SlideShare a Scribd company logo
1 of 118
Download to read offline
ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A UMUR 2 BULAN DENGAN
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI PENTABIO
I DAN POLIO II DI BPM LIA MARIA
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
Asmala Dewi
201305004
AKADEMI KEBIDANAN NADIRA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
2
ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A UMUR 2 BULAN DENGAN
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI PENTABIO
I DAN POLIO II DI BPM LIA MARIA
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program
Pendidikan Diploma Iii Kebidanan
Disusun Oleh:
Asmala Dewi
201305004
AKADEMI KEBIDANAN NADIRA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
i
Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan
Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan
PERSETUJUAN
Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan
Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Nadira
Hari : Senin
Tanggal : 25 Juli 2016
Pembimbing
Eka Ayu Septiana, S.ST
ii
3
Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan
Diterima dan disahkan
Diploma III Kebidanan
Penguji I
Adhesty Novita Xanda, S.ST. M.Kes
PENGESAHAN
isahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Nadira pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Direktur
Adhesty Novita Xanda, S.ST. M.Kes
NIK.11402052
iii
4
Akhir Program Pendidikan
5
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI A UMUR 2 BULAN
DENGAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
PENTABIO I DAN POLIO II
DI BPM LIA MARIA
TAHUN 2016
Asmala Dewi, Eka Ayu Septiana, S.ST
INTISARI
Study kasus ini membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi A umur 2 bulan dengan kejadian
ikutan pasca imunisasi pentabio I dan polio II:
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka
kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis B, poliomielitis, dan campak dapat dicegah.Diperkirakan di seluruh dunia, pada
tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak tidak mendapatkan imunisasi yang bisa
menyelamatkan nyawa mereka. Di Indonesia imunisasi dasar lengkap (IDL) mencapai 86,8% dan
perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child Imunization (UCI)
desa kini yang mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019. Tujuan
peneliti untuk memberikan Asuhan Kebidanan Pada Bayi A Umur 2 Bulan Dengan Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi Pentabio I dan Polio II Di BPM Lia Maria Tahun 2016. Metode penelitian
yang digunakan adalah deskriptif. Subjek penelitian adalah Bayi A umur 2 bulan dan objek
penelitian adalah Asuhan tentang Kejadian ikutan pasca imunisasi pentabio I dan polio II. Tempat
penelitian BPM Lia Maria Sukarame Bandar Lampung. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat
kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Saran utama pada penelitian ini adalah
diharapkan study kasus ini dapat dijadiakan pengetahuan dalam pemberian dan penanganan KIPI
imunisasi pentabio dan polio sesuai dengan prosedur sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas bayi dan balita khususnya di Indonesia.
Kata kunci : KIPI, Imunisasi Pentabio dan Polio
Kepustakaan : 22 Buku
Halaman : 100 Halaman
iv
6
MOTTO
“Akan Ada Sebuah Hasil Yang Baik Dari Setiap
Tantangan”
“Pendidikan Akan Membawamu Memiliki
Intelektual, Intensitas, Dan Potensial Dalam
Dirimu”
(Asmala Dewi)
v
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada By.A Umur 2 Bulan Dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Pentabio I Dan Polio II Di BPM Lia Maria Tahun 2016” sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan program pendidikan pada Diploma III Kebidanan.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
saran dari pihak dosen pembimbing dan keluarga untuk itu pada kesempatan ini
penulis menucapkan terima kasih kepada:
1. Adhesty Novita Xanda, S.ST., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Nadira Bandar Lampung.
2. Eka Ayu Septiana, S.ST selaku Pembimbing Akademik.
3. BPM Lia Maria, Amd.Keb sebagai tempat pengambilan penelitian.
4. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Nadira Bandar Lampung.
5. Keluarga, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.
Bandar Lampung, Juli 2016
Penulis
vi
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii
INTISARI.......................................................................................................iv
MOTTO .........................................................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................4
D. Ruang Lingkup.....................................................................................5
E. Manfaat Penelitian ...............................................................................5
F. Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data............................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis...........................................................................10
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan .......................................................34
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan ..................................................47
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data.....................................................................................49
B. Matriks ..................................................................................................56
vii
9
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.............................................................................................62
B. Interpretasi Data Dasar ..........................................................................86
C. Antisipasi Masalah Potensial ................................................................88
D. Tindakan Segera....................................................................................89
E. Perencanaan ..........................................................................................89
F. Pelaksanaan ..........................................................................................92
G. Evaluasi.................................................................................................95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................98
B. Saran .....................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi...........................................................................25
Tabel 3.1 Matrik ...........................................................................................58
ix
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Curriculum Vitae
Lampiran 2 : SAP Imunisasi Pada Bayi
Lampiran 2 : Leaflet Imunisasi Pada Bayi
Lampiran 3 : Jadwal Imunisasi
Lampiran 4 : DDST
Lampiran 5 : Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi
Lampiran 6 : Foto Dokumentasi
Lampiran 7 : Lembar Konsul
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelangsungan hidup anak ditunjukan dengan Angka Kematian Bayi (AKB)
dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan
angka kematian balita di Indonesia adalah tertinggi di Negara ASEAN
lainnya.Hali ini perlu di pahami dan ditindak lanjuti oleh bidan dan petugas
lainnya, mengingat Indonesia banyak memilki beban yang berat karena
wilayah yang sangat luas serta jumlah penduduk yang banyak dan sangat
heterogen.Sebagai anggota profesi di bidang kesehatan , bidan juga harus
berperan aktif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita
(Maryunani,2010; h.2).
Diperkirakan diseluruh dunia, Pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta
anak tidak mendapatkan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa mereka. Di
Indonesia, Imunisasi dasar lengkap (IDL) mencapai 86,8% dan perlu ditingkatkan
hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child Imunization (UCI)
desa kini yang mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% ditahun
2019. Di berbagai Negara di dunia, Kurangnya pengetahuan masyarakat, serta
kecilnya dukungan politis dan financial menjadi penyebab kesenjangan cakupan
Imunisasi. Kondisi geografis Indonesia juga merupakan tantangan bagi program
imunisasi, selain kurangnya pengetahuan masyarakat dan kurangnya informasi
2
tentang imunisasi, Pemerintah juga telah menggiatkan program promosi kesehatan
dalam rangka penyebarluasan informasi tentang pentingya imunisasi.
(Depkes 2015).
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi,berbagai
penyakit seperti TBC,difteri,pertsusis,tetanus, hepatitis B,poliomyelitis, dan
campak dapat dicegah. Pentingnya pemberian imunisasi dapat dilihat dari
banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Oleh karena itulah, untuk mencegah balita menderita beberapa
penyakit yang berbahaya , imunisasi pada bayi dan balita harus lengkap serta
diberikan sesuai jadwal
(Dewi,2013;h.129).
Vaksinasi bertujuan untuk melindungi individu dan masyarakat terhadap
serangan penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksin
mutakhir cenderung lebih aman walaupun demikian tidak ada vaksin yang
tanpa resiko. Maka walaupun jarang,sebagian orang dapat mengalami reaksi
ringan sampai mengancam jiwa setelah imunisasi. Pada beberapa kasus reaksi
disebabkan oleh vaksin, pada kasus lain penyebabnya adalah kesalahan
pemberian vaksin , tetapi sebagian besar umumnya tidak berhubungan dengan
vaksin. Apapun penyebabnya, apabila timbul kejadian ikutan pasca imunisasi
masyarakat selalu bersikap menolak untuk pemberian imunisasi berikutnya,
3
sehingga anak tersebut akan rentan terhadap penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi , Sehingga dapat timbul kecacatan/kematian
(Ranuh et.all,2011 ; h.248).
Kipi merupakan kejadian medic yang berhubungan dengan imunisasi baik
berupa efek vaksin ataupun efek samping,toksisitas ,reaksi sensitivitas ,efek
farmakologis, atau kesalahan program ,konsidensi,reaksi suntikan , atau
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan .semua gejala klinis yang terjadi
akibat trauma jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung dan harus
dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan lansung misalnya nyeri sakit ,
bengkak kemerahan pada tempat suntikan ,sedangkan reaksi suntikan tidak
lansung misalnya rasa takut,pusing,mual,sam pai sinkop.
(Ranuh et. All,2011;h.224-228).
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di BPM Lia Maria
Bandar Lampung jumlah bayi yang diimunisasi pada bulan Juni 2016 sebanyak
28bayi dan yang melakukan imunisasi Pentabio I dan Polio II Sebanyak 10
bayi , Kemudian terdapat 5 bayi yang baru pertama kali melakukan imunisasi
Pentabio I dan Polio II. Satu diantaranya merupakan anak yang pertama yang
ibu nya belum mengetahui efek samping dari pemberian imunisasi Pentabio
dan polio. Ibu belum mengetahu efek samping Imunisasi Pentabio dan Polio di
karenakan ini merupakan anak yang pertama ,Kebanyakan ibu yang baru
memiliki anak pertama akan menolak untuk pemberian imunisasi berikutnya .
karena Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang ditimbulkan.
4
Berdasarkan masalah tersebut diatas , maka penulis tertarik untuk “Asuhan
Kebidanan pada Bayi A umur 2 bulan dengan Kejadian ikutan pasca imunisasi
Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria Bandar Lampung Tahun 2016”.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada An.A dengan
imunisasi DPT 1 Di BPS Lia Maria, Amd.Keb Sukarame Bandar Lampung ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Peneliti mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi A umur 2 bulan
dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM
Liam Maria Sukarame tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan Penulis dapat melakukan pengkajian terhadap By.Ny A di
BPS Lia Maria Amd.keb . Sukarame , Bandar Lampung dengan
imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria
b. Dapat menentukan interpretasi data, masalah dan kebutuhan pada bayi A
dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM
Lia Maria tahun 2016.
c. Dapat menentukan mengidentifikasi diangnosis atau masalah potensial
terhadap Bayi A dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan
Polio II di BPM Lia Maria tahun 2016
5
d. Dapat melakukan tindakan segera pada Bayi A dengan kejadian ikutan
pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria tahun 2016.
e. Dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada bayi A dengan
kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I Polio II di BPM Lia Maria
tahun 2016.
f. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan pada
Bayi A dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di
BPM Lia Maria tahun 2016
g. Dapat melakukan intervensi terhadap asuhan yang telah diberikanpada
bayi A dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di
BPM Lia Maria Tahun 2016.
D. Ruang lingkup
1. Sasaran
Objek yang diambil dalam Study Kasus ini bayi A umur 2 bulan dengan
kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio 1 dan Polio II di BPM Lia Maria
tahun 2016.
2. Tempat
Dalam Study Kasus ini penulis mengambil kasus di BPM Lia Maria tahun
2016
3. Waktu
Pelaksanakan asuhan kebidanan dalam Study Kasus ini pada tanggal 13 Juni
2016 – 21 Juni 2016
6
E. Manfaat penelitian
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat
yang berarti kepada :
1. Bagi Institusi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai dokumentasi dan bahan perbandingan untuk study
kasus selanjutnya dan menambah koleksi studi kasus diperpustakaan tentang
asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi Pentabio I dan Polio II
2. Bagi Lahan Praktek
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan
dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada
anak dengan imunisasi Pentabio I dan Polio II
3. Bagi Masyarakat
Khususnya pasien Setelah diberikan asuhan diharapkan dapat mencegah,
mendeteksi dan mengatasi masalah yang terjadi pada bayi dengan imunisasi
Pentabio I dan Polio II
4. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang imunisasi
pada bayi sesuai dengan standar Asuhan Kebidanan, dan dapat
mengaplikasikanya kedalam praktek.
F. Metodologi dan Teknik Memperoleh Data
1. Metedologi Penulisan
Dalam penyusunan study kasus ini penulis menggunakan metode penulisan
deskriptif yang dilakukan terhadap sekelompok objek yang biasanya
7
bertujuan untuk melihat fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi
didalam suatu populasi tertentu umumnya survey deskriptif digunakan
untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu
program dimasa sekarang. Kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun
perencanaan perbaikan program tersebut, survey deskriptif juga dapat
didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam masyarakat.
(Notoatmodjo, 2010;35-36)
2. Teknik memperoleh data
a. Data Primer
1) Wawancara
Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,
dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan
dari seseorang sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan
muka dengan orang tersebut.Jadi data tersebut diperoleh langsung
dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan.
Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi. Gejala-
gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui
observasi dapat digali dari wawancara.
(Notoatmodjo,2010;139).
a) Wawancara dilakukan dengan cara Allo anamnesa. Wawancara
yang dilakukan kepada keluarga atau orang lain mengenai
penyakit klien
8
(Sulistyawati,2011;h.166).
b) Pengkajian Fisik
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh
bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas dan
mendeteksi adanya penyimpangan dari normal
(Yulianti dan Rukiyah,2010;h 51).
c) Obseravsi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden
penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan
diteliti. Dalam metode observasi ini, instrumen yang dapat
digunakan, antara lain : lembar observasi, panduan pengamatan
(observasi) atau lembar checklist
(Hidayat,2010;h 99).
b. Data Sekunder
1. Studi pustaka
Menurut Sekaran (2006) dalam Hidayat (2012) merupakan kegiatan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari
landasan teoritis dari permasalahan penelitian. Selain itu studi
kepustakaan juga merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh
terhadap karya publikasi dan non publikasi, sehingga peneliti bias
memastikan bahwa tidak ada variabel penting dimasa lalu ditemukan
berulang kali mempunyai pengaruh atas masalah, yang terlewatkan.
9
Studi kepustakaan yang baik akan menyediakan dasar untuk
menyusun rangka teoritis yang komprehensif dimana hipotesis dapat
dibuat untuk diuji.
2. Studi documenter
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang berasal
dokumentasi asli. Dokumentasi asli tersebut dapat berupa gambar,
table atau daftar periksa,dan film documenter.
(Hidayat,2011;h 42-100).
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjaun Teori Medis
1. Definisi Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud
vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti
yang dimaksukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin
BCG, DPT, dan campak)
(Hidayat, 2008;h. 54).
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak
menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa
kekebalan pasif maupun aktif
(Ranuh et. all, 2011; h. 24).
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif
dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi,
berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,
poliomielitis, dan campak dapat dicegah
(Dewi, 2013; h. 129)
11
2. Macam-macam Imunisasi
Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi
menjadi dua : imunisasi aktif dan imunisasi pasif
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang
diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh
mengalami reaaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons
seluler dal serta dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar terjadi
infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi
aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya, yang
dijelaskan sebagai berikut :
1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat
atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa
polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang
dimatikan)
2) Perlarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan
3) Preservatif, stabilizer, dan antibiotic yang berguna untuk mencegah
tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen
4) Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imunogenitas antigen
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu
suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
12
berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi. Macam – macam imunisasi :
a) Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang mencegah penyakit
TBC.Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC
yang telah dilemahkan ,vaksin BCG diberikan intradermal dan
diberikan sejak lahir.Efek samping nya ialah terjadi ulkus pada
daerah suntikan dan nyeri dan reaksi panas
b) Imunisasi Hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya hepatitis.Kandungan vaksin ini adalah HbsAg
dalam bentuk cair . Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis
sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun .
Pemberian vaksin ini melalui intramuscular dan diberikan dalam
waktu 12 jam setelah bayi lahir dan dilanjutkan pada usia 1 dan 3-6
bulan . Biasanya tidak ditemukan efek samping pada imunisasi ini
c) Imunisasi Polio merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada
anak.Kandungan vaksin ini adalah virus yang telah dilemahkan
Imunisasi polio diberikan secara oral
d) Imunisasi DPT (Difteria,Pertusis,Tetanus) merupakan imunisasi
yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri , pertusis
, tetanus.Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun
kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya ,namun masih
13
dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).Imunisasi DPT
diberikan pada usia 6 minggu secara terpisah atau secara kombinasi
dengan hepatitis B atau HIB.Boster DPT diberikan pada usia 18
bulan dan 5 tahun. Dan usia 12 tahun mendapat TT saat program
bias SD efek samping pemberian imunisasi DPT terjadi
pembengkakan pada bekas suntikan, nyeri dan demam 1-2
hari,penangannya dapat diberikan dengan asetaminofen (ibuprofen)
(Hidayat, 2008; h. 54-58)
3. Tujuan Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
(Hidayat, 2008; h. 54)
Ada tiga tujuan utama pemberian imunisasi pada seseorang, yaitu
mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, menghilangkan
penyakit tertentu pada sekelompak masyarakat (populasi), serta
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (misalnya cacar), hanya
mungkin pada penyakit yang ditularkan melalui manusia (misalnya
difteria)
(Muslihatun, 2010; h. 208)
14
4. Sasaran
Program Imunisasi di Indonesia merupakan program unggulan untuk
mencegah angka kematian pada bayi, anak bawah tiga tahun, bawah lima
tahun, program ini akan mencakup beberapa jenis imunisasi, sementara
sasaran dari program itu sendiri antara lain mencakup : bayi dibawah umur
1 tahun (0-11 bulan), ibu hamil (awal kehamilan 8 bulan), wanita usia
subur (calon mempelai wanita), anak sekolah dasar (kelas I-VI)
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 314)
5. Penyimpanan Vaksin
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan
potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk
harus disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin
harus didinginkan pada temperature 2-80
C dan tidak membeku. Sejumlah
vaksin (DPT, Hib, hepatitis B, dan hepatitis A) menjadi tidak aktif bila
beku. Pengguna dinasehatkan untuk melakukan konsultasi guna
mendapatkan informasi khusus vaksin-vaksin individual, karena beberapa
vaksin (OPV dan Yellow fever) dapat disimpan dalam keadaan beku
(Ranuh et. all, 2011; h. 141)
6. Tata Cara Pemberian Imunisasi DPT
a) Pembersihan kulit
Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan,
namun apabila kulit telah bersih, antiseptik kulit menggunakan kapas
dan air hangat
15
b) Pemberian suntikan
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau
subkutan dalam. Terdapat pengecualian pada dua jenis vaksin yaitu
OPV diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan
intradermal (dalam kulit). Walaupun vaksin sebagian besar diberikan
secara suntikan intramuskular atau subkutan dalam, namun bagi petugas
kesehatan yang kurang berpengalaman memberikan suntikan subkutan
dalam, dianjurkan memberikan dengan cara intra muskular.
c) Teknik dan ukuran jarum
Sebagian besar vaksin harus disuntikkan ke dalam otot. Penggunaan
jarum yang pendek meningkatkan risiko terjadi suntikan subkutan yang
kurang dalam. Hal ini menjadi masalah untuk vaksin-vaksin yang
inaktif (inactivated). Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan
panjang 25 mm.
d) Posisi anak dan lokasi suntikan
Vaksin yang disuntikkan harus diberikan pada bagian dengan risiko
kerusakan saraf, pembuluh vaskular serta jaringan lainnya. Penting
bahwa bayi dan anak jangan bergerak saat disuntik, walaupun demikian
cara memegang bayi dan anak yang berlebihan akan menambah
ketakutan sehingga meningkatkan ketegangan otot. Perlu diyakinkan
kepada orang tua atau pengasuh untuk membantu memegang anak atau
bayi, dan harus diberitahu agar mereka memahami apa yang sedang
dikerjakan.
16
e) Pengambilan vaksin dari botol (Vial)
Untuk vaksin yang diambil menembus tutup karet atau yang telah
dilarutkan, harus memakai jarum baru. Apabila vaksin telah diambil
