SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
NIKAH MUT’AH DALAM PANDANGAN ISLAM
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Masail Fiqhiyyah
Dosen Pengampu : DR. Muhammad Sarbini, MH.I
Disusun Oleh :
Indra Prayoga
NIM 201321048
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH
BOGOR
2016 M/ 1437 H
Alamat : JL. Raya Dramaga Km 6, Gg. Radar Baru, Kel.Margajaya,
Kec. Bogor Barat – Bogor. Telp./ Fax : (0251)-8625187
i
KATA PENGANTAR
Assalamulaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh
Maha suci Allah l dan segala puji hanya milik-Nya.Penggenggam segala
sesuatu yang telah memberikan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya dalam
melakukan segala aktivitas. Shalawat beserta salam semoga di limpahkan selalu
kepada sebaik-baiknya manusia yaitu Nabi Muhammad n, dan kepada para
sahabatnya, keluarganya, Thabi‟in, Thabi‟ut-thabiin dan pada umatnya yang tetap
berpegang teguh memegang risalahnya.
Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah l, kami dapat
menyelesaikan penulisan tugas makalah “Nikah Mut’ah dalam Pandangan Islam”
ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan serta sebagai syarat untuk
memenuhi nilai mata kuliah Masail Fiqhiyyah di Semester VI Perkuliahan STAI
Al-Hidayah Bogor.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan.untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun. Semoga segala
partisipasi dan bantuan dari semua pihak dalam penyusunan makalah ini baik itu
secara materil ataupun formil menjadi amal ibadah di sisi Allah ldan mendapat
balasan yang tak terhingga. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan umumnya bagi seluruh mahasiswa.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi. Wabarokatuh.
Bogor, Agustus 2016
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
D. Metode Penulisan......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Definisi Nikah Mut‟ah ................................................................. 3
B. Hukum Nikah Mut‟ah .................................................................. 4
C. Hikmah Dilarangnya Nikah Mut‟ah............................................. 5
BAB III PENUTUP......................................................................................... 14
A. Kesimpulan .................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan berjalannya waktu, fenomena dan segala permasalahan yang timbul
dalam kehidupan social manusia semakin kompleks. Banayak permasalahan yang
terjadi pada dewasa ini belum atau bahkan tidak terjadi sama sekali pada zaman
Rasulullah dan para ulama ahli fiqh lainnya. Sehingga sering sekali terjadi
silang pendapat untuk menyelesaikannya. Dalam kehidupan manusia, pada usia
tertentu, bagi seorang pria maupun seorang wanita timbul kebutuhan untuk hidup
bersama dengan lawan jenisnya. Hidup bersama antara seorang pria dan wanita
tersebut tidak selalu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis semata,
namun terkadang juga keinginan untuk mendapat anak keturunannya, ataupun
hanya untuk memenuhi hawa nafsu belaka.
Allah menetapkan adanya aturan tentang pernikahan bagi manusia.
Tujuannya untuk menyelamatkan dan mengatur kehidupan manusia. Manusia
tidak boleh berbuat semaunya seperti binatang, menikah dengan lawan jenis
semaunya. Allah telah memberikan batas dengan peraturan-peraturannya, yaitu
dengan syari‟at yang terdapat dalam kitab-Nya dan hadits rasul-Nya dengan
hukum-hukum pernikahan. Pernikahan adalah sunnatullah, hukum alam dunia dan
merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita. Namun, dewasa ini
mulai popular adanya kawin kontrak, atau dalam istilah fiqh disebut dengan nikah
mut’ah. Bagaimanakah Islam menanggapi fenomena tersebut? Oleh karena itu,
dalam makalah ini akan dibahas mengenai kawin kontrak menurut sudut pandang
Islam.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di
rumuskan beberapa rumusan masalah tentang Nikah Mut’ah dalam Perspektif,
diantaranya :
1. Apa itu Nikah Mut‟ah?
2. Bagaimana Islam memandang status hokum Nikah Mut‟ah?
3. Apa saja faktor dilarangnya Nikah Mut‟ah?
2
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah
mempelajari tentang Nikah Mut’ah dalam Perpektif Hukum Islam) serta
pembahasan yang mencakup ruang lingkup di dalamnya seperti Dalil-dalil dan
hikmah atas pelarangannya.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang dilakukan oleh penyusun adalah dengan menggunakan
metode pustaka (Library research) yaitu mencari dan mengumpulkan data-data
ilmiah yang relevan dengan tema yang akan dibahas, terutama yang terdapat
dalam kitab-kitab fiqh yang mempelajari tentang Bab Bentuk Pernikahan yang
dilarang syariat Islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Nikah Mut’ah
Membahas nikah mut‟ah tidal lepas dari penegrtian nikah dan mut‟ah. Ulama
fiqh pengikut madzhab yang empat (Syafi‟I, Hanafi, Maliki, dan Hambali) pada
umumnya mendefinisikan nikah (perkawinan) dengan: “ Akad yang membawa
kebolehan (bagi seorang laki-laki untuk berhubungan badan dengan seorang
perempuan) dengan (diawali dalam akad) lafazh nikah atau kawin, atau makna
yang serupa denagn kedua kata tersebut.” Sedangkan menurut UU No.1 Tahun
1974 tentang perkwinan, nikah atau perkawinan ialah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa (Pasal 1 UU Perkawinan). Adapun definisi mut‟ah berasal dari mata‟a
(tamatta‟a) yang berarti bersenang-senang.1
Dikatakan kawin kontrak atau nikah mut‟ah, yaitu apabila seorang laki-laki
menikahi seorang perempuan dengan menentukan lamanya masa pernikahan
mereka, baik sehari, seminggu, maupun sebulan.2
Nikah mut‟ah disebut juga
zawaj muaqqat (kawin sementara) dan zawaj mungqathi (kawin kontrak), yaitu
seorang laki-laki menyelenggarakan akad nikah dengan seseorang perempuan
untuk jangka waktu sehari, atau sepekan, sebulan, atau batasan-batasan waktu
lainnya yang telah diketahui.3
Dan ini adalah perkawinan yang sudah disepakati akan keharamannya dan jika
seseorang mengadakan akad nikah semacam ini berarti ia terjerumus pada
perbuatan yang bathil4
Kawin kontrak juga dinamakan nikah mut‟ah (berasal dari bahasa Arab,
“istamta’a” yang artinya menikmati) karena tujuan laki-laki yang melakukanya
adalah untuk memanfaatkan dan menajdikan pernikahan sebagai sarana mencari
1
Abdurrohman Kasdi, Masail Fiqhiyyah, Kudus: STAIN Kudus, 2011, hlm. 83-86.
2
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara, 2013. Hlm. 247.
3
Abdul Azhim, Al Wajiz Ensiklopedi Fiqh Islam . Jakarta: Penerbit Pustaka Sunnah,
2011. Hlm. 579.
4
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 2. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara, 2013. Hlm. 35.
4
kenikmatan dan kepuasan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau telah
disepakati.5
Adapun perbedaan nikah da‟im (nikah biasa untuk waktu yang tidak dibatasi)
dan nikah mut‟ah dalam beberapa hal:
a. Aspek akad; ada pembatasan waktu dalam kawin kontrak. Sedangkan
daim, tidak ada pembatasan waktu.
b. Aspek tanggung jawab; tidak ada beban tanggung jawab (nafkah dan
tempat tinggal) bagi suami terhadap istri dan anak-anak hasil nikah
mut‟ahnya.
c. Aspek konsekuensi hukum; tidak ada saling mewarisi, sekiranya ada yang
meninggal dalam masa perkawinan tersebut.
Tujuan utama dari nikah mut‟ah adalah pelampiasan hawa nafsu, bukan untuk
mendapatkan keturunan dan menjaga serta mendidik mereka yang merupakan
tujuan sebenarnya dari pernikahan. Nikah mut‟ah dapat dipadankan dengan zina
dari sisi tujuan yaitu mencari kenikmatan yang pada akhirnya merugikan
perempuan. Perempuan dalam pernikahan ini ibarat barang dagangan yang dapat
berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Nikah mut‟ah juga merugikan
anak-anak yang lahir dari pernikahan itu karena mereka tidak akan mendapatkan
rumah tempat mereka bernaung dan keluarga yang akan mendidik, serta menjaga
mereka.6
B. Hukum Nikah Mut’ah dalam Perspektif Islam
Para ulama sepakat atas haramnya pernikahan ini. Mereka menegaskan,
“Apabila pernikahan ini dilaksanakan, maka pernikahan ini merupakan
pernikahan yang tidak sah.”
Kesepakatan para ulama itu berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut :
 Bentuk pernikahan seperti ini tidak memiliki kaitan dengan hokum-hukum
yang telah ditetapkan didalam Al-Qur‟an, baik hukumyang berkenaan
dengan pernikahan, talak, iddah, maupun waris, sehingga pelakasanaan
nikah dengan cara seperti itu tidak sah.
5
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara, 2013. Hlm. 247.
6
Ibid, Hlm. 249.
5
 Ada beberapa hadits yang menegaskan bahwa nikah mut‟ah adalah harm,
