SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
STRUKTUR BAJA 1
MODUL 1
Material Baja Sebagai Bahan Struktur
Dosen Pengasuh :
Ir. Thamrin Nasution
Materi Pembelajaran :
1. Sejarah Baja dan Baja Ringan
2. Sifat Mekanik Bahan Baja.
3. Keliatan dan Kekenyalan.
4. Kelakuan Baja Pada Suhu Tinggi.
5. Patah Getas.
6. Sobekan Lamela.
7. Keruntuhan Lelah.
8. Aplikasi Material Baja Pada Struktur.
 Atap Rangka Baja.
 Bangunan Portal Baja.
 Jembatan.
 Menara.
Tujuan Pembelajaran :
 Mahasiswa memahami karakteristik/perilaku baja sebagai bahan struktur
 Mahasiswa mengetahui berbagai tipe struktur baja
DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729-
2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit
AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
c) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
d) Photo-photo dikutip dari Internet dan photo dokumentasi pribadi.
thamrinnst.wordpress.com
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir
dalam modul pembelajaran ini.
Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat.
Wassalam
Penulis
Thamrin Nasution
thamrinnst.wordpress.com
thamrin_nst@hotmail.co.id
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
1
Material Baja Sebagai Bahan Struktur
1. Sejarah Baja dan Baja Ringan
Baja adalah logam campuran yang tediri dari besi (Fe) dan karbon (C). Jadi baja
berbeda dengan besi (Fe), alumunium (Al), seng (Zn), tembagga (Cu), dan titanium (Ti) yang
merupakan logam murni. Dalam senyawa antara besi dan karbon (unsur nonlogam) tersebut
besi menjadi unsur yang lebih dominan dibanding karbon. Kandungan kabon berkisar antara
0,2 – 2,1% dari berat baja, tergantung tingkatannya. Secara sederhana, fungsi karbon adalah
meningkatkan kwalitas baja, yaitu daya tariknya (tensile strength) dan tingkat kekerasannya
(hardness). Selain karbon, sering juga ditambahkan unsur chrom (Cr), nikel (Ni), vanadium
(V), molybdaen (Mo) untuk mendapatkan sifat lain sesuai aplikasi dilapangan seperti
antikorosi, tahan panas, dan tahan temperatur tinggi.
Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM - Tahun 1100 SM,
Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400 tahun dikuasai oleh
bangsa asia barat, pada tahun tersebut proses peleburan besi mulai diketahui secara luas.
Tahun 1000 SM, Bangsa Yunani, Mesir, Jews, Roma, Carhaginians dan Asiria juga
mempelajari peleburan dan menggunakan besi dalam kehidupannya.Tahun 800 SM, India
berhasil membuat besi setelah di invansi oleh bangsa arya. Tahun 700 – 600 SM, Cina belajar
membuat besi. Tahun 400 – 500 SM, Baja sudah ditemukan penggunaannya di Eropa. Tahun
250 SM, Bangsa India menemukan cara membuat baja. Tahun 1000 M, Baja dengan
campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada 1000 M pada kekaisaran Fatim yang
disebut dengan baja Damaskus. 1300 M rahasia pembuatan baja damaskus hilang.1700 M,
Baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di Eropa.
Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan besi tuang untuk bentang
lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang dibangun di Inggris pada tahun 1777 – 1779,
lihat gambar 1 pada halaman berikut. Dalam kurun waktu 1780 – 1820,. Dibangun lagi
sejumlah jembatan dari besi tuang, kebanyakan berbentuk lengkungan dengan balok – balok
utama dari potongan – potongan besi tuang indivudual yang membentuk batang – batang atau
kerangka (truss) konstruksi. Besi tuang juga digunakan sebagai rantai penghubung pada
jembatan – jembatan suspensi sampai sekitar tahun 1840.
Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh
pertamanya yang penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales yang dibangun
pada 1846 – 1850. Jembatan ini menggunakan gelagar –gelagar tubular yang membentang
sepanjang 230 – 460 – 460 – 230 ft (70 – 140 – 140 – 70 m) dari pelat dan profil siku besi
tempa.
Proses canai (rolling) dari berbagai profil mulai berkembang pada saat besi tuang dan
besi tempa telah semakin banyak digunakan. Batang – batang mulai dicanai pada skala
industrial sekitar tahun 1780. Perencanaan rel dimulai sekitar 1820 dan diperluas sampai pada
bentuk – I menjelang tahun 1870-an.
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
2
Gambar 1: Coalbrookdale Arch Bridge di Inggris, dibuka pada tanggal, 01 – 01 – 1781.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Ironbridge_6.jpg
Perkembangan proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada konverter
Bessemer (1870) serta tungku siemens-martin semakin memperluas penggunaan produk –
produk besi sebagai bahan bangunan. Sejak tahun 1890, baja telah mengganti kedudukan besi
tempa sebagai bahan bangunan logam yang terutama. Dewasa ini (1990-an), baja telah
memiliki tegangan leleh dari24 000 sampai dengan 100 000 pounds per square inch, psi (165
sampai 690 MPa), dan telah tersedia untuk berbagai keperluan struktural.
Besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama yaitu Fe, hanya kadar
karbonlah yang membedakan besi dan baja, penggunaan besi dan baja dewasa ini sangat luas
mulai dari perlatan seperti jarum, peniti sampai dengan alat – alat dan mesin berat. Berikut ini
disajikan klasifikasi baja menurut komposisi kimianya:
a). Baja Karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu;
 Baja karbon rendah (low carbon steel) – machine, machinery dan mild steel
- 0,05 % – 0,30% C.
Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:
- 0,05 % – 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains (rantai), rivets
(paku keling), screws (sekrup), nails (paku).
