SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vertikal Drain
Laju konsolidasi yang rendah pada lempung jenuh dengan permeabilitas
rendah dapat dinaikkan dengan menggunakan drainase vertikal (vertical drain) yang
memperpendek lintasan pengaliran dalam lempung. Kemudian konsolidasi yang
diperhitungkan akibat pengaliran horizontal radial yang menyebabkan disipasi
kelebihan tekanan air pori yang lebih cepat, sedangkan pengaliran vertikal sangat
kecil pengaruhnya. Dalam teori, besar penurunan konsolidasi akhir adalah sama,
hanya laju penurunannya yang berbeda-beda.
Gambar 2.1 Aliran air pori pada vertikal drain
Metode tradisional dalam membuat vertikal drain adalah dengan membuat
lubang bor pada lapisan lempung dan mengisi kembali dengan pasir yang bergradasi
sesuai titik. Diameternya sekitar 200–600 mm dan saluran drainase tersebut dibuat
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
19
sedalam lebih dari 5 meter. Pasir harus dapat dialiri air secara efisien tanpa
membawa partikel–partikel tanah yang halus. Drainase cetakan juga banyak
digunakan dan biasanya lebih murah daripada drainase urugan untuk suatu daerah
tertentu. Salah satu jenis drainase cetakan adalah drainase prapaket (prepackage
drain) yang terdiri dari sebuah selubung filter, biasanya dibuat dari polypropylene,
yang diisi pasir dengan diameter 65 mm. Jenis ini sangat fleksibel dan biasanya tidak
terpengaruh oleh adanya gerakan–gerakan tanah lateral. Jenis lain drainase cetakan
adalah drainase pita (band drain), yang terdiri dari inti plastik datar dengan saluran
drainase yang dikelilingi oleh lapisan filter, yang mana lapisan tersebut harus
memiliki kekuatan untuk mencegah jangan sampai terselip ke dalam saluran. Fungsi
utama dari lapisan itu adalah untuk mencegah penyumbatan partikel–partikel tanah
halus pada saluran di dalam inti. Ukuran band drain ini adalah 100 mm kali 5 mm
dan diameter ekivalennya biasanya diasumsikan sebagai keliling dibagi π. Drainase
cetakan dipasang dengan cara menyelipkan drainase cetakan ke dalam lubang bor
atau dengan menempatkannya di dalam sebuah paksi (mandrel) atau selubung
(casing) yang kemudian dipancang ke dalam tanah atau digetarkan di tanah.
Karena tujuannya adalah untuk mengurangi panjang lintasan pengaliran,
maka jarak antara drainase merupakan hal yang terpenting. Drainase tersebut
biasanya diberi jarak dengan pola bujur sangkar atau segitiga. Jarak antara drainase
tersebut harus lebih kecil daripada tebal lapisan lempung dan tidak ada gunanya
menggunakan vertikal drain dalam lapisan lempung yang relatif tipis. Untuk
mendapatkan desain yang baik, koefisien konsolidasi horizontal dan vertikal (Ch dan
Cv) yang akurat sangat penting untuk diketahui. Biasanya rasio Ch/Cv terletak antara
1 dan 2. Semakin tinggi rasio ini, pemasangan drainase semakin bermanfaat. Nilai
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
20
koefisien untuk lempung di dekat drainase kemungkinan menjadi berkurang akibat
proses peremasan (remoulding) selama pemasangan (terutama bila digunakan paksi),
pengaruh tersebut dinamakan pelumasan (smear). Efek pelumasan ini dapat
diperhitungkan dengan mengasumsikan suatu nilai Ch yang sudah direduksi atau
dengan menggunakan diameter drainase yang diperkecil. Masalah lainnya adalah
diameter sand drain yang besar cenderung menyerupai tiang-tiang yang lemah, yang
mengurangi kenaikan tegangan vertikal dalam lempung sampai tingkat yang tidak
diketahui dan menghasilkan nilai tekanan air pori berlebih. Pengalaman
menunjukkan bahwa vertikal drain tidak baik untuk tanah yang memiliki rasio
kompresi sekunder yang tinggi, seperti lempung yang sangat plastis dan gambut
(peat); karena laju konsolidasi sekunder tidak dapat dikontrol oleh drainase vertikal.
Pola bujur sangkar Pola segitiga
Gambar 2.2 Blok-blok silindris
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
21
Dalam koordinat polar, bentuk tiga dimensi dari persamaan konsolidasi,
dengan sifat tanah yang berbeda dalam arah horizontal dan vertikal, adalah
2
2
2
2
1
y
u
C
rr
u
r
u
C
t
u
vh
∂
∂
+