dari vial yang terbuka, dapat dipakai jarum yang sama. Jarum atau
semprit yang telah digunakan menyuntik seseorang tidak boleh
digunakan untuk mengambil vaksin dari botol vaksin karena resiko
kontaminasi silang, vaksin dalam botol yang berisi dosisi ganda
(multidosis) jangan digunakan kecuali tidak ada alternatif lain
(Ranuh et. all , 2011; h. 140-149)
7. Keberhasilan Imunisasi
a) Status Imun Penjamu
Individu yang mendapat immunosupresan, menderita defisiensi imun
kongenital atau penyakit yang menimbulkan difisiensi imun sekunder
seperti keganasan akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi.
Defisiensi imun merupakan indikasi kontra pemberian vaksin hidup
karena justru dapat menimbulkan penyakit pada individu tersebut.
Vaksinasi yang diberikan pada individu yang menderita penyakit
infeksi sistemik, seperti campak dan tuberkulosis milier akan
mempengaruhi keberhasilan vaksinasi juga
(Muslihatun, 2010; h. 209)
b) Faktor Genetik Pejamu
Interaksi sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik.
Secara genetik, respon imun manusia terbagai menjadi respon baik,
17
cukup dan rendah terhadap antigen tertentu. Seorang individu dapat
memberikan respon rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap
antigen lain dapat sangat tinggi respon imunnya. Oleh karena itu sering
ditemukan keberhasilan vaksinasi tidak sampai 100%
(Muslihatun, 2010; h. 210)
c) Kualitas dan Kuantitas Vaksin
Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respon imun, misalnya
vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal dan sistemik,
sedangkan vaksin polio parenteral hanya memberikan imunitas sistemik
saja. Dosis vaksin yang tidak tepat juga mempengaruhi respon imun.
Dosis terlalu tinggi menghambat respon imun yang diharapkan,
sedangkan dosis terlalu rendah tidak dapat merangsang sel-sel
imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis,
karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan. Frekuensi dan jarak pemberian juga mempengaruhi
respon imun. Bila penerimaan vaksin berikutnya diberikan pada saat
kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk akan
segera dinetralkan, sehingga tidak sempat merangsang sel
imunokompeten, bahkan dapat terjadi reaksi arthus, yaitu bengkak
kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan kompleks
atigen antibody lokal. Pemberian vaksin ulang (booster) sebaiknya
mengikuti anjuran sesuai hasil uji klinis.
(Muslihatun, 2010; h. 210)
18
8. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada
semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi
tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya
(Maryunani, 2010; h. 215)
a) Imunisasi BCG
Imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
Tuberkulosis paru (TBC), imunisasi ini diberikan hanya sekali sebelum
bayi berumur 2 bulan.Reaksi yang akan Nampak setelah penyuntikan
imunisasi adalah berupa perubahan warna kulit pada tempat
penyuntikan yang akan berubah menjadi pustula kemudian pecah
menjadi ulkus dan menyembuh dalam waktu 8-12 minggu dan
meninggalkan jaringan parut . Vaksin disuntikan dengan cara intrakutan
pada lengan atas diberikan dengan dosis 0,05 Ml.Vaksin BCG
berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4cc NacL0,9%.Setelah
dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam , sisanya dibuang
(Lisnawati, 2014; h.56)
b) Imunisasi Hepatitis B
1) Definisi
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
hepatitis. Vaksin ini mengandung HbsAG dalam bentuk cair.
(Mubarak, 2011; h. 29)
19
2) Cara pemberian
Frekuensi pemberian imunisasi Hepatitis B adalah tiga kali.
Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir, dengan syarat kondisi bayi
dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan paru-paru dan jantung
(Maryunani, 2010; h. 221)
3) KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
KIPI yang umumnya terjadi berupa reaksi lokal yang ringan dan
sementara, kadang-kadang terjadi demam ringan 1-2 hari.
(Muslihatun, 2010; h. 222)
4) Kontraindikasi
Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.
(Maryunani, 2010; h. 223)
c) Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
1) Definisi
Imunisasi DPT untuk mencegah bayi dari tiga penyakit, yaitu difteri,
pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri Corynebacterium-
diphtheriae yang sangat menular. Dimulai dengan gangguan
tenggorakan dan dengan cepat menimbulkan gangguan pernapasan
dengan terhambatnya saluran pernapasan oleh karena terjadi selaput
di tenggorokan dan menyumbat jalan napas, sehingga dapat
menyebabkan kematian. Selain itu juga menimbulkan toksin atau
racun yang berbahaya untuk jantung
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 319)
20
Batuk rejan yang juga dikenal Pertusis atau batuk 100 hari,
disebabkan bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini membuat
penderita mengalami batuk keras secara terus menerus dan bisa
berakibat gangguan pernapasan dan saraf. “Bila dibiarkan berlarut-
larut, pertusis bisa menyababkan infeksi di paru-paru.” Selain itu,
karena si penderita mengalami batuk keras yang terus menerus,
membuat ada tekanan pada pembuluh darah hingga bisa
mengakibatkan kerusakan otak
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 319)
Tetanus merupakan penyakit infeksi mendadak yang disebabkan
toksin dari clostridium tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau
kotoran binatang manusia. Kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh
melalui luka goresan atau luka bakar yang telah terkontaminasi oleh
tanah, atau dari gigi yang telah busuk atau dari cairan congek. Luka
kecil yang terjadi pada anak-anak pada saat bermain dapat terinfeksi
kuman ini. Apabila tidak dirawat penyakit ini dapat mengakibatkan
kejang dan kematian. Manusia tidak mempunyai kekebalan alami
terhadap tetanus sehingga perlindungannya harus diperoleh lewat
imunisasi
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 319)
2) Cara pemberian
Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia
2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun bisa juga ditambahkan 2 kali
21
lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun.
Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT cara pemberian
imunisasi melalui suntikan intra muskuler (IM atau i.m)
(Maryunani, 2010; h. 217-218)
3) KIPI (Kejadian Ikutan Pemberian Imunisasi)
Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam
(“sumeng”) saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan,
pembengkakan, agak nyeri, atau pegal-pegal pada tempat suntikan,
yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih
demam dapat diberikan obat penurun panas bayi. Atau bisa juga
dengan memberikan minuman cairan lebih banyak dan tidak
memakaikan pakaian terlalu banyak.
(Maryunani, 2010; h. 218)
4) Kontraindikasi
Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang
mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau
bukan, seperti epilepsi, menderita kelaianan saraf yang betul-betul
berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak-anak yang sedang
demam/sakit keras dan yang mudah mendapat kejang dan
mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma
(Maryunani, 2010; h. 218)
22
5) Penanganan
Memberikan minum lebih banyak (ASI), jika demam pakaialah
pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air
dingin atau hangat, jika demam berikan parasetamol 5 mg/kgbb
setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh
mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi tersebut
memberat dan menetap, atau jika oraang tua merasa khawatir,
bawalah bayi/anak ke dokter.
(Ranuh , 2011; h.166)
d) Imunisasi Polio
1) Definisi
Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes
per oral dengan interval tidak kurang dari dua minggu. Mengingat
indonesia merupakan daerah endemik polio, sesuai pedoman PPI
imunisasi polio diberikan segera setelah lahir pada kunjungan
pertama. Dengan demikian diperoleh daerah cakupan yang luas.
Pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah sakit atau rumah
bersalin dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak lain
agar tidak mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup dapat
dikeluarkan melalui tinja (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 320)
2) Cara pemberian
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya
imunisasi polio massal atau Pekan Imunisasi Nasional tetapi jumlah
23
dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk tidak ada istilah
overdosis dalam imunisasi. Waktu pemberian polio adalah umur bayi
0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2
bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin
polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT , cara pemberian
imunisasi polio melalui oral/ mulut (Maryunani, 2010; h. 218-219).
3) KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
Reaksi KIPI dari vaksin OPV, antara lain gejala pusing, diare ringan
dan nyeri otot (Muslihatun, 2010; h. 223)
4) Kontraindikasi
Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit
parah, seperti demam tinggi ( diatas 380
C) ditangguhkan. Pada anak
yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan
imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit HIV/AIDS,
penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan
steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak diberikan
imunisasi polio (Maryunani, 2010; h. 219)
e) Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan member vaksin
campak pada anak yang bertujuan member kekebalan dari penyakit
campak. Imunisasi dapat diberikan pada usia 9 bulan secara sub-kutan,
kemudian ulangan dapat diberikan dalam waktu interval 6 bulan atau
lebih setelah suntikan pertama
24
(Karwati et. all, 2011; h. 102)
f) Imunisasi Hib
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza
tipe B. Vaksin berbentuk polisakarida murni (PRP : Purified capsular
polysaccharide). Kuman H. Influenza tipe B antigen dalam vaksin
tersebut dapat dikonjugasi dengan protein lain seperti Toxoid tetanus
(PRP-T), Toxoid dipteri (PRP-D atau PRPCR50), atau dengan kuman
Monongococus (PRP-OMPC). Pemberian awal PRP-T dilakukan
sebanyak tiga kali suntikan dengan interval dua bulan. Suntikan PRP-
OMPC dilakukan dua kali suntikan dengan interval dua bulan,
kemudian booster nya diberikan pada usia 18 bulan. Vaksin ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi Hib yang sering
menyebabkan meningitis, pneumonia, selulitis, artritis dan epiglotis.
Jadwal imunisasi vaksin PRP-T diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan.
Vaksin PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ke-3 (umur
6 bulan) tidak diperlukan. Vaksin Hib dapat diberikan bersamaan
dengan DTwP atau DtaP dalam bentuk vaksin kombinasi, yaitu
DTwP/Hib atau DtaP/Hib yang berisi kombinasi vaksin PRP-T dalam
kemasan prefilled syringe 0,5 ml. Dosis pemberian vaksin ini adalah 0,5
ml, diberikan melalui injeksi intramuskuler KIPI dari pemberian
imunisasi Hib Nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan adalah
efek samping dari Imunisasi HiB yang sering muncul setelah imunisasi
(Muslihatun, 2010; h.230)
25
9. Jadwal Imunisasi
Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/ HB 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan Campak
Sumber Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2009)
10. Imunisasi Anjuran
a. Pneumokokus
Vaksin pneumokokus bertujuan untuk mengurangi mortalitas akibat
pneumokokus invasif, adalah pneumonia, bakteriemia dan meningitis.
Vaksin ini dianjurkan diberikan pada orang lanjut usia di atas 65 tahun,
seseorang dengan asplenia termasuk anak dengan penyakit sickle cell
usia lebih dari 2 tahun, pasien imunokompromise, pasien
imunokompeten dan kebocoran cairan serebrospinal. Vaksin ini
diberikan dalam dosis tunggal 0,5 ml secara intramuskular atau
subkutan dalam di daerah deltoid atau paha anterolateral. Vaksin ulang
hanya diberikan bila seorang anak mempunyai resiko tertular
pneumokokus setelah 3-5 tahun atau lebih. Reaksi KIPI ini adalah
eritem atau nyeri ringan pada tempat suntikan kurang dari 48 jam,
demam ringan dan mialgia pada dosis kedua. Reaksi anafilaksis jarang
ditemukan, kontraindikasi absolut apabila timbul reaksi anafilaksis
setelah pemberian vaksin. Kontraindikasi relatif vaksinasi
26
pneumokokus, adalah umur kurang dari 2 tahun, dalam pengobatan
imunosupresen/radiasi kelenjar limfe, kehamilan, telah mendapatkan
vaksin pneumokokus dalm 3 tahun
(Muslihatun, 2010; h. 230)
b. Imunisasi Influenza
Vaksin trivalen influenza yang terdiri dari dua virus influenza subtipe A
yaitu H3N2 dan H1N1 (Strain California), serta virus influenza tipe B.
Vaksin influenza diberikan setiap tahun, mengingat tiap tahun terjadi
pergantian jenis galur virus yang beredar di masyarakat. Dosis
tergantung umur anak, umur 6-35 bulan 0,25 ml, umur ≥ 3 tahun 0,5 ml,
umur ≤ 8 tahun untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis
dengan interval minimal 4-6 minggu, pada tahun berikutnya hanya
diberikan 1 dosis. Vaksin influenza diberikan secara intramuskular pada
paha anerolateral.
(Ranuh et. all, 2011; h. 59-60)
c. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR (Measles, mumps, rubella) merupakan imunisasi yang
digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak
(measles), gondongan, parotis epidemika 9mumps), dan campak jerman
(rubella). Dalam imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah virus
campak strain edmoson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3,
dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan untuk bayi usia di
bawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan
27
antibodi maternal yang masih ada. Khusus pada daerah endemik,
sebaiknya diberikan imunisasi campak monovalen dahulu pada usia 4-5
bulan atau 9-11 bulan dan booster (ulangan) dapat dilakukan MMR
pada usia 15-18 bulan.
(Hidayat, 2008; h. 57)
d. Imunisasi Tifoid
Imunisasi typus abdominalis merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit typus abdominalis. Dalam
persendiaan khususnya di Indonesia terdapat tiga jenis vaksin typus
abdominalis, di antaranya kuman yang dimatiakan, kuman yang
dilemahkan (vivotif, berna) dan antigen capsular Vi poliyasaccharida
(Typhim Vi, Pasteur Meriux). Vaksin kuman yang dimatikan dapat
diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml , 1-2 tahun 0,2 ml dan 2-
12 tahun adalah 0,5 ml. Pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak
2 kali dengan interval 4 minggu kemudian penguat setelah 1 tahun
kemudian. Vaksin kuman yang dilemahkan diberikan dalam bentuk
capsul enteric coated sebelum makan pada hari ke-1, 2, dan 5 untuk
anak di atas usia 6 tahun. Antigen kapsular diberikan untuk usia di atas
2 tahun dan dapat diulang setiap 3 tahun
(Hidayat, 2008; h. 57-59)
e. Imunisasi Varicela
Imunisasi varicela merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit cacar air (varicela). Vaksin varicella
28
merupakan virus hidup varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan.
Pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia
12 tahun di daerah tropis dan bila di atas usia 13 tahun dapat diberikan
2 kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.
(Hidayat, 2008; h. 59)
f. Imunisasi Hepatitis A
Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan (under
exposure). Di samping vaksin Hep A monovalen yang telah kita kenal,
saat ini telah beredar vaksin kombinasi HepB/HepA. Jadwal imunisasi
vaksin hep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. Vaksin kombinasi
HepB/HepA tidak diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan. Maka
vaksin kombinasi diindikasikan pada anak umur lebih dari 12 bulan,
terutama untuk catch up immunization yaitu mengejar imunisasi pada
anak yang belum pernah mendapat imunisasi HepB sebelumnya atau
imunisasi HepB yang tidak lengkap (Ranuh et. all, 2011; h. 61)
11. Denver Developmental Screening Test (DDST)
a. Definisi
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan penyimpangan
atau masalah tumbuh kembang anak secara dini, maka intervensi akan
lebih mudah dilakukan.
(Dewi, 2013; h. 55)
29
b. Manfaat DDST
1) Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
2) Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
3) Monitor anak dengan risiko perkembangan.
4) Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
5) Memastikan apakah anak dengan persangka ada kelainan
perkembangan atau benar-benar ada kelainan.
(Dewi, 2013; h. 58)
c. Isi DDST
Denver II terdiri dari 125 item yang disusun dalam formulir menjadi
empat sektor untuk menjaring fungsi-fungsi sektor personal sosial,
motorik halus-adaptif, bahasa dan motorik kasar.
(Muslihatun, 2010; h. 89)
1) Personal sosial (Kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan.
2) Adaptasi motorik halus (Fine motor adaptive)
Aspek yang berhubungan dengan kemapuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja, dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar,
memegang sesuatu benda, dan lain-lain.
30
3) Bahasa (Language)
Kemampuan untuk memberikan repons terhadap suara, mengikuti
perintah, dan berbicara spontan.
4) Perkembangan motorik kasar (Gross motor)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
(Dewi, 2013; h. 63)
d. Penentuan Umur
Untuk menentukan umur anak pada saat pemeriksaan, maka harus
dilakukan penghitungan berdasarkan tanggal lahir dan tanggal
pemeriksaan. Umur anak dihitung dengan mengurangkan tanggal lahir
dari tanggal tes (jika perlu untuk meminjam dalam pengurangan, 30
hari dipinjam dari kolom bulan, 12 bulan dipinjam dari kolom tahun).
Penyesuaian umur perlu dilakukan pada kasus prematuritas anak yang
lahirnya maju lebih dari dua minggu sebelum Hari Perkiraan Lahir
(HPL) (Muslihatun, 2010; h. 90)
e. Prosedur DDST
1) Tahap I : Secara periodik dilakukan pada semua anak yang
berusia umur 3-6 bulan, umur 9-12 bulan, umur 18-24
bulan, umur 3 tahun, umur 4 tahun, umur 5 tahun.
2) Tahap II : Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya
hambatan perkembangan pada tahap I. Kemudian
dilanjutkan pada evaluasi diagnostik yang lengkap.
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 120)
31
f. Skoring Penilain Test
1) Skor Pass (P) atau Lewat/Lulus (L), apabila anak dapat melakukan
uji coba dengan baik, atau ibu atau pengasuh memberi laporan tepat
atau dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik.
2) Skor Fail (F) atau Gagal (G), apabila anak tidak dapat melakukan uji
coba dengan baik, atau ibu/ pengasuh memberi laporan bahwa anak
tidak dapat melakukan tugas dengan baik.
3) Skor No Opportunity (No) atau tidak ada kesempatan (Tak), apabila
anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena
ada hambatan, misalnya kasus Reterdasi Mental dan Down
Syndrome. Skor ini hanya digunakan untuk item yang ada kode ‘L”
yaitu laporan orang tua atau pengasuh anak.
4) Skor Refusal (R) atau Menolak (M), apabila anak menolak untuk
melakukan uji coba karena faktor sesaat (lelah, menangis, sakit,
mengantuk, dan lain-lain). Penolakan anak dapat dikurangi dengan
mengatakan kepada anak, tugas apa yang harus dilakukannya. Item
yang ada kode “L” nya, tidak diskor sebagai penolakan
(Muslihatun, 2010; h.93-94)
g. Penilain Tiap Item
1) Normal : apabila anak gagal ataau menolak tugas pada item di
sebelah kanan garis umur. Perkembangan anak dinilai normal pada
item tersebut, karena anak berumur lebih muda daripada umur yang
hanya 25% anak-anak pada sampel standar dapat melakukan item
32
tersebut, sehingga anak tidak diharpakan “lulus” sampai umurnya
lebih tua. Penialaian ini tidak perlu diperhatikan untuk interpretasi/
penilaian hasil tes keseluruhan. Penilaian item “normal” juga
diberikan pada anak yang lulus, gagal, atau menolak tugas di mana
garis umur berada di antara 25%-75% (warna putih).
2) Caution : (C) atau “peringatan” (P), apabila anak gagal atau menolak
tugas pada item di mana garis umur berada pada atau diantara 75%
dan 90% (warna hijau). Area ini menunjukkan lebih dari 75% anak-
anak pada sampel standar dapat lulus/lewat pada umur lebih muda,
dibanding dengan umur anak yang sedang dilakukan tes. Penilaian
ini perlu diperhatikan saat melakukan interpretasi/penialaian hasil tes
keseluruhan. Pemeriksa harus menuliskan huruf “P” atau “C” di
sebelah kanan kotak persegi panjang.
3) Delayed : (D) atau “keterlambatan” (T), apabila anak gagal atau
menolak tugas pada item yang berada di sebelah kiri garis umur. Hal
ini disebabkan oleh karena anak telah gagal atau menolak tugas pada
item, di mana 90% anak-anak pada sampel standar dapat lewat/lulus
pada umur lebih muda. Penilaian ini perlu diperhatikan saat
melakukan interpretasi/penilaian hasil tes keseluruhan. Pemeriksa
harus menuliskan huruf “D” atau “T” pada tepi akhir sebelah kanan
kotak persegi panjang.
4) No Oportunity : (No) atau “tidak ada kesempatan” (Tak), apabila
orangtua melaporkan bahwa anak mengalami hambatan. Penilaian
33
ini tidak perlu diperhatikan untuk interpretasi/penilaian hasil tes
keseluruhan (Muslihatun, 2010; h. 95-97)
h. Penilaian Hasil Tes Keseluruhan
1) Normal : Bila tidak ada keterlambatan (delay), paling banyak 1
caution, lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.
2) Dicurigai (Suspect) : Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila
didapatkan 1 atau lebih delay, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu
untuk menghilangkan faktor sesaat (takut, lelah, sakit, tidak nyaman,
dan lain-lain).
3) Tidak teruji (Untestable) : Bila ada skor menolak 1 atau lebih item di
sebelah kiri garis umur, bila menolak lebih dari satu 1 pada area 75-
90% (warna hijau) yang ditembus garis umur, ulangi pemeriksaan 1-
2 minggu (Dewi, 2013; h. 62)
4) Referral considerations : apabila hasil tes ulang lagi-lagi
suspek/tidak dapat dites, maka dikirim ke ahlinya. Pengiriman ini
dengan menyertakan data keadaan klinis atau data lain berdasarkan
beberapa hal, antara lain profil hasil tes yang menyebutkan item
yang diskor caution atau delayed, jumlah caution dan delayed,
tingkat perkembangan sebelumnya, perhatian klinis lainnya, antara
lain riwayat klinis, hasil pemeriksaan kesehatan dan lain-lain, serta
sumber rujukan yang tersedia (Muslihatun, 2010; h. 97-98)
34
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan
adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam
memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik
klien maupun pemberi asuhan
(Soepardan,2007;h.97-98).
1. Langkah Manajemen kebidanan
Menurut Helen Varney ada tujuh (7) langkah manajemen:
a. Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua yang berkaitan dengan kondisi pasien.
1) Data subjektif
a) Biodata
(1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. (Anggraini,
2010; h.134)
(2) Usia / tanggal lahir.
Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu
pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Namun, bisa juga
ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan, dan 1
35
kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan
imunisasi TT (Maryunani, 2010; h. 217)
(3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(4) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauhmana tingkat intelektualnya, sehingga bidak dapat
memeberikan konseling sesuai pendidikannya.
(5) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
(6) Suku / bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
(7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan
b) Alasan datang
Alasan datang ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang
ke fasilitas pelayanan kesehatan.
36
c) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati ,2011;
h.167)
d) Riwayat kesehatan
Berupa penyakit atau kelainan apapun yang terjadi sekarang, yang
lalu, keluarga. Data riwayat kesehatan ini dapat digunakan