yaitu akan duraikan dibawah ini.
 Subrah al-Juhni meriwayatkan bahwa ketika dia mengikuti gazwah
penaklukan mekah, Rasulullah saw. Mengizinkan Subrah dan sahabat
yang lain untuk melakukan pernikahan mut‟ah. Dia berkata, “Tidak ada
seorang pun dari kami yang meninggalkannya sampai Rasulullah saw,
melarangnya.”
 Didalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw. Melarang nikah
mut‟ah. Beliau bersabda,
‫القيامة‬ ‫يىم‬ ‫إلى‬ ‫حرمها‬ ‫قد‬ ‫هللا‬ ‫وإن‬ ‫أال‬ ،‫اإلستمتاع‬ ‫في‬ ‫لكم‬ ‫أذوت‬ ‫كىت‬ ‫إوي‬ ،‫اس‬ّ‫ى‬‫أيهاال‬
“Wahai manusia! Aku pernah mengizinkan kalian melakukan nikah
mut‟ah, tapi ketahuilah bahwa Allah telah mengharamkannya sampai hari
kiamat. (HR. Muslim didalam shahih Muslim)
 Ali bin Abu Thalib r.a meriwayatkan bahwa pada masa Perang Khaibar,
Rasulullah saw, melarang umatnya untuk melakukan nikah mut‟ah dan
makan daging keledai.
 Umar bin Khattab r.a menegaskan larangan nikah mut‟ah pada masa
kekhalifahannya. Begitu pula para sahabat r.a., mereka menetapkan
larangan nikah mut‟ah dan sangat tidak mungkin bagi mereka untuk
menetapkan sesuatu secara tidak benar jika memang larangan itu
merupakan suatu kesalahan.
 Khaththabi berkata. “Para ulama mengharamkan nikah mut‟ah secara
ijma‟, kecuali beberapa golongan dari kaum syi‟ah. Dalam hal ini mereka
tidak mendasarkan pendapat mereka kepada Ali bin Abu Thalib r.a karena
dia turut menegaskan penghapusan nikah mut‟ah.
 Baihaqi meriwayatkan bahwa Ja‟far bin Muhammad pernah ditanya
mengenai nikah mut‟ah dan dia menjawab, “Nikah mut‟ah merupakan
salah satu praktik zina.”7
Disisi lain, sebagian dari para sahabat dan tabi‟in meriwatkan bahwa hukum
nikah mut‟ah adalah halal. Salah seorang dari mereka adalah Ibnu Abbas r.a
7
Ibid, Hlm. 249.
6
Di dalam Tahdzib as-Sunan disebutkan, “Ibnu Abbas menghalalkan nikah
mut‟ah dalam keadaan darurat, tapi ia tidak menghalalkannya secara mutlak.
Ketika hampir semua orang melakukannya, ia menarik kembali ucapannya
(fatwanya) dan mengharamkannya bagi mereka yang tidak benar-benar
membutuhkan.”
Khathtabi meriwayatkan bahwa Sa‟id bin Jubair berkata, “Telah kukatakan
kepada Ibnu Abbas, „Tahukah kamu apa yang telah kamu lakukan dan fatwakan?
Banyak orang telah terlena dengan fatwamu, begitu juga para penyair.‟ Ibnu
Abbas bertanya,‟Apa yang telah mereka katakana?‟ Aku menjawab, „Para penyair
itu mengatakan, Aku berkata kepada seorang yang lama terpenjara Wahai kawan,
adakah kamu tahu fatwa Ibnu Abbas Adakah kamu memiliki seorang pendaping
sementara Tempat berlabuhmu sebelum mereka kembali
Ibnu Abbas pun berkata, “Inna Lillahi wa inna ilaihi rajiun. Demi Allah, aku
tidak pernah mengeluarkan fatwa seperti itu. Lagi pula, bukan itu yang kumaksud.
Aku tidak memperbolehkan nikah mut‟ah, kecuali sebagai mana Allah
memperbolehkan manusia untuk makan bangkai, darah, dan daging babi.
Kesemuanya tidak dihalalkan, kecuali jika benar-benar terpaksa (dalam keadaan
mendesak).
Nikah mut‟ah ibarat bangkai, darah, dan daging babi.‟” Adapun para imam
dari aliran Syi‟ah memperbolehkan nikah mut‟ah untuk dilaksanakan. Bagi
mereka yang memperbolehkannya, rukun nikah mut‟ah adalah sebagai berikut :
 Shigah
Shigah adalah akad nikah sah dengan lafal ‫زوجتك‬ (aku nikahkan kamu),
‫أوكحتك‬ (aku nikahkan kamu), atau ‫متعتك‬ (aku mut‟ahkan kamu).
 Ada mempelai perempuan.
Mempelai perempuan yang disyaratkan adalah seorang perempuan muslim
atau Ahlul Kitab. Dianjurkan juga untuk memilih perempuan mukmin
yang iffah dan sangat dibenci, apabila perempuan itu pezina.
 Mahar
Mahar harus disebutkan sebagai bentuk kesaksian, Besarnya mahar diukur
berdasarkan kerelaan, meskipun itu hanya dengan segenggam gandum.
 Jangka Waktu
7
Jangka waktu pernikahan merupakan salah satu syarat utama didalam
nikah mut‟ah. Jangka waktu ditetapkan sesuai kesepakatan dua pihak yang
akan melaksanakan pernikahan, baik dalam hitungan hari, bulan, maupun
tahun. Jangka waktu harus ditentukan secara pasti.
Adapun hukum yang berlaku sebagai konsekuensi terlaksanannya nikah
mut‟ah adalah sebagai berikut.
1. Terabaikannya penetapan mahar (karena lupa) dapat membatalkan
akad, meskipun penetapan jangka waktu telah disebutkan. Begitu pula
sebaliknya.
2. Keturunan yang lahir adalah anak dari pasangan yang menikah.
3. Di dalam nikah mut‟ah, tidak berlaku talak maupun lian (Fasakh dari
pihak perempuan)
4. Hukum waris tidak berlaku bagi kedua pasangan.
5. Sementara itu, anak berhak mewarisi harta kedua orang tuanya dan
mewariskan hartanya kepada mereka.
6. Apabila jangka waktu yang disepakati telah berakhir, masa iddah bagi
perempuan adalah dua kali haid (bagi mereka yang haid).
Sementara itu, bagi mereka yang tidak haid ataupun haid, tapi dengan
masa yang tidak menentu, maka masa iddahnya adalah empat puluh
lima hari.8
PENDAPAT SYAUKANI TENTANG KAWIN KONTRAK
Sementara itu, Syaukani menjelaskan bahwa bagaimanapun,
sebagai umat islam, kita harus meyakini dan menaati apa yang telah
diterapkan didalam syariat. Sebagimana kita ketahui, nikah mut‟ah
diharamkan untuk waktu yang tidak terbatas (selamanya). Perilaku
pelanggaran yang pernah dilakukan oleh sebagian sahabat, tidak lantas
mengurangi hukum larangan itu dan bukan pula celah bagi kita untuk
dapat melakukannya, meskipun sebagian besar dari para sahabat
Rasulullah telah menjaga dan melestarikan budaya nikah mut‟ah,
bahkan meriwayatkannya.
8
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara, 2013. Hlm. 249-251.
8
Sebagai contoh Ibnu Umar meriwayatkan,”Rasulullah shalallahu
alaihi wa salam. Mengizinkan kami untuk melaksanakan nikah mut‟ah
sebanyak tiga kali, kemudian ia melarangnya. Demi Allah, aku tidak
pernah mengetahui seorang muslim taat untuk melakukan nikah
mut‟ah, kecuali ia dirajam dengan bebatuan.
Diriwayatkan juga bahwa Rosulullah shalallahu alaihi wa salam
bersabda,
‫الطالق،وال‬ ‫المتعة‬ ‫هدم‬‫عدة،والميراث‬
“Nikah mut‟ah telah dihapuskan oleh talak, iddah, dan waris.
Al-Hafizh menggolongkan hadits ini ke dalam hadits hasan, walaupun
di dalam urutan sanadnya ada Muhammad bin Ismail. Hadits itu tetap
digolongkan sebagai hadits hasan karena perbedaan yang ada di
susunan sanad itu tidak mengubah derajat hadits hasan dari posisinya
jika ada riwayat lain yang menguatkannya, sebagaimana hadits hasan
ligairihi.
Mengenai pernyataan bahwa nikah mut‟ah diperbolehkan secara
ijma dan ijma menetapkan hukum yang pasti (qath‟i), terjadi perbedaan
pendapat dikalangan ulama dalam pengharamannya. Perbedaan
pendapat atas hal itu pun melahirkan hukum yang masih simpang siur
(zhanni), dan hukum zhanni tidak dapat menghapus hukum qath’i.
Mengenai hal itu, kida dapat menjawabnya sebagai berikut,
1. Pernyataan berikut tidak dapat di terima ( pernyataan bahwa zhanni
tidak dapat menghapus qath‟i. Dalil yang digunakan dalam hal ini
adalah bahwa posisinya sebagai ijma‟ para ulama tidak cukup untuk
dapat dijadikan acuan. Karena itu, bagi kelompok yang berbeda
pendapat atas hal itu dapat menanyakan dalil mendasari, baik secara
akal maupun tertulis di dalam sumber syari‟at (Al-Qur‟an dan Hadits)
yang diketahui oleh keseluruhan umat muslim.
2. Teori penghapusan yang diterapkan adalah zhanni karena hal itu
dimaksudkan untuk melanjutkan atau mengekalkan penghalalannya.
Dan, kelanjutan yang dimaksud adalah zhanni, bukan qath’i.
Mengenai pembacaan yang dilakukan oleh Ibnu Abbas, Ibnu
9
Mas‟ud, Ubay bin Ka‟ab, Zaid bin Zubair, yaitu “Maka apa saja yang
dapat kalian lakukan dan nikmati dalam jangka waktu yang telah di
tentukan.” Bukanlah redaksi Al-Qur‟an menurut kelompok yang
mensyaratkan tawatur (Kesinambungan), dan hal itu bukan penafsiran
ayat al-Qur‟an dan ia tidak dapat dijadikan sebagai acuan ataupun
dalil.
Menurut mereka yang tidak mensyaratkan tawatur, mereka
memperbolehkan nasakh zhanni Al-Qur‟an oleh zhanni hadits,
sebagaimana hal itu ditetapkan didalam ushul fiqih.9
HUKUM AKAD NIKAH YANG DISERTAI NIAT TALAK
SEWATU-WAKTU
Para ulama sepakat bahwa ketika seorang laki-laki menikahi
perempuan tanpa mensyaratkan lamanya pernikahan, tapi ia meniatkan
talak setelah jangka waktu tertentu atau setelah ia menyelesaikan
urusannya di daerah tempat ia tinggal, pernikahan yang dilakukannya
adalah sah.
Tetapi, Auza‟I berpendapat bahwa pernikahan itu tidak sah, dan ia
menyamakan praktik nikah seperti ini dengan nikah mut‟ah.
Rasyid Ridha mengomentari hal ini di dalam buku tafsirnya, al-
manar, “Keteguhan prinsip yang dipegang oleh para ulama salaf dan
khalaf mengenai larangan niah mut‟ah memberikan bias kepada
larangan melakukan nikah dengan disertai niat talak, walaupun para,
ulama fiqih mengatakan bahwa akad nikah yang disertai dengan niat