∂
∂
+
∂
∂
=
∂
∂
(2.1)
Blok–blok prismatis vertikal dari tanah yang mengelilingi drainase diganti oleh
blok–blok silinder dengan jari–jari R dengan luas penampang melintang yang sama.
Penyelesaian persamaan 2.1 di atas dapat ditulis dalam dua bagian :
Uv = f(Tv) dan (2.2)
Ur = f(Tr) (2.3)
dimana : Uv = tingkat konsolidasi rata-rata akibat pengaliran vertikal
Ur = tingkat konsolidasi rata-rata akibat pengaliran horizontal (radial)
atau
2
H
tC
T
v
v = dan (2.4)
2
4R
tC
T
h
r = (2.5)
dimana : Tv = faktor waktu untuk konsolidasi akibat pengaliran arah vertikal
Tr = faktor waktu untuk konsolidasi akibat pengaliran arah radial
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
22
Gambar 2.3 Penyelesaian konsolidasi radial
Pernyataan untuk Tr memberikan gambaran bahwa semakin rapat (kecil)
jarak antara drainase, semakin cepat proses konsolidasi yang terjadi akibat pengaliran
radial. Penyelesaian untuk pengaliran radial, menurut Barron, diberikan pada
Gambar 2.3, hubungan Ur/Tr tergantung pada rasio n = R/rd di mana R adalah jari-jari
blok silinder ekivalen dan rd adalah jari-jari drainase tersebut. Selain itu dapat juga
diperlihatkan bahwa :
(1 – U) = (1 – Uv)(1 – Ur) Carillo (1942) (2.6)
dimana U adalah derajat konsolidasi rata-rata akibat pengaliran kombinasi antara
vertikal dan horizontal.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
23
2.2. Transformasi Tampang Vertikal Drain
Ukuran band drain atau prefabricated vertikal drain adalah 100 mm kali 5
mm dengan bentuk penampang persegi panjang. Pada saat dilakukan perhitungan
terhadap prefabricated vertikal drain tersebut maka penampang dari prefabricated
vertikal drain akan dimodelkan menjadi berbentuk lingkaran dengan perhitungan
diameter ekivalen yang diasumsikan sebagai keliling persegi panjang dibagi π
(Hansbo,1960). Asumsi tersebut didasarkan pada rumusan dibawah ini:
Keliling lingkaran = keliling persegi panjang
π
π
)(2
)(2
lp
d
lpd
+
=
+=
Gambar 2.4 Transformasi tampang vertikal drain
2.3. Konsolidasi
Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan–lahan
pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian
air pori. Proses tersebut berlangsung terus–menerus sampai kelebihan tekanan air
pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total benar–benar hilang. Jangka waktu
p
l
d
Aliran air pori
Aliran air pori
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
24
terjadinya konsolidasi tergantung pada bagaimana cepatnya tekanan air pori yang
berlebih akibat beban yang bekerja dapat dihilangkan. Karena itu koefisien
permeabilitas merupakan faktor penting di samping penentuan berapa jauh jarak air
pori yang harus dikeluarkan dari pori-pori yang ukurannya bertambah kecil untuk
dapat meniadakan tekanan yang berlebihan. Kasus yang paling sederhana adalah
konsolidasi satu dimensi, di mana kondisi regangan lateral nol mutlak ada.
2.3.1. Konsolidasi 1-D Terzaghi
Prosedur untuk melakukan uji konsolidasi satu dimensi pertama-tama
diperkenalkan oleh Terzaghi. Uji tersebut dilakukan di dalam konsolidometer
(kadang-kadang disebut sebagai oedometer). Skema konsolidometer ditunjukkan
dalam gambar 2.4. Contoh tanah diletakkan di dalam cincin logam dengan dua buah
batu berpori diletakkan di atas dan di bawah contoh tanah tersebut, ukuran contoh
tanah yang digunakan biasanya adalah diameter 2,5 inci (63,5 mm) dan tebal 1 inci
(25,4 mm). Pembebanan pada contoh tanah dilakukan dengan cara meletakkan beban
pada ujung sebuah balok datar, dan pemampatan (compression) contoh tanah diukur
dengan menggunakan skala ukur dengan skala mikrometer. Contoh tanah selalu
direndam air selama percobaan. Tiap-tiap beban biasanya diberikan selama 24 jam.
Setelah itu, beban dinaikkan sampai dengan dua kali lipat dari sebelumnya, dan
pengukuran pemampatan diteruskan.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
25
Gambar 2.5 Konsolidometer
Angka pori pada akhir setiap periode penambahan tekanan (beban) dapat
dihitung dari pembacaan arloji pengukur dan begitu pula halnya dengan kadar air
(water content) atau berat kering (dry weight) dari contoh tanah pada akhir
pengujian. Berdasarkan diagram fase pada gambar 2.5 terdapat dua buah metode
perhitungan sebagai berikut :
(1) Kadar air yang diukur pada akhir pengujian = wt
0
01
H
e
H
e +
=
∆
∆
(2.7)
dimana :
e1 = angka pori pada akhir pengujian = w1Gs (diasumsikan Sr = 100%)
e0 = angka pori pada awal pengujian
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
26
Δe = perubahan angka pori selama pengujian = e1-e0
H0 = tebal contoh tanah pada awal pengujian
ΔH = Perubahan tebal selama pengujian
Dengan cara yang sama Δe dapat dihitung sampai akhir periode penambahan
beban atau tekanan.
(2) Berat kering yang diukur pada akhir pengujian = Ms (yaitu massa partikel
padat tanah).
111
1 −=
−
=
ss
s
H
H
H
HH
e (2.8)
dimana :
ws
s
s
AG
M
H
ρ
= = tebal ekivalen partikel pada tanah
H1 = tebal pada akhir setiap periode penambahan tekanan
A = luas contoh tanah
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
27
Gambar 2.6 Diagram fase
Ada tiga tahapan yang berbeda yang diperoleh dari hasil percobaan
konsolidasi, yaitu :
Tahap I : Pemampatan awal (initial compression), yang pada umumnya disebabkan
oleh pembebanan awal (preloading).
Tahap II : Konsolidasi primer (primary consolidation), yaitu periode selama tekanan
air pori secara lambat laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai akibat
dari keluarnya air dari pori-pori tanah.
Tahap III : Konsolidasi sekunder (secondary consolidation), yang terjadi setelah
tekanan air pori hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi di sini disebabkan oleh
penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
28
Asumsi-asumsi yang dibuat dalam teori Terzaghi ini adalah :
1. Tanah adalah homogen.
2. Tanah benar-benar jenuh.
3. Partikel padat tanah dan partikel air tidak kompresibel.
4. Kompresi dan aliran adalah satu dimensi (vertikal).
5. Regangan kecil.
6. Hukum Darcy berlaku untuk semua gradien hidrolik.
7. Koefisien permeabilitas dan koefisien kompresibilitas volume tetap konstan
selama proses berlangsung.
8. Terdapat hubungan yang khusus (unik), tidak tergantung waktu, antara angka
pori dan tegangan efektif.
Dengan melihat asumsi 6, terdapat bukti adanya penyimpangan dari hukum
Darcy pada gradien hidrolik rendah dari asumsi 7, koefisien permeabilitas menurun
sewaktu angka pori menurun selama konsolidasi, koefisien kompresibilitas volume
juga menurun selama konsolidasi karena hubungan e-σ’ tidak linear. Tetapi untuk
kenaikan tegangan kecil, asumsi 7 beralasan. Pembatasan yang utama dari teori
Terzaghi ini adalah asumsi 8 (bagian dari keadaan satu dimensi). Hasil-hasil
pengujian memperlihatkan bahwa hubungan antara angka pori dan tegangan efektif
tergantung pada waktu.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
29
Teori ini berhubungan dengan besaran-besaran di bawah ini :
1. Tekanan air pori berlebihan (u).
2. Kedalaman (z di bawah lapisan lempung teratas).
3. Waktu (t) dari penggunaan kenaikan tegangan total seketika.
Persamaan matematis konsolidasi 1-D Terzaghi berbentuk parabolik dengan
formula sebagai berikut :
2
2
y
u
C
t
u
v
∂
∂
=
∂
∂
(2.9)
dimana :
u = tekanan air pori yang berlebihan
t = waktu peninjauan
y = kedalaman peninjauan
t
u
∂
∂
= turunan pertama tekanan air pori yang berlebihan terhadap waktu
2
2
y
u
∂
∂
= turunan kedua tekanan air pori yang berlebihan terhadap kedalaman
Solusi umum persamaan ini adalah :
[ ] YmExp
m
W vTm
m
TY )12(
2
sin
)12(
14 4/)12(
0
2,
22
+
+
= +−
∞
=
∑
π
π
π
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
30
Dengan derajat konsolidasi (U) rata-rata :
[ ] vTm
m
Exp
m
U 4/)12(
0
22
22
)12(
18
1 +−
∞
=
∑ +
−= π
π
dengan : m = bilangan integer ; 2
H
tc
T
v
v = (faktor waktu)
Besar penurunan primer terjadi :
)
'
''
log(
1
0
0 o
c
p
e
HC
S
σ
σσ ∆+
+
= (2.10)
dimana : σ’0 = tegangan vertikal efektif awal
Δ σ’ = tambahan tegangan vertikal efektif
Cc = indeks pemampatan (compression index)
H = tebal lapisan
e0 = angka pori awal
Pemakaian rumusan ini, nilai koefisien konsolidasi (Cv) dianggap konstan
selama konsolidasi berlangsung, walaupun pada kondisi sebenarnya dari hasil
percobaan konsolidasi di laboratorium menunjukkan nilai Cv yang tidak konstan
melainkan tergantung terhadap besar tegangan yang bekerja.
2.3.2. Konsolidasi Radial
Konsolidasi radial akan terjadi dalam situasi-situasi yang meliputi drainase
terhadap suatu sumber pusat, seperti pada suatu vertikal drain yang dipakai di bawah
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
31
timbunan untuk mempercepat drainase air pori dengan mengurangi jarak drainase
dan karena itu juga mempercepat konsolidasi.
Persamaan konsolidasi untuk drainase arah radial sebagai berikut :






∂
∂
+
∂
∂
=
∂
∂
rr
u
r
u
C
t
u
r
1
2
2
(2.11)
dimana : Cr = koefisien konsolidasi arah radial
r = jari-jari vertikal drain
Dengan menganggap adanya efek smear zone dan diselesaikan dengan cara
equal-strain consolidation (Baron, 1948) maka penyelesaian persamaan konsolidasi
radial sebagai berikut :





 −
= m
T
av
r
euu
8
1 , dengan derajat konsolidasi rata-rata :
)/8(
1
11 mTav
r
r
e
u
u
U −
−=−= (2.12)
dimana :
w
e
w
s
s
r
d
d
n
r
r
S
S
n
Sn
k
k
n
S
S
n
Sn
n
m
=
=





