SlideShare a Scribd company logo
1 of 182
Download to read offline
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY N
UMUR 23 TAHUN P2A0 2 HARI POST PARTUM DENGAN
PUTTING SUSU LECET DI BPS WIWIK, AMD.KEB
PANJANG BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Di susun oleh :
Nama : Arinda Risky Wulandari
Nim : 201207134
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
APRIL 2015
2
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY N
UMUR 23 TAHUN P2A0 2 HARI POST PARTUM DENGAN
PUTTING SUSU LECET DI BPS WIWIK, AMD.KEB
PANJANG BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
STUDI KASUS
Dianjurkan Untuk Memenuhi Persyaratan
Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan
Di susun oleh :
Nama : Arinda Risky Wulandari
Nim : 201207134
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
APRIL 2015
i
3
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 7 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Adhesti Novita Xanda, S.ST, M.Kes Anggun Prajaningrum, S.ST
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr.Wazni Adila, M.PH.
NIK. 2011041008
ii
4
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY N
UMUR 23 TAHUN P2AO2 HARI POST PARTUM DENGAN
PUTTINGSUSU LECETDI BPS WIWIK AMD.KEB
PANJANGBANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Arinda Risky W, Adhesty Novita Xanda S.ST,M KES, Anggun Prajaningrum
S.ST
INTISARI
Asuhan masa nifas perlu di laksanakan secara menyeluruh, walaupun pada umum nya
ibu yang melahirkan dalam keadaan sehat, tetapi kadang-kadang juga di temukan
adanya masalah. Selama beberapa hari setelah melahirkan, ibu mengalami masa nifas
atau masa pemulihan. Masalah dalam pemberian Asi yang biasa terjadi adalah putting
susu lecet, sebanyak 57% ibu yang menyusui di laporkan pernah menderita kelecetan
pada putting, dampak nya bayi tidak biasa mendapatkan Asi secara Eksklusif dan
kenyamanan ibu jadi terganggu akibat nyeri yang ibu rasakan. Berdasarkan data di
atas dan pengalaman yang di dapat oleh penulis selama di lapangan tentang
banyaknya ibu nifas yang mengalami putting susu lecet penulis tertarik untuk
mengetahui tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.N umur 23 tahun
P2A0 2 hari post partum di BPS Wiwik, Amd.Keb panjang Bandar lampung tahun
2015. Tujuan di lakukan nya penulisan ini di harapkan penulis mampu memberikan
asuhan kebidanan sesuai dengan manajemen kebidanan varney. Metode penulisan
yang di gunakan adalah metode deskriptif, subjek dan objek penelitian, yaitu ibu nifas
dengan asuhan yang di berikan di rumah pasien. Setelah penulis melakukan asuhan
kebidanan dapat di tarik kesimpulan bahwa penulis dapat melakukana suhan
kebidanan berdasarkan 7 langkah varney, dan berdasarkan kesimpulan yang di dapat
penulis mampu memberikan saran di harapkan dapat menambah informasi dan
refrensi yang penting yang penting dalam mendukung pembuatan study kasus bagi
mahasiswa semester akhir.
Kata kunci : IbuNifas
Kepustakaan : 2005-2014
Jumlah halaman : 156
iii
5
CURRICULUM VITAE
Nama : Arinda Risky Wulandari
Nim : 201207134
Tempat/Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 13 Mei 1994
Alamat : Jl.Raya Kalianda No 18 Panjang Bandar Lampung
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VII (Tujuh)
Biografi : Anak Pertama
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 1 Karang Maritim
2. SMP Negeri 30 Bandar Lampung
3. SMA Utama 2 Bandar Lampung
4. Penulis Sekarang Terdaftar Sebagai Mahasiswa Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung Tahun 2012 Hingga Sekarang
iv
6
MOTO
Jangan pernah menyerah atas impian yang ingin di capai, karna impian lah yang
memberikan kita tujuan hidup, sebab sukses bukan lah kunci dari kebahagiaan tapi
kabahagiaan adalah kunci dari kesuksesan
Semangat!
By.
Arinda Riski Wulandari
****************
v
7
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, ku persembahkan karya tulis ku ini kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan ku kesehatan dan kekuatan sampai detik ini.
2. Buat Papah Ku Alm. Edi Laksana, yang telah mengajarkan ku banyak hal serta
selalu menuntun arah langkah ku berjalan, dan satu-satunya alasan yang
membuat ku dapat tetap bertahan sampai saat ini. Terimakasih papah bahagialah
diri mu di sisinya amin..
3. Buat Mamah Ku Lodiah, yang selalu menjadi inspirasi terbesar dalam hidupku,
dan tidak pernah lelah mengangkat kedua tangannya, berdoa untuk keselamatan
dan keberhasilanku. Terimakasih mamah tersayang..
4. Adik dan Saudaraku, Ferdiansya Saputra dan Revi Anggianti yang selalu
memberikan tangan nya sehingga membuat ku dapat tetap berdiri dan
memberikan pundaknya sebagai tempat ku untuk bersandar. Terimakasih untuk
segalanya..
5. Pembimbing ku, Terimakasih untuk pembimbing KTI ku ibu Ninik Masturiah
S.ST M.Kes dan ibu Ervina Irawati Harianja S.ST yang bersedia menyisihkan
sedikit waktunya untuk membimbing ku menjadi lebih baik..