sebagai “penanda” warning), beberapa data penting yang perlu
diketahui seperti apakah pasien pernah atau sedang menderita
penyakit, sperti jantung, dibaetes melitus (DM), ginjal, hipertensi,
dan hepatitis. Riwayat imunisasi untuk mengetahui imunisasi
dasar apa saja yang sudah didapat.
e) Riwayat tumbuh kembang
Menurut hidayat, 2005 pada pola perkembangan ini, anak lebih
dahulu mempu menggerakan daerah yang lebih umum
(sederhana) ke bagian yang lebih kompleks, seperti melambaikan
tangan baru memainkan jari-jari.
f) Riwayat sosial
Apabila komunikasi dengan anak terjalin baik, pemberian asuhan
juga akan lebih efektif dan meminimalisir efek traumatik pada
anak.
37
g) Pola kebutuhan sehari-hari
(1) Pola nutrisi : makanan yang diberikan pada bayi dan balita
akan digunakan untuk pertumbuhan badan, karena itu status
gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk
memantau kecukupan gizi bayi dan balita. Kecukupan makanan
dan ASI dapat dipantau dengan menggunakan KMS
(Maryunani, 2010; h. 260)
(2) Pola eliminasi : bayi normal biasanya BAK 6-10 kali sehari
dengan warna urine yang pucat. BAB normal 2 kali perhari.
(Dewi, 2013; h. 28)
(3) Pola istirahat dan tidur : Dalam dua minggu pertama setelah
lahir, bayi normalnya sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia
3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari. Pada umumnya
bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3 bulan
(Dewi, 2013; h. 29)
(4) Pola aktivitas : Kita perlu mengkaji aktifitas sehari-hari pasien
karena data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat
aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah.
(5) Pola personal hygine : Data ini perlu kita kaji karena
bagaimanapun juga hal ini akan mempengaruhi kesehataan
pasien.Mandi kita dapat menanyakan kepada pasien berapa kali
ia mandi dalam sehari dan kapan waktunya ( jam berapa mandi
malam pagi dan sore).
38
2) Data objektif
Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita
dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan
pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi yang dilakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
a) Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum meliputi pemeriksaan status
kesadaran, status gizi, tanda vital, dan lain-lain.
(Uliyah dan Hidayat, 2011; h. 153)
b) Kesadaran
Pemeriksaan ini bertujuan menilai status kesadaran anak.
Penilaian status kesadaran ada dua, yaitu penilaian secara
kualitatif dan penilaian secara kuantitatif. Penilaian secara
kualitatif antara laian : compos mentis, apatis, samnolen, spoor,
koma, dan delirium. Penilaian kesadaran secara kuantitatif dapat
diukur melalui penilaian skala koma (nilai koma di bawah 10)
yang dinyatakan dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
(Uliyah dan Hidayat, 2011; h.153-154).
39
a. Tanda-tanda vital
1) Pernapasan
Pemeriksaan pernafasan, dilakukan dengan menilai
frekuensi, irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan
(Muslihatun, 2010; h.276)
2) Suhu
Pemeriksaan suhu, dapat dilakukan melalui rektal, aksila
dan oral untuk menilai keseimbangan suhu tubuh dan
membantu menentukan diagnosa dini suatu penyakit.
(Muslihatun, 2010; h. 276)
3) Nadi
Pemeriksaan nadi, seharusnya dilakukan pada saat tidur
atau istirahat. Pemeriksaan nadi dapat disertai dengan
pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui adanya
pulsus difisit, yaitu denyut jantung yang tidak cukup kuat
untuk menimbulkan denyut nadi sehingga denyut jantung
lebih tinggi dari pada denyut nadi. Denyut nadi dikatakn
normal apabila frekuensinya antara 100-160 kali per menit
(Uliyah dan Hidayat, 2011; h.146- 155)
b. Antropometri
1) Berat badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai hasil peningkatan
aatau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
40
misalnya tulang, otot lemah, caairan tubuh, sehingga
diketahui status keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.
Berat badan juga dijadikan dasar perhitungan dosis obat dan
makanan yang diperlukan untu pengobatan
(Muslihatun, 2010; h. 269)
2) Panjang badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan
gizi disamping faaktor genetik. Pengukuran ini dapat
dilakukan dengan sangat mudah. Penilaian panjang badan
berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS
secara presentasi dari median dan penilaiannya adalah lebih
dari atau sama dengan 90% normal, kurang dari 90%
abnormal (malnutrisi kronis)
(Muslihatun, 2010; h. 270)
3) Lingkar kepala
Menurut Hidayat 2005, Pengukuran lingkar kepala
digunakan untuk menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan
otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya retardasi
mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat)
terjadi akibat penyumbatan aliran cairan serebrospinal.
Penilaian menggunakan kurve lingkar kepala.
41
4) Lingkar lengan
Penilaian digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot.
Penilaian ini tidak cocok untuk menilai jaringan lemak
tubuh, tetapi dapat digunakan untuk menilai status gizi pada
anak pra sekolah
(Muslihatun, 2010; h.270)
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Kepala perlu dikaji adanya Moulage, caput succadaneum,
perdarahan sub aponeurotik atau terdapat hematoma sefal.
(Sukamti et. all, 2009; h. 33)
2) Wajah
Menilai kesimetrisan wajah, adakah paralisis wajah, dan
pembengkakan
(Muslihatun, 2010; h. 276)
3) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan untuk menilai adanya visus
atau ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus ini dapat
dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya (khusus
neonates)
(Uliyah dan Hidayat, 2011; h. 168)
42
4) Hidung
Periksa adanya Atresia, geraakan cuping hidung, mukosa
(meradang/pucat) dan sekresi (purulen, berdaarah, cair).
(Sukamti, 2009; h. 35)
5) Mulut
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya
trismus, halitosis, dan labioskisis. Pemeriksaan lidah
bertujuan untuk menilai apakah terjadi kelainan kongenital
atau tidak
(Uliyah dan Hidayat, 2011; h. 169)
6) Tenggorokan
Pemeriksaan tenggorokan dilakukan pada faring dan laring
pada faring melihat adanya hiperemia, edema, abses baik
retrofaringeal aatau peritonsilar. Edema faring umumnya
ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab, serta dapat
ditentukan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat
paada difteri (pseudomembarn). Pemeriksaan laring sangat
berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan. Apabila
ditemukan obstruksi pada laring, maka suara mengalami
stridor yang disertai dengan batuk dan suara serak
(Uliyah dan Hidayat, 2011; h. 170)
43
7) Telinga
Menilai telinga bagian luar, yaitu bentuk, besar dan posisi
daun telinga, lubang telinga, membran tympani, pembesaran
daerah mastoid daan fungsi pendengaran.
(Muslihatun, 2010; h. 276-277)
8) Dada
Untuk menilai bentuk dan besar dada, kesimetrisan, gerakan
dada, deformitas penonjolan, pembengkakan dan kelaianan
lain
(Muslihatun, 2010; h. 277)
9) Abdomen
Dengan inspeksi ukuran dan bentuk, auskultasi peristaltik
usus dan suara bising, palpasi dinding abdomen, nyeri
tekan, pembesaran organ dan perkusi abdomen. Auskultasi
didahulukan, agar tidak terpengaruh stimulasi dari luar,
antara lain palpasi dan perkusi. Periksa organ hati, ginjal
dan lambung (Muslihatun, 2010; h. 278)
10) Punggung
Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara
pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi dalam
posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk
mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina bifida atau
44
mielomeningeal (defek tulang punggung, sehingga medula
spinalis dan selaput otak menonjol).
11) Genetalia
Laki-laki perhatikan ukuran dan bentuk penis, testis,
kelaianan lubang uretra dan peradangan testis dan sskrotum.
Perempuan adakah epispadia, tanda seks sekunder dan
pengeluaran cairan (Muslihatun, 2010; h. 278)
12) Kulit
Dilakukan untuk menilai pigmentasi, adanya sianosis,
ikterus, ekzema, pucat, purpura, eritema, makula, papula,
vesikula, pustula, ulkus, turgor kulit, kelembaban kulit,
tekstur kulit dan edema (Muslihatun, 2010; h. 276)
13) Ekstermitas
Menilai adakah kelainan bentuk, adakah kelumpuhan di
ekstermitas bayi tersebut, seperti lunglai/layu, bagaimana
posisi ekstermitas dan adakah gerakan yang abnormal.
(Sukamti et. all, 2009; h. 37)
d. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium dan cacatan terbaru
serta catatan sebelumnya).
2. Interpretasi data
Melaukuan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dan
kebutuhan tumbuh kembang anak berdasarkan data yang telah
45
dikumpulkan pada langkah 1. Acuan untuk mendeteksi beberapa kelainan
tumbuh kembang anak
(Muslihatun, 2010; h. 278)
3. Diagnosis kebidanan
Diagnosis kebidanan merupakan diagnosis yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis
kebidanan (Soepardan, 2007 ; h. 99)
Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan ”diagnosis”.
Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk
membuat rencana yang menyeluruh
(Sulistyawati, 2011; h. 180)
Kebutuhan pasien
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan
keadaan dan masalahnya.
(Sulistyawati,2011; h.180).
4. Identifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ketiga kita mnegidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
46
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan, langkah ini penting
sekali dalam melakukan asuhan yang aman
(Soepardan, 2007; h. 99-100)
Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera. Langkah ini memerlukan keseinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Anggraini, 2010;
h. 141)
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi
(Soepardan, 2007; h. 101)
6. Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan
efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagaian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul
47
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya dengan
memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana) (Soepardan,
2007; h. 102)
7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan,
meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam maslah dan diagnosa. (Nurhayati et. all, 2012; h. 144)
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Sesuai
dengan pasal 14 Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk
memberikan pelayanan meliputi :
1. Pelayanan kebidanan
2. Pelayanan keluarga bencana
3. Pelayanan kesehatan masyarakat
Dan tercantum di pasal 16 yang mencakup pelayanan kebidanan kepada ibu
dan pelayanan kebidanan kepada anak yaitu :
1. Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi :
a. Pemeriksaan bayi baru lahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
48
d. Resusitasi pada bayi baru lahir
e. Pemantauan tumbuh kembang anak
f. Pemberian imunisasi
g. Pemberian penyuluhan
(Mustika et. all, 2009; h. 166-172)
2. Kewenagan Bidan Di Komunitas
Pelayanan kesehatan anak
a. Ruang lingkup
1) Pelayanan bayi baru lahir
2) Pelayanan bayi
3) Pelayanan anak balita
4) Pelayanan anak prasekolah
b. Kewenangan
1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi,inisiasi menyusu dini (IMD), Injeksi vitamin
K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat
2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
3) Penanganan kegawatdaruratan ,dilanjutkan dengan perujukan
4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
(Siwi Walyani ,2014 ; h.40)
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. A UMUR 2 BULAN DENGAN
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI PENTABIO DAN
POLIO II DI BPM LIA MARIA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Oleh : Asmala Dewi
Tanggal : 13 Juni 2016
Waktu : 14.00 WIB
A. Pengkajian
a. Indentitas Bayi
Nama Bayi : By. A
Tgl/Jam/Lahir : 28 Maret 2016
Umur : 2 Bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Anak ke : 1 (pertama)
Indentitas Orang Tua Atau Penanggung Jawab
Indentitas Ibu Identitas Ayah
Nama : Ny. A Nama : Tn. W
Umur : 28 tahun Umur :34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
50
Suku /Bangsa : Jawa, Indonesia Suku /Bangsa : Jawa, Indonesia
Pendidikan : Sarjana Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : JL.Soekarno Hatta. Alamat : JL.Soekarno
Golf . Gg Tangkil Golf . Gg Tangkil
1. Alasan kunjungan : Datang ke Bidan Ibu mengatakan ingin
Mengimunisasikan Pentabio I dan Polio
II pada anaknya.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang : Ibu mengatakan anaknya tidak sedang
mengalami sakit
Riwayat kesehatan yang lalu : Ibu mengatakan anak pernah menderita
demam.
Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada
riwayat penyakit menurun seperti:
hipertensi, DM dan jantung, kemudian
penyakit menular seperti: TBC, Hepatitis.
3. Riwayat Tumbuh-kembang :
Tumbuh
BB yang lalu tgl 28/03/2016 : 3,4 kg, PB : 50 cm
BB sekarang tgl 13/06/2016 : 5,4 kg, PB : 53 cm
51
Perkembangan : Ibu mengatakan bayinya sudah bisa
mengangkat kepala.tertawa dan menatap
muka,mengenggam jari dan tersenyum
spontan
4. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi : Ibu mengatakan anaknya diberikan ASI dan diberikan
tambahan susu formula
b. Eliminasi
BAK : Ibu mengatakan bayi nya BAK sebanyak 8-9 x/ hari, warna
kuning jernih.
BAB : Ibu mengatakan 2-3 x/ hari pada pagi hari, konsistensi lunak
warna kuning pekat
c. Istirahat/ tidur
Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang 4-6 jam
Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam 10-13 jam.
d. Pola aktivitas : Ibu mengatakan anaknya sudah dapat diajak tersenyum
dan mengenali wajah orang tua nya
e. Mandi / Personal Hygene
Pagi : Ibu mengatakan anaknya mandi pagi jam 07.30 WIB.
Sore : Ibu mengatakan anaknya mandi sore jam 16.00 WIB.
Mandi 2 kali pagi dan sore
52
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
1. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
a. Pernafasan : 48x/menit
b. Suhu : 36,5°C
c. Nadi : 104x/menit
3. Antropoemetri
a. Berat badan : 5400 gram
b. Panjang badan : 53 cm
c. Lingkar Kepala : 42 cm
d. Lingkar Dada : 48 cm
e. Lingkar Lengan : 13 cm
Pemerisaan fisik
a. Kepala
Ubun-ubun : Datar
Caput succedaneum : Tidak ada
Cepal haemtoma : Tidak ada
b. Muka : Simetris, tidak ada sindromdown
53
c. Mata
Simetris : Simetris
Kelopak mata : Ada
Secret : Tidak ada
Konjungtiva : Merah muda
Sclera : Putih
d. Telinga
Simetris : Simetris
Lubang : Ada
e. Hidung
Palatoskisis : Tidak ada
Septum : Ada
Lubang : Ada
f. Mulut
Sianosis : Tidak ada
Mukosa : Lembab
Labioskiziz : Tidak ada
g. Tenggorokan
Faring : Normal
Laring : Normal
h. Klavikula dan lengan tangan
Gerakan : Aktif
54
Jumlah jari : Lengkap, normal
i. Dada
Bentuk : Simetris
Putting susu : Ada
Auskultasi : Terdengar lup-dup
Payudara : Normal
Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing, dan ronchi
Jantung : Terdengar lup dup
j. Abdomen
Tali pusat : Sudah puput tidak ada infeksi
Kelainan : Tidak ada
Bising usus : ada
k. Genetalia
Laki-laki
Penis berlubang : Ya
Testis dalam scrotum : Ya
l. Anus : Berlubang
m. Tungkai dan kaki
Gerakan : Aktif
Jumlah jari : Lengkap, normal
n. Punggung
Bentuk : Simetris
55
Kelainan : Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang : Melakukan pemeriksaan DDST
56
tgl/ jam Pengkajian Interpretasi data
(diagnosa, masalah,
kebutuhan)
Dx
potensial/m
asalah
potensial
Antisipasi/
tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
13.06 .2016
14.00
WIB
Ds.
1. Ibu
mengatakan
akan
mengimunis
asikan
anaknya.
2. Ibu
megatakan
anaknya
lahir tanggal
28 maret
2016
DO :
KU:Baik
Kesadaran:C
M
TTV:
Suhu :36,5°C
ND: 104x/m
RR: 48x/
menit
BB: 5,4 kg
TB: 51 cm
.
Dx :
1. An . A umur 2
bulan
Ds.
1. Ibu mengatakan
akan
mengimunisasikan
anaknya
2. Ibu mengatakan
anaknya lahir
tanggal 28 maret
2016
DO :
KU:Baik
Kesadaran:CM
TTV:
Suhu :36,5°C
ND: 104x/m
RR: 48x/
menit
BB: 5,4 kg
TB: 51 cm
Masalah:
Belum mendapat
imunisasi Pentabio I
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu
kepada ibu
bahwa bayi
dalam keadaan
normal
2. Beritahu ibu
manfaat
imunisasi
3. Siapkan alat
vaksin Pentabio
4. Beritahu ibu
tentang efek
samping
setelah
pemberian
imunisasi
1. Memberitahu ibu tentang
kondisi anaknya bahwa
anaknya dalam keadaan sehat
saat ini berdasarkan hasil
pemeriksaan yaitu
TTV:
SH: 36,5 O
C, ND: 104x/m
RR: 48x/m
BB: 5,4 kg
PB: 51 cm
2. Memberitahu ibu tentang
pentingnya imunisasi pentabio,
yaitu suatu upaya untuk
memberi kekebalan secara aktif
terhadap penyakit, yang
bertujuan untuk mencegah
penyakit batuk rejang, batuk
100 hari dan infeksi pernafasan
3. Menyiapkan alat vaksin
pentabio antara lain spuit
ukuran 1 cc, vaksin pentabio
0,05 ml dan kapas alkohol/
tupres.
4. Memberi tahu ibu bahwa efek
samping dari imunisasi
pentabio yaitu,bayi akan
mengalami demam , 1 hari
setelah penyuntikan
1. Ibu mengetahui tentang
kondisi anak nya saat ini
2. Ibu telah mengetahui
sudah tentang
pentingnya imunisasi
pentabio
3. Alat imunisasi pentabio
telah disiapkan antara
lain
spet, vaksin pentabio 0,05
ml dan kapas alkohol/
tupres.
4. Ibu telah mengetahui
tentang efek samping
dari imunisasi pentabio
BAB III MATRIK
57
dan polio II
Kebutuhan :
Pemberian imunisasi
pentabio I dan polio II
5. Beri ibu obat
penurun panas
dan beritahu
tentang fungsi
dan cara
pemberian obat
tersebut
6. Menganjurkan
ibu untuk tetap
memberikan
ASI
7. Lakukan test
tumbuh
kembang pada
anaknya
8. Beritahu ibu
tentang
imunisasi
tambahan saat
ini
5. Memberikan pada ibu obat
Parasetamol untuk penurun
panas yang diberikan bila anak
mengalami demam dengan cara
menggerus obat paracetamol
5mg/kgbb setiap 3-4 jam
maksimal 6 kali dalam 24 jam .
dan berikan dengan
menggunakan sendok dan beri
sedikit air , beri setelah anak
selesai makan.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap
memberikan asi
7. Melakukan tes tumbuh
kembang anaknya yaitu dengan
cara
a. Melakukan penimbangan
berat badan pada bayi . A
b. Melakukan penilaian
motorik halus pada bayi
dengan cara mengajak bayi
bicara lalu tersenyum
c. Melakukan motorik kasar
bayi dengan cara bayi
mengenggam jari dan
memasukan kedalam
mulutnya , bayi dapat
mengangkat kepala
8. Memberitahu ibu bahwa ada
imunisasi tambahan untuk
anaknya saat ini yaitu imunisasi
pentabion yang diberikan
untuk imunisasi lanjutan vaksin
5. Ibu sudah mengerti
fungsi dari obat penurun
panas dan cara
pemberian bila
6. Ibu sudah mengetahui
dan bersedia untuk tetap
memberikan bayinya asi
selama tidak berkerja
7. Hasil dari test yang
dilakukan bayi dalam
keadaan normal, karena
Bayi mampu melakukan
semua tes yang diberikan
8. Ibu mengetahui bahwa
ada imunisasi tambahan
yaitu imunisasi polio
untuk mencegah penyakit
lumpuh layu pada bayi
58
9. Anjurkan ibu
untuk datang
ketenaga
kesehatan jika
ada keluhan
polio dengan cara di teteskan
pada mulut bayi sebanyak 2
kali diberikan dari usia bayi 1
bulan sampai dengan 4 bulan
untuk mencegah penyakit
lumpuh layu pada bayi
9. Menganjurkan ibu untuk datang
ketenaga kesehatan jika ibu ada
keluhan
9. Ibu bersedia datang
ketenaga kesehatan
apabila ada keluhan
14-06-2016. 15.40 wib Ds:
1.Ibu
mengatakan
anak nya
sudah
diimunisasi
pentabio
2.ibu
mengatakan
saat ini
anaknya
panas pada
malam hari
dan keadaan
bayi pada
siang ini
sudah tidak
panas lagi
karena ibu
memberikan
Dx :
An . A usia 2 bulan 1
hari
KIPI
Ds.
1.Ibu mengatakan
anak nya sudah diberi
imunisasi pentabio
2.Ibu mengatakan
saat ini anaknya
panas pada malam
hari dan keadaan bayi
Panas pada malam
hari dan keadaan bayi
pada siang ini sudah
tidak panas lagi
karena ibu
memberikan bayi
paracetamol
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu
tentang
kondisi
anaknya saat
ini
2. Jelaskan
keluhan yang
dialami oleh
ibu
3. Anjurkan ibu
untuk
memberikan
paracetamol
pada bayinya
4. Anjurkan ibu
untuk tetap
memberikan
Asi pada
1. Memberitahu kondisi anaknya
saat ini dengan hasil
pemeri`ksaan
T:38,5O
C,
N:104x/m
RR: 48 x/m
Anak demam
2. Menjelaskan keluhan yang
dialami oleh ibu bahwa panas
itu terjadi karena efek samping
dari imunisasi campak yang
diberikan yang biasanya
berlangsung selama 2 hari
3. Menganjurkan pada ibu untuk
memberikan paracetamol pada
bayinya sebagai reaksi kipi
yaitu demam
4. Menganjurkan ibu untuk tetap
memberikan asi pada bayinya
1. Ibu mengerti tentang
kondisinya anak nya saat
ini
2. Ibu mengerti mengenai
penjelasan yang
diberikan
3. Ibu bersedia memberikan
paracetamol pada
bayinya
4. Ibu bersedia memberikan
asi pada bayi nya
59
15.06. 2016
16.30 wib
bayi
paracetamol
DO
TTV:
T: 38,5O
C,
N: 104x/m
RR :48x/m
Ds
Ibu
mengatakan
bayinya sehat
dan bayi sudah
tidakdemam
lagi
DO:
TTV:
T :36,8O
C, N:
106x/m
RR:47x/m
DO
TTV:
T: 38,5O
C, N:
104x/m
RR :48x/m
Masalah :
KIPI
Kebutuhan :
Penanganan KIPI
Dx
An.A umur 2 bulan 2
hari
Ds.
Ibu mengatakan
bayinya sehat dan
sudah tidak demam
lagi
DO:
TTV:
, T :36,8O
C, N:
106x/m
RR:47x/m
bayinya
5. Beritahu ibu
bahwa ada
imunisasi
tambahan saat
ini
6. Anjurkan pada
ibu untuk
datang
ketenaga
kesehatan
apabila ada
keluhan
1. Evaluasi setelah
penyuntikan
imunisasi penta-
bio I dan polio II
2. Evaluasi kepada
ibu tentang
bagaimana cara
menangani KIPI
dari imunisasi
pentabio I dan
polio II
5. Memberitahu ibu bahwa ada
imunisasi tambahan untuk
anaknya yaitu imunisasi polio2
yang diberikan dengan cara
diteteskan pada mulut bayi
sebanyak 2 tetes . vaksin polio
diberikan dari usia bayi 1bulan
sampai dengan 4bulan untuk
mencegah lumpuh layu pada
bayi
6. Mengajurkan pada ibu untuk
datang ketenaga kesehatan
apabila ada keluhan – keluhan
pada bayinya
.
1. Evaluasi kepada An.A apakah
masih mengalami KIPI dari
imunisasi pentabio I dan polio II
2. Mengevaluasi kepada ibu
tentang bagaimana cara
menangani KIPI dari pemberian
imunisasi pentabo I dan polio II
yaitu dengan car a memberikan
lebih banyak asi jika demam
pakailah pakaian bayi yang tipis
bekas suntikan yang nyeri
dikompres dengan air hangat dan
jika panas dapat ddiberikan
paracetamol 5 mg setiap 3-4 jam
5. Ibu sudah mengerti
tentang imunisasi
tambahan
6. Ibu sudah mengerti untuk
datang ketenaga
kesehatan apabila ada
keluhan – keluhan yang
terjadi pada bayinya
1.Ibu mengetahui tentang
kondisi bayinya saat ini
bahwa kondisi bayinya
dalam keadaan baik
2.Ibu mengatakan tidak ada
keluhan pada bayinya
60
21.06.2016
16.30 WIB
DS:
1. Ibu
mengatak
an
bayinya
sudah
sehat
DO:
TTV:
T: 36,8 O
C
N:106x/m
Masalah :
Tidak ada
Kebutuhan :
Tidak ada
Dx:
1. An.A umur 2
bulan 3 hari
1.Ds
Ibu mengatakan
bayinya sudah sehat
DO:
TTV:
3. Evaluasi pada
ibu tentang pola
nutrisi
4. Evaluasi pada
ibu tentang
tumbuh
kembang
bayinya
1. Evaluasi
keadaan An.A
dalam keadaan
normal
2. Memberitahu
kepada ibu
untuk tetap
memberikan asi
kepada bayinya
bila diperlukan maksimal 6 kali
bila diperlukan . jika mandi bayi
cukup diseka dengan air hangat
3. Mengevaluasi pada ibu tentang
pola nutrisi bayi hanya akanbaik
jika hanya diberi asi saja selama
6 bulan tanpa memberikan
makanan tambahan apapun
4. Mengevaluasi pola
perkembangan dan aktifitas bayi
apakah bayi masih cenderung
diam dan malas berkatifitas atau
tidak , karena sesuai usia bayi 2
bulan yaitu pola tumbuh
kembang eperti bayi mampu
mengangkat kepala, membalik,
tertawa spontan,memegan kicik
kicik,mendengar suara dan
bunyi, merngamati tangannya,
menatap muka ,mengenali
ibunya dengan penciumanb,
pendengaran dan kontak kulit
1. Mengevaluasi keadaan An.A
bahwa An.A dalam keadaan
normal
2. Memberitahu ibu untuk tetap
memberikan bayinya asi
3.Ibu telah memberikan asi
pada bayi nya secara
eksklusif
4.Bayi sudah tidak
pendiam dan sudah
berinterkasi dengan
tertawa jika diajak
ibunya bermain
1. Bayi sudah dalam
keadaan sehat dan sudah
melakukan pola aktifitas
seperti tertawa jika
diajak ibunya bermain
2. Bayi sudah diberikan asi
oleh ibunya
61
enit
RR:
47x/menit
T: 36,8 O
C
N: 106x/menit
RR: 47x/menit
3. Beritahu kepada
ibu untuk
melakukan
kunjungan ulang
pada tgl 13-07-
2016
3. Memberitahu ibu untuk