 −
++−





−
= ln
44
3
ln 2
222
22
2
de = diameter ekivalen (setelah penampang diubah menjadi bentuk lingkaran)
dw = diameter vertikal drain
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
32
rs = jari-jari smear zone
rw = jari-jari sand drain
ks = koefisien permeabilitas arah radial pada smear zone = (1-15)kr
kr = koefisien permeabilitas arah radial = (1-15)kv
Cr = Cv(kr/kv) (2.12a)
2
e
r
r
d
tC
T = (2.12b)
Efek smear zone adalah berkurangnya nilai koefisien untuk tanah lempung di
dekat vertikal drain atau diameter vertikal drain yang digunakan diperkecil, hal ini
disebabkan proses peremasan (remoulding) selama pemasangan vertikal drain
dengan menggunakan paksi.
2.3.3. Waktu Konsolidasi
Penurunan total akibat konsolidasi primer yang disebabkan oleh adanya
penambahan tegangan di atas permukaan tanah dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.10.
Tetapi persamaan 2.10 tersebut tidak memberikan penjelasan mengenai kecepatan
(rate) dari konsolidasi primer. Terzaghi (1925) memperkenalkan teori yang pertama
kali mengenai kecepatan konsolidasi satu dimensi untuk tanah lempung yang jenuh
air. Penurunan matematis dari persamaan tersebut didasarkan pada anggapan-
anggapan berikut ini :
1. Tanah (sistem lempung-air) adalah homogen.
2. Tanah benar-benar jenuh.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
33
3. Kemampumampatan air diabaikan.
4. Kemampumampatan butiran tanah diabaikan.
5. Aliran air hanya satu arah saja (yaitu pada arah pemampatan).
6. Hukum Darcy berlaku.
Jika suatu lapisan lempung dengan tebal 2Hdr yang terletak antara dua lapisan
pasir yang sangat tembus air (highly permeable) diberi penambahan tekanan sebesar
Δp, maka tekanan air pori pada suatu titik di dalam lapisan tanah lempung tersebut
akan naik. Untuk konsolidasi satu dimensi, air pori akan mengalir ke luar dalam arah
vertikal, yaitu ke arah lapisan pasir.
Kecepatan air yang mengalir ke luar - kecepatan air yang mengalir masuk sama
dengan kecepatan perubahan volume.
Jadi :
t
V
dydxvdydxz
z
v
v z
z
z
∂
∂
=−∂
∂
∂
+ ...)( (2.13)
di mana : V = volume elemen tanah.
vz = kecepatan aliran dalam arah sumbu z.
atau :
t
V
dzdydx
z
vz
∂
∂
=
∂
∂
.. (2.14)
Dengan menggunakan hukum Darcy :
z
uk
z
h
kikv
w
z
∂
∂
−=
∂
∂
−==
γ
. (2.15)
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
34
di mana : u = tekanan air pori yang disebabkan oleh penambahan tegangan.
Selama konsolidasi, kecepatan perubahan volume elemen tanah adalah sama
dengan kecepatan perubahan volume pori (void). Jadi,
t
V
e
t
e
V
t
V
t
eVV
t
V
t
V s
s
sssv
∂
∂
+
∂
∂
+
∂
∂
=
∂
+∂
=
∂
∂
=
∂
∂ )(
(2.16)
di mana : Vs = volume butiran padat.
Vv = volume pori.
Tetapi dengan menganggap bahwa butiran padat tanah tidak mampumampat, maka :
0=
∂
∂
t
Vs
dan
00 1
..
1 e
dzdydx
e
V
Vs
+
=
+
= (2.17)
Dengan memasukkan persamaan 2.17 ke persamaan 2.16, maka didapat :
t
e
e
dzdydx
t
V
∂
∂
+
=
∂
∂
01
..
(2.18)
di mana : e0 = angka pori awal.
Perubahan angka pori terjadi karena penambahan tegangan efektif (yaitu :
pengurangan tekanan air pori yang terjadi). Dengan anggapan bahwa penambahan
tegangan efektif sebanding dengan pengurangan tekanan air pori.
Hubungan antara waktu konsolidasi dan faktor waktu dapat dilihat pada
persamaan 2.4 dan persamaan 2.5.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
35
Variasi derajat konsolidasi rata-rata terhadap faktor waktu yang tak
berdimensi, diberikan dalam tabel 2.1, yang berlaku untuk keadaan di mana u0 adalah
sama untuk seluruh kedalaman lapisan yang mengalami konsolidasi.
Tabel 2.1 Variasi faktor waktu terhadap derajat konsolidasi
Uav, % Tv
0 0
10 0,008
20 0,031
30 0,071
35 0,096
40 0,126
45 0,159
50 0,197
55 0,238
60 0,278
65 0,342
70 0,403
75 0,478
80 0,567
85 0,684
90 0,848
95 1,127
100 ∞
2.4. Penurunan (Settlement)
Semua tanah yang mengalami tegangan akan mengalami regangan di dalam
kerangka tanah tersebut. Regangan ini disebabkan oleh penggulingan, penggeseran,
atau penggelinciran dan terkadang juga karena kehancuran partikel-partikel tanah
pada titik-titik kontak, serta distorsi elastis. Akumulasi statistik dari deformasi dalam
arah yang ditinjau ini merupakan regangan. Integrasi regangan (deformasi per satuan
panjang) sepanjang kedalaman yang dipengaruhi oleh tegangan disebut penurunan.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
36
Metode penurunan seperti ini sebagian besar tidak dapat mengembalikan tanah pada
keadaan semula apabila tegangan ditiadakan karena terjadi pengurangan angka pori
yang permanen. Regangan pada tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus yang
kering atau jenuh sebagian akan terjadi sesudah bekerjanya tegangan. Bekerjanya
tegangan terhadap tanah yang berbutir halus yang jenuh akan menghasilkan tegangan
yang bergantung pada waktu. Penurunan yang dihasilkan akan bergantung juga pada
waktu dan disebut penurunan konsolidasi.
Secara umum, penurunan (settlement) pada tanah yang disebabkan oleh
pembebanan dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Penurunan konsolidasi, yang merupakan hasil dari perubahan volume tanah
jenuh air sebagai akibat proses konsolidasi. Penurunan konsolidasi dibagi
menjadi dua, yaitu penurunan konsolidasi primer dan penurunan konsolidasi
sekunder.
2. Penurunan segera, yang merupakan akibat dari deformasi elastis tanah kering,
basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air.
Bilamana suatu lapisan tanah jenuh air diberi penambahan beban, angka
tekanan air pori akan naik secara mendadak. Pada tanah berpasir yang tembus air
(permeable), air dapat mengalir dengan cepat sehingga pengaliran air pori ke luar
sabagai akibat dari kenaikan tekanan air pori dapat selesai dengan cepat. Keluarnya
air dari dalam pori selalu disertai dengan berkurangnya volume tanah; berkurangnya
volume tanah tersebut dapat menyebabkan penurunan lapisan tanah itu. Karena air
pori di dalam tanah berpasir dapat mengalir ke luar dengan cepat, maka penurunan
segera dan penurunan konsolidasi terjadi bersamaan.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
37
Bilamana suatu lapisan tanah lempung jenuh air yang mampumampat
(compressible) diberi penambahan tegangan, maka penurunan (settlement) akan
terjadi dengan segera. Koefisien rembesan lempung sangat kecil bila dibandingkan
dengan koefisien rembesan pasir sehingga penambahan tekanan air pori yang
disebabkan oleh pembebanan akan berkurang secara lambat laun dalam waktu yang
sangat lama. Jadi untuk tanah lempung lembek perubahan volume yang disebabkan
oleh konsolidasi akan terjadi sesudah penurunan segera. Penurunan konsolidasi
tersebut biasanya jauh lebih besar dan lebih lambat dibandingkan dengan penurunan
segera.
Dengan pengetahuan yang didapat dari analisis hasil uji konsolidasi, sekarang
dapat dihitung penurunan yang disebabkan oleh konsolidasi primer di lapangan,
dengan menganggap bahwa konsolidasi tersebut adalah satu dimensi. Besarnya
penurunan primer ditentukan dengan persamaan 2.10.
Pada akhir dari konsolidasi primer (yaitu setelah tekanan air pori sama
dengan nol), penurunan masih terjadi sebagai akibat dari penyesuaian plastis butiran
tanah. Tahap konsolidasi ini dinamakan konsolidasi sekunder (secondary
consolidation). Selama konsolidasi sekunder berlangsung, kurva hubungan antara
deformasi dan log waktu (t) adalah merupakan garis lurus. Indeks pemampatan
sekunder (secondary compression index) dapat didefinisikan sebagai :
)/log(loglog 1212 tt
e
tt
e
c
∆
=
−
∆
=α (2.19)
di mana : cα = indeks pemampatan sekunder
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
38
Δe = perubahan angka pori
t1,t2 = waktu.
Besarnya konsolidasi sekunder dapat dihitung sebagai berikut :
)/log(' 12 ttHcSs α= (2.20)
di mana : cα ‘= cα/(1+ep)
ep = angka pori pada akhir konsolidasi primer
H = tebal lapisan lempung.
Penurunan yang diakibatkan oleh konsolidasi sekunder sangat penting untuk
semua jenis tanah organik dan tanah anorganik yang sangat mampu mampat
(compressible). Untuk lempung anorganik yang terlalu terkonsolidasi, indeks
pemampatan sekunder adalah sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Perbandingan pemampatan sekunder terhadap pemampatan primer untuk
suatu lapisan tanah dengan ketebalan tertentu adalah tergantung pada perbandingan
antara penambahan tegangan (Δσ’) dengan tegangan efektif awal (σ’). Apabila
Δσ’/σ’ kecil, perbandingan pemampatan sekunder dan primer adalah besar.
2.5. Koefisien Konsolidasi pada Tanah Berlapis (Cv)
Seperti yang diusulkan CUR (1996), pada kondisi tanah yang berlapis untuk
perhitungan derajat konsolidasi maka nilai koefisien konsolidasi (Cv) harus
diekivalenkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
39
2
1
1