6. Untuk seluruh keluarga besar Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
khusus nya teman-teman tingkat III angkatan ke VII yang selalu mendampingi
ku, membantuku dan memberikan ku semangat..
7. Almamater ku, tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung yang telah
mengajarkan ku bagaimana cara menghargai sesuatu, dan sebagai tempat ku
menuntut ilmu selama tiga tahun..
vi
8
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny. N Umur 23
Tahun P2Ao 2 Hari Postpartum Dengan Putting Susu Lecet Di BPS Wiwik Panjang
Bandar Lampung Tahun 2015”.
KaryaTulis Ilmiah ini dapat diselesaikan berkat bantuan beberapa pihak, maka
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr.Wazni Adila, MPH Selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
2. Ninik Masturiahm, S.ST.,M.Kes Selaku Pembimbing I KaryaTulis Ilmiah
3. Ervina Irawati Harianja, S.ST Selaku Pembimbing II KaryaTulis Ilmiah
4. BPS Wiwik, Amd.Keb Panjang Bandar Lampung
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini
baik secara langsung atau tidak langsung
Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun guna untuk perbaikan dimasa mendatang. Semoga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum.
Bandar Lampung, April 2015
Penulis
vii
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................ii
ABSTRAK .............................................................................................iii
CURICULUM VITAE..........................................................................iv
MOTTO .................................................................................................v
PERSEMBAHAN..................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................x
DAFTAR TABEL .................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang .......................................................................1
1.2 RumusanMasalah..................................................................3
1.3 TujuanPenelitian ...................................................................4
1.4 RuangLingkup.......................................................................6
1.5 Manfaat .................................................................................6
1.6 MetodePengumpulan Data....................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TinjauanTeoriMedis..............................................................10
2.2 TinjauanTeoriAsuhanKebidanan ..........................................65
2.3 LandasanHukumKewenanganBidan.....................................83
BAB III TINJUAN KASUS
3.1 Pengkajian.............................................................................86
3.2 Matriks ..................................................................................96
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian..............................................................................115
4.2 Interpretasi Data.....................................................................144
4.3 AntisipasiMasalahPotensial ...................................................146
4.4 TindakanSegera......................................................................147
4.5 Perencanaan............................................................................147
4.6 Pelaksanaan............................................................................150
4.7 Evaluasi..................................................................................159
viii
10
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...........................................................................162
5.2 Saran......................................................................................164
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 StrukturMakroskopis...........................................................22
x
12
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Involusi Uterus ........................................................................33
Table 2.2Involusi Uterus ........................................................................75
Tabel 3.1 Matriks ....................................................................................94
xi
13
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian
2. Jadwal Penelitian
3. Lembar Konsul
4. Dokumentasi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di Negara maju dan
Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju
pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan sebenarnya justru
merupakan kebalikan nya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu dan
bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan
(Prawirohardjo, 2010; hal. 235).
Asuhan masa nifas perlu di laksanakan secara menyeluruh, walaupun pada
umumnya ibu yang melahirkan dalam keadaan sehat, tetapi kadang-kadang
juga di temukan adanya masalah. Selama beberapa hari setelah melahirkan,
ibu mengalami masa nifas atau masa pemulihan (Maryunani, 2009; hal. 15).
Masa nifas (peurperium) adalah di mulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan
yang di lakukan yaitu 6-8 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu (Vivian, 2011;
hal. 2).
1
2
Pemberian air susu ibu yang benar merupakan praktik yang tepat serta sesuai
dengan perkembangan, fisiologi bayi selama masa prolaktindan tahun pertama
kehidupan. Menyusu ketepatan waktu saja tidak cukup, tidak jarang kegagalan
dalam menyusui salah satu di antara nya adalah karena kurang atau sama
sekali tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana cara
menyusui yang benar.Akibat dari teknik menyusui yang salah menyebabkan
nyeri dan lecet pada putting susu karena bayi tidak menyusui sampai areola
payudara, bila ia hanya menyusui pada putting susu, maka bayi akan
mendapat asi sedikit karena gusi tidak menekan laktiferus dan ibunya akan
merasa nyeri karena adanya lecet pada putting susu (Astutik, 2014; hal. 23).
Kegagalan dalam proses menyusui sering di sebabkan karena timbulnya
beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun bayinya misalnya : kurang
atau salah nya informasi, putting susu datar atau terbenam, putting susu lecet,
putting melesak, payudara bengkak, mastitis, dan abses payudara (Vivian,
2011; hal. 20).
Masalah dalam pemberian Asi yang biasa terjadi adalah putting susu lecet,
sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan
pada putting. (Saleha, 2009; hal. 27 ).
Saat menyusui putting susu dapat mengalami lecet-lecet, retak, atau terbentuk
cela, biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir
3
dengan insiden 23% ibu pada primipara dan 31% ibu pada multipara (Astutik,
2014; hal. 24).
Putting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu,
dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting
susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.Beberapa penyebab putting
susu lecet antara lain teknik menyusui yang tidak benar, putting susu terpapar
oleh sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan
putting, moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu, bayi
dengan lidak pendek, cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
Tindakan yang dapat di lakukan untuk mengatasi putting susu lecet adalah
sebagai berikut :puting susu yang sakit dapat di istirahatkan namun Asi harus
tetap di keluarkan dengan tangan (Vivian, 2011; hal. 39).
