1. Nama : Baeni Ikhwati
Kelas : 4a
NPM : 1113500044
Peta Kognitif Pendekatan Rational Emotif Theraphy
No Aspek Keterangan
1 Tokoh Albert Ellis
2 Konsep Dasar Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang
memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional.
Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif,
bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional
individu itu menjadi tidak efektif.Reaksi emosional seseorang
sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi
yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau
emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak
logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam
berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.
Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis
yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat
dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata
yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara
berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara
berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri
harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang
dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara
verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian
dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga
pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent
event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka
pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau
memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian,
tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga,
kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan
merupakan antecendent event bagi seseorang.
Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi
diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua
macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan
keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan
yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang
tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif.
Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system
berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan
keran itu tidak produktif.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional
2. sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang
atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event
(A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi
disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan
(B) baik yang rB maupun yang iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC
ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-
keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-
dampak (effects; E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan
yang rasional.
Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian
karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa
tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan
orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis
bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami
orang depresi, melainkan menyerang keyakinan mereka yang negatif
terhadap diri sendiri.
Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui
titik utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus
mengerti bahwa keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian
filosofis”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis,
persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan
menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.
3 Hakekat
Manusia
Neurosis, yang didefinisikan sebagai “ berfikir dan
bertingkah laku irasional “, adalah sesuatu keadaan alami yang pada
taraf tertentu menimpa kita semua. Keadaan ini berakar dalam pada
kenyataan bahwa kita adalah manusia dan hidup dengan manusia-
manusia lain dalam masyarakat.
Psikopatologi pada mulanya dipelajari dan diperhebat oleh timbunan
keyakinan-keyakinan irasional yang berasal dari orang-orang yang
berpengaruh pada masa kanak-kanak.
Emosi-emosi adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berfikir
buruk tentang sesuatu, maka kita pun akan merasakan sesuatu itu
sebagai hal yang buruk.
TRE menekankan bahwa menyalahkan adalah inti sebagian
besar gangguan emosional. Oleh karena itu, jika kita ingin
menyembuhkan orang yang neurotik atau psikotik, kita harus
menghentikan peyalahan diri dan penyalahan terhadap orang lain
yang ada pada orang tersebut.
TRE berhipotesis bahwa karena kita tumbuh dalam
masyarakat, kita cenderung menjadi korkan dari gagasan-gagasan
yang keliru. Beberapa gagasan irasional yang menonjol yang terus-
menerus diinternalisasi dan tanpa dapat dihindari mengakibatkan
kekalahan diri. Ellis berpendapat sebagai berikut :
1. gagasan bahwa sangat perlu bagi orang dewasa untuk dicintai
atau disetujui oleh setiap orang yang berarti
dimasyarakatnya;
2. gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten,layak,
dan berprestasi dalam segala hal;
3. gagasanbahwa orang-orang tertentu buruk, keji, atau jahat
3. dan harus dikutuk dan dihuum atas kejahatannya;
4. gagasan bahwa lebih mudah menghindari daripada
menghadapi kesulitan-kesulitan hidup dan tanggung jawab
pribadi;
5. gagasan bahwa merupakan bencana yang mengerikan apabila
hal-hal menjadi tidak seperti yang diharapkan;
6. gagasan bahwa ketidakbahagiaan manusia terjadi oleh
penyebab-penyebab dari luar dan bahwa orang-orang hanya
memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan untuk
mengendalikan kesusahan-kesusahan dan gangguannya;
7. gagasan bahwa masa lampau adalah determinan yang
terpenting dari tingkah laku seseorang sekarang dan bahwa
karena dulu sesuatu pernah mempengaruhi kehidupan
seseorang.
4 Hakekat
Konseling
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur
yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan
untuk mengubahtingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun
secara bersama-sama oleh konselor dan klien.
5 Tujuan
Konseling
Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam terapi
rasional emotif yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu : "
meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan
membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih
realistik". Tujuan psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan
kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri merka telah dan
masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional
yang dialami oleh mereka.
Ringkasnya, proses terapeutik terdiri atas penyembuhan irasionalitas
dengan rasionalitas. Karena individu pada dasarnya adalah makhluk
rasional dan karena sumber ketidakbhagiaannya adalah irasionalitas,
maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir
rasional. Proses terapi, karenanya sebagian besar adalah proses
belajar-mengajar. Menghapus pandangan hidup klien yang
mengalahkan diri dan membantu klien dalam memperoleh
pandangan hidup yang lebih toleran dan rasional.
Tujuan dari Rational Emotive Theory adalah:
Memperbaiki dan mengubah segala perilaku yang irasional
dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat
mengembangkan dirinya.
Menghilangkan gangguan emosional yang merusak.
Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance,
Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitment,
Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.
6 Karakteristik
Konseling
Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :
1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling
konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam
menghadapi dan memecahkan masalahnya.
2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang
4. dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan
berintikan pemecahan masalah yang rasional.
3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling
yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi
klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan
emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang
keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang
dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong
terjadinya perubahan tingkah laku klien.
7 Peran dan
Fungsi Konselor
Operasionalisasi tugas konselor : lebih edukatif-direktif kepada
klien, dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan,
khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan masalah klien
secara langsung; menggunakan pendekatan yang dapat memberi
semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian
memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan
gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah
yang menyebabkan hambatan emosional pada klien; mendorong
klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya;
menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan
humor dan “menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir
secara irasional.
8 Asumsi Perilaku
Bermasalah
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku
bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada
cara berpikir yang irrasional.
Ciri-ciri berpikir irasional : (a) tidak dapat dibuktikan; (b)
menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran,
prasangka) yang sebenarnya tidak perlu; (c) menghalangi individu
untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif
Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional : (a)
individu tidak berpikir jelas tentangg saat ini dan yang akan dating,
antara kenyatan dan imajinasi; (b) individu tergantung pada
perencanaan dan pemikiran orang lain; (c) orang tua atau masyarakat
memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada
individu melalui berbagai media.
Indikator keyakinan irasional : (a) manusia hidup dalam masyarakat
adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu
yang dikerjakan; (b) banyak orang dalam kehidupan masyarakat
yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut
dicurigai, disalahkan, dan dihukum; (c) kehidupan manusia
5. senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang
dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus
dihadapi oleh manusia dalam hidupnya; (d) lebih mudah untuk
menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk
mengahadapi dan menanganinya; (e) penderitaan emosional dari
seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya
mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan
penderitaan emosional tersebut; (f) pengalaman masa lalu
memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan
menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang;
(g) untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk
merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan
supranatural; dan (h) nilai diri sebagai manusia dan penerimaan
orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan
individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
9 Hubungan
Konselor
dengan Konseli
Terapis menunjukkan sikap penerimaan mereka secara
penuh dengan jalan menolak untuk mengevaluasi konselinya sebagai
pribadi sementara pada saat yang bersamaan menunjukkan
kesediaannya untuk tiada hentinya berkonfrontasi dengan pemikiran
konselinya yang tidak masuk akal serta perilaku yang bersifat
merusak diri sendiri. Tidak seperti terapis yang berorientasi pada
hubungan, TRE tidak memberikan arti utama pada kehangatan
hubungan pribadi dan pengertian empatik, dengan asumsi bahwa
hubungan yang terlalu hangat dan pengertian yang terlalu empatik
bisa menjadi kontra produktif karena bisa memupuk rasa
ketergantungan akan persetujuan dari pihak terapis. Sebenarnya,
terapis TRE bisa menerima konselinya sebagai orang yang tidak
sempurna tanpa harus menunjukkan kehangatan hubungan antar
pribadi, melainkan berbagai teknik non personal bisa digunakan,
seperti mengajar,biblioterapi, serta modifikasi perilaku (Ellis dalam
Gerald Corey, 1995) tetapi selalu memberi contoh serta juga
mengajarkan penerimaan secara penuh tanpa syarat.
Meskipun demikian, beberapa praktisi TRE
memberikan penekanan pada pentingnya membangun hubungan
saling mengerti dan hubungan kerjasama yang kadarnya lebih kuat
daripada yang diberikan Ellis. Weslerdan Wesler dalam Geral Corey
(1995:475) sepakat bahwa kondisi terapeutik Rogers (pertimbangan
positif tanpa syarat, empati, dan keaslianterapis) memang bisa
menjadi fasilitator pada perubahan, namun mereka menambahkan:
“Kita juga percaya bahwa kondisi untuk bisa berubah ini adalah
penting, tetapi kesemuanya itu dapat dilakukan dalam situasi yang
direktif maupun tidak direktif. Namun, kalau semuanya itu
tidak dilakukan, teknik apapun yang ada di dunia nampaknya tidak
akan mampu menghasilkan sesuatu”. Berkembangnya hubungan
saling mengerti yang baik antara konseli dan konselor dipandang
Walen, DiGiuseppe, dan Wessler dalam Geral Corey(1995:475-476)
sebagai ramuan kunci dalam hal memaksimalkan keuntungan
terapeutik. Seperti halnya Wesler dan Wesler, mereka menekankan
bahwa menjadi aktif dan direktif bukanlah tidak sesuai dengan
pengembangan hubungan profesional berdasarkan
6. kompetensi,kredibilitas, saling menghormati, dan komitmen untuk
menolong konseli agar bisa berubah.
