Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan kebidanan pada bayi berusia 2 bulan yang mengalami efek samping setelah mendapat imunisasi Pentabio I dan Polio II. Tujuannya adalah memberikan asuhan terhadap bayi tersebut di BPM Lia Maria.
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Kti
1. ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A UMUR 2 BULAN DENGAN
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI PENTABIO
I DAN POLIO II DI BPM LIA MARIA
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
Asmala Dewi
201305004
AKADEMI KEBIDANAN NADIRA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
2. 2
ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A UMUR 2 BULAN DENGAN
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI PENTABIO
I DAN POLIO II DI BPM LIA MARIA
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program
Pendidikan Diploma Iii Kebidanan
Disusun Oleh:
Asmala Dewi
201305004
AKADEMI KEBIDANAN NADIRA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
i
3. Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan
Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan
PERSETUJUAN
Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan
Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Nadira
Hari : Senin
Tanggal : 25 Juli 2016
Pembimbing
Eka Ayu Septiana, S.ST
ii
3
Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan
4. Diterima dan disahkan
Diploma III Kebidanan
Penguji I
Adhesty Novita Xanda, S.ST. M.Kes
PENGESAHAN
isahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Nadira pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Direktur
Adhesty Novita Xanda, S.ST. M.Kes
NIK.11402052
iii
4
Akhir Program Pendidikan
5. 5
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI A UMUR 2 BULAN
DENGAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
PENTABIO I DAN POLIO II
DI BPM LIA MARIA
TAHUN 2016
Asmala Dewi, Eka Ayu Septiana, S.ST
INTISARI
Study kasus ini membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi A umur 2 bulan dengan kejadian
ikutan pasca imunisasi pentabio I dan polio II:
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka
kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis B, poliomielitis, dan campak dapat dicegah.Diperkirakan di seluruh dunia, pada
tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta anak tidak mendapatkan imunisasi yang bisa
menyelamatkan nyawa mereka. Di Indonesia imunisasi dasar lengkap (IDL) mencapai 86,8% dan
perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child Imunization (UCI)
desa kini yang mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019. Tujuan
peneliti untuk memberikan Asuhan Kebidanan Pada Bayi A Umur 2 Bulan Dengan Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi Pentabio I dan Polio II Di BPM Lia Maria Tahun 2016. Metode penelitian
yang digunakan adalah deskriptif. Subjek penelitian adalah Bayi A umur 2 bulan dan objek
penelitian adalah Asuhan tentang Kejadian ikutan pasca imunisasi pentabio I dan polio II. Tempat
penelitian BPM Lia Maria Sukarame Bandar Lampung. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat
kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Saran utama pada penelitian ini adalah
diharapkan study kasus ini dapat dijadiakan pengetahuan dalam pemberian dan penanganan KIPI
imunisasi pentabio dan polio sesuai dengan prosedur sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas bayi dan balita khususnya di Indonesia.
Kata kunci : KIPI, Imunisasi Pentabio dan Polio
Kepustakaan : 22 Buku
Halaman : 100 Halaman
iv
6. 6
MOTTO
“Akan Ada Sebuah Hasil Yang Baik Dari Setiap
Tantangan”
“Pendidikan Akan Membawamu Memiliki
Intelektual, Intensitas, Dan Potensial Dalam
Dirimu”
(Asmala Dewi)
v
7. 7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada By.A Umur 2 Bulan Dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Pentabio I Dan Polio II Di BPM Lia Maria Tahun 2016” sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan program pendidikan pada Diploma III Kebidanan.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
saran dari pihak dosen pembimbing dan keluarga untuk itu pada kesempatan ini
penulis menucapkan terima kasih kepada:
1. Adhesty Novita Xanda, S.ST., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Nadira Bandar Lampung.
2. Eka Ayu Septiana, S.ST selaku Pembimbing Akademik.
3. BPM Lia Maria, Amd.Keb sebagai tempat pengambilan penelitian.
4. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Nadira Bandar Lampung.
5. Keluarga, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.
Bandar Lampung, Juli 2016
Penulis
vi
8. 8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii
INTISARI.......................................................................................................iv
MOTTO .........................................................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................4
D. Ruang Lingkup.....................................................................................5
E. Manfaat Penelitian ...............................................................................5
F. Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data............................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis...........................................................................10
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan .......................................................34
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan ..................................................47
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data.....................................................................................49
B. Matriks ..................................................................................................56
vii
9. 9
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.............................................................................................62
B. Interpretasi Data Dasar ..........................................................................86
C. Antisipasi Masalah Potensial ................................................................88
D. Tindakan Segera....................................................................................89
E. Perencanaan ..........................................................................................89
F. Pelaksanaan ..........................................................................................92
G. Evaluasi.................................................................................................95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................98
B. Saran .....................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
10. 10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi...........................................................................25
Tabel 3.1 Matrik ...........................................................................................58
ix
11. 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Curriculum Vitae
Lampiran 2 : SAP Imunisasi Pada Bayi
Lampiran 2 : Leaflet Imunisasi Pada Bayi
Lampiran 3 : Jadwal Imunisasi
Lampiran 4 : DDST
Lampiran 5 : Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi
Lampiran 6 : Foto Dokumentasi
Lampiran 7 : Lembar Konsul
x
12. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelangsungan hidup anak ditunjukan dengan Angka Kematian Bayi (AKB)
dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan
angka kematian balita di Indonesia adalah tertinggi di Negara ASEAN
lainnya.Hali ini perlu di pahami dan ditindak lanjuti oleh bidan dan petugas
lainnya, mengingat Indonesia banyak memilki beban yang berat karena
wilayah yang sangat luas serta jumlah penduduk yang banyak dan sangat
heterogen.Sebagai anggota profesi di bidang kesehatan , bidan juga harus
berperan aktif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita
(Maryunani,2010; h.2).
Diperkirakan diseluruh dunia, Pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar 21,8 juta
anak tidak mendapatkan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa mereka. Di
Indonesia, Imunisasi dasar lengkap (IDL) mencapai 86,8% dan perlu ditingkatkan
hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child Imunization (UCI)
desa kini yang mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% ditahun
2019. Di berbagai Negara di dunia, Kurangnya pengetahuan masyarakat, serta
kecilnya dukungan politis dan financial menjadi penyebab kesenjangan cakupan
Imunisasi. Kondisi geografis Indonesia juga merupakan tantangan bagi program
imunisasi, selain kurangnya pengetahuan masyarakat dan kurangnya informasi
13. 2
tentang imunisasi, Pemerintah juga telah menggiatkan program promosi kesehatan
dalam rangka penyebarluasan informasi tentang pentingya imunisasi.
(Depkes 2015).
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi,berbagai
penyakit seperti TBC,difteri,pertsusis,tetanus, hepatitis B,poliomyelitis, dan
campak dapat dicegah. Pentingnya pemberian imunisasi dapat dilihat dari
banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Oleh karena itulah, untuk mencegah balita menderita beberapa
penyakit yang berbahaya , imunisasi pada bayi dan balita harus lengkap serta
diberikan sesuai jadwal
(Dewi,2013;h.129).
Vaksinasi bertujuan untuk melindungi individu dan masyarakat terhadap
serangan penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksin
mutakhir cenderung lebih aman walaupun demikian tidak ada vaksin yang
tanpa resiko. Maka walaupun jarang,sebagian orang dapat mengalami reaksi
ringan sampai mengancam jiwa setelah imunisasi. Pada beberapa kasus reaksi
disebabkan oleh vaksin, pada kasus lain penyebabnya adalah kesalahan
pemberian vaksin , tetapi sebagian besar umumnya tidak berhubungan dengan
vaksin. Apapun penyebabnya, apabila timbul kejadian ikutan pasca imunisasi
masyarakat selalu bersikap menolak untuk pemberian imunisasi berikutnya,
14. 3
sehingga anak tersebut akan rentan terhadap penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi , Sehingga dapat timbul kecacatan/kematian
(Ranuh et.all,2011 ; h.248).
Kipi merupakan kejadian medic yang berhubungan dengan imunisasi baik
berupa efek vaksin ataupun efek samping,toksisitas ,reaksi sensitivitas ,efek
farmakologis, atau kesalahan program ,konsidensi,reaksi suntikan , atau
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan .semua gejala klinis yang terjadi
akibat trauma jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung dan harus
dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan lansung misalnya nyeri sakit ,
bengkak kemerahan pada tempat suntikan ,sedangkan reaksi suntikan tidak
lansung misalnya rasa takut,pusing,mual,sam pai sinkop.
(Ranuh et. All,2011;h.224-228).
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di BPM Lia Maria
Bandar Lampung jumlah bayi yang diimunisasi pada bulan Juni 2016 sebanyak
28bayi dan yang melakukan imunisasi Pentabio I dan Polio II Sebanyak 10
bayi , Kemudian terdapat 5 bayi yang baru pertama kali melakukan imunisasi
Pentabio I dan Polio II. Satu diantaranya merupakan anak yang pertama yang
ibu nya belum mengetahui efek samping dari pemberian imunisasi Pentabio
dan polio. Ibu belum mengetahu efek samping Imunisasi Pentabio dan Polio di
karenakan ini merupakan anak yang pertama ,Kebanyakan ibu yang baru
memiliki anak pertama akan menolak untuk pemberian imunisasi berikutnya .
karena Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang ditimbulkan.
15. 4
Berdasarkan masalah tersebut diatas , maka penulis tertarik untuk “Asuhan
Kebidanan pada Bayi A umur 2 bulan dengan Kejadian ikutan pasca imunisasi
Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria Bandar Lampung Tahun 2016”.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada An.A dengan
imunisasi DPT 1 Di BPS Lia Maria, Amd.Keb Sukarame Bandar Lampung ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Peneliti mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi A umur 2 bulan
dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM
Liam Maria Sukarame tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan Penulis dapat melakukan pengkajian terhadap By.Ny A di
BPS Lia Maria Amd.keb . Sukarame , Bandar Lampung dengan
imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria
b. Dapat menentukan interpretasi data, masalah dan kebutuhan pada bayi A
dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM
Lia Maria tahun 2016.
c. Dapat menentukan mengidentifikasi diangnosis atau masalah potensial
terhadap Bayi A dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan
Polio II di BPM Lia Maria tahun 2016
16. 5
d. Dapat melakukan tindakan segera pada Bayi A dengan kejadian ikutan
pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di BPM Lia Maria tahun 2016.
e. Dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada bayi A dengan
kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I Polio II di BPM Lia Maria
tahun 2016.
f. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan pada
Bayi A dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di
BPM Lia Maria tahun 2016
g. Dapat melakukan intervensi terhadap asuhan yang telah diberikanpada
bayi A dengan kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio I dan Polio II di
BPM Lia Maria Tahun 2016.
D. Ruang lingkup
1. Sasaran
Objek yang diambil dalam Study Kasus ini bayi A umur 2 bulan dengan
kejadian ikutan pasca imunisasi Pentabio 1 dan Polio II di BPM Lia Maria
tahun 2016.
2. Tempat
Dalam Study Kasus ini penulis mengambil kasus di BPM Lia Maria tahun
2016
3. Waktu
Pelaksanakan asuhan kebidanan dalam Study Kasus ini pada tanggal 13 Juni
2016 – 21 Juni 2016
17. 6
E. Manfaat penelitian
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat
yang berarti kepada :
1. Bagi Institusi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai dokumentasi dan bahan perbandingan untuk study
kasus selanjutnya dan menambah koleksi studi kasus diperpustakaan tentang
asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi Pentabio I dan Polio II
2. Bagi Lahan Praktek
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan
dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada
anak dengan imunisasi Pentabio I dan Polio II
3. Bagi Masyarakat
Khususnya pasien Setelah diberikan asuhan diharapkan dapat mencegah,
mendeteksi dan mengatasi masalah yang terjadi pada bayi dengan imunisasi
Pentabio I dan Polio II
4. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang imunisasi
pada bayi sesuai dengan standar Asuhan Kebidanan, dan dapat
mengaplikasikanya kedalam praktek.
