ) ) mm ) mm k1 ' = ± 2 ± 2 Skm mm 2 Skm 3 Skm
  • 30. Pengukuran Beda Tinggi Trigonometris Suatu proses penentuan beda tinggi dari titik-titik pengamatan dengan cara mengukur sudut miring atau vertikal dengan jarak yang diketahui, baik jarak dalam bidang datar maupun jarak geodetik. Sudut miring/vertikal dapat diukur dengan teodolit, sehingga cara penentuan beda tinggi menjadi љ dua lingkup, ukur tanah dan 댰 geodesi Ukur tanah memiliki asumsi prinsip bidang datar, jarak tidak terlalu jauh sehingga kelengkungan bumi diabaikan Geodesi, jarak relatif jauh sehingga sudut vertikal perlu dikoreksi dengan kelengkungan dan refraksi Keterbatasan penggunaan waterpass yaitu jangkauan bidikan dibatasi oleh tinggi alat dan ketinggian rambu ukur.
  • 31. Pengukuran Beda Tinggi Tachimetri Pada pengukuran dengan metoda tachimetri, teropong dapat dimiringkan sehingga keterbatasan jangkauan dapat dikurangi. Hasil pengukuran dengan metoda ini akan diperoleh pengukuran jarak miring, jarak mendatar, dan jarak vertikal.
  • 32. Pengukuran Beda Tinggi Tachimetri Pengukuran beda tinggi dengan metoda tachimetri BT 㞰य़ dm m ∆V α Hi E2 dh E1 ∆h Dimana : E1 = Elevasi titik 1 E2 = Elevasi titik 2 ∆h = Beda tinggi antara titik 1 dan titik 2 = E2 – E1 ∆V = Jarak vertikal bacaan teodolit C = Konstanta alat BA = Bacaan benang atas BB = Bacaan benang bawah BT = Bacaan benang tengah Hi = Tinggi Alat m = bacaan sudut vertikal α = sudut miring bidikan / alat (90o – m)
  • 33. Perhitungan Beda tinggi diukur di lapangan dengan memperhitungkan tinggi bidikan. 1. Tinggi bidikan (BT) = tinggi Alat (Hi) BT = Hi maka ∆h = ∆V 1 ∆ h = c(BA - BB) sin 2 α 2 2. Tinggi bidikan (BT) ≠ tinggi Alat (Hi) BT ≠ Hi maka ∆h + BT = Hi + ∆V 1 ∆ h = c(BA - BB) sin 2 α + (Hi - BT ) 2 㞰य़
  • 34. atau dh = 100 (BA-BB) cos 2 α ∆V = dh x tan α Bila yang diketahui jarak miring (alat EDM) ∆V = dm x sin α Maka beda tinggi titik A dan B ∆h = ∆V + Hi – BT Dimana hi = tinggi alat Kustarto dan Hartanto, 2011
  • 35. Pengukuran Beda Tinggi Barometris Pada dasarnya merupakan penentuan pengukuran tekanan udara pada lapisan atmosfer Pengukuran beda tinggi secara tidak langsung karena yang diukur tekanan udara dan menggunakan rumus-rumus fisika (Hk. Boyle dan Hk Gay-Lussac) Dengan Altimeter tekanan udara dan tinggi/beda tinggi dapat langsung dibaca pada lingkaran skala alat altimeter 녰@
  • 36. Pengukuran Beda Tinggi Barometris Accuracy to sea level is +/-1 to 5 feet, but the on-site accuracy from point a to point b on site is much less than that. Model MDM-5 (Range -100 to +2,500 meters; 1/2 meter intervals) Model MM-1 (Range 0 to +5,000 meters; 1 meter intervals) 羐џ http://www.thealtimeterstore.com/survey.html
  • 37. Pustaka Basuki, Slamet, 2011, Ilmu Ukur Tanah (Edisi Revisi), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hendro Kustarto dan Andy Hartanto, 2011, Ilmu Ukur Tanah – Metode dan Aplikasi Bagian Pertama, Penerbit DIOMA, Malang. Muda, Iskandar, 2008, Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1, Jakarta : Direktorat Pembinaan џSekolah Menengah Kejuruan, 羐 Dirjen Manajemen Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional Subki F. Mulkan, Edy Sumaryonto, 1981, Ilmu Ukur Wilayah, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Menengah dan Kejuruan, Wongsotjitro, Soetomo, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Kanisius Yogyakarta.