=
∑
∑
=
=
n
i vi
i
n
i
i
v
C
h
h
C (2.21)
dimana : hi = tebal lapisan i
2.6. Verifikasi Pemodelan Vertikal Drain
Salah satu parameter yang penting pada analisis konsolidasi adalah koefisien
permeabilitas tanah (k) yang bisa diperoleh dari pengujian laboratorium seperti :
falling-heat test, constan-heat test, dan pengujian lapangan. Umumnya tanah
lempung mempunyai koefisien permeabilitas yang relaitif kecil dibanding dengan
tanah pasir, sehingga proses konsolidasi pada tanah lempung relatif lebih lama
dibanding pada tanah pasir.
Untuk mempercepat proses konsolidasi, dibuat suatu konstruksi vertikal
drain, yang ditanamkan ke dalam lapisan tanah secara vertikal. Pola penanaman
vertikal drain yang terpasang dilapangan setempat-setempat, dengan jarak tertentu,
sementara di dalam program plaxis fasilitas pengimlementasikan vertikal drain
bersifat menerus (plane strain). Untuk dapat mengimplementasikan vertikal drain
yang terpasang di lapangan ke dalam program, maka haruslah terlebih dahulu
diverifikasi kedalam bentuk plane strain yang akan menghasilkan koefisien
permeabilitas tanah (k) yang baru, selanjutnya dengan koefisien permeabilitas tanah
(k) yang baru tersebut proses pensimulasian pada program plaxis dapat dilakukan.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
40
Menurut D. Russell, C.C Hird, dan I.C Pyrah, 1999 proses pengekivalenan
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
- Jarak antara vertikal drain pada kondisi plane strain dapat diubah (perubahan
geometri), dengan permeabilitas yang dibuat tetap pada kondisi axisymetris dan
plane strain (kax = kpl).
- Permeabilitas pada kondisi plane strain dapat diubah (perubahan
permeabilitas), dengan geometri yang dibuat sama.
- Mengkombinasikan perubahan geometri dan permeabilitas.
D.Russell,et.al, 1995 mengekivalenkan koefisien permeabilitas tanah dari
kondisi axisymetris menjadi plane strain dengan cara menyamakan debit air yang
masuk ke kondisi axisymetris sama dengan ke kondisi plane strain. Pengekivalenan
koefisien permeabilitas (k) dilakukan dengan rumusan sebagai berikut:






−





+





=
4
3
)ln(ln
3
2 2
2
S
k
k
S
n
kRk
B
s
ax
plax (2.22)
dimana : kax = Permeabilitas tanah arah horizontal kondisi axisymetris
kpl = Permeabilitas tanah arah horizontal kondisi plane strain
ks = Permeabilitas tanah pada daerah smear zone
B = ½ dari jarak vertikal drain untuk kondisi plane strain
R = Jari-jari ekivalen kondisi axisymetris
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
41
w
s
w
e
r
r
S
r
r
n == ,
2.7. Timbunan Bertahap
Timbunan pada lapisan tanah berfungsi sebagai preloading yang
mempercepat proses konsolidasi. Dengan terdisipasinya air pori pada lapisan tanah
tersebut maka akan meningkatkan kuat geser tanahnya sehingga lapisan tanah
tersebut dapat memikul beban yang besar. Jika timbunan pada lapisan tanah dengan
ketinggian tertentu memiliki beban yang tidak dapat dipikul oleh lapisan tanah
tersebut maka penimbunan dilakukan dengan cara bertahap sehingga tidak terjadi
keruntuhan pada lapisan tanah. Umumnya timbunan yang dilakukan bertahap adalah
timbunan di atas tanah lunak.
2.8. Tahapan pada Plaxis
Plaxis adalah salah satu program aplikasi komputer yang menghitung
konsolidasi dengan menggunakan teori konsolidasi Biot. Program ini melakukan
perhitungan berdasarkan metode elemen hingga yang digunakan secara khusus untuk
melakukan analisis deformasi dan stabilitas untuk berbagai aplikasi dalam bidang
geoteknik. Kondisi sesungguhnya dapat dimodelkan dalam regangan bidang maupun
secara axisymetris. Program ini menerapkan metode antarmuka grafis yang mudah
digunakan sehingga pengguna dapat dengan cepat membuat model geometri dan
jaring elemen berdasarkan penampang melintang dari kondisi yang ingin dianalisis.
Program ini terdiri dari empat buah sub-program yaitu masukan, perhitungan,
keluaran, dan kurva.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
42
Kondisi di lapangan yang disimulasikan ke dalam program Plaxis ini
bertujuan untuk mengimplementasikan tahapan pelaksanaan di lapangan ke dalam
tahapan pengerjaan pada program, dengan harapan pelaksanaan di lapangan dapat
didekati sedekat mungkin pada program, sehingga respon yang dihasilkan dari
program dapat diasumsikan sebagai cerminan dari kondisi yang sebenarnya terjadi di
lapangan dengan tahapan sebagai berikut :
Step 1 : Pembentukan mesh secara keseluruhan meliputi mesh lapisan tanah
asli, geotextile, vertikal drain, dan timbunan.
Step 2 : Pendefenisian dan input parameter, meliputi parameter tanah,
geotextile, vertikal drain, dan timbunan.
Step 3 : Initial condition : menyatakan kondisi asli tanah perlapisan dan tinggi
muka air tanah.
Step 4 : Pemotongan tanah asli (clearing and stripping) setebal ½ meter.
Step 5 : Pengaktifan geotextile tipe nonwoven pada lapisan pertama.
Step 6 : Penimbunan dengan pasir sebagai sand blanket setebal ½ meter.
Step 7 : Pemasangan vertikal drain mencapai lapisan tanah kohesif lunak.
Step 8 : Penimbunan dengan lempung padat secara bertahap hingga ketinggian
timbunan yang ditentukan.
Selengkapnya ringkasan tahapan pelaksanaan pensimulasian pada tanah di
apron bandara Kualanamu dapat dilihat pada bab IV.
Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

More Related Content

What's hot

Konsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutanKonsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutanJaka Jaka
 
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)Angga Nugraha
 
Laporan resmi Mekanika Tanah
Laporan resmi Mekanika TanahLaporan resmi Mekanika Tanah
Laporan resmi Mekanika TanahReza Bae
 
Laboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi TanahLaboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi TanahReski Aprilia
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergIwan Sutriono
 
Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangafadliansyah
 
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...Mira Pemayun
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)andribacotid
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 
106070953 kadar-lumpur
106070953 kadar-lumpur106070953 kadar-lumpur
106070953 kadar-lumpurRahmad Saputra
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYAAristo Amir
 
Menentukan Koefisien Permeabilitas Dengan Pengukuran Kecepatan Rembesan
Menentukan Koefisien Permeabilitas Dengan  Pengukuran Kecepatan RembesanMenentukan Koefisien Permeabilitas Dengan  Pengukuran Kecepatan Rembesan
Menentukan Koefisien Permeabilitas Dengan Pengukuran Kecepatan RembesanYahya M Aji
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
 
Perhitungan sondir cone penetration test soundings - edi supriyanto, st
Perhitungan sondir   cone penetration test soundings - edi supriyanto, stPerhitungan sondir   cone penetration test soundings - edi supriyanto, st
Perhitungan sondir cone penetration test soundings - edi supriyanto, stgeodeticengineerindonesia
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk21010115410004
 

What's hot (20)

Konsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutanKonsolidasi lanjutan
Konsolidasi lanjutan
 
Mekanika tanah bab 8
Mekanika tanah   bab 8Mekanika tanah   bab 8
Mekanika tanah bab 8
 
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 
Pemadatan tanah
Pemadatan tanahPemadatan tanah
Pemadatan tanah
 
Laporan resmi Mekanika Tanah
Laporan resmi Mekanika TanahLaporan resmi Mekanika Tanah
Laporan resmi Mekanika Tanah
 
Mektan bab 4 rembesan tanah
Mektan bab 4 rembesan tanahMektan bab 4 rembesan tanah
Mektan bab 4 rembesan tanah
 
Soil study thesis
Soil study thesisSoil study thesis
Soil study thesis
 
Laboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi TanahLaboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi Tanah
Laboratorium Uji Tanah - Pemeriksaan Kadar Air dan Berat Isi Tanah
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
 
Modul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjangModul 3 waterpass memanjang
Modul 3 waterpass memanjang
 
