2. Albert Ellis
Albert Ellis dilahirkan pada tahun 1930 di
Pittsburk dan kemudian menetap di New York sejak
umur empat tahun. Selepas delapan tahun tamat
pengajian kolej, beliau memasuki program psikologi
klinikal di Perguruan Maktab Columbia. Beliau
mulai menjalankan konseling perkawinan, konseling
keluarga dan terapi seks.
3. 1. Definisi
• Rational emotif therapy dapat diartikan dengan
corak konseling yang menekankan kebersamaan
dan interaksi antara berfikir dengan akal sehat,
berperasaan, dan perilaku serta sekaligus
menekankan bahwa suatu perubahan yang
mendalam.
• Corak konseling RET berpangkal dari beberapa
keyakinan tentang martabat manusia dan tentang
proses manusia dapat mengubah diri.
4. 2. Konsep Dasar
Menurut Albert Ellis, manusia pada
dasarnya adalah unik yang memiliki
kecenderungan untuk berpikir rasional dan
irasional.
5. 3. Konsep Kunci Teori Albert Ellis
ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu.
Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori
ABC.
1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu.
Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain.
Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan
merupakan antecendent event bagi seseorang.
6. 2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu
peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational
belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang
rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana,
dan kerana itu menjadi produktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau
system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak
produktif.
3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi
individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan
antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi
disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun
yang iB.
7. Lanjutan
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan
E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus
melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan
irasional itu agar kliennya bisa menikmati
dampak-dampak (effects; E) psikologis positif
dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
8. 4. Tujuan
1. Memperbaiki dan meruban sikap, persepsi, cara berfikir,
keyakinan serta pandangan klien yang irasional dan logis
menjadi rasional dan logis agar klien dapat
mengembangkan diri, meningkatkan self actualizationnya
seoptimal mungkin melalui prilaku kognitif dan afektif yang
positif.
2. Menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri
sendiri, seperti rasa benci, rasa takut, rasa bersalah, rasa
berdosa, rasa cemas, rasa was-was, dan rasa marah dengan
melatih system keyakinan hidup secara rasional serta
membangkitkan keberanian untuk memiliki kepercayaan
dan kemampuan diri sendiri dalam menghadapi masa depan.
(Sayekti Pujosuwarno 1993:14)
9. 5. Asumsi Perilaku Bermasalah
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional
emotif tingkah laku bermasalah, didalamnya
merupakan tingkah laku yang didasarkan pada
cara berpikir yang irrasional.
Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :
• Tidak dapat dibuktikan.
• Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan,
kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak
perlu.
• Menghalangi individu untuk berkembang dalam
kehidupan sehari-hari yang efektif.
11. 7. Peran Konselor
• Menyadarkan klien bahwa sumber masalah yang
dihadapinya karena cara berfikir klien yang tidak logis.
• Menyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang
dihadapi klien merupakan tanggung jawabnya sendiri.
Maksudnya adalah selama klien masih berpikir
irasional maka masalah yang dihadapinya akan terus
menghantuinnya.
• Mengajak klien untuk menghilangkan cara berfikir
yang irasional.
• Mengembangkan pandangan-pandangan yang realistis
dan menghindarkan klien dari keyakinan yang
irasional.
12. 8. Deskripsi Proses Konseling
• Konselor berusaha menunjukan klien kesulitan yang dihadapi sangat
berhubungan dengan keyakinan irrasional
• Setelah klien menyadari gangguan emosi yang bersumber dari
pemikiran irrasional, maka konselor menunjukan pemikiran klien
yang irrasional, serta klien berusaha mengubah kepada keyakinan
menjadi rasional.
• Konselor berusaha agar klien menghindari diri dari ide-ide
irrasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan antara ide
tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
• Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien
untuk mengembangkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan
menolak kehidupan yang irrasional dan fiktif dengan memperbaiki
cara berpikir, merasa, dan berperilaku, sehingga ia tidak lagi
mengalami gangguan emosional di masa yang akan datang.
13. 9. Teknik-teknik Konseling
• Teknik-teknik emotif (afektif)
a. Assertive adaptive
b. Bermain peran
c. Imitasi
• Teknik-teknik Behavioristik
a. Reinforcement
b. Social modeling
c. Live Models
• Teknik-teknik Kognitif
a. Home work assigments
b. Latihan assertive
14. 10. Kelebihan RET
• Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan
menantang klien untuk meneliti rasionalitas dari keputusan
yang telah diambil serta nilai yang klien anut.
• Rasional Emotif memberikan penekanan untuk
mengaktifkan pemahaman yang di dapat oleh klien
sehingga klien akan langsung mampu mempraktekkan
perilaku baru mereka.
• Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang
komprehensif dan eklektik.
• Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa
melakukan terapi sendiri tanpa intervensi langsung dari
terapis.
15. 11. Kekurangan RET
• Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu
sehingga dalam proses terapeutik ada hal-hal yang tidak
diperhatikan.
• Rasional emotif kurang melakukan pembangunan
hubungan antara klien dan terapis sehingga klien
mudah diintimidasi oleh konfrontasi cepat terapis.
• Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan
dan wewenang terapis dengan menerima pandangan
terapis tanpa benar-benar menantangnya atau
menginternalisasi ide-ide baru.
• Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan
pertahanan ego.
16. Contoh Kasus
Ada siswa mau ujian . Ia takut,cemas akan ujian
nya nanti,ia takut tidak lulus.Padahal ujian masih 4
bulan lagi. Siswa tersebut berpikir irasional. Konselor
membantu klien agar klien sadar dan bisa berpikir
rasional karena jika klien tetap berpikir irasional itu
akan membuat klien tidak siap menghadapi ujian dan
bisa berakibat pada konsentrasi saat mengerjakan soal
ujian dan bisa berakibat buruk. Konselor membantu
klien mengubah pikiran irasional menjadi rasional
sehingga klien menyadari akan pikirannya itu,klien bisa
berpikir rasional dengan belajar selama 4 bulan itu dan
menjadi siap menghadapi ujian