- 0,20 % – 0,30 % C : gears (roda gigi), shafts (poros), bolts (baut), forgings,
bridges, buildings.
 Baja karbon menengah (medium carbon steel)
- Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
3
- Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:
- 0,30 % – 0,40 % C : connecting rods (penghubung batang/kabel), crank pins (pin
engkol), axles (as roda).
- 0,40 % – 0,50 % C : car axles(as mobil), crankshafts, rails (rel), boilers, auger
bits, screwdrivers (obeng).
- 0,50 % – 0,60 % C : hammers dan sledges (kereta luncur).
 Baja karbon tinggi (high carbon steel) – tool steel
- Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % – 1,50 % C
Penggunaan,
- screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise
jaws,knives, drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning hard
metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fine cutters.
Sebutan baja karbon berlaku untuk baja yang mengandung unsur bukan hanya besi
(Fe) dengan persentase maksimum karbon (C) 1,7 %, mangan (Mn)1,65 %, silikon (Si) 0,6 %
dan tembaga (Cu) 0,6 %. Karbon dan mangan adalah unsur utama untuk menaikkan
kekuatan besi murni.
Baja Karbon A36 mengandung karbon maksimum antara 0,25 % s/d 0,29 %
tergantung kepada tebalnya. Baja karbon struktural ini memiliki titik leleh 36 ksi (250 Mpa),
lihat gambar 2(a) berikut. Penambahan karbon akan menaikkan tegangan leleh, tetapi
mengurangi daktilitas (ductility), sehingga lebih sukar dilas. Yang termasuk baja karbon
adalah A36.
Gambar 2 : Kurva tegangan – regangan.
Sumber : STRUKTUR BAJA, Disain dan Perilaku, Charles G. Salmon.
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
4
b). Baja Paduan Rendah Kekuatan Tinggi
(High Strength Low Alloy steel).
Baja ini diperoleh dari baja karbon dengan menambah unsur paduan seperti chrom,
columbium, tembaga, mangan molybdenum, nikel, fosfor, vanadium atau zirconimum agar
beberapa sifat mekanisnya lebih baik. Sementara baja karbon mendapatkan kekuatan dengan
menaikkan kandungan karbon. Tegangan lelehnya berkisar antara 40 ksi dan 70 ksi (275 Mpa
dan 480 Mpa). Pada gambar 2 terlihat sebagai kurva (b). Yang termasuk baja paduan rendah
kekuatan tinggi ini adalah A242, A441, A572, A558, A606, A618 dan A709.
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya).
2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah.
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi).
4. Untuk membuat sifat-sifat spesial.
c). Baja Paduan.
Baja paduan rendah dapat didinginkan (dalam air) dan dipanaskan kembali untuk
mendapatkan tegangan leleh sebesar 80 ksi sampai 110 ksi (550 Mpa sampai 760 Mpa).
Tegangan leleh biasanya didefinisikan sebagai tegangan dengan regangan tetap sebesar 0,2%,
lihat gambar 3. Namun baja paduan ini tidak menunjukkan titik leleh yang jelas. Kurva
tegangan-regangan yang umum diperlihatkan kurva (c) pada gambar 2.
Gambar 3 : Kurva tegangan-regangan tipikal yang diperbesar untuk pelbagai leleh.
Sumber : STRUKTUR BAJA, Disain dan Perilaku, Charles G. Salmon.
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
5
Gambar 4 : Contoh profil baja canai panas (hot rolled), tebal profil > 1mm.
Baja Ringan
Baja ringan adalah baja canai dingin dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan
tipis namun kekuatannya tidak kalah dengan baja konvensional. Baja ringan memiliki
tegangan tarik tinggi (G550). Baja G550 berarti baja memiliki kuat tarik 550 MPa (Mega
Pascal). Baja ringan adalah Baja High Tensile G-550 (Minimum Yeild Strength 5500 kg/cm2
)
dengan standar bahan ASTM A792, JIS G3302, SGC 570. Untuk melindungi material baja
mutu tinggi dari korosi, harus diberikan lapisan pelindung (coating) secara memadai.
Berbagai metode untuk memberikan lapisan pelindung guna mencegah korosi pada baja mutu
tinggi telah dikembangkan. Jenis coating pada baja ringan yang beredar dipasaran adalah
Galvanized, Galvalume, atau sering juga disebut sebagai zincalume dan sebuah produsen
mengeluarkan produk baja ringan dengan menambahkan magnesium yang kemudian dikenal
dengan ZAM, dikembangkan sejak 1985, menggunakan lapisan pelindung yang terdiri dari:
96% zinc, 6% aluminium, dan 3% magnesium.
Gambar 5 : Contoh profil baja canai dingin (cold rolled), tebal profil < 1 mm
(0,60 mm dan 0,8 mm), dinamai juga baja ringan.
Sumber : Brosur prima truss.
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
6
2. Sifat Mekanik Bahan Baja.
Untuk mengetahui sifat mekanik baja dilakukan pengujian tarik terhadap benda uji
(gambar 6), dengan memberikan gaya tarikan sampai benda uji menjadi putus. Tegangan
diberikan dengan persamaan gaya dibagi luas penampang, (f/A), dan regangan adalah
perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang benda uji, (L/L), dan hasil
pengujian dilukiskan pada gambar 7.
Gambar 6 : Benda uji, dengan uji tarik, (b) dan (c) bersifat liat (ductile),
(d) bersifat rapuh/getas (brittle).
Gambar 7 adalah hasil uji tarik dari suatu benda uji baj yang dilakukan hingga benda uji
mengalami putus/runtuh, sedangkan gambar 8 menunjukkan perilaku benda uji sampai
dengan regangan 2% yang diperbesar.
Titik-titik penting dalam kurva tegangan-regangan adalah sebagai berikut,
fp = batas proporsional.
fe = batas elastis.
fy u, fy = tegangan leleh atas dan bawah.
fu = tegangan ultimate.
sh = regangan saat mulai terjadi strain-hardening (penguatan regangan).
Titik-titik ini membagi kurva tegangan-regangan menjadi beberapa daerah, yaitu :
a. Daerah linear antara titik 0 dan fp, pada daerah ini berlaku Hukum Hooke,
AE
LP
L
.
.