melakukan kunjungan ulang
imunisasi yaitu DPT II polio III
pada tgl 13-07-2016
3. Ibu akan bersedia datang
untuk melakukan
kunjungan ulang
imunisasi selanjutnya
pada tgl 13-07-2016
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi Terhadap An.A umur 2
bulan dengan imunisasi DPT 1 ditemukan hasil sebagai berikut :
A. Pengkajian
1. Data subjektif
Imunisasi DPT 1 yaitu didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Nama
1) Menurut Teori
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari–hari agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
2) Menurut Kasus
Pada kasus ini pasien bernama An.A usia 2 bulan, An.A merupakan
anak dari Ny.A dan Tn.W
3) Pembahasan
Pada tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
karena pasien mempunyai nama An.A dan dalam kehidupan sehari-
hari pasien juga dipanggil An.A .
63
b. Umur
1) Menurut tinjauan Teori
Imunisasi DPT 1 yang pertama diberikan pada umur 2 bulan dan kedua
umur 3 bulan ketiga umur 4 bulan
2) Menurut tinjauan kasus
Pada kasus An. A berumur 2 bulan
3) Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus, karna umur An.A berumur 2bulan.
c. Pendidikan
1) Menurut tinjauan teori Menurut teori :
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk
bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang
yang berpendidikan tinggi biasanya akan lebih mudah menerima
gagasan baru. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi
(Walyani, 2015;h. 91).
2) Menurut Tinjauan Kasus
Pendidikan orang tua An.A adalah Sarjana Pendidikan
3) Pembahasan
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan pendidikan
Ny.A adalah sarjana termasuk dalam status pendidikan tinggi sehingga
dapat mudah menerima gagasan baru , Sedangkan Ny.A dalam
64
pemberian nutrisi bayi menggunakan susu formula sebagai tambahan
nutrisi pada bayinya, alasan Ny.A memberikan susu formula pada
bayinya dikarenakan Ny.A sibuk berkerja dari pagi hingga sore . Yang
seharusnya Ny.A memberikan bayinya asi secara ekslusif tanpa diberi
tambahan apapun.
d. Agama
1) Tinjauan Teori
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa. (Anggraini, 2010; h. 135).
2) Tinjauan Kasus
Agama Ny. A dan Tn. W adalah Islam.
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus karena
dengan anamnesa agama Ny.A dan Tn. A Islam dan bidan dapat
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa sesuai dengan
kepercayaan yang dianut.
e. Suku
1) Tinjauan Teori
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari – hari.
(Anggraini, 2010; h. 135).
65
2) Tinjauan Kasus
Suku Ny.A dan Tn.W Jawa dan Ny.A dan Tn.w berkebangsaan
Indonesia.
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus
karena dengan anamnesa suku tidak ada hal – hal yang mempengaruhi
An.A bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan suku yang
dianut pasien atau kebiasaan sehari – hari
f. Pekerjaan
1) Tinjauan teori
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (Anggraini,
2010; h. 135).
2) Tinjauan kasus
Dalam kasus ini pekerjaan Ny. A sebagai guru dan Tn.W adalah
wiraswasta
3) Pembahasan
Terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus
karena Ny.A bekerja sebagai guru sehingga Ny. A mengatakan tidak
bisa memberi bayinya asi secara ekslusif
66
g. Alamat
1) Tinjauan teori
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
(Anggaraini, 2010; h. 135).
2) Tinjauan kasus
Ny. A beralamat di Jl. Soekarno Hatta.Golf. gg. Tangkil Sukarame
Bandar Lampung
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus
karena alamat Ny.Ajelas dan lengkap.
h. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan
1) Tinjauan menurut teori
Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu
kita ketahui adalah pasien pernah atau sedang menderita penyakit
seperti jantung,diabetes melitus,ginjal,anemia,hipertensi,hipotensi
(Sulistyawati.2012;h.167)
2) Tinjauan Kasus
Dalam kasus ini An.A dalam keadaan sehat
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan anatara teori dan kasus dikarenakan
kondisi An.A saat ini sehat dan tidak memiliki penyakit menurun
67
i. Riwayat tumbuh kembang
Tumbuh
1) Tinjauan menurut teori
Hampir tidak ada dua bayi yang sama dalam pertumbuhan, ada yang
tetap tumbuh kecil,tetapi ada juga yang tumbuh besar kenaikan berat
badan tiap minggu 140-200 gram sedangkan penambahan berat badan
tiap bulan 750 gram.
(Maryunani.2010.h;56.)
Pengukuran tinggi badan yang dilakukan dengan cara penelitian
pengukuran tubuh normal panjang badan bayi normal adalah 45-50 cm.
Pertambahan panjang badan setiap 1bulan pada bayi adalah 2,5 cm
setiap bulannya.pada usia 2bulan normal panjang bayi adalah 46-58
cm. (Yuniarti.2014.46)
2) Tinjauan menurut kasus
BB An.A saat lahir adalah 3400 dengan PB 50 cm, BB An.A
saat1bulan bertambah 4200 gram dengan PB 51 cm dan BB An.A saat
ini adalah 5400 gram dengan panjang badan 53 cm
3) Pembahasan
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena saat ini BB An.A
lebih berat dari usia normal,saat ini berat badan An.A adalah 5400
gram menurut pertambahan BB An.A sudah lebih dari 7 gram
dkarenakan dalam pemberian nutrisi An.A sudah ditambah dengan susu
68
formula sehingga BB An.A jauh lebih berat dari ukuran normal bayi
usia 2 bulan, dalam teori seharusnya saat ini BB An.A adalah 4300
gram.
(Maryunani.2010.56)
Sedangkan PB An.A saat ini 53 cm di dalam teori PB bayi dalam 1bulan
bertambah 2,5 cm . Jadi PB An.A sudah sesuai dengan usianya dan sudah
sesuai di dalam teori.(Yuniarti.2010.46)
Perkembangan
1) Tinjauan menurut teori
Masa bayi dan balita merupakan masa yang penting dalam tumbuh
kembang anak . Stimulasi atau rangsangan yang cukup perkembangan
mental dan psikososialnya
(Maryunani.2010.h;76)
Pada usia 2bulan bayi sudah dapat mengamati tangannya, tersenyum
spontan, membalas senyum pemeriksa, menatap muka, mengikuti lewat
garis tengah, mengikuti garis tengah, gerakan seimbang, mengangkat
kepala.(DDST)
2) Tinjauan kasus
An.A usia 2 bulan sudah dapat mengangkat kepala,mengamati jarinya,
tersenyum spontan dan mengenali wajah ibunya
69
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena An.A sangat
aktif dalam beraktifitas An.A sudah bisa mengangkat kepalanya dalam
keadaan tengkurap, mengamati tangan dan jarinya menggengam benda
kecil dan tersenyum spontan.Perkembangan An.A sudah sesuai dengan
yang ada dalam kolom DDST, motorik kasar, bahasa, motorik halus,
dan personal sosial sudah sesuai dengan DDST dan sesuai usia bayi
2bulan
j. Pola kebutuhan sehari–hari
Nutrisi dan cairan
1) Tinjauan sesuai teori
Air susu ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Asi diketahui
mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembagan bayi, baik kualitas maupun kuantitasnya. Berikan asi
ekslusif sampai berusia 6 bulan, selanjutya pemberian Asi diberikan
hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan lunak dan padat
makanan pendamping ASI (MPASI). Banyak sekali keuntungan yang
diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan
perkembangan bayi, tetapi hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi
yang akan memberikan dukungan sangat besar terhadap terjadinya
proses pembentukan emosi pasitif pada anak, dan berbagai keuntungan
bagi ibu ( Dewi, 2010 : 27 )
70
2) Tinjauan kasus
Ny. A mengatakan anaknya diberikan ASI dan susu formula
3) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan
anatara tinjauan teori dan kasus dikarenakan ibu tidak memberikan asi
secara ekslusif karena ibu sibuk berkerja, dan saat dilakukan sesi
pertanyaan Ny.A berkata Asi tidak lancar sehingga Ny.A memutuskan
untuk memberikan tambahan susu formula . kesenjangan itu terlihat
dari pendidikan ibu yang tinggi namun ibu tidak memahami bahwa asi
ekslusif sangat berpengaruh untuk tumbuh kembang anaknya. Dan asi
jauh lebih baik untuk bayinya dibandingkan susu formula
k. Eliminasi
BAK
1) Menurut tinjauan teori
Jumlah feses akan berkurang pada minggu kedua, yang awalnya
frekuensi defekasi sebanyak 5-6 kali setiap hari ( 1 kali defekasi setiap
kali diberi makan ) menjadi 1 atau 2 kali sehari. Berkemih sering
terjadi setelah periode ini dengan frekuensi 6-10 kali sehari dengan
warna urine yang pucat
2) Menurut Tinjauan Kasus
Ibu mengatakan bayinya BAB sebanyak 2-3 kali sehari sedangkan
BAK sebanyak 6-7 kali sehari.
71
3) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena tidak ada kesulitan saat bayi BAB maupun BAK
dan frekuensinya normal.
l. Istirahat /tidur
1) Tinjauan Teori
Istirahat sangat diperlukan oleh bayi ,bayi yang cukup tidur adalah bayi
yang cukup asi (maryunani.2010.h;98)
2) Tinjauan kasus
Ny.A mengatakan An.A tidur siang 4-6 jam dan malam 10-13jam
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena An.A tidur
sesuai waktu,dengan usia bayi 2 bulan
m. Pola aktifitas
1) Tinjauan menurut teori
Aktifitas merupakan penentu tingkat perkembangan pada anak untuk
menilai mental dan psikososialnya(Maryunani.2010.h;101)
2) Tinjauan menurut kasus
Ny.A mengatakan An.A sudah dapat diajak tersenyum dan mengenali
orang tuanya , jika diajak bicara oleh ibu ya dapat mengoceh
72
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena pola aktifitas
An.A adalah normal sesuai usia bayi 2 bulan.
n. Personal hygiene
1) Tinjaun teori
Hygine untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
pada bayinya
2) Tinjauan kasus
An.A tampak terlihat bersih pada tubuhnya, karena ibu memandikan
bayinya secara rutin 2 kali sehari
3) Pembahasan
Dari pembahasan diatas, tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
hasil study yang didapatkan dilapangan karna An. A selalu dalam
keadaan bersih.
2. Data objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan
a) Tinjauan menurut teori
(1) Keadaan umum
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan
diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui
73
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan (
sulistyawati, 2010 : 226)
(2) Kesadaran untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran
pasiendari keadaan composmetis sampai dengan koma
(Sulistyawati, 2010 : 226 )
b) Tinjauan kasus
Keadaan umum : baik
Keadaan emosional : stabil
Kesadaran : composmetis
c) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena keadaan
An.A adalah normal sesuai usia bayi 2 bulan
2) Pernafasan
a) Tinjauan menurut teori
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,yaitu sekitar
40-60x/menit (Muslihatun2010:31)
b) Tinjauan menurut kasus
Saat pengkajian hasil pernafasan An.A yaitu :48x/menit
74
c) Pembahasan
Dari kasus diatas,tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus
dikarenakan pada saat pengkajian pernafasan sesuai dengan teori
3) Suhu
a) Tinjauan menurut teori
Suhu bayi normal 36,0°C masih dikatakan normal apabila suhu
masih 37,2°C. Bayi yang demam dengan suhu diatas 38,0°C
(Muslihatun,2010.32)
b) Tinjauan menurut kasus
Pada pengkajian kasus ini An.A sedang terjadi KIPI 38,5°C
c) Pembahasan
Dari kasus diatas, tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus
dikarnakan pada saat pengkajian suhu sesuai dengan teori.
4) Nadi
a) Tinjauan menurut teori
Denyut jantung BBL normal antara 100-160x/menit,tetapi dianggap
masih normal jika diatas 160 kali permenit dalam jangka waktu
pendek.
(Muslihatun,2010:31)
b) Tinjauan menurut kasus
Saat pengkajian kasus,hasil nadi An.A dalam keadaan normal yaitu
104x/menit
75
c) Pembahasan
Dari kasus diatas, tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus
karena nadi An.A dalam keadaan normal yaitu 104x/menit
b. Antropometri
1) Berat badan
a) Menurut tinjauan teori
Pengukuran berat badan merupakan pengukuran yang terpenting
dalam memeriksa bayi/balita.pertambahan BB tiap minggu adala
140-200 gram sedangkan penambahan berat badan tiap bulan adalah
750 gram
(Muslihatun.2010.56)
b) Menurut Tinjauan kasus
Berat badan An,A saat lahir adalah 3400 kg ,pada usia 1bulan
kenaikan berat badan bertambah menjadi 4200 kg,sedangkan saat ini
berat badan An.A adalah 5400 kg
c) Pembahasan
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena berat badan An.A
lebih berat dari usianya saat ini , pada teori seharusnya berat badan
An.A saat ini adalah 4300 gram tetapi kenaikan berat badan An.A 2x
lipat lebih berat dari usia bayi 2 bulan.karena penambahan berat
badan bayi setiap bulan nya adalah 750 gram
76
2) Panjang badan
a) Menurut tinjauan teori
Pengukuran tinggi badan yang dilakukan dengan cara penelitian
pengukuran tubuh normal panjang badan bayi normal adalah 45-50
cm. Pertambahan panjang badan setiap 1bulan pada bayi adalah 2,5
cm setiap bulannya.pada usia 2bualn normal panjang bayi adalah 46-
58 cm. (Yuniarti.2014.46)
b) Menurut tinjauan kasus
Panjang badan An.A saat lahir adalah 50 cm, pada saat usia An.A 1
bulan adalah 51 cm, saat ini panjang badan An.A adalah 53 cm
c) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena panjang
badan An.A setiap bulan nya bertambah 2,5cm setiap bulannya sesuai
dengan teori
3) Lingkar Kepala
a) Menurut tinjauan teori
Pengukuran lingkar kepala dilakukan karena dapat merefleksikan
pertumbuhan otak.lingkar kepala normal 34-35 cm kemudian akan
bertambah sebesar 0,5 cm/bulan
(Maryunani.2010.68)
77
b) Menurut tinjauann kasus
lingkar kepala An.A saat lahir 34 cm,pada usia An.A 1bulan lingkar
kepala An,A adalah 38 cm. pada saat pengkajian lingkar kepala
An.A saat inia adalah 42 cm
c) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena lingkar
kepala An.A bertambah besar sesuai pertambahan teori yaitu
bertambah 0.5 cm setiap bulannya dan dalam batas normal sesuai
usia bayi 2 bulan
4) Lingkar dada
a) Menurut tinjauan teori
Pengukuran lingkar dada dilakukan karena dapat menilai
perkembangan tubuh.lingkar dada bayi yg normal adalah 35-38 dan
bertambah 2cm setiap bulannya
(Soekamti.14.23)
b) Menurut tinjauan Kasus
Panjang lingkar dada An.A saat lahir 38 cm,pada saat An.A usia
1bulan menjadi 40 cm dan panjang badan An.A saat ini adalah 48 cm
c) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena panjang
lingkar dada An.A bertambah 2cm setiap bulannya sesuai dengan
78
teori . saat ini panjang lingkar dada An.A 48 cm dan masih dikatakan
normal
5) Lingkar lengan
a) Menurut tinjauan teori
lingkar lengan diukur untuk menilai status gizi bayi tersebut dalam
keadaan normal atau kurang. Lingkar lengan pada bayi normal adalah
10-11 cm dan akan bertambah 0,3cm setiap bulannya tergantung gizi
pada bayi tersebut
(Soekamti.2010.25)
b) Menurut tinjauan kasus
Lingkar lengan An.A saat lahir adalah 11 cm ,pada saat An.A usia 1
bulan bertambah menjadi 12 cm,dan saat pengkajian lingkar lengan
An.A saat ini adalah 13 cm
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena lingkar lengan
An.A bertambah sesuai teori . saat ini lingkar lengan An.A adalah 13
cm dan itu dalam keadaan normal
79
c. Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala
a) Menurut Tinjauan Teori
Tujuan mengakaji kepala untuk mengetahui bentuk dan fungsi dari
kepala. Dalam setiap pengkajian selalu dibandingkan antara
pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura, caput succedeneum,
cepalhematoma, sebagainya. (Sondagkh.2013.160)
b) Menurut tinjauan kasus
Pada pemeriksaan kepala pada An.A kepala tampak ubun-ubun
datar,tidak ada caput dan tidak ada cepal hematoma
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena pada saat
pengakajian kepala An.A normal sesuai dengan teori
2) Muka
a) Menurut tinjauan Teori
Tujuan mengkaji wajah pada bayi untuk menilai apakah wajah
simetris dan sindrom down.
(Soekamti.2014.93)
b) Menurut tinjauan kasus
Pada saat melakukan pengkajian wajah An.A simetris dan tidak ada
sindorm down
80
c) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena pada saat
pengkajian wajah, wajah An.A simetris dan normal sesuai dengan
teori
3) Mata
a) Menurut Tinjauan Teori
Tujuan mengkaji mata untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata.
dalam setiap pengkajian selalu dibandingkan anatar mata kanan dan
mata kiri, pada tekhnik insfeksi yang dikaji adalah konjungtiva
pucat atau tidak, mata odema atau tidak, strabismus atau tidak,
adanya perdarahan subkonjungtiva atau tidak ( tambunan 2011 : 73)
b) Menurut Tinjauan Kasus
Pada saat pemeriksaan pada mata bayi , mata bayi tampak simetris,
konjungtiva merah muda, tidak odema.
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatar teori dan kasus karena mata bayi
tampak simetris dan pemeriksaan inspeksi dalam batas normal
4) Telinga
a) Menurut tinjauan teori
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan
mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran (Muslihatun ,
2010: 33 )
81
b) Menurut tinjauan kasus
Pada saat pemerksaan pada telingan bayi simetris
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena telinga
bayi dan simetris dan tidak terdapat kelainan pada telinga bayi
5) Hidung
a) Menurut tinjauan teori
Hidung dikaji untuk mengetahui bentuk, pola pernapasan dan
kebersihan (muslihatun, 2010: 31)
b) Menurut tinjauan kasus
Pada saat pemeriksaan hidung bayi dan ada lubang kiri dan kanan
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatara teori dan kaus karena pada saat
pemeriksaan hidung bayi bersih tidak ada secret dan gangguan
pernapasan dan terdapat lubang dikanan dan kiri
6) Mulut
a) Menurut Tinjauan Teori :
Tujuan mengkaji mata mulut untuk mengetahui bentuk dan ada
tidaknya kelainan yaitu bentuk simetris/tidak, bibir tidak ada
labiopalatokizis, tidak ada labioskizis ( muslihatun 2010: 32 )
82
b) Menurut Tinjauan kasus :
Pada saat pemeriksaan tidak ada labio dan palatoki
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatara teori dan kasus karena hasil
pemeriksaan dalam batas yang normal
7) Leher
a) Menurut tinjauan teori
Tujuan mengkaji leher adalah tidak ada pembesaran kelenjar
untuk mengetahui bentuk leher serta organ- organ penting
berkaitan pengkajian inspeksi untuk melihat kelainan kulit apakah
pucat, sianosis, ataukah ikterus dan tidak adanya pembengkakan,
pemeriksaan palpasi dilakukan untuk melihat adanya pembesaran
kelenjar tiroid, dan tidak adanya bendungan vena jugularis (
tambunan, 2011 : 83 )
b) Menurut tinjauan kasus
Pada saat pemeriksaan tidak terdapat pemebesaran kelenjar limfe
dan bendungan vena jugularis
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatar teori dan kasus karena hasil
pemeriksaan dalam batas normal
83
8) Dada
a) Menurut tinjauan teori
Dada dikaji untuk mengetahui ada tidaknya kelainan bentuk, putting
susu, gangguan pernafasan, bunyi jantung( Muslihatun, 2010 : 33 )
b) Menurut tinjauan kasus
Pada saat pemeriksaan tidak terdapat bunyi mengi dan ronchi
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena hasil
pemeriksaan dalam batas yang normal
9) Perut
a) Tinjauan teori
Kaji bentuk perut, jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat
hernia diafragma
(Tambunan, 2011: 137 )
b) Tinjauan kasus
Pada saat pemeriksaan perut tidak cekung
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatara teori dan kasus karena hasil
pemeriksaan dalam batas normal
84
10) Genetalia
a) Tinjauan teori
Pengkajian pada genetalia bertujuan untuk melihat adanya kelainan-
kelainan pada genetalia seperti pada laki-laki : panjang penis, testis
dalam scrotum, orifisium uretra diujung penis, kelainan (finosis,
hipospadia atau epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan
labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra, sekret ,
(muslihatun, 2010 : 34 )
b) Tinjauan kasus
Pada saat pemeriksaan testis sudah turun pada scrotum
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena hasil
pemeriksaan dalam batas yang normal
11) Ekstremitas
a) Tinjauan teori
Pengkajian pada ekstremitas bertujuan untuk memastikan gerakan-
gerakan bayi aktif, bentuk, jumlah jari – jari lengkap
b) Tinjuan kasus
Pada saat pemeriksaan gerakan bayi aktif, dan jari tangan dan kaki
lengkap
85
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatar teori dan kasus karena ekstremitas
bayi dalam keadaan normal
12) Anus
a) Tinjauan teori
Pengkajian padaanus bertujuan untuk memastikan anus berlubang,
adanya atresia ani dan mekonium
b) Tinjauan kasus
Pada saat pemeriksaan didapatkan anus bayi berlubang
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjuan kasus dan teori
13) Punggung
a) Tinjauan teori
Pada pengkajian punggung dan pinggang biasanya dilihat bentuk
dari punggung adanya lordosis atau tidak, adanya pemengkakan
atau tidak
(muslihatun 2010 : 32-34)
b) Tinjuan kasus
Pada saat pemeriksaan bentik punggung tidak ada lordosis dan tidak
ada pembengkak
86
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatar tinjuan teori dan tinjuan kasus karena
punggung bayi dalam keadaan normal
B. Interpretasi Data Dasar
1. Diagnosa kebidanan
a. Tinjauan teori
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan
data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnnya
sehingga trgamar fakta.
(sulistyawati, 2010 : 177)
b. Tinjauan kasus
Dx : An.A umur 2 bulan
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena
diagnose bayi normal sesuai dengan identifikasi data yang di dapat
87
2. Masalah
a. Tinjauan teori
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien, masalah adalah
hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosis
(Nurul Jannah,2011 : 11)
b. Tinjauan kasus
Terjadi KIPI pada An.A setelah satu hari penyuntikan
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatara kasus dan teori karena sudah dilakukan
penanganan KIPI
3. Kebutuhan
a. Tinjauan teori
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan
dan masalahnya. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu
mengalami kenyataan terhadap diagnosinya
(Sulistyawati,2009 : 192).
b. Tinjauan kasus
An. A umur 2 bulan penanganan KIPI
88
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjuan teori dan tinjauan kasus karena peneliti
telah memberikan imunisasi DPT 1 karena pasien datang ddengan tujuan
untuk mengimunisasi DPT 1 pada bayinya
C. Antisipasi Masalah Potensial
1. Tinjauan teori
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan,
identifikasi dan menetapkan perlunya tindakkan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk di konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien
(Ambarwati dan Wulandari,2008;h.143).
2. Tinjauan kasus
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarnakan pada saat pengkajian
kasus bayi An.A tidak muncul diagnosa potensial karena tidak ada tanda –
tanda kegawatan yang lain
3. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena menurut tinjuan teori
mengatakan langkah ini menbutuhkan antisipasi ila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil terus mengamati kondisi klien sedangkan pada tinjuan
kasus bayi An. A tidak muncul diagnose potensial karena tidak ada tanda tanda
kegawatan lain .
89
D. Tindakan Segera
1. Tinjauan teori
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnose yang sudah
diidentifikasi sebelumnya, sehingga dapat diambil keputusan ada tidaknya
tindakan segera oleh bidan atau dokter atau hal yang perlu dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain kondisi bayi, contohnya
adalah kejang.
( Muslihatun , 2010 : 255 )
2. Tinjauan kasus
Berdasarkan pengkajian didapatkan bahwa An.A tidak mengalami keadaan
yang membutuhkan tindakan segera
3. Pembahasan
Dari data diatas tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarnakan pada
saat pengkajian tidak ada yang membutuhkan tindakan segera
E. Perencanaan
1. Tinjauan teori
Pada langkah ini rencana yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya.
Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat,
meliputi pengetahuan, teori yang update, perawatan berdasarkan bukti (
evidence based care ), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang
diinginkan oleh pasien. Dalam penyusunan perencanaan sebaiknya pasien
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti
Kti