Berdasarkan data di atas dan pengalaman yang telah di dapat oleh penulis
selama di lapangan tentang banyaknya ibu nifas yang mengalami putting susu
lecet penulis tertarik untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan ibu nifas
terhadap Ny.N usia23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu
lecet di BPS Wiwik, Amd.Keb Panjang Bandar Lampung Tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari study kasus ini
sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap
4
Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS
Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar LampungTahun 2015 dengan menggunakan
pendekatan 7 langkah varney?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
Terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting
susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar Lampung Tahun
2015 dengan menggunakan pendekatan 7 langkah varney.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian data pada ibu
nifas terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum
dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang
Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.2 Diharapkan penulis dapat melakukan interpretasi data dasar
pada Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.N usia 23
tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu lecet di
BPS Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.3 Diharapkan penulis dapat menentukan diagnosa atau masalah
potensial terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum
5
dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang
Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.4 Diharapkan penulis antisipasi masalah potensial Asuhan
Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2
hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Wiwik
Amd,Keb Panjang Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.5 Diharapkan penulis dapat menentukan rencana tindakan
terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan
putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar
Lampung tahun 2015.
1.3.2.6 Diharapkan penulis dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan
pada nifas khususnya Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post
partum dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb
Panjang Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.7 Diharapkan penulis mampu mengevaluasi Asuhan Kebidanan
yang telah dilakukan terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari
post partum dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb
Panjang Bandar Lampung tahun 2015.
6
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Obyek penelitian dalam Studi Kasus ini adalah ibu nifas terhadap
Ny.N umur 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu
lecet.
1.4.2 Tempat
Dilaksanakan di rumah Ny.N alamat Jl. Yos Sudarso No 117 Kp
Karang Jaya Panjang Bandar Lampung.
1.4.3 Waktu
Pada tanggal 5 April sampai tanggal 10April tahun 2015.
1.5 Manfaat penulisan
1.5.1 Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah bahan bacaan dan memberikan informasi yang
berhubungan dengan masalah pada ibu nifas.
1.5.2 Bagi pasien
Diharapkan dengan dilakukan penelitian tersebut ibu menyusui yang
mempunyai bayi mengetahui bahwa menyusui bayinya dengan
tekhnik menyusui yang benar sangat dianjurkan karena untuk
mencegah terjadinya masalah-masalah pada saat menyusui.
7
1.5.3 Bagi lahan praktek
Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian untuk dapat
mengoptimalkan system penyuluhan tentang penyebab terjadi nya
puring susu lecet akibat tekhnik menyusui yang tidak benat.
1.5.4 Bagi penulis
Memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan
dilakukannya studi kasus dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan
ilmu pengetahuan yang telah didapat.
1.6 Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1.6.1 Metode penulisan
Dalam penulisan studi kasus ini, menggunakan metode penelitian
deskriptif.Metode penulisan deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.
Metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan
sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas
tertentu (Notoatmodjo, 2012; hal. 33).
8
1.6.2 Teknik memperoleh data
Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut:
1.6.2.1 Data primer
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang
sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan muka dengan orang tersebut
(face to face) (Notoatmodjo,2012; hal. 35).
Wawancara di lakukan dengan cara :
1) Auto Anamnesa
Yaitu anamnesa yang di lakukan kepada pasien
langsung.Jadi data yang di peroleh adalah data primer
dan langsung dari sumber nya. (Ari sulistiawati,
2009; hal. 41).
b. Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan
khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi)
(Soepardan, 2007; hal. 51).
9
1.6.2.2 Data Sekunder
Sumber informasi yang bukan dari tangan pertama, dan yang bukan
mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi atau
data tersebut. (Notoatmodjo, 2005; hal 38).
a. Studi pustaka
Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam
menujang latar belakang teoritis dari suatu penelitian.Hasil
penelitian yang baik perlu di tunjang dengan bahan perpustakaan
yang memadai. Bahan-bahan perpustakaan yang dapat di gunakan
untuk menunjang latar belakang masalah, kerangka teoritis, dan
hipotesi penelitian adalah buku yang di terbitkan, berbagai jenis
penerbitan berkala seperi majalah, jurnal, bulletin, brosur, atau
sebagainya, berbagai harian atau surat kabar, karangan atau
makalah ilmiah yang tidak di terbitkan seperti makalah, skripsi,
tesis, dan di sertai laporan-laporan penelitian dan instansi resmi.
(Notoatmodjo, 2005; hal 39).
b. Studi dokumentasi
Semua bentuk informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik
dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi seperti laporan, tau
catatan-catatan di dalam kartu klinik (Notoatmodjo, 2005; hal. 40).
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Masa Nifas
2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hami. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Saleha, 2009; hal. 2).
Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Bahiyatun, 2013; hal. 2).
Masa nifas (peurperium) adalah masa yang di mulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu (Sulistiawati, 2009; hal. 1).
Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau peurperium di mulai sejak 2 jam setelah
10
11
lahirnya plasenta sampai dengan 6 munggu (42 hari) setelah itu
(Vivian, 2011; hal. 1).
Masa nifas di sebut juga masa post partum atau peurperium adalah
masa atau waktu sejak bayi di lahirkan dan plsenta keluar lepas dari
rahi, sampai enak minggu berikutnya, di sertai dengan pulih nya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain nya berkaitan saat
melahirkan (Suherni, 2009; hal. 1).