dimana, f = P/A = tegangan.
 = L / L = regangan.
E = f /  = Young modulus = modulus elastisitas.
d0
d1
L
L + L
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
7
Gambar 7 : Kurva tegangan – regangan hasil pengujian.
Gambar 8 : Bagian kurva yang diperbesar,  = 0,2% merupakan regangan permanen.
b. Daerah elastis dari 0 sampai fe, yaitu apabila beban yang bekeja pada benda uji
dihilangkan maka benda uji akan kembali kebentuk semula (masih elastis).
c. Daerah plastis dibatasi dari fe sampai dengan regangan 2% (0,02), daerah dimana dengan
tegangan yang hampir konstan mengalami regangan yang besar. Metode perencanaan
2 %
0,02
Tegangan,
f
Regangan, 
fy u
fy min
f u
0,2
0,015
 sh
tan
-1
E
fp
fe
fy u
fy
0,02
Regangan, 
Tegangan,
f
Daerah
elastis
Daerah
plastis
2 %0,2 %
Regangan
permanen
Daerah
putus
0
0
20 %
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
8
plastis menggunakan daerah ini untuk menentukan kekuatan plastis. Daerah ini juga
menunjukkan tingkat daktilitas dari material baja.
d. Daerah antara regangan sh sampai pada daerah dimana benda uji sudah putus dinamai
daerah penguatan regangan (strain hardening). Sesudah melewati daerah plastis tegangan
kemudian naik kembali namun dengan regangan yang lebih besar, sampai pada
puncaknya dimana terdapat tegangan ultimate (fu), sesudah itu terjadi penurunan
tegangan namun regangan terus bertambah, sampai kemudian benda uji menjadi putus.
Sifat mekanik tiap jenis baja dapat dilihat dalam tabel 1 berikut,
Tabel 1 : Sifat Mekanik Beberapa Jenis Baja.
Jenis Baja Tegangan putus
minimum, fu
(MPa)
Tegangan leleh
minimum fy,
(MPa)
Peregangan
minimum
(%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Sumber : SNI 03-1729-2002.
Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan (SNI 03-
1729-2002) sebagai berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa
Modulus geser : G = 80.000 MPa
Nisbah poisson : μ = 0,3
Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-6
/ o
C
3. Keliatan dan Kekenyalan.
Keliatan (toughness) dan kekenyalan (resilience) suatu bahan adalah kemampuan
bahan tersebut menyerap energy mekanis sebelum bahan tersebut hancur. Untuk tegangan
uniaksial (satu sambu), besaran ini dapat diperoleh dari kurva uji tarik (tegangan – regangan)
seperti yang diperlihatkan Gambar 2.
Kekenyalan berhubungan dengan penyerapan energi elastis suatu bahan, adalah
jumlah energi elastis yang dapat diserap oleh satu satuan volume bahan yang dibebani
tarikan, besarnya sama dengan luas bidang di bawah diagram tegangan-regangan sampai
tegangan leleh, disebut juga modulus kenyal.
Keliatan berhubungan energi total, baik elastis maupun inelastis, yang dapat diserap
oleh satu satuan volume bahan sebelum patah/putus. Untuk tarikan uniaksial (satu sumbu),
keliatan sama dengan luas bidang di bawah kurva tegangan-regangan tarik sampai titik
patah, disebut juga modulus keliatan. Sebagai contoh, harga kekenyalan dan keliatan
diberikan dalam tabel 2 berikut :
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
9
Tabel 2 : Harga kekenyalan dan keliatan baja.
J E N I S B A J A
Kekenyalan Keliatan
kN. m/m
3
kN. m/m
3
Baja Karbon 152 82700
(A36 dengan Fy = 36 ksi)
Baja paduan rendah kekuatan tinggi 296 103000
(A441 dengan Fy = 50 ksi)
Baja karbon yang dicelup dan dipanasi kembali 758 124000
(Fy = 70 sampai 80 ksi)
Baja paduan yang dicelup dan dipanasi kembali 1170 131000
(A514 dengan Fy = 100 ksi)
Sumber : Charles G. Slmon, STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku.
4. Kelakuan Baja Pada Suhu Tinggi.
Perencanaan struktur yang hanya berada pada suhu atmosfir jarang meninjau
kelakuan baja pada suhu tinggi. Pengetahuan tentang kelakuan ini diperlukan dalam
menentukan prosedur pengelasan dan pengaruh kebakaran.
Bila suhu melampaui 93 °C, kurva tegangan-regangan mulai menjadi tak linear dan
secara bertahap titik leleh yang jelas menghilang. Modulus elastisitas, kekuatan leleh, dan
kekuatan tarik akan menurun bila suhu naik. Pada suhu antara 430 dan 540 °C terjadi laju
penurunan maksimum. Baja dengan persentase karbon yang tinggi, seperti A36 A440
menunjukkan pelapukan regangan (strain aging), pada suhu 150 sampai 370 °C. Pelapukan
regangan mengakibatkan turunnya daktilitas.
Penurunan modulus elastisitas tidak terlalu besar pada suhu sampai 540 °C, setelah
itu modulus elastisitas akan menurtm dengan cepat. Yang lebih penting, bila suhu mencapai
260 sampai 320 °C deformasi pada baja akan membesar sebanding dengan lamanya waktu
pembebanan, fenomena ini dikenal sebagai "rangkak" (creep). Rangkak sering dijumpai
pada struktur beton dan pengaruhnya pada baja (yang tidak terjadi pada suhu kamar)
meningkat bila suhu naik.
Pengaruh suhu tinggi yang lain adalah :
a). Memperbaiki daya tahan kejut takik sampai kira-kira 65-95 °C.
a). Menaikkan kegetasan akibat perubahan metalurgis, seperti pengendapan senyawa
karbon yang mulai terjadi pada suhu 510°C.
a). Menaikkan sifat tahan karat baja struktural bila suhu mendekati 540 °C.
Baja umumnya dipakai pada keadaan suhu di bawah 1000 °F, dan beberapa baja
yang diberi perlakuan panas harus dijaga agar suhunya di bawah 430 °C.
5. PATAH GETAS
Patah getas didefenisikan sebagai "jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi tanpa
deformasi plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang sangat singkat", lihat gambar 6.d.
Kelakuan patah dipengaruhi oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan, ukuran cacat,
tebal atau pembatas pelat, geometri sambungan, dan mutu pengerjaan.
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
10
6. SOBEKAN LAMELA
Sobekan lamela (lamelar tearing) merupakan salah satu bentuk patah getas. Dalam
kasus ini, bahan dasar pada sambungan las yang sangat dikekang (restrained) pecah (sobek)
akibat regangan “sepanjang ketebalan” yang timbul karena penyusutan logam las.
Gambar 9 : Sambungan dengan sobekan lamela akibat penyusutan las
pada tebal bahan yang sangat dikekang
7. KERUNTUHAN LELAH
Pembebanan dan penghilangan beban yang berlangsung secara berulang-ulang,
walaupun belum melampaui titik leleh dapat mengakibatkan keruntuhan, disebut kelelahan
(fatigue). Keruntuhan ini dapat terjadi walaupun semua kondisi bajanya ideal. Sebagai
contoh, jembatan jalan raya biasanya diperkirakan mengalami lebih dari 100.000 siklus
pembebanan sehingga kelelahan (fatigue) perlu ditinjau dalam perencanaannya. Pada gedung,
karena siklus pembebanannya rendah, maka kelelahannya tidak perlu ditinjau. Siklus
pembebanan pada gedung umumnya berasal dari muatan hidup lantai, hujan, angin dan
gempa.
8. APLIKASI MATERIAL BAJA PADA STRUKTUR.
Bahan baja dapat diaplikasikan sebagai rangka atap rumah, struktur gedung, jembatan
dan menara, secara umum diklasifikasikan sebagai struktur balok biasa, struktur portal dan
struktur rangka. Sebagai contoh lihat gambar-gambar berikut.
Sobekan lamela
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
11
a). Atap Baja Rangka Hot Rolled
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
12
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
13
b). Atap Baja Rangka Cold Rolled (baja ringan)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
14
c). Bangunan Portal (Hot rolled)
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
15
d). Jembatan Rangka (Hot Rolled).
Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution
Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM.
16
e). Jembatan Balok (Hot Rolled).
f). Menara Struktur Rangka (Hot Rolled).