Terapis rasional emotif seringkali terbuka dan
langsung dalam mengungkapkan keyakinan dan nilai mereka sendiri.
Ada beberapa orang yang sedia untuk berbagi ketidak sempurnaan
dirinya dengan konseli sebagai cara untuk mempertanyakan
pendapat konseli yang tidak realistik, yaitu bahwa terapis adalah
manusia yang pribadinya “utuh”. Dalam hal ini,transferensi tidaklah
dianjurkan, dan kalaupun itu sampai terjadi maka terapis mungkin
akan menyerangnya. Terapis ingin menunjukkan bahwa hubungan
transferensi itu didasarkan pada keyakinan yang irasional, yaitu
bahwa konsseli haruslah disenangi dan dicintai oleh terapis (atau
sosok orangtua) (Ellis dalam Gerald Corey, 1995).
10 Tahap
Konseling
Tiga tingkatan insight (wawasan) yang perlu dicapai klien dalam
konseling dengan pendekatan rasional-emotif:Pertama insight
dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri
yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian
besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang
diterima (antecedent event/kejadian sebelumnya) pada saat yang
lalu.Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk
memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah
karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang
diperoleh sebelumnya. Ketiga, insight dicapai pada saat konselor
membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada
jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan
mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.
11 Teknik
Konseling
1. Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a. Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan
membiasakan konseli untuk secara terus-menerus menyesuaikan
dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang
diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri konseli.
b. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang
dikondisikan sedemikian rupa sehingga konseli dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah
laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan
tingkah lakunya sendiri yang negatif.
2. Teknik-teknik Behavioristik
a. Reinforcement
7. Teknik untuk mendorong konseli ke arah tingkah laku yang lebih
rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward)
ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk
membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada konseli
dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan
memberikan reward ataupun punishment, maka konseli akan
menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
b. Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada
konseli. Teknik ini dilakukan agar konseli dapat hidup dalam suatu
model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru),
mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan
norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu
yang telah disiapkan oleh konselor.
3. Teknik-teknik Kognitif
a. Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk
melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai
tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan
tugas rumah yang diberikan, konseli diharapkan dapat mengurangi
atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak
rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang
ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru,
mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang
diberikan
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor
dilaporkan oleh konseli dalam suatu pertemuan tatap muka dengan
konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan
mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri
sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri
konseli dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
b. Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian konseli dalam mengekspresikan
tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain
peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama
teknik latihan asertif adalah :
mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal
yang berhubungan dengan emosinya;
membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan
hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi
orang lain;
mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan
kemampuan diri; dan
meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-
tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
12 Kelebihan Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan
menantang klien untuk meneliti rasionalitas dari keputusan
yang telah diambil serta nilai yang klien anut.
Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan
pemahaman yang di dapat oleh klien sehingga klien akan
8. langsung mampu mempraktekkan perilaku baru mereka.
Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang
komprehensif dan eklektik.
Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa
melakukanterapi sendiri tanpa intervensi langsung dari
terapis.
13 Kelemahan Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu
sehingga dalam proses terapeutik ada hal-hal yang tidak
diperhatikan.
Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan
antara klien dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi
oleh konfrontasi cepat terapis.
Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan
wewenang terapis dengan menerima pandangan terapis tanpa
benar-benar menantangnya atau menginternalisasi ide-ide
baru.
Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan
ego.
9. Peta Kognitif Konseling Realitas
No Aspek Keterangan
1 Tokoh William Glasser
2 Konsep Dasar Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang memiliki
kebutuhan dasar dan dalam kehidupannya mereka berusaha
memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan dasar manusia meliputi
kebutuhan bertahan hidup (survival), mencintai dan dicintai (love
and belonging), kekuasaan atau prestasi (power or achievement),
kebebasan atau kemerdekaan (freedom or independence), dan
kesenangan (fun) (Corey, 2005).Glesser (2000) meyakini bahwa di
antara kebutuhan dasar tersebut kebutuhan mencintai dan dicintai
merupakan yang utama dan paling sukar pemenuhannya.
Keberhasilan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
akan memberikan identitas berhasil pada dirinya, sedangkan
kegagalan akan pemenuhan kebutuhan dasar menyebabkan individu
mengembangkan identitas gagal (Rasjidan, 1994). Individu yang
memiliki identitas berhasil akan menjalankan kehidupannya sesuai
dengan prinsip 3 R, yaitu right, responsibility, dan reality (Ramli,
1994). Right merupakan nilai atau norma patokan sebagai
pembanding untuk menentukan apakah suatu perilaku benar atau
salah. Responsibility merupakan kemampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu hak-hak orang lain.
Reality merupakan kesediaan individu untuk menerima konsekuensi
logis dan alamiah dari suatu perilaku.
Individu, dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara langsung.Individu berusaha melakukan
sesuatu yang dapat membuat mereka merasa nyaman.Hal ini yang
disebut “kehidupan yang berkualitas” (quality world).Dunia yang
berkualitas merupakan “surga pribadi” yang diharapkan setiap
individu. Jadi bisa diartikan Quality World adalah cara pandang
yang unik untuk memenuhi kebutuhan. Kehidupan yang berkualitas
didasarkan atas kebutuhan dasar, tetapi dunia yang berkualitas
berbeda dengan kebutuhan.Dunia yang berkualitas bersifat umum,
sedangkan dunia yang berkualitas bersifat khusus. Agar individu
10. dapat memperoleh dunia yang berkualitas dengan baik maka
individu harus berhubugan dengan orang lain; yakni orang-orang
yang dekat dengan kita dan nyaman bila didekatnya. Ada dua pokok
inti dalam konseling realitas yang dijadikan sebagai titik tolak
kegiatan pada konseling Realitas dalam menganalisis masalah-
masalah klein, antara lain :
1. 1. Right : adalah kebenaran dari tingkah laku seseorang dengan
standar norma yang berlaku baik itu norma agama, hukum, dan lain-
lain.
2. 2. Reality : adalah kenyataan, yaitu individu bertingkah laku sesuai
dengan kenyataan yang ada.
3. Responbility:adalah bertanggung jawab, yaitu tingkah laku
dalam memenuhi kebutuhan dengan menggunakan cara yang tidak
merugikan orang lain.
3 Hakekat
Manusia
Glasser tidak memaparkan idenya menjad pokok
pikiran, namun ide-idenya dapat disaripatikan menjadi sejumlah
pokok pikiran sebagai berikut ini:
1. Konselor umumnya memandang individu atas dasar tingkah
lakunya. Pendekatan realita memandang tingkah laku
berdasar pengukuran obyektif, yang disebut realita. Ia berupa
realitas praktis dari realitas moral.
2. Manusia memiliki kebutuhan psikologis tunggal yang disebut
kebutuhan akan identitas. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
akan merasa adanya keunikan, perbedaan dan kemandirian.
3. Dasar konseling realita adalah membantu konseli mencapai
kebutuhan untuk dicintai dan mencintai serta kebutuhan
untuk merasa bahwa kita berharga bagi diri sendiri dari pada
orang lain.
4. Manusia memiliki 3 kekuatan untuk tumbuh yang
mendorong menuju identitas sukses, yaitu: mengisi dan
memuaskan identitas sukses, menampilkan tingkah laku yang
bertanggungjawab dan memiliki hubungan interpersonal
yang baik.
5. Sejalan dengan nomor 4, kekuatan tumbuh bukanlah
pembawaan. Dengan kata lain, kekuatan untuk memenuhi
kebutuan dilakukan dengan belajar sejak dini.
6. Konseling realita tidak terikat pada filsafat deterministik dala
memandang manusia, tetapi membuat asumsi bahwa pada
akhirnya manusia mengarahkan diri sendiri. Prinsip ini
berarti mengakui tanggungjawab setiap orang untuk
menerima akibat dari tingkah lakunya. Dengan kata lain,
orang akan tumbuh bukan ditentukan oleh penentu-penentu
yang telah ada.
11. 7. Realisasi untuk tumbuh dalam rangka memuaskan kebutuhan
harus dilandasi oleh prnsip 3R: Right, Responsibility, reality.
4 Hakekat
Konseling
Hakekat konseling realita adalah membantu individu mencapai
otonomi.Otonomi merupakan keadaan yang menyebabkan orang
mampu melepaskan dukungan lingkungan dan menggantikannya
dengan dukungan pribadi atau diri sendiri (internal).Kriteria
konseling yang sukses bergantung pada tujuan yang ditentukan oleh
konseli.
5 Tujuan
Konseling
1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri,
supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam
bentuk nyata.
2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta
memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan
dan keinginannya dalam perkembangan dan
pertumbuhannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian
kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan
nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya
sendiri.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas
kesadaran sendiri.
6 Karakteristik
Konseling
Karakteristik pendekatan konseling realitas secara khusus
menekankan pada akuntabilitas. Aspek lain dari pendekatan
konseling realitas yang disokong Corey (1985) termasuk ide-idenya
yang tidak menerima alas an dari gagalnya pelaksanaan kontrak dan
menghindari hukuman atau menyalahkan.