F. Metodologi dan Teknik Memperoleh Data
1. Metedologi Penulisan
Dalam penyusunan study kasus ini penulis menggunakan metode penulisan
deskriptif yang dilakukan terhadap sekelompok objek yang biasanya
18. 7
bertujuan untuk melihat fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi
didalam suatu populasi tertentu umumnya survey deskriptif digunakan
untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu
program dimasa sekarang. Kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun
perencanaan perbaikan program tersebut, survey deskriptif juga dapat
didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam masyarakat.
(Notoatmodjo, 2010;35-36)
2. Teknik memperoleh data
a. Data Primer
1) Wawancara
Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,
dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan
dari seseorang sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan
muka dengan orang tersebut.Jadi data tersebut diperoleh langsung
dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan.
Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi. Gejala-
gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui
observasi dapat digali dari wawancara.
(Notoatmodjo,2010;139).
a) Wawancara dilakukan dengan cara Allo anamnesa. Wawancara
yang dilakukan kepada keluarga atau orang lain mengenai
penyakit klien
19. 8
(Sulistyawati,2011;h.166).
b) Pengkajian Fisik
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh
bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas dan
mendeteksi adanya penyimpangan dari normal
(Yulianti dan Rukiyah,2010;h 51).
c) Obseravsi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden
penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan
diteliti. Dalam metode observasi ini, instrumen yang dapat
digunakan, antara lain : lembar observasi, panduan pengamatan
(observasi) atau lembar checklist
(Hidayat,2010;h 99).
b. Data Sekunder
1. Studi pustaka
Menurut Sekaran (2006) dalam Hidayat (2012) merupakan kegiatan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari
landasan teoritis dari permasalahan penelitian. Selain itu studi
kepustakaan juga merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh
terhadap karya publikasi dan non publikasi, sehingga peneliti bias
memastikan bahwa tidak ada variabel penting dimasa lalu ditemukan
berulang kali mempunyai pengaruh atas masalah, yang terlewatkan.
20. 9
Studi kepustakaan yang baik akan menyediakan dasar untuk
menyusun rangka teoritis yang komprehensif dimana hipotesis dapat
dibuat untuk diuji.
2. Studi documenter
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang berasal
dokumentasi asli. Dokumentasi asli tersebut dapat berupa gambar,
table atau daftar periksa,dan film documenter.
(Hidayat,2011;h 42-100).
21. 10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjaun Teori Medis
1. Definisi Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud
vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti
yang dimaksukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin
BCG, DPT, dan campak)
(Hidayat, 2008;h. 54).
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak
menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa
kekebalan pasif maupun aktif
(Ranuh et. all, 2011; h. 24).
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif
dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi,
berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,
poliomielitis, dan campak dapat dicegah
(Dewi, 2013; h. 129)
22. 11
2. Macam-macam Imunisasi
Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi
menjadi dua : imunisasi aktif dan imunisasi pasif
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang
diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh
mengalami reaaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons
seluler dal serta dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar terjadi
infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi
aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya, yang
dijelaskan sebagai berikut :
1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat
atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa
polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang
dimatikan)
2) Perlarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan
3) Preservatif, stabilizer, dan antibiotic yang berguna untuk mencegah
tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen
4) Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imunogenitas antigen
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu
suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
23. 12
berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi. Macam – macam imunisasi :
a) Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang mencegah penyakit
TBC.Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC
yang telah dilemahkan ,vaksin BCG diberikan intradermal dan
diberikan sejak lahir.Efek samping nya ialah terjadi ulkus pada
daerah suntikan dan nyeri dan reaksi panas
b) Imunisasi Hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya hepatitis.Kandungan vaksin ini adalah HbsAg
dalam bentuk cair . Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis
sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun .
Pemberian vaksin ini melalui intramuscular dan diberikan dalam
waktu 12 jam setelah bayi lahir dan dilanjutkan pada usia 1 dan 3-6
bulan . Biasanya tidak ditemukan efek samping pada imunisasi ini
c) Imunisasi Polio merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada
anak.Kandungan vaksin ini adalah virus yang telah dilemahkan
Imunisasi polio diberikan secara oral
d) Imunisasi DPT (Difteria,Pertusis,Tetanus) merupakan imunisasi
yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri , pertusis
, tetanus.Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun
kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya ,namun masih
24. 13
dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).Imunisasi DPT
diberikan pada usia 6 minggu secara terpisah atau secara kombinasi
dengan hepatitis B atau HIB.Boster DPT diberikan pada usia 18
bulan dan 5 tahun. Dan usia 12 tahun mendapat TT saat program
bias SD efek samping pemberian imunisasi DPT terjadi
pembengkakan pada bekas suntikan, nyeri dan demam 1-2
hari,penangannya dapat diberikan dengan asetaminofen (ibuprofen)
(Hidayat, 2008; h. 54-58)
3. Tujuan Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
(Hidayat, 2008; h. 54)
Ada tiga tujuan utama pemberian imunisasi pada seseorang, yaitu
mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, menghilangkan
penyakit tertentu pada sekelompak masyarakat (populasi), serta
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (misalnya cacar), hanya
mungkin pada penyakit yang ditularkan melalui manusia (misalnya
difteria)
(Muslihatun, 2010; h. 208)
25. 14
4. Sasaran
Program Imunisasi di Indonesia merupakan program unggulan untuk
mencegah angka kematian pada bayi, anak bawah tiga tahun, bawah lima
tahun, program ini akan mencakup beberapa jenis imunisasi, sementara
sasaran dari program itu sendiri antara lain mencakup : bayi dibawah umur
1 tahun (0-11 bulan), ibu hamil (awal kehamilan 8 bulan), wanita usia
subur (calon mempelai wanita), anak sekolah dasar (kelas I-VI)
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 314)
5. Penyimpanan Vaksin
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan
potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk
harus disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin
harus didinginkan pada temperature 2-80
C dan tidak membeku. Sejumlah
vaksin (DPT, Hib, hepatitis B, dan hepatitis A) menjadi tidak aktif bila
beku. Pengguna dinasehatkan untuk melakukan konsultasi guna
mendapatkan informasi khusus vaksin-vaksin individual, karena beberapa
vaksin (OPV dan Yellow fever) dapat disimpan dalam keadaan beku
(Ranuh et. all, 2011; h. 141)
6. Tata Cara Pemberian Imunisasi DPT
a) Pembersihan kulit
Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan,
namun apabila kulit telah bersih, antiseptik kulit menggunakan kapas
dan air hangat
26. 15
b) Pemberian suntikan
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau
subkutan dalam. Terdapat pengecualian pada dua jenis vaksin yaitu
OPV diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan
intradermal (dalam kulit). Walaupun vaksin sebagian besar diberikan
secara suntikan intramuskular atau subkutan dalam, namun bagi petugas
kesehatan yang kurang berpengalaman memberikan suntikan subkutan
dalam, dianjurkan memberikan dengan cara intra muskular.
c) Teknik dan ukuran jarum
Sebagian besar vaksin harus disuntikkan ke dalam otot. Penggunaan
jarum yang pendek meningkatkan risiko terjadi suntikan subkutan yang
kurang dalam. Hal ini menjadi masalah untuk vaksin-vaksin yang
inaktif (inactivated). Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan
panjang 25 mm.
d) Posisi anak dan lokasi suntikan
Vaksin yang disuntikkan harus diberikan pada bagian dengan risiko
kerusakan saraf, pembuluh vaskular serta jaringan lainnya. Penting
bahwa bayi dan anak jangan bergerak saat disuntik, walaupun demikian
cara memegang bayi dan anak yang berlebihan akan menambah
ketakutan sehingga meningkatkan ketegangan otot. Perlu diyakinkan
kepada orang tua atau pengasuh untuk membantu memegang anak atau
bayi, dan harus diberitahu agar mereka memahami apa yang sedang
dikerjakan.
27. 16
e) Pengambilan vaksin dari botol (Vial)
Untuk vaksin yang diambil menembus tutup karet atau yang telah
dilarutkan, harus memakai jarum baru. Apabila vaksin telah diambil
dari vial yang terbuka, dapat dipakai jarum yang sama. Jarum atau
semprit yang telah digunakan menyuntik seseorang tidak boleh
digunakan untuk mengambil vaksin dari botol vaksin karena resiko
kontaminasi silang, vaksin dalam botol yang berisi dosisi ganda
(multidosis) jangan digunakan kecuali tidak ada alternatif lain
(Ranuh et. all , 2011; h. 140-149)
7. Keberhasilan Imunisasi
a) Status Imun Penjamu
Individu yang mendapat immunosupresan, menderita defisiensi imun
kongenital atau penyakit yang menimbulkan difisiensi imun sekunder
seperti keganasan akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi.
Defisiensi imun merupakan indikasi kontra pemberian vaksin hidup
karena justru dapat menimbulkan penyakit pada individu tersebut.
Vaksinasi yang diberikan pada individu yang menderita penyakit
infeksi sistemik, seperti campak dan tuberkulosis milier akan
mempengaruhi keberhasilan vaksinasi juga
(Muslihatun, 2010; h. 209)
b) Faktor Genetik Pejamu
Interaksi sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik.
Secara genetik, respon imun manusia terbagai menjadi respon baik,
28. 17
cukup dan rendah terhadap antigen tertentu. Seorang individu dapat
memberikan respon rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap
antigen lain dapat sangat tinggi respon imunnya. Oleh karena itu sering
ditemukan keberhasilan vaksinasi tidak sampai 100%
(Muslihatun, 2010; h. 210)
c) Kualitas dan Kuantitas Vaksin
Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respon imun, misalnya
vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal dan sistemik,
sedangkan vaksin polio parenteral hanya memberikan imunitas sistemik
saja. Dosis vaksin yang tidak tepat juga mempengaruhi respon imun.
Dosis terlalu tinggi menghambat respon imun yang diharapkan,
sedangkan dosis terlalu rendah tidak dapat merangsang sel-sel
imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis,
karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan. Frekuensi dan jarak pemberian juga mempengaruhi
respon imun. Bila penerimaan vaksin berikutnya diberikan pada saat
kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk akan
segera dinetralkan, sehingga tidak sempat merangsang sel
imunokompeten, bahkan dapat terjadi reaksi arthus, yaitu bengkak
kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan kompleks
atigen antibody lokal. Pemberian vaksin ulang (booster) sebaiknya
mengikuti anjuran sesuai hasil uji klinis.
(Muslihatun, 2010; h. 210)
29. 18
8. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada
semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi
tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya
(Maryunani, 2010; h. 215)
a) Imunisasi BCG
Imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
Tuberkulosis paru (TBC), imunisasi ini diberikan hanya sekali sebelum
bayi berumur 2 bulan.Reaksi yang akan Nampak setelah penyuntikan
imunisasi adalah berupa perubahan warna kulit pada tempat
penyuntikan yang akan berubah menjadi pustula kemudian pecah
menjadi ulkus dan menyembuh dalam waktu 8-12 minggu dan
meninggalkan jaringan parut . Vaksin disuntikan dengan cara intrakutan
pada lengan atas diberikan dengan dosis 0,05 Ml.Vaksin BCG
berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4cc NacL0,9%.Setelah
dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam , sisanya dibuang
(Lisnawati, 2014; h.56)
b) Imunisasi Hepatitis B
1) Definisi
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
hepatitis. Vaksin ini mengandung HbsAG dalam bentuk cair.
(Mubarak, 2011; h. 29)
30. 19
2) Cara pemberian
Frekuensi pemberian imunisasi Hepatitis B adalah tiga kali.
Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir, dengan syarat kondisi bayi
dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan paru-paru dan jantung
(Maryunani, 2010; h. 221)
3) KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
KIPI yang umumnya terjadi berupa reaksi lokal yang ringan dan
sementara, kadang-kadang terjadi demam ringan 1-2 hari.