penetapan jangka waktu tertentu adalah sah apabila niat itu tidak
disebutkan di dalam kalimat akad.
Namun begitu, tindakan suami yang memiliki niat untuk mencerai
istrinya pada waktu tertentu dikategorikan penipuan dan kebohongan,
karena itu, tindakan tersebut lebih berbahaya daripada akad yang
disertai dengan syarat penetapan jangka waktu yang disepakati oleh
suami, istri dan wali dari istri itu. Hal itu tidak menimbulkan bahaya
9
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara, 2013. Hlm. 251-252.
10
atau kerugian apa pun, selain mengabaikan ikatan suci yang paling
agung antar manusia (baca:pernikahan)ini, dan mengedepankan
kepuasan birahi nafsu yang disalurkan antara kaum laki-laki dan kaum
perempuan dengan gonta ganti pasanga, serta dampak negative
lainnya.
Ketika laki-laki yang menikah tidak menyebutkan syarat penetapan
waktu, tapi ia meniatkannya, maka yang ia lakukan dianggap sebagai
upaya penipuan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan hal-hal
negative (kerugian) seperti perpecahan, kedengkian, dan hilangnya
kepercayaan.
Apalagi, jika niat itu terjadi di antara dua orang yang benar-benar
menginginkan pernikahan sejati yang berdasarkan unsur saling
menjaga, ketulusan, dan kerja sama dalam membangun sebuah
keluarga yang islami.10
Diriwayatkan dari Sairah Al Jahmi RA, ia berkata “Rasulullah
shallallahu alaihi wa salam melarang nikah mut‟ah pada masa Fathu
Makkah, dan beliau bersabda,
‫القيامة‬ ‫يىم‬ ‫إلى‬ ‫هرا‬ ‫يىمكم‬ ‫مه‬ ‫حرام‬ ‫أالإوها‬
“Ingatlah! Sesungguhnya nikah itu diharamkan dari harimu ini
sampai hari kiamat (HR. Muslim [4/134]
Saya (Syaikh) katakan, “ Hadits ini merupakan nash yang jelas
dalam pengharaman nikah mut‟ah, maka hendaknya tidak seorangpun
terpedaya dengan fatwa sebagian ulama yang membolehkannya
karena darurat, lebih-lebih membolehkannya secara mutlak seperti
perkawinan, sebagaimana mazhab syi‟ah. Kitab Ash-Shahihah (8/3)
Imam Syafi’I berkata: Malik telah mengabarkan kepada kami dari
Ibnu Syihab, Dari Urwah bahwa Khaulah binti Hakim masuk
menemui Umar bin Khathab lalu berkata,”Sesungguhnya rabi‟ah bin
Umayah bersenang-senang dengan seorang wanita peranakan Arab
hingga wanita itu hamil.”
10
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara, 2013. Hlm. 253.
11
Umar keluar sambil menyeret selendangnya dengan sedikit panik lalu
berkata,”Ini adalah mut‟ah. Sekiranya aku lebih maju dalam masalah
itu, niscaya aku akan merajamnya.”
Imam Syafi’i berkata: Terdapat kemiripan antara pandangan
Umar pada masalah pertama dan madzhabnya di tempat ini.
Sesungguhnya mut‟ah, meski menurutnya adalah haram, akan tetapi
karena manusia melakukannya atas dasar persepsi bahwa perbuatan
itu halal atau karena mereka tidak mengetahui hukum sebenarnya
(sebab mut‟ah dinamakan pula sebagai pernikahan), maka hukuman
tidak ditegakkan atas mereka. Namun seandainya Umar sebelumnya
telah memberitahukan kepada manusia bahwa perbuatan itu
hukumnya adalah haram, lalu mereka melakukannya, niscaya ia akan
menegakkan hukuman rajam dan memaksa mereka untuk menaati
keputusannya, meskipun mereka beranggapan perbuatan tersebut
dihalalkan. Sama seperti suatu kaum yang mengalalkan jual-beli
(barter) dinar dengan dinar secara tunai dengan kelebihan pada salah
satunya. Transaksi mereka bisa saja dibatalkan oleh mereka yang
berpendapat bahwa hukum hal itu adalah haram..
Adapun kamu telah menyelisihi pandangan Umar pada kedua
masalahnya ini sekaligus. Kamu mengatakan tidak ada hukuman atas
seseorang yang menikah hanya disaksikan oleh seorang laki-laki dan
seorang wanita, dan tidak ada pula hukuman bagi seseorang yang
menikah dengan system mut‟ah.
Imam Syafi’I berkata: Malik telah mengabarkan kepada kami
dari Yahya bin Sa‟id, dari Sa‟id bin Al Musayyib, ia berkata,”Umar
bin Khattab berkata‟ Siapa saja di antara laki-laki yang menikahi
wanita yang mengidap penyakit gila, kusta atau belangm lalu si laki-
laki telah menetapkan maharnya, maka wanita itu berhak
mendapatkan mahar secara sempurna, namun suami dapat menuntut
ganti rugi atas mahar kepada wali si wanita‟.”
12
Imam Malik berkata,”Hanya saja si laki-laki dapat menuntut ganti
rugi kepada wali si wanita apabila wali yang menikahkan adalah
bapak, saudara atau orang yang diduga megetahui adanya hal-hal
tersebut pada diri si wanita. Bila tidak demikian, maka tidak ada hak
bagi laki-laki menuntut ganti rugi dari si wali, namun si wanita harus
mengembalikan mahar yang telah ia terima. Hanya saja disisakan dari
mahar itu sekedar imbalan atas penghalalan kemluannya jika suami
telah mencampurinya.”
Ar-Rabi’berkata: Sesungguhnya keputusan Imran dalam masalah
ini adalah, si wanita mendapatkan mahar atas imbalan hubungan intim
yang terjadi. Lalu si laki-laki berhak menuntut ganti rugi kepada wali
si wanita karena dirinya telah ditipu. Adapun penipu harus
bertangung.
Nikah Mut‟ah: seseorang menikahi perempuan dalam tempo waktu
sehari, seminggu,sebulan,kurang setahun atau lebih, dengan
memberikan sejumlah mahar tertentu, dan saat jatuh tempo yang
ditentukan maka laki-laki tersebut menalaknya.
Nikah semacam ini fasid dan tidak boleh, karena akan
mendatangkan mudharat bagi perempuan, dan menjadikan perempuan
sebagai barang dagangan yang berpindah pindah dari satu tangan ke
tangan laki-laki lain. Dan juga mendatangkan mudharat bagi anak-
anak lain, karena mereka tidak akan mendapatkan rumah sebagai
tempat tinggal dan tempat belajar (pendidikan) bagi mereka.
Nikah semacam ini bertujuan melampiaskan hawa nafsu belaka,
bukan untuk mendapatkan keturunan dan juga pendidikan. Nikah
mut‟ah seperti ini pernah dihalalkan pada periode awal islam dalam
jangka waktu tertentu, kemudian diharamkan untuk selamanya.
Diriwayatkan dari Sabarah Al-Juhani Radhiyallahu Anhu, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Wahai umat manusia sesungguhnya aku pernah mengizinkan
kalian bersenang-senang dengan perempuan (mut‟ah). Sungguh Allah
telah mengharamkan hal itu hingga hari kiamat. Barangsiapa yang
13
memiliki hak sesuatu atas mereka (perempuan- perempuan), maka
hendaklah ia membiarkannya (meninggalkannya), dan janganlah
kalian mengambil sesuatu apapun atas apa yang telah kamu berikan
kepada mereka.”
Siapa yang telah mempnyai empat istri, kemudian menikah lagi
dengan istri yang kelima, maka nikahnya batal (fasid) dan wajib
dicegah.
C. Hikmah dilarangnya Nikah Mut’ah
1. Hikmah pengharaman nikah mut‟ah adalah tidak terealisasinya tujuan-
tujuan dasar pernikahan abadi dan langeng, serta tidak bertujuan keluarga
yang langgeng. Sehingga diharamkan tidak akan lahir anak-anak hasil zina
dan lelakinya yang memanfaatkan nikah mut‟ah untuk berbuat zina.
2. Hikmah dilarangnya mut‟ah lebih menjamin terhindarinya promiskuitas
atau pencampur adukan benih yang berdampak negatif seperti ketiddak
jelasan nasab dan timbulnya penyakit kelamin yaitu yang paling berbahaya
adalah Aids.
3. Menghormati lima hal prinsip utama yaitu perlindungan atas agama, jiwa,
akal, keturunan ,akal dan harta.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Definisi mut‟ah berasal dari mata‟a (tamatta‟a) yang berarti bersenang-
senang. Dikatakan nikah mut‟ah, yaitu apabila seorang laki-laki menikahi
seorang perempuan dengan menentukan lamanya masa pernikahan
mereka, baik sehari, seminggu, maupun sebulan. Nikah mut‟ah disebut
juga zawaj muaqqat (kawin sementara) dan zawaj mungqathi (kawin
kontrak), yaitu seorang laki-laki menyelenggarakan akad nikah dengan
seseorang perempuan untuk jangka waktu sehari, atau sepekan, sebulan,
atau batasan-batasan waktu lainnya yang telah diketahui.
2. Ijma bersepakat atas keharaman nikah mut‟ah berlandaskan sabda
Rasulullah :
‫إوي‬ ،‫اس‬ّ‫ى‬‫أيهاال‬‫القيامة‬ ‫يىم‬ ‫إلى‬ ‫حرمها‬ ‫قد‬ ‫هللا‬ ‫وإن‬ ‫أال‬ ،‫اإلستمتاع‬ ‫في‬ ‫لكم‬ ‫أذوت‬ ‫كىت‬
“Wahai manusia! Aku pernah mengizinkan kalian melakukan nikah
mut‟ah, tapi ketahuilah bahwa Allah telah mengharamkannya sampai hari
kiamat. (HR. Muslim didalam shahih Muslim)
3. Diantara hikmah pengharaman nikah mut‟ah adalah tidak terealisasinya
tujuan-tujuan dasar pernikahan abadi dan langeng, serta tidak bertujuan
keluarga yang langgeng. Sehingga diharamkan tidak akan lahir anak-anak
hasil zina dan lelakinya yang memanfaatkan nikah mut‟ah untuk berbuat
zina.
15
DAFTAR PUSTAKA
Sayyid Sabiq, 2013. Fiqh Sunnah Vol. 3. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara.
Abdul Azhim, 2011. Al-Wajiz Ensiklopedi Fiqh Islam. Jakarta: Penerbit Pustaka
Sunnah.
Imam Syafi‟i, 2008. Ringkasan Kitab Al-Umm. Jakarta: Penerbit Pustaka Azzam.
Kasdi Abdurrahman, 2011. Masail Fiqhiyyah; Kajian Fiqh atas Masalah-masalah
Kontemporer. Kudus: STAIN Kudus.

More Related Content

What's hot

Ppt ski-bani-umayyah
Ppt ski-bani-umayyahPpt ski-bani-umayyah
Ppt ski-bani-umayyahselikurfa
 
Presentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiPresentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiMarhamah Saleh
 
Power Point makanan minuman halal dan haram (Ari Efendi, Teknologi Pendidikan)
Power Point makanan minuman halal dan haram (Ari Efendi, Teknologi Pendidikan)Power Point makanan minuman halal dan haram (Ari Efendi, Teknologi Pendidikan)
Power Point makanan minuman halal dan haram (Ari Efendi, Teknologi Pendidikan)Kelompok A Teknologi Pendidikan
 
Ppt Macam macam sujud
Ppt Macam macam sujudPpt Macam macam sujud
Ppt Macam macam sujudadifalsafi
 
Presentasi Sejarah Kebudayaan Islam MA
Presentasi Sejarah Kebudayaan Islam MAPresentasi Sejarah Kebudayaan Islam MA
Presentasi Sejarah Kebudayaan Islam MAFitri Nofiati
 
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam IslamModul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam IslamIstna Zakia Iriana
 
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama IslamModul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama IslamIstna Zakia Iriana
 
Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah Kelas X Semester 2
Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah Kelas X Semester 2Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah Kelas X Semester 2
Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah Kelas X Semester 2NimatusSholihah7
 
Ppt bani umayyah
Ppt bani umayyahPpt bani umayyah
Ppt bani umayyahsangmonyed
 
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidinPower point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidindayat7
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
 
Makalah fiqih talak
Makalah fiqih talakMakalah fiqih talak
Makalah fiqih talakWarnet Raha
 
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 4 Implementasi PAI Dan Kurikulum
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 4 Implementasi PAI Dan KurikulumModul Struktur Keilmuan PAI KB 4 Implementasi PAI Dan Kurikulum
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 4 Implementasi PAI Dan KurikulumIstna Zakia Iriana
 
POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDINPOLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDINDarussalam Win
 
Modul PAI Kontemporer KB 4 - Toleransi Dalam Islam
Modul PAI Kontemporer KB 4 - Toleransi Dalam IslamModul PAI Kontemporer KB 4 - Toleransi Dalam Islam
Modul PAI Kontemporer KB 4 - Toleransi Dalam IslamIstna Zakia Iriana
 
Modul PAI Kontemporer KB 2 - Transaksi Modern
Modul PAI Kontemporer KB 2 - Transaksi ModernModul PAI Kontemporer KB 2 - Transaksi Modern
Modul PAI Kontemporer KB 2 - Transaksi ModernIstna Zakia Iriana
 

What's hot (20)

LKPD Ukin.docx
LKPD Ukin.docxLKPD Ukin.docx
LKPD Ukin.docx
 
Ppt ski-bani-umayyah
Ppt ski-bani-umayyahPpt ski-bani-umayyah
Ppt ski-bani-umayyah
 
Presentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiPresentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh Poligami
 
Power Point makanan minuman halal dan haram (Ari Efendi, Teknologi Pendidikan)
Power Point makanan minuman halal dan haram (Ari Efendi, Teknologi Pendidikan)Power Point makanan minuman halal dan haram (Ari Efendi, Teknologi Pendidikan)
Power Point makanan minuman halal dan haram (Ari Efendi, Teknologi Pendidikan)
 
Makalah poligami
Makalah poligami Makalah poligami
Makalah poligami
 
Ppt Macam macam sujud
Ppt Macam macam sujudPpt Macam macam sujud
Ppt Macam macam sujud
 
Khitan
KhitanKhitan
Khitan
 
Presentasi Sejarah Kebudayaan Islam MA
Presentasi Sejarah Kebudayaan Islam MAPresentasi Sejarah Kebudayaan Islam MA
Presentasi Sejarah Kebudayaan Islam MA
 
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam IslamModul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI- KB 1 Ilmu Dalam Islam
 
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama IslamModul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 3 - Paradigma Pendidikan Agama Islam
 
Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah Kelas X Semester 2
Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah Kelas X Semester 2Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah Kelas X Semester 2
Media Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah Kelas X Semester 2
 
Ppt bani umayyah
Ppt bani umayyahPpt bani umayyah
Ppt bani umayyah
 
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidinPower point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islam
 
Makalah fiqih talak
Makalah fiqih talakMakalah fiqih talak
Makalah fiqih talak
 
Keotentikan al qur'an
Keotentikan al qur'anKeotentikan al qur'an
Keotentikan al qur'an
 
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 4 Implementasi PAI Dan Kurikulum
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 4 Implementasi PAI Dan KurikulumModul Struktur Keilmuan PAI KB 4 Implementasi PAI Dan Kurikulum
Modul Struktur Keilmuan PAI KB 4 Implementasi PAI Dan Kurikulum
 
POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDINPOLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
 
Modul PAI Kontemporer KB 4 - Toleransi Dalam Islam
Modul PAI Kontemporer KB 4 - Toleransi Dalam IslamModul PAI Kontemporer KB 4 - Toleransi Dalam Islam
Modul PAI Kontemporer KB 4 - Toleransi Dalam Islam
 
Modul PAI Kontemporer KB 2 - Transaksi Modern
Modul PAI Kontemporer KB 2 - Transaksi ModernModul PAI Kontemporer KB 2 - Transaksi Modern
Modul PAI Kontemporer KB 2 - Transaksi Modern
 

Similar to Masail Fiqhiyyah - Nikah Mut'ah dalam Pandangan Islam

Makalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agamaMakalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agamaRachman B. Prasetyo
 
Masail Fiqhiyyah - Akad Nikah dengan Teknologi Baru
Masail Fiqhiyyah - Akad Nikah dengan Teknologi BaruMasail Fiqhiyyah - Akad Nikah dengan Teknologi Baru
Masail Fiqhiyyah - Akad Nikah dengan Teknologi BaruHaristian Sahroni Putra
 
Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2tyasputri9
 
Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2tyasputri9
 
Ari sutono (penugasan makalah aik 1)
Ari sutono (penugasan makalah aik 1)Ari sutono (penugasan makalah aik 1)
Ari sutono (penugasan makalah aik 1)UNIMUS
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdfIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdfZukét Printing
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docxIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docxZukét Printing
 
Makalah pernikahan
Makalah pernikahanMakalah pernikahan
Makalah pernikahanTito Riyanto
 
MAKALAH AGAMA AGAMA DI INDONESIA.pdf
MAKALAH AGAMA AGAMA DI INDONESIA.pdfMAKALAH AGAMA AGAMA DI INDONESIA.pdf
MAKALAH AGAMA AGAMA DI INDONESIA.pdfRizkyGinting1
 
RPP-BAB-6-Ketentuan-Pernikahan-dalam-Islam (2).docx
RPP-BAB-6-Ketentuan-Pernikahan-dalam-Islam (2).docxRPP-BAB-6-Ketentuan-Pernikahan-dalam-Islam (2).docx
RPP-BAB-6-Ketentuan-Pernikahan-dalam-Islam (2).docxSutardiIbnuMustofa
 
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdfMetode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdfpamtahpamtah
 
Makalah IJTIHAD
Makalah IJTIHADMakalah IJTIHAD
Makalah IJTIHADNur Rohmah
 
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docxMutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docxZukét Printing
 
Ijtihad dan Madzhab .pdf
Ijtihad dan Madzhab .pdfIjtihad dan Madzhab .pdf
Ijtihad dan Madzhab .pdfZukét Printing
 
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafterUshul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafterMiftah Iqtishoduna
 

Similar to Masail Fiqhiyyah - Nikah Mut'ah dalam Pandangan Islam (20)

Makalah nikah beda agama
Makalah nikah beda agamaMakalah nikah beda agama
Makalah nikah beda agama
 
makalah ovi.pdf
makalah ovi.pdfmakalah ovi.pdf
makalah ovi.pdf
 
Makalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agamaMakalah hukum pernikahan beda agama
Makalah hukum pernikahan beda agama
 
Masail Fiqhiyyah - Akad Nikah dengan Teknologi Baru
Masail Fiqhiyyah - Akad Nikah dengan Teknologi BaruMasail Fiqhiyyah - Akad Nikah dengan Teknologi Baru
Masail Fiqhiyyah - Akad Nikah dengan Teknologi Baru
 
Makalah aik (hadits)
Makalah aik (hadits)Makalah aik (hadits)
Makalah aik (hadits)
 
Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2
 
Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2Makalah pendidikan agama islam 2
Makalah pendidikan agama islam 2
 
Ari sutono (penugasan makalah aik 1)
Ari sutono (penugasan makalah aik 1)Ari sutono (penugasan makalah aik 1)
Ari sutono (penugasan makalah aik 1)
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdfIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docxIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
 
Makalah pernikahan
Makalah pernikahanMakalah pernikahan
Makalah pernikahan
 
MAKALAH AGAMA AGAMA DI INDONESIA.pdf
MAKALAH AGAMA AGAMA DI INDONESIA.pdfMAKALAH AGAMA AGAMA DI INDONESIA.pdf
MAKALAH AGAMA AGAMA DI INDONESIA.pdf
 
Makalah pai
Makalah paiMakalah pai
Makalah pai
 
RPP-BAB-6-Ketentuan-Pernikahan-dalam-Islam (2).docx
RPP-BAB-6-Ketentuan-Pernikahan-dalam-Islam (2).docxRPP-BAB-6-Ketentuan-Pernikahan-dalam-Islam (2).docx
RPP-BAB-6-Ketentuan-Pernikahan-dalam-Islam (2).docx
 
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdfMetode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
 
Makalah IJTIHAD
Makalah IJTIHADMakalah IJTIHAD
Makalah IJTIHAD
 
Studi Islam
Studi IslamStudi Islam
Studi Islam
 
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docxMutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
Mutlaq dan Muqayyad, Amr dan Nahy.docx
 
Ijtihad dan Madzhab .pdf
Ijtihad dan Madzhab .pdfIjtihad dan Madzhab .pdf
Ijtihad dan Madzhab .pdf
 
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafterUshul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
 

More from Haristian Sahroni Putra

Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam PendidikanTelaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam PendidikanHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan PelajaranHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan PretesMicro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan PretesHaristian Sahroni Putra
 
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKPenelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKHaristian Sahroni Putra
 
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTKPenelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTKHaristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik NontesPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik NontesHaristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil BelajarPengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil BelajarHaristian Sahroni Putra
 
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMATelaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMAHaristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...Haristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - SilabusPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - SilabusHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013Haristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro TeachingMicro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro TeachingHaristian Sahroni Putra
 
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Haristian Sahroni Putra
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratHaristian Sahroni Putra
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarPsikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Haristian Sahroni Putra
 

More from Haristian Sahroni Putra (20)

Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam PendidikanTelaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
 
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
 
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan PretesMicro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
 
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKPenelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
 
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTKPenelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik NontesPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil BelajarPengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
 
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMATelaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - SilabusPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
 
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
 
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
 
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro TeachingMicro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
 
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarPsikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 