7 Peran dan
Fungsi Konselor
Peran Konselor
Tugas dasar konselor adalah melibatkan diri dengan konseli dan
kemudian membuatnya untuk menghadapi kenyataan. Yang antara
lain sebagai berikut :
1. Bertindak sebagai pembimbing yang membantu konseli agar
bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.
12. 2. Berperan sebagai moralis.
3. Motivator. (Menyampaikan dan meyakinkan kepada klien
bahwa seburuk apapun suatu kondisi masih ada harapan)
4. Sebagai guru. (Mengajarkan klien untuk mengevaluasi
perilakunya, misalnya dengan bertanya, “Apakah perilaku
Anda (atau nama) saat ini membantu Anda untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan Anda?)
5. Memberikan kontrak.
6. Mengembangkan kondisi fasilitatif dalam konseling dan
hubungan baik dengan klien.
Fungsi utama konselor adalah menjadi terlibat dengan konselinya
dan kemudia menghadapi konseli dengan mengusahakan agar
konseli mengambil keputusan.Konselor bertuas melayani sebagai
pembimbing untuk membantu konseli menaksir tingkahlaku mereka
secara realistis. Konselor diharapkan memberi hadiah bila konseli
berbuat dalam cara yang bertanggungjawab dan tidak menerima
setiap penghindaran atas kenyataan atau tidak mengarahkan konseli
menyalahkan setiap hal atau setiap orang. Beberapa kualitas pribadi
yang harus dimiliki konselor adalah kemampuan untuk sensitif,
untuk mencapai kebutuhan mereka secara terbuka, tidak untuk
menerima ampunan, menunjukkan dukungan yang terus menerus
dalam membantu konseli, untuk memahami dan mengempati
konseli, dan untuk terlibat dengan tulus hati.
8 Asumsi Perilaku
Bermasalah
Pribadi bermasalah/ tingkah laku salah/tidak tepat
Individu disimpulkan memperoleh identitas gagal ketika individu
gagal memenuhi salah satu atau semua kebutuhan dasar dan gagal
terlibat dengan orang lain sebagai prasyarat biologis memuaskan
kebutuhan dasar.
9 Hubungan
Konselor
dengan Konseli
Konseling realita didasarkan pada hubungan pribadi dan keterlibatan
antara konseli dan konselor.Konselor dengan kehangatan,
pengertian, penerimaan dan kepercayaan pda kapasitas orang untuk
mengembangkan identitas berhasil, harus mengkomunikasikan
dirinya kepada konseli bahwa dirinya membantu.Melalui
keterlibatan ini, konseli belajar mengenai hidup daripada
memusatkan pada mengungkap kegagalan dan tingkah laku yang
tidak bertanggungjawab.Kunci konseling realita adanya
kesepakatan/komitmen dalam membuat rencana dan
melaksanakannya. Perencanaan yang telah dilakukan oleh konseli
dinilai positif jika ditulis dalam kontrak. Dalam konseling realita
ditekankan tidak adanya ampunan/ no excuses ketika konseli tidak
melaksanakan rencananya.
10 Tahap
Konseling
Tahapan konseling realita adalah:
13. 1. Keterlibatan
2. Anda adalah tingkah laku (berpusat pada tingkah laku
sekarang)
3. Belajar kembali (pertimbangan nilai, perencanan tingkah
laku yang bertanggungjawab, kesepakatan)
4. Evaluasi (tiada ampunan dan membatasi hukuman)
11 Teknik
Konseling
Teknik-teknik yang digunakan dalam proses konseling realita
adalah:
1. Memperkuat tingkah laku
– Shaping, adalah metode mengajarkan tingkahlaku dengan
terus-menerus melakukan aproksimasi dan membuat rantai
hubungan.
– Behavioral contract, syarat mutlak untuk memantapkan
kontrak behavioral adalah batasan yang cermat mengenai masalah
konseli, situasi dimana hal itu diekspresikan dan kesediaan konseli
untuk mencoba prosedur itu.
– Assertive training, dapat diterapkan pada situasi-situasi
interpersonal dimana individu yang mempunyai kesulitan perasaan
sesuai atau tepat untuk menyatakannya.
1. Modeling
Modeling digunakan untuk tujuan: mempelajari tingkahlaku baru,
memperlemah atau memperkuat tingkahlaku yang siap dipelajari,
dan memperlancar respon.
– Proses mediasi, proses mediasi melibatkan atensi, retensi,
reproduksi motorik dan insentif.
– Live model dan symbolic model, Live model artinya model
hidup, dan symbolic model artinya tingkah laku model ditunjukkan
melalui film, video dan media rekaman lain.
– Behavior rehearsal, dilakukan dalam suasana yang mirip
dengan lingkungan nyata konseli.
– Cognitive restructuring. Proses menemukan dan menilai
kognisi seseorang, memahami dampak negative pemikiran tertentu
terhadap tingkah laku dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan
pemikiran yang lebih realistic dan cocok.
– Covert reinforcement, yaitu memakai imaji untuk
menghadiahi diri sendiri.
14. 1. Melemahkan tingkah laku
– Extinction, adalah mengurangi frekuensi terjadinya suatu
tingkah laku dengan menghilangkan reinforcement.
– Reinforcing incompatible behavior, memperkuat tingkah
laku positif sehingga tingkah laku negative terkurangi dna hilang.
– Relaxation training, biasanya digunakan untuk mengatasi
tekanan/stress.
– Systematic desensitization, prosedur ini digunakan untuk
berbaga keadaan yang berhubungan dengan kecemasan, ketakutan
dan reaks pobia.
– Satiation, adanya reinforcement yang berlebihan sehingga
menghilangkan fungsi sebagai penguat, melainkan sebaliknya.
12 Kelebihan 1. Asumsi mengenai tingkah laku merupakan hasil belajar.
2. Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan
dan kematangan.
3. Konseling bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru
sebagai upaya untuk memperbaiki tingkah laku malasuai.
13 Kelemahan 1. Teori ini mengabaikan tentang intelegensi manusia,
perbedaan individu dan factor genetic lain.
2. Dalam konseling kurang menekankan hubungan baik antara
konselor dan konseli, hanya sekedarnya.
3. Pemberian reinforcement jika tidak tepat dapat
mengakibatkan kecanduan/ketergantungan.
15. Peta Kognitif Pendekatan Analisis Transaksional
No Aspek Keterangan
1 Tokoh Eric Berne
2 Konsep
Dasar
Menurut Lutfi Fauzan (1994:51) Analisis transaksional didasarkan
pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-
keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk
memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah
pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia
mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu
individu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan
hidupnya.
Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan
pengalaman yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada
umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap
memiliki 3 jenis status ego.
Analisis transaksional sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan
pada suatu teori kepribadian yang memusatkan perhatiannya pada tiga
pola perilaku yang berbeda sesuai status egonya :
a. Status ego orang tua ( SEO )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua.
Orang tua dalam pandangan kita selalu akan memperlihatkan sebagai
nurturing parent (orang tua yang mengasuh) dan critical parent (orang tua
yangkritis).
b. Status ego dewasa ( SED )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran
sebagai bagian objektif dari kepribadian. Status egonya memperlihatkan
kestabilan, tidak emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan kenyataan-
kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia
untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai
masalah.
c. Status ego anak ( SEA )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan ketidakstabilan,
masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu. Status egonya
berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan yang
spontan.
Ada dua perilaku atau sikap anak, yang pertama adalah natural child yaitu
yang ditunjukkan dalam sikap impulsive, riang gembira tak social, dan
ekspresi secara emosional. Yang kedua adapted child yaitu bagian dari
status ego anak yang telah disosialisasikan orang tua dan yang mengatur
serta mendorong perilaku natural child.
Berdasarkan teori dasar status ego, maka Harris mengidentifikasi dan
menggambarkan empat posisi utama dalam interaksi individu dengan yang
lainnya, menunjukkan sifat-sifat dan karakteristik kepribadiannya.
Secara teoritik posisi itu dikonseptualisasikan sebagai berikut :
a). I’m OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang yang sangat
positif karena secara transaksional apayang dia pikirkan juga mendapat
dukungan orang lain. Keputusan yang diambilnya didasarkan pada
keyakinan yang lebih kuat, karena baik dirinya maupun orang lain sama-
16. sama menyetujui.
Individu yang memiliki posisi ini akan merasa aman dalam keberadaannya
sebagai manusia dan keberadaan orang lain disekitarnya.
b). I’m OK – You’re not OK
Posisi ini digunakan individu yang merendahkan orang lain atau
mencurigai motif-motif orang lain. Haris disini mengatakan bahwa posisi
ini berkembang dari suatu reaksi yang berlebihan terhadap perlakuan not
OK. Contoh dari ini adalah perilaku kriminal yang marak, hal ini terjadi
akibat dari pengambilan posisi I’m OK – You’re not OK.
Individu yang memiliki posisi ini, mereka adalah individu-individu yang
selalu merasa benar dan orang lain salah.
c). I’m not OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang sebagai individu
yang memerlukan kasih sayang, bantuan, mengharapsesuatu,
membutuhkan penghargaan, karena orang itu merasa inferior ( bahwa anak
sering mengatakan dirinya tidak mampu dan lemah atau not OK ) dari
yang lain.
