SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
RATIONAL EMOTIVE THERAPY
DWITIAS TITI
(K3115008)
Disusun oleh:
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RATIONAL EMOTIVE THERAPY
A. Prinsip Dasar
B. Konsep Dasar
C. Tujuan Konseling
D. Hubungan Konselor Klien
E. Langkah-Langkah Konseling
F. Teknik-teknik Konseling
G. Kesesuaian Konseling Rasional-Emotif jika diterapkan di
Indonesia
Tokoh Rational Emotive Therapy
ALBERT ELLIS
A. PRINSIP DASAR
Menurut Soeharto (2009:37), Rational Emotive
Therapy (RET) adalah teknik atau pendekatan atau
model konseling serta terapi yang komprehensif,
berorientasi pada aspek emosi dan rasio, dan
mengarahkan terapinya pada pengubahan perilaku klien
melalui pengubahan cara berfikir klien yang irrasional
atau emosional menjadi cara berfikir yang rasional.
Rational Emotive Therapy adalah aliran
psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa
manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk
berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir
irasional dan jahat (Corey, 2007:238).
Manusia memiliki kecenderungan berpikir rasional
berupa untuk memberikan kegembiraan, kesenangan hidup,
mendorong perkembangan dan aktualisasi diri pada manusia.
Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-
kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari
pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan
secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme
dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan dan
aktualisasi diri, serta berfikir irasional
Rational Emotive Therapy, manusia dilahirkan
dengan kecenderungan untuk mendesakkan
pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan
daya-kunci, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan
dalam hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa
yang diinginkannya, manusia mempersalahkan diri
sendiri atau orang lain (Ellis, dalam Corey 2007:238)
B. KONSEP DASAR
Menurut Corey (2007:240), berpandangan bahwa
kepribadian dan tingkah laku serta gangguan-gangguan terapi
rational-emotif meliputi:
a. Neurosis, didefinisikan sebagai “berpikir dan bertingkah laku
irasional”
b. Psikopatologi mempelajari keyakinan-keyakinan irasional
yang berasal dari orang-orang yang berpengaruh selama
masa kanak-kanak. Bagaimanapun, kita secara aktif
membentuk keyakinan-keyakinan keliru dengan proses
Menurut Ellis (dalam Corey, 2007:240) Emosi
adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berpikir
buruk tentang sesuatu, maka kita pun akan
merasakan sesuatu itu sebagai hal yang buruk.
Menurut Latipun (dalam Namora, 2011:177)
menyatakan Teori A-B-C tentang Kepribadian:
A (Antecedent events) yang diartikan sebagai peristiwa
mengaktifkan
B (Beliefs) yang diartikan sebagai kepercayaan/keyakinan
C (Consequences) yang diartikan sebagai konsekuensi atau
reaksi emosional
Arti dari teori ini adalah B, yaitu keyakinan individu
tentang A, yang menjadi penyebab C, yakni reaksi emosional
CONTOH KASUS RET:
Misalnya, jika seseorang menderita depresi
perceraian, maka bukan perceraian itu sendiri yang
menjadi penyebab timbulnya reaksi depresif, melainkan
keyakinan orang itu tentang perceraian sebagai
kegagalan, atau kehilangan teman hidup.
C. TUJUAN KONSELING
Tujuan utama dari konseling rasional-emotif
adalah memperbaiki dan mengubah sikap individu
dengan cara mengubah cara berpikir dan keyakinan
klien yang irasional menuju cara berpikir yang
rasional sehingga klien dapat meningkatkan kualitas
diri dan kebahagiaan hidupnya (Namora, 2011 : 180-
181).
Selain itu Willis (dalam Namora, 2011:181)
mengatakan bahwa tujuan konseling rasional emotif
yaitu menghilangkan gangguan emosional yang
merusak diri sendiri, seperti rasa benci, rasa takut,
rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, rasa was-
was, dan rasa marah dengan melatih sistem
keyakinan hidup secara rasional serta membangkitkan
keberanian untuk memiliki kepercayaan dan
kemampuan diri sendiri dalam menghadapi masa
Menurut Ellis (dalam Namora, 2011:181),
rasional-emotif tidak hanya diarahkan untuk
menghilangkan gejala, akan tetapi juga membantu
klien untuk mengetahui dan merubah beberapa nilai
dasar keyakinan klien terutama yang menimbulkan
gangguan.
D. HUBUNGAN KONSELOR-KLIEN
Ellis (dalam Corey 2007 : 250) hubungan antara
konselor dengan klien yang intens memiliki arti yang
sekunder, artinya hubungan konselor dengan klien
yang intens bukan merupakan hal yang paling penting
dalam konseling rasional-emotif, namun hubungan yang
baik harus tetap dijalin dengan klien.
Selain itu terapi atau konseling rasional emotif
adalah sebuah proses edukatif karena salah satu dari