2.1.1.2 Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan masa nifas di perlukan dalam periode ini karna merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya, di perkirakan 60% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian
masa nifas terjadi dalam jam pertama.Kematian BBL terjadi pada 7
hari setelah lahir. Dengan pemantauan yang melekat dan asuhan
pada ibu dan bayi pada masa nifas berdasaran sumber yaitu :
a. Tujuan asuhan masa nifas
1. Mendeteksi adanya perdarahan pada masa nifas adalah untuk
menghindarkan atau mendeteksi adanya kemungkinan ada
nya perdarahan post partum dan infeksi. Oleh karna itu
penolong sebaikanya tetap waspada, sekurang-kurangnya 1
jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
12
komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah
setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama.
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga kesehatan ibu
dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus di berikan
oleh penolong persalinan. Ibu di anjurkan untuk menjaga
kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu
bersalin bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan
sebun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan ke belakang dan baru membersihkan daerah sekitar
anus. Sarankan ibu untuk mecuci tangan dengan sebum dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episitomi atau laserasi sarankan ibu
untuk menghindari atau tidak menyentuh daerah luka.
3. Melakukan skrining secara komprehensif. Melaksanakan
skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah,
mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya. Pada hal ini seorang bidan bertugas untuk
melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan
plasenta, pengawasan TFU, pengawasan TTV, pengawasan
konsistensi rahim, dan pengawasan keadaan umum ibu. Bila
di temukan permasalahan, maka harus segera melakukan
13
tindakan tidakan sesuai dengan standar pelayanan pada
penatalaksanaan masa nifas.
4. Memberikan pendidikan kesehatan diri. Memberikan
pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB,
menyusui, pemberian imunisai kepada bayinya, dan
perawatan bayi sehat. Ibu-ibu post partum harus di berikan
pendidikan mengenai pentingnya gizi antara lain kebutuhan
gizi ibu menyusui, yaitu sebagai berikut.
(a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
(b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
(c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap (anjurkan ibu untuk
minum sebelum menyusui).
5. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan
payudara, yaitu sebagai berikut.
(a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
(b) Menggunakan bra yang menyokong payudara
(c) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau asi
yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai
menyusui. Menyusui tetap di mulai dari putting susu
yang tidak lecet.
14
(d) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadi
bendungan asi.
(e)Konseling mengenai KB. Bidan memberikan konseling
mengenai KB (Vivian, 2011; hal. 2).
b. Tujuan asuhan masa nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologik.
2. Melaksanankan skrining secara komprehensif, deteksi dini,,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan :
gizi, menyusui, pemberian imunisasi, pada bayinya,
perawatan bayi sehat dan KB.
4. Memberikan pelayanan KB (Suherni, 2009; hal. 1).
c. Tujuan asuhan masa nifas
1. Memulihkan kesehatan umum penderita.
2. Menyediakan makanan sesuain dengan kebutuhan
3.Mengatasi anemia.
4. Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan
sterilisai.
5. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot-otot
untuk memperlancar peredaran darah.
15
6.Mempertahankan kesehatan psikologis.
7. Mencegah infeksi dan komplikasi.
8. Pemperlancar pembentukan asi.
9.Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri
sampai sama nifas dengan baik, sehingga bayi dapat
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
(Bahiyatun, 2013; hal. 2).
2.1.1.3Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas dari berbagai
macam sember :
a. Peran dan tanggung jawab bidan adalah :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama
masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayinya, serta
kelurga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman.
4. Mendorong kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak serta mampy melakukan kegiatan
administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
16
6. Memberikan konseling untuk ibu dan kelurga mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenai tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang
aman.
7. Melakukan menajemen asuhan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, serta
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode nifas.
8. Memberikan asuhan secara profesional.
(Vivian, 2011; hal. 4).
b. Peran dan tanggung jawab bidan adalah :
1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada
masa nifas.
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas
masalah.
4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
5. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama
klien (Bahiyatun, 2013; hal. 3).
17
c. Peran dan tanggung jawab bidan adalah :
1. Memberi dukungan yang terus menerus selama masa nifas
yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.
2. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi
secara fisik dan psikologis.
3. Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara
meningkatkan rasa nyaman (Saleha, 2009; hal. 5).
2.1.1.4 Tahapan Masa Nifas
a. Tahapan masa nifas
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Peurperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan
berjalan, serta menjalankan aktivitasnya layaknya wanita
normal lainnya.
2. Peurperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya sekitar 6-8 minggu.
18
3. Peurperium temote
Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama waktu hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi (Vivian, 2011; hal. 4).
b. Tahapan masa nifas
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24
jam.Pada masa ini sering terdapat banyak masalah,
misalnya pendarahan karena atonia uteri.Oleh karena itu,
bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan
suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau
busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late postpartum (1 minggu-5minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
(saleha, 2009; hal. 5).
19
2.1.1.5 Kunjungan masa nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat
kali.Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi serta menangani
masalah-masalah yang terjadi.
1) 6-8 jam setelah persalinan
a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
member rujukabila pendarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.
20
2) Enam hari setelah persalinan
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus bawah umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak adabau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam. Infeksi, atau
kelainan, pascamelahirkan.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda penyulit.