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
Sni 3407 2008 Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggun...
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
106070953 kadar-lumpur
106070953 kadar-lumpur106070953 kadar-lumpur
106070953 kadar-lumpur
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
Menentukan Koefisien Permeabilitas Dengan Pengukuran Kecepatan Rembesan
Menentukan Koefisien Permeabilitas Dengan  Pengukuran Kecepatan RembesanMenentukan Koefisien Permeabilitas Dengan  Pengukuran Kecepatan Rembesan
Menentukan Koefisien Permeabilitas Dengan Pengukuran Kecepatan Rembesan
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
 
Perhitungan sondir cone penetration test soundings - edi supriyanto, st
Perhitungan sondir   cone penetration test soundings - edi supriyanto, stPerhitungan sondir   cone penetration test soundings - edi supriyanto, st
Perhitungan sondir cone penetration test soundings - edi supriyanto, st
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
 

Similar to 5 teori konsolidasi

Hubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontal
Hubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontalHubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontal
Hubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontalfrdb76
 
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi02055 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205silksady
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambangheny novi
 
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkkTopik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkkDedi Kusnadi Kalsim
 
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptxSudrajatDadan
 
Kuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptx
Kuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptxKuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptx
Kuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptxIlham Ipong
 
HYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptxHYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptxDestiaSuci2
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendungironsand2009
 
02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf
02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf
02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdfdarmadi ir,mm
 
MATERI 9 - LANTAI MUKA.pptx
MATERI  9 - LANTAI MUKA.pptxMATERI  9 - LANTAI MUKA.pptx
MATERI 9 - LANTAI MUKA.pptxgilang39252
 
Bab ix perencanaan-bangunan-air
Bab ix perencanaan-bangunan-airBab ix perencanaan-bangunan-air
Bab ix perencanaan-bangunan-airRazali Effendi
 
fluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptx
fluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptxfluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptx
fluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptxZHENAHARYOP
 
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdfIrigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdfAswar Amiruddin
 
Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambangselegani
 

Similar to 5 teori konsolidasi (20)

Hubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontal
Hubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontalHubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontal
Hubungan koefesien konsolidasi_arah_vertikal_dan_horisontal
 
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi02055 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
 
Konsolidasi primer pau
Konsolidasi primer pauKonsolidasi primer pau
Konsolidasi primer pau
 
Penyaliran Tambang
Penyaliran TambangPenyaliran Tambang
Penyaliran Tambang
 
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkkTopik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
 
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
 
Kuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptx
Kuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptxKuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptx
Kuliah 5 Aliran Air Dalam Tanah.pptx
 
HYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptxHYDROMETRY TS 20.pptx
HYDROMETRY TS 20.pptx
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
 
Pondasi cerucuk
Pondasi cerucukPondasi cerucuk
Pondasi cerucuk
 
02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf
02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf
02 Aspek-Hidrolika-Dalam-Drainase.pdf
 
MATERI 9 - LANTAI MUKA.pptx
MATERI  9 - LANTAI MUKA.pptxMATERI  9 - LANTAI MUKA.pptx
MATERI 9 - LANTAI MUKA.pptx
 
hydrostatic water in soil.pdf
hydrostatic water in soil.pdfhydrostatic water in soil.pdf
hydrostatic water in soil.pdf
 
Bab ix perencanaan-bangunan-air
Bab ix perencanaan-bangunan-airBab ix perencanaan-bangunan-air
Bab ix perencanaan-bangunan-air
 
Fluida dinamis
Fluida dinamisFluida dinamis
Fluida dinamis
 
Fluida dinamis
Fluida dinamisFluida dinamis
Fluida dinamis
 
Fluida dinamis
Fluida dinamisFluida dinamis
Fluida dinamis
 
fluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptx
fluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptxfluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptx
fluidadinamis-140103002041-phpapp02.pptx
 
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdfIrigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdf
 
Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambang
 

Recently uploaded

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 

Recently uploaded (20)