tugas konselor adalah mengajarkan dan
membenarkan perilaku klien melalui pengubahan cara
berpikirnya.
Konselor bertindak sebagai pendidik yang
antara lain memberi tugas pada klien serta
mengajarkan strategi untuk memperkuat proses
berpikirnya (Namora, 2011 : 180).
E. PROSES KONSELING
Langkah-langkah Rational Emotive Therapy
implisit di dalam peran konselor dalam terapi ini
(Soeharto, 2009:39-40). Peran konselor tergambar
pada apa yang dilakukan oleh konselor Rational
Emotive Therapy, sebagai berikut:
1. Mengajak dan mendorong klien untuk meninggalkan
ide-ide irasional yang mendasari gangguan
emosional dan perilaku.
3. Menunjukkan kepada klien azas tidak logis dari
berfikirnya
4. Menggunakan analisis logis untuk mengurangi
keyakinan irasional klien
5. Menunjukkan bahwa keyakinan irasional ini pasti
senantiasa mengarahkan klien pada gangguan-
gangguan emosional dan behavioral.
6. Menggunakan humor untuk menentang irasionalitas
pemikiran klien
7. Menjelaskan klien bagaimana ide-ide yang irasional
ini dapat ditempatkan kembali atau diganti dengan
ide-ide yang rasional
8. Mengejar klien bagaimana mengaplikasikan
pendekatan ilmiah, obyektif, dan logis dalam berfikir,
dan selanjutnya melatih diri klien untuk
mengobservasi dan menghayati sendiri bahwa ide-ide
irasional dan tidak logis hanya akan membantu
perkembangan perilaku dan perasaan yang dapat
menghancurkan atau merusak diri sendiri.
F. TEKNIK-TEKNIK KONSELING
Menurut Soeharto (2009:40-44), teknik-teknik
konseling dalam Rational Emotive Therapy
dikembangkan berdasarkan beberapa pendekatan, dan
pengelompokannya sebagai berikut:
1. Berdasarkan Pendekatan Emotif – Eksperiensial
2. Berdasarkan Pendekatan Behavioristik
3. Berdasarkan Pendekatan Kognitif
1. Berdasarkan Pendekatan Emotif – Eksperiensial
Pendekatan Emotif – Eksperiensial, yakni teknik
untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan
emosional dan perasaan yang merusak diri sendiri,
meliputi teknik-teknik:
a. Latihan Asertif (Assertive Training)
b. Sosiodrama (Sociodrama)
c. Model Diri (Self Modelling)
d. Imitasi (Imitation)
2. Berdasarkan Pendekatan Behavioristik
Pendekatan Behavioristik, yakni teknik untuk
memodifikasi perilaku-perilaku negative klien dengan
mengubah akar-akar keyakinannya yang irasional atau
tidak logis, meliputi teknik-teknik:
a. Penguatan (Reinforcement)
b. Model Sosial (Social Modelling)
c. Pengkondisian yang berlawan(Counter
Conditioning)
3. Berdasarkan Pendekatan Kognitif
Pendekatan Kognitif, yakni teknik untuk
melawan (counter) system keyakinan yang
transaksional pada klien serta perilaku-perilaku
negatifnya. Dengan teknik ini, klien didorong dan
dimodifikasi aspek kognitifnya agar dapat berfikir
rasional dan logis. Dengan demikian klien dapat
bertindak atau berperilaku sesuai system nilai yang
diharapkan baik terhadap dirinya sendiri maupun
Beberapa teknik berdasarkan Pendekatan Kognitif,
diantaranya adalah:
a. Pemberian Tugas Rumah (Home Work
Asignments)
b. Terapi Bacaan (Blibliotherapy)
c. Diskusi (Discussion)
d. Simulasi (Simulation)
e. Permainan (Gaming)
f. Keinginan yang Berlawanan (Paradoxical Intention)
g. Asertif (Assertive)
G. KESESUAIAN KONSELING RASIONAL-EMOTIF
DENGAN BUDAYA INDONESIA
Konseling rasional-emotif merupakan konseling
dimana konselor berperan aktif dan direktif dalam
membantu klien. Konselor mengarahkan klien untuk
merubah perilaku dan fikirannya yang irasional dan
tidak logis menjadi pemikiran yang logis dan rasional.
Dalam konseling rasional-emotif konselor menjadi
model bahkan sebagai pendidik untuk kliennya
(Namora, 2011 : 179).
Budaya mayarakat Indonesia yang senang
diperintah baik mereka yang lebih berkuasa atau
yang lebih tua. “sering mereka insecure
(ketidakpastian psikologis) bila mereka tidak diawasi
atau diperintahdengan jelas, dengan mudah mereka
bingung dan membiarkan saja” (Mulder, 1986:40).
Selain itu Frans Magnis Suseno (dalam Jurnal
Psikologi) mengatakan bahwa dalam masyarakat jawa,
orang yang lebih muda atau lebih rendah jabatannya
sangat menghormati orang yang lebih tua atau
memiliki jabatan yang lebih tinggi. Konsep diri orang
jawa merasa menjadi orang yang berbeda ketika
bersama orang yang berbeda. Sebagai contoh, ketika
bersama konselor, klien akan menganggap kedudukan
dirinya di bawah konselor, sehingga klien
menganggap dirinya harus hormat dan patuh kepada
Sehingga dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa konseling rasional-emotif sesuai dengan
budaya Indonesia, khususnya budaya masyarakat
jawa yang sangat menghormati orang lain dan
memiliki sikap “sendika dawuh” (patuh) kepada orang
yang dihormati (konselor).