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana
menjaga bayi agar tetap hangat.
3) Dua minggu setelah persalinan sama seperti diatas (enam
hari setelah persalinan)
4) Enam minggu setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-prnyulit yang
dialami atau bayinya.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Vivian, 2011; hal. 4-5).
21
2.1.2 Proses laktasi dan menyusui
Anatomi payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari
seseorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik.
Lebih dari itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya,
maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupankarena Air Susu Ibu
(ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-
bulan pertama kehidupan bayi.
Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi
bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya
kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram.
(Vivian, 2011; hal. 7).
a) Letak : setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi
costa kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis
dinding rongga dada yang disangga oleh ligamentum suspensorium.
b) Bentuk : masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola
dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau
aksila.
c) Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga
tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah
satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada yang lainnya.
22
(Vivian, 2011; hal. 7).
2.1.2.1 Struktur makroskopis
Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut :
a. Cauda aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila.
b. Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar
dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing
payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm. letaknya
mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya
c. Papilla mammae
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan
bervariasi. Pada tempat ini terdapat, lubang-lubang kecil yang
merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat
saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening serat-serat otot
polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi
duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu
ereksi sedangkan otot-otot yang longitudinal akan menarik
23
kembali putting susu tersebut. Bentuk putting ada 4 macam
yaitu bentuk yang normal,pendek/datar,panjang dan terbenam.
(Vivian, 2011; hal. 9).
Gambar 2.1 Struktur Makroskopis
2.1.2.2 Struktur mikroskopis
a. Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu.
Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel
plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah.
b. Duktus laktiferus
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus laktiferus.
c. Ampulla
Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan
tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola.
24
d. Lanjutan setiap duktus laktiferus
Meluas dari ampulla sampai muara pailla mammae.
(Vivian, 2011; hal. 9).
2.1.2.3 Fisiologi laktasi
Proses ini juga dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusui dini,
dimanan ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas.
Plasenta mengandung hormone penghambat prolaktin (hormone
plasenta) yang menghambat pembentukan ASI.
(Saleha, 2009; hal. 11).
2.1.2.4 Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi
karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan
selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun, ada kalanya
seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI tidak lancar
(saleha, 2009; hal. 11).
2.1.2.5 Pembentukan air susu
Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu
sebagai berikut.
a) Reflek prolaktin
Pada akhir kehamilan, hormone prolaktin memegang peranan
untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas
25
karena aktivitas prolaktin di hambat oleh estrogen dan
progesterone yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus,
lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum
membuat estrogen dan progesterone sangat berkurang, di
tambah dengan isapan bayi yang merangsang putting susu dan
kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.Rangsangan
ini di lanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis
hipotalamus yang akan menekan pengeluaran factor-faktor
yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi
prolaktin . faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan
merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin.
Hormone ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu.
b) Reflek let down
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang di lanjutkan
ke hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudian di
kelurakan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormone ini di angkat menuju uterus
yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga
26
terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah di produksi keluar dari alveoli dan
masuk ke dalam system duktus, selanjutnya mengalir
melaluiduktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah
sebagai berikut
1. Melihat bayi
2. Mendengar suara bayi
3. Mencium bayi
4. Memikirkan untuk menyusui bayi.
(Vivian, 2011; hal. 12-13).
2.1.2.5 Manfaat pemberian ASI
a. Bagi bayi
1) Komposisi sesuai kebutuhan
2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia
enam bulan
3) ASI mengandung zat pelindung
4) Perkembangan psikomotorik lebih cepat
5) Menunjang perkembangan kognitif
6) Menunjang perkembangan penglihatan
7) Memperkuat ikatan bati antara ibu dan anak
8) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat
27
9) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri
b. Bagi ibu
1) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat
kembalinya rahim ke bentuk semula
2) Mencegah anemia defisiensi zat besi
3) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil
4) Menunda kesuburan
5) Menimbulakan perasaan dibutuhkan
6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium
c. Manfaat bagi keluarga
1) Mudah dalam proses pemberiannya
2) Mengurangi biaya rumah tangga
3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat
menghemat biaya yang berobat
d. Manfaat bagi Negara
1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-
obatan
2) Pengematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui
3) Mengurangi polusi
4) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas (Saleha, 2009; hal. 32-33).
28
2.1.1.7 Komposisi ASI
Komposisi gizi dalam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.ASI khusus dibuat untuk
bayi manusia.Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan
sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
(Vivian, 2011; hal. 19).
1) Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio
protein whey:kasein =60:40, dibandingkan dengan air susu sapi
yang rasionya =20:80. ASI mengandung alfa-laktabumin,
sedangkan air susu sapi mengandung beta-laktoglobulin dan
bovine serum albumin. ASI mengandung asam amino esensial
taurin yang tinggi. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah
daripada susu sapi, sedangkan sisitin lebih tinggi. Kadar
tirosindan fenilalanin pada ASI rendah. Kadar poliamin dan
nukleotid yang penting untuk sisitesis protein pada ASI lebih
tinggi dibandingkan air susu sapi.
2) Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi
(6,5-7 gram). Karbohidrat yang utama adalah laktosa.