Seorang individu yang memilih posisi ini akan patuh dan selalu mengikuti
perintah orang lain. Posisi ini memang dapat mengarahkan pada kehidupan
yang produktif tetapi tidak memuaskan. Dan pada posisi ini sering kali
akan menyebabkan anak melakukan pengunduran diri, depresi, dan
tindakan bunuh diri karena anak menganggap dirinya itu not OK.
d). I’m not OK – You’re not OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang dimana orang
tersebut berada dalam keadaan pesimis, putus asa, tidak dapat mengatasi
dirinya, juga orang lain tidak dapat membantu, frutasi karena dari transaksi
yang ada, baik dirinya sendiri maupun orang lain tidak ada yang
OK.Contoh : karena pengaruh orang tua yang yang mengetahui anaknya
telah cukup umur. Maka orang tua akan mulai menjauh diri dari anaknya
karena orang tua berfikir bahwa anaknya sudah cukup umur dan bisa
memelihara dirinya.
Posisi ini yang dipilih oleh individu, maka dalam kehidupannya individu
tersebut akan hanya melewati hari-hari dan kehidupannya tanpa arti. Dan
akan berdampak pada tindakan anak atau perilaku seperti bumuh diri atau
pembunuhan.
3 Hakekat
Manusia
Eric Berne sebagai pendiri dan pengembang utama, konseling analisis
transaksional memiliki pandangan yang optimis tentang hakikat manusia
yaitu manusia pada dasarnya baik. Pandangan ini dapat dikemukakan
secara singkat sebagai berikut :
a. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan untuk
hidup sendiri.
Meskipun pengalaman-pengalaman masa lalu terutama
perkembangan awal ketika SEO dan SEA mulai terbentuk atau
orang tua/orang penting lainnya banyak pegang peran bagi
kehidupan anak sangat mempengaruhi kehidupannya pada masa
sekarang. Namun Berne yakin bahwa manusia memiliki potensi
untuk mengelola dirinya, termasuk mengatasi masalah-masalah
yang dihadapinya sehingga ia menjadi individu yang otonom dan
mandiri-terlepas dari ketergantungan terhadap yang lain.
b. Berkaitan dengan pandangan dasar diatas, Berne meyakini bahwa
17. manusia mempunyai kemampuan untuk membuat rencana-rencana
kehidupan kemudian memilih dan memutuskan rencana-rencana
terbaik bagi dirinya rencana-rencana yang telah dibuatnya itu terus
dimiliki sesuai dengan irama perkembangan hidupnya ia dapat
memutuskan rencana yang lebih baik lagi bagi kehidupan
selanjutnya. Berdasarkan keyakinan ini, Berne beranggapan bahwa
klien yang ,mengalami masalah tanpa pemperhatikan tingkat
kesulitan emosionalnya tidak hanya Manusia adalah makhluk yang
memiliki potensi untuk membuat keputusan.
dapat dibantu melainkan dapat disembuhkan secara total.
c. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab
Manusia bukan hanya mampu hidup mandiri atau membuat
keputusan untuk dirinya, namun ia dapat juga mampu bertanggung
jawab atas pilihan dan putusan yang diambilnya dan konsekuensi
yang diakibatkannya.
4 Hakekat
Konseling
Hakikat Konseling dalam pendekatan Analisis transaksional yaitu
perancangan status ego klien dalam bertransaksi sehingga klien mampu
mempromosikan dirinya dengan tepat.serta berupaya untuk merangsang
rasa tanggung jawab pribadi klien atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran
yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan
terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.
Konseling dalam pendekatan ini cenderung ke arah aspek-aspek kognitif
dan behavioral dan dirancang untuk membantu orang-orang dalam
mengevaluasi putusan-putusan yang telah dibuatnya menurut kelayakan
sekarang.
5 Tujuan
Konseling
a. Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam
mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.
b. Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk
memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai posisi
kehidupannya sertamenghindarkan klien dari cara-cara yang
bersifat deterministic.
c. Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-
kemungkinan yang dapat dipilih untuk memantapkan dan
mematangkan status egonya.
6 Karakteris
tik
Konseling
Karakteristik konseling
Konseling analisis transaksional merupakan pendekatan konseling yang
tergolong berorientasi kognitif. Sebagai suatu pendekatan konseling,
analisis transaksional memiliki karakteristik antara lain:
Konseling analisis transaksional lebih menitik beratkan
perhatiannya pada faktor insight dan pemahaman dalam membantu
klien mencapai perubahan tingkah lakunya.
Proses konseling analisis transaksional bersifat aktif, direktif dan
didaktif. Dalam hal ini konseling merupakan proses belajar
mengajar dimana konselor sebagai pembelajar dan klien sebagai
pelajar. Dalam proses tersebu konselor aktf mengajukan
18. pertanyaan- pertanyaan tentang diri klin dan interaksinya dengan
orang lain, disamping itu ia mengarahkan proses tersebut agar
tujuan yang telah disepakati tercapai.
Konseling analisis transaksional pada dasarnya merupakan
pendekatan yang dapat digunakan dalam konseling individual akan
tetapi sangat cocok untuk konseling kelompok.
Konseling analisis transaksional menekankan pentingnya kontrak
dalam proses konseling, yaitu kesepakatan antara konselor dengan
klien yang mencerminkan adanya persamaan hak dan kewajiban
antara keduanya dalam mengelola proses konseling untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
7 Peran dan
Fungsi
Konselor
Peran konselor adalah sebagai guru, pelatih dan penyelamat dengan
terlibat secara penuh dengan konseli. Konselor berperan sebagai guru yang
menjelaskan teknik-teknik seperti analisis struktural, analisis
transaksional, naskah hidup, dan analisis game.
Di dalam analisis transaksional konselor berperan sebagai :
membantu klien menemukan kemampuan diri untuk berubah dengan
membuat keputusan saat sekarang., membantu klien memperoleh alat yang
digunakan untuk mencapai perubahan, mendorong dan mengajar klien
mendasarkan diri pada SED-nya sendiri dari pada SED konselor,
menciptakan lingkungan yang memungkinkan klien dapat membuat
keputusan-keputusan baru dalam hidupnya dan keluar dari rencana
kehidupan yang menghambat perkembangannya.
8 Asumsi
Perilaku
Bermasala
h
Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan
ego yang terpisah, yaitu: orang tua, dewasa, anak. Sifat kontraktual proses
terapeutik analisis transaksional cenderung mempersamakan kedudukan
konselor dan klien. Adalah menjadi tanggung jawab klien untuk
menentukan apa yang akan diubahnya. Pada dasarnya, analisis
transaksional berasumsi bahwa manusia itu:
Manusia memiliki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa
lampaunya (Manusia selalu berubah dan bebas untuk menentukan
pilihanya). Ada tiga hal yang membuat manusia selalu berubah,
yaitu :
Manusia (klien) adalah orang yang “telah cukup lama
menderita”, karena itu mereka ingin bahagia dan mereka
berusaha melakukan perubahan.
Adanya kebosanan, kejenuhan atau putus asa. Manusia
tidak puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun
tidak menderita bahkan berkecukupan.
Keadaan yang monoton akan melahirkan perasaan jenuh
atau bosan, karena itu individu terdorong dan berupaya
untuk melakukan perubahan.
Manusia bisa berubah karena adanya penemuan tiba-tiba. Hal ini
merupakan hasil AT yang dapat diamati. Banyak orang yang pada
mulanya tidak mau atau tidak tahu dengan perubahan, tetapi
dengan adanya informasi, cerita, atau pengetahuan baru yang
membuka cakrawala barunya, maka ia menjadi bersemangat untuk
menyelidiki terus dan berupaya melakukan perubahan.
Manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemprograman
awal (manusia dapat berubah asalkan ia mau). Perubahan manusia
19. itu adalah persoalan di sini dan sekarang (here and now). Berbeda
dengan psikoanalisis, yang cenderung deterministik, di mana
sesuatu yang terjadi pada manusia sekarang ditilik dari masa
lalunya. Bagi AT, manusia sekarang memiliki kehendak, karena itu
perilaku manusia sekarang adalah persoalan sekarang dan di sini.
Kendatipun ada hubungannya dengan masa lalu, tapi bukan
seluruhnya perilaku hari ini ditentukan oleh pengalaman masa
lalunya.
Manusia bisa belajar mempercayai dirinya dirinya sendiri , berpikir
dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan
perasaan-persaannya.
Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola kebisaaan dan
menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.
Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan
tuntutan dari orang-orang lain
Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari
adalah berbuat sebagaimana yang diperintahkan.
9 Hubungan
Konselor
dengan
Konseli
Konseling Analisis Transaksional pada dasarnya merupakan upaya
pemberian bantuan yang diarahkan untuk mencapai perubahan menurut
kontrak yang dibuat berdasarkan kesepakatan antara SED klien dan SED
konselor baik mengenai tujuan maupun psikis konseling.
Dalam proses konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam kerjasama
tersebut, konselor dan klien melaksanakan tanggung jawab masing-masing
sebagaimana telah ditetapkan. Dalam hal ini konselor dan klien sama-sama
aktif berupaya untuk mencapai tujuan konseling. Berdasarkan uraian
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa konselor dan klien memiliki
kedudukan sejajar dalam proses konseling sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing dalam upaya mencapai kesejahtaraan klien sebagaimana
tertera dalam kontrak. Kontrak dalam analisis transaksional melipuyi
pernyataan tentang : a. Harapan yang ingin dicapai klien dalam prosen
konseling. b. Apa yang ingin dikerjakan konselor untuk membantu
menfasilitasi kemajuan klien. c. Kondisi-kondisi yang perlu dipenuhi agar
kontrak yang ditetapkan dapat tercapai.
Kontrak dalam proses konseling analisis tramsaksional berfungsi
untuk memelihara arah konselingagar tetap berpusat pada tujuan yang
ingin dicapai, memberikan arah baik bagi konselor maupun klien,
mengukur kemajuan proses konseling, membantu membebaskan SED
klien dari kontaminasi, dan memperjelas hubungan konselor dengan klien.
10 Tahap
Konseling
Menurut Harris, proses konseling AT ada beberapa tahapan: pada bagian
pendahuluan digunakan untuk menentukan kontrak dengan klien, baik
mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.
Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien tentang ego statenya dengan
diskusi bersama Klien ( Shertzer & Stone, 1980 : 209), kemudian
membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan
tentang apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan
melangkah kearah tujuan yang telah ditetapkan, dan klien tahu kapan
kontraknya akan habis. Kontrak bagi Dusay (Cosini, 1984 : 419 ) adalah
berbentuk pernyataan klien – konselor untuk bekerja sama mencapai
tujuan dan masing-masing terikat untuk saling bertangung jawab.
20. Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien
menggali ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya
tujuan konseling.
11 Teknik
Konseling
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pendekatan Analisis
Transaksional ini adalah :
1. Analisis Transaksional
Analisis Transaksional memperhatikan interaksi antara berbagai
status ego. Ada tiga macam tipe transaksi ;
a. Transaksi komplementer ( melengkapi )
Yaitu bila stimulus yang diberikan mendapat respon yang
diharapkan.Jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi
antar pribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka
pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun
dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi komplementer terjadiantara
dua sikap yang sama, sikapdewasa. Transaksi terjadi antara dua sikap yang
berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang
tuadansikapanak-anak. Komunikasi antar pribadi dapat dilanjutkan
manakala terjadi transaksi yang bersifat komplementer karena di antara
mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna.
Contoh :
Saya kesal sekali. Ingin rasanya membuang dan melempar semua
barang-barang ini.
Ada hal yang membuat kamu marah, sehingga kamu ingin merusak
semuanya? Begitukah?
b. Transaksi silang ( crossed )
Yaitu bila respon terhadap stimulus tidak seperti yang diharapakan.
Hal ini terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator tidak
mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi
silang adalah terputusnya komunikasi antar pribadi karena kesalahan
dalam memberikan maknapesan. Komunikator tidak menghendaki
jawaban demikian, terjadi kesalahpahaman sehingga kadang-kadang orang
beralih ke tema pembicaraan lain.
Contoh :
Aduh, rasanya sebel sekali jika ada orang yang selalu bicara terus-
menerus seperti sekarang ini.
Begitu saja mengeluh.
c. Transaksi tersembunyi/terselubung ( ulterior )
Jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan
komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang
lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan
respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Maksudnya adalah bila
stimulus yang tampaknya dewasa seharusnya diarahkan pada
dewasa.Tetapi dalam terselubung adalah menyembunyikan maksud yang
sebenarnya yaitu sikap dewasanya malah justru mengarah lain bukan ke
dewasa, tetapi dewasa ke anak atau orang tua ke anak.
Dalam transaksi tersembunyi/terselubung ini biasanya diikuti oleh bahasa
non verbal (pergantian tinggi nada suara, ekspresi wajah, sikap badan).
Contoh :
Jam berapa kita latihan dan meeting hari ini selesai?
Jam 21:00. Masih ada waktu untuk nonton ke bioskop.
21. 2. Analisis Struktural
Teknik ini di kutip dalam Dikutip dalam Lutfi Fauzan (1994: 28)
dapat dikatakan sebagai alat untuk mendorong seseorang menjadi sadar
terhadap isi dan fungsinya dari ego statusnya masing-masing. Dalam
proses analisis transaksional klien belajar bagaimana mengidentifikasi
dirinya dengan status egonya sendiri. Analisis struktural membantu klien
memecahkan kembali pola-pola status ego yang dimunculkannya dalam
proses transaksional. Dalam kaitan ini analisis struktural mendasarkan
pada dua masalah yang berhubungan dengan struktur kepribadian yakni :
Kontaminasi dan Eksklusi
a. Kontaminasi
Terjadi bilamana isi dari salah satu status ego bercampur dengan status
ego yang lain seperti :
SEO berkontaminasi dengan SED
Contoh refleksi pernyataan :
Anda tidak dapat menghargai kelompok minoritas yang terkutuk
itu. Pernyataan ini menunjukkan sikap dan ide prasangka yang
merupakan ciri utama dari jenis kontaminasi ini.
SEA berkontaminasi dengan SED
Contoh refleksi pernyataan :
Setiap orang selalu mencari saya, tak seorang pun yang berbuat
baik. Pernyataan ini menunjukkan gangguan persepsi tentang
realitas yang merupakan ciri dari jenis kontaminasi ini.
SEO dan SEA berkontaminasi dengan SED
Refleksi pernyataan jenis kontaminasi ini lebih bersifat
mengklonkusikan tipe-tipe pernyataan pada kontaminasi orang tua
dan anak. Pernyataannya lebih bersifat depensif dan rasional.
b. Eksklusi
Terjadi bilamana SEO, SED, dan SEA menjadi eksklusif (membengkak).
Ada tiga hal:
SEO yang konstan, maka akan mengeksklusif SED dan SEA
Orang yang selalu berorientasi dalam pekerjaan dan tugas. Dia
menjadi orang yang moralistis, judgemental, dan demand (selalu
membutuhkan orang lain). Namun perilakunya mendominasi dan
otoriter.
SED yang konstan, maka akan mengeksklusif SEO dan SEA
Orang yang objektif, yang selalu bekerja dengan
mempertimbangkan pernyataan-pernyataan fakta, kurang memiliki
perasaan dan kurang spontan.
SEA yang konstan, maka akan mengeksklusif SEO dan SED
Orang yang memperlihatkan perilaku anak, selalu bersifat
bergantung, lari dari tanggung jawab, ingin mencoba-coba, tidak
stabil dalam perilaku, kurang mampu untuk berpikir, dan
mengatasi permasalahan sendiri.
3. Analisis Script
Analisis Script ini didasarkan pada konseppsikologi seseorang.
Teknik ini didasarkan agar setiap individu untuk mengungkapkan
posisinya dalam kehidupannya (life script) untuk menghadapi suatu
peristiwa tertentu kemudian di analisis apakah ia berada dalam posisi :
I’m OK – You’re OK
22. I’m not OK – You’re OK
I’m OK – You’re not OK
I’m not OK – You’re not OK
Dari posisi diatas dapat dianalisis tentang sifat, karakteristik, serta kondisi
psikologi yang dimiliki seseorang. Jika individu sadar akan life script nya
maka posisi itu dapat diubah dan diprogramkan. Karena Analisis Script ini
membuka alternatif baru bagi seseorang dalam memilih dan menentukan
tindak lanjut kehidupannya.
4. Role Playing (bermain peranan)
Prosedur transaksional dapat juga dikombinasikan teknik psikodrama atau
role playing. Dalam terapi kelompokini situasi role playing dapat
melibatkan berbagai peran yang diharapkan dari anggota-anggota,
termasuk peran tertentu yang menunjuk ego tertentu yang diharapkan.
Melalui role playing ini klien kita tempatkan pada peran tertentu yang
harus ia mainkan. Melalui permainan yang diciptakan ini diharapkan klien
dapat mengubah perilakunya.
Contoh :
Dalam interaksi dengan konselor ia selalu mengemukakan bahwa ia tidak
bisa mengerjakan pekerjaan si A yang selalu dapat mengatsi masalah
dengan dewasanya, sedangkan dirinya merasa masih belum bisa seperti si
A tapi masih belum bisa mengatasi masalahnya dengan sikap yang
dewasa.
Maka dalam role playing, konselor justru akan menjadikan anak tersebut
untuk berperan sebagai si A. Disamping itu tanpamelibatkan suatu peran
tertentu klien dapat belajar dari anggota yang lainnya, bagaimana ia harus
bisa berorientasi dengan status ego yang diharapkan.
5. Family Modeling
Teknik ini digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam analisis
struktural, khususnya untuk melihat model SEO, SED, SEA. Melalui
teknik ini, klien diminta untuk berimajinasi terhadap posisi tertentu.
Contoh :Bagaimana kalau ia menjadi seorang direktur, aktor atau profesor.
Selanjutnya imajinasi itu dan bayangannya ini digantikan (disubstitusikan)
dalam situasi kelompok model ( dalam lingkungan anggota keluarganya ).
12 Kelebihan Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah
menggunakannya.
Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan
konsep tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor
bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain. Bab ini
menyoroti perluasan pendekatan Berne oleh Mary dan almarhum
Robert Goulding (1979), pemimpin dari sekolah redecisional TA.
The Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian klasik dalam
beberapa cara. Mereka telah digabungkan TA dengan prinsip-
prinsip dan teknik-teknik terapi Gestalt, terapi keluarga,
psikodrama, dan terapi perilaku. Pendekatan yang redecisional
pengalaman anggota kelompok membantu kebuntuan mereka, atau
titik di mana mereka merasa terjebak. Mereka menghidupkan
kembali konteks di mana mereka membuat keputusan sebelumnya,
beberapa di antaranya tidak fungsional, dan mereka membuat
keputusan baru yang fungsional. Redecisional terapi ini bertujuan
23. untuk membantu orang menantang diri mereka untuk menemukan
cara-cara di mana mereka menganggap diri mereka dalam peran
dan victimlike untuk memimpin hidup mereka dengan
memutuskan untuk diri mereka sendiri bagaimana mereka akan
berubah.
Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena
konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan
pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan
diri sendiri
13 Kelemaha
n
Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis
transaksional cukup membingungkan.
Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek
yang meresahkan.
Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral,
tidak dapat di uji keilmiahannya.
Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak
merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.
24. Peta Kognitif Pendekatan Trait and Factor
No Aspek Keterangan
1 Tokoh Williamson
2 Konsep Dasar Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu system atau factor
yang saling berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat,
sikap, dan temperament. Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan
faktor (trait and faktor) adalah asumsi bahwa individu berusaha
untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan
dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Pencapaian
penemuan diri menghasilkan kepuasan intrinsik dan memperkuat
usaha untuk mewujudkan diri. (Surya, Mohamad. 2003 : 3)
3 Hakekat
Manusia
1. Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan
buruk.
Williamson berbeda dengan Rouseau yang menganggap manusia
pada dasarnya baik dan masyarakat atau lingkungan lah yang
membentuknya menjadi jahat. Menurut Williamson, kedua potensi
itu, baik dan buruk, ada pada setiap manusia. Tidak ada individu
yang lahir membawa potensi baik semata dan sebaliknya juga tidak
ada individu yang lahir semata-mata penuh dengan muatan yang
buruk. Kedua sifat itu dimiliki oleh manusia, tetapi sifat mana yang
akan berkembang tergantung pada interaksinya dengan manusia lain
atau lingkungannya.
2. Manusia bergantung dan hanya akan berkembang secara
optimal ditengah-tengah masyarakat.
Manusia memerlukan orang lain dalam mengembangkan potensi
dirinya. Aktualisasi diri hanya akan dapat dicapai dalam
hubungannya dan atau dengan bantuan orang lain, manusia tidak
dapat hidup sepenuhnya dengan melepaskan diri dari masyarakat.
3. Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik (good live)
Memperoleh kehidupan yang baik dan lebih baik lagi merupakan
kepedulian setiap orang. Salah satu dimensi kebaikan adalah “arête”.
Manusia berjuang mencapai arêteyang menghasilkan kekayaan atau
kebesaran diri. Konsep arête diambil dari bahasa Yunani yang dapat
diartikan kecemerlangan (axcelent)
4. Manusia banyak berhadapan dengan “pengintroduksi”
konsep hidup yang baik, yang menghadapkannya pada
pilihan-pilihan.
Dalam keluarga, individu berkenalan dengan konsep hidup yang
baik dari orang tuanya. Disekolah dia memperolehnya dari guru,
selain itu dari teman dan anggota masyarakat yang lain.
5. Hubungan manusia berkait dengan konsep alam semesta
(The Universe), Williamson menyatakan bahwa konsep alam
semesta dan hubungan manusia terhadapnya sering terjadi
salah satu dari: 1. Manusia menyendiri, ketidakramahan alam
semesta. 2. Alam semesta bersahabat dan menyenangkan
atau menguntungkan bagi manusia dan perkembangannya.
Selain konsepsi pokok tentang manusia sebaimana dikemukakan
Williamson, terdapat cakupan penting untuk dikemukakan
karakteristik atau hakiki yang lain tentang manusia, yaitu:
25. Manusia merupakan individu yang unik.
Manusia memiliki sifat-sifat yang umum.
Manusia bukan penerima pasif bawaan dan lingkungannya.
4 Hakekat
Konseling
Konseling merupakan suatu proses belajar yang menekankan
hubungan rasional antara klien dan konselor, konseling merupakan
hubungan yang bersifat pribadi antara konselor dan klien yang
ditujukan untuk membantu klien memahami diri, menerima diri,
mengarahkan diri, dan mengaktualisasikan diri, konseling
diupayakan sebagaimana pendidikan membantu klien
mengembangkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai pribadi dan nilai-
nilai masyarakat, konsep konseling lebih luas dari pada konsep
psikoterapi.
5 Tujuan
Konseling
Secara ringkas tujuan konseling menurut ancangan Trait and Factor
(Lutfi Fauzan 2004:91) , dapat disebutkan yaitu:
1. Self-clarification (kejelasan diri)
2. Self-understanding (pemahaman diri)
3. Self-accelptance (penerimaan diri)
4. Self-direction (pengarahan diri)
5. Self-actualization (perwujudan diri)
6 Karakteristik
Konseling
Karakteristik konseling: fokus utama adalah kemampuan individu
memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah, lebih
mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek, masa kini lebih
banyak diperhatikan dari pada masa lalu, pertumbuhan emosional
terjadi dalam hubungan konseling, proses terapi merupakan
penyerasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan
pengalaman diri yang sesungguhnya.
Karakteristik Konselor: dapat menempatkan diri sebagai guru,
berusaha mengarahkan klien kearah yang lebihbaik, menerima
sebagian tanggungjawab atas masalah klien, yakin terhadap asumsi
konseling yang efektif, tidak netral sepenuhnya, memiliki keahlian
dan teori perkembangan manusia dan pemecahan masalah,
mempunyai keahlian melaksanakan proses konseling secara
fleksibel, dapat melaksanakan strategi pengubahan tingkah laku,
mempunyai ketrampilan yang seharusnya dimiliki oleh konselor.
Karakter Klien: bisa datang secara sukarela untuk konseling,
bersedia belajar memahami dirinya dan mengarahkan diri,
menggunakan kemampuan berfikir untuk lebih memperbaiki dirinya,
mau bekerjasama dengan konselor.
26. 7 Peran dan
Fungsi Konselor
Sikap/peran konselor
Dapat menempatkan diri sebagai seorang guru
Menerima sebagian tanggung jawab atas keselamatan klien
Bersedia mengarahkan klien kearah yang lebih baik
Tidak netral, sepenuhnya terhadap nilai (value)
Yakin terhadap asumsi-asumsi konseling yang efektif.
Keterampilan dan fungsi konselor
Memiliki pengalaman, keahlian dalam teori perkembangan
manusia dan pemecahan masalah
Dapat memanfaatkan teknik-teknik pemecahan individu baik
teknik testing maupun teknik non testing
Dapat melaksanakan proses konseling secara fleksibel
Dapat menerapkan strategi pengubahan tingkah laku beserta
teknik-tekniknya
Menjalankan peranan utamanya secara terpadu
8 Asumsi Perilaku
Bermasalah
Asumsi perilaku bermasalah / malasuai adalah individu yang tidak
mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya
sehingga individu tersebut tidak dapat mengaktualisasikan dirinya
secara optimal.
Pribadi bermasalah menurut kategori Bordin (Fauzan, Lutfi.2004.
83):
Depcelence (ketergantungan)
Lach of information (kurang informasi)
Self conflict (konflik diri)
Chose anxicty (cemas memilih)
No Problem (bukan permasalah selain diatas)
Kategori Pepinsky
Lack of assurance (kurang percaya diri)
Lack of skill (kurang keterampilan)
Depcelence (ketergantungan)
Lach of information (kurang informasi)
Self conflict (konflik diri)
Chose anxicty (cemas memilih)
9 Hubungan
Konselor
dengan Konseli
Konseling merupakan suatu thinking relationship yang lebih
mementingkan peranan berfikir rasional, tetapi tidak meninggalkan
sama sekali aspek emosional seseorang.
Konseling berlangsung dalam situasi hubungan yang bersifat
pribadi, bersahabat, akrab, dan empatik.
Konseling yang berlangsung dapat bersifat remediatif maupun
developmental.
Setiap pihak (konselor-klien) melakukan perannya secara
proporsional.
10 Tahap
Konseling
1) Analisis
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri
klien beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup
segala aspek kepribadian klien, seperti kemempuan, minat, motif,
kesehatan fisik, dan karakteristik lainnya yang dapat mempermudah
atau mempersulit penyesuaian diri pada umumnya.
Data yang dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
27. 1. Data Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat dibagi lebih lanjut
atas:
Data Fisik: kesehatan, cirri-ciri fisik, penampakan atau penampilan
fisik dsb.
Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dsb.
2. Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang
berpengaruh terhadapnya): keluarga klien, hubungan dengan
familinya, teman-temannya, orang-orang terdekatnya, lingkungan
tempat tinggalnya, sekolahnya dsb.
2) Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan
menghubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang
disusun sedemikian sehingga dapat menunjukkan keseluruhan
gambaran tentang diri klien. Rumusan diri klien dalam sistesis ini
bersifat ringkas dan padat. Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam
merangkum data pada tahap sistesis tersebut: cara pertama dibuat
oleh konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi.
3) Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk
(dari sudut) problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis
dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan simpulan yang
logis.
Dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu :
Identiffikasi masalah, Berdasar pada data yang diperoleh, dapat
merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
Etiologi (Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal
dan eksternal). Dilakukan dengan cara mencari hubungan antara
masa lalu, masa kini, dan masa depan.
4) Prognosis (tahap ke-4 dalam konseling)
Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya
memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
berdasarkan data yang ada sekarang. Misalnya: bila seorang klien
berdasarkan data sekarang dia malas, maka kemungkinan nilainya
akan rendah, jika intelegensinya rendah, kemungkinan nanti tdak
dapat diterima dalam sipenmaru.
5) Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan
sumber-sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam
masyarakat guna membantu klien dalam penyesuaian yang optimum
sejauh dia bisa. Bantuan dalam konseling ini mencakup lima jenis
bantuan yaitu:
Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing
kearah pemahaman diri.
Konseling jenis edukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan
sebagai alat untuk mencapai penyesuaian hidup dan tujuan
personalnya.
Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk
klien dalam memahami dan trampil untuk mngaplikasikan pinsip
dan teknik-teknik dalam kehidupan sehari-hari.
Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai
28. pengaruh terapiutik atau kuratif.
Konseling bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara
terapiutik.
6) Follow Up
Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setela
mereka memperoleh layanan konseling, tetapi kemudian menemui
masalah-masalah baru atau munculnya masalah yang lampau.
Tindak lanjut ini juga mencakup penentuan keefektifan konseling
yang telah dilaksanakan.
11 Teknik
Konseling
1. Establishing rapport (menciptakan hubungan baru)
Untuk cepat menciptakan hubungan baru yang baik, konselor perlu
menciptakan suasana hangat, bersifat ramah dan akrab dan
menghilangkan kemungkinan situasi yang bersifat mengancam.
Ada beberapa hal yang terpenting, dan terkait dengan keperluan
penciptaan rapport tersebut:
Reputasi konselor, khususnya reputasi dan kompetensi
(competency repulation), konselor harus memiliki nama baik
dimata siswa.
Penghargaan dan perhatian konselor kepada individu.
Kemampuan konselor dalam menyimpan rahasia
(confidentiality) termasuk kerahasiaan hasil-hasil konseling
atas siswa-siswa terdahulu.
Untuk memenuhi maksud di atas, maka dalam prosesnya konselor
dapat melakukan tindakan-tindakan yang membuat siswa merasa
aman dan dihargai sejak penyambutan. Oleh karena itu, konselor
perlu: menyebut nama siswa begitu ia muncul, menjabat tangan,
menghindarkan kesan segan, menolak atau tidak sabar dan muka
cemberut, mempesilahkan duduk, dan mengawali pembicaraan
dengan topic-topik netral.
2. Cultivating self-understanding (mempertajam
pemahaman diri)
Konselor perlu berusaha agar klien atau siswa lebih mampu
memahami dirinya yang mencakup segala kelebihan maupun
kekurangannya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatan dan
mengatasi kekurangannya. Untuk itu, dapat dimengerti kalau
misalnya onselor dituntut untuk menginterprestasikan data klien,
termasuk data hasil testing.
3. Advising or planning a program of action (membari
nasehat atau membantu merencanakan program
tindakan)
Dalam melaksanakan hal ini, konselor memulai dari apa yang
menjadi pilihan klien, tujuannya, pandangannya, dan sikapnya:
kemudian mengemukakan alternasi-alternasi untuk dibahas segi-segi
positif dan negatifnya, manfaat dan kerugiannya. Oleh karena itu,
klien perlu didorong untuk menyampaikan ide-idenya sendiri untuk
dipertimbangkan, dan konselor memberikan saran-saran
pengambilan keputusan dan pelaksanaannya.
Ada tiga cara dalam memberikan nasehat, yaitu:
Direct advice (nasehat langsung), secar jelas dan terbuka
konselor mengemukakan pendapatnya. Cara ini dilakukan
29. bila klien memang tidak mengetahui langsung apa yang
harus diperbuat atau diinginkan.
Persuasive, dilakukan bila klien telah mampu menunjukkan
alas an yang logis atas pilihan-pilihannya, tetapi belum
mampu menentukan pilihan.
Explanatory (penjelasan), dilakukan apabila klien telah dapat
mengajukan pilihannya termasuk pertimbangan baik
buruknya. Konselor memberikn nasehat dengan menjelaskan
implikasi-implikasi putusan klien.
4. Carrying out the plan (melaksanakan rencana)
Mengikuti pilihan atau keputusan klien, konselor dapat memberikan
bantuan langsung bagi implementasi atau pelaksanaannya.
Bantuannya, antara lain berupa rencana atau program pendidikan
dan pelatihan atau usaha-usaha perbaikan lainnya yang lebih dapat
menyempurnakan keberhasilan tindakan. Contoh/; apabila dalam
keputusannya, klien akan menemui gurunya, maka klien diajak
mendiskusikan kapan hal itu dilakukan, dimana, dengan cara apa,
dengan siapa dan sebagainya.
5. Refferal (pengiriman pada ahli lain)
Pada kenyataannya tidak ada konselor yang ahli dalam memecahkan
segala permasalahan siswa, yang karena itu konselor perlu
menyadari keterbatasan dirinya. Apabila konselor tidak mampu,
janganlah memaksakan diri atau berbuat coba-coba. Konselor perlu
mengirimkan kliennya pada ahli lain yang lebih mampu.
12 Kelebihan Pemusatan pada klien dan bukan pada konselor
Identifikasi dan hubungan konseli sebagai wahana utama
dalam mengubah kepribadian
Lebih menekankan pada sikap konselor daripada teknik
Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan
penemuan kuanitatif
Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling
13 Kelemahan Konseling terpusat pada pribadi dan dianggap sederhana
Terlalu menekankan aspek afektif emosional, perasaan
sebagai penentu perilaku tetapi melupakan factor intelektual,
kognitif dan rasional
Penggunaan informasi untuk membantu klien tidak sesuai
dengan teori
Tujuan untuk sikap klien yaitu memaksimalkan diri dirasa
terlalu luas dan umum sehingga sulit menilai individu
Sulit bagi konselor untuk bersikap netral dalam situasi
hubungan interpersonal.
30. Peta Kognitif Pendekatan Gestalt
No Aspek Keterangan
1 Tokoh Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka
2 Konsep Dasar Pendekatan konseling Gestalt berpandangan bahwa manusia dalam
kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu
bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian
organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan
merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif
terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan
tingkah lakunya
Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung
jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran
yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau
keutuhan pribadi. Jadi hakikat manusia menurut pendekatan
konseling ini adalah : (1) tidak dapat dipahami, kecuali dalam
keseluruhan konteksnya, (2) merupakan bagian dari lingkungannya
dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya
itu, (3) aktor bukan reaktor, (4) berpotensi untuk menyadari
sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya, (5) dapat
memilih secara sadar dan bertanggung jawab, (6) mampu mengatur
dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia,
pendekatan Konseling Gestalt memandang bahwa tidak ada yang
“ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan
belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia
adalah masa sekarang.
Dalam pendekatan Konseling Gestalt ini, kecemasan dipandang
sebagai “kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika
individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku
pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak
selesai (unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan
yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian,
sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan.
Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu
diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu.
Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan
itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan
sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif
dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu
akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-
perasaan yang tak terungkapkan itu.
3 Hakekat
Manusia
Hakekat manusia menurut konseling Gestalt adalah sebagai berikut:
Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya
Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat
dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu
Aktor bukan reaktor
Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi,
persepsi, dan pemikirannya
31. Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab
Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
4 Hakekat
Konseling
Dalam buku yang di baca penulis (M. A Subandi dalam bukunya
Psikoterapi dan Menurut Gerald Corey dalam bukunya Teori dan
Praktek Konseling dan Psikoterapi) dapat di simpulkan bahwa focus
utama konseling adalah bagaimana keadaan klien sekarang serta
hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya.
Tugas konselor adalah mendorong klien untuk dapat melihat
kenyataan yang ada pada dirinya dan mau mencoba menghadapinya,
klien bisa diajak untuk memilih dua alternative, menolak kenyataan
yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang
sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang. Selain itu konselor
diharapkan menghindari diri dari pikiran-pikiran yang abstrak,
keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi,
maupun memberi nasihat.
Konselor sejak awal sudah mengarahkan tujuan agar klien
menjadi matang maupun menyingkirkan hambatan-hambatan yang
menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri. Konselor membantu
klien menghadapi transisi dari ketergantungannya terhadap factor
luar menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan
dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan
klien. Pada saat klien mengalami ketersesatan dan klien menyatakan
kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan
kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh atau gila. Konselor
membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau
menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang
lebih optimal.
5 Tujuan
Konseling
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani
mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang
harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah
dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain
menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk
meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan
potensinya secara penuh, melainkan baru memanfaatkan sebagaian
dari potensinya yang dimilikinya. Melalui konseling konselor
membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini
dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut.
Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi,
memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan
insight secara penuh.
Membantu klien menuju pencapaian integritas
kepribadiannya
Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada
pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true
to himself)
Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat
beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi
32. bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan
muncul dapat diatasi dengan baik.
6 Karakteristik
Konseling
Konseling bersifat aktif, konfrontatif, yang menekankan apa dan
bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-hambatan apa
yang muncul dalam kesadarannya. Konselor tidak membuat
penafsiran terhadap tingkah laku klien tetapi mengembangkan cara-
cara membuat penafsiran sendiri. Klien mengenal dan menemukan
urusan yang tidak terselesaikan yang menghambat fungsi dirinya
sekarang.Melibatkan hubungan pribadi dengan pribadi. Konselor
menghindarkan diri dari keinginannya untuk melakukan diagnosis,
interpretasi maupun berkhotbah. Konselor merupakan instrument
bukan teknisi.
7 Peran dan
Fungsi Konselor
PERAN KONSELOR :
Dalam pendekatan teori Gestalt ini, peran konselor adalah:
1. Memfokuskan pada perasaan klien, kesadaran pada saat yang
sedang berjalan, serta hambatan terhadap kesadaran.
2. Menantang klien sehingga mereka mau memanfaatkan indera
mereka sepenuhnya dan berhubungan dengan pesan-pesan tubuh
mereka.
3. Menaruh perhatian pada bahasa tubuh klien, sebagai petunjuk
non verbal.
4. Secara halus berkonfrontasi dengan klien guna untuk menolong
mereka menjadi sadar akan akibat dari bahasa mereka.
FUNGSI KONSELOR :
Konselor membantu klien untuk menganalisis dan memahami
apa yang ada / terjadi sekarang ini dan bagaimana berbuat sekarang
ini, konselor bukan hanya menanalisis saja, tetapi lebih ditekankan
untuk mengintregasi perhatian dan kesadaran klien.
Yang dimaksud dengan perhatian disini adalah mendengarkan apa
yang diangan – angankan atau apa yang tidak disenangi sedangkan
apa yang dimaksud dengan kesadaran adalah apa yang sedang
dialaminya menyentuh pribadinya dan dunianya
8 Asumsi Perilaku
Bermasalah
Individu bermasalah kaena terjadi pertentangan antara kekuatan “top
dog” dan keberadaan “under dog”. Top dog adalah kekuatan yang
mengharuskan, menuntut, mengancam. Under dog adalah keadaan
defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin
dimaklumi.
Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan
antara apa-apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan
(self).
Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis
Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya
Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi
Spektrum tingkah laku bermasalah pada individu meliputi :
Kepribadian kaku (rigid)
Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
33. Menolak berhubungan dengan lingkungan
Memeliharan unfinished bussiness
Menolak kebutuhan diri sendiri
Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih”.
9 Hubungan
Konselor
dengan Konseli
Praktek konseling Gestalt yang efektif melibatkan
hubungan pribadi ke pribadi antara konselor dengan klien. Yang
penting adalah konseling secara aktif berbagi persepsi-persepsi dan
pengalaman sekarang ketika ia menghadapi klien disini dan
sekarang. Disamping itu, konseling memberi umpan balik, terutama
yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh klien melalui
tubuhnya. Konselor harus menghadapi klien tanpa menolak klien
sebagai pribadi
Proses membangkitkan perasaan pada klien dapat dicapai
dengan cara mengembangkan hubungan atau aliansi terapeutik yang
kondusif, manusiawi, dan menekankan pada aspek-aspek personal
konseli. Karena jika konseli dapat memperoleh kesadaran tentang
masalah-masalah yang tak terselesaikan, maka mereka akan
menemukan jalan yang mudah menuju pemecahan masalah dan
mencapai perkembangan dan aktualisasi diri.
Hubungan yang ditekankan dalam proses konseling gestalt adalah
hubungan yang unik yang mereka sebut “saya dan kamu” hubungan
ini menuntut konselor dan klien untuk sepenuhnya menghayati
keadaan pada tataran “disini dan sekarang”. Konselor bekerja
dengan tulus denga menyadari sepenuhnya perasaan, pengalaman,
dan persepsi mereka sendiri, serta membangun aklim yang dapat
mendorong klien mengembangkan kepercayaan, kesadaran, dan
kesediaan untuk mencoba cara-cara baru dalam merasa, berpikir, dan
bertindak.
10 Tahap
Konseling
Tahap-tahap pada proses konseling Gestalt adalah:
a. Tahap pertama (the beginning phase)
Konselor menggunakan metode fenomologi untuk meningkatkan
kesadaran konseli, menciptakan hubungan dialogis mendorong
keberfungsian konseli secara sehat dan menstimulasi konseli untuk
mengembangkan dukungan pribadi (personal support) dan
lingkungannya (Joyce and still 2001 dalam safari 2005)
Secara garis besar proses yang dilalui dalam konseling tahap
pertama adalah:
Menciptakan tempat yang aman dan nyaman (safe container)
untuk proses konseling
Mengembangkan hubungan kolaboratif ( working alliance)
Mengumpulkan data, pengalaman konseli, dan keseluruhan
gambaran kepribadiannya dengan menggunakan pendekatan
fenomenologis
Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pribadi koseli
Membangun sebuah hubungan yang dialogis
Membuat prioritas dan kesimpulan diagnosis terhadap
konseli
b. Tahap kedua ( clearing the ground)
Pada tahap ini proses konseling berlanjut pada strategi-strategi yang
34. lebih spesifik. Konselor mengeksplorasi berbagai introyeksi,
berbagai modifikasi kontak yang dilakukan dan unfinished business.
Disini peran konselor adalah secara berkelanjutan mendorong dan
membangkitkan keberanian konseli mengungkapkan ekspresi
pengalaman dan emosi-emosinya dalam rangka meningkatkan
kesadarannya, tanggung jawab pribadi dan memahami unfinished
business.
c. Tahap ketiga ( the existensial encounter)
Pada tahap ini ditandai dengan aktifitas yang dilakukan konseli
dengan mengeksplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat
perubahan-perubahan secara signifikan. Tahap ini merupakan fase
tersulit karena pada saat ini konseli menghadapi kecemasan-
kecemasannya sendiri, ketidakpastian dan ketakutan-ketakutan yang
selama ini terpendam dalam diri. Selain itu, konseli menghadapi
perasaan terancam yang kuat disertai dengan perasaan kehilangan
harapan untuk hidup yang lebih mapan, pada fase ini konselor
memberikan dukungan dan motivasi berusaha memberikan
keyakinan ketika konseli cemas dan ragu-ragu mengadapi
masalahnya.
d. Tahap keempat (integration)
Pada tahap ini konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis
yang dieksplorasi sebelumnya dan mulai mengintegrasikan
keseluruhan diri (self), pengalaman dan emosi-emosinya dalam
perspektif yang baru. Konseli telah mampu menerima
ketidakpastian, kecemasan dan ketakutannya serta menerima
tanggung jawab atas kehidupannya sendiri, tahap ini terdiri dari
beberapa langkah sbb:
Membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan
pemahaman baru dan insight baru
Memfokuskan pada pembuatan kontak relasi yang
memuaskan
Berhubungan dengan masyarakat dan komonitas secara luas,
menerima ketidakpastian dan kecemasan yang dapat
menghasilkan makna-makna baru
Menerima tanggung jawab untuk hidup baru
e. Tahap kelima (ending)
Pada tahap ini konseli siap untuk memulai kehidupan secara mandiri
tanpa supervise konselor, yang ditandai oleh proses-proses berikut:
Berusaha untuk melakukan tindakan antisipasi akibat
hubungan konseling yang telah selesai
Memberikan proses pembahasan kembali isu-isu yang ada
Merayakan apa yang telah dicapai
Menerima apa yang belum tercapai
Melakukan antisipasi dan perencanaan terhadap krisis dimasa
depan
Membiarkan pergi dan melanjutkan kehidupan
11 Teknik
Konseling
1. Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk
mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu
35. kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya : (a)
kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak; (b)
kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa
bodoh; (c) kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak
bodoh” (d) kecenderungan otonom lawan kecenderungan
tergantung; (e) kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan
lemah
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt
pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di
mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini
dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
2. Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar
mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada
memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu
pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu
dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan
itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya
bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan
membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan
yang mungkin selama ini diingkarinya.
3. Bermain Proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan
yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya.
Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara
memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi, perasaan-
perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut
yang dimilikinya.
Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien
untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan
kepada orang lain.
4. Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam
teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang
berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk
memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang
berlebihan.
5. Tetap dengan Perasaan
Teknik dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan
atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin
menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan
dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
36. Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang
menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak
menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk
bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya
sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke
dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan
kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya
mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin
dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk
bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
12 Kelebihan 1. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa
aspek-aspek masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
2. Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan
nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
3. Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai
alasan untuk tidak berubah.
4. Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk
menemukan makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
5. Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan
mengungkapkan perasaan langsung menghindari
intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
13 Kelemahan 1. Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang
kukuh
2. Terapi Gestalt cenderung anti intelektual dalam arti kurang
memperhitungkan faktor-faktor kognitif.
3. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita
sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab kita kepada
orang lain.
4. Terapi Gestalt bisa menjadi berbahaya karena terapis
memiliki kekuatan untuk memanipulasi klien melalui teknik-
teknik yang digunakannya.
5. Para klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik
Gestalt karena merasa dirinya dianggap tolol.