Masail Fiqhiyyah - Nikah Mut'ah dalam Pandangan Islam

  • 1. NIKAH MUT’AH DALAM PANDANGAN ISLAM MAKALAH Disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Masail Fiqhiyyah Dosen Pengampu : DR. Muhammad Sarbini, MH.I Disusun Oleh : Indra Prayoga NIM 201321048 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH BOGOR 2016 M/ 1437 H Alamat : JL. Raya Dramaga Km 6, Gg. Radar Baru, Kel.Margajaya, Kec. Bogor Barat – Bogor. Telp./ Fax : (0251)-8625187
  • 2. i KATA PENGANTAR Assalamulaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh Maha suci Allah l dan segala puji hanya milik-Nya.Penggenggam segala sesuatu yang telah memberikan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya dalam melakukan segala aktivitas. Shalawat beserta salam semoga di limpahkan selalu kepada sebaik-baiknya manusia yaitu Nabi Muhammad n, dan kepada para sahabatnya, keluarganya, Thabi‟in, Thabi‟ut-thabiin dan pada umatnya yang tetap berpegang teguh memegang risalahnya. Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah l, kami dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah “Nikah Mut’ah dalam Pandangan Islam” ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan serta sebagai syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah Masail Fiqhiyyah di Semester VI Perkuliahan STAI Al-Hidayah Bogor. Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan.untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun. Semoga segala partisipasi dan bantuan dari semua pihak dalam penyusunan makalah ini baik itu secara materil ataupun formil menjadi amal ibadah di sisi Allah ldan mendapat balasan yang tak terhingga. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi seluruh mahasiswa. Wassalamu’alaikum Warohmatullohi. Wabarokatuh. Bogor, Agustus 2016 Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................. i DAFTAR ISI............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1 C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2 D. Metode Penulisan......................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3 A. Definisi Nikah Mut‟ah ................................................................. 3 B. Hukum Nikah Mut‟ah .................................................................. 4 C. Hikmah Dilarangnya Nikah Mut‟ah............................................. 5 BAB III PENUTUP......................................................................................... 14 A. Kesimpulan .................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 15
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berjalannya waktu, fenomena dan segala permasalahan yang timbul dalam kehidupan social manusia semakin kompleks. Banayak permasalahan yang terjadi pada dewasa ini belum atau bahkan tidak terjadi sama sekali pada zaman Rasulullah dan para ulama ahli fiqh lainnya. Sehingga sering sekali terjadi silang pendapat untuk menyelesaikannya. Dalam kehidupan manusia, pada usia tertentu, bagi seorang pria maupun seorang wanita timbul kebutuhan untuk hidup bersama dengan lawan jenisnya. Hidup bersama antara seorang pria dan wanita tersebut tidak selalu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis semata, namun terkadang juga keinginan untuk mendapat anak keturunannya, ataupun hanya untuk memenuhi hawa nafsu belaka. Allah menetapkan adanya aturan tentang pernikahan bagi manusia. Tujuannya untuk menyelamatkan dan mengatur kehidupan manusia. Manusia tidak boleh berbuat semaunya seperti binatang, menikah dengan lawan jenis semaunya. Allah telah memberikan batas dengan peraturan-peraturannya, yaitu dengan syari‟at yang terdapat dalam kitab-Nya dan hadits rasul-Nya dengan hukum-hukum pernikahan. Pernikahan adalah sunnatullah, hukum alam dunia dan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita. Namun, dewasa ini mulai popular adanya kawin kontrak, atau dalam istilah fiqh disebut dengan nikah mut’ah. Bagaimanakah Islam menanggapi fenomena tersebut? Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai kawin kontrak menurut sudut pandang Islam. B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di rumuskan beberapa rumusan masalah tentang Nikah Mut’ah dalam Perspektif, diantaranya : 1. Apa itu Nikah Mut‟ah? 2. Bagaimana Islam memandang status hokum Nikah Mut‟ah? 3. Apa saja faktor dilarangnya Nikah Mut‟ah?
  • 5. 2 C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah mempelajari tentang Nikah Mut’ah dalam Perpektif Hukum Islam) serta pembahasan yang mencakup ruang lingkup di dalamnya seperti Dalil-dalil dan hikmah atas pelarangannya. D. Metode Penulisan Metode penulisan yang dilakukan oleh penyusun adalah dengan menggunakan metode pustaka (Library research) yaitu mencari dan mengumpulkan data-data ilmiah yang relevan dengan tema yang akan dibahas, terutama yang terdapat dalam kitab-kitab fiqh yang mempelajari tentang Bab Bentuk Pernikahan yang dilarang syariat Islam.
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Nikah Mut’ah Membahas nikah mut‟ah tidal lepas dari penegrtian nikah dan mut‟ah. Ulama fiqh pengikut madzhab yang empat (Syafi‟I, Hanafi, Maliki, dan Hambali) pada umumnya mendefinisikan nikah (perkawinan) dengan: “ Akad yang membawa kebolehan (bagi seorang laki-laki untuk berhubungan badan dengan seorang perempuan) dengan (diawali dalam akad) lafazh nikah atau kawin, atau makna yang serupa denagn kedua kata tersebut.” Sedangkan menurut UU No.1 Tahun 1974 tentang perkwinan, nikah atau perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 UU Perkawinan). Adapun definisi mut‟ah berasal dari mata‟a (tamatta‟a) yang berarti bersenang-senang.1 Dikatakan kawin kontrak atau nikah mut‟ah, yaitu apabila seorang laki-laki menikahi seorang perempuan dengan menentukan lamanya masa pernikahan mereka, baik sehari, seminggu, maupun sebulan.2 Nikah mut‟ah disebut juga zawaj muaqqat (kawin sementara) dan zawaj mungqathi (kawin kontrak), yaitu seorang laki-laki menyelenggarakan akad nikah dengan seseorang perempuan untuk jangka waktu sehari, atau sepekan, sebulan, atau batasan-batasan waktu lainnya yang telah diketahui.3 Dan ini adalah perkawinan yang sudah disepakati akan keharamannya dan jika seseorang mengadakan akad nikah semacam ini berarti ia terjerumus pada perbuatan yang bathil4 Kawin kontrak juga dinamakan nikah mut‟ah (berasal dari bahasa Arab, “istamta’a” yang artinya menikmati) karena tujuan laki-laki yang melakukanya adalah untuk memanfaatkan dan menajdikan pernikahan sebagai sarana mencari 1 Abdurrohman Kasdi, Masail Fiqhiyyah, Kudus: STAIN Kudus, 2011, hlm. 83-86. 2 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara, 2013. Hlm. 247. 3 Abdul Azhim, Al Wajiz Ensiklopedi Fiqh Islam . Jakarta: Penerbit Pustaka Sunnah, 2011. Hlm. 579. 4 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 2. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara, 2013. Hlm. 35.
  • 7. 4 kenikmatan dan kepuasan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau telah disepakati.5 Adapun perbedaan nikah da‟im (nikah biasa untuk waktu yang tidak dibatasi) dan nikah mut‟ah dalam beberapa hal: a. Aspek akad; ada pembatasan waktu dalam kawin kontrak. Sedangkan daim, tidak ada pembatasan waktu. b. Aspek tanggung jawab; tidak ada beban tanggung jawab (nafkah dan tempat tinggal) bagi suami terhadap istri dan anak-anak hasil nikah mut‟ahnya. c. Aspek konsekuensi hukum; tidak ada saling mewarisi, sekiranya ada yang meninggal dalam masa perkawinan tersebut. Tujuan utama dari nikah mut‟ah adalah pelampiasan hawa nafsu, bukan untuk mendapatkan keturunan dan menjaga serta mendidik mereka yang merupakan tujuan sebenarnya dari pernikahan. Nikah mut‟ah dapat dipadankan dengan zina dari sisi tujuan yaitu mencari kenikmatan yang pada akhirnya merugikan perempuan. Perempuan dalam pernikahan ini ibarat barang dagangan yang dapat berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Nikah mut‟ah juga merugikan anak-anak yang lahir dari pernikahan itu karena mereka tidak akan mendapatkan rumah tempat mereka bernaung dan keluarga yang akan mendidik, serta menjaga mereka.6 B. Hukum Nikah Mut’ah dalam Perspektif Islam Para ulama sepakat atas haramnya pernikahan ini. Mereka menegaskan, “Apabila pernikahan ini dilaksanakan, maka pernikahan ini merupakan pernikahan yang tidak sah.” Kesepakatan para ulama itu berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut :  Bentuk pernikahan seperti ini tidak memiliki kaitan dengan hokum-hukum yang telah ditetapkan didalam Al-Qur‟an, baik hukumyang berkenaan dengan pernikahan, talak, iddah, maupun waris, sehingga pelakasanaan nikah dengan cara seperti itu tidak sah. 5 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara, 2013. Hlm. 247. 6 Ibid, Hlm. 249.
  • 8. 5  Ada beberapa hadits yang menegaskan bahwa nikah mut‟ah adalah harm, yaitu akan duraikan dibawah ini.  Subrah al-Juhni meriwayatkan bahwa ketika dia mengikuti gazwah penaklukan mekah, Rasulullah saw. Mengizinkan Subrah dan sahabat yang lain untuk melakukan pernikahan mut‟ah. Dia berkata, “Tidak ada seorang pun dari kami yang meninggalkannya sampai Rasulullah saw, melarangnya.”  Didalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw. Melarang nikah mut‟ah. Beliau bersabda, ‫القيامة‬ ‫يىم‬ ‫إلى‬ ‫حرمها‬ ‫قد‬ ‫هللا‬ ‫وإن‬ ‫أال‬ ،‫اإلستمتاع‬ ‫في‬ ‫لكم‬ ‫أذوت‬ ‫كىت‬ ‫إوي‬ ،‫اس‬ّ‫ى‬‫أيهاال‬ “Wahai manusia! Aku pernah mengizinkan kalian melakukan nikah mut‟ah, tapi ketahuilah bahwa Allah telah mengharamkannya sampai hari kiamat. (HR. Muslim didalam shahih Muslim)  Ali bin Abu Thalib r.a meriwayatkan bahwa pada masa Perang Khaibar, Rasulullah saw, melarang umatnya untuk melakukan nikah mut‟ah dan makan daging keledai.  Umar bin Khattab r.a menegaskan larangan nikah mut‟ah pada masa kekhalifahannya. Begitu pula para sahabat r.a., mereka menetapkan larangan nikah mut‟ah dan sangat tidak mungkin bagi mereka untuk menetapkan sesuatu secara tidak benar jika memang larangan itu merupakan suatu kesalahan.  Khaththabi berkata. “Para ulama mengharamkan nikah mut‟ah secara ijma‟, kecuali beberapa golongan dari kaum syi‟ah. Dalam hal ini mereka tidak mendasarkan pendapat mereka kepada Ali bin Abu Thalib r.a karena dia turut menegaskan penghapusan nikah mut‟ah.  Baihaqi meriwayatkan bahwa Ja‟far bin Muhammad pernah ditanya mengenai nikah mut‟ah dan dia menjawab, “Nikah mut‟ah merupakan salah satu praktik zina.”7 Disisi lain, sebagian dari para sahabat dan tabi‟in meriwatkan bahwa hukum nikah mut‟ah adalah halal. Salah seorang dari mereka adalah Ibnu Abbas r.a 7 Ibid, Hlm. 249.
  • 9. 6 Di dalam Tahdzib as-Sunan disebutkan, “Ibnu Abbas menghalalkan nikah mut‟ah dalam keadaan darurat, tapi ia tidak menghalalkannya secara mutlak. Ketika hampir semua orang melakukannya, ia menarik kembali ucapannya (fatwanya) dan mengharamkannya bagi mereka yang tidak benar-benar membutuhkan.” Khathtabi meriwayatkan bahwa Sa‟id bin Jubair berkata, “Telah kukatakan kepada Ibnu Abbas, „Tahukah kamu apa yang telah kamu lakukan dan fatwakan? Banyak orang telah terlena dengan fatwamu, begitu juga para penyair.‟ Ibnu Abbas bertanya,‟Apa yang telah mereka katakana?‟ Aku menjawab, „Para penyair itu mengatakan, Aku berkata kepada seorang yang lama terpenjara Wahai kawan, adakah kamu tahu fatwa Ibnu Abbas Adakah kamu memiliki seorang pendaping sementara Tempat berlabuhmu sebelum mereka kembali Ibnu Abbas pun berkata, “Inna Lillahi wa inna ilaihi rajiun. Demi Allah, aku tidak pernah mengeluarkan fatwa seperti itu. Lagi pula, bukan itu yang kumaksud. Aku tidak memperbolehkan nikah mut‟ah, kecuali sebagai mana Allah memperbolehkan manusia untuk makan bangkai, darah, dan daging babi. Kesemuanya tidak dihalalkan, kecuali jika benar-benar terpaksa (dalam keadaan mendesak). Nikah mut‟ah ibarat bangkai, darah, dan daging babi.‟” Adapun para imam dari aliran Syi‟ah memperbolehkan nikah mut‟ah untuk dilaksanakan. Bagi mereka yang memperbolehkannya, rukun nikah mut‟ah adalah sebagai berikut :  Shigah Shigah adalah akad nikah sah dengan lafal ‫زوجتك‬ (aku nikahkan kamu), ‫أوكحتك‬ (aku nikahkan kamu), atau ‫متعتك‬ (aku mut‟ahkan kamu).  Ada mempelai perempuan. Mempelai perempuan yang disyaratkan adalah seorang perempuan muslim atau Ahlul Kitab. Dianjurkan juga untuk memilih perempuan mukmin yang iffah dan sangat dibenci, apabila perempuan itu pezina.  Mahar Mahar harus disebutkan sebagai bentuk kesaksian, Besarnya mahar diukur berdasarkan kerelaan, meskipun itu hanya dengan segenggam gandum.  Jangka Waktu
  • 10. 7 Jangka waktu pernikahan merupakan salah satu syarat utama didalam nikah mut‟ah. Jangka waktu ditetapkan sesuai kesepakatan dua pihak yang akan melaksanakan pernikahan, baik dalam hitungan hari, bulan, maupun tahun. Jangka waktu harus ditentukan secara pasti. Adapun hukum yang berlaku sebagai konsekuensi terlaksanannya nikah mut‟ah adalah sebagai berikut. 1. Terabaikannya penetapan mahar (karena lupa) dapat membatalkan akad, meskipun penetapan jangka waktu telah disebutkan. Begitu pula sebaliknya. 2. Keturunan yang lahir adalah anak dari pasangan yang menikah. 3. Di dalam nikah mut‟ah, tidak berlaku talak maupun lian (Fasakh dari pihak perempuan) 4. Hukum waris tidak berlaku bagi kedua pasangan. 5. Sementara itu, anak berhak mewarisi harta kedua orang tuanya dan mewariskan hartanya kepada mereka. 6. Apabila jangka waktu yang disepakati telah berakhir, masa iddah bagi perempuan adalah dua kali haid (bagi mereka yang haid). Sementara itu, bagi mereka yang tidak haid ataupun haid, tapi dengan masa yang tidak menentu, maka masa iddahnya adalah empat puluh lima hari.8 PENDAPAT SYAUKANI TENTANG KAWIN KONTRAK Sementara itu, Syaukani menjelaskan bahwa bagaimanapun, sebagai umat islam, kita harus meyakini dan menaati apa yang telah diterapkan didalam syariat. Sebagimana kita ketahui, nikah mut‟ah diharamkan untuk waktu yang tidak terbatas (selamanya). Perilaku pelanggaran yang pernah dilakukan oleh sebagian sahabat, tidak lantas mengurangi hukum larangan itu dan bukan pula celah bagi kita untuk dapat melakukannya, meskipun sebagian besar dari para sahabat Rasulullah telah menjaga dan melestarikan budaya nikah mut‟ah, bahkan meriwayatkannya. 8 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara, 2013. Hlm. 249-251.
  • 11. 8 Sebagai contoh Ibnu Umar meriwayatkan,”Rasulullah shalallahu alaihi wa salam. Mengizinkan kami untuk melaksanakan nikah mut‟ah sebanyak tiga kali, kemudian ia melarangnya. Demi Allah, aku tidak pernah mengetahui seorang muslim taat untuk melakukan nikah mut‟ah, kecuali ia dirajam dengan bebatuan. Diriwayatkan juga bahwa Rosulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ‫الطالق،وال‬ ‫المتعة‬ ‫هدم‬‫عدة،والميراث‬ “Nikah mut‟ah telah dihapuskan oleh talak, iddah, dan waris. Al-Hafizh menggolongkan hadits ini ke dalam hadits hasan, walaupun di dalam urutan sanadnya ada Muhammad bin Ismail. Hadits itu tetap digolongkan sebagai hadits hasan karena perbedaan yang ada di susunan sanad itu tidak mengubah derajat hadits hasan dari posisinya jika ada riwayat lain yang menguatkannya, sebagaimana hadits hasan ligairihi. Mengenai pernyataan bahwa nikah mut‟ah diperbolehkan secara ijma dan ijma menetapkan hukum yang pasti (qath‟i), terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama dalam pengharamannya. Perbedaan pendapat atas hal itu pun melahirkan hukum yang masih simpang siur (zhanni), dan hukum zhanni tidak dapat menghapus hukum qath’i. Mengenai hal itu, kida dapat menjawabnya sebagai berikut, 1. Pernyataan berikut tidak dapat di terima ( pernyataan bahwa zhanni tidak dapat menghapus qath‟i. Dalil yang digunakan dalam hal ini adalah bahwa posisinya sebagai ijma‟ para ulama tidak cukup untuk dapat dijadikan acuan. Karena itu, bagi kelompok yang berbeda pendapat atas hal itu dapat menanyakan dalil mendasari, baik secara akal maupun tertulis di dalam sumber syari‟at (Al-Qur‟an dan Hadits) yang diketahui oleh keseluruhan umat muslim. 2. Teori penghapusan yang diterapkan adalah zhanni karena hal itu dimaksudkan untuk melanjutkan atau mengekalkan penghalalannya. Dan, kelanjutan yang dimaksud adalah zhanni, bukan qath’i. Mengenai pembacaan yang dilakukan oleh Ibnu Abbas, Ibnu
  • 12. 9 Mas‟ud, Ubay bin Ka‟ab, Zaid bin Zubair, yaitu “Maka apa saja yang dapat kalian lakukan dan nikmati dalam jangka waktu yang telah di tentukan.” Bukanlah redaksi Al-Qur‟an menurut kelompok yang mensyaratkan tawatur (Kesinambungan), dan hal itu bukan penafsiran ayat al-Qur‟an dan ia tidak dapat dijadikan sebagai acuan ataupun dalil. Menurut mereka yang tidak mensyaratkan tawatur, mereka memperbolehkan nasakh zhanni Al-Qur‟an oleh zhanni hadits, sebagaimana hal itu ditetapkan didalam ushul fiqih.9 HUKUM AKAD NIKAH YANG DISERTAI NIAT TALAK SEWATU-WAKTU Para ulama sepakat bahwa ketika seorang laki-laki menikahi perempuan tanpa mensyaratkan lamanya pernikahan, tapi ia meniatkan talak setelah jangka waktu tertentu atau setelah ia menyelesaikan urusannya di daerah tempat ia tinggal, pernikahan yang dilakukannya adalah sah. Tetapi, Auza‟I berpendapat bahwa pernikahan itu tidak sah, dan ia menyamakan praktik nikah seperti ini dengan nikah mut‟ah. Rasyid Ridha mengomentari hal ini di dalam buku tafsirnya, al- manar, “Keteguhan prinsip yang dipegang oleh para ulama salaf dan khalaf mengenai larangan niah mut‟ah memberikan bias kepada larangan melakukan nikah dengan disertai niat talak, walaupun para, ulama fiqih mengatakan bahwa akad nikah yang disertai dengan niat penetapan jangka waktu tertentu adalah sah apabila niat itu tidak disebutkan di dalam kalimat akad. Namun begitu, tindakan suami yang memiliki niat untuk mencerai istrinya pada waktu tertentu dikategorikan penipuan dan kebohongan, karena itu, tindakan tersebut lebih berbahaya daripada akad yang disertai dengan syarat penetapan jangka waktu yang disepakati oleh suami, istri dan wali dari istri itu. Hal itu tidak menimbulkan bahaya 9 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara, 2013. Hlm. 251-252.