(Muslihatun, 2010; h. 222)
4) Kontraindikasi
Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.
(Maryunani, 2010; h. 223)
c) Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
1) Definisi
Imunisasi DPT untuk mencegah bayi dari tiga penyakit, yaitu difteri,
pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri Corynebacterium-
diphtheriae yang sangat menular. Dimulai dengan gangguan
tenggorakan dan dengan cepat menimbulkan gangguan pernapasan
dengan terhambatnya saluran pernapasan oleh karena terjadi selaput
di tenggorokan dan menyumbat jalan napas, sehingga dapat
menyebabkan kematian. Selain itu juga menimbulkan toksin atau
racun yang berbahaya untuk jantung
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 319)
31. 20
Batuk rejan yang juga dikenal Pertusis atau batuk 100 hari,
disebabkan bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini membuat
penderita mengalami batuk keras secara terus menerus dan bisa
berakibat gangguan pernapasan dan saraf. “Bila dibiarkan berlarut-
larut, pertusis bisa menyababkan infeksi di paru-paru.” Selain itu,
karena si penderita mengalami batuk keras yang terus menerus,
membuat ada tekanan pada pembuluh darah hingga bisa
mengakibatkan kerusakan otak
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 319)
Tetanus merupakan penyakit infeksi mendadak yang disebabkan
toksin dari clostridium tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau
kotoran binatang manusia. Kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh
melalui luka goresan atau luka bakar yang telah terkontaminasi oleh
tanah, atau dari gigi yang telah busuk atau dari cairan congek. Luka
kecil yang terjadi pada anak-anak pada saat bermain dapat terinfeksi
kuman ini. Apabila tidak dirawat penyakit ini dapat mengakibatkan
kejang dan kematian. Manusia tidak mempunyai kekebalan alami
terhadap tetanus sehingga perlindungannya harus diperoleh lewat
imunisasi
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 319)
2) Cara pemberian
Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia
2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun bisa juga ditambahkan 2 kali
32. 21
lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun.
Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT cara pemberian
imunisasi melalui suntikan intra muskuler (IM atau i.m)
(Maryunani, 2010; h. 217-218)
3) KIPI (Kejadian Ikutan Pemberian Imunisasi)
Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam
(“sumeng”) saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan,
pembengkakan, agak nyeri, atau pegal-pegal pada tempat suntikan,
yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih
demam dapat diberikan obat penurun panas bayi. Atau bisa juga
dengan memberikan minuman cairan lebih banyak dan tidak
memakaikan pakaian terlalu banyak.
(Maryunani, 2010; h. 218)
4) Kontraindikasi
Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang
mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau
bukan, seperti epilepsi, menderita kelaianan saraf yang betul-betul
berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak-anak yang sedang
demam/sakit keras dan yang mudah mendapat kejang dan
mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma
(Maryunani, 2010; h. 218)
33. 22
5) Penanganan
Memberikan minum lebih banyak (ASI), jika demam pakaialah
pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air
dingin atau hangat, jika demam berikan parasetamol 5 mg/kgbb
setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh
mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi tersebut
memberat dan menetap, atau jika oraang tua merasa khawatir,
bawalah bayi/anak ke dokter.
(Ranuh , 2011; h.166)
d) Imunisasi Polio
1) Definisi
Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes
per oral dengan interval tidak kurang dari dua minggu. Mengingat
indonesia merupakan daerah endemik polio, sesuai pedoman PPI
imunisasi polio diberikan segera setelah lahir pada kunjungan
pertama. Dengan demikian diperoleh daerah cakupan yang luas.
Pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah sakit atau rumah
bersalin dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak lain
agar tidak mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup dapat
dikeluarkan melalui tinja (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 320)
2) Cara pemberian
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya
imunisasi polio massal atau Pekan Imunisasi Nasional tetapi jumlah
34. 23
dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk tidak ada istilah
overdosis dalam imunisasi. Waktu pemberian polio adalah umur bayi
0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2
bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin
polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT , cara pemberian
imunisasi polio melalui oral/ mulut (Maryunani, 2010; h. 218-219).
3) KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
Reaksi KIPI dari vaksin OPV, antara lain gejala pusing, diare ringan
dan nyeri otot (Muslihatun, 2010; h. 223)
4) Kontraindikasi
Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit
parah, seperti demam tinggi ( diatas 380
C) ditangguhkan. Pada anak
yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan
imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit HIV/AIDS,
penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan
steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak diberikan
imunisasi polio (Maryunani, 2010; h. 219)
e) Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan member vaksin
campak pada anak yang bertujuan member kekebalan dari penyakit
campak. Imunisasi dapat diberikan pada usia 9 bulan secara sub-kutan,
kemudian ulangan dapat diberikan dalam waktu interval 6 bulan atau
lebih setelah suntikan pertama
35. 24
(Karwati et. all, 2011; h. 102)
f) Imunisasi Hib
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza
tipe B. Vaksin berbentuk polisakarida murni (PRP : Purified capsular
polysaccharide). Kuman H. Influenza tipe B antigen dalam vaksin
tersebut dapat dikonjugasi dengan protein lain seperti Toxoid tetanus
(PRP-T), Toxoid dipteri (PRP-D atau PRPCR50), atau dengan kuman
Monongococus (PRP-OMPC). Pemberian awal PRP-T dilakukan
sebanyak tiga kali suntikan dengan interval dua bulan. Suntikan PRP-
OMPC dilakukan dua kali suntikan dengan interval dua bulan,
kemudian booster nya diberikan pada usia 18 bulan. Vaksin ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi Hib yang sering
menyebabkan meningitis, pneumonia, selulitis, artritis dan epiglotis.
Jadwal imunisasi vaksin PRP-T diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan.
Vaksin PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ke-3 (umur
6 bulan) tidak diperlukan. Vaksin Hib dapat diberikan bersamaan
dengan DTwP atau DtaP dalam bentuk vaksin kombinasi, yaitu
DTwP/Hib atau DtaP/Hib yang berisi kombinasi vaksin PRP-T dalam
kemasan prefilled syringe 0,5 ml. Dosis pemberian vaksin ini adalah 0,5
ml, diberikan melalui injeksi intramuskuler KIPI dari pemberian
imunisasi Hib Nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan adalah
efek samping dari Imunisasi HiB yang sering muncul setelah imunisasi
(Muslihatun, 2010; h.230)
36. 25
9. Jadwal Imunisasi
Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/ HB 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan Campak
Sumber Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2009)
10. Imunisasi Anjuran
a. Pneumokokus
Vaksin pneumokokus bertujuan untuk mengurangi mortalitas akibat
pneumokokus invasif, adalah pneumonia, bakteriemia dan meningitis.
Vaksin ini dianjurkan diberikan pada orang lanjut usia di atas 65 tahun,
seseorang dengan asplenia termasuk anak dengan penyakit sickle cell
usia lebih dari 2 tahun, pasien imunokompromise, pasien
imunokompeten dan kebocoran cairan serebrospinal. Vaksin ini
diberikan dalam dosis tunggal 0,5 ml secara intramuskular atau
subkutan dalam di daerah deltoid atau paha anterolateral. Vaksin ulang
hanya diberikan bila seorang anak mempunyai resiko tertular
pneumokokus setelah 3-5 tahun atau lebih. Reaksi KIPI ini adalah
eritem atau nyeri ringan pada tempat suntikan kurang dari 48 jam,
demam ringan dan mialgia pada dosis kedua. Reaksi anafilaksis jarang
ditemukan, kontraindikasi absolut apabila timbul reaksi anafilaksis
setelah pemberian vaksin. Kontraindikasi relatif vaksinasi
37. 26
pneumokokus, adalah umur kurang dari 2 tahun, dalam pengobatan
imunosupresen/radiasi kelenjar limfe, kehamilan, telah mendapatkan
vaksin pneumokokus dalm 3 tahun
(Muslihatun, 2010; h. 230)
b. Imunisasi Influenza
Vaksin trivalen influenza yang terdiri dari dua virus influenza subtipe A
yaitu H3N2 dan H1N1 (Strain California), serta virus influenza tipe B.
Vaksin influenza diberikan setiap tahun, mengingat tiap tahun terjadi
pergantian jenis galur virus yang beredar di masyarakat. Dosis
tergantung umur anak, umur 6-35 bulan 0,25 ml, umur ≥ 3 tahun 0,5 ml,
umur ≤ 8 tahun untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis
dengan interval minimal 4-6 minggu, pada tahun berikutnya hanya
diberikan 1 dosis. Vaksin influenza diberikan secara intramuskular pada
paha anerolateral.
(Ranuh et. all, 2011; h. 59-60)
c. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR (Measles, mumps, rubella) merupakan imunisasi yang
digunakan dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak
(measles), gondongan, parotis epidemika 9mumps), dan campak jerman
(rubella). Dalam imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah virus
campak strain edmoson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3,
dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan untuk bayi usia di
bawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan
38. 27
antibodi maternal yang masih ada. Khusus pada daerah endemik,
sebaiknya diberikan imunisasi campak monovalen dahulu pada usia 4-5
bulan atau 9-11 bulan dan booster (ulangan) dapat dilakukan MMR
pada usia 15-18 bulan.
(Hidayat, 2008; h. 57)
d. Imunisasi Tifoid
Imunisasi typus abdominalis merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit typus abdominalis. Dalam
persendiaan khususnya di Indonesia terdapat tiga jenis vaksin typus
abdominalis, di antaranya kuman yang dimatiakan, kuman yang
dilemahkan (vivotif, berna) dan antigen capsular Vi poliyasaccharida
(Typhim Vi, Pasteur Meriux). Vaksin kuman yang dimatikan dapat
diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml , 1-2 tahun 0,2 ml dan 2-
12 tahun adalah 0,5 ml. Pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak
2 kali dengan interval 4 minggu kemudian penguat setelah 1 tahun
kemudian. Vaksin kuman yang dilemahkan diberikan dalam bentuk
capsul enteric coated sebelum makan pada hari ke-1, 2, dan 5 untuk
anak di atas usia 6 tahun. Antigen kapsular diberikan untuk usia di atas
2 tahun dan dapat diulang setiap 3 tahun
(Hidayat, 2008; h. 57-59)
e. Imunisasi Varicela
Imunisasi varicela merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit cacar air (varicela). Vaksin varicella
39. 28
merupakan virus hidup varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan.
Pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia
12 tahun di daerah tropis dan bila di atas usia 13 tahun dapat diberikan
2 kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.
(Hidayat, 2008; h. 59)
f. Imunisasi Hepatitis A
Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan (under
exposure). Di samping vaksin Hep A monovalen yang telah kita kenal,
saat ini telah beredar vaksin kombinasi HepB/HepA. Jadwal imunisasi
vaksin hep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. Vaksin kombinasi
HepB/HepA tidak diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan. Maka
vaksin kombinasi diindikasikan pada anak umur lebih dari 12 bulan,
terutama untuk catch up immunization yaitu mengejar imunisasi pada
anak yang belum pernah mendapat imunisasi HepB sebelumnya atau
imunisasi HepB yang tidak lengkap (Ranuh et. all, 2011; h. 61)
11. Denver Developmental Screening Test (DDST)
a. Definisi
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan penyimpangan
atau masalah tumbuh kembang anak secara dini, maka intervensi akan
lebih mudah dilakukan.
(Dewi, 2013; h. 55)
40. 29
b. Manfaat DDST
1) Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
2) Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
3) Monitor anak dengan risiko perkembangan.
4) Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
5) Memastikan apakah anak dengan persangka ada kelainan
perkembangan atau benar-benar ada kelainan.
(Dewi, 2013; h. 58)
c. Isi DDST
Denver II terdiri dari 125 item yang disusun dalam formulir menjadi
empat sektor untuk menjaring fungsi-fungsi sektor personal sosial,
motorik halus-adaptif, bahasa dan motorik kasar.
(Muslihatun, 2010; h. 89)
1) Personal sosial (Kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan.