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 

5 teori konsolidasi

  • 1. 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vertikal Drain Laju konsolidasi yang rendah pada lempung jenuh dengan permeabilitas rendah dapat dinaikkan dengan menggunakan drainase vertikal (vertical drain) yang memperpendek lintasan pengaliran dalam lempung. Kemudian konsolidasi yang diperhitungkan akibat pengaliran horizontal radial yang menyebabkan disipasi kelebihan tekanan air pori yang lebih cepat, sedangkan pengaliran vertikal sangat kecil pengaruhnya. Dalam teori, besar penurunan konsolidasi akhir adalah sama, hanya laju penurunannya yang berbeda-beda. Gambar 2.1 Aliran air pori pada vertikal drain Metode tradisional dalam membuat vertikal drain adalah dengan membuat lubang bor pada lapisan lempung dan mengisi kembali dengan pasir yang bergradasi sesuai titik. Diameternya sekitar 200–600 mm dan saluran drainase tersebut dibuat Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 2. 19 sedalam lebih dari 5 meter. Pasir harus dapat dialiri air secara efisien tanpa membawa partikel–partikel tanah yang halus. Drainase cetakan juga banyak digunakan dan biasanya lebih murah daripada drainase urugan untuk suatu daerah tertentu. Salah satu jenis drainase cetakan adalah drainase prapaket (prepackage drain) yang terdiri dari sebuah selubung filter, biasanya dibuat dari polypropylene, yang diisi pasir dengan diameter 65 mm. Jenis ini sangat fleksibel dan biasanya tidak terpengaruh oleh adanya gerakan–gerakan tanah lateral. Jenis lain drainase cetakan adalah drainase pita (band drain), yang terdiri dari inti plastik datar dengan saluran drainase yang dikelilingi oleh lapisan filter, yang mana lapisan tersebut harus memiliki kekuatan untuk mencegah jangan sampai terselip ke dalam saluran. Fungsi utama dari lapisan itu adalah untuk mencegah penyumbatan partikel–partikel tanah halus pada saluran di dalam inti. Ukuran band drain ini adalah 100 mm kali 5 mm dan diameter ekivalennya biasanya diasumsikan sebagai keliling dibagi π. Drainase cetakan dipasang dengan cara menyelipkan drainase cetakan ke dalam lubang bor atau dengan menempatkannya di dalam sebuah paksi (mandrel) atau selubung (casing) yang kemudian dipancang ke dalam tanah atau digetarkan di tanah. Karena tujuannya adalah untuk mengurangi panjang lintasan pengaliran, maka jarak antara drainase merupakan hal yang terpenting. Drainase tersebut biasanya diberi jarak dengan pola bujur sangkar atau segitiga. Jarak antara drainase tersebut harus lebih kecil daripada tebal lapisan lempung dan tidak ada gunanya menggunakan vertikal drain dalam lapisan lempung yang relatif tipis. Untuk mendapatkan desain yang baik, koefisien konsolidasi horizontal dan vertikal (Ch dan Cv) yang akurat sangat penting untuk diketahui. Biasanya rasio Ch/Cv terletak antara 1 dan 2. Semakin tinggi rasio ini, pemasangan drainase semakin bermanfaat. Nilai Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 3. 20 koefisien untuk lempung di dekat drainase kemungkinan menjadi berkurang akibat proses peremasan (remoulding) selama pemasangan (terutama bila digunakan paksi), pengaruh tersebut dinamakan pelumasan (smear). Efek pelumasan ini dapat diperhitungkan dengan mengasumsikan suatu nilai Ch yang sudah direduksi atau dengan menggunakan diameter drainase yang diperkecil. Masalah lainnya adalah diameter sand drain yang besar cenderung menyerupai tiang-tiang yang lemah, yang mengurangi kenaikan tegangan vertikal dalam lempung sampai tingkat yang tidak diketahui dan menghasilkan nilai tekanan air pori berlebih. Pengalaman menunjukkan bahwa vertikal drain tidak baik untuk tanah yang memiliki rasio kompresi sekunder yang tinggi, seperti lempung yang sangat plastis dan gambut (peat); karena laju konsolidasi sekunder tidak dapat dikontrol oleh drainase vertikal. Pola bujur sangkar Pola segitiga Gambar 2.2 Blok-blok silindris Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 4. 21 Dalam koordinat polar, bentuk tiga dimensi dari persamaan konsolidasi, dengan sifat tanah yang berbeda dalam arah horizontal dan vertikal, adalah 2 2 2 2 1 y u C rr u r u C t u vh ∂ ∂ +      ∂ ∂ + ∂ ∂ = ∂ ∂ (2.1) Blok–blok prismatis vertikal dari tanah yang mengelilingi drainase diganti oleh blok–blok silinder dengan jari–jari R dengan luas penampang melintang yang sama. Penyelesaian persamaan 2.1 di atas dapat ditulis dalam dua bagian : Uv = f(Tv) dan (2.2) Ur = f(Tr) (2.3) dimana : Uv = tingkat konsolidasi rata-rata akibat pengaliran vertikal Ur = tingkat konsolidasi rata-rata akibat pengaliran horizontal (radial) atau 2 H tC T v v = dan (2.4) 2 4R tC T h r = (2.5) dimana : Tv = faktor waktu untuk konsolidasi akibat pengaliran arah vertikal Tr = faktor waktu untuk konsolidasi akibat pengaliran arah radial Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 5. 22 Gambar 2.3 Penyelesaian konsolidasi radial Pernyataan untuk Tr memberikan gambaran bahwa semakin rapat (kecil) jarak antara drainase, semakin cepat proses konsolidasi yang terjadi akibat pengaliran radial. Penyelesaian untuk pengaliran radial, menurut Barron, diberikan pada Gambar 2.3, hubungan Ur/Tr tergantung pada rasio n = R/rd di mana R adalah jari-jari blok silinder ekivalen dan rd adalah jari-jari drainase tersebut. Selain itu dapat juga diperlihatkan bahwa : (1 – U) = (1 – Uv)(1 – Ur) Carillo (1942) (2.6) dimana U adalah derajat konsolidasi rata-rata akibat pengaliran kombinasi antara vertikal dan horizontal. Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 6. 23 2.2. Transformasi Tampang Vertikal Drain Ukuran band drain atau prefabricated vertikal drain adalah 100 mm kali 5 mm dengan bentuk penampang persegi panjang. Pada saat dilakukan perhitungan terhadap prefabricated vertikal drain tersebut maka penampang dari prefabricated vertikal drain akan dimodelkan menjadi berbentuk lingkaran dengan perhitungan diameter ekivalen yang diasumsikan sebagai keliling persegi panjang dibagi π (Hansbo,1960). Asumsi tersebut didasarkan pada rumusan dibawah ini: Keliling lingkaran = keliling persegi panjang π π )(2 )(2 lp d lpd + = += Gambar 2.4 Transformasi tampang vertikal drain 2.3. Konsolidasi Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan–lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian air pori. Proses tersebut berlangsung terus–menerus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total benar–benar hilang. Jangka waktu p l d Aliran air pori Aliran air pori Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 7. 24 terjadinya konsolidasi tergantung pada bagaimana cepatnya tekanan air pori yang berlebih akibat beban yang bekerja dapat dihilangkan. Karena itu koefisien permeabilitas merupakan faktor penting di samping penentuan berapa jauh jarak air pori yang harus dikeluarkan dari pori-pori yang ukurannya bertambah kecil untuk dapat meniadakan tekanan yang berlebihan. Kasus yang paling sederhana adalah konsolidasi satu dimensi, di mana kondisi regangan lateral nol mutlak ada. 2.3.1. Konsolidasi 1-D Terzaghi Prosedur untuk melakukan uji konsolidasi satu dimensi pertama-tama diperkenalkan oleh Terzaghi. Uji tersebut dilakukan di dalam konsolidometer (kadang-kadang disebut sebagai oedometer). Skema konsolidometer ditunjukkan dalam gambar 2.4. Contoh tanah diletakkan di dalam cincin logam dengan dua buah batu berpori diletakkan di atas dan di bawah contoh tanah tersebut, ukuran contoh tanah yang digunakan biasanya adalah diameter 2,5 inci (63,5 mm) dan tebal 1 inci (25,4 mm). Pembebanan pada contoh tanah dilakukan dengan cara meletakkan beban pada ujung sebuah balok datar, dan pemampatan (compression) contoh tanah diukur dengan menggunakan skala ukur dengan skala mikrometer. Contoh tanah selalu direndam air selama percobaan. Tiap-tiap beban biasanya diberikan selama 24 jam. Setelah itu, beban dinaikkan sampai dengan dua kali lipat dari sebelumnya, dan pengukuran pemampatan diteruskan. Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 8. 25 Gambar 2.5 Konsolidometer Angka pori pada akhir setiap periode penambahan tekanan (beban) dapat dihitung dari pembacaan arloji pengukur dan begitu pula halnya dengan kadar air (water content) atau berat kering (dry weight) dari contoh tanah pada akhir pengujian. Berdasarkan diagram fase pada gambar 2.5 terdapat dua buah metode perhitungan sebagai berikut : (1) Kadar air yang diukur pada akhir pengujian = wt 0 01 H e H e + = ∆ ∆ (2.7) dimana : e1 = angka pori pada akhir pengujian = w1Gs (diasumsikan Sr = 100%) e0 = angka pori pada awal pengujian Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 9. 26 Δe = perubahan angka pori selama pengujian = e1-e0 H0 = tebal contoh tanah pada awal pengujian ΔH = Perubahan tebal selama pengujian Dengan cara yang sama Δe dapat dihitung sampai akhir periode penambahan beban atau tekanan. (2) Berat kering yang diukur pada akhir pengujian = Ms (yaitu massa partikel padat tanah). 111 1 −= − = ss s H H H HH e (2.8) dimana : ws s s AG M H ρ = = tebal ekivalen partikel pada tanah H1 = tebal pada akhir setiap periode penambahan tekanan A = luas contoh tanah Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 10. 