  • 13. 10 atau kerugian apa pun, selain mengabaikan ikatan suci yang paling agung antar manusia (baca:pernikahan)ini, dan mengedepankan kepuasan birahi nafsu yang disalurkan antara kaum laki-laki dan kaum perempuan dengan gonta ganti pasanga, serta dampak negative lainnya. Ketika laki-laki yang menikah tidak menyebutkan syarat penetapan waktu, tapi ia meniatkannya, maka yang ia lakukan dianggap sebagai upaya penipuan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan hal-hal negative (kerugian) seperti perpecahan, kedengkian, dan hilangnya kepercayaan. Apalagi, jika niat itu terjadi di antara dua orang yang benar-benar menginginkan pernikahan sejati yang berdasarkan unsur saling menjaga, ketulusan, dan kerja sama dalam membangun sebuah keluarga yang islami.10 Diriwayatkan dari Sairah Al Jahmi RA, ia berkata “Rasulullah shallallahu alaihi wa salam melarang nikah mut‟ah pada masa Fathu Makkah, dan beliau bersabda, ‫القيامة‬ ‫يىم‬ ‫إلى‬ ‫هرا‬ ‫يىمكم‬ ‫مه‬ ‫حرام‬ ‫أالإوها‬ “Ingatlah! Sesungguhnya nikah itu diharamkan dari harimu ini sampai hari kiamat (HR. Muslim [4/134] Saya (Syaikh) katakan, “ Hadits ini merupakan nash yang jelas dalam pengharaman nikah mut‟ah, maka hendaknya tidak seorangpun terpedaya dengan fatwa sebagian ulama yang membolehkannya karena darurat, lebih-lebih membolehkannya secara mutlak seperti perkawinan, sebagaimana mazhab syi‟ah. Kitab Ash-Shahihah (8/3) Imam Syafi’I berkata: Malik telah mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, Dari Urwah bahwa Khaulah binti Hakim masuk menemui Umar bin Khathab lalu berkata,”Sesungguhnya rabi‟ah bin Umayah bersenang-senang dengan seorang wanita peranakan Arab hingga wanita itu hamil.” 10 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara, 2013. Hlm. 253.
  • 14. 11 Umar keluar sambil menyeret selendangnya dengan sedikit panik lalu berkata,”Ini adalah mut‟ah. Sekiranya aku lebih maju dalam masalah itu, niscaya aku akan merajamnya.” Imam Syafi’i berkata: Terdapat kemiripan antara pandangan Umar pada masalah pertama dan madzhabnya di tempat ini. Sesungguhnya mut‟ah, meski menurutnya adalah haram, akan tetapi karena manusia melakukannya atas dasar persepsi bahwa perbuatan itu halal atau karena mereka tidak mengetahui hukum sebenarnya (sebab mut‟ah dinamakan pula sebagai pernikahan), maka hukuman tidak ditegakkan atas mereka. Namun seandainya Umar sebelumnya telah memberitahukan kepada manusia bahwa perbuatan itu hukumnya adalah haram, lalu mereka melakukannya, niscaya ia akan menegakkan hukuman rajam dan memaksa mereka untuk menaati keputusannya, meskipun mereka beranggapan perbuatan tersebut dihalalkan. Sama seperti suatu kaum yang mengalalkan jual-beli (barter) dinar dengan dinar secara tunai dengan kelebihan pada salah satunya. Transaksi mereka bisa saja dibatalkan oleh mereka yang berpendapat bahwa hukum hal itu adalah haram.. Adapun kamu telah menyelisihi pandangan Umar pada kedua masalahnya ini sekaligus. Kamu mengatakan tidak ada hukuman atas seseorang yang menikah hanya disaksikan oleh seorang laki-laki dan seorang wanita, dan tidak ada pula hukuman bagi seseorang yang menikah dengan system mut‟ah. Imam Syafi’I berkata: Malik telah mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Sa‟id, dari Sa‟id bin Al Musayyib, ia berkata,”Umar bin Khattab berkata‟ Siapa saja di antara laki-laki yang menikahi wanita yang mengidap penyakit gila, kusta atau belangm lalu si laki- laki telah menetapkan maharnya, maka wanita itu berhak mendapatkan mahar secara sempurna, namun suami dapat menuntut ganti rugi atas mahar kepada wali si wanita‟.”
  • 15. 12 Imam Malik berkata,”Hanya saja si laki-laki dapat menuntut ganti rugi kepada wali si wanita apabila wali yang menikahkan adalah bapak, saudara atau orang yang diduga megetahui adanya hal-hal tersebut pada diri si wanita. Bila tidak demikian, maka tidak ada hak bagi laki-laki menuntut ganti rugi dari si wali, namun si wanita harus mengembalikan mahar yang telah ia terima. Hanya saja disisakan dari mahar itu sekedar imbalan atas penghalalan kemluannya jika suami telah mencampurinya.” Ar-Rabi’berkata: Sesungguhnya keputusan Imran dalam masalah ini adalah, si wanita mendapatkan mahar atas imbalan hubungan intim yang terjadi. Lalu si laki-laki berhak menuntut ganti rugi kepada wali si wanita karena dirinya telah ditipu. Adapun penipu harus bertangung. Nikah Mut‟ah: seseorang menikahi perempuan dalam tempo waktu sehari, seminggu,sebulan,kurang setahun atau lebih, dengan memberikan sejumlah mahar tertentu, dan saat jatuh tempo yang ditentukan maka laki-laki tersebut menalaknya. Nikah semacam ini fasid dan tidak boleh, karena akan mendatangkan mudharat bagi perempuan, dan menjadikan perempuan sebagai barang dagangan yang berpindah pindah dari satu tangan ke tangan laki-laki lain. Dan juga mendatangkan mudharat bagi anak- anak lain, karena mereka tidak akan mendapatkan rumah sebagai tempat tinggal dan tempat belajar (pendidikan) bagi mereka. Nikah semacam ini bertujuan melampiaskan hawa nafsu belaka, bukan untuk mendapatkan keturunan dan juga pendidikan. Nikah mut‟ah seperti ini pernah dihalalkan pada periode awal islam dalam jangka waktu tertentu, kemudian diharamkan untuk selamanya. Diriwayatkan dari Sabarah Al-Juhani Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Wahai umat manusia sesungguhnya aku pernah mengizinkan kalian bersenang-senang dengan perempuan (mut‟ah). Sungguh Allah telah mengharamkan hal itu hingga hari kiamat. Barangsiapa yang
  • 16. 13 memiliki hak sesuatu atas mereka (perempuan- perempuan), maka hendaklah ia membiarkannya (meninggalkannya), dan janganlah kalian mengambil sesuatu apapun atas apa yang telah kamu berikan kepada mereka.” Siapa yang telah mempnyai empat istri, kemudian menikah lagi dengan istri yang kelima, maka nikahnya batal (fasid) dan wajib dicegah. C. Hikmah dilarangnya Nikah Mut’ah 1. Hikmah pengharaman nikah mut‟ah adalah tidak terealisasinya tujuan- tujuan dasar pernikahan abadi dan langeng, serta tidak bertujuan keluarga yang langgeng. Sehingga diharamkan tidak akan lahir anak-anak hasil zina dan lelakinya yang memanfaatkan nikah mut‟ah untuk berbuat zina. 2. Hikmah dilarangnya mut‟ah lebih menjamin terhindarinya promiskuitas atau pencampur adukan benih yang berdampak negatif seperti ketiddak jelasan nasab dan timbulnya penyakit kelamin yaitu yang paling berbahaya adalah Aids. 3. Menghormati lima hal prinsip utama yaitu perlindungan atas agama, jiwa, akal, keturunan ,akal dan harta.
  • 17. 14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Definisi mut‟ah berasal dari mata‟a (tamatta‟a) yang berarti bersenang- senang. Dikatakan nikah mut‟ah, yaitu apabila seorang laki-laki menikahi seorang perempuan dengan menentukan lamanya masa pernikahan mereka, baik sehari, seminggu, maupun sebulan. Nikah mut‟ah disebut juga zawaj muaqqat (kawin sementara) dan zawaj mungqathi (kawin kontrak), yaitu seorang laki-laki menyelenggarakan akad nikah dengan seseorang perempuan untuk jangka waktu sehari, atau sepekan, sebulan, atau batasan-batasan waktu lainnya yang telah diketahui. 2. Ijma bersepakat atas keharaman nikah mut‟ah berlandaskan sabda Rasulullah : ‫إوي‬ ،‫اس‬ّ‫ى‬‫أيهاال‬‫القيامة‬ ‫يىم‬ ‫إلى‬ ‫حرمها‬ ‫قد‬ ‫هللا‬ ‫وإن‬ ‫أال‬ ،‫اإلستمتاع‬ ‫في‬ ‫لكم‬ ‫أذوت‬ ‫كىت‬ “Wahai manusia! Aku pernah mengizinkan kalian melakukan nikah mut‟ah, tapi ketahuilah bahwa Allah telah mengharamkannya sampai hari kiamat. (HR. Muslim didalam shahih Muslim) 3. Diantara hikmah pengharaman nikah mut‟ah adalah tidak terealisasinya tujuan-tujuan dasar pernikahan abadi dan langeng, serta tidak bertujuan keluarga yang langgeng. Sehingga diharamkan tidak akan lahir anak-anak hasil zina dan lelakinya yang memanfaatkan nikah mut‟ah untuk berbuat zina.
  • 18. 15 DAFTAR PUSTAKA Sayyid Sabiq, 2013. Fiqh Sunnah Vol. 3. Jakarta: Penerbit Pundi Aksara. Abdul Azhim, 2011. Al-Wajiz Ensiklopedi Fiqh Islam. Jakarta: Penerbit Pustaka Sunnah. Imam Syafi‟i, 2008. Ringkasan Kitab Al-Umm. Jakarta: Penerbit Pustaka Azzam. Kasdi Abdurrahman, 2011. Masail Fiqhiyyah; Kajian Fiqh atas Masalah-masalah Kontemporer. Kudus: STAIN Kudus.