2) Adaptasi motorik halus (Fine motor adaptive)
Aspek yang berhubungan dengan kemapuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja, dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar,
memegang sesuatu benda, dan lain-lain.
41. 30
3) Bahasa (Language)
Kemampuan untuk memberikan repons terhadap suara, mengikuti
perintah, dan berbicara spontan.
4) Perkembangan motorik kasar (Gross motor)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
(Dewi, 2013; h. 63)
d. Penentuan Umur
Untuk menentukan umur anak pada saat pemeriksaan, maka harus
dilakukan penghitungan berdasarkan tanggal lahir dan tanggal
pemeriksaan. Umur anak dihitung dengan mengurangkan tanggal lahir
dari tanggal tes (jika perlu untuk meminjam dalam pengurangan, 30
hari dipinjam dari kolom bulan, 12 bulan dipinjam dari kolom tahun).
Penyesuaian umur perlu dilakukan pada kasus prematuritas anak yang
lahirnya maju lebih dari dua minggu sebelum Hari Perkiraan Lahir
(HPL) (Muslihatun, 2010; h. 90)
e. Prosedur DDST
1) Tahap I : Secara periodik dilakukan pada semua anak yang
berusia umur 3-6 bulan, umur 9-12 bulan, umur 18-24
bulan, umur 3 tahun, umur 4 tahun, umur 5 tahun.
2) Tahap II : Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya
hambatan perkembangan pada tahap I. Kemudian
dilanjutkan pada evaluasi diagnostik yang lengkap.
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h. 120)
42. 31
f. Skoring Penilain Test
1) Skor Pass (P) atau Lewat/Lulus (L), apabila anak dapat melakukan
uji coba dengan baik, atau ibu atau pengasuh memberi laporan tepat
atau dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik.
2) Skor Fail (F) atau Gagal (G), apabila anak tidak dapat melakukan uji
coba dengan baik, atau ibu/ pengasuh memberi laporan bahwa anak
tidak dapat melakukan tugas dengan baik.
3) Skor No Opportunity (No) atau tidak ada kesempatan (Tak), apabila
anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena
ada hambatan, misalnya kasus Reterdasi Mental dan Down
Syndrome. Skor ini hanya digunakan untuk item yang ada kode ‘L”
yaitu laporan orang tua atau pengasuh anak.
4) Skor Refusal (R) atau Menolak (M), apabila anak menolak untuk
melakukan uji coba karena faktor sesaat (lelah, menangis, sakit,
mengantuk, dan lain-lain). Penolakan anak dapat dikurangi dengan
mengatakan kepada anak, tugas apa yang harus dilakukannya. Item
yang ada kode “L” nya, tidak diskor sebagai penolakan
(Muslihatun, 2010; h.93-94)
g. Penilain Tiap Item
1) Normal : apabila anak gagal ataau menolak tugas pada item di
sebelah kanan garis umur. Perkembangan anak dinilai normal pada
item tersebut, karena anak berumur lebih muda daripada umur yang
hanya 25% anak-anak pada sampel standar dapat melakukan item
43. 32
tersebut, sehingga anak tidak diharpakan “lulus” sampai umurnya
lebih tua. Penialaian ini tidak perlu diperhatikan untuk interpretasi/
penilaian hasil tes keseluruhan. Penilaian item “normal” juga
diberikan pada anak yang lulus, gagal, atau menolak tugas di mana
garis umur berada di antara 25%-75% (warna putih).
2) Caution : (C) atau “peringatan” (P), apabila anak gagal atau menolak
tugas pada item di mana garis umur berada pada atau diantara 75%
dan 90% (warna hijau). Area ini menunjukkan lebih dari 75% anak-
anak pada sampel standar dapat lulus/lewat pada umur lebih muda,
dibanding dengan umur anak yang sedang dilakukan tes. Penilaian
ini perlu diperhatikan saat melakukan interpretasi/penialaian hasil tes
keseluruhan. Pemeriksa harus menuliskan huruf “P” atau “C” di
sebelah kanan kotak persegi panjang.
3) Delayed : (D) atau “keterlambatan” (T), apabila anak gagal atau
menolak tugas pada item yang berada di sebelah kiri garis umur. Hal
ini disebabkan oleh karena anak telah gagal atau menolak tugas pada
item, di mana 90% anak-anak pada sampel standar dapat lewat/lulus
pada umur lebih muda. Penilaian ini perlu diperhatikan saat
melakukan interpretasi/penilaian hasil tes keseluruhan. Pemeriksa
harus menuliskan huruf “D” atau “T” pada tepi akhir sebelah kanan
kotak persegi panjang.
4) No Oportunity : (No) atau “tidak ada kesempatan” (Tak), apabila
orangtua melaporkan bahwa anak mengalami hambatan. Penilaian
44. 33
ini tidak perlu diperhatikan untuk interpretasi/penilaian hasil tes
keseluruhan (Muslihatun, 2010; h. 95-97)
h. Penilaian Hasil Tes Keseluruhan
1) Normal : Bila tidak ada keterlambatan (delay), paling banyak 1
caution, lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.
2) Dicurigai (Suspect) : Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila
didapatkan 1 atau lebih delay, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu
untuk menghilangkan faktor sesaat (takut, lelah, sakit, tidak nyaman,
dan lain-lain).
3) Tidak teruji (Untestable) : Bila ada skor menolak 1 atau lebih item di
sebelah kiri garis umur, bila menolak lebih dari satu 1 pada area 75-
90% (warna hijau) yang ditembus garis umur, ulangi pemeriksaan 1-
2 minggu (Dewi, 2013; h. 62)
4) Referral considerations : apabila hasil tes ulang lagi-lagi
suspek/tidak dapat dites, maka dikirim ke ahlinya. Pengiriman ini
dengan menyertakan data keadaan klinis atau data lain berdasarkan
beberapa hal, antara lain profil hasil tes yang menyebutkan item
yang diskor caution atau delayed, jumlah caution dan delayed,
tingkat perkembangan sebelumnya, perhatian klinis lainnya, antara
lain riwayat klinis, hasil pemeriksaan kesehatan dan lain-lain, serta
sumber rujukan yang tersedia (Muslihatun, 2010; h. 97-98)
45. 34
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan
adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam
memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik
klien maupun pemberi asuhan
(Soepardan,2007;h.97-98).
1. Langkah Manajemen kebidanan
Menurut Helen Varney ada tujuh (7) langkah manajemen:
a. Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua yang berkaitan dengan kondisi pasien.
1) Data subjektif
a) Biodata
(1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. (Anggraini,
2010; h.134)
(2) Usia / tanggal lahir.
Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu
pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Namun, bisa juga
ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan, dan 1
46. 35
kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan
imunisasi TT (Maryunani, 2010; h. 217)
(3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(4) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauhmana tingkat intelektualnya, sehingga bidak dapat
memeberikan konseling sesuai pendidikannya.
(5) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
(6) Suku / bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
(7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan
b) Alasan datang
Alasan datang ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang
ke fasilitas pelayanan kesehatan.
47. 36
c) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati ,2011;
h.167)
d) Riwayat kesehatan
Berupa penyakit atau kelainan apapun yang terjadi sekarang, yang
lalu, keluarga. Data riwayat kesehatan ini dapat digunakan
sebagai “penanda” warning), beberapa data penting yang perlu
diketahui seperti apakah pasien pernah atau sedang menderita
penyakit, sperti jantung, dibaetes melitus (DM), ginjal, hipertensi,
dan hepatitis. Riwayat imunisasi untuk mengetahui imunisasi
dasar apa saja yang sudah didapat.
e) Riwayat tumbuh kembang
Menurut hidayat, 2005 pada pola perkembangan ini, anak lebih
dahulu mempu menggerakan daerah yang lebih umum
(sederhana) ke bagian yang lebih kompleks, seperti melambaikan
tangan baru memainkan jari-jari.
f) Riwayat sosial
Apabila komunikasi dengan anak terjalin baik, pemberian asuhan
juga akan lebih efektif dan meminimalisir efek traumatik pada
anak.
48. 37
g) Pola kebutuhan sehari-hari
(1) Pola nutrisi : makanan yang diberikan pada bayi dan balita
akan digunakan untuk pertumbuhan badan, karena itu status
gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk
memantau kecukupan gizi bayi dan balita. Kecukupan makanan
dan ASI dapat dipantau dengan menggunakan KMS
(Maryunani, 2010; h. 260)
(2) Pola eliminasi : bayi normal biasanya BAK 6-10 kali sehari
dengan warna urine yang pucat. BAB normal 2 kali perhari.
(Dewi, 2013; h. 28)
(3) Pola istirahat dan tidur : Dalam dua minggu pertama setelah
lahir, bayi normalnya sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia
3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari. Pada umumnya
bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3 bulan
(Dewi, 2013; h. 29)
(4) Pola aktivitas : Kita perlu mengkaji aktifitas sehari-hari pasien
karena data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat
aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah.
(5) Pola personal hygine : Data ini perlu kita kaji karena
bagaimanapun juga hal ini akan mempengaruhi kesehataan
pasien.Mandi kita dapat menanyakan kepada pasien berapa kali
ia mandi dalam sehari dan kapan waktunya ( jam berapa mandi
malam pagi dan sore).
49. 38
2) Data objektif
Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita
dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan
pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi yang dilakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
a) Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum meliputi pemeriksaan status
kesadaran, status gizi, tanda vital, dan lain-lain.
(Uliyah dan Hidayat, 2011; h. 153)
b) Kesadaran
Pemeriksaan ini bertujuan menilai status kesadaran anak.
Penilaian status kesadaran ada dua, yaitu penilaian secara
kualitatif dan penilaian secara kuantitatif. Penilaian secara
kualitatif antara laian : compos mentis, apatis, samnolen, spoor,
koma, dan delirium. Penilaian kesadaran secara kuantitatif dapat
diukur melalui penilaian skala koma (nilai koma di bawah 10)
yang dinyatakan dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
(Uliyah dan Hidayat, 2011; h.153-154).
50. 39
a. Tanda-tanda vital
1) Pernapasan
Pemeriksaan pernafasan, dilakukan dengan menilai
frekuensi, irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan
(Muslihatun, 2010; h.276)
2) Suhu
Pemeriksaan suhu, dapat dilakukan melalui rektal, aksila
dan oral untuk menilai keseimbangan suhu tubuh dan
membantu menentukan diagnosa dini suatu penyakit.
(Muslihatun, 2010; h. 276)
3) Nadi
Pemeriksaan nadi, seharusnya dilakukan pada saat tidur
atau istirahat. Pemeriksaan nadi dapat disertai dengan
pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui adanya
pulsus difisit, yaitu denyut jantung yang tidak cukup kuat
untuk menimbulkan denyut nadi sehingga denyut jantung
lebih tinggi dari pada denyut nadi. Denyut nadi dikatakn
normal apabila frekuensinya antara 100-160 kali per menit
(Uliyah dan Hidayat, 2011; h.146- 155)
b. Antropometri
1) Berat badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai hasil peningkatan
aatau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
51. 40
misalnya tulang, otot lemah, caairan tubuh, sehingga
diketahui status keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.
Berat badan juga dijadikan dasar perhitungan dosis obat dan
makanan yang diperlukan untu pengobatan
(Muslihatun, 2010; h. 269)
2) Panjang badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan
gizi disamping faaktor genetik. Pengukuran ini dapat
dilakukan dengan sangat mudah. Penilaian panjang badan
berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS
secara presentasi dari median dan penilaiannya adalah lebih
dari atau sama dengan 90% normal, kurang dari 90%
abnormal (malnutrisi kronis)
(Muslihatun, 2010; h. 270)
3) Lingkar kepala
Menurut Hidayat 2005, Pengukuran lingkar kepala
digunakan untuk menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan
otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya retardasi
mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat)
terjadi akibat penyumbatan aliran cairan serebrospinal.