27 Gambar 2.6 Diagram fase Ada tiga tahapan yang berbeda yang diperoleh dari hasil percobaan konsolidasi, yaitu : Tahap I : Pemampatan awal (initial compression), yang pada umumnya disebabkan oleh pembebanan awal (preloading). Tahap II : Konsolidasi primer (primary consolidation), yaitu periode selama tekanan air pori secara lambat laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai akibat dari keluarnya air dari pori-pori tanah. Tahap III : Konsolidasi sekunder (secondary consolidation), yang terjadi setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi di sini disebabkan oleh penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah. Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 11. 28 Asumsi-asumsi yang dibuat dalam teori Terzaghi ini adalah : 1. Tanah adalah homogen. 2. Tanah benar-benar jenuh. 3. Partikel padat tanah dan partikel air tidak kompresibel. 4. Kompresi dan aliran adalah satu dimensi (vertikal). 5. Regangan kecil. 6. Hukum Darcy berlaku untuk semua gradien hidrolik. 7. Koefisien permeabilitas dan koefisien kompresibilitas volume tetap konstan selama proses berlangsung. 8. Terdapat hubungan yang khusus (unik), tidak tergantung waktu, antara angka pori dan tegangan efektif. Dengan melihat asumsi 6, terdapat bukti adanya penyimpangan dari hukum Darcy pada gradien hidrolik rendah dari asumsi 7, koefisien permeabilitas menurun sewaktu angka pori menurun selama konsolidasi, koefisien kompresibilitas volume juga menurun selama konsolidasi karena hubungan e-σ’ tidak linear. Tetapi untuk kenaikan tegangan kecil, asumsi 7 beralasan. Pembatasan yang utama dari teori Terzaghi ini adalah asumsi 8 (bagian dari keadaan satu dimensi). Hasil-hasil pengujian memperlihatkan bahwa hubungan antara angka pori dan tegangan efektif tergantung pada waktu. Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 12. 29 Teori ini berhubungan dengan besaran-besaran di bawah ini : 1. Tekanan air pori berlebihan (u). 2. Kedalaman (z di bawah lapisan lempung teratas). 3. Waktu (t) dari penggunaan kenaikan tegangan total seketika. Persamaan matematis konsolidasi 1-D Terzaghi berbentuk parabolik dengan formula sebagai berikut : 2 2 y u C t u v ∂ ∂ = ∂ ∂ (2.9) dimana : u = tekanan air pori yang berlebihan t = waktu peninjauan y = kedalaman peninjauan t u ∂ ∂ = turunan pertama tekanan air pori yang berlebihan terhadap waktu 2 2 y u ∂ ∂ = turunan kedua tekanan air pori yang berlebihan terhadap kedalaman Solusi umum persamaan ini adalah : [ ] YmExp m W vTm m TY )12( 2 sin )12( 14 4/)12( 0 2, 22 + + = +− ∞ = ∑ π π π Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 13. 30 Dengan derajat konsolidasi (U) rata-rata : [ ] vTm m Exp m U 4/)12( 0 22 22 )12( 18 1 +− ∞ = ∑ + −= π π dengan : m = bilangan integer ; 2 H tc T v v = (faktor waktu) Besar penurunan primer terjadi : ) ' '' log( 1 0 0 o c p e HC S σ σσ ∆+ + = (2.10) dimana : σ’0 = tegangan vertikal efektif awal Δ σ’ = tambahan tegangan vertikal efektif Cc = indeks pemampatan (compression index) H = tebal lapisan e0 = angka pori awal Pemakaian rumusan ini, nilai koefisien konsolidasi (Cv) dianggap konstan selama konsolidasi berlangsung, walaupun pada kondisi sebenarnya dari hasil percobaan konsolidasi di laboratorium menunjukkan nilai Cv yang tidak konstan melainkan tergantung terhadap besar tegangan yang bekerja. 2.3.2. Konsolidasi Radial Konsolidasi radial akan terjadi dalam situasi-situasi yang meliputi drainase terhadap suatu sumber pusat, seperti pada suatu vertikal drain yang dipakai di bawah Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 14. 31 timbunan untuk mempercepat drainase air pori dengan mengurangi jarak drainase dan karena itu juga mempercepat konsolidasi. Persamaan konsolidasi untuk drainase arah radial sebagai berikut :       ∂ ∂ + ∂ ∂ = ∂ ∂ rr u r u C t u r 1 2 2 (2.11) dimana : Cr = koefisien konsolidasi arah radial r = jari-jari vertikal drain Dengan menganggap adanya efek smear zone dan diselesaikan dengan cara equal-strain consolidation (Baron, 1948) maka penyelesaian persamaan konsolidasi radial sebagai berikut :       − = m T av r euu 8 1 , dengan derajat konsolidasi rata-rata : )/8( 1 11 mTav r r e u u U − −=−= (2.12) dimana : w e w s s r d d n r r S S n Sn k k n S S n Sn n m = =       − ++−      − = ln 44 3 ln 2 222 22 2 de = diameter ekivalen (setelah penampang diubah menjadi bentuk lingkaran) dw = diameter vertikal drain Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 15. 32 rs = jari-jari smear zone rw = jari-jari sand drain ks = koefisien permeabilitas arah radial pada smear zone = (1-15)kr kr = koefisien permeabilitas arah radial = (1-15)kv Cr = Cv(kr/kv) (2.12a) 2 e r r d tC T = (2.12b) Efek smear zone adalah berkurangnya nilai koefisien untuk tanah lempung di dekat vertikal drain atau diameter vertikal drain yang digunakan diperkecil, hal ini disebabkan proses peremasan (remoulding) selama pemasangan vertikal drain dengan menggunakan paksi. 2.3.3. Waktu Konsolidasi Penurunan total akibat konsolidasi primer yang disebabkan oleh adanya penambahan tegangan di atas permukaan tanah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.10. Tetapi persamaan 2.10 tersebut tidak memberikan penjelasan mengenai kecepatan (rate) dari konsolidasi primer. Terzaghi (1925) memperkenalkan teori yang pertama kali mengenai kecepatan konsolidasi satu dimensi untuk tanah lempung yang jenuh air. Penurunan matematis dari persamaan tersebut didasarkan pada anggapan- anggapan berikut ini : 1. Tanah (sistem lempung-air) adalah homogen. 2. Tanah benar-benar jenuh. Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 16. 33 3. Kemampumampatan air diabaikan. 4. Kemampumampatan butiran tanah diabaikan. 5. Aliran air hanya satu arah saja (yaitu pada arah pemampatan). 6. Hukum Darcy berlaku. Jika suatu lapisan lempung dengan tebal 2Hdr yang terletak antara dua lapisan pasir yang sangat tembus air (highly permeable) diberi penambahan tekanan sebesar Δp, maka tekanan air pori pada suatu titik di dalam lapisan tanah lempung tersebut akan naik. Untuk konsolidasi satu dimensi, air pori akan mengalir ke luar dalam arah vertikal, yaitu ke arah lapisan pasir. Kecepatan air yang mengalir ke luar - kecepatan air yang mengalir masuk sama dengan kecepatan perubahan volume. Jadi : t V dydxvdydxz z v v z z z ∂ ∂ =−∂ ∂ ∂ + ...)( (2.13) di mana : V = volume elemen tanah. vz = kecepatan aliran dalam arah sumbu z. atau : t V dzdydx z vz ∂ ∂ = ∂ ∂ .. (2.14) Dengan menggunakan hukum Darcy : z uk z h kikv w z ∂ ∂ −= ∂ ∂ −== γ . (2.15) Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 17. 34 di mana : u = tekanan air pori yang disebabkan oleh penambahan tegangan. Selama konsolidasi, kecepatan perubahan volume elemen tanah adalah sama dengan kecepatan perubahan volume pori (void). Jadi, t V e t e V t V t eVV t V t V s s sssv ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ = ∂ +∂ = ∂ ∂ = ∂ ∂ )( (2.16) di mana : Vs = volume butiran padat. Vv = volume pori. Tetapi dengan menganggap bahwa butiran padat tanah tidak mampumampat, maka : 0= ∂ ∂ t Vs dan 00 1 .. 1 e dzdydx e V Vs + = + = (2.17) Dengan memasukkan persamaan 2.17 ke persamaan 2.16, maka didapat : t e e dzdydx t V ∂ ∂ + = ∂ ∂ 01 .. (2.18) di mana : e0 = angka pori awal. Perubahan angka pori terjadi karena penambahan tegangan efektif (yaitu : pengurangan tekanan air pori yang terjadi). Dengan anggapan bahwa penambahan tegangan efektif sebanding dengan pengurangan tekanan air pori. Hubungan antara waktu konsolidasi dan faktor waktu dapat dilihat pada persamaan 2.4 dan persamaan 2.5. Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 18. 35 Variasi derajat konsolidasi rata-rata terhadap faktor waktu yang tak berdimensi, diberikan dalam tabel 2.1, yang berlaku untuk keadaan di mana u0 adalah sama untuk seluruh kedalaman lapisan yang mengalami konsolidasi. Tabel 2.1 Variasi faktor waktu terhadap derajat konsolidasi Uav, % Tv 0 0 10 0,008 20 0,031 30 0,071 35 0,096 40 0,126 45 0,159 50 0,197 55 0,238 60 0,278 65 0,342 70 0,403 75 0,478 80 0,567 85 0,684 90 0,848 95 1,127 100 ∞ 2.4. Penurunan (Settlement) Semua tanah yang mengalami tegangan akan mengalami regangan di dalam kerangka tanah tersebut. Regangan ini disebabkan oleh penggulingan, penggeseran, atau penggelinciran dan terkadang juga karena kehancuran partikel-partikel tanah pada titik-titik kontak, serta distorsi elastis. Akumulasi statistik dari deformasi dalam arah yang ditinjau ini merupakan regangan. Integrasi regangan (deformasi per satuan panjang) sepanjang kedalaman yang dipengaruhi oleh tegangan disebut penurunan. Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 19. 36 Metode penurunan seperti ini sebagian besar tidak dapat mengembalikan tanah pada keadaan semula apabila tegangan ditiadakan karena terjadi pengurangan angka pori yang permanen. Regangan pada tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus yang kering atau jenuh sebagian akan terjadi sesudah bekerjanya tegangan. Bekerjanya tegangan terhadap tanah yang berbutir halus yang jenuh akan menghasilkan tegangan yang bergantung pada waktu. Penurunan yang dihasilkan akan bergantung juga pada waktu dan disebut penurunan konsolidasi. Secara umum, penurunan (settlement) pada tanah yang disebabkan oleh pembebanan dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu : 1. Penurunan konsolidasi, yang merupakan hasil dari perubahan volume tanah jenuh air sebagai akibat proses konsolidasi. Penurunan konsolidasi dibagi menjadi dua, yaitu penurunan konsolidasi primer dan penurunan konsolidasi sekunder. 