More Related Content

What's hot

Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYAAristo Amir
 
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGMira Pemayun
 
PPT Seminar Proposal Laura Aulia-Teknik Sipil- Universitas Pertamina
PPT Seminar Proposal Laura Aulia-Teknik Sipil- Universitas PertaminaPPT Seminar Proposal Laura Aulia-Teknik Sipil- Universitas Pertamina
PPT Seminar Proposal Laura Aulia-Teknik Sipil- Universitas Pertaminalaura aulia
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) NitaMewaKameliaSiman
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaYusrizal Mahendra
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10noussevarenna
 
Definifisi beton prategang
Definifisi beton prategangDefinifisi beton prategang
Definifisi beton prategangrendy surindra
 
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014WSKT
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasidwidam
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautJunaida Wally
 
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungSni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungWSKT
 

What's hot (20)

Pondasi sumuran
Pondasi sumuranPondasi sumuran
Pondasi sumuran
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 
Penyaluran tulangan beton
Penyaluran tulangan betonPenyaluran tulangan beton
Penyaluran tulangan beton
 
Sistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momenSistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momen
 
PERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAPPERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAP
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
 
PPT Seminar Proposal Laura Aulia-Teknik Sipil- Universitas Pertamina
PPT Seminar Proposal Laura Aulia-Teknik Sipil- Universitas PertaminaPPT Seminar Proposal Laura Aulia-Teknik Sipil- Universitas Pertamina
PPT Seminar Proposal Laura Aulia-Teknik Sipil- Universitas Pertamina
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
Definifisi beton prategang
Definifisi beton prategangDefinifisi beton prategang
Definifisi beton prategang
 
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
 
Preliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisiPreliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisi
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
 
Tugas Besar Geometrik Jalan
Tugas Besar Geometrik JalanTugas Besar Geometrik Jalan
Tugas Besar Geometrik Jalan
 
Kegagalan konstruksi
Kegagalan konstruksiKegagalan konstruksi
Kegagalan konstruksi
 
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungSni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
 

Viewers also liked

Struktur baja-dasar
Struktur baja-dasarStruktur baja-dasar
Struktur baja-dasarUmar Fathoni
 
Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012Yadi Kusmayadi
 
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaanModul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaanSibujang Civil
 
Desain balok kantilever
Desain balok kantileverDesain balok kantilever
Desain balok kantileverCow Sepur
 
Tali temali untuk kelas 5 SD
Tali temali untuk kelas 5 SDTali temali untuk kelas 5 SD
Tali temali untuk kelas 5 SDLili Andajani
 
mekanika rekayasa
mekanika rekayasamekanika rekayasa
mekanika rekayasaNimas as
 
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2Nurul Angreliany
 
Teknologi bahan
Teknologi bahan Teknologi bahan
Teknologi bahan Okto rian
 
pengolahan bijih besi
pengolahan bijih besipengolahan bijih besi
pengolahan bijih besiAgung Perdana
 
Struktur Kristal Logam
Struktur Kristal LogamStruktur Kristal Logam
Struktur Kristal Logammetalujay
 
proses pembuatan besi baja
proses pembuatan besi bajaproses pembuatan besi baja
proses pembuatan besi bajasyahrul Rmd
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekanIndah Rosa
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktursurya kelana
 
proses pengecoran logam
proses pengecoran logamproses pengecoran logam
proses pengecoran logamYudi Hartono
 

Viewers also liked (20)

Besi dan baja
Besi dan bajaBesi dan baja
Besi dan baja
 
Struktur baja-dasar
Struktur baja-dasarStruktur baja-dasar
Struktur baja-dasar
 
Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012Materi kuliah tentang creep 012
Materi kuliah tentang creep 012
 
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaanModul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
 
Desain balok kantilever
Desain balok kantileverDesain balok kantilever
Desain balok kantilever
 
Tali temali untuk kelas 5 SD
Tali temali untuk kelas 5 SDTali temali untuk kelas 5 SD
Tali temali untuk kelas 5 SD
 
mekanika rekayasa
mekanika rekayasamekanika rekayasa
mekanika rekayasa
 
Teknologi baja kelompok 3
Teknologi baja kelompok 3Teknologi baja kelompok 3
Teknologi baja kelompok 3
 
Logam dan Baja
Logam dan Baja Logam dan Baja
Logam dan Baja
 
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
 
Teknologi bahan
Teknologi bahan Teknologi bahan
Teknologi bahan
 
pengolahan bijih besi
pengolahan bijih besipengolahan bijih besi
pengolahan bijih besi
 
Struktur Kristal Logam
Struktur Kristal LogamStruktur Kristal Logam
Struktur Kristal Logam
 
proses pembuatan besi baja
proses pembuatan besi bajaproses pembuatan besi baja
proses pembuatan besi baja
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
 
Perencanaan gording dan penggantung
Perencanaan gording dan penggantungPerencanaan gording dan penggantung
Perencanaan gording dan penggantung
 
Sifat sifat bahan dan struktur penyusunnya
Sifat sifat bahan dan struktur penyusunnyaSifat sifat bahan dan struktur penyusunnya
Sifat sifat bahan dan struktur penyusunnya
 