More Related Content

What's hot

Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian asi eksklu...
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi  keberhasilan  pemberian  asi eksklu...Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi  keberhasilan  pemberian  asi eksklu...
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian asi eksklu...
Operator Warnet Vast Raha
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswari
Bayu Rahmanto
 

What's hot (18)

Kti putri arum
Kti putri arumKti putri arum
Kti putri arum
 
Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid ykn
 
Kel 6 analisa data puskesmas cibereum hilir
Kel 6 analisa data  puskesmas cibereum hilir Kel 6 analisa data  puskesmas cibereum hilir
Kel 6 analisa data puskesmas cibereum hilir
 
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Kti fitria kristiani AKBID YKN BAU BAU
Kti fitria kristiani AKBID YKN BAU BAUKti fitria kristiani AKBID YKN BAU BAU
Kti fitria kristiani AKBID YKN BAU BAU
 
hardy
hardyhardy
hardy
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian asi eksklu...
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi  keberhasilan  pemberian  asi eksklu...Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi  keberhasilan  pemberian  asi eksklu...
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian asi eksklu...
 
Kti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. munaKti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. muna
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswari
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Ppg
PpgPpg
Ppg
 
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asihubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi
 
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
 
Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid ykn
 
116428671 karya-tulis-ilmiah-andeska
116428671 karya-tulis-ilmiah-andeska116428671 karya-tulis-ilmiah-andeska
116428671 karya-tulis-ilmiah-andeska
 

Similar to Kti

LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
NurlianiNurliani4
 
2. BAB I,BAB II REVISI.docx
2. BAB I,BAB II REVISI.docx2. BAB I,BAB II REVISI.docx
2. BAB I,BAB II REVISI.docx
NasrunGayo2
 
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Aida Shofi
 

Similar to Kti (20)

LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
 
2. BAB I,BAB II REVISI.docx
2. BAB I,BAB II REVISI.docx2. BAB I,BAB II REVISI.docx
2. BAB I,BAB II REVISI.docx
 
Kti amalia febriyani
Kti amalia febriyaniKti amalia febriyani
Kti amalia febriyani
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Ikke pdf
Ikke pdfIkke pdf
Ikke pdf
 
Presentasi Proposal.pptx
Presentasi Proposal.pptxPresentasi Proposal.pptx
Presentasi Proposal.pptx
 
1. BAB I,BAB II OK.docx
1. BAB I,BAB II OK.docx1. BAB I,BAB II OK.docx
1. BAB I,BAB II OK.docx
 
Residensi Thailand
Residensi ThailandResidensi Thailand
Residensi Thailand
 
Bab i doh
Bab i dohBab i doh
Bab i doh
 
Betha almyra grenada yudina
Betha almyra grenada yudinaBetha almyra grenada yudina
Betha almyra grenada yudina
 
Kti dian sefrina
Kti dian sefrinaKti dian sefrina
Kti dian sefrina
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
 
PENUMONIA.pdf
PENUMONIA.pdfPENUMONIA.pdf
PENUMONIA.pdf
 
Modul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasiModul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasi
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Husnul
HusnulHusnul
Husnul
 
LAPORAN KASUS PRAKONSEPSI DENGAN OBESITAS.docx
LAPORAN KASUS PRAKONSEPSI DENGAN OBESITAS.docxLAPORAN KASUS PRAKONSEPSI DENGAN OBESITAS.docx
LAPORAN KASUS PRAKONSEPSI DENGAN OBESITAS.docx
 
askep hirscprung.pdf
askep hirscprung.pdfaskep hirscprung.pdf
askep hirscprung.pdf
 

Recently uploaded

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 

Kti

  • 1. ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A UMUR 2 BULAN DENGAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI PENTABIO I DAN POLIO II DI BPM LIA MARIA TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh: Asmala Dewi 201305004 AKADEMI KEBIDANAN NADIRA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
  • 2. 2 ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A UMUR 2 BULAN DENGAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI PENTABIO I DAN POLIO II DI BPM LIA MARIA TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma Iii Kebidanan Disusun Oleh: Asmala Dewi 201305004 AKADEMI KEBIDANAN NADIRA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 i
  • 3. Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan PERSETUJUAN Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Nadira Hari : Senin Tanggal : 25 Juli 2016 Pembimbing Eka Ayu Septiana, S.ST ii 3 Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan
  • 4. Diterima dan disahkan Diploma III Kebidanan Penguji I Adhesty Novita Xanda, S.ST. M.Kes PENGESAHAN isahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Nadira pada : Hari : Tanggal : Penguji I Penguji II Mengetahui Direktur Adhesty Novita Xanda, S.ST. M.Kes NIK.11402052 iii 4 Akhir Program Pendidikan
  • 5. 5 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI A UMUR 2 BULAN DENGAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI PENTABIO I DAN POLIO II DI BPM LIA MARIA TAHUN 2016 Asmala Dewi, Eka Ayu Septiana, S.ST INTISARI Study kasus ini membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi A umur 2 bulan dengan kejadian ikutan pasca imunisasi pentabio I dan polio II: Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, poliomielitis, dan campak dapat dicegah.Diperkirakan di seluruh dunia, pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak tidak mendapatkan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa mereka. Di Indonesia imunisasi dasar lengkap (IDL) mencapai 86,8% dan perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child Imunization (UCI) desa kini yang mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019. Tujuan peneliti untuk memberikan Asuhan Kebidanan Pada Bayi A Umur 2 Bulan Dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Pentabio I dan Polio II Di BPM Lia Maria Tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Subjek penelitian adalah Bayi A umur 2 bulan dan objek penelitian adalah Asuhan tentang Kejadian ikutan pasca imunisasi pentabio I dan polio II. Tempat penelitian BPM Lia Maria Sukarame Bandar Lampung. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Saran utama pada penelitian ini adalah diharapkan study kasus ini dapat dijadiakan pengetahuan dalam pemberian dan penanganan KIPI imunisasi pentabio dan polio sesuai dengan prosedur sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi dan balita khususnya di Indonesia. Kata kunci : KIPI, Imunisasi Pentabio dan Polio Kepustakaan : 22 Buku Halaman : 100 Halaman iv
  • 6. 6 MOTTO “Akan Ada Sebuah Hasil Yang Baik Dari Setiap Tantangan” “Pendidikan Akan Membawamu Memiliki Intelektual, Intensitas, Dan Potensial Dalam Dirimu” (Asmala Dewi) v
  • 7. 7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada By.A Umur 2 Bulan Dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Pentabio I Dan Polio II Di BPM Lia Maria Tahun 2016” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan pada Diploma III Kebidanan. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran dari pihak dosen pembimbing dan keluarga untuk itu pada kesempatan ini penulis menucapkan terima kasih kepada: 1. Adhesty Novita Xanda, S.ST., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Nadira Bandar Lampung. 2. Eka Ayu Septiana, S.ST selaku Pembimbing Akademik. 3. BPM Lia Maria, Amd.Keb sebagai tempat pengambilan penelitian. 4. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Nadira Bandar Lampung. 5. Keluarga, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya. Bandar Lampung, Juli 2016 Penulis vi
  • 8. 8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii INTISARI.......................................................................................................iv MOTTO .........................................................................................................v KATA PENGANTAR....................................................................................vi DAFTAR ISI..................................................................................................vii DAFTAR TABEL ..........................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.....................................................................................1 B. Rumusan Masalah................................................................................4 C. Tujuan Penelitian .................................................................................4 D. Ruang Lingkup.....................................................................................5 E. Manfaat Penelitian ...............................................................................5 F. Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data............................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis...........................................................................10 B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan .......................................................34 C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan ..................................................47 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Data.....................................................................................49 B. Matriks ..................................................................................................56 vii
  • 9. 9 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian.............................................................................................62 B. Interpretasi Data Dasar ..........................................................................86 C. Antisipasi Masalah Potensial ................................................................88 D. Tindakan Segera....................................................................................89 E. Perencanaan ..........................................................................................89 F. Pelaksanaan ..........................................................................................92 G. Evaluasi.................................................................................................95 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................98 B. Saran .....................................................................................................99 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii
  • 10. 10 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi...........................................................................25 Tabel 3.1 Matrik ...........................................................................................58 ix
  • 11. 11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Curriculum Vitae Lampiran 2 : SAP Imunisasi Pada Bayi Lampiran 2 : Leaflet Imunisasi Pada Bayi Lampiran 3 : Jadwal Imunisasi Lampiran 4 : DDST Lampiran 5 : Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Lampiran 6 : Foto Dokumentasi Lampiran 7 : Lembar Konsul x
  • 12. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangsungan hidup anak ditunjukan dengan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan angka kematian balita di Indonesia adalah tertinggi di Negara ASEAN lainnya.Hali ini perlu di pahami dan ditindak lanjuti oleh bidan dan petugas lainnya, mengingat Indonesia banyak memilki beban yang berat karena wilayah yang sangat luas serta jumlah penduduk yang banyak dan sangat heterogen.Sebagai anggota profesi di bidang kesehatan , bidan juga harus berperan aktif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita (Maryunani,2010; h.2). Diperkirakan diseluruh dunia, Pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak tidak mendapatkan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa mereka. Di Indonesia, Imunisasi dasar lengkap (IDL) mencapai 86,8% dan perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child Imunization (UCI) desa kini yang mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% ditahun 2019. Di berbagai Negara di dunia, Kurangnya pengetahuan masyarakat, serta kecilnya dukungan politis dan financial menjadi penyebab kesenjangan cakupan Imunisasi. Kondisi geografis Indonesia juga merupakan tantangan bagi program imunisasi, selain kurangnya pengetahuan masyarakat dan kurangnya informasi
  • 13. 2 tentang imunisasi, Pemerintah juga telah menggiatkan program promosi kesehatan dalam rangka penyebarluasan informasi tentang pentingya imunisasi. (Depkes 2015). Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi,berbagai penyakit seperti TBC,difteri,pertsusis,tetanus, hepatitis B,poliomyelitis, dan campak dapat dicegah. Pentingnya pemberian imunisasi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Oleh karena itulah, untuk mencegah balita menderita beberapa penyakit yang berbahaya , imunisasi pada bayi dan balita harus lengkap serta diberikan sesuai jadwal (Dewi,2013;h.129). Vaksinasi bertujuan untuk melindungi individu dan masyarakat terhadap serangan penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksin mutakhir cenderung lebih aman walaupun demikian tidak ada vaksin yang tanpa resiko. Maka walaupun jarang,sebagian orang dapat mengalami reaksi ringan sampai mengancam jiwa setelah imunisasi. Pada beberapa kasus reaksi disebabkan oleh vaksin, pada kasus lain penyebabnya adalah kesalahan pemberian vaksin , tetapi sebagian besar umumnya tidak berhubungan dengan vaksin. Apapun penyebabnya, apabila timbul kejadian ikutan pasca imunisasi masyarakat selalu bersikap menolak untuk pemberian imunisasi berikutnya,
  • 14. 3 sehingga anak tersebut akan rentan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi , Sehingga dapat timbul kecacatan/kematian (Ranuh et.all,2011 ; h.248). Kipi merupakan kejadian medic yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek samping,toksisitas ,reaksi sensitivitas ,efek farmakologis, atau kesalahan program ,konsidensi,reaksi suntikan , atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan .semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung dan harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan lansung misalnya nyeri sakit , bengkak kemerahan pada tempat suntikan ,sedangkan reaksi suntikan tidak lansung misalnya rasa takut,pusing,mual,sam pai sinkop. (Ranuh et. All,2011;h.224-228). Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di BPM Lia Maria Bandar Lampung jumlah bayi yang diimunisasi pada bulan Juni 2016 sebanyak 28bayi dan yang melakukan imunisasi Pentabio I dan Polio II Sebanyak 10 bayi , Kemudian terdapat 5 bayi yang baru pertama kali melakukan imunisasi Pentabio I dan Polio II. Satu diantaranya merupakan anak yang pertama yang ibu nya belum mengetahui efek samping dari pemberian imunisasi Pentabio dan polio. Ibu belum mengetahu efek samping Imunisasi Pentabio dan Polio di karenakan ini merupakan anak yang pertama ,Kebanyakan ibu yang baru memiliki anak pertama akan menolak untuk pemberian imunisasi berikutnya . karena Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang ditimbulkan.
  • 15. 4 Berdasarkan masalah tersebut diatas , maka penulis tertarik untuk “Asuhan Kebidanan pada Bayi A umur 2 bulan dengan Kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria Bandar Lampung Tahun 2016”. B. Rumusan Masalah “Bagaimanakah Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada An.A dengan imunisasi DPT 1 Di BPS Lia Maria, Amd.Keb Sukarame Bandar Lampung ?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Peneliti mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi A umur 2 bulan dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM Liam Maria Sukarame tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Diharapkan Penulis dapat melakukan pengkajian terhadap By.Ny A di BPS Lia Maria Amd.keb . Sukarame , Bandar Lampung dengan imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria b. Dapat menentukan interpretasi data, masalah dan kebutuhan pada bayi A dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria tahun 2016. c. Dapat menentukan mengidentifikasi diangnosis atau masalah potensial terhadap Bayi A dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria tahun 2016
  • 16. 5 d. Dapat melakukan tindakan segera pada Bayi A dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria tahun 2016. e. Dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada bayi A dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I Polio II di BPM Lia Maria tahun 2016. f. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan pada Bayi A dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria tahun 2016 g. Dapat melakukan intervensi terhadap asuhan yang telah diberikanpada bayi A dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria Tahun 2016. D. Ruang lingkup 1. Sasaran Objek yang diambil dalam Study Kasus ini bayi A umur 2 bulan dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio 1 dan Polio II di BPM Lia Maria tahun 2016. 2. Tempat Dalam Study Kasus ini penulis mengambil kasus di BPM Lia Maria tahun 2016 3. Waktu Pelaksanakan asuhan kebidanan dalam Study Kasus ini pada tanggal 13 Juni 2016 – 21 Juni 2016
  • 17. 6 E. Manfaat penelitian Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat yang berarti kepada : 1. Bagi Institusi pendidikan Dapat dijadikan sebagai dokumentasi dan bahan perbandingan untuk study kasus selanjutnya dan menambah koleksi studi kasus diperpustakaan tentang asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi Pentabio I dan Polio II 2. Bagi Lahan Praktek Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada anak dengan imunisasi Pentabio I dan Polio II 3. Bagi Masyarakat Khususnya pasien Setelah diberikan asuhan diharapkan dapat mencegah, mendeteksi dan mengatasi masalah yang terjadi pada bayi dengan imunisasi Pentabio I dan Polio II 4. Bagi Peneliti Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang imunisasi pada bayi sesuai dengan standar Asuhan Kebidanan, dan dapat mengaplikasikanya kedalam praktek. F. Metodologi dan Teknik Memperoleh Data 1. Metedologi Penulisan Dalam penyusunan study kasus ini penulis menggunakan metode penulisan deskriptif yang dilakukan terhadap sekelompok objek yang biasanya
  • 18. 7 bertujuan untuk melihat fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi didalam suatu populasi tertentu umumnya survey deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dimasa sekarang. Kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut, survey deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam masyarakat. (Notoatmodjo, 2010;35-36) 2. Teknik memperoleh data a. Data Primer 1) Wawancara Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut.Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi. Gejala- gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara. (Notoatmodjo,2010;139). a) Wawancara dilakukan dengan cara Allo anamnesa. Wawancara yang dilakukan kepada keluarga atau orang lain mengenai penyakit klien
  • 19. 8 (Sulistyawati,2011;h.166). b) Pengkajian Fisik Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas dan mendeteksi adanya penyimpangan dari normal (Yulianti dan Rukiyah,2010;h 51). c) Obseravsi Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode observasi ini, instrumen yang dapat digunakan, antara lain : lembar observasi, panduan pengamatan (observasi) atau lembar checklist (Hidayat,2010;h 99). b. Data Sekunder 1. Studi pustaka Menurut Sekaran (2006) dalam Hidayat (2012) merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitian. Selain itu studi kepustakaan juga merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasi dan non publikasi, sehingga peneliti bias memastikan bahwa tidak ada variabel penting dimasa lalu ditemukan berulang kali mempunyai pengaruh atas masalah, yang terlewatkan.
  • 20. 9 Studi kepustakaan yang baik akan menyediakan dasar untuk menyusun rangka teoritis yang komprehensif dimana hipotesis dapat dibuat untuk diuji. 2. Studi documenter Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang berasal dokumentasi asli. Dokumentasi asli tersebut dapat berupa gambar, table atau daftar periksa,dan film documenter. (Hidayat,2011;h 42-100).
  • 21. 10 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjaun Teori Medis 1. Definisi Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimaksukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) (Hidayat, 2008;h. 54). Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif (Ranuh et. all, 2011; h. 24). Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, poliomielitis, dan campak dapat dicegah (Dewi, 2013; h. 129)
  • 22. 11 2. Macam-macam Imunisasi Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua : imunisasi aktif dan imunisasi pasif a. Imunisasi aktif Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dal serta dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya, yang dijelaskan sebagai berikut : 1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan) 2) Perlarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan 3) Preservatif, stabilizer, dan antibiotic yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen 4) Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen b. Imunisasi Pasif Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
  • 23. 12 berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Macam – macam imunisasi : a) Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang mencegah penyakit TBC.Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan ,vaksin BCG diberikan intradermal dan diberikan sejak lahir.Efek samping nya ialah terjadi ulkus pada daerah suntikan dan nyeri dan reaksi panas b) Imunisasi Hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis.Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair . Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun . Pemberian vaksin ini melalui intramuscular dan diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir dan dilanjutkan pada usia 1 dan 3-6 bulan . Biasanya tidak ditemukan efek samping pada imunisasi ini c) Imunisasi Polio merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.Kandungan vaksin ini adalah virus yang telah dilemahkan Imunisasi polio diberikan secara oral d) Imunisasi DPT (Difteria,Pertusis,Tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri , pertusis , tetanus.Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya ,namun masih
  • 24. 13 dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).Imunisasi DPT diberikan pada usia 6 minggu secara terpisah atau secara kombinasi dengan hepatitis B atau HIB.Boster DPT diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Dan usia 12 tahun mendapat TT saat program bias SD efek samping pemberian imunisasi DPT terjadi pembengkakan pada bekas suntikan, nyeri dan demam 1-2 hari,penangannya dapat diberikan dengan asetaminofen (ibuprofen) (Hidayat, 2008; h. 54-58) 3. Tujuan Imunisasi Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Hidayat, 2008; h. 54) Ada tiga tujuan utama pemberian imunisasi pada seseorang, yaitu mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompak masyarakat (populasi), serta menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (misalnya cacar), hanya mungkin pada penyakit yang ditularkan melalui manusia (misalnya difteria) (Muslihatun, 2010; h. 208)
  • 25. 14 4. Sasaran Program Imunisasi di Indonesia merupakan program unggulan untuk mencegah angka kematian pada bayi, anak bawah tiga tahun, bawah lima tahun, program ini akan mencakup beberapa jenis imunisasi, sementara sasaran dari program itu sendiri antara lain mencakup : bayi dibawah umur 1 tahun (0-11 bulan), ibu hamil (awal kehamilan 8 bulan), wanita usia subur (calon mempelai wanita), anak sekolah dasar (kelas I-VI) (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 314) 5. Penyimpanan Vaksin Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus didinginkan pada temperature 2-80 C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT, Hib, hepatitis B, dan hepatitis A) menjadi tidak aktif bila beku. Pengguna dinasehatkan untuk melakukan konsultasi guna mendapatkan informasi khusus vaksin-vaksin individual, karena beberapa vaksin (OPV dan Yellow fever) dapat disimpan dalam keadaan beku (Ranuh et. all, 2011; h. 141) 6. Tata Cara Pemberian Imunisasi DPT a) Pembersihan kulit Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan, namun apabila kulit telah bersih, antiseptik kulit menggunakan kapas dan air hangat
  • 26. 15 b) Pemberian suntikan Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau subkutan dalam. Terdapat pengecualian pada dua jenis vaksin yaitu OPV diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan intradermal (dalam kulit). Walaupun vaksin sebagian besar diberikan secara suntikan intramuskular atau subkutan dalam, namun bagi petugas kesehatan yang kurang berpengalaman memberikan suntikan subkutan dalam, dianjurkan memberikan dengan cara intra muskular. c) Teknik dan ukuran jarum Sebagian besar vaksin harus disuntikkan ke dalam otot. Penggunaan jarum yang pendek meningkatkan risiko terjadi suntikan subkutan yang kurang dalam. Hal ini menjadi masalah untuk vaksin-vaksin yang inaktif (inactivated). Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 25 mm. d) Posisi anak dan lokasi suntikan Vaksin yang disuntikkan harus diberikan pada bagian dengan risiko kerusakan saraf, pembuluh vaskular serta jaringan lainnya. Penting bahwa bayi dan anak jangan bergerak saat disuntik, walaupun demikian cara memegang bayi dan anak yang berlebihan akan menambah ketakutan sehingga meningkatkan ketegangan otot. Perlu diyakinkan kepada orang tua atau pengasuh untuk membantu memegang anak atau bayi, dan harus diberitahu agar mereka memahami apa yang sedang dikerjakan.
  • 27. 16 e) Pengambilan vaksin dari botol (Vial) Untuk vaksin yang diambil menembus tutup karet atau yang telah dilarutkan, harus memakai jarum baru. Apabila vaksin telah diambil dari vial yang terbuka, dapat dipakai jarum yang sama. Jarum atau semprit yang telah digunakan menyuntik seseorang tidak boleh digunakan untuk mengambil vaksin dari botol vaksin karena resiko kontaminasi silang, vaksin dalam botol yang berisi dosisi ganda (multidosis) jangan digunakan kecuali tidak ada alternatif lain (Ranuh et. all , 2011; h. 140-149) 7. Keberhasilan Imunisasi a) Status Imun Penjamu Individu yang mendapat immunosupresan, menderita defisiensi imun kongenital atau penyakit yang menimbulkan difisiensi imun sekunder seperti keganasan akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. Defisiensi imun merupakan indikasi kontra pemberian vaksin hidup karena justru dapat menimbulkan penyakit pada individu tersebut. Vaksinasi yang diberikan pada individu yang menderita penyakit infeksi sistemik, seperti campak dan tuberkulosis milier akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi juga (Muslihatun, 2010; h. 209) b) Faktor Genetik Pejamu Interaksi sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara genetik, respon imun manusia terbagai menjadi respon baik,
  • 28. 17 cukup dan rendah terhadap antigen tertentu. Seorang individu dapat memberikan respon rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain dapat sangat tinggi respon imunnya. Oleh karena itu sering ditemukan keberhasilan vaksinasi tidak sampai 100% (Muslihatun, 2010; h. 210) c) Kualitas dan Kuantitas Vaksin Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respon imun, misalnya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal dan sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral hanya memberikan imunitas sistemik saja. Dosis vaksin yang tidak tepat juga mempengaruhi respon imun. Dosis terlalu tinggi menghambat respon imun yang diharapkan, sedangkan dosis terlalu rendah tidak dapat merangsang sel-sel imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan. Frekuensi dan jarak pemberian juga mempengaruhi respon imun. Bila penerimaan vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk akan segera dinetralkan, sehingga tidak sempat merangsang sel imunokompeten, bahkan dapat terjadi reaksi arthus, yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan kompleks atigen antibody lokal. Pemberian vaksin ulang (booster) sebaiknya mengikuti anjuran sesuai hasil uji klinis. (Muslihatun, 2010; h. 210)
  • 29. 18 8. Imunisasi Dasar Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya (Maryunani, 2010; h. 215) a) Imunisasi BCG Imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberkulosis paru (TBC), imunisasi ini diberikan hanya sekali sebelum bayi berumur 2 bulan.Reaksi yang akan Nampak setelah penyuntikan imunisasi adalah berupa perubahan warna kulit pada tempat penyuntikan yang akan berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi ulkus dan menyembuh dalam waktu 8-12 minggu dan meninggalkan jaringan parut . Vaksin disuntikan dengan cara intrakutan pada lengan atas diberikan dengan dosis 0,05 Ml.Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4cc NacL0,9%.Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam , sisanya dibuang (Lisnawati, 2014; h.56) b) Imunisasi Hepatitis B 1) Definisi Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Vaksin ini mengandung HbsAG dalam bentuk cair. (Mubarak, 2011; h. 29)
  • 30. 19 2) Cara pemberian Frekuensi pemberian imunisasi Hepatitis B adalah tiga kali. Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir, dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan paru-paru dan jantung (Maryunani, 2010; h. 221) 3) KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) KIPI yang umumnya terjadi berupa reaksi lokal yang ringan dan sementara, kadang-kadang terjadi demam ringan 1-2 hari. (Muslihatun, 2010; h. 222) 4) Kontraindikasi Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat. (Maryunani, 2010; h. 223) c) Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) 1) Definisi Imunisasi DPT untuk mencegah bayi dari tiga penyakit, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri Corynebacterium- diphtheriae yang sangat menular. Dimulai dengan gangguan tenggorakan dan dengan cepat menimbulkan gangguan pernapasan dengan terhambatnya saluran pernapasan oleh karena terjadi selaput di tenggorokan dan menyumbat jalan napas, sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu juga menimbulkan toksin atau racun yang berbahaya untuk jantung (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 319)
  • 31. 20 Batuk rejan yang juga dikenal Pertusis atau batuk 100 hari, disebabkan bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini membuat penderita mengalami batuk keras secara terus menerus dan bisa berakibat gangguan pernapasan dan saraf. “Bila dibiarkan berlarut- larut, pertusis bisa menyababkan infeksi di paru-paru.” Selain itu, karena si penderita mengalami batuk keras yang terus menerus, membuat ada tekanan pada pembuluh darah hingga bisa mengakibatkan kerusakan otak (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 319) Tetanus merupakan penyakit infeksi mendadak yang disebabkan toksin dari clostridium tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau kotoran binatang manusia. Kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh melalui luka goresan atau luka bakar yang telah terkontaminasi oleh tanah, atau dari gigi yang telah busuk atau dari cairan congek. Luka kecil yang terjadi pada anak-anak pada saat bermain dapat terinfeksi kuman ini. Apabila tidak dirawat penyakit ini dapat mengakibatkan kejang dan kematian. Manusia tidak mempunyai kekebalan alami terhadap tetanus sehingga perlindungannya harus diperoleh lewat imunisasi (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 319) 2) Cara pemberian Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun bisa juga ditambahkan 2 kali
  • 32. 21 lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muskuler (IM atau i.m) (Maryunani, 2010; h. 217-218) 3) KIPI (Kejadian Ikutan Pemberian Imunisasi) Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam (“sumeng”) saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri, atau pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas bayi. Atau bisa juga dengan memberikan minuman cairan lebih banyak dan tidak memakaikan pakaian terlalu banyak. (Maryunani, 2010; h. 218) 4) Kontraindikasi Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsi, menderita kelaianan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak-anak yang sedang demam/sakit keras dan yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma (Maryunani, 2010; h. 218)
  • 33. 22 5) Penanganan Memberikan minum lebih banyak (ASI), jika demam pakaialah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin atau hangat, jika demam berikan parasetamol 5 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi tersebut memberat dan menetap, atau jika oraang tua merasa khawatir, bawalah bayi/anak ke dokter. (Ranuh , 2011; h.166) d) Imunisasi Polio 1) Definisi Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes per oral dengan interval tidak kurang dari dua minggu. Mengingat indonesia merupakan daerah endemik polio, sesuai pedoman PPI imunisasi polio diberikan segera setelah lahir pada kunjungan pertama. Dengan demikian diperoleh daerah cakupan yang luas. Pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah sakit atau rumah bersalin dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak lain agar tidak mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup dapat dikeluarkan melalui tinja (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 320) 2) Cara pemberian Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal atau Pekan Imunisasi Nasional tetapi jumlah