2. Penurunan segera, yang merupakan akibat dari deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air. Bilamana suatu lapisan tanah jenuh air diberi penambahan beban, angka tekanan air pori akan naik secara mendadak. Pada tanah berpasir yang tembus air (permeable), air dapat mengalir dengan cepat sehingga pengaliran air pori ke luar sabagai akibat dari kenaikan tekanan air pori dapat selesai dengan cepat. Keluarnya air dari dalam pori selalu disertai dengan berkurangnya volume tanah; berkurangnya volume tanah tersebut dapat menyebabkan penurunan lapisan tanah itu. Karena air pori di dalam tanah berpasir dapat mengalir ke luar dengan cepat, maka penurunan segera dan penurunan konsolidasi terjadi bersamaan. Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 20. 37 Bilamana suatu lapisan tanah lempung jenuh air yang mampumampat (compressible) diberi penambahan tegangan, maka penurunan (settlement) akan terjadi dengan segera. Koefisien rembesan lempung sangat kecil bila dibandingkan dengan koefisien rembesan pasir sehingga penambahan tekanan air pori yang disebabkan oleh pembebanan akan berkurang secara lambat laun dalam waktu yang sangat lama. Jadi untuk tanah lempung lembek perubahan volume yang disebabkan oleh konsolidasi akan terjadi sesudah penurunan segera. Penurunan konsolidasi tersebut biasanya jauh lebih besar dan lebih lambat dibandingkan dengan penurunan segera. Dengan pengetahuan yang didapat dari analisis hasil uji konsolidasi, sekarang dapat dihitung penurunan yang disebabkan oleh konsolidasi primer di lapangan, dengan menganggap bahwa konsolidasi tersebut adalah satu dimensi. Besarnya penurunan primer ditentukan dengan persamaan 2.10. Pada akhir dari konsolidasi primer (yaitu setelah tekanan air pori sama dengan nol), penurunan masih terjadi sebagai akibat dari penyesuaian plastis butiran tanah. Tahap konsolidasi ini dinamakan konsolidasi sekunder (secondary consolidation). Selama konsolidasi sekunder berlangsung, kurva hubungan antara deformasi dan log waktu (t) adalah merupakan garis lurus. Indeks pemampatan sekunder (secondary compression index) dapat didefinisikan sebagai : )/log(loglog 1212 tt e tt e c ∆ = − ∆ =α (2.19) di mana : cα = indeks pemampatan sekunder Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 21. 38 Δe = perubahan angka pori t1,t2 = waktu. Besarnya konsolidasi sekunder dapat dihitung sebagai berikut : )/log(' 12 ttHcSs α= (2.20) di mana : cα ‘= cα/(1+ep) ep = angka pori pada akhir konsolidasi primer H = tebal lapisan lempung. Penurunan yang diakibatkan oleh konsolidasi sekunder sangat penting untuk semua jenis tanah organik dan tanah anorganik yang sangat mampu mampat (compressible). Untuk lempung anorganik yang terlalu terkonsolidasi, indeks pemampatan sekunder adalah sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Perbandingan pemampatan sekunder terhadap pemampatan primer untuk suatu lapisan tanah dengan ketebalan tertentu adalah tergantung pada perbandingan antara penambahan tegangan (Δσ’) dengan tegangan efektif awal (σ’). Apabila Δσ’/σ’ kecil, perbandingan pemampatan sekunder dan primer adalah besar. 2.5. Koefisien Konsolidasi pada Tanah Berlapis (Cv) Seperti yang diusulkan CUR (1996), pada kondisi tanah yang berlapis untuk perhitungan derajat konsolidasi maka nilai koefisien konsolidasi (Cv) harus diekivalenkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 22. 39 2 1 1               = ∑ ∑ = = n i vi i n i i v C h h C (2.21) dimana : hi = tebal lapisan i 2.6. Verifikasi Pemodelan Vertikal Drain Salah satu parameter yang penting pada analisis konsolidasi adalah koefisien permeabilitas tanah (k) yang bisa diperoleh dari pengujian laboratorium seperti : falling-heat test, constan-heat test, dan pengujian lapangan. Umumnya tanah lempung mempunyai koefisien permeabilitas yang relaitif kecil dibanding dengan tanah pasir, sehingga proses konsolidasi pada tanah lempung relatif lebih lama dibanding pada tanah pasir. Untuk mempercepat proses konsolidasi, dibuat suatu konstruksi vertikal drain, yang ditanamkan ke dalam lapisan tanah secara vertikal. Pola penanaman vertikal drain yang terpasang dilapangan setempat-setempat, dengan jarak tertentu, sementara di dalam program plaxis fasilitas pengimlementasikan vertikal drain bersifat menerus (plane strain). Untuk dapat mengimplementasikan vertikal drain yang terpasang di lapangan ke dalam program, maka haruslah terlebih dahulu diverifikasi kedalam bentuk plane strain yang akan menghasilkan koefisien permeabilitas tanah (k) yang baru, selanjutnya dengan koefisien permeabilitas tanah (k) yang baru tersebut proses pensimulasian pada program plaxis dapat dilakukan. Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 23. 40 Menurut D. Russell, C.C Hird, dan I.C Pyrah, 1999 proses pengekivalenan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: - Jarak antara vertikal drain pada kondisi plane strain dapat diubah (perubahan geometri), dengan permeabilitas yang dibuat tetap pada kondisi axisymetris dan plane strain (kax = kpl). - Permeabilitas pada kondisi plane strain dapat diubah (perubahan permeabilitas), dengan geometri yang dibuat sama. - Mengkombinasikan perubahan geometri dan permeabilitas. D.Russell,et.al, 1995 mengekivalenkan koefisien permeabilitas tanah dari kondisi axisymetris menjadi plane strain dengan cara menyamakan debit air yang masuk ke kondisi axisymetris sama dengan ke kondisi plane strain. Pengekivalenan koefisien permeabilitas (k) dilakukan dengan rumusan sebagai berikut:       −      +      = 4 3 )ln(ln 3 2 2 2 S k k S n kRk B s ax plax (2.22) dimana : kax = Permeabilitas tanah arah horizontal kondisi axisymetris kpl = Permeabilitas tanah arah horizontal kondisi plane strain ks = Permeabilitas tanah pada daerah smear zone B = ½ dari jarak vertikal drain untuk kondisi plane strain R = Jari-jari ekivalen kondisi axisymetris Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 24. 41 w s w e r r S r r n == , 2.7. Timbunan Bertahap Timbunan pada lapisan tanah berfungsi sebagai preloading yang mempercepat proses konsolidasi. Dengan terdisipasinya air pori pada lapisan tanah tersebut maka akan meningkatkan kuat geser tanahnya sehingga lapisan tanah tersebut dapat memikul beban yang besar. Jika timbunan pada lapisan tanah dengan ketinggian tertentu memiliki beban yang tidak dapat dipikul oleh lapisan tanah tersebut maka penimbunan dilakukan dengan cara bertahap sehingga tidak terjadi keruntuhan pada lapisan tanah. Umumnya timbunan yang dilakukan bertahap adalah timbunan di atas tanah lunak. 2.8. Tahapan pada Plaxis Plaxis adalah salah satu program aplikasi komputer yang menghitung konsolidasi dengan menggunakan teori konsolidasi Biot. Program ini melakukan perhitungan berdasarkan metode elemen hingga yang digunakan secara khusus untuk melakukan analisis deformasi dan stabilitas untuk berbagai aplikasi dalam bidang geoteknik. Kondisi sesungguhnya dapat dimodelkan dalam regangan bidang maupun secara axisymetris. Program ini menerapkan metode antarmuka grafis yang mudah digunakan sehingga pengguna dapat dengan cepat membuat model geometri dan jaring elemen berdasarkan penampang melintang dari kondisi yang ingin dianalisis. Program ini terdiri dari empat buah sub-program yaitu masukan, perhitungan, keluaran, dan kurva. Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara
  • 25. 42 Kondisi di lapangan yang disimulasikan ke dalam program Plaxis ini bertujuan untuk mengimplementasikan tahapan pelaksanaan di lapangan ke dalam tahapan pengerjaan pada program, dengan harapan pelaksanaan di lapangan dapat didekati sedekat mungkin pada program, sehingga respon yang dihasilkan dari program dapat diasumsikan sebagai cerminan dari kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan dengan tahapan sebagai berikut : Step 1 : Pembentukan mesh secara keseluruhan meliputi mesh lapisan tanah asli, geotextile, vertikal drain, dan timbunan. Step 2 : Pendefenisian dan input parameter, meliputi parameter tanah, geotextile, vertikal drain, dan timbunan. Step 3 : Initial condition : menyatakan kondisi asli tanah perlapisan dan tinggi muka air tanah. Step 4 : Pemotongan tanah asli (clearing and stripping) setebal ½ meter. Step 5 : Pengaktifan geotextile tipe nonwoven pada lapisan pertama. Step 6 : Penimbunan dengan pasir sebagai sand blanket setebal ½ meter. Step 7 : Pemasangan vertikal drain mencapai lapisan tanah kohesif lunak. Step 8 : Penimbunan dengan lempung padat secara bertahap hingga ketinggian timbunan yang ditentukan. Selengkapnya ringkasan tahapan pelaksanaan pensimulasian pada tanah di apron bandara Kualanamu dapat dilihat pada bab IV. Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara