SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
PEMBACAAN BARU KONSEP TALAK
Studi Pemikiran Muhammad Sa‘id Al-‘Asymāwī
Muhammad Fauzinuddin Faiz
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga
Yogyakarta
mufaddine@gmail.com
Abstrak
Artikel ini mengulas karakter pemikiran seorang tokoh Mesir kontemporer
bernama Muhammad Sa’id al-’Asymāwī tentang seluk-beluk talak. Jika
mengacu pada hukum Islam klasik dan pendapat para ahli, turunnya
perceraian mutlak di tangan suami. Dengan perkembangan zaman dan
pembaruan pemikiran hukum Islam, Muhammad Sa’id al-’Asymāwī mencoba
untuk mendekonstruksi dan merekonstruksi hukum tentang perceraian dengan
berbagai pendekatan, baik gender, asbab nuzul dan pendekatan lain dari
dimensi sosial dan analogi liberal. Hal ini penting mengingat banyak pemikir
Muslim modern yang merumuskan pembaruan pernikahan dalam hukum
Islam dan juga tentang perceraian. Dengan tujuan untuk mencapai kesetaraan
gender dalam pernikahan sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk
reinterpretasi teks al-Qur’an dan hadis hukum keluarga; baik tentang hadis
pernikahan, perceraian dan sebagainya. Dengan memahami permasalahan
di atas, sekiranya kajian ini dapat menambah khazanah pemikiran Islam
pada isu-isu khilafiyyah yang muncul di masyarakat, khususnya di Indonesia.
[This paper examines the thoughts of a character of contemporary Egyptian
named Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī dropped right on the permissibility
of divorce for a wife. If referring to classical Islamic law and the opinion
of jurists, dropped right in the hands of an absolute divorce her husband.
With the development of the times and the renewal of Islamic legal thought,
274 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak.................
Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī trying to deconstruction and reconstructing the
laws regarding divorce with a variety of approaches, both the gender approach
and equalized spouses in a marriage, an approach by looking asbab-nuzul
and other approaches and the social dimension of liberal analogies. This is
important, because it has many modern Moslem thinkers who formulate
the renewal of marriage in Islamic law and also about divorce, it is done to
achieve gender equality in marriage in accordance with the times, including the
reinterpretation of the text of Qur’an and hadith family law, whether it is a
hadis about marriage, divorce and so on. By understanding the problems above,
assuming this study can add to the treasures of Islamic thought on issues that
arise in the community khilafiyyah, specially in Indonesia.]
Kata kunci: Pemikiran, Perceraian, Hukum Islam, Mesir
Pendahuluan
Ikatan perkawinan merupakan unsur pokok dalam pembentukan
keluarga yang harmonis dan penuh rasa cinta kasih. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaan perkawinan memerlukan norma hukum yang mengaturnya.
Penerapan norma hukum dalam pelaksanaan perkawinan terutama
diperlukan dalam rangka mengatur hak, kewajiban dan tanggung jawab
masing-masing anggota keluarga guna membentuk rumah tangga yang
bahagia dan sejahtera.1
Adapun untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia, sejahtera
dan kokoh adalah dengan cara membangun rumah tangga yang dihiasi
atas dasar cinta, kasih sayang antara suami istri serta prinsip keadilan
dan saling pengertian satu sama lain. Suami maupun istri masing-masing
melaksanakan kewajiban dan memperoleh hak dari pasangannya.2
Hal yang perlu kita sadari dan kita tanamkan dalam sanubari bahwa
salah satu tujuan perkawinan selain membentuk keluarga bahagia, juga
bertujuan lain yang bersifat kekal. Di dalam sebuah perkawinan perlu
1
 Wahbah az-Zuailī, al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuhu, Vol. 9 (Damaskus: Dār al-
Fikr, t.t.), h. 315.
2
  Busainah As Sayyid Al Irāqī, Asrōr Fī Hayātī al Muṭallaqāt (Bagdad: Dār Ṭuwaiq,
1996), h. 19.
Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 275
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................
ditanamkan bahwa perkawinan itu berlangsung untuk seumur hidup dan
selama-lamanya kecuali dipisahkan karena kematian. Tujuan perkawinan
menurut Islam adalah menuruti perintah Allah untuk memeroleh
keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga
yang damai dan teratur.3
Hal ini senada dengan surat ar-Rūm ayat 21:
ْ‫ُم‬‫ك‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫َي‬‫ل‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫ن‬ُ‫ك‬ ْ‫س‬َ‫ت‬ِ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ج‬‫ا‬َ‫و‬ْ‫ز‬َ‫أ‬ ْ‫ُم‬‫ك‬ ِ‫س‬ُ‫ْف‬‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫ُم‬‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫آ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫و‬
‫ون‬ُ‫َّر‬‫ك‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬َ‫ق‬ِ‫ل‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬َ َ‫آ‬‫ل‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ً‫ة‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ر‬َ‫و‬ ً‫ة‬َّ‫د‬َ‫و‬َ‫م‬
Artinya: ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir.”(ar-Rūm: 21).4
Namun fenomena yang terjadi di masyarakat terkadang berbicara
lain, perkawinan yang diharapkan sakinah, mawaddah dan rahmah ternyata
harus kandas di tengah jalan karena banyak faktor. Ketika kondisi rumah
tangga mengalami perselisihan, pertengkaran dan suami istri sudah tidak
bisa lagi didamaikan maka Islam memberi solusi dengan cara perceraian
atau talak. Mengingat, jika pasangan suami istri dipaksakan untuk
mempertahankan hubungan perkawinan yang di dalamnya sudah tidak
ada lagi rasa cinta, saling tolong menolong dalam menata kehidupan
dan menunaikan serangkaian hak dan kewajiban sebagi suami istri
maka ketidakcocokan niscaya terjadi dan kebahagiaan rumah tangga
akan sulit didapatkan.5
Sehingga, perceraian atau talak merupakan obat
terakhir untuk mengakhiri pertentangan dan pergolakan antara suami
istri serta menjadi jalan yang layak untuk keduanya. Kendati demikian
Allah membenci perceraian atau talak. Hal ini sebagaimana disabdakan
Rasulullah Saw:
3
  Abud Abdul Ghani, Keluarga Muslim dan Berbagai Masalahnya, terj. Mudzakkir
AS. (Bandung: Penerbit Pustaka, 1987), h. 21.
4
  Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2008), h. 406.
5
  Muhammad Fauzinuddin Faiz, Menelusuri Makna Perkawinan dalam al-Qur’an;
Kajian Sosio-Linguistik Qur’ani (Bandung: Mizan, 2015), h. 13.
276 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak.................
‫َى‬‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫َل‬‫ال‬َ‫حل‬ْ‫ا‬ ُ‫َض‬‫غ‬ْ‫ب‬َ‫أ‬ : َ‫ال‬َ‫ق‬ – َ‫َّم‬‫ل‬ َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫َي‬‫ل‬َ‫ع‬ ُ ّ‫ه‬‫الل‬ ‫َّى‬‫ل‬ َ‫ص‬ – ِّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬‫ا‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬
6
)‫اود‬َ‫د‬ ‫ابو‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬َ‫(ر‬ ُ‫َق‬‫ال‬ َّ‫الط‬ ِ َّ‫ه‬‫الل‬
Artinya: Dari Ibnu Umar RA, Dari Nabi Saw Bersabda: “Suatu perbuatan
halal yang paling dimurkai Allah adalah talak.” (HR. Abu Daud).
Menurut hukum Islam, seorang suami mempunyai hak talak
sedangkan istri tidak. Talak adalah hak suami karena dialah yang berminat
melangsungkan perkawinan, dialah yang berkewajiban memberi nafkah
dan dia pula yang wajib membayar mas kawin, mut’ah, serta nafkah dan
iddah. Di samping itu laki-laki adalah orang yang lebih sabar terhadap
sesuatu yang tidak disenangi oleh perempuan. Laki-laki tidak akan
segera menjatuhkan talak apabila marah atau sedang ada kesukaran yang
menimpanya. Sebaliknya kaum wanita itu akan lebih cepat marah, kurang
tabah sehingga ia ingin cepat-cepat meminta cerai hanya karena ada sebab
yang sebenarnya sepele dan tidak masuk akal. Karena itulah kaum wanita
tidak diberi hak untuk menjatuhkan talak. 7
Tentang kesepihakan hak talak tersebut, oleh sebagian feminis
dicibir sebagai sebuah ketimpangan dan ketidaksetaraan hubungan. Kaum
tradisionalis (baca: Fuqaha klasik), oleh feminis Muslim dinilai belum
mampu menempatkan perempuan secara sejajar dengan laki-laki. Raja
Rhouni, tatkala berusaha menelaah pemikiran Fatima Mernissi dalam
bukunya yang berjudul, Secular and Islamic Feminist Critiques in the Work of
Fatima Mernissi, menyatakan bahwa Islam adalah agama yang membawa
misi besar, yakni rahmatan lil ‘alamin. Untuk menyebarkan rahmat
bagi semua ini, Islam juga membawa misi utama untuk terwujudnya
kemaslahatan, keadilan dan kebebasan. Semua aturan Islam, terutama
yang tertuang dalam al-Qur’an menjadi bukti akan hal tersebut. Kalaupun
kemudian muncul banyak penafsiran yang menyimpang dari misi-misi
tersebut, hal ini karena adanya penafsiran terhadap al-Qur’an yang
6
  Sulaiman bin ‘Asy’as Al Sijistanī, Sunan Abī Dāwūd (Beirut: Dār al Fikr, 1993),
h. 120.
7
  Abdul Rachmad Budiono, Peradilan Agama dan Hukum Islam di Indonesia (Malang:
Banyumedia Publishing, 2013), h. 64.
Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 277
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................
didasari oleh konteks sosial-budaya yang melingkupi para penafsirnya,
atau juga karena pemahaman yang literal terhadap teks-teks hadis Nabi
Muhammad Saw.8
Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, dalam salah satu magnum opus-nya
yang berjudul, Jauharul Islam sangat menyayangkan para ulama fikih yang
memberlakukan aturan perceraian secara sewenang-wenang, merendahkan
dan merugikan kepentingan perempuan. Hal ini karena dipengaruhi oleh
pengalaman yang spekulatif atau karena didikte oleh tradisi-tradisi lama
atau dominasi laki-laki dan mungkin juga karena kepentingan-kepentingan
sesaat. Padahal, Islam sendiri sebenarnya bermaksud memberikan status
yang setara bagi perempuan tidak hanya dengan kontrak perkawinan
tetapi juga ketika terjadi perceraian.9
Banyak para pemikir kontemporer—khususnya feminis Muslim—
yang menganggap ketidaksetaraan itu adalah bentukan budaya, bukan
lahir dari rahim Islam itu sendiri. Terlebih lagi ketika dihadapkan pada
kenyataan bahwa ulama fikih klasik didominasi oleh kaum laki-laki
sehingga terbentuklah fikih yang cenderung patriarki dan melindungi
karakter maskulin kaum laki-laki.
Dalam kajian sosiologi pemikiran, kita akan dikenalkan dua
macam varian dari pergerakan-pergerakan pemikiran. Pertama, gerakan
yang menjaga usul-usul (fundamen), tradisi dan agama secara rigid dan
tertutup, varian ini biasanya dikenal dengan front tradisionalis-konservatif.
Kedua, front reformis-liberal, yakni suatu gerakan yang mengkaji
agama dan tradisi secara kritis, rasional dan liberal. Begitu juga halnya
dengan permasalahan relasi gender, di satu sisi terdapat kelompok yang
berusaha keras mempertahankan warisan kaum terdahulu (al-Sābiqūn
al-Awwalūn). Terlepas apakah warisan tersebut merupakan syariat murni
atau hasil ijtihad manusia terhadap masalah-masalah kontekstual. Di sisi
8
  Raja Rhouni, Secular and Islamic Feminist Critiques in the Work of Fatima Mernissi,
(Leiden: Brill, 2010), h. 20.
9
  Muhammad Sa‘īd al-Asymāwī, Jauharul Islām (Kairo: Madbūlī as-Sāgīr, 1996),
h. 38.
278 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak.................
lain, suatu golongan berusaha mencari terobosan-terobosan baru guna
menyelesaikan problem kontekstual dengan mengkaji tradisi agama dan
sosial secara kritis tanpa mengenyampingkan tradisi dan pengalaman
hidup leluhurnya.10
Jika kita mencoba mengklasifikasikan posisi para feminis ke dalam
dua golongan tersebut, yaitu tradisionalis-konservatif dan reformis-
liberal maka akan terdapat tokoh feminisme modern yang dijuluki
sebagai Bapak “Feminisme” Arab; dan ia masuk pada kelompok kedua.
Namanya dikenang sebagai pejuang kebebasan perempuan dari segala
bentuk diskriminasi, termasuk juga diskriminasi yang berupa perkawinan
hingga tatanan yang meliputinya seperti permasalahan talak, waris, dll.
Seorang tokoh Mesir yang pernah menjabat sebagai hakim agung di
Mahkamah Isti’naf ini bernama lengkap Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī.
Ia mengadakan pembaruan di bidang sosial, di antaranya permasalahan
kaum perempuan. Ia menafsirkan kembali (reinterpretasi) dengan jalan
mengkritisi, “dekonstruksi” dan rekonstruksi terhadap syariat-syariat
Islam yang menjadi pemicu timbulnya diskriminasi dan subordinasi
terhadap perempuan.11
Menurutnya, syariat tidak datang sekali waktu dan tidak sekadar
menurunkan perintah saja. Ia terkait dengan realitas dan berkelindan
dalam jaringannya. Ia mengambil pranata-pranata dan budaya yang
berlaku pada realitas sosial. Kaidah-kaidah dalam realitas sosial dijadikan
sebab-sebab turunnya. Hukum-hukum syariat mengikuti perkembangan
realitas sosial dan selalu melangkah dalam perkembangan tersebut.
Oleh karena itu, menurut Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī,
menjelaskan dasar-dasar syariat dan membatasi objek-objeknya dengan
realitas sosial—dalam membahas prinsip dasar syariat—harus menjadi
tujuan utama ketika hendak menerapkan syariat (Islam). Jika tidak maka
ia hanya menjadi sekadar pembahasan teoritis dan penyelidikan logis yang
10
  Qasim Amin, Taḥrīr al-Mar’ah (Kairo: Dār al-Ma’ārif, 1970), h. 82.
11
  Muhammad Sa‘īd al-Asymāwī, Uṣūl as-Syarī‘ah (Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr,
1996), h. 41
Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 279
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................
bertentangan dengan spirit agama dan inti Islam itu sendiri.12
Dalam salah satu pendapatnya yang sangat kontroversial,
Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, menyatakan bahwa istri punya hak untuk
menuntut talak suami, atau dengan kata lain, hak talak tidak mutlak milik
suami, akan tetapi istri pun diberi hak dan wewenang untuk melakukan
sebaliknya (baca: menjatuhkan talak terhadap suami). Konsep yang
ia tawarkan berawal dari pemahaman akad dalam nikah. Menurutnya,
akad pernikahan dalam syariat Islam hanya terpaku pada akad madani
(sipil) humanis dan bukan pada akad keagamaan. Jika agama berbicara
perkawinan maka peran agama di situ hanya sebatas melegalkan saja,
sedangkan secara teknisi talak mutlak kewenangan masyarakat sipil
tersebut (baik laki-laki ataupun perempuan).13
Sedangkan yang dimaksud
dengan akad madani (sipil) adalah akad harus disertai dengan keadilan
hukum karena ini tidak hanya terjadi dari pihak suami saja, istripun
punya hak dan ikut andil dalam urusan nikah, begitu juga implikasinya,
termasuk talak.14
Biografi dan Genealogi Intelektual Muhammad Sa‘īd al-Asymāwī
Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, yang selanjutnya disebut al-
‘Asymāwī adalah seorang pemikir liberal15
kelahiran Mesir pada tahun
1932. Tokoh yang sekarang tinggal di kawasan Zamalek ini—sebuah
kawasan elit yang menjadi tempat tinggal para diplomat Arab di Mesir—
menyelesaikan studinya di fakultas hukum Universitas Farouk II di Kairo
pada tahun 1954, salah satu kampus terkemuka di Mesir yang konon
banyak melahirkan pemikir-pemikir Islam yang andal, berpikiran liberal
12
  Ibid., h. 41.
13
  Muhammad Sa‘id al-Asymāwī, as-Syarī’ah al-Islāmiyyah wa al-Qōnūn al-Miṣri
(Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr, 1996), h. 44.
14
  Ibid., h. 45.
15
  Istilah liberal dalam kajian ushul fikih ini berdasarkan istilah yang digunakan
oleh Wael B. Hallaq dalam mengkaji pertumbuhan dan perkembangan ushul fikih sejak
lahir dan mengalami modifikasi luar biasa di abad kontemporer. Lihat Wael B. Hallaq,
Sejarah Teori Hukum Islam, terj. E. Kusnadiningrat (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), h. 345.
280 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak.................
dan kompeten dalam bidangnya. Sebut saja di antaranya Amin Khulī,
Ṭaha Husain, Nasr Hamid Abu Zaid dan lain-lain. Riwayat pendidikannya
dilanjutkan ke Universitas Harvard Amerika Serikat.16
Al-‘Asymāwī mempunyai banyak karya dalam karier intelektualnya,
khususnya yang berkaitan dengan tema fikih, syariah dan ushul fikih. Akan
tetapi tidak banyak buku atau artikel yang menjelaskan panjang lebar
tentang biografinya berikut sepak terjangnya secara rinci dalam dunia
intelektual. Namun yang pasti bahwa Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī adalah
seorang juris, pakar perbandingan hukum Islam, hukum konvensional
dan penantang utama terhadap ideologisasi agama Islam di Mesir.17
Setelah secara akademik tercatat lulusan sebagai ahli Hukum, al-
‘Asymāwī lantas terjun dalam ranah praksis persoalan-persoalan hukum
sebagai konsekuensi atas kemampuannya memahami materi-materi
hukum. Upaya yang dilakukannya tidak sia-sia dan menuai hasil hingga
al-‘Asymāwī tercatat sebagai asisten pengacara dan kemudian jaksa wilayah
di Alexandria. Ia diangkat hakim pada tahun 1961 dan pada tahun 1971 ia
menjabat sebagai Penuntut Umum. Pada tahun 1981 ia diangkat sebagai
Ketua Pengadilan Tinggi Kriminal, Ketua Pengadilan Tinggi Banding
Kairo (High Court of Appeals) dan Ketua Pengadilan Tinggi Keamanan
Negara di Mesir (High Court of State Security). Maka tidak heran bila
al-‘Asymāwī kemudian lebih dikenal sebagai pemikir yang bukan saja
paham atas logika-logika hukum Islam, tapi juga memahami logika-logika
perbandingan hukum di berbagai belahan dunia khususnya di kalangan
civitas Universitas Kairo.18
Selain itu, ia juga menjadi dosen di beberapa
Perguruan Tinggi di Mesir dan di Barat. Dari dua latar belakang di atas
maka hukum dan undang-undang merupakan bidang kajiannya.19
16
  http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Sa’id_al-Asymāwī , diakses tanggal 28
Oktober 2015.
17
  Nur Lailatul Musyafa’ah, “Pembaruan Pemikiran Hukum Islam Muhammad
Sa‘īd al-‘Asymāwī”, dalam Jurnal Halaqa, Vol. 6, No. 1, April, 2007, h. 32-34.
18
 Carolyn Fluehr, Against Islamic Extremism: The Writings of Muhammad Sa‘īd
al-‘Asymāwī (Gainesville: University Press of Florida, 1998), h. 91.
19
  Ibid., h. 92.
Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 281
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................
Sebagai bentuk kesungguhannya dalam dunia hukum, pada tahun
1978 al-‘Asymāwī melakukan penelitian terkait dengan problematika
hukum formal di Harvard Law School dan juga di Amerika Serikat
pada tahun yang sama. Dari aktivitas ini tampak bahwa pergolakan
keilmuwan yang dialami al-‘Asymāwī cukup kompleks, tidak hanya bergaul
dengan referensi-referensi yang berasal dari dunia Islam sebagai sumber
hukum Islam, tapi juga referensi-referensi dari Barat yang konon lebih
menimbang tradisi hukum melalui pendekatan rasional dan kemanusiaan.20
William E. Shepard, salah satu dosen senior dalam studi keagamaan,
menyebutkan bahwa al-‘Asymāwī adalah termasuk tokoh ahli hukum
yang terlibat larut dalam perbincangan mengenai berbagai wacana,
khususnya mengenai moralitas baik yang bersumber dari Islam atau Barat.
Keterlibatan ini sebenarnya, tegas E. Shepard, sebagai kelanjutan dari
pewarisan intelektual yang pernah dimarakkan oleh Muhammad Abduh
dengansemangatnyamenggunakanrasionalitasdalammemahamiagama.21
Al-‘Asymāwī sangat diuntungkan dengan kondisi sosial budaya
Mesir yang secara akademik dekat dengan sebuah masa di mana
negeri Mesir dikenal sebagai gudang ilmuwan yang sangat merdeka
dalam mengutarakan pendapat. Di tengah kondisi seperti inilah, al-
‘Asymāwī tumbuh dan berkembang. Intelektualisme al-‘Asymāwī banyak
dipengaruhi—walaupun tidak secara langsung—oleh para tokoh yang
lantang menyuarakan pembaruan. Di antara mereka ada tokoh-tokoh yang
sangat disegani dalam dunia pemikiran Islam, seperti al-Afganī, Raṣīd
Ridā, Muhammad Abduh dan lain-lain. Secara langsung ataupun tidak,
al-‘Asymāwī bersinggungan dengan pemikiran-pemikiran yang sangat
plural dan liberal ini. Termasuk ketika dalam pendidikannya, tentunya
ia tidak asing dengan pergulatan wacana yang ada di Mesir, sampai
ketika akhirnya ia diangkat menjadi hakim agung pemerintah. Otomatis
20
  Ibid.
21
  William E. Shepard, “Muhammad Sa’i>d al-‘Asyma>wi> and the Application of
the Sharia in Egypt”, dalam International Journal of Middle East  Studies, Vol. 28, No. 1
(Amerika: Cambridge University Press, 1996), h. 58.
282 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak.................
ia harus menjawab permasalahan yang tidak hanya berkaitan dengan
kondisi masyarakat secara aktual, tetapi juga berkaitan dengan hukum
yang bersifat kontemporer yang tidak bisa dengan hanya menggunakan
pendekatan hukum Islam semata tanpa menggunakan piranti-piranti dan
disiplin ilmu lainnya berupa sosial, politik, budaya dan ekonomi.22
Oleh karena itu, dikarenakan pola pikir yang begitu liberal dalam
menjawab persoalan umat maka tak jarang ia mendapat ancaman dan
serangan dari ulama-ulama yang berseberangan dengannya. Bahkan
ia pernah diancam dibunuh karena dianggap kafir. Oleh karena itulah,
sampai sekarang ia masih hidup di bawah perlindungan aparat pemerintah
Mesir selama 24 jam.
Ia juga sangat produktif dalam bidang tulis-menulis. Tercatat ia
aktif menulis di berbagai media massa di Mesir, di antaranya kolom tetap
di majalah mingguan Oktober dan juga menulis berbagai buku dalam
bidang hukum yang banyak diminati. Buku yang ia tulis di antaranya:
Buku berbahasa Arab, seperti Usūl asy-Syarī‘ah, as-Syarī‘ah al-Islāmiyyah wa
al-Qānūn al-Miṣrī, Haqīqah al-Hijāb wa Hujjiyyah al-Hadīṡ, Jauhar al-Islām,
Rūh al-‘Adālah, al-‘Aqlu fī al-Islām, dll. Buku berbahasa Inggris (Development
of Religion, Roots of Islam ic Law, Islam and Religion, Militant Doctorine in
Islam, Religion for the Future. Buku berbahasa Persia (L’Islamisme Contre
L’Islam, Contre L’Inte’grisime Islam iste.23
Talak dalam Perspektif Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī
Al-‘Asymāwī mempunyai pendapat sendiri tentang konsep talak
yang didasarkan pada interpretasinya terhadap ayat al-Qur’an dan hadis
serta nilai-nilai universalnya. Tentu interpretasinya itu tidak terlepas dari
metode istinbat al-ahkam sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya. Dalam kitab Rūh al-‘Adālah, al-‘Asymāwī memaparkan
beberapa ayat yang menjadi dasar para ulama dalam menetapkan hak
22
  Ibid., h. 38-39.
23
  Daftar kitab-kitab ini dikutip di bagian akhir kitab Jauharul Islām dan Haqīqah
al-Ḥijāb wa Hujjiah al-Hadīṣ karya Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī.
Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 283
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................
otoritas talak adalah mutlak di tangan suami. Namun yang berbeda, al-
‘Asymāwī memberi interpretasi tersendiri dan berbeda dengan beberapa
ulama klasik sehingga konklusinya pun jauh berbeda dari pendapat
mereka.24
Ayat pertama adalah surat at-Talāq (65) 1:
َ‫هلل‬‫ا‬‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ة‬َّ‫د‬ ِ‫لع‬ْ‫ا‬‫وا‬ ُ‫ص‬ْ‫ح‬َ‫أ‬َ‫و‬َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬َّ‫د‬ ِ‫ع‬ِ‫ل‬َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫و‬ُ‫ِّق‬‫ل‬ َ‫َط‬‫ف‬ َ‫اء‬ َ‫س‬ِّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫َّق‬‫ل‬ َ‫ط‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ُّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬‫ا‬َ‫ي‬
َ‫ْك‬‫ل‬ِ‫ت‬َ‫و‬ ٍ‫ة‬َ‫ن‬ِّ‫ي‬َ‫ب‬ُ‫م‬ ٍ‫ة‬ َ‫ش‬ِ‫ح‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ب‬ َ ْ‫ن‬‫ي‬ِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬َّ‫ال‬ِ‫إ‬ َ‫ن‬ْ‫ج‬ُ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫ي‬َ‫ال‬َ‫و‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫و‬ُ‫ي‬ُ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫و‬ُ‫ج‬ِ‫ر‬ْ‫خ‬ُ‫ت‬َ‫ال‬ ْ‫ُم‬‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬
ُ‫ث‬ِ‫د‬ْ‫ح‬ُ‫ي‬ َ‫هلل‬‫ا‬ َّ‫ل‬َ‫َع‬‫ل‬ ْ‫ي‬ِ‫ر‬ْ‫د‬َ‫ت‬ َ‫ال‬ ُ‫ه‬ َ‫ْس‬‫ف‬َ‫ن‬ َ‫َم‬‫ل‬ َ‫ظ‬ ْ‫د‬َ‫َق‬‫ف‬ ِ‫هلل‬‫ا‬ َ‫د‬ْ‫و‬ُ‫د‬ُ‫ح‬ َّ‫د‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ِ‫هلل‬‫ا‬ ُ‫د‬ْ‫و‬ُ‫د‬ُ‫ح‬
‫ا‬ً‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ذ‬ َ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬
Artinya: “Hai nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah
kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang
wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu.
Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah dan janganlah mereka (diizinkan)
ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-
hukum Allah maka sesungguhnya ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.
Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal
yang baru.”25
Menurut al-‘Asymāwī, maksud umum ayat ini adalah dalil dari
disyariatkannya talak dalam Islam. Talak ibarat sebuah obat yang
dapat menjadi penawar bagi penyakit. Islam menghalalkan talak demi
perdamaian. Seandainya Islam tidak mensyariatkan talak, niscaya betapa
banyak pasangan suami istri yang teraniaya dalam rumah tangganya
sendiri, sedangkan Islam tidak menghendaki adanya penganiayaan maka
talak adalah sebuah rahmat dan pintu darurat untuk menyelesaikan
masalah dalam rumah tangga.26
Secara kritis al-‘Asymāwī menguraikan bahwa ayat tersebut hanya
dalil dari diperbolehkannya talak tanpa melihat siapa yang memiliki
24
  Muhammad Sa‘īd al-Asymāwī, Rūh al-‘Adālah (Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr,
1996), h. 38. Selain di kitab Rūḥ al-‘Adālah, al-‘Asymāwī juga membahas permasalahan
perdata (aḥwāl as-Syakhṣiyyah) yang menyangkut tentang perkawinan dan talak ini di
kitab as-Syarī’ah Islāmiyyah wa al-Qōnūn al-Miṣrī, h. 44., Jauharah al-Islām, h. 38., dan Uṣūl
as-Syarī’ah, h. 75.
25
  Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, h. 558.
26
  Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, Ḥiṣād al-‘Aql (Kairo: Thab’at al-Qahirah,
1992), h. 48-50.
284 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak.................
otoritas dalam hal mentalak. Di zaman nabi, nabilah yang mentalak
istrinya disebabkan pranata Arab waktu itu memang adanya partiarki
yang tidak bisa dihapus secara total dan langsung. Ia juga menambahkan
bahwa meskipun ayat tersebut merupakan sebuah syariat yang
khitāb-nya diperuntukkan untuk nabi dengan menggunakan hukum
universal mencangkup keseluruhan, namun dikarenakan itu sebuah
syariat manifestasi jalan keluar bagi suami istri yang sudah tidak bisa
mempertahankan tali yang sangat kuat sehingga syāri’ memberikan solusi
dengan jalan talak.27
Namun solusi di sini bukan berarti hak talak mutlak
di tangan suami, pemahaman demikian sangat jauh dari substansi keadilan
sehingga perlu adanya pemahaman baru yang lebih mendekati poin-poin
keadilan antara dua belah pihak yang berkomitmen untuk melaksanakan
syariat yang dimaksudkan Tuhan. Adapun mengenai hak otoritas talak
yang sebelumnya menurut ulama klasik menjadi hak mutlak suami itu
merupakan sebuah pemahaman agama (teks syariat) itu sendiri, bukan
sebuah agama atau syariat.28
Ayat kedua adalah surat al-Baqarah (2) 229 :
ٍ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ر‬ْ‫ع‬َ ِ‫م‬‫ب‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫و‬ُ‫ح‬ِّ‫ر‬ َ‫س‬ْ‫و‬َ‫أ‬ ٍ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ر‬ْ‫ع‬َ ِ‫م‬‫ب‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫ُو‬‫ك‬ ِ‫س‬ْ‫م‬َ‫أ‬َ‫ف‬ َّ‫ن‬ُ‫َه‬‫ل‬َ‫ج‬َ‫أ‬ َ‫ن‬ْ‫غ‬َ‫ل‬َ‫ب‬َ‫ف‬ َ‫اء‬ َ‫س‬ِّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫َّق‬‫ل‬ َ‫ط‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬
‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ذ‬ِ‫خ‬َّ‫ت‬َ‫ت‬ َ‫لا‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ َ‫ْس‬‫ف‬َ‫ن‬ َ‫َم‬‫ل‬ َ‫ظ‬ ْ‫د‬َ‫َق‬‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ْ‫ل‬َ‫ْع‬‫ف‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫د‬َ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ِ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ار‬َ‫ر‬ ِ‫ض‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫ُو‬‫ك‬ ِ‫س‬ْ ُ‫م‬‫ت‬ َ‫لا‬َ‫و‬
ِ‫ة‬َ‫ْم‬‫ك‬ِ‫حل‬ْ‫ا‬َ‫و‬ ِ‫اب‬َ‫ت‬ِ‫ك‬‫ل‬ْ‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫ُم‬‫ك‬ْ‫َي‬‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ل‬َ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫أ‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ْ‫ُم‬‫ك‬ْ‫َي‬‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫هلل‬‫ا‬ َ‫ة‬َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫ك‬ْ‫ذ‬‫ا‬َ‫و‬‫ا‬ً‫و‬ُ‫ز‬ُ‫ه‬ ِ‫هلل‬‫ا‬ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫آي‬
ٌ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ع‬ ٍ‫ء‬ْ‫ي‬ َ‫ش‬ ِّ‫ُل‬‫ك‬ِ‫ب‬ َ‫هلل‬‫ا‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫َم‬‫ل‬ْ‫ع‬‫ا‬َ‫و‬ َ‫هلل‬‫ا‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫ُم‬‫ك‬ ُ‫ظ‬ ِ‫ع‬َ‫ي‬
Artinya: “Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir
iddahnya maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf, atau ceraikanlah
mereka dengan cara yang ma’ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk
memberi kemudharatan karena dengan demikian kamu menganiayanya. Barangsiapa
27
  Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, Ma‘ālim al-Islam (Kairo: Sina’ Li al-Nasyr,
1989), h. 31-33.
28
  Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī membedakan antara al-Dīn (agama) dan ­al-
Fikr al-Dīn (pemikiran tentang agama). Agama menurut al-‘Asymāwī adalah sebuah
syariat yang ada dalam nash termasuk dalam hal ini adalah syariat tentang talak. Adapun
pemikiran tentang agama adalah apa pun selain yang ada di nash, baik itu dari ijtihad
seorang mujtahid, tafsir seorang mufasir, syarah seorang syarih ataupun hukum yang
ditentukan oleh hakim yang mana semuanya bisa jadi salah dan bisa jadi benar, termasuk
tentang hak mutlak talak yang diformulasikan oleh ulama klasik. Lihat Muhammad Sa‘īd
al-‘Asymāwī, Jauharah al-Islām…, h. 33.
Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 285
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................
berbuat demikian maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.
Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan dan ingatlah nikmat
Allah padamu dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu, yaitu Al-Kitab dan
Al-Hikmah (As-Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang
diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.29
Pada surat al-Baqarah ayat 229, menurut al-‘Asymāwī, terdapat spirit
keadilan yang dimunculkan dalam pesan kesetaraan hak antara suami
dan istri dalam hal talak. Ayat tersebut menerima hak kedua pasangan
perkawinan untuk bercerai. Ayat yang berkaitan dengan perceraian ini,
memberi hak bagi suami maupun istri untuk membebaskan diri mereka
sendiri dari ikatan perkawinan.30
Meneliti ayat-ayat tentang talak di atas,
menurut al-‘Asymāwī, telah dijelaskan secara gamblang bahwa al-Qur’an
sangat memperhatikan kemaslahatan perempuan. Pesan yang terkandung
di dalamnya juga mementingkan keadilan, kasih sayang dan pergaulan
yang ma’ruf. Tentunya nilai terdalam dari ayat-ayat al-Qur’an ini sangat
jauh dari pemahaman bahwa talak merupakan wilayah eksklusif laki-laki,
tanpa memperhatikan dari sisi perempuan. Al-‘Asymāwī menyebutkan
bahwa penjatuhan hak talak tidak hanya berada pada jalur laki-laki,
perempuan pun punya hak yang sama dalam melakukan pelepasan ikatan
nikah (talak).31
Ditinjau dari akad dalam perkawinan itu sendiri, menurut al-
‘Asymāwī akad perkawinan dalam syariat Islam adalah akad humanis
(akad sipil) dan bukan merupakan sebuah akad keagamaan. Al-‘Asymāwī
menulis:
Akad dalam perkawinan tersebut adalah manifestasi pelaksanaan ijab-qabul
dari kedua mempelai yang telah dewasa—atau orang yang mewakilinya—
dan menjadi sah dengan kehadiran dua saksi, tanpa ada proses keagamaan
atau teknis lainnya. Meskipun akad ini sudah jelas dan gamblang, tidak
samar dan tidak diperdebatkan, tetapi pemikiran keagamaan dalam Islam
dan budaya-budaya dalam berbagai masyarakat menambahkan kepadanya
29
  Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, h. 37.
30
  Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, Ma’alim al-Islam…, h. 31-33.
31
  Ibid., h. 33.
286 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak.................
sentuhan keagamaan, lalu apa yang seharusnya tidak lazim dan dan tidak
wajib ditambahkan kepadanya, selanjutnya semua itu dirangkai sedemikian
rupa sehingga akad pernikahan, pengaruh dan dampak yang dilahirkan
dijadikan sebagi hukum keagamaan, padahal syariat tidak selamanya
dimaksudkan demikian.32
Selanjutnya, al-‘Asymāwī menjelaskan bahwa yang maksud dari
akad humanis adalah akad antarsesama manusia yang tentunya harus
ada kesepakatan kedua belah pihak dalam melakukan transaksi yang
berupa ijab-qabul tersebut, akan terasa tidak adil jika transaksi sosial hanya
disandangkan secara sepihak, sebagaimana akad sosial yang terdapat
dalam jual beli. Begitupun implikasi akhir seperti pelepasan ikatan dalam
perkawinan juga tidak bisa dilepas atau diputus secara sepihak pula
karena sejatinya fungsi syariah itu dimaksudkan untuk membangkitkan
spirit agama pada diri orang yang menerapkan akad dan membangkitkan
semangat keadilan pada jiwa orang yang mengerjakan konsekuensi-
konsekuensinya supaya tidak tergelincir walaupun di bawah tekanan
perasaan atau terperosok walaupun dengan upaya memalsukan makna
keadilan. Sehingga menurut al-‘Asymāwī, seorang istri pun memiliki
hak yang sama untuk memutus tali transaksi sosial berupa perkawinan
tersebut.
Dengan demikian, syariat menjadikan setiap orang dalam
masyarakat Islam sebagai “hakim” (qādi) yang menghukumi dengan
keadilan walaupun kepada dirinya sendiri dan menghukumi dengan
keutamaan meskipun menyakitkan buat dirinya. Dan itulah karakteristik
dari syariat Islam.33
Untuk menguatkan pendapatnya ini, al-‘Asymāwī
mengutip sebuah ayat dalam surat an-Nisa’ (4) 135 sebagai berikut:
ْ‫ُم‬‫ك‬ ِ‫س‬ُ‫ْف‬‫ن‬َ‫أ‬ ‫َى‬‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫َو‬‫ل‬َ‫و‬ ِ َّ‫ه‬‫لل‬ َ‫اء‬َ‫د‬َ‫ه‬ ُ‫ش‬ ِ‫ط‬ ْ‫س‬ِ‫ْق‬‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬َ ْ‫ن‬‫ي‬ِ‫ام‬َّ‫و‬َ‫ق‬ ‫وا‬ُ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ك‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫ام‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri.”34
32
  Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, as-Syari’ah Islāmiyyah…, h. 44.-45.
33
  Ibid., h. 45.
34
  Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.., h. 100.
Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 287
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................
Kesimpulan
Dari biografi dan genealogi pemikiran yang singkat ini, dapat
dipahami bahwa al-‘Asymāwī merupakan tokoh ahli hukum yang
memiliki hubungan yang cukup luas. Kondisi ini yang memungkinkan
terbangunnya dua nalar yang tumbuh dalam diri al-‘Asymāwī.
Pertama, dengan intensitasnya bergumul melalui kajian hukum dalam
perspektif Islam, al-‘Asymāwī memiliki kepiawaian untuk berdiskusi
dengan kelompok-kelompok Islam, baik dari kalangan rasionalis hingga
fundamentalis, bahkan sampai pada titik saling berargumentasi sesuai
dengan pemahamannya mengenai hukum Islam dan dialektikanya dengan
kenyataan umat Islam terkini.
Sementara, yang kedua, dengan jalinan hubungan tanpa tapal
batas dan berkomunikasi intens dengan keilmuwan yang berkembang di
Barat, memungkinkan al-‘Asymāwī dapat mengenal logika-logika hukum
yang bersumber dari orang lain (Barat). Misalnya, al-‘Asymāwī mengenal
dengan cukup piawai mengenai undang-undang hak asasi manusia (HAM)
yang notabenenya bersumber dari diskusi-diskusi hukum di belahan dunia
Barat. Ide pembaruan al-‘Asymāwī yang kontroversial memancing reaksi
keras dari beberapa kalangan. Tidak heran jika dalam hal keamanan,
pengawalan al-‘Asymāwī sangat ketat sekali karena ia menyadari bahwa
ide yang tertuang dalam berbagai karyanya adalah sangat kontroversial,
terutama bagi kalangan Islāmiyyīn, yang sangat kental dalam masyarakat
Mesir. Al-‘Asymāwī menolak untuk tinggal atau bekerja di luar negeri.
Ia memilih untuk tinggal di Mesir sekalipun ia mendapat ancaman dari
kaum ekstremis Islam.35
35
  Hal ini tentu berbeda dengan beberapa tokoh liberal Mesir lainnya seperti
Naṣr Ḥāmid Abū Zaid yang mengalami nasib “tragis” sebagai seorang intelektual.
Bahkan yang paling parah adalah ketika Naṣr divonis sebagai seorang yang telah murtad
oleh mahkamah Mesir sehingga berimplikasi pada penceraian secara paksa terhadap
istrinya dan juga berakibat pada pengusirannya dari Mesir. Lihat Fluehr, Against Islamic
Extremism…, h. 93.
288 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak.................
Daftar Pustaka
Abdul Ghani, Abud, Keluarga Muslim dan Berbagai Masalahnya, terj.
Mudzakkir AS., Bandung: Penerbit Pustaka, 1987.
Amin, Qasim, Tahrīr al-Mar’ah, Kairo: Dār al-Ma’ārif, 1970.
Al, Asymāwi, Muhammad Sa‘īd, Jauharah al-Islam, Kairo: Madbūlī as-
Ṣāgīr, 1996.
--------, as-Syari’ah al-Islāmiyyah wa al-Qōnūn al-Miṣrī, Kairo: Madbūlī as-
Ṣāgīr, 1996.
--------, Uṣūl as-Syarī’ah, Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr, 1996.
--------, Al-Islām al-Siyāsī, Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr, 1996.
--------, Ḥiṣād al-‘Aql, Kairo: Ṭab’ah al-Qāhirah, 1992.
--------, Ma‘ālim al-Islām, Kairo: Sina’ Li al-Nasyr, 1989.
--------, Ḥaqīqah al-Ḥijāb wa Hujjiyyah al-Ḥadīth, Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr,
1996.
--------, Rūh al-‘Adālah, Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr, 1996.
al, Irāqi, Busainah As Sayyid, Asrōr Fī Hayāti Al Muṭollaqāt, Baghdad:
Dār Ṭuwaiq,1996.
al, Sijistaāni, Sulaiman bin Al Asy’ats, Sunan Abū Dāwūd, Beirut: Dār el
Fikr, 1993.
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, 2008.
Fluehr, Carolyn, Against Islamic Extremism: The Writings of Muhammad Sa‘īd
al-‘Asymāwī, Gainesville: University Press of Florida, 1998.
Faiz, Muhammad Fauzinuddin, Menelusuri Makna Perkawinan dalam al-
Qur’an; Kajian Sosio-Linguistik Qur’ani, Bandung: Mizan, 2015.
Hallaq, Wael B, Sejarah Teori Hukum Islam, terj. E. Kusnadiningrat, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2001.
Rachmad Budiono, Abdul, Peradilan Agama dan Hukum Islam di Indonesia,
Malang: Banyumedia Publishing, 2013.
Rhouni, Raja, Secular and Islamic Feminist Critiques in the Work of Fatima
Mernissi, Leiden: Brill, 2010.
Shepard, William E., “Muhammad Sa’īd al-‘Asymāwī and the Application
of the Sharia in Egypt”, dalam International Journal of Middle East
Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 289
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................
Studies, Vol. 28, No. 1. Amerika: Cambridge University Press, 1996.
Zuḥailī, Waībah, al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuhu, Damaskus: Dār al-Fikr, t.t.
290 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015
M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak.................

More Related Content

What's hot

Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )YULIA LIA
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’anVia Dewi Syahara
 
Prinsip prinsip-dasar-tauhid-fiqih-dan-aqidah
Prinsip prinsip-dasar-tauhid-fiqih-dan-aqidahPrinsip prinsip-dasar-tauhid-fiqih-dan-aqidah
Prinsip prinsip-dasar-tauhid-fiqih-dan-aqidahHelmon Chan
 
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis NabawiPerbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis NabawiFaatihah Abwabarrizqi
 
INTERPRETASI HADIS muhammad al ghazali dan Yusuf Qordhowi
INTERPRETASI HADIS muhammad al ghazali dan Yusuf QordhowiINTERPRETASI HADIS muhammad al ghazali dan Yusuf Qordhowi
INTERPRETASI HADIS muhammad al ghazali dan Yusuf QordhowiDadang Rohendi
 
Menepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htMenepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htDawat Fadhila
 
Materi ajar syahadat
Materi ajar syahadatMateri ajar syahadat
Materi ajar syahadatwinampi
 
Makalah Al-Qur'an II
Makalah Al-Qur'an IIMakalah Al-Qur'an II
Makalah Al-Qur'an IINur Rohmah
 
Makalah : IMAN
Makalah : IMANMakalah : IMAN
Makalah : IMANRia Widia
 
Makalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang DziharMakalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang DziharAZA Zulfi
 
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf
Termuliakan dengan menjadi sang pemaafTermuliakan dengan menjadi sang pemaaf
Termuliakan dengan menjadi sang pemaafMuhsin Hariyanto
 

What's hot (20)

Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
Aqidah akhlak (Perguruan Tinggi )
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
 
Prinsip prinsip-dasar-tauhid-fiqih-dan-aqidah
Prinsip prinsip-dasar-tauhid-fiqih-dan-aqidahPrinsip prinsip-dasar-tauhid-fiqih-dan-aqidah
Prinsip prinsip-dasar-tauhid-fiqih-dan-aqidah
 
Tajuk: Iman
Tajuk: ImanTajuk: Iman
Tajuk: Iman
 
Pernikahan beda agama
Pernikahan beda agamaPernikahan beda agama
Pernikahan beda agama
 
Lmcp 1552
Lmcp 1552Lmcp 1552
Lmcp 1552
 
Remidi agama
Remidi agamaRemidi agama
Remidi agama
 
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis NabawiPerbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
 
INTERPRETASI HADIS muhammad al ghazali dan Yusuf Qordhowi
INTERPRETASI HADIS muhammad al ghazali dan Yusuf QordhowiINTERPRETASI HADIS muhammad al ghazali dan Yusuf Qordhowi
INTERPRETASI HADIS muhammad al ghazali dan Yusuf Qordhowi
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Pendidikan Ruhani
Pendidikan RuhaniPendidikan Ruhani
Pendidikan Ruhani
 
Materi al quran 1
Materi al quran 1Materi al quran 1
Materi al quran 1
 
Asbab al nuzul
Asbab al nuzulAsbab al nuzul
Asbab al nuzul
 
Menepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htMenepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang ht
 
Materi ajar syahadat
Materi ajar syahadatMateri ajar syahadat
Materi ajar syahadat
 
Makalah nikah beda agama
Makalah nikah beda agamaMakalah nikah beda agama
Makalah nikah beda agama
 
Makalah Al-Qur'an II
Makalah Al-Qur'an IIMakalah Al-Qur'an II
Makalah Al-Qur'an II
 
Makalah : IMAN
Makalah : IMANMakalah : IMAN
Makalah : IMAN
 
Makalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang DziharMakalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
 
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf
Termuliakan dengan menjadi sang pemaafTermuliakan dengan menjadi sang pemaaf
Termuliakan dengan menjadi sang pemaaf
 

Viewers also liked

Kronologis Kasus Nelayan Tradisional Bengkalis
Kronologis Kasus Nelayan Tradisional BengkalisKronologis Kasus Nelayan Tradisional Bengkalis
Kronologis Kasus Nelayan Tradisional BengkalisPeople Power
 
Form 13 berita acara sidang tugas akhir
Form 13 berita acara sidang tugas akhirForm 13 berita acara sidang tugas akhir
Form 13 berita acara sidang tugas akhirNamaku Anda
 
2. b indonesia application form
2. b indonesia application form2. b indonesia application form
2. b indonesia application formPradana Collection
 
Memastikan Terpenuhinya Hak Hak Perempuan Pasca Perceraian
Memastikan Terpenuhinya Hak Hak Perempuan Pasca PerceraianMemastikan Terpenuhinya Hak Hak Perempuan Pasca Perceraian
Memastikan Terpenuhinya Hak Hak Perempuan Pasca PerceraianYayasan Rumah Kita Bersama
 
Berita acara serah terima barang
Berita acara serah terima barangBerita acara serah terima barang
Berita acara serah terima barangLegal Akses
 
berita acara serah terima dokumen
berita acara serah terima dokumenberita acara serah terima dokumen
berita acara serah terima dokumenLegal Akses
 
Berita acara pemeriksaan barang
Berita acara pemeriksaan barangBerita acara pemeriksaan barang
Berita acara pemeriksaan barangSuparman Man
 
03 berita-acara-rapat-gabungan-yayasan-dalam-likuidasi (1)
03 berita-acara-rapat-gabungan-yayasan-dalam-likuidasi (1)03 berita-acara-rapat-gabungan-yayasan-dalam-likuidasi (1)
03 berita-acara-rapat-gabungan-yayasan-dalam-likuidasi (1)University of Mataram
 
Pergub 49 th 2012 ttg sistem & prosedur pengelolaan keuangan daerah
Pergub 49 th 2012 ttg sistem & prosedur pengelolaan keuangan daerahPergub 49 th 2012 ttg sistem & prosedur pengelolaan keuangan daerah
Pergub 49 th 2012 ttg sistem & prosedur pengelolaan keuangan daerahrazitakhalyla
 
Berita acara serah terima inventaris 2008
Berita acara serah terima inventaris 2008Berita acara serah terima inventaris 2008
Berita acara serah terima inventaris 2008No Free
 
Berita acara serah terima barang milik negara
Berita acara serah terima barang milik negaraBerita acara serah terima barang milik negara
Berita acara serah terima barang milik negaraAivan Al Faouzan Siregar
 
Contoh Berita Acara Serah Terima Tanah
Contoh Berita Acara Serah Terima TanahContoh Berita Acara Serah Terima Tanah
Contoh Berita Acara Serah Terima Tanahgatothp
 
Download Contoh Berita Acara Serah Terima Barang
Download Contoh Berita Acara Serah Terima BarangDownload Contoh Berita Acara Serah Terima Barang
Download Contoh Berita Acara Serah Terima BarangDua Dunia
 
MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...
MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...
MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...Law Firm "Fidel Angwarmasse & Partners"
 

Viewers also liked (20)

Kronologis Kasus Nelayan Tradisional Bengkalis
Kronologis Kasus Nelayan Tradisional BengkalisKronologis Kasus Nelayan Tradisional Bengkalis
Kronologis Kasus Nelayan Tradisional Bengkalis
 
Form 13 berita acara sidang tugas akhir
Form 13 berita acara sidang tugas akhirForm 13 berita acara sidang tugas akhir
Form 13 berita acara sidang tugas akhir
 
2. b indonesia application form
2. b indonesia application form2. b indonesia application form
2. b indonesia application form
 
Memastikan Terpenuhinya Hak Hak Perempuan Pasca Perceraian
Memastikan Terpenuhinya Hak Hak Perempuan Pasca PerceraianMemastikan Terpenuhinya Hak Hak Perempuan Pasca Perceraian
Memastikan Terpenuhinya Hak Hak Perempuan Pasca Perceraian
 
Proposal penelitian pendidikan
Proposal penelitian pendidikanProposal penelitian pendidikan
Proposal penelitian pendidikan
 
Berita acara serah terima barang
Berita acara serah terima barangBerita acara serah terima barang
Berita acara serah terima barang
 
berita acara serah terima dokumen
berita acara serah terima dokumenberita acara serah terima dokumen
berita acara serah terima dokumen
 
Proposal mtq HIMAPELPALA
Proposal mtq HIMAPELPALAProposal mtq HIMAPELPALA
Proposal mtq HIMAPELPALA
 
Berita acara pemeriksaan barang
Berita acara pemeriksaan barangBerita acara pemeriksaan barang
Berita acara pemeriksaan barang
 
03 berita-acara-rapat-gabungan-yayasan-dalam-likuidasi (1)
03 berita-acara-rapat-gabungan-yayasan-dalam-likuidasi (1)03 berita-acara-rapat-gabungan-yayasan-dalam-likuidasi (1)
03 berita-acara-rapat-gabungan-yayasan-dalam-likuidasi (1)
 
Pergub 49 th 2012 ttg sistem & prosedur pengelolaan keuangan daerah
Pergub 49 th 2012 ttg sistem & prosedur pengelolaan keuangan daerahPergub 49 th 2012 ttg sistem & prosedur pengelolaan keuangan daerah
Pergub 49 th 2012 ttg sistem & prosedur pengelolaan keuangan daerah
 
Inpres No.1 Tahun 1991 tentang KHI
Inpres No.1 Tahun 1991 tentang KHIInpres No.1 Tahun 1991 tentang KHI
Inpres No.1 Tahun 1991 tentang KHI
 
Berita acara wakaf
Berita acara wakafBerita acara wakaf
Berita acara wakaf
 
Berita acara serah terima inventaris 2008
Berita acara serah terima inventaris 2008Berita acara serah terima inventaris 2008
Berita acara serah terima inventaris 2008
 
Berita acara serah terima barang milik negara
Berita acara serah terima barang milik negaraBerita acara serah terima barang milik negara
Berita acara serah terima barang milik negara
 
Contoh Berita Acara Serah Terima Tanah
Contoh Berita Acara Serah Terima TanahContoh Berita Acara Serah Terima Tanah
Contoh Berita Acara Serah Terima Tanah
 
Download Contoh Berita Acara Serah Terima Barang
Download Contoh Berita Acara Serah Terima BarangDownload Contoh Berita Acara Serah Terima Barang
Download Contoh Berita Acara Serah Terima Barang
 
KHI (Kompilasi Hukum Islam)
KHI (Kompilasi Hukum Islam)KHI (Kompilasi Hukum Islam)
KHI (Kompilasi Hukum Islam)
 
Menyoal nikah sirri
Menyoal nikah sirriMenyoal nikah sirri
Menyoal nikah sirri
 
MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...
MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...
MELARANG PERKAWINAN BEDA AGAMA : PELANGGARAN HAK KONSTITUSI DAN HAK ASASI MAN...
 

Similar to TALAK BARU

Ari sutono (penugasan makalah aik 1)
Ari sutono (penugasan makalah aik 1)Ari sutono (penugasan makalah aik 1)
Ari sutono (penugasan makalah aik 1)UNIMUS
 
makalah khitbah.docx
makalah khitbah.docxmakalah khitbah.docx
makalah khitbah.docxzeindafa1
 
Makalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agamaMakalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agamaRachman B. Prasetyo
 
Ukhuwah islam 1(persaudaraan muslim dan sesama manusia)
Ukhuwah islam 1(persaudaraan muslim dan sesama manusia)Ukhuwah islam 1(persaudaraan muslim dan sesama manusia)
Ukhuwah islam 1(persaudaraan muslim dan sesama manusia)ImamBudiyanto28
 
Ijtihad dan Madzhab.docx
Ijtihad dan Madzhab.docxIjtihad dan Madzhab.docx
Ijtihad dan Madzhab.docxZukét Printing
 
Ijtihad dan Madzhab .pdf
Ijtihad dan Madzhab .pdfIjtihad dan Madzhab .pdf
Ijtihad dan Madzhab .pdfZukét Printing
 
Pandangan islam tentang nikah beda agama
Pandangan islam tentang nikah beda agamaPandangan islam tentang nikah beda agama
Pandangan islam tentang nikah beda agamadharma negara (DNBS)
 
Pengantar Studi Islam.pdf
Pengantar Studi Islam.pdfPengantar Studi Islam.pdf
Pengantar Studi Islam.pdfGladiatorUnyuk
 
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdfSumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdfliondian
 
Masail Fiqhiyyah - Nikah Mut'ah dalam Pandangan Islam
Masail Fiqhiyyah - Nikah Mut'ah dalam Pandangan IslamMasail Fiqhiyyah - Nikah Mut'ah dalam Pandangan Islam
Masail Fiqhiyyah - Nikah Mut'ah dalam Pandangan IslamHaristian Sahroni Putra
 
Uzlah menurut dr wahbah az
Uzlah menurut dr wahbah azUzlah menurut dr wahbah az
Uzlah menurut dr wahbah azRidwan Munir
 
MATA KULIAH AL ISLAM pertemuan 4.pptx
MATA KULIAH AL ISLAM pertemuan 4.pptxMATA KULIAH AL ISLAM pertemuan 4.pptx
MATA KULIAH AL ISLAM pertemuan 4.pptxAsepRiandi2
 
Makalah_HUKUM_DAN_MORAL_DALAM_ISLAM_Disu.pdf
Makalah_HUKUM_DAN_MORAL_DALAM_ISLAM_Disu.pdfMakalah_HUKUM_DAN_MORAL_DALAM_ISLAM_Disu.pdf
Makalah_HUKUM_DAN_MORAL_DALAM_ISLAM_Disu.pdfBregedekTutut
 
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docxMakalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docxmediapro5
 
Rekontekstualisasi fikih islam
Rekontekstualisasi fikih islamRekontekstualisasi fikih islam
Rekontekstualisasi fikih islamssuser8d4c3e
 
Makalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat JumatMakalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat Jumatmujibzunari
 

Similar to TALAK BARU (20)

Ari sutono (penugasan makalah aik 1)
Ari sutono (penugasan makalah aik 1)Ari sutono (penugasan makalah aik 1)
Ari sutono (penugasan makalah aik 1)
 
makalah khitbah.docx
makalah khitbah.docxmakalah khitbah.docx
makalah khitbah.docx
 
Makalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agamaMakalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agama
 
Ukhuwah islam 1(persaudaraan muslim dan sesama manusia)
Ukhuwah islam 1(persaudaraan muslim dan sesama manusia)Ukhuwah islam 1(persaudaraan muslim dan sesama manusia)
Ukhuwah islam 1(persaudaraan muslim dan sesama manusia)
 
Ijtihad dan Madzhab.docx
Ijtihad dan Madzhab.docxIjtihad dan Madzhab.docx
Ijtihad dan Madzhab.docx
 
Ijtihad dan Madzhab .pdf
Ijtihad dan Madzhab .pdfIjtihad dan Madzhab .pdf
Ijtihad dan Madzhab .pdf
 
Pandangan islam tentang nikah beda agama
Pandangan islam tentang nikah beda agamaPandangan islam tentang nikah beda agama
Pandangan islam tentang nikah beda agama
 
Pengantar Studi Islam.pdf
Pengantar Studi Islam.pdfPengantar Studi Islam.pdf
Pengantar Studi Islam.pdf
 
Bab i, ii, iii
Bab i, ii, iiiBab i, ii, iii
Bab i, ii, iii
 
Bab i, ii, iii
Bab i, ii, iiiBab i, ii, iii
Bab i, ii, iii
 
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdfSumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
 
Masail Fiqhiyyah - Nikah Mut'ah dalam Pandangan Islam
Masail Fiqhiyyah - Nikah Mut'ah dalam Pandangan IslamMasail Fiqhiyyah - Nikah Mut'ah dalam Pandangan Islam
Masail Fiqhiyyah - Nikah Mut'ah dalam Pandangan Islam
 
Uzlah menurut dr wahbah az
Uzlah menurut dr wahbah azUzlah menurut dr wahbah az
Uzlah menurut dr wahbah az
 
MATA KULIAH AL ISLAM pertemuan 4.pptx
MATA KULIAH AL ISLAM pertemuan 4.pptxMATA KULIAH AL ISLAM pertemuan 4.pptx
MATA KULIAH AL ISLAM pertemuan 4.pptx
 
Makalah_HUKUM_DAN_MORAL_DALAM_ISLAM_Disu.pdf
Makalah_HUKUM_DAN_MORAL_DALAM_ISLAM_Disu.pdfMakalah_HUKUM_DAN_MORAL_DALAM_ISLAM_Disu.pdf
Makalah_HUKUM_DAN_MORAL_DALAM_ISLAM_Disu.pdf
 
Studi Islam
Studi IslamStudi Islam
Studi Islam
 
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docxMakalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
 
Rekontekstualisasi fikih islam
Rekontekstualisasi fikih islamRekontekstualisasi fikih islam
Rekontekstualisasi fikih islam
 
hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)
 
Makalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat JumatMakalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat Jumat
 

More from Episteme IAIN Tulungagung

PROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI
PROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABIPROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI
PROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABIEpisteme IAIN Tulungagung
 
ISLAM DAN PANCASILA: Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish Madjid
ISLAM DAN PANCASILA: Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish MadjidISLAM DAN PANCASILA: Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish Madjid
ISLAM DAN PANCASILA: Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish MadjidEpisteme IAIN Tulungagung
 
MENEGUHKAN ISLAM NUSANTARA UNTUK ISLAM BERKEMAJUAN: Melacak Akar Epistemologi...
MENEGUHKAN ISLAM NUSANTARA UNTUK ISLAM BERKEMAJUAN: Melacak Akar Epistemologi...MENEGUHKAN ISLAM NUSANTARA UNTUK ISLAM BERKEMAJUAN: Melacak Akar Epistemologi...
MENEGUHKAN ISLAM NUSANTARA UNTUK ISLAM BERKEMAJUAN: Melacak Akar Epistemologi...Episteme IAIN Tulungagung
 
HALAL BI HALAL, A FESTIVAL OF IDUL FITRI AND IT’S RELATION WITH THE HISTORY O...
HALAL BI HALAL, A FESTIVAL OF IDUL FITRI AND IT’S RELATION WITH THE HISTORY O...HALAL BI HALAL, A FESTIVAL OF IDUL FITRI AND IT’S RELATION WITH THE HISTORY O...
HALAL BI HALAL, A FESTIVAL OF IDUL FITRI AND IT’S RELATION WITH THE HISTORY O...Episteme IAIN Tulungagung
 
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...Episteme IAIN Tulungagung
 
RAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASAN
RAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASANRAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASAN
RAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASANEpisteme IAIN Tulungagung
 
MANIFESTASI BUDAYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM: Membangun Intelektualisme Budaya d...
MANIFESTASI BUDAYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM: Membangun Intelektualisme Budaya d...MANIFESTASI BUDAYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM: Membangun Intelektualisme Budaya d...
MANIFESTASI BUDAYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM: Membangun Intelektualisme Budaya d...Episteme IAIN Tulungagung
 
Islam And Chinesness: A Closer Look at Minority Moslem in Modern China Histor...
Islam And Chinesness: A Closer Look at Minority Moslem in Modern China Histor...Islam And Chinesness: A Closer Look at Minority Moslem in Modern China Histor...
Islam And Chinesness: A Closer Look at Minority Moslem in Modern China Histor...Episteme IAIN Tulungagung
 

More from Episteme IAIN Tulungagung (8)

PROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI
PROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABIPROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI
PROSES REPRODUKSI WANITA DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI
 
ISLAM DAN PANCASILA: Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish Madjid
ISLAM DAN PANCASILA: Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish MadjidISLAM DAN PANCASILA: Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish Madjid
ISLAM DAN PANCASILA: Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish Madjid
 
MENEGUHKAN ISLAM NUSANTARA UNTUK ISLAM BERKEMAJUAN: Melacak Akar Epistemologi...
MENEGUHKAN ISLAM NUSANTARA UNTUK ISLAM BERKEMAJUAN: Melacak Akar Epistemologi...MENEGUHKAN ISLAM NUSANTARA UNTUK ISLAM BERKEMAJUAN: Melacak Akar Epistemologi...
MENEGUHKAN ISLAM NUSANTARA UNTUK ISLAM BERKEMAJUAN: Melacak Akar Epistemologi...
 
HALAL BI HALAL, A FESTIVAL OF IDUL FITRI AND IT’S RELATION WITH THE HISTORY O...
HALAL BI HALAL, A FESTIVAL OF IDUL FITRI AND IT’S RELATION WITH THE HISTORY O...HALAL BI HALAL, A FESTIVAL OF IDUL FITRI AND IT’S RELATION WITH THE HISTORY O...
HALAL BI HALAL, A FESTIVAL OF IDUL FITRI AND IT’S RELATION WITH THE HISTORY O...
 
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
KONSTRUKSI NASIONALISME RELIGIUS: Relasi Cinta dan Harga Diri dalam Karya Sas...
 
RAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASAN
RAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASANRAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASAN
RAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASAN
 
MANIFESTASI BUDAYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM: Membangun Intelektualisme Budaya d...
MANIFESTASI BUDAYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM: Membangun Intelektualisme Budaya d...MANIFESTASI BUDAYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM: Membangun Intelektualisme Budaya d...
MANIFESTASI BUDAYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM: Membangun Intelektualisme Budaya d...
 
Islam And Chinesness: A Closer Look at Minority Moslem in Modern China Histor...
Islam And Chinesness: A Closer Look at Minority Moslem in Modern China Histor...Islam And Chinesness: A Closer Look at Minority Moslem in Modern China Histor...
Islam And Chinesness: A Closer Look at Minority Moslem in Modern China Histor...
 

Recently uploaded

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 

Recently uploaded (20)

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 

TALAK BARU

  • 1. PEMBACAAN BARU KONSEP TALAK Studi Pemikiran Muhammad Sa‘id Al-‘Asymāwī Muhammad Fauzinuddin Faiz Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta mufaddine@gmail.com Abstrak Artikel ini mengulas karakter pemikiran seorang tokoh Mesir kontemporer bernama Muhammad Sa’id al-’Asymāwī tentang seluk-beluk talak. Jika mengacu pada hukum Islam klasik dan pendapat para ahli, turunnya perceraian mutlak di tangan suami. Dengan perkembangan zaman dan pembaruan pemikiran hukum Islam, Muhammad Sa’id al-’Asymāwī mencoba untuk mendekonstruksi dan merekonstruksi hukum tentang perceraian dengan berbagai pendekatan, baik gender, asbab nuzul dan pendekatan lain dari dimensi sosial dan analogi liberal. Hal ini penting mengingat banyak pemikir Muslim modern yang merumuskan pembaruan pernikahan dalam hukum Islam dan juga tentang perceraian. Dengan tujuan untuk mencapai kesetaraan gender dalam pernikahan sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk reinterpretasi teks al-Qur’an dan hadis hukum keluarga; baik tentang hadis pernikahan, perceraian dan sebagainya. Dengan memahami permasalahan di atas, sekiranya kajian ini dapat menambah khazanah pemikiran Islam pada isu-isu khilafiyyah yang muncul di masyarakat, khususnya di Indonesia. [This paper examines the thoughts of a character of contemporary Egyptian named Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī dropped right on the permissibility of divorce for a wife. If referring to classical Islamic law and the opinion of jurists, dropped right in the hands of an absolute divorce her husband. With the development of the times and the renewal of Islamic legal thought,
  • 2. 274 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................. Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī trying to deconstruction and reconstructing the laws regarding divorce with a variety of approaches, both the gender approach and equalized spouses in a marriage, an approach by looking asbab-nuzul and other approaches and the social dimension of liberal analogies. This is important, because it has many modern Moslem thinkers who formulate the renewal of marriage in Islamic law and also about divorce, it is done to achieve gender equality in marriage in accordance with the times, including the reinterpretation of the text of Qur’an and hadith family law, whether it is a hadis about marriage, divorce and so on. By understanding the problems above, assuming this study can add to the treasures of Islamic thought on issues that arise in the community khilafiyyah, specially in Indonesia.] Kata kunci: Pemikiran, Perceraian, Hukum Islam, Mesir Pendahuluan Ikatan perkawinan merupakan unsur pokok dalam pembentukan keluarga yang harmonis dan penuh rasa cinta kasih. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan perkawinan memerlukan norma hukum yang mengaturnya. Penerapan norma hukum dalam pelaksanaan perkawinan terutama diperlukan dalam rangka mengatur hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga guna membentuk rumah tangga yang bahagia dan sejahtera.1 Adapun untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia, sejahtera dan kokoh adalah dengan cara membangun rumah tangga yang dihiasi atas dasar cinta, kasih sayang antara suami istri serta prinsip keadilan dan saling pengertian satu sama lain. Suami maupun istri masing-masing melaksanakan kewajiban dan memperoleh hak dari pasangannya.2 Hal yang perlu kita sadari dan kita tanamkan dalam sanubari bahwa salah satu tujuan perkawinan selain membentuk keluarga bahagia, juga bertujuan lain yang bersifat kekal. Di dalam sebuah perkawinan perlu 1  Wahbah az-Zuailī, al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuhu, Vol. 9 (Damaskus: Dār al- Fikr, t.t.), h. 315. 2   Busainah As Sayyid Al Irāqī, Asrōr Fī Hayātī al Muṭallaqāt (Bagdad: Dār Ṭuwaiq, 1996), h. 19.
  • 3. Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 275 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................ ditanamkan bahwa perkawinan itu berlangsung untuk seumur hidup dan selama-lamanya kecuali dipisahkan karena kematian. Tujuan perkawinan menurut Islam adalah menuruti perintah Allah untuk memeroleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur.3 Hal ini senada dengan surat ar-Rūm ayat 21: ْ‫ُم‬‫ك‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫َي‬‫ل‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫ن‬ُ‫ك‬ ْ‫س‬َ‫ت‬ِ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ج‬‫ا‬َ‫و‬ْ‫ز‬َ‫أ‬ ْ‫ُم‬‫ك‬ ِ‫س‬ُ‫ْف‬‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫ُم‬‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫آ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫و‬ ‫ون‬ُ‫َّر‬‫ك‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬َ‫ق‬ِ‫ل‬ ٍ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬َ َ‫آ‬‫ل‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ً‫ة‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ر‬َ‫و‬ ً‫ة‬َّ‫د‬َ‫و‬َ‫م‬ Artinya: ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”(ar-Rūm: 21).4 Namun fenomena yang terjadi di masyarakat terkadang berbicara lain, perkawinan yang diharapkan sakinah, mawaddah dan rahmah ternyata harus kandas di tengah jalan karena banyak faktor. Ketika kondisi rumah tangga mengalami perselisihan, pertengkaran dan suami istri sudah tidak bisa lagi didamaikan maka Islam memberi solusi dengan cara perceraian atau talak. Mengingat, jika pasangan suami istri dipaksakan untuk mempertahankan hubungan perkawinan yang di dalamnya sudah tidak ada lagi rasa cinta, saling tolong menolong dalam menata kehidupan dan menunaikan serangkaian hak dan kewajiban sebagi suami istri maka ketidakcocokan niscaya terjadi dan kebahagiaan rumah tangga akan sulit didapatkan.5 Sehingga, perceraian atau talak merupakan obat terakhir untuk mengakhiri pertentangan dan pergolakan antara suami istri serta menjadi jalan yang layak untuk keduanya. Kendati demikian Allah membenci perceraian atau talak. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah Saw: 3   Abud Abdul Ghani, Keluarga Muslim dan Berbagai Masalahnya, terj. Mudzakkir AS. (Bandung: Penerbit Pustaka, 1987), h. 21. 4   Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2008), h. 406. 5   Muhammad Fauzinuddin Faiz, Menelusuri Makna Perkawinan dalam al-Qur’an; Kajian Sosio-Linguistik Qur’ani (Bandung: Mizan, 2015), h. 13.
  • 4. 276 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................. ‫َى‬‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫َل‬‫ال‬َ‫حل‬ْ‫ا‬ ُ‫َض‬‫غ‬ْ‫ب‬َ‫أ‬ : َ‫ال‬َ‫ق‬ – َ‫َّم‬‫ل‬ َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫َي‬‫ل‬َ‫ع‬ ُ ّ‫ه‬‫الل‬ ‫َّى‬‫ل‬ َ‫ص‬ – ِّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬‫ا‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ 6 )‫اود‬َ‫د‬ ‫ابو‬ ُ‫ه‬‫ا‬َ‫و‬َ‫(ر‬ ُ‫َق‬‫ال‬ َّ‫الط‬ ِ َّ‫ه‬‫الل‬ Artinya: Dari Ibnu Umar RA, Dari Nabi Saw Bersabda: “Suatu perbuatan halal yang paling dimurkai Allah adalah talak.” (HR. Abu Daud). Menurut hukum Islam, seorang suami mempunyai hak talak sedangkan istri tidak. Talak adalah hak suami karena dialah yang berminat melangsungkan perkawinan, dialah yang berkewajiban memberi nafkah dan dia pula yang wajib membayar mas kawin, mut’ah, serta nafkah dan iddah. Di samping itu laki-laki adalah orang yang lebih sabar terhadap sesuatu yang tidak disenangi oleh perempuan. Laki-laki tidak akan segera menjatuhkan talak apabila marah atau sedang ada kesukaran yang menimpanya. Sebaliknya kaum wanita itu akan lebih cepat marah, kurang tabah sehingga ia ingin cepat-cepat meminta cerai hanya karena ada sebab yang sebenarnya sepele dan tidak masuk akal. Karena itulah kaum wanita tidak diberi hak untuk menjatuhkan talak. 7 Tentang kesepihakan hak talak tersebut, oleh sebagian feminis dicibir sebagai sebuah ketimpangan dan ketidaksetaraan hubungan. Kaum tradisionalis (baca: Fuqaha klasik), oleh feminis Muslim dinilai belum mampu menempatkan perempuan secara sejajar dengan laki-laki. Raja Rhouni, tatkala berusaha menelaah pemikiran Fatima Mernissi dalam bukunya yang berjudul, Secular and Islamic Feminist Critiques in the Work of Fatima Mernissi, menyatakan bahwa Islam adalah agama yang membawa misi besar, yakni rahmatan lil ‘alamin. Untuk menyebarkan rahmat bagi semua ini, Islam juga membawa misi utama untuk terwujudnya kemaslahatan, keadilan dan kebebasan. Semua aturan Islam, terutama yang tertuang dalam al-Qur’an menjadi bukti akan hal tersebut. Kalaupun kemudian muncul banyak penafsiran yang menyimpang dari misi-misi tersebut, hal ini karena adanya penafsiran terhadap al-Qur’an yang 6   Sulaiman bin ‘Asy’as Al Sijistanī, Sunan Abī Dāwūd (Beirut: Dār al Fikr, 1993), h. 120. 7   Abdul Rachmad Budiono, Peradilan Agama dan Hukum Islam di Indonesia (Malang: Banyumedia Publishing, 2013), h. 64.
  • 5. Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 277 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................ didasari oleh konteks sosial-budaya yang melingkupi para penafsirnya, atau juga karena pemahaman yang literal terhadap teks-teks hadis Nabi Muhammad Saw.8 Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, dalam salah satu magnum opus-nya yang berjudul, Jauharul Islam sangat menyayangkan para ulama fikih yang memberlakukan aturan perceraian secara sewenang-wenang, merendahkan dan merugikan kepentingan perempuan. Hal ini karena dipengaruhi oleh pengalaman yang spekulatif atau karena didikte oleh tradisi-tradisi lama atau dominasi laki-laki dan mungkin juga karena kepentingan-kepentingan sesaat. Padahal, Islam sendiri sebenarnya bermaksud memberikan status yang setara bagi perempuan tidak hanya dengan kontrak perkawinan tetapi juga ketika terjadi perceraian.9 Banyak para pemikir kontemporer—khususnya feminis Muslim— yang menganggap ketidaksetaraan itu adalah bentukan budaya, bukan lahir dari rahim Islam itu sendiri. Terlebih lagi ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa ulama fikih klasik didominasi oleh kaum laki-laki sehingga terbentuklah fikih yang cenderung patriarki dan melindungi karakter maskulin kaum laki-laki. Dalam kajian sosiologi pemikiran, kita akan dikenalkan dua macam varian dari pergerakan-pergerakan pemikiran. Pertama, gerakan yang menjaga usul-usul (fundamen), tradisi dan agama secara rigid dan tertutup, varian ini biasanya dikenal dengan front tradisionalis-konservatif. Kedua, front reformis-liberal, yakni suatu gerakan yang mengkaji agama dan tradisi secara kritis, rasional dan liberal. Begitu juga halnya dengan permasalahan relasi gender, di satu sisi terdapat kelompok yang berusaha keras mempertahankan warisan kaum terdahulu (al-Sābiqūn al-Awwalūn). Terlepas apakah warisan tersebut merupakan syariat murni atau hasil ijtihad manusia terhadap masalah-masalah kontekstual. Di sisi 8   Raja Rhouni, Secular and Islamic Feminist Critiques in the Work of Fatima Mernissi, (Leiden: Brill, 2010), h. 20. 9   Muhammad Sa‘īd al-Asymāwī, Jauharul Islām (Kairo: Madbūlī as-Sāgīr, 1996), h. 38.
  • 6. 278 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................. lain, suatu golongan berusaha mencari terobosan-terobosan baru guna menyelesaikan problem kontekstual dengan mengkaji tradisi agama dan sosial secara kritis tanpa mengenyampingkan tradisi dan pengalaman hidup leluhurnya.10 Jika kita mencoba mengklasifikasikan posisi para feminis ke dalam dua golongan tersebut, yaitu tradisionalis-konservatif dan reformis- liberal maka akan terdapat tokoh feminisme modern yang dijuluki sebagai Bapak “Feminisme” Arab; dan ia masuk pada kelompok kedua. Namanya dikenang sebagai pejuang kebebasan perempuan dari segala bentuk diskriminasi, termasuk juga diskriminasi yang berupa perkawinan hingga tatanan yang meliputinya seperti permasalahan talak, waris, dll. Seorang tokoh Mesir yang pernah menjabat sebagai hakim agung di Mahkamah Isti’naf ini bernama lengkap Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī. Ia mengadakan pembaruan di bidang sosial, di antaranya permasalahan kaum perempuan. Ia menafsirkan kembali (reinterpretasi) dengan jalan mengkritisi, “dekonstruksi” dan rekonstruksi terhadap syariat-syariat Islam yang menjadi pemicu timbulnya diskriminasi dan subordinasi terhadap perempuan.11 Menurutnya, syariat tidak datang sekali waktu dan tidak sekadar menurunkan perintah saja. Ia terkait dengan realitas dan berkelindan dalam jaringannya. Ia mengambil pranata-pranata dan budaya yang berlaku pada realitas sosial. Kaidah-kaidah dalam realitas sosial dijadikan sebab-sebab turunnya. Hukum-hukum syariat mengikuti perkembangan realitas sosial dan selalu melangkah dalam perkembangan tersebut. Oleh karena itu, menurut Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, menjelaskan dasar-dasar syariat dan membatasi objek-objeknya dengan realitas sosial—dalam membahas prinsip dasar syariat—harus menjadi tujuan utama ketika hendak menerapkan syariat (Islam). Jika tidak maka ia hanya menjadi sekadar pembahasan teoritis dan penyelidikan logis yang 10   Qasim Amin, Taḥrīr al-Mar’ah (Kairo: Dār al-Ma’ārif, 1970), h. 82. 11   Muhammad Sa‘īd al-Asymāwī, Uṣūl as-Syarī‘ah (Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr, 1996), h. 41
  • 7. Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 279 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................ bertentangan dengan spirit agama dan inti Islam itu sendiri.12 Dalam salah satu pendapatnya yang sangat kontroversial, Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, menyatakan bahwa istri punya hak untuk menuntut talak suami, atau dengan kata lain, hak talak tidak mutlak milik suami, akan tetapi istri pun diberi hak dan wewenang untuk melakukan sebaliknya (baca: menjatuhkan talak terhadap suami). Konsep yang ia tawarkan berawal dari pemahaman akad dalam nikah. Menurutnya, akad pernikahan dalam syariat Islam hanya terpaku pada akad madani (sipil) humanis dan bukan pada akad keagamaan. Jika agama berbicara perkawinan maka peran agama di situ hanya sebatas melegalkan saja, sedangkan secara teknisi talak mutlak kewenangan masyarakat sipil tersebut (baik laki-laki ataupun perempuan).13 Sedangkan yang dimaksud dengan akad madani (sipil) adalah akad harus disertai dengan keadilan hukum karena ini tidak hanya terjadi dari pihak suami saja, istripun punya hak dan ikut andil dalam urusan nikah, begitu juga implikasinya, termasuk talak.14 Biografi dan Genealogi Intelektual Muhammad Sa‘īd al-Asymāwī Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, yang selanjutnya disebut al- ‘Asymāwī adalah seorang pemikir liberal15 kelahiran Mesir pada tahun 1932. Tokoh yang sekarang tinggal di kawasan Zamalek ini—sebuah kawasan elit yang menjadi tempat tinggal para diplomat Arab di Mesir— menyelesaikan studinya di fakultas hukum Universitas Farouk II di Kairo pada tahun 1954, salah satu kampus terkemuka di Mesir yang konon banyak melahirkan pemikir-pemikir Islam yang andal, berpikiran liberal 12   Ibid., h. 41. 13   Muhammad Sa‘id al-Asymāwī, as-Syarī’ah al-Islāmiyyah wa al-Qōnūn al-Miṣri (Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr, 1996), h. 44. 14   Ibid., h. 45. 15   Istilah liberal dalam kajian ushul fikih ini berdasarkan istilah yang digunakan oleh Wael B. Hallaq dalam mengkaji pertumbuhan dan perkembangan ushul fikih sejak lahir dan mengalami modifikasi luar biasa di abad kontemporer. Lihat Wael B. Hallaq, Sejarah Teori Hukum Islam, terj. E. Kusnadiningrat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 345.
  • 8. 280 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................. dan kompeten dalam bidangnya. Sebut saja di antaranya Amin Khulī, Ṭaha Husain, Nasr Hamid Abu Zaid dan lain-lain. Riwayat pendidikannya dilanjutkan ke Universitas Harvard Amerika Serikat.16 Al-‘Asymāwī mempunyai banyak karya dalam karier intelektualnya, khususnya yang berkaitan dengan tema fikih, syariah dan ushul fikih. Akan tetapi tidak banyak buku atau artikel yang menjelaskan panjang lebar tentang biografinya berikut sepak terjangnya secara rinci dalam dunia intelektual. Namun yang pasti bahwa Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī adalah seorang juris, pakar perbandingan hukum Islam, hukum konvensional dan penantang utama terhadap ideologisasi agama Islam di Mesir.17 Setelah secara akademik tercatat lulusan sebagai ahli Hukum, al- ‘Asymāwī lantas terjun dalam ranah praksis persoalan-persoalan hukum sebagai konsekuensi atas kemampuannya memahami materi-materi hukum. Upaya yang dilakukannya tidak sia-sia dan menuai hasil hingga al-‘Asymāwī tercatat sebagai asisten pengacara dan kemudian jaksa wilayah di Alexandria. Ia diangkat hakim pada tahun 1961 dan pada tahun 1971 ia menjabat sebagai Penuntut Umum. Pada tahun 1981 ia diangkat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Kriminal, Ketua Pengadilan Tinggi Banding Kairo (High Court of Appeals) dan Ketua Pengadilan Tinggi Keamanan Negara di Mesir (High Court of State Security). Maka tidak heran bila al-‘Asymāwī kemudian lebih dikenal sebagai pemikir yang bukan saja paham atas logika-logika hukum Islam, tapi juga memahami logika-logika perbandingan hukum di berbagai belahan dunia khususnya di kalangan civitas Universitas Kairo.18 Selain itu, ia juga menjadi dosen di beberapa Perguruan Tinggi di Mesir dan di Barat. Dari dua latar belakang di atas maka hukum dan undang-undang merupakan bidang kajiannya.19 16   http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Sa’id_al-Asymāwī , diakses tanggal 28 Oktober 2015. 17   Nur Lailatul Musyafa’ah, “Pembaruan Pemikiran Hukum Islam Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī”, dalam Jurnal Halaqa, Vol. 6, No. 1, April, 2007, h. 32-34. 18  Carolyn Fluehr, Against Islamic Extremism: The Writings of Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī (Gainesville: University Press of Florida, 1998), h. 91. 19   Ibid., h. 92.
  • 9. Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 281 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................ Sebagai bentuk kesungguhannya dalam dunia hukum, pada tahun 1978 al-‘Asymāwī melakukan penelitian terkait dengan problematika hukum formal di Harvard Law School dan juga di Amerika Serikat pada tahun yang sama. Dari aktivitas ini tampak bahwa pergolakan keilmuwan yang dialami al-‘Asymāwī cukup kompleks, tidak hanya bergaul dengan referensi-referensi yang berasal dari dunia Islam sebagai sumber hukum Islam, tapi juga referensi-referensi dari Barat yang konon lebih menimbang tradisi hukum melalui pendekatan rasional dan kemanusiaan.20 William E. Shepard, salah satu dosen senior dalam studi keagamaan, menyebutkan bahwa al-‘Asymāwī adalah termasuk tokoh ahli hukum yang terlibat larut dalam perbincangan mengenai berbagai wacana, khususnya mengenai moralitas baik yang bersumber dari Islam atau Barat. Keterlibatan ini sebenarnya, tegas E. Shepard, sebagai kelanjutan dari pewarisan intelektual yang pernah dimarakkan oleh Muhammad Abduh dengansemangatnyamenggunakanrasionalitasdalammemahamiagama.21 Al-‘Asymāwī sangat diuntungkan dengan kondisi sosial budaya Mesir yang secara akademik dekat dengan sebuah masa di mana negeri Mesir dikenal sebagai gudang ilmuwan yang sangat merdeka dalam mengutarakan pendapat. Di tengah kondisi seperti inilah, al- ‘Asymāwī tumbuh dan berkembang. Intelektualisme al-‘Asymāwī banyak dipengaruhi—walaupun tidak secara langsung—oleh para tokoh yang lantang menyuarakan pembaruan. Di antara mereka ada tokoh-tokoh yang sangat disegani dalam dunia pemikiran Islam, seperti al-Afganī, Raṣīd Ridā, Muhammad Abduh dan lain-lain. Secara langsung ataupun tidak, al-‘Asymāwī bersinggungan dengan pemikiran-pemikiran yang sangat plural dan liberal ini. Termasuk ketika dalam pendidikannya, tentunya ia tidak asing dengan pergulatan wacana yang ada di Mesir, sampai ketika akhirnya ia diangkat menjadi hakim agung pemerintah. Otomatis 20   Ibid. 21   William E. Shepard, “Muhammad Sa’i>d al-‘Asyma>wi> and the Application of the Sharia in Egypt”, dalam International Journal of Middle East  Studies, Vol. 28, No. 1 (Amerika: Cambridge University Press, 1996), h. 58.
  • 10. 282 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................. ia harus menjawab permasalahan yang tidak hanya berkaitan dengan kondisi masyarakat secara aktual, tetapi juga berkaitan dengan hukum yang bersifat kontemporer yang tidak bisa dengan hanya menggunakan pendekatan hukum Islam semata tanpa menggunakan piranti-piranti dan disiplin ilmu lainnya berupa sosial, politik, budaya dan ekonomi.22 Oleh karena itu, dikarenakan pola pikir yang begitu liberal dalam menjawab persoalan umat maka tak jarang ia mendapat ancaman dan serangan dari ulama-ulama yang berseberangan dengannya. Bahkan ia pernah diancam dibunuh karena dianggap kafir. Oleh karena itulah, sampai sekarang ia masih hidup di bawah perlindungan aparat pemerintah Mesir selama 24 jam. Ia juga sangat produktif dalam bidang tulis-menulis. Tercatat ia aktif menulis di berbagai media massa di Mesir, di antaranya kolom tetap di majalah mingguan Oktober dan juga menulis berbagai buku dalam bidang hukum yang banyak diminati. Buku yang ia tulis di antaranya: Buku berbahasa Arab, seperti Usūl asy-Syarī‘ah, as-Syarī‘ah al-Islāmiyyah wa al-Qānūn al-Miṣrī, Haqīqah al-Hijāb wa Hujjiyyah al-Hadīṡ, Jauhar al-Islām, Rūh al-‘Adālah, al-‘Aqlu fī al-Islām, dll. Buku berbahasa Inggris (Development of Religion, Roots of Islam ic Law, Islam and Religion, Militant Doctorine in Islam, Religion for the Future. Buku berbahasa Persia (L’Islamisme Contre L’Islam, Contre L’Inte’grisime Islam iste.23 Talak dalam Perspektif Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī Al-‘Asymāwī mempunyai pendapat sendiri tentang konsep talak yang didasarkan pada interpretasinya terhadap ayat al-Qur’an dan hadis serta nilai-nilai universalnya. Tentu interpretasinya itu tidak terlepas dari metode istinbat al-ahkam sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Dalam kitab Rūh al-‘Adālah, al-‘Asymāwī memaparkan beberapa ayat yang menjadi dasar para ulama dalam menetapkan hak 22   Ibid., h. 38-39. 23   Daftar kitab-kitab ini dikutip di bagian akhir kitab Jauharul Islām dan Haqīqah al-Ḥijāb wa Hujjiah al-Hadīṣ karya Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī.
  • 11. Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 283 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................ otoritas talak adalah mutlak di tangan suami. Namun yang berbeda, al- ‘Asymāwī memberi interpretasi tersendiri dan berbeda dengan beberapa ulama klasik sehingga konklusinya pun jauh berbeda dari pendapat mereka.24 Ayat pertama adalah surat at-Talāq (65) 1: َ‫هلل‬‫ا‬‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ة‬َّ‫د‬ ِ‫لع‬ْ‫ا‬‫وا‬ ُ‫ص‬ْ‫ح‬َ‫أ‬َ‫و‬َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬َّ‫د‬ ِ‫ع‬ِ‫ل‬َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫و‬ُ‫ِّق‬‫ل‬ َ‫َط‬‫ف‬ َ‫اء‬ َ‫س‬ِّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫َّق‬‫ل‬ َ‫ط‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ُّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬‫ا‬َ‫ي‬ َ‫ْك‬‫ل‬ِ‫ت‬َ‫و‬ ٍ‫ة‬َ‫ن‬ِّ‫ي‬َ‫ب‬ُ‫م‬ ٍ‫ة‬ َ‫ش‬ِ‫ح‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ب‬ َ ْ‫ن‬‫ي‬ِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬َّ‫ال‬ِ‫إ‬ َ‫ن‬ْ‫ج‬ُ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫ي‬َ‫ال‬َ‫و‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫و‬ُ‫ي‬ُ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫و‬ُ‫ج‬ِ‫ر‬ْ‫خ‬ُ‫ت‬َ‫ال‬ ْ‫ُم‬‫ك‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ث‬ِ‫د‬ْ‫ح‬ُ‫ي‬ َ‫هلل‬‫ا‬ َّ‫ل‬َ‫َع‬‫ل‬ ْ‫ي‬ِ‫ر‬ْ‫د‬َ‫ت‬ َ‫ال‬ ُ‫ه‬ َ‫ْس‬‫ف‬َ‫ن‬ َ‫َم‬‫ل‬ َ‫ظ‬ ْ‫د‬َ‫َق‬‫ف‬ ِ‫هلل‬‫ا‬ َ‫د‬ْ‫و‬ُ‫د‬ُ‫ح‬ َّ‫د‬َ‫ع‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ِ‫هلل‬‫ا‬ ُ‫د‬ْ‫و‬ُ‫د‬ُ‫ح‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ذ‬ َ‫د‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ Artinya: “Hai nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum- hukum Allah maka sesungguhnya ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.”25 Menurut al-‘Asymāwī, maksud umum ayat ini adalah dalil dari disyariatkannya talak dalam Islam. Talak ibarat sebuah obat yang dapat menjadi penawar bagi penyakit. Islam menghalalkan talak demi perdamaian. Seandainya Islam tidak mensyariatkan talak, niscaya betapa banyak pasangan suami istri yang teraniaya dalam rumah tangganya sendiri, sedangkan Islam tidak menghendaki adanya penganiayaan maka talak adalah sebuah rahmat dan pintu darurat untuk menyelesaikan masalah dalam rumah tangga.26 Secara kritis al-‘Asymāwī menguraikan bahwa ayat tersebut hanya dalil dari diperbolehkannya talak tanpa melihat siapa yang memiliki 24   Muhammad Sa‘īd al-Asymāwī, Rūh al-‘Adālah (Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr, 1996), h. 38. Selain di kitab Rūḥ al-‘Adālah, al-‘Asymāwī juga membahas permasalahan perdata (aḥwāl as-Syakhṣiyyah) yang menyangkut tentang perkawinan dan talak ini di kitab as-Syarī’ah Islāmiyyah wa al-Qōnūn al-Miṣrī, h. 44., Jauharah al-Islām, h. 38., dan Uṣūl as-Syarī’ah, h. 75. 25   Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, h. 558. 26   Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, Ḥiṣād al-‘Aql (Kairo: Thab’at al-Qahirah, 1992), h. 48-50.
  • 12. 284 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................. otoritas dalam hal mentalak. Di zaman nabi, nabilah yang mentalak istrinya disebabkan pranata Arab waktu itu memang adanya partiarki yang tidak bisa dihapus secara total dan langsung. Ia juga menambahkan bahwa meskipun ayat tersebut merupakan sebuah syariat yang khitāb-nya diperuntukkan untuk nabi dengan menggunakan hukum universal mencangkup keseluruhan, namun dikarenakan itu sebuah syariat manifestasi jalan keluar bagi suami istri yang sudah tidak bisa mempertahankan tali yang sangat kuat sehingga syāri’ memberikan solusi dengan jalan talak.27 Namun solusi di sini bukan berarti hak talak mutlak di tangan suami, pemahaman demikian sangat jauh dari substansi keadilan sehingga perlu adanya pemahaman baru yang lebih mendekati poin-poin keadilan antara dua belah pihak yang berkomitmen untuk melaksanakan syariat yang dimaksudkan Tuhan. Adapun mengenai hak otoritas talak yang sebelumnya menurut ulama klasik menjadi hak mutlak suami itu merupakan sebuah pemahaman agama (teks syariat) itu sendiri, bukan sebuah agama atau syariat.28 Ayat kedua adalah surat al-Baqarah (2) 229 : ٍ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ر‬ْ‫ع‬َ ِ‫م‬‫ب‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫و‬ُ‫ح‬ِّ‫ر‬ َ‫س‬ْ‫و‬َ‫أ‬ ٍ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ر‬ْ‫ع‬َ ِ‫م‬‫ب‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫ُو‬‫ك‬ ِ‫س‬ْ‫م‬َ‫أ‬َ‫ف‬ َّ‫ن‬ُ‫َه‬‫ل‬َ‫ج‬َ‫أ‬ َ‫ن‬ْ‫غ‬َ‫ل‬َ‫ب‬َ‫ف‬ َ‫اء‬ َ‫س‬ِّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫َّق‬‫ل‬ َ‫ط‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ذ‬ِ‫خ‬َّ‫ت‬َ‫ت‬ َ‫لا‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ َ‫ْس‬‫ف‬َ‫ن‬ َ‫َم‬‫ل‬ َ‫ظ‬ ْ‫د‬َ‫َق‬‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ْ‫ل‬َ‫ْع‬‫ف‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫د‬َ‫ت‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ِ‫ل‬ ‫ا‬ً‫ار‬َ‫ر‬ ِ‫ض‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫ُو‬‫ك‬ ِ‫س‬ْ ُ‫م‬‫ت‬ َ‫لا‬َ‫و‬ ِ‫ة‬َ‫ْم‬‫ك‬ِ‫حل‬ْ‫ا‬َ‫و‬ ِ‫اب‬َ‫ت‬ِ‫ك‬‫ل‬ْ‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫ُم‬‫ك‬ْ‫َي‬‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ل‬َ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫أ‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ْ‫ُم‬‫ك‬ْ‫َي‬‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫هلل‬‫ا‬ َ‫ة‬َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫ك‬ْ‫ذ‬‫ا‬َ‫و‬‫ا‬ً‫و‬ُ‫ز‬ُ‫ه‬ ِ‫هلل‬‫ا‬ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫آي‬ ٌ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ع‬ ٍ‫ء‬ْ‫ي‬ َ‫ش‬ ِّ‫ُل‬‫ك‬ِ‫ب‬ َ‫هلل‬‫ا‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫َم‬‫ل‬ْ‫ع‬‫ا‬َ‫و‬ َ‫هلل‬‫ا‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫ُم‬‫ك‬ ُ‫ظ‬ ِ‫ع‬َ‫ي‬ Artinya: “Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma’ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan karena dengan demikian kamu menganiayanya. Barangsiapa 27   Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, Ma‘ālim al-Islam (Kairo: Sina’ Li al-Nasyr, 1989), h. 31-33. 28   Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī membedakan antara al-Dīn (agama) dan ­al- Fikr al-Dīn (pemikiran tentang agama). Agama menurut al-‘Asymāwī adalah sebuah syariat yang ada dalam nash termasuk dalam hal ini adalah syariat tentang talak. Adapun pemikiran tentang agama adalah apa pun selain yang ada di nash, baik itu dari ijtihad seorang mujtahid, tafsir seorang mufasir, syarah seorang syarih ataupun hukum yang ditentukan oleh hakim yang mana semuanya bisa jadi salah dan bisa jadi benar, termasuk tentang hak mutlak talak yang diformulasikan oleh ulama klasik. Lihat Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, Jauharah al-Islām…, h. 33.
  • 13. Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 285 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................ berbuat demikian maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan dan ingatlah nikmat Allah padamu dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu, yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.29 Pada surat al-Baqarah ayat 229, menurut al-‘Asymāwī, terdapat spirit keadilan yang dimunculkan dalam pesan kesetaraan hak antara suami dan istri dalam hal talak. Ayat tersebut menerima hak kedua pasangan perkawinan untuk bercerai. Ayat yang berkaitan dengan perceraian ini, memberi hak bagi suami maupun istri untuk membebaskan diri mereka sendiri dari ikatan perkawinan.30 Meneliti ayat-ayat tentang talak di atas, menurut al-‘Asymāwī, telah dijelaskan secara gamblang bahwa al-Qur’an sangat memperhatikan kemaslahatan perempuan. Pesan yang terkandung di dalamnya juga mementingkan keadilan, kasih sayang dan pergaulan yang ma’ruf. Tentunya nilai terdalam dari ayat-ayat al-Qur’an ini sangat jauh dari pemahaman bahwa talak merupakan wilayah eksklusif laki-laki, tanpa memperhatikan dari sisi perempuan. Al-‘Asymāwī menyebutkan bahwa penjatuhan hak talak tidak hanya berada pada jalur laki-laki, perempuan pun punya hak yang sama dalam melakukan pelepasan ikatan nikah (talak).31 Ditinjau dari akad dalam perkawinan itu sendiri, menurut al- ‘Asymāwī akad perkawinan dalam syariat Islam adalah akad humanis (akad sipil) dan bukan merupakan sebuah akad keagamaan. Al-‘Asymāwī menulis: Akad dalam perkawinan tersebut adalah manifestasi pelaksanaan ijab-qabul dari kedua mempelai yang telah dewasa—atau orang yang mewakilinya— dan menjadi sah dengan kehadiran dua saksi, tanpa ada proses keagamaan atau teknis lainnya. Meskipun akad ini sudah jelas dan gamblang, tidak samar dan tidak diperdebatkan, tetapi pemikiran keagamaan dalam Islam dan budaya-budaya dalam berbagai masyarakat menambahkan kepadanya 29   Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, h. 37. 30   Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, Ma’alim al-Islam…, h. 31-33. 31   Ibid., h. 33.
  • 14. 286 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................. sentuhan keagamaan, lalu apa yang seharusnya tidak lazim dan dan tidak wajib ditambahkan kepadanya, selanjutnya semua itu dirangkai sedemikian rupa sehingga akad pernikahan, pengaruh dan dampak yang dilahirkan dijadikan sebagi hukum keagamaan, padahal syariat tidak selamanya dimaksudkan demikian.32 Selanjutnya, al-‘Asymāwī menjelaskan bahwa yang maksud dari akad humanis adalah akad antarsesama manusia yang tentunya harus ada kesepakatan kedua belah pihak dalam melakukan transaksi yang berupa ijab-qabul tersebut, akan terasa tidak adil jika transaksi sosial hanya disandangkan secara sepihak, sebagaimana akad sosial yang terdapat dalam jual beli. Begitupun implikasi akhir seperti pelepasan ikatan dalam perkawinan juga tidak bisa dilepas atau diputus secara sepihak pula karena sejatinya fungsi syariah itu dimaksudkan untuk membangkitkan spirit agama pada diri orang yang menerapkan akad dan membangkitkan semangat keadilan pada jiwa orang yang mengerjakan konsekuensi- konsekuensinya supaya tidak tergelincir walaupun di bawah tekanan perasaan atau terperosok walaupun dengan upaya memalsukan makna keadilan. Sehingga menurut al-‘Asymāwī, seorang istri pun memiliki hak yang sama untuk memutus tali transaksi sosial berupa perkawinan tersebut. Dengan demikian, syariat menjadikan setiap orang dalam masyarakat Islam sebagai “hakim” (qādi) yang menghukumi dengan keadilan walaupun kepada dirinya sendiri dan menghukumi dengan keutamaan meskipun menyakitkan buat dirinya. Dan itulah karakteristik dari syariat Islam.33 Untuk menguatkan pendapatnya ini, al-‘Asymāwī mengutip sebuah ayat dalam surat an-Nisa’ (4) 135 sebagai berikut: ْ‫ُم‬‫ك‬ ِ‫س‬ُ‫ْف‬‫ن‬َ‫أ‬ ‫َى‬‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫َو‬‫ل‬َ‫و‬ ِ َّ‫ه‬‫لل‬ َ‫اء‬َ‫د‬َ‫ه‬ ُ‫ش‬ ِ‫ط‬ ْ‫س‬ِ‫ْق‬‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬َ ْ‫ن‬‫ي‬ِ‫ام‬َّ‫و‬َ‫ق‬ ‫وا‬ُ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ك‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫ام‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri.”34 32   Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, as-Syari’ah Islāmiyyah…, h. 44.-45. 33   Ibid., h. 45. 34   Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.., h. 100.
  • 15. Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 287 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................ Kesimpulan Dari biografi dan genealogi pemikiran yang singkat ini, dapat dipahami bahwa al-‘Asymāwī merupakan tokoh ahli hukum yang memiliki hubungan yang cukup luas. Kondisi ini yang memungkinkan terbangunnya dua nalar yang tumbuh dalam diri al-‘Asymāwī. Pertama, dengan intensitasnya bergumul melalui kajian hukum dalam perspektif Islam, al-‘Asymāwī memiliki kepiawaian untuk berdiskusi dengan kelompok-kelompok Islam, baik dari kalangan rasionalis hingga fundamentalis, bahkan sampai pada titik saling berargumentasi sesuai dengan pemahamannya mengenai hukum Islam dan dialektikanya dengan kenyataan umat Islam terkini. Sementara, yang kedua, dengan jalinan hubungan tanpa tapal batas dan berkomunikasi intens dengan keilmuwan yang berkembang di Barat, memungkinkan al-‘Asymāwī dapat mengenal logika-logika hukum yang bersumber dari orang lain (Barat). Misalnya, al-‘Asymāwī mengenal dengan cukup piawai mengenai undang-undang hak asasi manusia (HAM) yang notabenenya bersumber dari diskusi-diskusi hukum di belahan dunia Barat. Ide pembaruan al-‘Asymāwī yang kontroversial memancing reaksi keras dari beberapa kalangan. Tidak heran jika dalam hal keamanan, pengawalan al-‘Asymāwī sangat ketat sekali karena ia menyadari bahwa ide yang tertuang dalam berbagai karyanya adalah sangat kontroversial, terutama bagi kalangan Islāmiyyīn, yang sangat kental dalam masyarakat Mesir. Al-‘Asymāwī menolak untuk tinggal atau bekerja di luar negeri. Ia memilih untuk tinggal di Mesir sekalipun ia mendapat ancaman dari kaum ekstremis Islam.35 35   Hal ini tentu berbeda dengan beberapa tokoh liberal Mesir lainnya seperti Naṣr Ḥāmid Abū Zaid yang mengalami nasib “tragis” sebagai seorang intelektual. Bahkan yang paling parah adalah ketika Naṣr divonis sebagai seorang yang telah murtad oleh mahkamah Mesir sehingga berimplikasi pada penceraian secara paksa terhadap istrinya dan juga berakibat pada pengusirannya dari Mesir. Lihat Fluehr, Against Islamic Extremism…, h. 93.
  • 16. 288 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................. Daftar Pustaka Abdul Ghani, Abud, Keluarga Muslim dan Berbagai Masalahnya, terj. Mudzakkir AS., Bandung: Penerbit Pustaka, 1987. Amin, Qasim, Tahrīr al-Mar’ah, Kairo: Dār al-Ma’ārif, 1970. Al, Asymāwi, Muhammad Sa‘īd, Jauharah al-Islam, Kairo: Madbūlī as- Ṣāgīr, 1996. --------, as-Syari’ah al-Islāmiyyah wa al-Qōnūn al-Miṣrī, Kairo: Madbūlī as- Ṣāgīr, 1996. --------, Uṣūl as-Syarī’ah, Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr, 1996. --------, Al-Islām al-Siyāsī, Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr, 1996. --------, Ḥiṣād al-‘Aql, Kairo: Ṭab’ah al-Qāhirah, 1992. --------, Ma‘ālim al-Islām, Kairo: Sina’ Li al-Nasyr, 1989. --------, Ḥaqīqah al-Ḥijāb wa Hujjiyyah al-Ḥadīth, Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr, 1996. --------, Rūh al-‘Adālah, Kairo: Madbūlī as-Ṣāgīr, 1996. al, Irāqi, Busainah As Sayyid, Asrōr Fī Hayāti Al Muṭollaqāt, Baghdad: Dār Ṭuwaiq,1996. al, Sijistaāni, Sulaiman bin Al Asy’ats, Sunan Abū Dāwūd, Beirut: Dār el Fikr, 1993. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, 2008. Fluehr, Carolyn, Against Islamic Extremism: The Writings of Muhammad Sa‘īd al-‘Asymāwī, Gainesville: University Press of Florida, 1998. Faiz, Muhammad Fauzinuddin, Menelusuri Makna Perkawinan dalam al- Qur’an; Kajian Sosio-Linguistik Qur’ani, Bandung: Mizan, 2015. Hallaq, Wael B, Sejarah Teori Hukum Islam, terj. E. Kusnadiningrat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001. Rachmad Budiono, Abdul, Peradilan Agama dan Hukum Islam di Indonesia, Malang: Banyumedia Publishing, 2013. Rhouni, Raja, Secular and Islamic Feminist Critiques in the Work of Fatima Mernissi, Leiden: Brill, 2010. Shepard, William E., “Muhammad Sa’īd al-‘Asymāwī and the Application of the Sharia in Egypt”, dalam International Journal of Middle East
  • 17. Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 ж 289 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak................ Studies, Vol. 28, No. 1. Amerika: Cambridge University Press, 1996. Zuḥailī, Waībah, al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuhu, Damaskus: Dār al-Fikr, t.t.
  • 18. 290 ж Epistemé, Vol. 10, No. 2, Desember 2015 M. Fauzinuddin Faiz: Pembacaan Baru Konsep Talak.................