  • 34. 23 dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi. Waktu pemberian polio adalah umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT , cara pemberian imunisasi polio melalui oral/ mulut (Maryunani, 2010; h. 218-219). 3) KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Reaksi KIPI dari vaksin OPV, antara lain gejala pusing, diare ringan dan nyeri otot (Muslihatun, 2010; h. 223) 4) Kontraindikasi Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi ( diatas 380 C) ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak diberikan imunisasi polio (Maryunani, 2010; h. 219) e) Imunisasi Campak Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan member vaksin campak pada anak yang bertujuan member kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi dapat diberikan pada usia 9 bulan secara sub-kutan, kemudian ulangan dapat diberikan dalam waktu interval 6 bulan atau lebih setelah suntikan pertama
  • 35. 24 (Karwati et. all, 2011; h. 102) f) Imunisasi Hib Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B. Vaksin berbentuk polisakarida murni (PRP : Purified capsular polysaccharide). Kuman H. Influenza tipe B antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein lain seperti Toxoid tetanus (PRP-T), Toxoid dipteri (PRP-D atau PRPCR50), atau dengan kuman Monongococus (PRP-OMPC). Pemberian awal PRP-T dilakukan sebanyak tiga kali suntikan dengan interval dua bulan. Suntikan PRP- OMPC dilakukan dua kali suntikan dengan interval dua bulan, kemudian booster nya diberikan pada usia 18 bulan. Vaksin ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi Hib yang sering menyebabkan meningitis, pneumonia, selulitis, artritis dan epiglotis. Jadwal imunisasi vaksin PRP-T diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan. Vaksin PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ke-3 (umur 6 bulan) tidak diperlukan. Vaksin Hib dapat diberikan bersamaan dengan DTwP atau DtaP dalam bentuk vaksin kombinasi, yaitu DTwP/Hib atau DtaP/Hib yang berisi kombinasi vaksin PRP-T dalam kemasan prefilled syringe 0,5 ml. Dosis pemberian vaksin ini adalah 0,5 ml, diberikan melalui injeksi intramuskuler KIPI dari pemberian imunisasi Hib Nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan adalah efek samping dari Imunisasi HiB yang sering muncul setelah imunisasi (Muslihatun, 2010; h.230)
  • 36. 25 9. Jadwal Imunisasi Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi Umur Jenis Imunisasi 0-7 hari HB 0 1 bulan BCG, Polio 1 2 bulan DPT/HB 1, Polio 2 3 bulan DPT/ HB 2, Polio 3 4 bulan DPT/HB 3, Polio 4 9 bulan Campak Sumber Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2009) 10. Imunisasi Anjuran a. Pneumokokus Vaksin pneumokokus bertujuan untuk mengurangi mortalitas akibat pneumokokus invasif, adalah pneumonia, bakteriemia dan meningitis. Vaksin ini dianjurkan diberikan pada orang lanjut usia di atas 65 tahun, seseorang dengan asplenia termasuk anak dengan penyakit sickle cell usia lebih dari 2 tahun, pasien imunokompromise, pasien imunokompeten dan kebocoran cairan serebrospinal. Vaksin ini diberikan dalam dosis tunggal 0,5 ml secara intramuskular atau subkutan dalam di daerah deltoid atau paha anterolateral. Vaksin ulang hanya diberikan bila seorang anak mempunyai resiko tertular pneumokokus setelah 3-5 tahun atau lebih. Reaksi KIPI ini adalah eritem atau nyeri ringan pada tempat suntikan kurang dari 48 jam, demam ringan dan mialgia pada dosis kedua. Reaksi anafilaksis jarang ditemukan, kontraindikasi absolut apabila timbul reaksi anafilaksis setelah pemberian vaksin. Kontraindikasi relatif vaksinasi
  • 37. 26 pneumokokus, adalah umur kurang dari 2 tahun, dalam pengobatan imunosupresen/radiasi kelenjar limfe, kehamilan, telah mendapatkan vaksin pneumokokus dalm 3 tahun (Muslihatun, 2010; h. 230) b. Imunisasi Influenza Vaksin trivalen influenza yang terdiri dari dua virus influenza subtipe A yaitu H3N2 dan H1N1 (Strain California), serta virus influenza tipe B. Vaksin influenza diberikan setiap tahun, mengingat tiap tahun terjadi pergantian jenis galur virus yang beredar di masyarakat. Dosis tergantung umur anak, umur 6-35 bulan 0,25 ml, umur ≥ 3 tahun 0,5 ml, umur ≤ 8 tahun untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-6 minggu, pada tahun berikutnya hanya diberikan 1 dosis. Vaksin influenza diberikan secara intramuskular pada paha anerolateral. (Ranuh et. all, 2011; h. 59-60) c. Imunisasi MMR Imunisasi MMR (Measles, mumps, rubella) merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles), gondongan, parotis epidemika 9mumps), dan campak jerman (rubella). Dalam imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah virus campak strain edmoson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3, dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan untuk bayi usia di bawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan
  • 38. 27 antibodi maternal yang masih ada. Khusus pada daerah endemik, sebaiknya diberikan imunisasi campak monovalen dahulu pada usia 4-5 bulan atau 9-11 bulan dan booster (ulangan) dapat dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan. (Hidayat, 2008; h. 57) d. Imunisasi Tifoid Imunisasi typus abdominalis merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit typus abdominalis. Dalam persendiaan khususnya di Indonesia terdapat tiga jenis vaksin typus abdominalis, di antaranya kuman yang dimatiakan, kuman yang dilemahkan (vivotif, berna) dan antigen capsular Vi poliyasaccharida (Typhim Vi, Pasteur Meriux). Vaksin kuman yang dimatikan dapat diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml , 1-2 tahun 0,2 ml dan 2- 12 tahun adalah 0,5 ml. Pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian. Vaksin kuman yang dilemahkan diberikan dalam bentuk capsul enteric coated sebelum makan pada hari ke-1, 2, dan 5 untuk anak di atas usia 6 tahun. Antigen kapsular diberikan untuk usia di atas 2 tahun dan dapat diulang setiap 3 tahun (Hidayat, 2008; h. 57-59) e. Imunisasi Varicela Imunisasi varicela merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit cacar air (varicela). Vaksin varicella
  • 39. 28 merupakan virus hidup varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan. Pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropis dan bila di atas usia 13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8 minggu. (Hidayat, 2008; h. 59) f. Imunisasi Hepatitis A Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan (under exposure). Di samping vaksin Hep A monovalen yang telah kita kenal, saat ini telah beredar vaksin kombinasi HepB/HepA. Jadwal imunisasi vaksin hep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. Vaksin kombinasi HepB/HepA tidak diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan. Maka vaksin kombinasi diindikasikan pada anak umur lebih dari 12 bulan, terutama untuk catch up immunization yaitu mengejar imunisasi pada anak yang belum pernah mendapat imunisasi HepB sebelumnya atau imunisasi HepB yang tidak lengkap (Ranuh et. all, 2011; h. 61) 11. Denver Developmental Screening Test (DDST) a. Definisi Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak secara dini, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan. (Dewi, 2013; h. 55)
  • 40. 29 b. Manfaat DDST 1) Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia. 2) Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun. 3) Monitor anak dengan risiko perkembangan. 4) Menjaring anak terhadap adanya kelainan. 5) Memastikan apakah anak dengan persangka ada kelainan perkembangan atau benar-benar ada kelainan. (Dewi, 2013; h. 58) c. Isi DDST Denver II terdiri dari 125 item yang disusun dalam formulir menjadi empat sektor untuk menjaring fungsi-fungsi sektor personal sosial, motorik halus-adaptif, bahasa dan motorik kasar. (Muslihatun, 2010; h. 89) 1) Personal sosial (Kepribadian/tingkah laku sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan. 2) Adaptasi motorik halus (Fine motor adaptive) Aspek yang berhubungan dengan kemapuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja, dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda, dan lain-lain.
  • 41. 30 3) Bahasa (Language) Kemampuan untuk memberikan repons terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara spontan. 4) Perkembangan motorik kasar (Gross motor) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. (Dewi, 2013; h. 63) d. Penentuan Umur Untuk menentukan umur anak pada saat pemeriksaan, maka harus dilakukan penghitungan berdasarkan tanggal lahir dan tanggal pemeriksaan. Umur anak dihitung dengan mengurangkan tanggal lahir dari tanggal tes (jika perlu untuk meminjam dalam pengurangan, 30 hari dipinjam dari kolom bulan, 12 bulan dipinjam dari kolom tahun). Penyesuaian umur perlu dilakukan pada kasus prematuritas anak yang lahirnya maju lebih dari dua minggu sebelum Hari Perkiraan Lahir (HPL) (Muslihatun, 2010; h. 90) e. Prosedur DDST 1) Tahap I : Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia umur 3-6 bulan, umur 9-12 bulan, umur 18-24 bulan, umur 3 tahun, umur 4 tahun, umur 5 tahun. 2) Tahap II : Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap I. Kemudian dilanjutkan pada evaluasi diagnostik yang lengkap. (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 120)
  • 42. 31 f. Skoring Penilain Test 1) Skor Pass (P) atau Lewat/Lulus (L), apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik, atau ibu atau pengasuh memberi laporan tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik. 2) Skor Fail (F) atau Gagal (G), apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/ pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik. 3) Skor No Opportunity (No) atau tidak ada kesempatan (Tak), apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan, misalnya kasus Reterdasi Mental dan Down Syndrome. Skor ini hanya digunakan untuk item yang ada kode ‘L” yaitu laporan orang tua atau pengasuh anak. 4) Skor Refusal (R) atau Menolak (M), apabila anak menolak untuk melakukan uji coba karena faktor sesaat (lelah, menangis, sakit, mengantuk, dan lain-lain). Penolakan anak dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak, tugas apa yang harus dilakukannya. Item yang ada kode “L” nya, tidak diskor sebagai penolakan (Muslihatun, 2010; h.93-94) g. Penilain Tiap Item 1) Normal : apabila anak gagal ataau menolak tugas pada item di sebelah kanan garis umur. Perkembangan anak dinilai normal pada item tersebut, karena anak berumur lebih muda daripada umur yang hanya 25% anak-anak pada sampel standar dapat melakukan item
  • 43. 32 tersebut, sehingga anak tidak diharpakan “lulus” sampai umurnya lebih tua. Penialaian ini tidak perlu diperhatikan untuk interpretasi/ penilaian hasil tes keseluruhan. Penilaian item “normal” juga diberikan pada anak yang lulus, gagal, atau menolak tugas di mana garis umur berada di antara 25%-75% (warna putih). 2) Caution : (C) atau “peringatan” (P), apabila anak gagal atau menolak tugas pada item di mana garis umur berada pada atau diantara 75% dan 90% (warna hijau). Area ini menunjukkan lebih dari 75% anak- anak pada sampel standar dapat lulus/lewat pada umur lebih muda, dibanding dengan umur anak yang sedang dilakukan tes. Penilaian ini perlu diperhatikan saat melakukan interpretasi/penialaian hasil tes keseluruhan. Pemeriksa harus menuliskan huruf “P” atau “C” di sebelah kanan kotak persegi panjang. 3) Delayed : (D) atau “keterlambatan” (T), apabila anak gagal atau menolak tugas pada item yang berada di sebelah kiri garis umur. Hal ini disebabkan oleh karena anak telah gagal atau menolak tugas pada item, di mana 90% anak-anak pada sampel standar dapat lewat/lulus pada umur lebih muda. Penilaian ini perlu diperhatikan saat melakukan interpretasi/penilaian hasil tes keseluruhan. Pemeriksa harus menuliskan huruf “D” atau “T” pada tepi akhir sebelah kanan kotak persegi panjang. 4) No Oportunity : (No) atau “tidak ada kesempatan” (Tak), apabila orangtua melaporkan bahwa anak mengalami hambatan. Penilaian
  • 44. 33 ini tidak perlu diperhatikan untuk interpretasi/penilaian hasil tes keseluruhan (Muslihatun, 2010; h. 95-97) h. Penilaian Hasil Tes Keseluruhan 1) Normal : Bila tidak ada keterlambatan (delay), paling banyak 1 caution, lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya. 2) Dicurigai (Suspect) : Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih delay, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat (takut, lelah, sakit, tidak nyaman, dan lain-lain). 3) Tidak teruji (Untestable) : Bila ada skor menolak 1 atau lebih item di sebelah kiri garis umur, bila menolak lebih dari satu 1 pada area 75- 90% (warna hijau) yang ditembus garis umur, ulangi pemeriksaan 1- 2 minggu (Dewi, 2013; h. 62) 4) Referral considerations : apabila hasil tes ulang lagi-lagi suspek/tidak dapat dites, maka dikirim ke ahlinya. Pengiriman ini dengan menyertakan data keadaan klinis atau data lain berdasarkan beberapa hal, antara lain profil hasil tes yang menyebutkan item yang diskor caution atau delayed, jumlah caution dan delayed, tingkat perkembangan sebelumnya, perhatian klinis lainnya, antara lain riwayat klinis, hasil pemeriksaan kesehatan dan lain-lain, serta sumber rujukan yang tersedia (Muslihatun, 2010; h. 97-98)
  • 45. 34 B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan (Soepardan,2007;h.97-98). 1. Langkah Manajemen kebidanan Menurut Helen Varney ada tujuh (7) langkah manajemen: a. Pengkajian Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi pasien. 1) Data subjektif a) Biodata (1) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. (Anggraini, 2010; h.134) (2) Usia / tanggal lahir. Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Namun, bisa juga ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan, dan 1
  • 46. 35 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT (Maryunani, 2010; h. 217) (3) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. (4) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauhmana tingkat intelektualnya, sehingga bidak dapat memeberikan konseling sesuai pendidikannya. (5) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (6) Suku / bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. (7) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan b) Alasan datang Alasan datang ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
  • 47. 36 c) Keluhan utama Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati ,2011; h.167) d) Riwayat kesehatan Berupa penyakit atau kelainan apapun yang terjadi sekarang, yang lalu, keluarga. Data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “penanda” warning), beberapa data penting yang perlu diketahui seperti apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit, sperti jantung, dibaetes melitus (DM), ginjal, hipertensi, dan hepatitis. Riwayat imunisasi untuk mengetahui imunisasi dasar apa saja yang sudah didapat. e) Riwayat tumbuh kembang Menurut hidayat, 2005 pada pola perkembangan ini, anak lebih dahulu mempu menggerakan daerah yang lebih umum (sederhana) ke bagian yang lebih kompleks, seperti melambaikan tangan baru memainkan jari-jari. f) Riwayat sosial Apabila komunikasi dengan anak terjalin baik, pemberian asuhan juga akan lebih efektif dan meminimalisir efek traumatik pada anak.
  • 48. 37 g) Pola kebutuhan sehari-hari (1) Pola nutrisi : makanan yang diberikan pada bayi dan balita akan digunakan untuk pertumbuhan badan, karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk memantau kecukupan gizi bayi dan balita. Kecukupan makanan dan ASI dapat dipantau dengan menggunakan KMS (Maryunani, 2010; h. 260) (2) Pola eliminasi : bayi normal biasanya BAK 6-10 kali sehari dengan warna urine yang pucat. BAB normal 2 kali perhari. (Dewi, 2013; h. 28) (3) Pola istirahat dan tidur : Dalam dua minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3 bulan (Dewi, 2013; h. 29) (4) Pola aktivitas : Kita perlu mengkaji aktifitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah. (5) Pola personal hygine : Data ini perlu kita kaji karena bagaimanapun juga hal ini akan mempengaruhi kesehataan pasien.Mandi kita dapat menanyakan kepada pasien berapa kali ia mandi dalam sehari dan kapan waktunya ( jam berapa mandi malam pagi dan sore).
  • 49. 38 2) Data objektif Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang dilakukan secara berurutan. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut : a) Keadaan umum Pemeriksaan keadaan umum meliputi pemeriksaan status kesadaran, status gizi, tanda vital, dan lain-lain. (Uliyah dan Hidayat, 2011; h. 153) b) Kesadaran Pemeriksaan ini bertujuan menilai status kesadaran anak. Penilaian status kesadaran ada dua, yaitu penilaian secara kualitatif dan penilaian secara kuantitatif. Penilaian secara kualitatif antara laian : compos mentis, apatis, samnolen, spoor, koma, dan delirium. Penilaian kesadaran secara kuantitatif dapat diukur melalui penilaian skala koma (nilai koma di bawah 10) yang dinyatakan dengan Glasgow Coma Scale (GCS) (Uliyah dan Hidayat, 2011; h.153-154).
  • 50. 39 a. Tanda-tanda vital 1) Pernapasan Pemeriksaan pernafasan, dilakukan dengan menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan (Muslihatun, 2010; h.276) 2) Suhu Pemeriksaan suhu, dapat dilakukan melalui rektal, aksila dan oral untuk menilai keseimbangan suhu tubuh dan membantu menentukan diagnosa dini suatu penyakit. (Muslihatun, 2010; h. 276) 3) Nadi Pemeriksaan nadi, seharusnya dilakukan pada saat tidur atau istirahat. Pemeriksaan nadi dapat disertai dengan pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui adanya pulsus difisit, yaitu denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi sehingga denyut jantung lebih tinggi dari pada denyut nadi. Denyut nadi dikatakn normal apabila frekuensinya antara 100-160 kali per menit (Uliyah dan Hidayat, 2011; h.146- 155) b. Antropometri 1) Berat badan Pengukuran ini digunakan untuk menilai hasil peningkatan aatau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
  • 51. 40 misalnya tulang, otot lemah, caairan tubuh, sehingga diketahui status keadaan gizi dan tumbuh kembang anak. Berat badan juga dijadikan dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang diperlukan untu pengobatan (Muslihatun, 2010; h. 269) 2) Panjang badan Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faaktor genetik. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah. Penilaian panjang badan berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS secara presentasi dari median dan penilaiannya adalah lebih dari atau sama dengan 90% normal, kurang dari 90% abnormal (malnutrisi kronis) (Muslihatun, 2010; h. 270) 3) Lingkar kepala Menurut Hidayat 2005, Pengukuran lingkar kepala digunakan untuk menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya retardasi mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan aliran cairan serebrospinal. Penilaian menggunakan kurve lingkar kepala.
  • 52. 41 4) Lingkar lengan Penilaian digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot. Penilaian ini tidak cocok untuk menilai jaringan lemak tubuh, tetapi dapat digunakan untuk menilai status gizi pada anak pra sekolah (Muslihatun, 2010; h.270) c. Pemeriksaan fisik 1) Kepala dan leher Kepala perlu dikaji adanya Moulage, caput succadaneum, perdarahan sub aponeurotik atau terdapat hematoma sefal. (Sukamti et. all, 2009; h. 33) 2) Wajah Menilai kesimetrisan wajah, adakah paralisis wajah, dan pembengkakan (Muslihatun, 2010; h. 276) 3) Mata Pemeriksaan mata dilakukan untuk menilai adanya visus atau ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya (khusus neonates) (Uliyah dan Hidayat, 2011; h. 168)
  • 53. 42 4) Hidung Periksa adanya Atresia, geraakan cuping hidung, mukosa (meradang/pucat) dan sekresi (purulen, berdaarah, cair). (Sukamti, 2009; h. 35) 5) Mulut Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya trismus, halitosis, dan labioskisis. Pemeriksaan lidah bertujuan untuk menilai apakah terjadi kelainan kongenital atau tidak (Uliyah dan Hidayat, 2011; h. 169) 6) Tenggorokan Pemeriksaan tenggorokan dilakukan pada faring dan laring pada faring melihat adanya hiperemia, edema, abses baik retrofaringeal aatau peritonsilar. Edema faring umumnya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab, serta dapat ditentukan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat paada difteri (pseudomembarn). Pemeriksaan laring sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan. Apabila ditemukan obstruksi pada laring, maka suara mengalami stridor yang disertai dengan batuk dan suara serak (Uliyah dan Hidayat, 2011; h. 170)
  • 54. 43 7) Telinga Menilai telinga bagian luar, yaitu bentuk, besar dan posisi daun telinga, lubang telinga, membran tympani, pembesaran daerah mastoid daan fungsi pendengaran. (Muslihatun, 2010; h. 276-277) 8) Dada Untuk menilai bentuk dan besar dada, kesimetrisan, gerakan dada, deformitas penonjolan, pembengkakan dan kelaianan lain (Muslihatun, 2010; h. 277) 9) Abdomen Dengan inspeksi ukuran dan bentuk, auskultasi peristaltik usus dan suara bising, palpasi dinding abdomen, nyeri tekan, pembesaran organ dan perkusi abdomen. Auskultasi didahulukan, agar tidak terpengaruh stimulasi dari luar, antara lain palpasi dan perkusi. Periksa organ hati, ginjal dan lambung (Muslihatun, 2010; h. 278) 10) Punggung Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina bifida atau
  • 55. 44 mielomeningeal (defek tulang punggung, sehingga medula spinalis dan selaput otak menonjol). 11) Genetalia Laki-laki perhatikan ukuran dan bentuk penis, testis, kelaianan lubang uretra dan peradangan testis dan sskrotum. Perempuan adakah epispadia, tanda seks sekunder dan pengeluaran cairan (Muslihatun, 2010; h. 278) 12) Kulit Dilakukan untuk menilai pigmentasi, adanya sianosis, ikterus, ekzema, pucat, purpura, eritema, makula, papula, vesikula, pustula, ulkus, turgor kulit, kelembaban kulit, tekstur kulit dan edema (Muslihatun, 2010; h. 276) 13) Ekstermitas Menilai adakah kelainan bentuk, adakah kelumpuhan di ekstermitas bayi tersebut, seperti lunglai/layu, bagaimana posisi ekstermitas dan adakah gerakan yang abnormal. (Sukamti et. all, 2009; h. 37) d. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium dan cacatan terbaru serta catatan sebelumnya). 2. Interpretasi data Melaukuan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan tumbuh kembang anak berdasarkan data yang telah
  • 56. 45 dikumpulkan pada langkah 1. Acuan untuk mendeteksi beberapa kelainan tumbuh kembang anak (Muslihatun, 2010; h. 278) 3. Diagnosis kebidanan Diagnosis kebidanan merupakan diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan (Soepardan, 2007 ; h. 99) Masalah Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan ”diagnosis”. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh (Sulistyawati, 2011; h. 180) Kebutuhan pasien Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya. (Sulistyawati,2011; h.180). 4. Identifikasi diagnosis atau masalah potensial Pada langkah ketiga kita mnegidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
  • 57. 46 pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan, langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman (Soepardan, 2007; h. 99-100) Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. Langkah ini memerlukan keseinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Anggraini, 2010; h. 141) 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Soepardan, 2007; h. 101) 6. Melaksanakan perencanaan Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagaian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul
  • 58. 47 tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana) (Soepardan, 2007; h. 102) 7. Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, sebagaimana telah diidentifikasi di dalam maslah dan diagnosa. (Nurhayati et. all, 2012; h. 144) C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Sesuai dengan pasal 14 Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan meliputi : 1. Pelayanan kebidanan 2. Pelayanan keluarga bencana 3. Pelayanan kesehatan masyarakat Dan tercantum di pasal 16 yang mencakup pelayanan kebidanan kepada ibu dan pelayanan kebidanan kepada anak yaitu : 1. Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi : a. Pemeriksaan bayi baru lahir b. Perawatan tali pusat c. Perawatan bayi
  • 59. 48 d. Resusitasi pada bayi baru lahir e. Pemantauan tumbuh kembang anak f. Pemberian imunisasi g. Pemberian penyuluhan (Mustika et. all, 2009; h. 166-172) 2. Kewenagan Bidan Di Komunitas Pelayanan kesehatan anak a. Ruang lingkup 1) Pelayanan bayi baru lahir 2) Pelayanan bayi 3) Pelayanan anak balita 4) Pelayanan anak prasekolah b. Kewenangan 1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi,inisiasi menyusu dini (IMD), Injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat 2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk 3) Penanganan kegawatdaruratan ,dilanjutkan dengan perujukan 4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah (Siwi Walyani ,2014 ; h.40)
  • 60. BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. A UMUR 2 BULAN DENGAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI PENTABIO DAN POLIO II DI BPM LIA MARIA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 Oleh : Asmala Dewi Tanggal : 13 Juni 2016 Waktu : 14.00 WIB A. Pengkajian a. Indentitas Bayi Nama Bayi : By. A Tgl/Jam/Lahir : 28 Maret 2016 Umur : 2 Bulan Jenis Kelamin : laki-laki Anak ke : 1 (pertama) Indentitas Orang Tua Atau Penanggung Jawab Indentitas Ibu Identitas Ayah Nama : Ny. A Nama : Tn. W Umur : 28 tahun Umur :34 tahun Agama : Islam Agama : Islam
  • 61. 50 Suku /Bangsa : Jawa, Indonesia Suku /Bangsa : Jawa, Indonesia Pendidikan : Sarjana Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : JL.Soekarno Hatta. Alamat : JL.Soekarno Golf . Gg Tangkil Golf . Gg Tangkil 1. Alasan kunjungan : Datang ke Bidan Ibu mengatakan ingin Mengimunisasikan Pentabio I dan Polio II pada anaknya. 2. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan sekarang : Ibu mengatakan anaknya tidak sedang mengalami sakit Riwayat kesehatan yang lalu : Ibu mengatakan anak pernah menderita demam. Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun seperti: hipertensi, DM dan jantung, kemudian penyakit menular seperti: TBC, Hepatitis. 3. Riwayat Tumbuh-kembang : Tumbuh BB yang lalu tgl 28/03/2016 : 3,4 kg, PB : 50 cm BB sekarang tgl 13/06/2016 : 5,4 kg, PB : 53 cm
  • 62. 51 Perkembangan : Ibu mengatakan bayinya sudah bisa mengangkat kepala.tertawa dan menatap muka,mengenggam jari dan tersenyum spontan 4. Pola Kebutuhan Sehari-hari a. Pola Nutrisi : Ibu mengatakan anaknya diberikan ASI dan diberikan tambahan susu formula b. Eliminasi BAK : Ibu mengatakan bayi nya BAK sebanyak 8-9 x/ hari, warna kuning jernih. BAB : Ibu mengatakan 2-3 x/ hari pada pagi hari, konsistensi lunak warna kuning pekat c. Istirahat/ tidur Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang 4-6 jam Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam 10-13 jam. d. Pola aktivitas : Ibu mengatakan anaknya sudah dapat diajak tersenyum dan mengenali wajah orang tua nya e. Mandi / Personal Hygene Pagi : Ibu mengatakan anaknya mandi pagi jam 07.30 WIB. Sore : Ibu mengatakan anaknya mandi sore jam 16.00 WIB. Mandi 2 kali pagi dan sore
  • 63. 52 B. DATA OBJEKTIF Pemeriksaan Umum Keadaan umum : Baik 1. Kesadaran : Composmentis 2. Tanda-tanda vital a. Pernafasan : 48x/menit b. Suhu : 36,5°C c. Nadi : 104x/menit 3. Antropoemetri a. Berat badan : 5400 gram b. Panjang badan : 53 cm c. Lingkar Kepala : 42 cm d. Lingkar Dada : 48 cm e. Lingkar Lengan : 13 cm Pemerisaan fisik a. Kepala Ubun-ubun : Datar Caput succedaneum : Tidak ada Cepal haemtoma : Tidak ada b. Muka : Simetris, tidak ada sindromdown
  • 64. 53 c. Mata Simetris : Simetris Kelopak mata : Ada Secret : Tidak ada Konjungtiva : Merah muda Sclera : Putih d. Telinga Simetris : Simetris Lubang : Ada e. Hidung Palatoskisis : Tidak ada Septum : Ada Lubang : Ada f. Mulut Sianosis : Tidak ada Mukosa : Lembab Labioskiziz : Tidak ada g. Tenggorokan Faring : Normal Laring : Normal h. Klavikula dan lengan tangan Gerakan : Aktif
  • 65. 54 Jumlah jari : Lengkap, normal i. Dada Bentuk : Simetris Putting susu : Ada Auskultasi : Terdengar lup-dup Payudara : Normal Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing, dan ronchi Jantung : Terdengar lup dup j. Abdomen Tali pusat : Sudah puput tidak ada infeksi Kelainan : Tidak ada Bising usus : ada k. Genetalia Laki-laki Penis berlubang : Ya Testis dalam scrotum : Ya l. Anus : Berlubang m. Tungkai dan kaki Gerakan : Aktif Jumlah jari : Lengkap, normal n. Punggung Bentuk : Simetris
  • 66. 55 Kelainan : Tidak ada Pemeriksaan Penunjang : Melakukan pemeriksaan DDST
  • 67. 56 tgl/ jam Pengkajian Interpretasi data (diagnosa, masalah, kebutuhan) Dx potensial/m asalah potensial Antisipasi/ tindakan segera Intervensi Implementasi Evaluasi 13.06 .2016 14.00 WIB Ds. 1. Ibu mengatakan akan mengimunis asikan anaknya. 2. Ibu megatakan anaknya lahir tanggal 28 maret 2016 DO : KU:Baik Kesadaran:C M TTV: Suhu :36,5°C ND: 104x/m RR: 48x/ menit BB: 5,4 kg TB: 51 cm . Dx : 1. An . A umur 2 bulan Ds. 1. Ibu mengatakan akan mengimunisasikan anaknya 2. Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 28 maret 2016 DO : KU:Baik Kesadaran:CM TTV: Suhu :36,5°C ND: 104x/m RR: 48x/ menit BB: 5,4 kg TB: 51 cm Masalah: Belum mendapat imunisasi Pentabio I Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu kepada ibu bahwa bayi dalam keadaan normal 2. Beritahu ibu manfaat imunisasi 3. Siapkan alat vaksin Pentabio 4. Beritahu ibu tentang efek samping setelah pemberian imunisasi 1. Memberitahu ibu tentang kondisi anaknya bahwa anaknya dalam keadaan sehat saat ini berdasarkan hasil pemeriksaan yaitu TTV: SH: 36,5 O C, ND: 104x/m RR: 48x/m BB: 5,4 kg PB: 51 cm 2. Memberitahu ibu tentang pentingnya imunisasi pentabio, yaitu suatu upaya untuk memberi kekebalan secara aktif terhadap penyakit, yang bertujuan untuk mencegah penyakit batuk rejang, batuk 100 hari dan infeksi pernafasan 3. Menyiapkan alat vaksin pentabio antara lain spuit ukuran 1 cc, vaksin pentabio 0,05 ml dan kapas alkohol/ tupres. 4. Memberi tahu ibu bahwa efek samping dari imunisasi pentabio yaitu,bayi akan mengalami demam , 1 hari setelah penyuntikan 1. Ibu mengetahui tentang kondisi anak nya saat ini 2. Ibu telah mengetahui sudah tentang pentingnya imunisasi pentabio 3. Alat imunisasi pentabio telah disiapkan antara lain spet, vaksin pentabio 0,05 ml dan kapas alkohol/ tupres. 4. Ibu telah mengetahui tentang efek samping dari imunisasi pentabio BAB III MATRIK