Mer 3.1 pendahuluan
Mer 3.1 pendahuluanMer 3.1 pendahuluan
Mer 3.1 pendahuluan
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktur
 
proses pengecoran logam
proses pengecoran logamproses pengecoran logam
proses pengecoran logam
 

Similar to Struktur Baja

Presentasi materi pengetahuan bahan teknik besi dan paduanya
Presentasi materi pengetahuan bahan teknik besi dan paduanyaPresentasi materi pengetahuan bahan teknik besi dan paduanya
Presentasi materi pengetahuan bahan teknik besi dan paduanyaNadiaRusding
 
A.c matrial ferrous metal
A.c matrial ferrous metalA.c matrial ferrous metal
A.c matrial ferrous metalKatoning Wetan
 
A.c matrial. ferrous mtl genap
A.c matrial. ferrous mtl genapA.c matrial. ferrous mtl genap
A.c matrial. ferrous mtl genapKatoning Wetan
 
Materi bahan ajar karakteristik dan spesifikasi baja dan alumunium
Materi bahan ajar karakteristik dan spesifikasi baja dan alumuniumMateri bahan ajar karakteristik dan spesifikasi baja dan alumunium
Materi bahan ajar karakteristik dan spesifikasi baja dan alumuniumIkhwatulIslamiLubis
 
konstruksi bahan bangunan : baja
konstruksi bahan bangunan : bajakonstruksi bahan bangunan : baja
konstruksi bahan bangunan : bajanabila amalia
 
Kbb_UII_Arsi 14_ a_ baja_kiki cs_okky
Kbb_UII_Arsi 14_ a_ baja_kiki cs_okkyKbb_UII_Arsi 14_ a_ baja_kiki cs_okky
Kbb_UII_Arsi 14_ a_ baja_kiki cs_okkyKiki Zakiyah
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyawizdan ozil
 
1. pengecoran logam
1. pengecoran logam1. pengecoran logam
1. pengecoran logamRavi Pratama
 
Makalah paduan cr D4 Mesin ITS
Makalah paduan cr D4 Mesin ITSMakalah paduan cr D4 Mesin ITS
Makalah paduan cr D4 Mesin ITSAndhanaAdhyaksa
 

Similar to Struktur Baja (20)

Rekayasa Struktur Baja 1 (pendahuluan baja)
Rekayasa Struktur Baja 1 (pendahuluan baja)Rekayasa Struktur Baja 1 (pendahuluan baja)
Rekayasa Struktur Baja 1 (pendahuluan baja)
 
Presentasi materi pengetahuan bahan teknik besi dan paduanya
Presentasi materi pengetahuan bahan teknik besi dan paduanyaPresentasi materi pengetahuan bahan teknik besi dan paduanya
Presentasi materi pengetahuan bahan teknik besi dan paduanya
 
A.c matrial ferrous metal
A.c matrial ferrous metalA.c matrial ferrous metal
A.c matrial ferrous metal
 
A.c matrial. ferrous mtl genap
A.c matrial. ferrous mtl genapA.c matrial. ferrous mtl genap
A.c matrial. ferrous mtl genap
 
Mpam.smk
Mpam.smkMpam.smk
Mpam.smk
 
Mpam
MpamMpam
Mpam
 
Tugas tengah semester
Tugas tengah semesterTugas tengah semester
Tugas tengah semester
 
Baja struktural
Baja strukturalBaja struktural
Baja struktural
 
Materi bahan ajar karakteristik dan spesifikasi baja dan alumunium
Materi bahan ajar karakteristik dan spesifikasi baja dan alumuniumMateri bahan ajar karakteristik dan spesifikasi baja dan alumunium
Materi bahan ajar karakteristik dan spesifikasi baja dan alumunium
 
konstruksi bahan bangunan : baja
konstruksi bahan bangunan : bajakonstruksi bahan bangunan : baja
konstruksi bahan bangunan : baja
 
Kbb_UII_Arsi 14_ a_ baja_kiki cs_okky
Kbb_UII_Arsi 14_ a_ baja_kiki cs_okkyKbb_UII_Arsi 14_ a_ baja_kiki cs_okky
Kbb_UII_Arsi 14_ a_ baja_kiki cs_okky
 
Baja - Besi Tuang - Al
Baja - Besi Tuang - AlBaja - Besi Tuang - Al
Baja - Besi Tuang - Al
 
Fix matek logam
Fix matek logamFix matek logam
Fix matek logam
 
Bab%20 ii
Bab%20 iiBab%20 ii
Bab%20 ii
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinya
 
1. pengecoran logam
1. pengecoran logam1. pengecoran logam
1. pengecoran logam
 
Skripshit bab 1 yuhuu
Skripshit bab 1 yuhuuSkripshit bab 1 yuhuu
Skripshit bab 1 yuhuu
 
Makalah paduan cr D4 Mesin ITS
Makalah paduan cr D4 Mesin ITSMakalah paduan cr D4 Mesin ITS
Makalah paduan cr D4 Mesin ITS
 
Baja (steel)
Baja (steel)Baja (steel)
Baja (steel)
 
Besi tuang
Besi tuangBesi tuang
Besi tuang
 

Struktur Baja

  • 1. STRUKTUR BAJA 1 MODUL 1 Material Baja Sebagai Bahan Struktur Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution Materi Pembelajaran : 1. Sejarah Baja dan Baja Ringan 2. Sifat Mekanik Bahan Baja. 3. Keliatan dan Kekenyalan. 4. Kelakuan Baja Pada Suhu Tinggi. 5. Patah Getas. 6. Sobekan Lamela. 7. Keruntuhan Lelah. 8. Aplikasi Material Baja Pada Struktur.  Atap Rangka Baja.  Bangunan Portal Baja.  Jembatan.  Menara. Tujuan Pembelajaran :  Mahasiswa memahami karakteristik/perilaku baja sebagai bahan struktur  Mahasiswa mengetahui berbagai tipe struktur baja DAFTAR PUSTAKA a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-1729- 2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008. b) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990. c) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. d) Photo-photo dikutip dari Internet dan photo dokumentasi pribadi.
  • 2. thamrinnst.wordpress.com UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pemilik hak cipta photo-photo, buku-buku rujukan dan artikel, yang terlampir dalam modul pembelajaran ini. Semoga modul pembelajaran ini bermanfaat. Wassalam Penulis Thamrin Nasution thamrinnst.wordpress.com thamrin_nst@hotmail.co.id
  • 3. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 1 Material Baja Sebagai Bahan Struktur 1. Sejarah Baja dan Baja Ringan Baja adalah logam campuran yang tediri dari besi (Fe) dan karbon (C). Jadi baja berbeda dengan besi (Fe), alumunium (Al), seng (Zn), tembagga (Cu), dan titanium (Ti) yang merupakan logam murni. Dalam senyawa antara besi dan karbon (unsur nonlogam) tersebut besi menjadi unsur yang lebih dominan dibanding karbon. Kandungan kabon berkisar antara 0,2 – 2,1% dari berat baja, tergantung tingkatannya. Secara sederhana, fungsi karbon adalah meningkatkan kwalitas baja, yaitu daya tariknya (tensile strength) dan tingkat kekerasannya (hardness). Selain karbon, sering juga ditambahkan unsur chrom (Cr), nikel (Ni), vanadium (V), molybdaen (Mo) untuk mendapatkan sifat lain sesuai aplikasi dilapangan seperti antikorosi, tahan panas, dan tahan temperatur tinggi. Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM - Tahun 1100 SM, Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400 tahun dikuasai oleh bangsa asia barat, pada tahun tersebut proses peleburan besi mulai diketahui secara luas. Tahun 1000 SM, Bangsa Yunani, Mesir, Jews, Roma, Carhaginians dan Asiria juga mempelajari peleburan dan menggunakan besi dalam kehidupannya.Tahun 800 SM, India berhasil membuat besi setelah di invansi oleh bangsa arya. Tahun 700 – 600 SM, Cina belajar membuat besi. Tahun 400 – 500 SM, Baja sudah ditemukan penggunaannya di Eropa. Tahun 250 SM, Bangsa India menemukan cara membuat baja. Tahun 1000 M, Baja dengan campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada 1000 M pada kekaisaran Fatim yang disebut dengan baja Damaskus. 1300 M rahasia pembuatan baja damaskus hilang.1700 M, Baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di Eropa. Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan besi tuang untuk bentang lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang dibangun di Inggris pada tahun 1777 – 1779, lihat gambar 1 pada halaman berikut. Dalam kurun waktu 1780 – 1820,. Dibangun lagi sejumlah jembatan dari besi tuang, kebanyakan berbentuk lengkungan dengan balok – balok utama dari potongan – potongan besi tuang indivudual yang membentuk batang – batang atau kerangka (truss) konstruksi. Besi tuang juga digunakan sebagai rantai penghubung pada jembatan – jembatan suspensi sampai sekitar tahun 1840. Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh pertamanya yang penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales yang dibangun pada 1846 – 1850. Jembatan ini menggunakan gelagar –gelagar tubular yang membentang sepanjang 230 – 460 – 460 – 230 ft (70 – 140 – 140 – 70 m) dari pelat dan profil siku besi tempa. Proses canai (rolling) dari berbagai profil mulai berkembang pada saat besi tuang dan besi tempa telah semakin banyak digunakan. Batang – batang mulai dicanai pada skala industrial sekitar tahun 1780. Perencanaan rel dimulai sekitar 1820 dan diperluas sampai pada bentuk – I menjelang tahun 1870-an.
  • 4. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 2 Gambar 1: Coalbrookdale Arch Bridge di Inggris, dibuka pada tanggal, 01 – 01 – 1781. Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Ironbridge_6.jpg Perkembangan proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada konverter Bessemer (1870) serta tungku siemens-martin semakin memperluas penggunaan produk – produk besi sebagai bahan bangunan. Sejak tahun 1890, baja telah mengganti kedudukan besi tempa sebagai bahan bangunan logam yang terutama. Dewasa ini (1990-an), baja telah memiliki tegangan leleh dari24 000 sampai dengan 100 000 pounds per square inch, psi (165 sampai 690 MPa), dan telah tersedia untuk berbagai keperluan struktural. Besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama yaitu Fe, hanya kadar karbonlah yang membedakan besi dan baja, penggunaan besi dan baja dewasa ini sangat luas mulai dari perlatan seperti jarum, peniti sampai dengan alat – alat dan mesin berat. Berikut ini disajikan klasifikasi baja menurut komposisi kimianya: a). Baja Karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu;  Baja karbon rendah (low carbon steel) – machine, machinery dan mild steel - 0,05 % – 0,30% C. Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya: - 0,05 % – 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains (rantai), rivets (paku keling), screws (sekrup), nails (paku). - 0,20 % – 0,30 % C : gears (roda gigi), shafts (poros), bolts (baut), forgings, bridges, buildings.  Baja karbon menengah (medium carbon steel) - Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