Penilaian menggunakan kurve lingkar kepala.
52. 41
4) Lingkar lengan
Penilaian digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot.
Penilaian ini tidak cocok untuk menilai jaringan lemak
tubuh, tetapi dapat digunakan untuk menilai status gizi pada
anak pra sekolah
(Muslihatun, 2010; h.270)
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Kepala perlu dikaji adanya Moulage, caput succadaneum,
perdarahan sub aponeurotik atau terdapat hematoma sefal.
(Sukamti et. all, 2009; h. 33)
2) Wajah
Menilai kesimetrisan wajah, adakah paralisis wajah, dan
pembengkakan
(Muslihatun, 2010; h. 276)
3) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan untuk menilai adanya visus
atau ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus ini dapat
dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya (khusus
neonates)
(Uliyah dan Hidayat, 2011; h. 168)
53. 42
4) Hidung
Periksa adanya Atresia, geraakan cuping hidung, mukosa
(meradang/pucat) dan sekresi (purulen, berdaarah, cair).
(Sukamti, 2009; h. 35)
5) Mulut
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya
trismus, halitosis, dan labioskisis. Pemeriksaan lidah
bertujuan untuk menilai apakah terjadi kelainan kongenital
atau tidak
(Uliyah dan Hidayat, 2011; h. 169)
6) Tenggorokan
Pemeriksaan tenggorokan dilakukan pada faring dan laring
pada faring melihat adanya hiperemia, edema, abses baik
retrofaringeal aatau peritonsilar. Edema faring umumnya
ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab, serta dapat
ditentukan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat
paada difteri (pseudomembarn). Pemeriksaan laring sangat
berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan. Apabila
ditemukan obstruksi pada laring, maka suara mengalami
stridor yang disertai dengan batuk dan suara serak
(Uliyah dan Hidayat, 2011; h. 170)
54. 43
7) Telinga
Menilai telinga bagian luar, yaitu bentuk, besar dan posisi
daun telinga, lubang telinga, membran tympani, pembesaran
daerah mastoid daan fungsi pendengaran.
(Muslihatun, 2010; h. 276-277)
8) Dada
Untuk menilai bentuk dan besar dada, kesimetrisan, gerakan
dada, deformitas penonjolan, pembengkakan dan kelaianan
lain
(Muslihatun, 2010; h. 277)
9) Abdomen
Dengan inspeksi ukuran dan bentuk, auskultasi peristaltik
usus dan suara bising, palpasi dinding abdomen, nyeri
tekan, pembesaran organ dan perkusi abdomen. Auskultasi
didahulukan, agar tidak terpengaruh stimulasi dari luar,
antara lain palpasi dan perkusi. Periksa organ hati, ginjal
dan lambung (Muslihatun, 2010; h. 278)
10) Punggung
Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara
pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi dalam
posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk
mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina bifida atau
55. 44
mielomeningeal (defek tulang punggung, sehingga medula
spinalis dan selaput otak menonjol).
11) Genetalia
Laki-laki perhatikan ukuran dan bentuk penis, testis,
kelaianan lubang uretra dan peradangan testis dan sskrotum.
Perempuan adakah epispadia, tanda seks sekunder dan
pengeluaran cairan (Muslihatun, 2010; h. 278)
12) Kulit
Dilakukan untuk menilai pigmentasi, adanya sianosis,
ikterus, ekzema, pucat, purpura, eritema, makula, papula,
vesikula, pustula, ulkus, turgor kulit, kelembaban kulit,
tekstur kulit dan edema (Muslihatun, 2010; h. 276)
13) Ekstermitas
Menilai adakah kelainan bentuk, adakah kelumpuhan di
ekstermitas bayi tersebut, seperti lunglai/layu, bagaimana
posisi ekstermitas dan adakah gerakan yang abnormal.
(Sukamti et. all, 2009; h. 37)
d. Pemeriksaan penunjang (Laboratorium dan cacatan terbaru
serta catatan sebelumnya).
2. Interpretasi data
Melaukuan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dan
kebutuhan tumbuh kembang anak berdasarkan data yang telah
56. 45
dikumpulkan pada langkah 1. Acuan untuk mendeteksi beberapa kelainan
tumbuh kembang anak
(Muslihatun, 2010; h. 278)
3. Diagnosis kebidanan
Diagnosis kebidanan merupakan diagnosis yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis
kebidanan (Soepardan, 2007 ; h. 99)
Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan ”diagnosis”.
Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk
membuat rencana yang menyeluruh
(Sulistyawati, 2011; h. 180)
Kebutuhan pasien
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan
keadaan dan masalahnya.
(Sulistyawati,2011; h.180).
4. Identifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ketiga kita mnegidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
57. 46
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan, langkah ini penting
sekali dalam melakukan asuhan yang aman
(Soepardan, 2007; h. 99-100)
Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera. Langkah ini memerlukan keseinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Anggraini, 2010;
h. 141)
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi
(Soepardan, 2007; h. 101)
6. Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan
efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagaian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul
58. 47
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya dengan
memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana) (Soepardan,
2007; h. 102)
7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan,
meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam maslah dan diagnosa. (Nurhayati et. all, 2012; h. 144)
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Sesuai
dengan pasal 14 Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk
memberikan pelayanan meliputi :
1. Pelayanan kebidanan
2. Pelayanan keluarga bencana
3. Pelayanan kesehatan masyarakat
Dan tercantum di pasal 16 yang mencakup pelayanan kebidanan kepada ibu
dan pelayanan kebidanan kepada anak yaitu :
1. Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi :
a. Pemeriksaan bayi baru lahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
59. 48
d. Resusitasi pada bayi baru lahir
e. Pemantauan tumbuh kembang anak
f. Pemberian imunisasi
g. Pemberian penyuluhan
(Mustika et. all, 2009; h. 166-172)
2. Kewenagan Bidan Di Komunitas
Pelayanan kesehatan anak
a. Ruang lingkup
1) Pelayanan bayi baru lahir
2) Pelayanan bayi
3) Pelayanan anak balita
4) Pelayanan anak prasekolah
b. Kewenangan
1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi,inisiasi menyusu dini (IMD), Injeksi vitamin
K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat
2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
3) Penanganan kegawatdaruratan ,dilanjutkan dengan perujukan
4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
(Siwi Walyani ,2014 ; h.40)
60. BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. A UMUR 2 BULAN DENGAN
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI PENTABIO DAN
POLIO II DI BPM LIA MARIA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Oleh : Asmala Dewi
Tanggal : 13 Juni 2016
Waktu : 14.00 WIB
A. Pengkajian
a. Indentitas Bayi
Nama Bayi : By. A
Tgl/Jam/Lahir : 28 Maret 2016
Umur : 2 Bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Anak ke : 1 (pertama)
Indentitas Orang Tua Atau Penanggung Jawab
Indentitas Ibu Identitas Ayah
Nama : Ny. A Nama : Tn. W
Umur : 28 tahun Umur :34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
61. 50
Suku /Bangsa : Jawa, Indonesia Suku /Bangsa : Jawa, Indonesia
Pendidikan : Sarjana Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : JL.Soekarno Hatta. Alamat : JL.Soekarno
Golf . Gg Tangkil Golf . Gg Tangkil
1. Alasan kunjungan : Datang ke Bidan Ibu mengatakan ingin
Mengimunisasikan Pentabio I dan Polio
II pada anaknya.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang : Ibu mengatakan anaknya tidak sedang
mengalami sakit
Riwayat kesehatan yang lalu : Ibu mengatakan anak pernah menderita
demam.
Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada
riwayat penyakit menurun seperti:
hipertensi, DM dan jantung, kemudian
penyakit menular seperti: TBC, Hepatitis.
3. Riwayat Tumbuh-kembang :
Tumbuh
BB yang lalu tgl 28/03/2016 : 3,4 kg, PB : 50 cm
BB sekarang tgl 13/06/2016 : 5,4 kg, PB : 53 cm
62. 51
Perkembangan : Ibu mengatakan bayinya sudah bisa
mengangkat kepala.tertawa dan menatap
muka,mengenggam jari dan tersenyum
spontan
4. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi : Ibu mengatakan anaknya diberikan ASI dan diberikan
tambahan susu formula
b. Eliminasi
BAK : Ibu mengatakan bayi nya BAK sebanyak 8-9 x/ hari, warna
kuning jernih.
BAB : Ibu mengatakan 2-3 x/ hari pada pagi hari, konsistensi lunak
warna kuning pekat
c. Istirahat/ tidur
Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang 4-6 jam
Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam 10-13 jam.
d. Pola aktivitas : Ibu mengatakan anaknya sudah dapat diajak tersenyum
dan mengenali wajah orang tua nya
e. Mandi / Personal Hygene
Pagi : Ibu mengatakan anaknya mandi pagi jam 07.30 WIB.
Sore : Ibu mengatakan anaknya mandi sore jam 16.00 WIB.
Mandi 2 kali pagi dan sore
63. 52
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
1. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
a. Pernafasan : 48x/menit
b. Suhu : 36,5°C
c. Nadi : 104x/menit
3. Antropoemetri
a. Berat badan : 5400 gram
b. Panjang badan : 53 cm
c. Lingkar Kepala : 42 cm
d. Lingkar Dada : 48 cm
e. Lingkar Lengan : 13 cm
Pemerisaan fisik
a. Kepala
Ubun-ubun : Datar
Caput succedaneum : Tidak ada
Cepal haemtoma : Tidak ada
b. Muka : Simetris, tidak ada sindromdown
64. 53
c. Mata
Simetris : Simetris
Kelopak mata : Ada
Secret : Tidak ada
Konjungtiva : Merah muda
Sclera : Putih
d. Telinga
Simetris : Simetris
Lubang : Ada
e. Hidung
Palatoskisis : Tidak ada
Septum : Ada
Lubang : Ada
f. Mulut
Sianosis : Tidak ada
Mukosa : Lembab
Labioskiziz : Tidak ada
g. Tenggorokan
Faring : Normal
Laring : Normal
h. Klavikula dan lengan tangan
Gerakan : Aktif
65. 54
Jumlah jari : Lengkap, normal
i. Dada
Bentuk : Simetris
Putting susu : Ada
Auskultasi : Terdengar lup-dup
Payudara : Normal
Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing, dan ronchi
Jantung : Terdengar lup dup
j. Abdomen
Tali pusat : Sudah puput tidak ada infeksi
Kelainan : Tidak ada
Bising usus : ada
k. Genetalia
Laki-laki
Penis berlubang : Ya
Testis dalam scrotum : Ya
l. Anus : Berlubang
m. Tungkai dan kaki
Gerakan : Aktif
Jumlah jari : Lengkap, normal
n. Punggung
Bentuk : Simetris
67. 56
tgl/ jam Pengkajian Interpretasi data
(diagnosa, masalah,
kebutuhan)
Dx
potensial/m
asalah
potensial
Antisipasi/
tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
13.06 .2016
14.00
WIB
Ds.
1. Ibu
mengatakan
akan
mengimunis
asikan
anaknya.
2. Ibu
megatakan
anaknya
lahir tanggal
28 maret
2016
DO :
KU:Baik
Kesadaran:C
M
TTV:
Suhu :36,5°C
ND: 104x/m
RR: 48x/
menit
BB: 5,4 kg
TB: 51 cm
.
Dx :
1. An . A umur 2
bulan
Ds.