  • 68. 57 dan polio II Kebutuhan : Pemberian imunisasi pentabio I dan polio II 5. Beri ibu obat penurun panas dan beritahu tentang fungsi dan cara pemberian obat tersebut 6. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI 7. Lakukan test tumbuh kembang pada anaknya 8. Beritahu ibu tentang imunisasi tambahan saat ini 5. Memberikan pada ibu obat Parasetamol untuk penurun panas yang diberikan bila anak mengalami demam dengan cara menggerus obat paracetamol 5mg/kgbb setiap 3-4 jam maksimal 6 kali dalam 24 jam . dan berikan dengan menggunakan sendok dan beri sedikit air , beri setelah anak selesai makan. 6. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan asi 7. Melakukan tes tumbuh kembang anaknya yaitu dengan cara a. Melakukan penimbangan berat badan pada bayi . A b. Melakukan penilaian motorik halus pada bayi dengan cara mengajak bayi bicara lalu tersenyum c. Melakukan motorik kasar bayi dengan cara bayi mengenggam jari dan memasukan kedalam mulutnya , bayi dapat mengangkat kepala 8. Memberitahu ibu bahwa ada imunisasi tambahan untuk anaknya saat ini yaitu imunisasi pentabion yang diberikan untuk imunisasi lanjutan vaksin 5. Ibu sudah mengerti fungsi dari obat penurun panas dan cara pemberian bila 6. Ibu sudah mengetahui dan bersedia untuk tetap memberikan bayinya asi selama tidak berkerja 7. Hasil dari test yang dilakukan bayi dalam keadaan normal, karena Bayi mampu melakukan semua tes yang diberikan 8. Ibu mengetahui bahwa ada imunisasi tambahan yaitu imunisasi polio untuk mencegah penyakit lumpuh layu pada bayi
  • 69. 58 9. Anjurkan ibu untuk datang ketenaga kesehatan jika ada keluhan polio dengan cara di teteskan pada mulut bayi sebanyak 2 kali diberikan dari usia bayi 1 bulan sampai dengan 4 bulan untuk mencegah penyakit lumpuh layu pada bayi 9. Menganjurkan ibu untuk datang ketenaga kesehatan jika ibu ada keluhan 9. Ibu bersedia datang ketenaga kesehatan apabila ada keluhan 14-06-2016. 15.40 wib Ds: 1.Ibu mengatakan anak nya sudah diimunisasi pentabio 2.ibu mengatakan saat ini anaknya panas pada malam hari dan keadaan bayi pada siang ini sudah tidak panas lagi karena ibu memberikan Dx : An . A usia 2 bulan 1 hari KIPI Ds. 1.Ibu mengatakan anak nya sudah diberi imunisasi pentabio 2.Ibu mengatakan saat ini anaknya panas pada malam hari dan keadaan bayi Panas pada malam hari dan keadaan bayi pada siang ini sudah tidak panas lagi karena ibu memberikan bayi paracetamol Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu tentang kondisi anaknya saat ini 2. Jelaskan keluhan yang dialami oleh ibu 3. Anjurkan ibu untuk memberikan paracetamol pada bayinya 4. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan Asi pada 1. Memberitahu kondisi anaknya saat ini dengan hasil pemeri`ksaan T:38,5O C, N:104x/m RR: 48 x/m Anak demam 2. Menjelaskan keluhan yang dialami oleh ibu bahwa panas itu terjadi karena efek samping dari imunisasi campak yang diberikan yang biasanya berlangsung selama 2 hari 3. Menganjurkan pada ibu untuk memberikan paracetamol pada bayinya sebagai reaksi kipi yaitu demam 4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan asi pada bayinya 1. Ibu mengerti tentang kondisinya anak nya saat ini 2. Ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan 3. Ibu bersedia memberikan paracetamol pada bayinya 4. Ibu bersedia memberikan asi pada bayi nya
  • 70. 59 15.06. 2016 16.30 wib bayi paracetamol DO TTV: T: 38,5O C, N: 104x/m RR :48x/m Ds Ibu mengatakan bayinya sehat dan bayi sudah tidakdemam lagi DO: TTV: T :36,8O C, N: 106x/m RR:47x/m DO TTV: T: 38,5O C, N: 104x/m RR :48x/m Masalah : KIPI Kebutuhan : Penanganan KIPI Dx An.A umur 2 bulan 2 hari Ds. Ibu mengatakan bayinya sehat dan sudah tidak demam lagi DO: TTV: , T :36,8O C, N: 106x/m RR:47x/m bayinya 5. Beritahu ibu bahwa ada imunisasi tambahan saat ini 6. Anjurkan pada ibu untuk datang ketenaga kesehatan apabila ada keluhan 1. Evaluasi setelah penyuntikan imunisasi penta- bio I dan polio II 2. Evaluasi kepada ibu tentang bagaimana cara menangani KIPI dari imunisasi pentabio I dan polio II 5. Memberitahu ibu bahwa ada imunisasi tambahan untuk anaknya yaitu imunisasi polio2 yang diberikan dengan cara diteteskan pada mulut bayi sebanyak 2 tetes . vaksin polio diberikan dari usia bayi 1bulan sampai dengan 4bulan untuk mencegah lumpuh layu pada bayi 6. Mengajurkan pada ibu untuk datang ketenaga kesehatan apabila ada keluhan – keluhan pada bayinya . 1. Evaluasi kepada An.A apakah masih mengalami KIPI dari imunisasi pentabio I dan polio II 2. Mengevaluasi kepada ibu tentang bagaimana cara menangani KIPI dari pemberian imunisasi pentabo I dan polio II yaitu dengan car a memberikan lebih banyak asi jika demam pakailah pakaian bayi yang tipis bekas suntikan yang nyeri dikompres dengan air hangat dan jika panas dapat ddiberikan paracetamol 5 mg setiap 3-4 jam 5. Ibu sudah mengerti tentang imunisasi tambahan 6. Ibu sudah mengerti untuk datang ketenaga kesehatan apabila ada keluhan – keluhan yang terjadi pada bayinya 1.Ibu mengetahui tentang kondisi bayinya saat ini bahwa kondisi bayinya dalam keadaan baik 2.Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya
  • 71. 60 21.06.2016 16.30 WIB DS: 1. Ibu mengatak an bayinya sudah sehat DO: TTV: T: 36,8 O C N:106x/m Masalah : Tidak ada Kebutuhan : Tidak ada Dx: 1. An.A umur 2 bulan 3 hari 1.Ds Ibu mengatakan bayinya sudah sehat DO: TTV: 3. Evaluasi pada ibu tentang pola nutrisi 4. Evaluasi pada ibu tentang tumbuh kembang bayinya 1. Evaluasi keadaan An.A dalam keadaan normal 2. Memberitahu kepada ibu untuk tetap memberikan asi kepada bayinya bila diperlukan maksimal 6 kali bila diperlukan . jika mandi bayi cukup diseka dengan air hangat 3. Mengevaluasi pada ibu tentang pola nutrisi bayi hanya akanbaik jika hanya diberi asi saja selama 6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan apapun 4. Mengevaluasi pola perkembangan dan aktifitas bayi apakah bayi masih cenderung diam dan malas berkatifitas atau tidak , karena sesuai usia bayi 2 bulan yaitu pola tumbuh kembang eperti bayi mampu mengangkat kepala, membalik, tertawa spontan,memegan kicik kicik,mendengar suara dan bunyi, merngamati tangannya, menatap muka ,mengenali ibunya dengan penciumanb, pendengaran dan kontak kulit 1. Mengevaluasi keadaan An.A bahwa An.A dalam keadaan normal 2. Memberitahu ibu untuk tetap memberikan bayinya asi 3.Ibu telah memberikan asi pada bayi nya secara eksklusif 4.Bayi sudah tidak pendiam dan sudah berinterkasi dengan tertawa jika diajak ibunya bermain 1. Bayi sudah dalam keadaan sehat dan sudah melakukan pola aktifitas seperti tertawa jika diajak ibunya bermain 2. Bayi sudah diberikan asi oleh ibunya
  • 72. 61 enit RR: 47x/menit T: 36,8 O C N: 106x/menit RR: 47x/menit 3. Beritahu kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tgl 13-07- 2016 3. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang imunisasi yaitu DPT II polio III pada tgl 13-07-2016 3. Ibu akan bersedia datang untuk melakukan kunjungan ulang imunisasi selanjutnya pada tgl 13-07-2016
  • 73. BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi Terhadap An.A umur 2 bulan dengan imunisasi DPT 1 ditemukan hasil sebagai berikut : A. Pengkajian 1. Data subjektif Imunisasi DPT 1 yaitu didapatkan hasil sebagai berikut : a. Nama 1) Menurut Teori Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari–hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati dan Wulandari, 2008). 2) Menurut Kasus Pada kasus ini pasien bernama An.A usia 2 bulan, An.A merupakan anak dari Ny.A dan Tn.W 3) Pembahasan Pada tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena pasien mempunyai nama An.A dan dalam kehidupan sehari- hari pasien juga dipanggil An.A .
  • 74. 63 b. Umur 1) Menurut tinjauan Teori Imunisasi DPT 1 yang pertama diberikan pada umur 2 bulan dan kedua umur 3 bulan ketiga umur 4 bulan 2) Menurut tinjauan kasus Pada kasus An. A berumur 2 bulan 3) Pembahasan Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, karna umur An.A berumur 2bulan. c. Pendidikan 1) Menurut tinjauan teori Menurut teori : Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi (Walyani, 2015;h. 91). 2) Menurut Tinjauan Kasus Pendidikan orang tua An.A adalah Sarjana Pendidikan 3) Pembahasan Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan pendidikan Ny.A adalah sarjana termasuk dalam status pendidikan tinggi sehingga dapat mudah menerima gagasan baru , Sedangkan Ny.A dalam
  • 75. 64 pemberian nutrisi bayi menggunakan susu formula sebagai tambahan nutrisi pada bayinya, alasan Ny.A memberikan susu formula pada bayinya dikarenakan Ny.A sibuk berkerja dari pagi hingga sore . Yang seharusnya Ny.A memberikan bayinya asi secara ekslusif tanpa diberi tambahan apapun. d. Agama 1) Tinjauan Teori Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. (Anggraini, 2010; h. 135). 2) Tinjauan Kasus Agama Ny. A dan Tn. W adalah Islam. 3) Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus karena dengan anamnesa agama Ny.A dan Tn. A Islam dan bidan dapat membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa sesuai dengan kepercayaan yang dianut. e. Suku 1) Tinjauan Teori Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari – hari. (Anggraini, 2010; h. 135).
  • 76. 65 2) Tinjauan Kasus Suku Ny.A dan Tn.W Jawa dan Ny.A dan Tn.w berkebangsaan Indonesia. 3) Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena dengan anamnesa suku tidak ada hal – hal yang mempengaruhi An.A bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan suku yang dianut pasien atau kebiasaan sehari – hari f. Pekerjaan 1) Tinjauan teori Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (Anggraini, 2010; h. 135). 2) Tinjauan kasus Dalam kasus ini pekerjaan Ny. A sebagai guru dan Tn.W adalah wiraswasta 3) Pembahasan Terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena Ny.A bekerja sebagai guru sehingga Ny. A mengatakan tidak bisa memberi bayinya asi secara ekslusif
  • 77. 66 g. Alamat 1) Tinjauan teori Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. (Anggaraini, 2010; h. 135). 2) Tinjauan kasus Ny. A beralamat di Jl. Soekarno Hatta.Golf. gg. Tangkil Sukarame Bandar Lampung 3) Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena alamat Ny.Ajelas dan lengkap. h. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan 1) Tinjauan menurut teori Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu kita ketahui adalah pasien pernah atau sedang menderita penyakit seperti jantung,diabetes melitus,ginjal,anemia,hipertensi,hipotensi (Sulistyawati.2012;h.167) 2) Tinjauan Kasus Dalam kasus ini An.A dalam keadaan sehat 3) Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan anatara teori dan kasus dikarenakan kondisi An.A saat ini sehat dan tidak memiliki penyakit menurun
  • 78. 67 i. Riwayat tumbuh kembang Tumbuh 1) Tinjauan menurut teori Hampir tidak ada dua bayi yang sama dalam pertumbuhan, ada yang tetap tumbuh kecil,tetapi ada juga yang tumbuh besar kenaikan berat badan tiap minggu 140-200 gram sedangkan penambahan berat badan tiap bulan 750 gram. (Maryunani.2010.h;56.) Pengukuran tinggi badan yang dilakukan dengan cara penelitian pengukuran tubuh normal panjang badan bayi normal adalah 45-50 cm. Pertambahan panjang badan setiap 1bulan pada bayi adalah 2,5 cm setiap bulannya.pada usia 2bulan normal panjang bayi adalah 46-58 cm. (Yuniarti.2014.46) 2) Tinjauan menurut kasus BB An.A saat lahir adalah 3400 dengan PB 50 cm, BB An.A saat1bulan bertambah 4200 gram dengan PB 51 cm dan BB An.A saat ini adalah 5400 gram dengan panjang badan 53 cm 3) Pembahasan Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena saat ini BB An.A lebih berat dari usia normal,saat ini berat badan An.A adalah 5400 gram menurut pertambahan BB An.A sudah lebih dari 7 gram dkarenakan dalam pemberian nutrisi An.A sudah ditambah dengan susu
  • 79. 68 formula sehingga BB An.A jauh lebih berat dari ukuran normal bayi usia 2 bulan, dalam teori seharusnya saat ini BB An.A adalah 4300 gram. (Maryunani.2010.56) Sedangkan PB An.A saat ini 53 cm di dalam teori PB bayi dalam 1bulan bertambah 2,5 cm . Jadi PB An.A sudah sesuai dengan usianya dan sudah sesuai di dalam teori.(Yuniarti.2010.46) Perkembangan 1) Tinjauan menurut teori Masa bayi dan balita merupakan masa yang penting dalam tumbuh kembang anak . Stimulasi atau rangsangan yang cukup perkembangan mental dan psikososialnya (Maryunani.2010.h;76) Pada usia 2bulan bayi sudah dapat mengamati tangannya, tersenyum spontan, membalas senyum pemeriksa, menatap muka, mengikuti lewat garis tengah, mengikuti garis tengah, gerakan seimbang, mengangkat kepala.(DDST) 2) Tinjauan kasus An.A usia 2 bulan sudah dapat mengangkat kepala,mengamati jarinya, tersenyum spontan dan mengenali wajah ibunya
  • 80. 69 3) Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena An.A sangat aktif dalam beraktifitas An.A sudah bisa mengangkat kepalanya dalam keadaan tengkurap, mengamati tangan dan jarinya menggengam benda kecil dan tersenyum spontan.Perkembangan An.A sudah sesuai dengan yang ada dalam kolom DDST, motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan personal sosial sudah sesuai dengan DDST dan sesuai usia bayi 2bulan j. Pola kebutuhan sehari–hari Nutrisi dan cairan 1) Tinjauan sesuai teori Air susu ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Asi diketahui mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembagan bayi, baik kualitas maupun kuantitasnya. Berikan asi ekslusif sampai berusia 6 bulan, selanjutya pemberian Asi diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan lunak dan padat makanan pendamping ASI (MPASI). Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi, tetapi hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi yang akan memberikan dukungan sangat besar terhadap terjadinya proses pembentukan emosi pasitif pada anak, dan berbagai keuntungan bagi ibu ( Dewi, 2010 : 27 )
  • 81. 70 2) Tinjauan kasus Ny. A mengatakan anaknya diberikan ASI dan susu formula 3) Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan anatara tinjauan teori dan kasus dikarenakan ibu tidak memberikan asi secara ekslusif karena ibu sibuk berkerja, dan saat dilakukan sesi pertanyaan Ny.A berkata Asi tidak lancar sehingga Ny.A memutuskan untuk memberikan tambahan susu formula . kesenjangan itu terlihat dari pendidikan ibu yang tinggi namun ibu tidak memahami bahwa asi ekslusif sangat berpengaruh untuk tumbuh kembang anaknya. Dan asi jauh lebih baik untuk bayinya dibandingkan susu formula k. Eliminasi BAK 1) Menurut tinjauan teori Jumlah feses akan berkurang pada minggu kedua, yang awalnya frekuensi defekasi sebanyak 5-6 kali setiap hari ( 1 kali defekasi setiap kali diberi makan ) menjadi 1 atau 2 kali sehari. Berkemih sering terjadi setelah periode ini dengan frekuensi 6-10 kali sehari dengan warna urine yang pucat 2) Menurut Tinjauan Kasus Ibu mengatakan bayinya BAB sebanyak 2-3 kali sehari sedangkan BAK sebanyak 6-7 kali sehari.
  • 82. 71 3) Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena tidak ada kesulitan saat bayi BAB maupun BAK dan frekuensinya normal. l. Istirahat /tidur 1) Tinjauan Teori Istirahat sangat diperlukan oleh bayi ,bayi yang cukup tidur adalah bayi yang cukup asi (maryunani.2010.h;98) 2) Tinjauan kasus Ny.A mengatakan An.A tidur siang 4-6 jam dan malam 10-13jam 3) Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena An.A tidur sesuai waktu,dengan usia bayi 2 bulan m. Pola aktifitas 1) Tinjauan menurut teori Aktifitas merupakan penentu tingkat perkembangan pada anak untuk menilai mental dan psikososialnya(Maryunani.2010.h;101) 2) Tinjauan menurut kasus Ny.A mengatakan An.A sudah dapat diajak tersenyum dan mengenali orang tuanya , jika diajak bicara oleh ibu ya dapat mengoceh
  • 83. 72 3) Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena pola aktifitas An.A adalah normal sesuai usia bayi 2 bulan. n. Personal hygiene 1) Tinjaun teori Hygine untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh pada bayinya 2) Tinjauan kasus An.A tampak terlihat bersih pada tubuhnya, karena ibu memandikan bayinya secara rutin 2 kali sehari 3) Pembahasan Dari pembahasan diatas, tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan hasil study yang didapatkan dilapangan karna An. A selalu dalam keadaan bersih. 2. Data objektif a. Pemeriksaan umum 1) Keadaan a) Tinjauan menurut teori (1) Keadaan umum Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui
  • 84. 73 pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan ( sulistyawati, 2010 : 226) (2) Kesadaran untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasiendari keadaan composmetis sampai dengan koma (Sulistyawati, 2010 : 226 ) b) Tinjauan kasus Keadaan umum : baik Keadaan emosional : stabil Kesadaran : composmetis c) Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena keadaan An.A adalah normal sesuai usia bayi 2 bulan 2) Pernafasan a) Tinjauan menurut teori Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,yaitu sekitar 40-60x/menit (Muslihatun2010:31) b) Tinjauan menurut kasus Saat pengkajian hasil pernafasan An.A yaitu :48x/menit
  • 85. 74 c) Pembahasan Dari kasus diatas,tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan pada saat pengkajian pernafasan sesuai dengan teori 3) Suhu a) Tinjauan menurut teori Suhu bayi normal 36,0°C masih dikatakan normal apabila suhu masih 37,2°C. Bayi yang demam dengan suhu diatas 38,0°C (Muslihatun,2010.32) b) Tinjauan menurut kasus Pada pengkajian kasus ini An.A sedang terjadi KIPI 38,5°C c) Pembahasan Dari kasus diatas, tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus dikarnakan pada saat pengkajian suhu sesuai dengan teori. 4) Nadi a) Tinjauan menurut teori Denyut jantung BBL normal antara 100-160x/menit,tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali permenit dalam jangka waktu pendek. (Muslihatun,2010:31) b) Tinjauan menurut kasus Saat pengkajian kasus,hasil nadi An.A dalam keadaan normal yaitu 104x/menit
  • 86. 75 c) Pembahasan Dari kasus diatas, tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena nadi An.A dalam keadaan normal yaitu 104x/menit b. Antropometri 1) Berat badan a) Menurut tinjauan teori Pengukuran berat badan merupakan pengukuran yang terpenting dalam memeriksa bayi/balita.pertambahan BB tiap minggu adala 140-200 gram sedangkan penambahan berat badan tiap bulan adalah 750 gram (Muslihatun.2010.56) b) Menurut Tinjauan kasus Berat badan An,A saat lahir adalah 3400 kg ,pada usia 1bulan kenaikan berat badan bertambah menjadi 4200 kg,sedangkan saat ini berat badan An.A adalah 5400 kg c) Pembahasan Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena berat badan An.A lebih berat dari usianya saat ini , pada teori seharusnya berat badan An.A saat ini adalah 4300 gram tetapi kenaikan berat badan An.A 2x lipat lebih berat dari usia bayi 2 bulan.karena penambahan berat badan bayi setiap bulan nya adalah 750 gram
  • 87. 76 2) Panjang badan a) Menurut tinjauan teori Pengukuran tinggi badan yang dilakukan dengan cara penelitian pengukuran tubuh normal panjang badan bayi normal adalah 45-50 cm. Pertambahan panjang badan setiap 1bulan pada bayi adalah 2,5 cm setiap bulannya.pada usia 2bualn normal panjang bayi adalah 46- 58 cm. (Yuniarti.2014.46) b) Menurut tinjauan kasus Panjang badan An.A saat lahir adalah 50 cm, pada saat usia An.A 1 bulan adalah 51 cm, saat ini panjang badan An.A adalah 53 cm c) Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena panjang badan An.A setiap bulan nya bertambah 2,5cm setiap bulannya sesuai dengan teori 3) Lingkar Kepala a) Menurut tinjauan teori Pengukuran lingkar kepala dilakukan karena dapat merefleksikan pertumbuhan otak.lingkar kepala normal 34-35 cm kemudian akan bertambah sebesar 0,5 cm/bulan (Maryunani.2010.68)
  • 88. 77 b) Menurut tinjauann kasus lingkar kepala An.A saat lahir 34 cm,pada usia An.A 1bulan lingkar kepala An,A adalah 38 cm. pada saat pengkajian lingkar kepala An.A saat inia adalah 42 cm c) Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena lingkar kepala An.A bertambah besar sesuai pertambahan teori yaitu bertambah 0.5 cm setiap bulannya dan dalam batas normal sesuai usia bayi 2 bulan 4) Lingkar dada a) Menurut tinjauan teori Pengukuran lingkar dada dilakukan karena dapat menilai perkembangan tubuh.lingkar dada bayi yg normal adalah 35-38 dan bertambah 2cm setiap bulannya (Soekamti.14.23) b) Menurut tinjauan Kasus Panjang lingkar dada An.A saat lahir 38 cm,pada saat An.A usia 1bulan menjadi 40 cm dan panjang badan An.A saat ini adalah 48 cm c) Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena panjang lingkar dada An.A bertambah 2cm setiap bulannya sesuai dengan
  • 89. 78 teori . saat ini panjang lingkar dada An.A 48 cm dan masih dikatakan normal 5) Lingkar lengan a) Menurut tinjauan teori lingkar lengan diukur untuk menilai status gizi bayi tersebut dalam keadaan normal atau kurang. Lingkar lengan pada bayi normal adalah 10-11 cm dan akan bertambah 0,3cm setiap bulannya tergantung gizi pada bayi tersebut (Soekamti.2010.25) b) Menurut tinjauan kasus Lingkar lengan An.A saat lahir adalah 11 cm ,pada saat An.A usia 1 bulan bertambah menjadi 12 cm,dan saat pengkajian lingkar lengan An.A saat ini adalah 13 cm c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena lingkar lengan An.A bertambah sesuai teori . saat ini lingkar lengan An.A adalah 13 cm dan itu dalam keadaan normal
  • 90. 79 c. Pemeriksaan Head To Toe 1) Kepala a) Menurut Tinjauan Teori Tujuan mengakaji kepala untuk mengetahui bentuk dan fungsi dari kepala. Dalam setiap pengkajian selalu dibandingkan antara pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura, caput succedeneum, cepalhematoma, sebagainya. (Sondagkh.2013.160) b) Menurut tinjauan kasus Pada pemeriksaan kepala pada An.A kepala tampak ubun-ubun datar,tidak ada caput dan tidak ada cepal hematoma c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena pada saat pengakajian kepala An.A normal sesuai dengan teori 2) Muka a) Menurut tinjauan Teori Tujuan mengkaji wajah pada bayi untuk menilai apakah wajah simetris dan sindrom down. (Soekamti.2014.93) b) Menurut tinjauan kasus Pada saat melakukan pengkajian wajah An.A simetris dan tidak ada sindorm down
  • 91. 80 c) Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena pada saat pengkajian wajah, wajah An.A simetris dan normal sesuai dengan teori 3) Mata a) Menurut Tinjauan Teori Tujuan mengkaji mata untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata. dalam setiap pengkajian selalu dibandingkan anatar mata kanan dan mata kiri, pada tekhnik insfeksi yang dikaji adalah konjungtiva pucat atau tidak, mata odema atau tidak, strabismus atau tidak, adanya perdarahan subkonjungtiva atau tidak ( tambunan 2011 : 73) b) Menurut Tinjauan Kasus Pada saat pemeriksaan pada mata bayi , mata bayi tampak simetris, konjungtiva merah muda, tidak odema. c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan anatar teori dan kasus karena mata bayi tampak simetris dan pemeriksaan inspeksi dalam batas normal 4) Telinga a) Menurut tinjauan teori Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran (Muslihatun , 2010: 33 )
  • 92. 81 b) Menurut tinjauan kasus Pada saat pemerksaan pada telingan bayi simetris c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena telinga bayi dan simetris dan tidak terdapat kelainan pada telinga bayi 5) Hidung a) Menurut tinjauan teori Hidung dikaji untuk mengetahui bentuk, pola pernapasan dan kebersihan (muslihatun, 2010: 31) b) Menurut tinjauan kasus Pada saat pemeriksaan hidung bayi dan ada lubang kiri dan kanan c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan anatara teori dan kaus karena pada saat pemeriksaan hidung bayi bersih tidak ada secret dan gangguan pernapasan dan terdapat lubang dikanan dan kiri 6) Mulut a) Menurut Tinjauan Teori : Tujuan mengkaji mata mulut untuk mengetahui bentuk dan ada tidaknya kelainan yaitu bentuk simetris/tidak, bibir tidak ada labiopalatokizis, tidak ada labioskizis ( muslihatun 2010: 32 )
  • 93. 82 b) Menurut Tinjauan kasus : Pada saat pemeriksaan tidak ada labio dan palatoki c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan anatara teori dan kasus karena hasil pemeriksaan dalam batas yang normal 7) Leher a) Menurut tinjauan teori Tujuan mengkaji leher adalah tidak ada pembesaran kelenjar untuk mengetahui bentuk leher serta organ- organ penting berkaitan pengkajian inspeksi untuk melihat kelainan kulit apakah pucat, sianosis, ataukah ikterus dan tidak adanya pembengkakan, pemeriksaan palpasi dilakukan untuk melihat adanya pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak adanya bendungan vena jugularis ( tambunan, 2011 : 83 ) b) Menurut tinjauan kasus Pada saat pemeriksaan tidak terdapat pemebesaran kelenjar limfe dan bendungan vena jugularis c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan anatar teori dan kasus karena hasil pemeriksaan dalam batas normal
  • 94. 83 8) Dada a) Menurut tinjauan teori Dada dikaji untuk mengetahui ada tidaknya kelainan bentuk, putting susu, gangguan pernafasan, bunyi jantung( Muslihatun, 2010 : 33 ) b) Menurut tinjauan kasus Pada saat pemeriksaan tidak terdapat bunyi mengi dan ronchi c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena hasil pemeriksaan dalam batas yang normal 9) Perut a) Tinjauan teori Kaji bentuk perut, jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragma (Tambunan, 2011: 137 ) b) Tinjauan kasus Pada saat pemeriksaan perut tidak cekung c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan anatara teori dan kasus karena hasil pemeriksaan dalam batas normal
  • 95. 84 10) Genetalia a) Tinjauan teori Pengkajian pada genetalia bertujuan untuk melihat adanya kelainan- kelainan pada genetalia seperti pada laki-laki : panjang penis, testis dalam scrotum, orifisium uretra diujung penis, kelainan (finosis, hipospadia atau epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra, sekret , (muslihatun, 2010 : 34 ) b) Tinjauan kasus Pada saat pemeriksaan testis sudah turun pada scrotum c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena hasil pemeriksaan dalam batas yang normal 11) Ekstremitas a) Tinjauan teori Pengkajian pada ekstremitas bertujuan untuk memastikan gerakan- gerakan bayi aktif, bentuk, jumlah jari – jari lengkap b) Tinjuan kasus Pada saat pemeriksaan gerakan bayi aktif, dan jari tangan dan kaki lengkap
  • 96. 85 c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan anatar teori dan kasus karena ekstremitas bayi dalam keadaan normal 12) Anus a) Tinjauan teori Pengkajian padaanus bertujuan untuk memastikan anus berlubang, adanya atresia ani dan mekonium b) Tinjauan kasus Pada saat pemeriksaan didapatkan anus bayi berlubang c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara tinjuan kasus dan teori 13) Punggung a) Tinjauan teori Pada pengkajian punggung dan pinggang biasanya dilihat bentuk dari punggung adanya lordosis atau tidak, adanya pemengkakan atau tidak (muslihatun 2010 : 32-34) b) Tinjuan kasus Pada saat pemeriksaan bentik punggung tidak ada lordosis dan tidak ada pembengkak
  • 97. 86 c) Pembahasan Tidak ada kesenjangan anatar tinjuan teori dan tinjuan kasus karena punggung bayi dalam keadaan normal B. Interpretasi Data Dasar 1. Diagnosa kebidanan a. Tinjauan teori Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnnya sehingga trgamar fakta. (sulistyawati, 2010 : 177) b. Tinjauan kasus Dx : An.A umur 2 bulan c. Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena diagnose bayi normal sesuai dengan identifikasi data yang di dapat
  • 98. 87 2. Masalah a. Tinjauan teori Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien, masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis (Nurul Jannah,2011 : 11) b. Tinjauan kasus Terjadi KIPI pada An.A setelah satu hari penyuntikan c. Pembahasan Tidak ada kesenjangan anatara kasus dan teori karena sudah dilakukan penanganan KIPI 3. Kebutuhan a. Tinjauan teori Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosinya (Sulistyawati,2009 : 192). b. Tinjauan kasus An. A umur 2 bulan penanganan KIPI
  • 99. 88 c. Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara tinjuan teori dan tinjauan kasus karena peneliti telah memberikan imunisasi DPT 1 karena pasien datang ddengan tujuan untuk mengimunisasi DPT 1 pada bayinya C. Antisipasi Masalah Potensial 1. Tinjauan teori Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan, identifikasi dan menetapkan perlunya tindakkan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk di konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari,2008;h.143). 2. Tinjauan kasus Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarnakan pada saat pengkajian kasus bayi An.A tidak muncul diagnosa potensial karena tidak ada tanda – tanda kegawatan yang lain 3. Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena menurut tinjuan teori mengatakan langkah ini menbutuhkan antisipasi ila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati kondisi klien sedangkan pada tinjuan kasus bayi An. A tidak muncul diagnose potensial karena tidak ada tanda tanda kegawatan lain .
  • 100. 89 D. Tindakan Segera 1. Tinjauan teori Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnose yang sudah diidentifikasi sebelumnya, sehingga dapat diambil keputusan ada tidaknya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain kondisi bayi, contohnya adalah kejang. ( Muslihatun , 2010 : 255 ) 2. Tinjauan kasus Berdasarkan pengkajian didapatkan bahwa An.A tidak mengalami keadaan yang membutuhkan tindakan segera 3. Pembahasan Dari data diatas tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarnakan pada saat pengkajian tidak ada yang membutuhkan tindakan segera E. Perencanaan 1. Tinjauan teori Pada langkah ini rencana yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang update, perawatan berdasarkan bukti ( evidence based care ), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan oleh pasien. Dalam penyusunan perencanaan sebaiknya pasien