29
3) Lemak
Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam
ASI 7-8 kali lebih besar dari susu sapi. Asam lemak rantai
panjang berperan dalam perkembangan otak.Kolestrol yang
diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan
diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan
pembentukan ensim.
4) Mineral
ASI mengandungmengandung mineral lengkap. Total mineral
selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak
terpengaruh diet ibu.Garam organic yang terdapat dalam ASI
terutama kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan
fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor, sodium potassium, dalam
tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi. Bayi
yang diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan
garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air
tambahan di bawah kondisi-kondisi umum.
5) Air
Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan
zat-zat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat
meredakan rangsangan haus dari bayi.
30
6) Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D,
dan C cukup.Sementara itu, golongan vitamin B kecuali
riboflavin dan sam penthotenik lebih kurang.
a. Vitamin A : air susu manusia sudah masak (dewasa
mengandung 280 IU) vitamin A dan kolustrum
mengandung sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya
mengandung 18 IU.
b. Vitamin D : vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam
air susu manusia.
c. Vitamin E : kolustrum manusia kaya akan vitamin E,
fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan
tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari
cedera akibat oxide.
d. Vitamin K : diperlukan untuk sintesis faktor-faktor
pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapat
vitamin K lebih banyak.
e. Vitamin B kompleks : semua vitamin B ada pada tingkat
yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang
diperlukan.
31
f. Vitamin C : vitamin C sangat penting dalam sintesis
kolagen, ASI mengandung 43 mg/100 ml vitamin C
dibandingkan dengan susu sapi (Vivian, 2011; hal. 19-20).
2.1.2.8 Stadium ASI
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu sebagai berikut :
a) Kolustrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah
kolustrum, yang mengandung kaya akan protein, mineral, dan
antibody daripada ASI yang telah matang. ASI mulai ada kira-
kira pada hari ke-3 atau hari ke-4.Kolustrum berubah menjadi
ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi
lahir.Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas kental,
lengket, dan berwarna kekuningan.
b) ASI transisi/peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolustrum
sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari
ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak
dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar
immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan
laktosa meningkat.
32
c) ASI matrur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.ASI matur
tampak berwarna putih.Kandungan ASI matur relatif konstan,
tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir
pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk.
Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah
lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral ,dan air.
(Vivian, 2011; hal. 20-21).
2.1.2.9 Tanda bayi cukup ASI
1. Bayi minum ASI tiap 2-3jam atau dalam 24 jam minimal
mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu pertama
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna
menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir
3. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/hari
4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
5. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah
habis
6. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal
7. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi sesuai
dengan grafik pertumbuhan
33
8. Perkembangan monotorik bayi (bayi aktif dan monotoriknya
sesuai dengan rentan usianya
9. Bayi keliahatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan bangun
dan tidur dengan cukup
10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian mengantuk dan
tertidur pulas (Vivian, 2011; hal.24).
2.1.3 Perubahan fisiologi masa nifas
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur
kembali seperti keadaan sebelum hamil.Perubahan keseluruhan alat
genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan
penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai
berikut :
2.1.3.1 Uterus
Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang berkontraksi posisi
fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus
dan simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang
lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu
telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba
lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan pengreorganisian dan
pengguguran desidua serta pengelupasan situs plasenta,
sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran
34
dan berat serta oleh warna dan banyaknya lokea, banyaknya lokea
kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian
sejumlah preparat metergin dan lainnya dalam proses persalinan.
Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui
bayinya (saleha, 2009; hal. 54).
Table 2.1Involusi Uterus
Tinggi Fundus Uteri dan berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi TFU Berat uterus
Bayi baru
lahir
Setinggi pusat 2 jari di bawah pusat 1000 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram
2.1.3.2 Lokia
Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
lokia rubra, sangulenta, dan lokia serosa atau alba.
1. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah
segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desisdua, verniks
caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pascapersalinan.
35
Inilah lokia yang akan keluar selama dua sampai tiga hari
postpartum.
2. Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.
3. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi
yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum
dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan
tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14
pascapersalinan. Lokia alba mengandung terutama cairan
serum, jaringan desidua, luekosit, dan eritrosit.
4. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke-14
kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali
berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya
seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit
dan sel-sel desidua (saleha, 2009; hal. 55).
2.1.2.3 Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis,
degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari
mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada
bekas implantasi plasenta.
36
2.1.2.4 Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak
menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini di
sebaab kan oleh corvus uteri yang mengadakan kontraksi,
sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara corvus dan servik berbentuk semacam cincin.
Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan
akan menutup secara perlahan dan bertahap,.Setelah bayi lahir,
tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya
dapat di masukan 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, servi
sudah menutup kembali.
2.1.2.5 Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar salaam proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua orang ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
dalam keadaan tidak hamil dan ruggae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi
lebih menonjol.
37
2.1.2.6 Perineum
Segara setelah melahirkan, perineum menjadi kemdur karna
sebelum nya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju, pada
post natal hari ke 5 perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian tonus nya, sekali pun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum hamil (Sulistiawati, 2009; hal. 77).
2.1.2.7 Sistem pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap
makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting
untukgigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini
terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya
kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang
dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu
dalam masa laktasi.
Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah
terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak
adanya peristaltic usus.Penyebabnya adalah penekanan buah dada
dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak
peristaltic usus, serta bisa juga karena pengaruh psikis takut BAB
karena ada luka jahitan perineum (Saleha, 2009; hal. 58).
38
2.1.2.8 Perubahan system perkemihan
1. Mencapai hemostatis internal
a) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan
unsure-unsur yang terlarut didalamnya. Sebanyak 70% dari
air tubuh terletak didalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan
intraseluler.Kandungan air sisanya disebut cairan
ekstraseluler.
b) Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat
gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.
c) Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang
terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan tidak
diganti.
2. Keseimbangan asam basa tubuh
Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila ph>7,4
disebut alkalosis dan jika ph<7,35 disebut asidosis.
3. Mengeluarkan sisa metabolism, racun, dan zat toksin
Ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang
mengandung nitrogen terutama : urea, asam urat, dan kreatinin.
(Vivian, 2011; hal. 62).
39
2.1.2.9 Perubahan tanda-tanda vital
1. Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh
anggota tubuh manusia.Pasca melahirkan pada kasus normal,
tekanan darah biasanya tidak berubah.Perubahan tekanan darah
menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darh tinggi pada post partum
merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun
demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
2. Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius.
Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5
derajat celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini
akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan
maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum,
suhu badan akan naik lagi.
3. Nadi
Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena
pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah
yang berlebihan. Setiap denyut nadi diatas 100x/menit selama
masa nifas adalah abnormal dan mengindikasikan pada infeksi
40
atau haemoragic post partum. Pada minggu ke-8 sampai ke-10
setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum
hamil.
4. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24
kali/menit.Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat
dan normal.Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat.Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok (Rukiah, 2011; hal. 68).
2.1.2.10 Perubahan system endokrin
1. Hormone plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormone yang
diproduksi oleh plasenta.Hormone plasenta menurun dengan
cepat pasca persalinan. HCG menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post
partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3
post partum.
41
2. Hormone pituitary
Hormone pituitary antara lain : hormone prolaktin, FSH dan
LH. Hormone prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada
wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.
3. Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya
mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun
yang tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan
menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan, sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi
berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90%
setelah 24 minggu.
4. Hormone oksitosin
Hormone oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara.Isapan bayi dapat merangasang produksi ASI dan
sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
5. Hormone estrogen dan progesterone
Volume darah normal selama kehamilan , akan meningkat.
Hormone estrogen yang tinggi memperbesar hormone anti
diuretic yang dapat meningkatkan volume darah.Sedangkan
hormone progesterone mempengaruhi otot halus yang
42
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh
darah.Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus,
dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.
(rukiyah, 2011; hal. 72).
2.1.2.11 Perubahan system musculoskletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit, proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Ligament-ligamen, diafragma, pelvis, serta
fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum menjadi kendor.Untuk memulihkan kembali jaringan-
jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan
dasr panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan
tertentu.Pada 2 hari postpartum, sudah dapat fisioterapi.
(Sulistyawati, 2009; hal. 79).
2.1.2.12 Perubahan system kardiovaskuler
Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil.
Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobulin kembali normal
pada hari ke5.
43
Kehilangan darah pada persalinan pervaginan sekitar 300-400 cc,
sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesaria
menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume
darah dan hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio
sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal
setelah 4-6 minggu (Rukiyah, 2011; hal. 70).
2.1.2.13 Perubahan system hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan
volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma di tambah
peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan
peningkatan hematoktir, dan haemoglobin pada hari ketiga sampai
tujuh hari setelah persalinan. Jumlah sel darah putih (leukosit)
selama 10-12 setelah persalinan umumnya berkisar antar 20.000-
25.000/mm, faktor pembekuan darah akan terjadi ekstensif setelah
persalinan yang bersama dengan pergerakan, trauma atau sepsis
bisa menyebabkan trombo emboli. Keadaan produksi tertinggi dan
pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran tempat pelepasan
plasenta. (rukiah, 2011; hal. 71).
44
2.1.3 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
2.1.4.1 Nutrisi dan cairan
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air
susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin.
1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan
jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama
ibu menyusui dibandingkan selama ibu hamil. Rata-rata
kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik
adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu
untuk tiap 100 ml yang dihasilkan rata-rata ibu menggunakan
kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari
selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu
normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kla
ketika menyusui.
2) Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan
normal ketika menyusui jumlah ini hanya 16 % dari tambahan
500 kallori yang dianjurkan pada ibu nifas. Protein
diperlukan untuk membawa oksigen didalam sel darah merah
serta pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak dan
mati.Sumber protein diperoleh dari protein hewani ndan
nabati. Protein hewani antara lain :seperti telur, danging, ikan,
45
udang, kerang, susu dan keju. Sementara itu protein nabati
banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan.
3) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan
cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter perhari
dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah. Mineral, air, dan
vitamin digunakan untuk kelancaran metabolisme di dalam
tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua
jenis sayur dan buah-buahan segar.
4) Pil zat besi (FE) harus diminum 1x1 sehari, untuk menambah
zat besi selama 40 hari pascapersalinan.
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu
pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar
dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
( Vivian, 2011; hal.72 ).
Pemberian vitamin A dalam bentuk suplemen dapat
meningkatkan kualitas asi, meningkatkan daya tahan tubuh dan
maningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulan-bulan
pertama kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang
terkandung dalam asi (Suherni, 2009; hal. 101).