More Related Content

What's hot

Terapi rasional emotif
Terapi rasional emotifTerapi rasional emotif
Terapi rasional emotifikko nurullita
 
Ppt analisis transaksional
Ppt analisis transaksionalPpt analisis transaksional
Ppt analisis transaksionalelsanugrahita
 
Pendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasPendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasIFTITAH INDRIANI
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerIis Nurul Fitriyani
 
Pendekatan Konseling Behavioristik
Pendekatan Konseling BehavioristikPendekatan Konseling Behavioristik
Pendekatan Konseling BehavioristikLanggeng Prayogo
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)Nur Arifaizal Basri
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersAi Nurhasanah
 
Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)
Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)
Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)zakariaye
 
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisPendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisLanggeng Prayogo
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredmisbakhulfirdaus
 
jawaban UAS TI dalam BK
jawaban UAS TI dalam BKjawaban UAS TI dalam BK
jawaban UAS TI dalam BKbkupstegal
 
Cognitive-Behavior Therapy
Cognitive-Behavior TherapyCognitive-Behavior Therapy
Cognitive-Behavior Therapynurinaagustina88
 
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIFVERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIFNur Arifaizal Basri
 
RPL Bimbingan dan Konseling
RPL Bimbingan dan Konseling RPL Bimbingan dan Konseling
RPL Bimbingan dan Konseling IndraRamadhani3
 

What's hot (20)

Terapi rasional emotif
Terapi rasional emotifTerapi rasional emotif
Terapi rasional emotif
 
Ppt analisis transaksional
Ppt analisis transaksionalPpt analisis transaksional
Ppt analisis transaksional
 
Pendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasPendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitas
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
 
Ppt client centered
Ppt  client centeredPpt  client centered
Ppt client centered
 
AUM PTSDL
AUM PTSDLAUM PTSDL
AUM PTSDL
 
Pendekatan Konseling Behavioristik
Pendekatan Konseling BehavioristikPendekatan Konseling Behavioristik
Pendekatan Konseling Behavioristik
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistik
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. Rogers
 
Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)
Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)
Makalah rasional emotif (Zakaria Yahya)
 
Teori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestaltTeori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestalt
 
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling PsikoanalisisPendekatan Konseling Psikoanalisis
Pendekatan Konseling Psikoanalisis
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centered
 
jawaban UAS TI dalam BK
jawaban UAS TI dalam BKjawaban UAS TI dalam BK
jawaban UAS TI dalam BK
 
Contoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompokContoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompok
 
Cognitive-Behavior Therapy
Cognitive-Behavior TherapyCognitive-Behavior Therapy
Cognitive-Behavior Therapy
 
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIFVERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
VERBATIM TEKNIK RESTRUKTURING KOGNITIF
 
Ppt carl rogers
Ppt carl rogersPpt carl rogers
Ppt carl rogers
 
RPL Bimbingan dan Konseling
RPL Bimbingan dan Konseling RPL Bimbingan dan Konseling
RPL Bimbingan dan Konseling
 

Similar to Rational Emotive Therapy by Dwitias Titi

Peta kognitif pendekatan pada bk
Peta kognitif pendekatan pada bkPeta kognitif pendekatan pada bk
Peta kognitif pendekatan pada bkbaeniikhwati
 
Rational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior TherapyRational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior Therapymncgita
 
Tugas ppt konseling_rational_emotive
Tugas ppt konseling_rational_emotiveTugas ppt konseling_rational_emotive
Tugas ppt konseling_rational_emotivemayangfeby
 
Rational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior TherapyRational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior Therapymncgita
 
Teori emosional emotif terapi
Teori emosional emotif terapiTeori emosional emotif terapi
Teori emosional emotif terapiroseixora
 
Teori emosional emotif terapi
Teori emosional emotif terapi Teori emosional emotif terapi
Teori emosional emotif terapi roseixora
 
Teorikaunseling 090910112241-phpapp01
Teorikaunseling 090910112241-phpapp01Teorikaunseling 090910112241-phpapp01
Teorikaunseling 090910112241-phpapp01onnel_91
 
5 pengenalanteorikaunseling-120927011516-phpapp01
5 pengenalanteorikaunseling-120927011516-phpapp015 pengenalanteorikaunseling-120927011516-phpapp01
5 pengenalanteorikaunseling-120927011516-phpapp01Azmi & Sharifah Legacy
 
Rational emotif terapy
Rational emotif terapyRational emotif terapy
Rational emotif terapyPatuh Ardianto
 
Rational emotif terapy
Rational emotif terapyRational emotif terapy
Rational emotif terapyardianperwira
 

Similar to Rational Emotive Therapy by Dwitias Titi (20)

Ppt makalah
Ppt makalahPpt makalah
Ppt makalah
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Peta kognitif pendekatan pada bk
Peta kognitif pendekatan pada bkPeta kognitif pendekatan pada bk
Peta kognitif pendekatan pada bk
 
pertemuan 4.pdf
pertemuan 4.pdfpertemuan 4.pdf
pertemuan 4.pdf
 
pertemuan 4.ppt
pertemuan 4.pptpertemuan 4.ppt
pertemuan 4.ppt
 
(korem)
(korem)(korem)
(korem)
 
Pendekatan bk
Pendekatan bkPendekatan bk
Pendekatan bk
 
Rational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior TherapyRational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior Therapy
 
Tugas ppt konseling_rational_emotive
Tugas ppt konseling_rational_emotiveTugas ppt konseling_rational_emotive
Tugas ppt konseling_rational_emotive
 
Rational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior TherapyRational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior Therapy
 
Teori emosional emotif terapi
Teori emosional emotif terapiTeori emosional emotif terapi
Teori emosional emotif terapi
 
Teori emosional emotif terapi
Teori emosional emotif terapi Teori emosional emotif terapi
Teori emosional emotif terapi
 
Teorikaunseling 090910112241-phpapp01
Teorikaunseling 090910112241-phpapp01Teorikaunseling 090910112241-phpapp01
Teorikaunseling 090910112241-phpapp01
 
Teori Kaunseling
Teori KaunselingTeori Kaunseling
Teori Kaunseling
 
7. ret hans
7. ret hans7. ret hans
7. ret hans
 
5.pengenalan teori kaunseling
5.pengenalan teori kaunseling5.pengenalan teori kaunseling
5.pengenalan teori kaunseling
 
5 pengenalanteorikaunseling-120927011516-phpapp01
5 pengenalanteorikaunseling-120927011516-phpapp015 pengenalanteorikaunseling-120927011516-phpapp01
5 pengenalanteorikaunseling-120927011516-phpapp01
 
Rational emotif terapy
Rational emotif terapyRational emotif terapy
Rational emotif terapy
 
Rational emotif terapy
Rational emotif terapyRational emotif terapy
Rational emotif terapy
 
Rasional emotif
Rasional emotifRasional emotif
Rasional emotif
 

Recently uploaded

PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 

Recently uploaded (20)

PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 

Rational Emotive Therapy by Dwitias Titi

  • 1. RATIONAL EMOTIVE THERAPY DWITIAS TITI (K3115008) Disusun oleh: UNIVERSITAS SEBELAS MARET
  • 2. RATIONAL EMOTIVE THERAPY A. Prinsip Dasar B. Konsep Dasar C. Tujuan Konseling D. Hubungan Konselor Klien E. Langkah-Langkah Konseling F. Teknik-teknik Konseling G. Kesesuaian Konseling Rasional-Emotif jika diterapkan di Indonesia
  • 3. Tokoh Rational Emotive Therapy ALBERT ELLIS
  • 4. A. PRINSIP DASAR Menurut Soeharto (2009:37), Rational Emotive Therapy (RET) adalah teknik atau pendekatan atau model konseling serta terapi yang komprehensif, berorientasi pada aspek emosi dan rasio, dan mengarahkan terapinya pada pengubahan perilaku klien melalui pengubahan cara berfikir klien yang irrasional atau emosional menjadi cara berfikir yang rasional.
  • 5. Rational Emotive Therapy adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat (Corey, 2007:238).
  • 6. Manusia memiliki kecenderungan berpikir rasional berupa untuk memberikan kegembiraan, kesenangan hidup, mendorong perkembangan dan aktualisasi diri pada manusia. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan- kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri, serta berfikir irasional
  • 7. Rational Emotive Therapy, manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan daya-kunci, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa yang diinginkannya, manusia mempersalahkan diri sendiri atau orang lain (Ellis, dalam Corey 2007:238)
  • 8. B. KONSEP DASAR Menurut Corey (2007:240), berpandangan bahwa kepribadian dan tingkah laku serta gangguan-gangguan terapi rational-emotif meliputi: a. Neurosis, didefinisikan sebagai “berpikir dan bertingkah laku irasional” b. Psikopatologi mempelajari keyakinan-keyakinan irasional yang berasal dari orang-orang yang berpengaruh selama masa kanak-kanak. Bagaimanapun, kita secara aktif membentuk keyakinan-keyakinan keliru dengan proses
  • 9. Menurut Ellis (dalam Corey, 2007:240) Emosi adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berpikir buruk tentang sesuatu, maka kita pun akan merasakan sesuatu itu sebagai hal yang buruk.
  • 10. Menurut Latipun (dalam Namora, 2011:177) menyatakan Teori A-B-C tentang Kepribadian: A (Antecedent events) yang diartikan sebagai peristiwa mengaktifkan B (Beliefs) yang diartikan sebagai kepercayaan/keyakinan C (Consequences) yang diartikan sebagai konsekuensi atau reaksi emosional Arti dari teori ini adalah B, yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C, yakni reaksi emosional
  • 11. CONTOH KASUS RET: Misalnya, jika seseorang menderita depresi perceraian, maka bukan perceraian itu sendiri yang menjadi penyebab timbulnya reaksi depresif, melainkan keyakinan orang itu tentang perceraian sebagai kegagalan, atau kehilangan teman hidup.
  • 12. C. TUJUAN KONSELING Tujuan utama dari konseling rasional-emotif adalah memperbaiki dan mengubah sikap individu dengan cara mengubah cara berpikir dan keyakinan klien yang irasional menuju cara berpikir yang rasional sehingga klien dapat meningkatkan kualitas diri dan kebahagiaan hidupnya (Namora, 2011 : 180- 181).
  • 13. Selain itu Willis (dalam Namora, 2011:181) mengatakan bahwa tujuan konseling rasional emotif yaitu menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri sendiri, seperti rasa benci, rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, rasa was- was, dan rasa marah dengan melatih sistem keyakinan hidup secara rasional serta membangkitkan keberanian untuk memiliki kepercayaan dan kemampuan diri sendiri dalam menghadapi masa
  • 14. Menurut Ellis (dalam Namora, 2011:181), rasional-emotif tidak hanya diarahkan untuk menghilangkan gejala, akan tetapi juga membantu klien untuk mengetahui dan merubah beberapa nilai dasar keyakinan klien terutama yang menimbulkan gangguan.
  • 15. D. HUBUNGAN KONSELOR-KLIEN Ellis (dalam Corey 2007 : 250) hubungan antara konselor dengan klien yang intens memiliki arti yang sekunder, artinya hubungan konselor dengan klien yang intens bukan merupakan hal yang paling penting dalam konseling rasional-emotif, namun hubungan yang baik harus tetap dijalin dengan klien.
  • 16. Selain itu terapi atau konseling rasional emotif adalah sebuah proses edukatif karena salah satu dari tugas konselor adalah mengajarkan dan membenarkan perilaku klien melalui pengubahan cara berpikirnya. Konselor bertindak sebagai pendidik yang antara lain memberi tugas pada klien serta mengajarkan strategi untuk memperkuat proses berpikirnya (Namora, 2011 : 180).
  • 17. E. PROSES KONSELING Langkah-langkah Rational Emotive Therapy implisit di dalam peran konselor dalam terapi ini (Soeharto, 2009:39-40). Peran konselor tergambar pada apa yang dilakukan oleh konselor Rational Emotive Therapy, sebagai berikut: 1. Mengajak dan mendorong klien untuk meninggalkan ide-ide irasional yang mendasari gangguan emosional dan perilaku.
  • 18. 3. Menunjukkan kepada klien azas tidak logis dari berfikirnya 4. Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan irasional klien 5. Menunjukkan bahwa keyakinan irasional ini pasti senantiasa mengarahkan klien pada gangguan- gangguan emosional dan behavioral. 6. Menggunakan humor untuk menentang irasionalitas pemikiran klien
  • 19. 7. Menjelaskan klien bagaimana ide-ide yang irasional ini dapat ditempatkan kembali atau diganti dengan ide-ide yang rasional 8. Mengejar klien bagaimana mengaplikasikan pendekatan ilmiah, obyektif, dan logis dalam berfikir, dan selanjutnya melatih diri klien untuk mengobservasi dan menghayati sendiri bahwa ide-ide irasional dan tidak logis hanya akan membantu perkembangan perilaku dan perasaan yang dapat menghancurkan atau merusak diri sendiri.
  • 20. F. TEKNIK-TEKNIK KONSELING Menurut Soeharto (2009:40-44), teknik-teknik konseling dalam Rational Emotive Therapy dikembangkan berdasarkan beberapa pendekatan, dan pengelompokannya sebagai berikut: 1. Berdasarkan Pendekatan Emotif – Eksperiensial 2. Berdasarkan Pendekatan Behavioristik 3. Berdasarkan Pendekatan Kognitif
  • 21. 1. Berdasarkan Pendekatan Emotif – Eksperiensial Pendekatan Emotif – Eksperiensial, yakni teknik untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan emosional dan perasaan yang merusak diri sendiri, meliputi teknik-teknik: a. Latihan Asertif (Assertive Training) b. Sosiodrama (Sociodrama) c. Model Diri (Self Modelling) d. Imitasi (Imitation)
  • 22. 2. Berdasarkan Pendekatan Behavioristik Pendekatan Behavioristik, yakni teknik untuk memodifikasi perilaku-perilaku negative klien dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang irasional atau tidak logis, meliputi teknik-teknik: a. Penguatan (Reinforcement) b. Model Sosial (Social Modelling) c. Pengkondisian yang berlawan(Counter Conditioning)
  • 23. 3. Berdasarkan Pendekatan Kognitif Pendekatan Kognitif, yakni teknik untuk melawan (counter) system keyakinan yang transaksional pada klien serta perilaku-perilaku negatifnya. Dengan teknik ini, klien didorong dan dimodifikasi aspek kognitifnya agar dapat berfikir rasional dan logis. Dengan demikian klien dapat bertindak atau berperilaku sesuai system nilai yang diharapkan baik terhadap dirinya sendiri maupun
  • 24. Beberapa teknik berdasarkan Pendekatan Kognitif, diantaranya adalah: a. Pemberian Tugas Rumah (Home Work Asignments) b. Terapi Bacaan (Blibliotherapy) c. Diskusi (Discussion) d. Simulasi (Simulation) e. Permainan (Gaming) f. Keinginan yang Berlawanan (Paradoxical Intention) g. Asertif (Assertive)
  • 25. G. KESESUAIAN KONSELING RASIONAL-EMOTIF DENGAN BUDAYA INDONESIA Konseling rasional-emotif merupakan konseling dimana konselor berperan aktif dan direktif dalam membantu klien. Konselor mengarahkan klien untuk merubah perilaku dan fikirannya yang irasional dan tidak logis menjadi pemikiran yang logis dan rasional. Dalam konseling rasional-emotif konselor menjadi model bahkan sebagai pendidik untuk kliennya (Namora, 2011 : 179).
  • 26. Budaya mayarakat Indonesia yang senang diperintah baik mereka yang lebih berkuasa atau yang lebih tua. “sering mereka insecure (ketidakpastian psikologis) bila mereka tidak diawasi atau diperintahdengan jelas, dengan mudah mereka bingung dan membiarkan saja” (Mulder, 1986:40).
  • 27. Selain itu Frans Magnis Suseno (dalam Jurnal Psikologi) mengatakan bahwa dalam masyarakat jawa, orang yang lebih muda atau lebih rendah jabatannya sangat menghormati orang yang lebih tua atau memiliki jabatan yang lebih tinggi. Konsep diri orang jawa merasa menjadi orang yang berbeda ketika bersama orang yang berbeda. Sebagai contoh, ketika bersama konselor, klien akan menganggap kedudukan dirinya di bawah konselor, sehingga klien menganggap dirinya harus hormat dan patuh kepada
  • 28. Sehingga dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling rasional-emotif sesuai dengan budaya Indonesia, khususnya budaya masyarakat jawa yang sangat menghormati orang lain dan memiliki sikap “sendika dawuh” (patuh) kepada orang yang dihormati (konselor).