1. Ibu mengatakan
akan
mengimunisasikan
anaknya
2. Ibu mengatakan
anaknya lahir
tanggal 28 maret
2016
DO :
KU:Baik
Kesadaran:CM
TTV:
Suhu :36,5°C
ND: 104x/m
RR: 48x/
menit
BB: 5,4 kg
TB: 51 cm
Masalah:
Belum mendapat
imunisasi Pentabio I
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu
kepada ibu
bahwa bayi
dalam keadaan
normal
2. Beritahu ibu
manfaat
imunisasi
3. Siapkan alat
vaksin Pentabio
4. Beritahu ibu
tentang efek
samping
setelah
pemberian
imunisasi
1. Memberitahu ibu tentang
kondisi anaknya bahwa
anaknya dalam keadaan sehat
saat ini berdasarkan hasil
pemeriksaan yaitu
TTV:
SH: 36,5 O
C, ND: 104x/m
RR: 48x/m
BB: 5,4 kg
PB: 51 cm
2. Memberitahu ibu tentang
pentingnya imunisasi pentabio,
yaitu suatu upaya untuk
memberi kekebalan secara aktif
terhadap penyakit, yang
bertujuan untuk mencegah
penyakit batuk rejang, batuk
100 hari dan infeksi pernafasan
3. Menyiapkan alat vaksin
pentabio antara lain spuit
ukuran 1 cc, vaksin pentabio
0,05 ml dan kapas alkohol/
tupres.
4. Memberi tahu ibu bahwa efek
samping dari imunisasi
pentabio yaitu,bayi akan
mengalami demam , 1 hari
setelah penyuntikan
1. Ibu mengetahui tentang
kondisi anak nya saat ini
2. Ibu telah mengetahui
sudah tentang
pentingnya imunisasi
pentabio
3. Alat imunisasi pentabio
telah disiapkan antara
lain
spet, vaksin pentabio 0,05
ml dan kapas alkohol/
tupres.
4. Ibu telah mengetahui
tentang efek samping
dari imunisasi pentabio
BAB III MATRIK
68. 57
dan polio II
Kebutuhan :
Pemberian imunisasi
pentabio I dan polio II
5. Beri ibu obat
penurun panas
dan beritahu
tentang fungsi
dan cara
pemberian obat
tersebut
6. Menganjurkan
ibu untuk tetap
memberikan
ASI
7. Lakukan test
tumbuh
kembang pada
anaknya
8. Beritahu ibu
tentang
imunisasi
tambahan saat
ini
5. Memberikan pada ibu obat
Parasetamol untuk penurun
panas yang diberikan bila anak
mengalami demam dengan cara
menggerus obat paracetamol
5mg/kgbb setiap 3-4 jam
maksimal 6 kali dalam 24 jam .
dan berikan dengan
menggunakan sendok dan beri
sedikit air , beri setelah anak
selesai makan.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap
memberikan asi
7. Melakukan tes tumbuh
kembang anaknya yaitu dengan
cara
a. Melakukan penimbangan
berat badan pada bayi . A
b. Melakukan penilaian
motorik halus pada bayi
dengan cara mengajak bayi
bicara lalu tersenyum
c. Melakukan motorik kasar
bayi dengan cara bayi
mengenggam jari dan
memasukan kedalam
mulutnya , bayi dapat
mengangkat kepala
8. Memberitahu ibu bahwa ada
imunisasi tambahan untuk
anaknya saat ini yaitu imunisasi
pentabion yang diberikan
untuk imunisasi lanjutan vaksin
5. Ibu sudah mengerti
fungsi dari obat penurun
panas dan cara
pemberian bila
6. Ibu sudah mengetahui
dan bersedia untuk tetap
memberikan bayinya asi
selama tidak berkerja
7. Hasil dari test yang
dilakukan bayi dalam
keadaan normal, karena
Bayi mampu melakukan
semua tes yang diberikan
8. Ibu mengetahui bahwa
ada imunisasi tambahan
yaitu imunisasi polio
untuk mencegah penyakit
lumpuh layu pada bayi
69. 58
9. Anjurkan ibu
untuk datang
ketenaga
kesehatan jika
ada keluhan
polio dengan cara di teteskan
pada mulut bayi sebanyak 2
kali diberikan dari usia bayi 1
bulan sampai dengan 4 bulan
untuk mencegah penyakit
lumpuh layu pada bayi
9. Menganjurkan ibu untuk datang
ketenaga kesehatan jika ibu ada
keluhan
9. Ibu bersedia datang
ketenaga kesehatan
apabila ada keluhan
14-06-2016. 15.40 wib Ds:
1.Ibu
mengatakan
anak nya
sudah
diimunisasi
pentabio
2.ibu
mengatakan
saat ini
anaknya
panas pada
malam hari
dan keadaan
bayi pada
siang ini
sudah tidak
panas lagi
karena ibu
memberikan
Dx :
An . A usia 2 bulan 1
hari
KIPI
Ds.
1.Ibu mengatakan
anak nya sudah diberi
imunisasi pentabio
2.Ibu mengatakan
saat ini anaknya
panas pada malam
hari dan keadaan bayi
Panas pada malam
hari dan keadaan bayi
pada siang ini sudah
tidak panas lagi
karena ibu
memberikan bayi
paracetamol
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu
tentang
kondisi
anaknya saat
ini
2. Jelaskan
keluhan yang
dialami oleh
ibu
3. Anjurkan ibu
untuk
memberikan
paracetamol
pada bayinya
4. Anjurkan ibu
untuk tetap
memberikan
Asi pada
1. Memberitahu kondisi anaknya
saat ini dengan hasil
pemeri`ksaan
T:38,5O
C,
N:104x/m
RR: 48 x/m
Anak demam
2. Menjelaskan keluhan yang
dialami oleh ibu bahwa panas
itu terjadi karena efek samping
dari imunisasi campak yang
diberikan yang biasanya
berlangsung selama 2 hari
3. Menganjurkan pada ibu untuk
memberikan paracetamol pada
bayinya sebagai reaksi kipi
yaitu demam
4. Menganjurkan ibu untuk tetap
memberikan asi pada bayinya
1. Ibu mengerti tentang
kondisinya anak nya saat
ini
2. Ibu mengerti mengenai
penjelasan yang
diberikan
3. Ibu bersedia memberikan
paracetamol pada
bayinya
4. Ibu bersedia memberikan
asi pada bayi nya
70. 59
15.06. 2016
16.30 wib
bayi
paracetamol
DO
TTV:
T: 38,5O
C,
N: 104x/m
RR :48x/m
Ds
Ibu
mengatakan
bayinya sehat
dan bayi sudah
tidakdemam
lagi
DO:
TTV:
T :36,8O
C, N:
106x/m
RR:47x/m
DO
TTV:
T: 38,5O
C, N:
104x/m
RR :48x/m
Masalah :
KIPI
Kebutuhan :
Penanganan KIPI
Dx
An.A umur 2 bulan 2
hari
Ds.
Ibu mengatakan
bayinya sehat dan
sudah tidak demam
lagi
DO:
TTV:
, T :36,8O
C, N:
106x/m
RR:47x/m
bayinya
5. Beritahu ibu
bahwa ada
imunisasi
tambahan saat
ini
6. Anjurkan pada
ibu untuk
datang
ketenaga
kesehatan
apabila ada
keluhan
1. Evaluasi setelah
penyuntikan
imunisasi penta-
bio I dan polio II
2. Evaluasi kepada
ibu tentang
bagaimana cara
menangani KIPI
dari imunisasi
pentabio I dan
polio II
5. Memberitahu ibu bahwa ada
imunisasi tambahan untuk
anaknya yaitu imunisasi polio2
yang diberikan dengan cara
diteteskan pada mulut bayi
sebanyak 2 tetes . vaksin polio
diberikan dari usia bayi 1bulan
sampai dengan 4bulan untuk
mencegah lumpuh layu pada
bayi
6. Mengajurkan pada ibu untuk
datang ketenaga kesehatan
apabila ada keluhan – keluhan
pada bayinya
.
1. Evaluasi kepada An.A apakah
masih mengalami KIPI dari
imunisasi pentabio I dan polio II
2. Mengevaluasi kepada ibu
tentang bagaimana cara
menangani KIPI dari pemberian
imunisasi pentabo I dan polio II
yaitu dengan car a memberikan
lebih banyak asi jika demam
pakailah pakaian bayi yang tipis
bekas suntikan yang nyeri
dikompres dengan air hangat dan
jika panas dapat ddiberikan
paracetamol 5 mg setiap 3-4 jam
5. Ibu sudah mengerti
tentang imunisasi
tambahan
6. Ibu sudah mengerti untuk
datang ketenaga
kesehatan apabila ada
keluhan – keluhan yang
terjadi pada bayinya
1.Ibu mengetahui tentang
kondisi bayinya saat ini
bahwa kondisi bayinya
dalam keadaan baik
2.Ibu mengatakan tidak ada
keluhan pada bayinya
71. 60
21.06.2016
16.30 WIB
DS:
1. Ibu
mengatak
an
bayinya
sudah
sehat
DO:
TTV:
T: 36,8 O
C
N:106x/m
Masalah :
Tidak ada
Kebutuhan :
Tidak ada
Dx:
1. An.A umur 2
bulan 3 hari
1.Ds
Ibu mengatakan
bayinya sudah sehat
DO:
TTV:
3. Evaluasi pada
ibu tentang pola
nutrisi
4. Evaluasi pada
ibu tentang
tumbuh
kembang
bayinya
1. Evaluasi
keadaan An.A
dalam keadaan
normal
2. Memberitahu
kepada ibu
untuk tetap
memberikan asi
kepada bayinya
bila diperlukan maksimal 6 kali
bila diperlukan . jika mandi bayi
cukup diseka dengan air hangat
3. Mengevaluasi pada ibu tentang
pola nutrisi bayi hanya akanbaik
jika hanya diberi asi saja selama
6 bulan tanpa memberikan
makanan tambahan apapun
4. Mengevaluasi pola
perkembangan dan aktifitas bayi
apakah bayi masih cenderung
diam dan malas berkatifitas atau
tidak , karena sesuai usia bayi 2
bulan yaitu pola tumbuh
kembang eperti bayi mampu
mengangkat kepala, membalik,
tertawa spontan,memegan kicik
kicik,mendengar suara dan
bunyi, merngamati tangannya,
menatap muka ,mengenali
ibunya dengan penciumanb,
pendengaran dan kontak kulit
1. Mengevaluasi keadaan An.A
bahwa An.A dalam keadaan
normal
2. Memberitahu ibu untuk tetap
memberikan bayinya asi
3.Ibu telah memberikan asi
pada bayi nya secara
eksklusif
4.Bayi sudah tidak
pendiam dan sudah
berinterkasi dengan
tertawa jika diajak
ibunya bermain
1. Bayi sudah dalam
keadaan sehat dan sudah
melakukan pola aktifitas
seperti tertawa jika
diajak ibunya bermain
2. Bayi sudah diberikan asi
oleh ibunya
72. 61
enit
RR:
47x/menit
T: 36,8 O
C
N: 106x/menit
RR: 47x/menit
3. Beritahu kepada
ibu untuk
melakukan
kunjungan ulang
pada tgl 13-07-
2016
3. Memberitahu ibu untuk
melakukan kunjungan ulang
imunisasi yaitu DPT II polio III
pada tgl 13-07-2016
3. Ibu akan bersedia datang
untuk melakukan
kunjungan ulang
imunisasi selanjutnya
pada tgl 13-07-2016
73. BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi Terhadap An.A umur 2
bulan dengan imunisasi DPT 1 ditemukan hasil sebagai berikut :
A. Pengkajian
1. Data subjektif
Imunisasi DPT 1 yaitu didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Nama
1) Menurut Teori
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari–hari agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
2) Menurut Kasus
Pada kasus ini pasien bernama An.A usia 2 bulan, An.A merupakan
anak dari Ny.A dan Tn.W
3) Pembahasan
Pada tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
karena pasien mempunyai nama An.A dan dalam kehidupan sehari-
hari pasien juga dipanggil An.A .
74. 63
b. Umur
1) Menurut tinjauan Teori
Imunisasi DPT 1 yang pertama diberikan pada umur 2 bulan dan kedua
umur 3 bulan ketiga umur 4 bulan
2) Menurut tinjauan kasus
Pada kasus An. A berumur 2 bulan
3) Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus, karna umur An.A berumur 2bulan.
c. Pendidikan
1) Menurut tinjauan teori Menurut teori :
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk
bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang
yang berpendidikan tinggi biasanya akan lebih mudah menerima
gagasan baru. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi
(Walyani, 2015;h. 91).