  • 5. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 3 - Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan: - 0,30 % – 0,40 % C : connecting rods (penghubung batang/kabel), crank pins (pin engkol), axles (as roda). - 0,40 % – 0,50 % C : car axles(as mobil), crankshafts, rails (rel), boilers, auger bits, screwdrivers (obeng). - 0,50 % – 0,60 % C : hammers dan sledges (kereta luncur).  Baja karbon tinggi (high carbon steel) – tool steel - Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % – 1,50 % C Penggunaan, - screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise jaws,knives, drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning hard metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fine cutters. Sebutan baja karbon berlaku untuk baja yang mengandung unsur bukan hanya besi (Fe) dengan persentase maksimum karbon (C) 1,7 %, mangan (Mn)1,65 %, silikon (Si) 0,6 % dan tembaga (Cu) 0,6 %. Karbon dan mangan adalah unsur utama untuk menaikkan kekuatan besi murni. Baja Karbon A36 mengandung karbon maksimum antara 0,25 % s/d 0,29 % tergantung kepada tebalnya. Baja karbon struktural ini memiliki titik leleh 36 ksi (250 Mpa), lihat gambar 2(a) berikut. Penambahan karbon akan menaikkan tegangan leleh, tetapi mengurangi daktilitas (ductility), sehingga lebih sukar dilas. Yang termasuk baja karbon adalah A36. Gambar 2 : Kurva tegangan – regangan. Sumber : STRUKTUR BAJA, Disain dan Perilaku, Charles G. Salmon.
  • 6. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 4 b). Baja Paduan Rendah Kekuatan Tinggi (High Strength Low Alloy steel). Baja ini diperoleh dari baja karbon dengan menambah unsur paduan seperti chrom, columbium, tembaga, mangan molybdenum, nikel, fosfor, vanadium atau zirconimum agar beberapa sifat mekanisnya lebih baik. Sementara baja karbon mendapatkan kekuatan dengan menaikkan kandungan karbon. Tegangan lelehnya berkisar antara 40 ksi dan 70 ksi (275 Mpa dan 480 Mpa). Pada gambar 2 terlihat sebagai kurva (b). Yang termasuk baja paduan rendah kekuatan tinggi ini adalah A242, A441, A572, A558, A606, A618 dan A709. Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu: 1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya). 2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah. 3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi). 4. Untuk membuat sifat-sifat spesial. c). Baja Paduan. Baja paduan rendah dapat didinginkan (dalam air) dan dipanaskan kembali untuk mendapatkan tegangan leleh sebesar 80 ksi sampai 110 ksi (550 Mpa sampai 760 Mpa). Tegangan leleh biasanya didefinisikan sebagai tegangan dengan regangan tetap sebesar 0,2%, lihat gambar 3. Namun baja paduan ini tidak menunjukkan titik leleh yang jelas. Kurva tegangan-regangan yang umum diperlihatkan kurva (c) pada gambar 2. Gambar 3 : Kurva tegangan-regangan tipikal yang diperbesar untuk pelbagai leleh. Sumber : STRUKTUR BAJA, Disain dan Perilaku, Charles G. Salmon.
  • 7. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 5 Gambar 4 : Contoh profil baja canai panas (hot rolled), tebal profil > 1mm. Baja Ringan Baja ringan adalah baja canai dingin dengan kualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis namun kekuatannya tidak kalah dengan baja konvensional. Baja ringan memiliki tegangan tarik tinggi (G550). Baja G550 berarti baja memiliki kuat tarik 550 MPa (Mega Pascal). Baja ringan adalah Baja High Tensile G-550 (Minimum Yeild Strength 5500 kg/cm2 ) dengan standar bahan ASTM A792, JIS G3302, SGC 570. Untuk melindungi material baja mutu tinggi dari korosi, harus diberikan lapisan pelindung (coating) secara memadai. Berbagai metode untuk memberikan lapisan pelindung guna mencegah korosi pada baja mutu tinggi telah dikembangkan. Jenis coating pada baja ringan yang beredar dipasaran adalah Galvanized, Galvalume, atau sering juga disebut sebagai zincalume dan sebuah produsen mengeluarkan produk baja ringan dengan menambahkan magnesium yang kemudian dikenal dengan ZAM, dikembangkan sejak 1985, menggunakan lapisan pelindung yang terdiri dari: 96% zinc, 6% aluminium, dan 3% magnesium. Gambar 5 : Contoh profil baja canai dingin (cold rolled), tebal profil < 1 mm (0,60 mm dan 0,8 mm), dinamai juga baja ringan. Sumber : Brosur prima truss.
  • 8. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 6 2. Sifat Mekanik Bahan Baja. Untuk mengetahui sifat mekanik baja dilakukan pengujian tarik terhadap benda uji (gambar 6), dengan memberikan gaya tarikan sampai benda uji menjadi putus. Tegangan diberikan dengan persamaan gaya dibagi luas penampang, (f/A), dan regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang benda uji, (L/L), dan hasil pengujian dilukiskan pada gambar 7. Gambar 6 : Benda uji, dengan uji tarik, (b) dan (c) bersifat liat (ductile), (d) bersifat rapuh/getas (brittle). Gambar 7 adalah hasil uji tarik dari suatu benda uji baj yang dilakukan hingga benda uji mengalami putus/runtuh, sedangkan gambar 8 menunjukkan perilaku benda uji sampai dengan regangan 2% yang diperbesar. Titik-titik penting dalam kurva tegangan-regangan adalah sebagai berikut, fp = batas proporsional. fe = batas elastis. fy u, fy = tegangan leleh atas dan bawah. fu = tegangan ultimate. sh = regangan saat mulai terjadi strain-hardening (penguatan regangan). Titik-titik ini membagi kurva tegangan-regangan menjadi beberapa daerah, yaitu : a. Daerah linear antara titik 0 dan fp, pada daerah ini berlaku Hukum Hooke, AE LP L . .  dimana, f = P/A = tegangan.  = L / L = regangan. E = f /  = Young modulus = modulus elastisitas. d0 d1 L L + L
  • 9. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 7 Gambar 7 : Kurva tegangan – regangan hasil pengujian. Gambar 8 : Bagian kurva yang diperbesar,  = 0,2% merupakan regangan permanen. b. Daerah elastis dari 0 sampai fe, yaitu apabila beban yang bekeja pada benda uji dihilangkan maka benda uji akan kembali kebentuk semula (masih elastis). c. Daerah plastis dibatasi dari fe sampai dengan regangan 2% (0,02), daerah dimana dengan tegangan yang hampir konstan mengalami regangan yang besar. Metode perencanaan 2 % 0,02 Tegangan, f Regangan,  fy u fy min f u 0,2 0,015  sh tan -1 E fp fe fy u fy 0,02 Regangan,  Tegangan, f Daerah elastis Daerah plastis 2 %0,2 % Regangan permanen Daerah putus 0 0 20 %
  • 10. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 8 plastis menggunakan daerah ini untuk menentukan kekuatan plastis. Daerah ini juga menunjukkan tingkat daktilitas dari material baja. d. Daerah antara regangan sh sampai pada daerah dimana benda uji sudah putus dinamai daerah penguatan regangan (strain hardening). Sesudah melewati daerah plastis tegangan kemudian naik kembali namun dengan regangan yang lebih besar, sampai pada puncaknya dimana terdapat tegangan ultimate (fu), sesudah itu terjadi penurunan tegangan namun regangan terus bertambah, sampai kemudian benda uji menjadi putus. Sifat mekanik tiap jenis baja dapat dilihat dalam tabel 1 berikut, Tabel 1 : Sifat Mekanik Beberapa Jenis Baja. Jenis Baja Tegangan putus minimum, fu (MPa) Tegangan leleh minimum fy, (MPa) Peregangan minimum (%) BJ 34 340 210 22 BJ 37 370 240 20 BJ 41 410 250 18 BJ 50 500 290 16 BJ 55 550 410 13 Sumber : SNI 03-1729-2002. Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan (SNI 03- 1729-2002) sebagai berikut: Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa Modulus geser : G = 80.000 MPa Nisbah poisson : μ = 0,3 Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-6 / o C 3. Keliatan dan Kekenyalan. Keliatan (toughness) dan kekenyalan (resilience) suatu bahan adalah kemampuan bahan tersebut menyerap energy mekanis sebelum bahan tersebut hancur. Untuk tegangan uniaksial (satu sambu), besaran ini dapat diperoleh dari kurva uji tarik (tegangan – regangan) seperti yang diperlihatkan Gambar 2. Kekenyalan berhubungan dengan penyerapan energi elastis suatu bahan, adalah jumlah energi elastis yang dapat diserap oleh satu satuan volume bahan yang dibebani tarikan, besarnya sama dengan luas bidang di bawah diagram tegangan-regangan sampai tegangan leleh, disebut juga modulus kenyal. Keliatan berhubungan energi total, baik elastis maupun inelastis, yang dapat diserap oleh satu satuan volume bahan sebelum patah/putus. Untuk tarikan uniaksial (satu sumbu), keliatan sama dengan luas bidang di bawah kurva tegangan-regangan tarik sampai titik patah, disebut juga modulus keliatan. Sebagai contoh, harga kekenyalan dan keliatan diberikan dalam tabel 2 berikut :
  • 11. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 9 Tabel 2 : Harga kekenyalan dan keliatan baja. J E N I S B A J A Kekenyalan Keliatan kN. m/m 3 kN. m/m 3 Baja Karbon 152 82700 (A36 dengan Fy = 36 ksi) Baja paduan rendah kekuatan tinggi 296 103000 (A441 dengan Fy = 50 ksi) Baja karbon yang dicelup dan dipanasi kembali 758 124000 (Fy = 70 sampai 80 ksi) Baja paduan yang dicelup dan dipanasi kembali 1170 131000 (A514 dengan Fy = 100 ksi) Sumber : Charles G. Slmon, STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku. 4. Kelakuan Baja Pada Suhu Tinggi. Perencanaan struktur yang hanya berada pada suhu atmosfir jarang meninjau kelakuan baja pada suhu tinggi. Pengetahuan tentang kelakuan ini diperlukan dalam menentukan prosedur pengelasan dan pengaruh kebakaran. Bila suhu melampaui 93 °C, kurva tegangan-regangan mulai menjadi tak linear dan secara bertahap titik leleh yang jelas menghilang. Modulus elastisitas, kekuatan leleh, dan kekuatan tarik akan menurun bila suhu naik. Pada suhu antara 430 dan 540 °C terjadi laju penurunan maksimum. Baja dengan persentase karbon yang tinggi, seperti A36 A440 menunjukkan pelapukan regangan (strain aging), pada suhu 150 sampai 370 °C. Pelapukan regangan mengakibatkan turunnya daktilitas. Penurunan modulus elastisitas tidak terlalu besar pada suhu sampai 540 °C, setelah itu modulus elastisitas akan menurtm dengan cepat. Yang lebih penting, bila suhu mencapai 260 sampai 320 °C deformasi pada baja akan membesar sebanding dengan lamanya waktu pembebanan, fenomena ini dikenal sebagai "rangkak" (creep). Rangkak sering dijumpai pada struktur beton dan pengaruhnya pada baja (yang tidak terjadi pada suhu kamar) meningkat bila suhu naik. Pengaruh suhu tinggi yang lain adalah : a). Memperbaiki daya tahan kejut takik sampai kira-kira 65-95 °C. a). Menaikkan kegetasan akibat perubahan metalurgis, seperti pengendapan senyawa karbon yang mulai terjadi pada suhu 510°C. a). Menaikkan sifat tahan karat baja struktural bila suhu mendekati 540 °C. Baja umumnya dipakai pada keadaan suhu di bawah 1000 °F, dan beberapa baja yang diberi perlakuan panas harus dijaga agar suhunya di bawah 430 °C. 5. PATAH GETAS Patah getas didefenisikan sebagai "jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi tanpa deformasi plastis lebih dahulu dan dalam waktu yang sangat singkat", lihat gambar 6.d. Kelakuan patah dipengaruhi oleh suhu, laju pembebanan, tingkat tegangan, ukuran cacat, tebal atau pembatas pelat, geometri sambungan, dan mutu pengerjaan.
  • 12. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 10 6. SOBEKAN LAMELA Sobekan lamela (lamelar tearing) merupakan salah satu bentuk patah getas. Dalam kasus ini, bahan dasar pada sambungan las yang sangat dikekang (restrained) pecah (sobek) akibat regangan “sepanjang ketebalan” yang timbul karena penyusutan logam las. Gambar 9 : Sambungan dengan sobekan lamela akibat penyusutan las pada tebal bahan yang sangat dikekang 7. KERUNTUHAN LELAH Pembebanan dan penghilangan beban yang berlangsung secara berulang-ulang, walaupun belum melampaui titik leleh dapat mengakibatkan keruntuhan, disebut kelelahan (fatigue). Keruntuhan ini dapat terjadi walaupun semua kondisi bajanya ideal. Sebagai contoh, jembatan jalan raya biasanya diperkirakan mengalami lebih dari 100.000 siklus pembebanan sehingga kelelahan (fatigue) perlu ditinjau dalam perencanaannya. Pada gedung, karena siklus pembebanannya rendah, maka kelelahannya tidak perlu ditinjau. Siklus pembebanan pada gedung umumnya berasal dari muatan hidup lantai, hujan, angin dan gempa. 8. APLIKASI MATERIAL BAJA PADA STRUKTUR. Bahan baja dapat diaplikasikan sebagai rangka atap rumah, struktur gedung, jembatan dan menara, secara umum diklasifikasikan sebagai struktur balok biasa, struktur portal dan struktur rangka. Sebagai contoh lihat gambar-gambar berikut. Sobekan lamela
  • 13. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 11 a). Atap Baja Rangka Hot Rolled
  • 14. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 12
  • 15. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 13 b). Atap Baja Rangka Cold Rolled (baja ringan)
  • 16. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 14 c). Bangunan Portal (Hot rolled)
  • 17. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 15 d). Jembatan Rangka (Hot Rolled).
  • 18. Modul kuliah “STRUKTUR BAJA 1” , 2011 Ir. Thamrin Nasution Departemen Teknik Sipil, FTSP. ITM. 16 e). Jembatan Balok (Hot Rolled). f). Menara Struktur Rangka (Hot Rolled).