2) Menurut Tinjauan Kasus
Pendidikan orang tua An.A adalah Sarjana Pendidikan
3) Pembahasan
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan pendidikan
Ny.A adalah sarjana termasuk dalam status pendidikan tinggi sehingga
dapat mudah menerima gagasan baru , Sedangkan Ny.A dalam
75. 64
pemberian nutrisi bayi menggunakan susu formula sebagai tambahan
nutrisi pada bayinya, alasan Ny.A memberikan susu formula pada
bayinya dikarenakan Ny.A sibuk berkerja dari pagi hingga sore . Yang
seharusnya Ny.A memberikan bayinya asi secara ekslusif tanpa diberi
tambahan apapun.
d. Agama
1) Tinjauan Teori
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa. (Anggraini, 2010; h. 135).
2) Tinjauan Kasus
Agama Ny. A dan Tn. W adalah Islam.
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus karena
dengan anamnesa agama Ny.A dan Tn. A Islam dan bidan dapat
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa sesuai dengan
kepercayaan yang dianut.
e. Suku
1) Tinjauan Teori
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari – hari.
(Anggraini, 2010; h. 135).
76. 65
2) Tinjauan Kasus
Suku Ny.A dan Tn.W Jawa dan Ny.A dan Tn.w berkebangsaan
Indonesia.
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus
karena dengan anamnesa suku tidak ada hal – hal yang mempengaruhi
An.A bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan suku yang
dianut pasien atau kebiasaan sehari – hari
f. Pekerjaan
1) Tinjauan teori
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (Anggraini,
2010; h. 135).
2) Tinjauan kasus
Dalam kasus ini pekerjaan Ny. A sebagai guru dan Tn.W adalah
wiraswasta
3) Pembahasan
Terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus
karena Ny.A bekerja sebagai guru sehingga Ny. A mengatakan tidak
bisa memberi bayinya asi secara ekslusif
77. 66
g. Alamat
1) Tinjauan teori
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
(Anggaraini, 2010; h. 135).
2) Tinjauan kasus
Ny. A beralamat di Jl. Soekarno Hatta.Golf. gg. Tangkil Sukarame
Bandar Lampung
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus
karena alamat Ny.Ajelas dan lengkap.
h. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan
1) Tinjauan menurut teori
Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu
kita ketahui adalah pasien pernah atau sedang menderita penyakit
seperti jantung,diabetes melitus,ginjal,anemia,hipertensi,hipotensi
(Sulistyawati.2012;h.167)
2) Tinjauan Kasus
Dalam kasus ini An.A dalam keadaan sehat
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan anatara teori dan kasus dikarenakan
kondisi An.A saat ini sehat dan tidak memiliki penyakit menurun
78. 67
i. Riwayat tumbuh kembang
Tumbuh
1) Tinjauan menurut teori
Hampir tidak ada dua bayi yang sama dalam pertumbuhan, ada yang
tetap tumbuh kecil,tetapi ada juga yang tumbuh besar kenaikan berat
badan tiap minggu 140-200 gram sedangkan penambahan berat badan
tiap bulan 750 gram.
(Maryunani.2010.h;56.)
Pengukuran tinggi badan yang dilakukan dengan cara penelitian
pengukuran tubuh normal panjang badan bayi normal adalah 45-50 cm.
Pertambahan panjang badan setiap 1bulan pada bayi adalah 2,5 cm
setiap bulannya.pada usia 2bulan normal panjang bayi adalah 46-58
cm. (Yuniarti.2014.46)
2) Tinjauan menurut kasus
BB An.A saat lahir adalah 3400 dengan PB 50 cm, BB An.A
saat1bulan bertambah 4200 gram dengan PB 51 cm dan BB An.A saat
ini adalah 5400 gram dengan panjang badan 53 cm
3) Pembahasan
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena saat ini BB An.A
lebih berat dari usia normal,saat ini berat badan An.A adalah 5400
gram menurut pertambahan BB An.A sudah lebih dari 7 gram
dkarenakan dalam pemberian nutrisi An.A sudah ditambah dengan susu
79. 68
formula sehingga BB An.A jauh lebih berat dari ukuran normal bayi
usia 2 bulan, dalam teori seharusnya saat ini BB An.A adalah 4300
gram.
(Maryunani.2010.56)
Sedangkan PB An.A saat ini 53 cm di dalam teori PB bayi dalam 1bulan
bertambah 2,5 cm . Jadi PB An.A sudah sesuai dengan usianya dan sudah
sesuai di dalam teori.(Yuniarti.2010.46)
Perkembangan
1) Tinjauan menurut teori
Masa bayi dan balita merupakan masa yang penting dalam tumbuh
kembang anak . Stimulasi atau rangsangan yang cukup perkembangan
mental dan psikososialnya
(Maryunani.2010.h;76)
Pada usia 2bulan bayi sudah dapat mengamati tangannya, tersenyum
spontan, membalas senyum pemeriksa, menatap muka, mengikuti lewat
garis tengah, mengikuti garis tengah, gerakan seimbang, mengangkat
kepala.(DDST)
2) Tinjauan kasus
An.A usia 2 bulan sudah dapat mengangkat kepala,mengamati jarinya,
tersenyum spontan dan mengenali wajah ibunya
80. 69
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena An.A sangat
aktif dalam beraktifitas An.A sudah bisa mengangkat kepalanya dalam
keadaan tengkurap, mengamati tangan dan jarinya menggengam benda
kecil dan tersenyum spontan.Perkembangan An.A sudah sesuai dengan
yang ada dalam kolom DDST, motorik kasar, bahasa, motorik halus,
dan personal sosial sudah sesuai dengan DDST dan sesuai usia bayi
2bulan
j. Pola kebutuhan sehari–hari
Nutrisi dan cairan
1) Tinjauan sesuai teori
Air susu ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Asi diketahui
mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembagan bayi, baik kualitas maupun kuantitasnya. Berikan asi
ekslusif sampai berusia 6 bulan, selanjutya pemberian Asi diberikan
hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan lunak dan padat
makanan pendamping ASI (MPASI). Banyak sekali keuntungan yang
diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan
perkembangan bayi, tetapi hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi
yang akan memberikan dukungan sangat besar terhadap terjadinya
proses pembentukan emosi pasitif pada anak, dan berbagai keuntungan
bagi ibu ( Dewi, 2010 : 27 )
81. 70
2) Tinjauan kasus
Ny. A mengatakan anaknya diberikan ASI dan susu formula
3) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan
anatara tinjauan teori dan kasus dikarenakan ibu tidak memberikan asi
secara ekslusif karena ibu sibuk berkerja, dan saat dilakukan sesi
pertanyaan Ny.A berkata Asi tidak lancar sehingga Ny.A memutuskan
untuk memberikan tambahan susu formula . kesenjangan itu terlihat
dari pendidikan ibu yang tinggi namun ibu tidak memahami bahwa asi
ekslusif sangat berpengaruh untuk tumbuh kembang anaknya. Dan asi
jauh lebih baik untuk bayinya dibandingkan susu formula
k. Eliminasi
BAK
1) Menurut tinjauan teori
Jumlah feses akan berkurang pada minggu kedua, yang awalnya
frekuensi defekasi sebanyak 5-6 kali setiap hari ( 1 kali defekasi setiap
kali diberi makan ) menjadi 1 atau 2 kali sehari. Berkemih sering
terjadi setelah periode ini dengan frekuensi 6-10 kali sehari dengan
warna urine yang pucat
2) Menurut Tinjauan Kasus
Ibu mengatakan bayinya BAB sebanyak 2-3 kali sehari sedangkan
BAK sebanyak 6-7 kali sehari.
82. 71
3) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena tidak ada kesulitan saat bayi BAB maupun BAK
dan frekuensinya normal.
l. Istirahat /tidur
1) Tinjauan Teori
Istirahat sangat diperlukan oleh bayi ,bayi yang cukup tidur adalah bayi
yang cukup asi (maryunani.2010.h;98)
2) Tinjauan kasus
Ny.A mengatakan An.A tidur siang 4-6 jam dan malam 10-13jam
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena An.A tidur
sesuai waktu,dengan usia bayi 2 bulan
m. Pola aktifitas
1) Tinjauan menurut teori
Aktifitas merupakan penentu tingkat perkembangan pada anak untuk
menilai mental dan psikososialnya(Maryunani.2010.h;101)
2) Tinjauan menurut kasus
Ny.A mengatakan An.A sudah dapat diajak tersenyum dan mengenali
orang tuanya , jika diajak bicara oleh ibu ya dapat mengoceh
83. 72
3) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena pola aktifitas
An.A adalah normal sesuai usia bayi 2 bulan.
n. Personal hygiene
1) Tinjaun teori
Hygine untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
pada bayinya
2) Tinjauan kasus
An.A tampak terlihat bersih pada tubuhnya, karena ibu memandikan
bayinya secara rutin 2 kali sehari
3) Pembahasan
Dari pembahasan diatas, tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
hasil study yang didapatkan dilapangan karna An. A selalu dalam
keadaan bersih.
2. Data objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan
a) Tinjauan menurut teori
(1) Keadaan umum
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan
diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui
84. 73
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan (
sulistyawati, 2010 : 226)
(2) Kesadaran untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran
pasiendari keadaan composmetis sampai dengan koma
(Sulistyawati, 2010 : 226 )
b) Tinjauan kasus
Keadaan umum : baik
Keadaan emosional : stabil
Kesadaran : composmetis
c) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena keadaan
An.A adalah normal sesuai usia bayi 2 bulan
2) Pernafasan
a) Tinjauan menurut teori
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,yaitu sekitar
40-60x/menit (Muslihatun2010:31)
b) Tinjauan menurut kasus
Saat pengkajian hasil pernafasan An.A yaitu :48x/menit
85. 74
c) Pembahasan
Dari kasus diatas,tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus
dikarenakan pada saat pengkajian pernafasan sesuai dengan teori
3) Suhu
a) Tinjauan menurut teori
Suhu bayi normal 36,0°C masih dikatakan normal apabila suhu
masih 37,2°C. Bayi yang demam dengan suhu diatas 38,0°C
(Muslihatun,2010.32)
b) Tinjauan menurut kasus
Pada pengkajian kasus ini An.A sedang terjadi KIPI 38,5°C
c) Pembahasan
Dari kasus diatas, tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus
dikarnakan pada saat pengkajian suhu sesuai dengan teori.
4) Nadi
a) Tinjauan menurut teori
Denyut jantung BBL normal antara 100-160x/menit,tetapi dianggap
masih normal jika diatas 160 kali permenit dalam jangka waktu
pendek.
(Muslihatun,2010:31)
b) Tinjauan menurut kasus
Saat pengkajian kasus,hasil nadi An.A dalam keadaan normal yaitu
104x/menit
86. 75
c) Pembahasan
Dari kasus diatas, tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus
karena nadi An.A dalam keadaan normal yaitu 104x/menit
b. Antropometri
1) Berat badan
a) Menurut tinjauan teori
Pengukuran berat badan merupakan pengukuran yang terpenting
dalam memeriksa bayi/balita.pertambahan BB tiap minggu adala
140-200 gram sedangkan penambahan berat badan tiap bulan adalah
750 gram
(Muslihatun.2010.56)
b) Menurut Tinjauan kasus
Berat badan An,A saat lahir adalah 3400 kg ,pada usia 1bulan
kenaikan berat badan bertambah menjadi 4200 kg,sedangkan saat ini
berat badan An.A adalah 5400 kg
c) Pembahasan
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena berat badan An.A
lebih berat dari usianya saat ini , pada teori seharusnya berat badan
An.A saat ini adalah 4300 gram tetapi kenaikan berat badan An.A 2x
lipat lebih berat dari usia bayi 2 bulan.karena penambahan berat
badan bayi setiap bulan nya adalah 750 gram
87. 76
2) Panjang badan
a) Menurut tinjauan teori
Pengukuran tinggi badan yang dilakukan dengan cara penelitian
pengukuran tubuh normal panjang badan bayi normal adalah 45-50
cm. Pertambahan panjang badan setiap 1bulan pada bayi adalah 2,5
cm setiap bulannya.pada usia 2bualn normal panjang bayi adalah 46-
58 cm. (Yuniarti.2014.46)
b) Menurut tinjauan kasus
Panjang badan An.A saat lahir adalah 50 cm, pada saat usia An.A 1
bulan adalah 51 cm, saat ini panjang badan An.A adalah 53 cm
c) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena panjang
badan An.A setiap bulan nya bertambah 2,5cm setiap bulannya sesuai
dengan teori
3) Lingkar Kepala
a) Menurut tinjauan teori
Pengukuran lingkar kepala dilakukan karena dapat merefleksikan
pertumbuhan otak.lingkar kepala normal 34-35 cm kemudian akan
bertambah sebesar 0,5 cm/bulan
(Maryunani.2010.68)
88. 77
b) Menurut tinjauann kasus
lingkar kepala An.A saat lahir 34 cm,pada usia An.A 1bulan lingkar
kepala An,A adalah 38 cm. pada saat pengkajian lingkar kepala
An.A saat inia adalah 42 cm
c) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena lingkar
kepala An.A bertambah besar sesuai pertambahan teori yaitu
bertambah 0.5 cm setiap bulannya dan dalam batas normal sesuai
usia bayi 2 bulan
4) Lingkar dada
a) Menurut tinjauan teori
Pengukuran lingkar dada dilakukan karena dapat menilai
perkembangan tubuh.lingkar dada bayi yg normal adalah 35-38 dan
bertambah 2cm setiap bulannya
(Soekamti.14.23)
b) Menurut tinjauan Kasus
Panjang lingkar dada An.A saat lahir 38 cm,pada saat An.A usia
1bulan menjadi 40 cm dan panjang badan An.A saat ini adalah 48 cm
c) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena panjang
lingkar dada An.A bertambah 2cm setiap bulannya sesuai dengan
89. 78
teori . saat ini panjang lingkar dada An.A 48 cm dan masih dikatakan
normal
5) Lingkar lengan
a) Menurut tinjauan teori
lingkar lengan diukur untuk menilai status gizi bayi tersebut dalam
keadaan normal atau kurang. Lingkar lengan pada bayi normal adalah
10-11 cm dan akan bertambah 0,3cm setiap bulannya tergantung gizi
pada bayi tersebut
(Soekamti.2010.25)
b) Menurut tinjauan kasus
Lingkar lengan An.A saat lahir adalah 11 cm ,pada saat An.A usia 1
bulan bertambah menjadi 12 cm,dan saat pengkajian lingkar lengan
An.A saat ini adalah 13 cm
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena lingkar lengan
An.A bertambah sesuai teori . saat ini lingkar lengan An.A adalah 13
cm dan itu dalam keadaan normal
90. 79
c. Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala
a) Menurut Tinjauan Teori
Tujuan mengakaji kepala untuk mengetahui bentuk dan fungsi dari
kepala. Dalam setiap pengkajian selalu dibandingkan antara
pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura, caput succedeneum,
cepalhematoma, sebagainya. (Sondagkh.2013.160)
b) Menurut tinjauan kasus
Pada pemeriksaan kepala pada An.A kepala tampak ubun-ubun
datar,tidak ada caput dan tidak ada cepal hematoma
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena pada saat
pengakajian kepala An.A normal sesuai dengan teori
2) Muka
a) Menurut tinjauan Teori
Tujuan mengkaji wajah pada bayi untuk menilai apakah wajah
simetris dan sindrom down.
(Soekamti.2014.93)
b) Menurut tinjauan kasus
Pada saat melakukan pengkajian wajah An.A simetris dan tidak ada
sindorm down
91. 80
c) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena pada saat
pengkajian wajah, wajah An.A simetris dan normal sesuai dengan
teori
3) Mata
a) Menurut Tinjauan Teori
Tujuan mengkaji mata untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata.
dalam setiap pengkajian selalu dibandingkan anatar mata kanan dan
mata kiri, pada tekhnik insfeksi yang dikaji adalah konjungtiva
pucat atau tidak, mata odema atau tidak, strabismus atau tidak,
adanya perdarahan subkonjungtiva atau tidak ( tambunan 2011 : 73)
b) Menurut Tinjauan Kasus
Pada saat pemeriksaan pada mata bayi , mata bayi tampak simetris,
konjungtiva merah muda, tidak odema.
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatar teori dan kasus karena mata bayi
tampak simetris dan pemeriksaan inspeksi dalam batas normal
4) Telinga
a) Menurut tinjauan teori
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan
mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran (Muslihatun ,
2010: 33 )
92. 81
b) Menurut tinjauan kasus
Pada saat pemerksaan pada telingan bayi simetris
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena telinga
bayi dan simetris dan tidak terdapat kelainan pada telinga bayi
5) Hidung
a) Menurut tinjauan teori
Hidung dikaji untuk mengetahui bentuk, pola pernapasan dan
kebersihan (muslihatun, 2010: 31)
b) Menurut tinjauan kasus
Pada saat pemeriksaan hidung bayi dan ada lubang kiri dan kanan
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatara teori dan kaus karena pada saat
pemeriksaan hidung bayi bersih tidak ada secret dan gangguan
pernapasan dan terdapat lubang dikanan dan kiri
6) Mulut
a) Menurut Tinjauan Teori :
Tujuan mengkaji mata mulut untuk mengetahui bentuk dan ada
tidaknya kelainan yaitu bentuk simetris/tidak, bibir tidak ada
labiopalatokizis, tidak ada labioskizis ( muslihatun 2010: 32 )
93. 82
b) Menurut Tinjauan kasus :
Pada saat pemeriksaan tidak ada labio dan palatoki
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatara teori dan kasus karena hasil
pemeriksaan dalam batas yang normal
7) Leher
a) Menurut tinjauan teori
Tujuan mengkaji leher adalah tidak ada pembesaran kelenjar
untuk mengetahui bentuk leher serta organ- organ penting
berkaitan pengkajian inspeksi untuk melihat kelainan kulit apakah
pucat, sianosis, ataukah ikterus dan tidak adanya pembengkakan,
pemeriksaan palpasi dilakukan untuk melihat adanya pembesaran
kelenjar tiroid, dan tidak adanya bendungan vena jugularis (
tambunan, 2011 : 83 )
b) Menurut tinjauan kasus
Pada saat pemeriksaan tidak terdapat pemebesaran kelenjar limfe
dan bendungan vena jugularis
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatar teori dan kasus karena hasil
pemeriksaan dalam batas normal
94. 83
8) Dada
a) Menurut tinjauan teori
Dada dikaji untuk mengetahui ada tidaknya kelainan bentuk, putting
susu, gangguan pernafasan, bunyi jantung( Muslihatun, 2010 : 33 )
b) Menurut tinjauan kasus
Pada saat pemeriksaan tidak terdapat bunyi mengi dan ronchi
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena hasil
pemeriksaan dalam batas yang normal
9) Perut
a) Tinjauan teori
Kaji bentuk perut, jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat
hernia diafragma
(Tambunan, 2011: 137 )
b) Tinjauan kasus
Pada saat pemeriksaan perut tidak cekung
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatara teori dan kasus karena hasil
pemeriksaan dalam batas normal
95. 84
10) Genetalia
a) Tinjauan teori
Pengkajian pada genetalia bertujuan untuk melihat adanya kelainan-
kelainan pada genetalia seperti pada laki-laki : panjang penis, testis
dalam scrotum, orifisium uretra diujung penis, kelainan (finosis,
hipospadia atau epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan
labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra, sekret ,
(muslihatun, 2010 : 34 )
b) Tinjauan kasus
Pada saat pemeriksaan testis sudah turun pada scrotum
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena hasil
pemeriksaan dalam batas yang normal
11) Ekstremitas
a) Tinjauan teori
Pengkajian pada ekstremitas bertujuan untuk memastikan gerakan-
gerakan bayi aktif, bentuk, jumlah jari – jari lengkap
b) Tinjuan kasus
Pada saat pemeriksaan gerakan bayi aktif, dan jari tangan dan kaki
lengkap
96. 85
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatar teori dan kasus karena ekstremitas
bayi dalam keadaan normal
12) Anus
a) Tinjauan teori
Pengkajian padaanus bertujuan untuk memastikan anus berlubang,
adanya atresia ani dan mekonium
b) Tinjauan kasus
Pada saat pemeriksaan didapatkan anus bayi berlubang
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjuan kasus dan teori
13) Punggung
a) Tinjauan teori
Pada pengkajian punggung dan pinggang biasanya dilihat bentuk
dari punggung adanya lordosis atau tidak, adanya pemengkakan
atau tidak
(muslihatun 2010 : 32-34)
b) Tinjuan kasus
Pada saat pemeriksaan bentik punggung tidak ada lordosis dan tidak
ada pembengkak
97. 86
c) Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatar tinjuan teori dan tinjuan kasus karena
punggung bayi dalam keadaan normal
B. Interpretasi Data Dasar
1. Diagnosa kebidanan
a. Tinjauan teori
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan
data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnnya
sehingga trgamar fakta.
(sulistyawati, 2010 : 177)
b. Tinjauan kasus
Dx : An.A umur 2 bulan
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena
diagnose bayi normal sesuai dengan identifikasi data yang di dapat
98. 87
2. Masalah
a. Tinjauan teori
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien, masalah adalah
hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosis
(Nurul Jannah,2011 : 11)
b. Tinjauan kasus
Terjadi KIPI pada An.A setelah satu hari penyuntikan
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan anatara kasus dan teori karena sudah dilakukan
penanganan KIPI
3. Kebutuhan
a. Tinjauan teori
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan
dan masalahnya. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu
mengalami kenyataan terhadap diagnosinya
(Sulistyawati,2009 : 192).
b. Tinjauan kasus
An. A umur 2 bulan penanganan KIPI
99. 88
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjuan teori dan tinjauan kasus karena peneliti
telah memberikan imunisasi DPT 1 karena pasien datang ddengan tujuan
untuk mengimunisasi DPT 1 pada bayinya
C. Antisipasi Masalah Potensial
1. Tinjauan teori
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan,
identifikasi dan menetapkan perlunya tindakkan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk di konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien
(Ambarwati dan Wulandari,2008;h.143).
2. Tinjauan kasus
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarnakan pada saat pengkajian
kasus bayi An.A tidak muncul diagnosa potensial karena tidak ada tanda –
tanda kegawatan yang lain
3. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena menurut tinjuan teori
mengatakan langkah ini menbutuhkan antisipasi ila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil terus mengamati kondisi klien sedangkan pada tinjuan
kasus bayi An. A tidak muncul diagnose potensial karena tidak ada tanda tanda
kegawatan lain .
100. 89
D. Tindakan Segera
1. Tinjauan teori
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnose yang sudah
diidentifikasi sebelumnya, sehingga dapat diambil keputusan ada tidaknya
tindakan segera oleh bidan atau dokter atau hal yang perlu dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain kondisi bayi, contohnya
adalah kejang.
( Muslihatun , 2010 : 255 )
2. Tinjauan kasus
Berdasarkan pengkajian didapatkan bahwa An.A tidak mengalami keadaan
yang membutuhkan tindakan segera
3. Pembahasan
Dari data diatas tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarnakan pada
saat pengkajian tidak ada yang membutuhkan tindakan segera
E. Perencanaan
1. Tinjauan teori
Pada langkah ini rencana yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya.
Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat,
meliputi pengetahuan, teori yang update, perawatan berdasarkan bukti (
evidence based care ), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang
diinginkan oleh pasien. Dalam penyusunan perencanaan sebaiknya pasien