2.1.4.2 Ambulasi
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin
membimbing ibu atau penderita keluar dari tempat tidur dan
46
membimbingnya secepat mungkin untuk dapat berjalan. Pada
persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (
ibu boleh miring kekanan dan miring kekiriuntuk mencegah
adanya trombosit).
Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan yaitu sebagai
berikut :
a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi atau mencegah
infeksi puerperium
b. Mempercepat involusi uterus
c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin
d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah ibu sehingga
mempercepat fungsi pengeluaran ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme. (Dewi, 2011; hal. 72 ).
2.1.4.3 Eliminasi
a. Eliminasi
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam.
Bila tidak maka dilakukan tindakan berikut ini :
1. Dirangsang dengan mengalirkan air keran didekat klien
2. Mengompres air hangat di atas simfisis
3. Saat site bath ( berendam air hangat ) klien disuruh
BAK.Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka
47
dilakukan kateterisasi.karena dapat menimbulkan resiko
infeksi saluran kemih tinggi.
Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari
postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase
hingga skibala (feses mengeras) tertimbun di rektum,
mungkin akan terjadi febris.Bila terjadi hal demikian dapat
dilakukan klisma atau laksa per os (melalui mulut).
Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB, maka
sebaiknya diberikan laksa atau paraffin (1-2 hari
postpartum) atau pada hari ke-3 diberi laksa supositoria dan
minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB
dengan teratur :
a. Diet teratur
b. Pemberian cairan yang banyak
c. Ambulasi yang baik
d. Bila takit buang air besar secara episiotomi maka
diberikan laksa supposotria.
(Dewi, 2011; hal.73).
b. Eliminasi
Menggambarkan Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6
jam post partum, apabila setelah 8 jam post partum ibu belum
dapat berkemih maka ibu hendaknya dilakukan katerisasi.
48
Untuk pola buang air besar, setelah 2 hari ibu diharapkan
sudah dapat buang air besar, jika pada hari ke 3 ibu belum
dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau
perrektal. (sitti saleha, 2009; hal. 73).
2.1.4.4 Istirahat
Istirahat sangat diperlukan bagi ibu di masa nifas agar
pegembalian fungsi organ-organ tubuh setelah 40 minggu
kehamilan mengalami beberapa perubahan baik anatomi maupun
fungsinya.Tidur pada malam hari selama 7-8 jam dan tidur pada
siang hari sebaiknya selama 1-2 jam ( Rukiyah, 2011; h.127 ).
Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal,
diantaranya adalah :
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi atau dihasilkandan
menyebabkan kelelahan sehingga dapat timbul sering pusing
2. Memperlambat proses involusi uterus dan dapat
memperbanyak perdarahan.
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri ( Dewi, 2011; hal. 76 ).
2.1.4.5 Personal hygiene
a) Putting susu
Harus di perhatikan kebersihan dan luka peacah harus segera di
obati karena kerusakan putting susu merupakan port de entrée
49
dan dapat menimbulkan mastitis. Air susu yag menjadi kering
akan menjadi kerak dan dapat merangsang kulit sehingga
timbul enzema. Oleh karena itu, sebaiknya putting susu di
bersihkan dengan air yang telah di masak,
b) Patrum lokia
Lokia adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa nifas
yang tidak lain adalah secret dari rahim terutama luka plasenta
(Vivian, 2011; hal. 75).
b. Peronal Hygiene
Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk
mencegah terjadinya infeksi.Kebersihan tubuh, pakaian, tempat
tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
(siti saleha, 2009; hal. 73).
2.1.4.6 Perineum
Bila sudah buang air besar atau buang air kecil, perineum harus di
bersihkan secara rutin.Caranya di bersihkan dengan sabun yang
lembut minimal sehari sekali. Biasanya ibu akan takut akan jahitan
yang lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak di bersihkan
atau todak di cuci.
50
2.1.4.7 Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri maka aman untuk memulai
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.Hubungan seksual dapat
dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan
lokia telah berhenti.Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda
sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan karena saat itu
diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali.
( Dewi, 2011; hal. 77 ).
2.1.5 Proses adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas
Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaftasi setelah
melahirkan ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
2.1.5.1 Fase taking in
Fase taking in yaitu priode ketergantungan yang berlangsung ada
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada sat itu
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman
ibu selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal
ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungan
sekitar.Kemampuan mendengarkan dan menyediakan waktu
51
yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi
ibu.Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase
ini.
2.1.5.2 Fase taking hold
Fase taking hold adalah priode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan.pada fase ini ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung sehingga kita perlu berhati-hati
dalam berkomunikasi dengan ibu berhati-hati dalam
tindakan.Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul
percaya diri.
2.1.5.3 Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan
bayinya. Serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan
kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat
berguna bagi ibu, ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan
diri dan bayinya (Dewi, 2011; hal. 65-66 ).
52
2.1.6 Masalah dalam menyusui
Beragam masalah sering terjadi pada saat menyusui, bidan/perawat perlu
mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi ini, agar dapat
memberikan dukungan bagi ibu untuk menyusui secara berhasil.
(anik maryunani, 2009; hal. 90).
Masalah-masalah menyusui pada ibu yang sering terjadi antara lain :
2.1.6.1 Stress
Ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak sering kali
merasa kurang percaya diri sehingga timbul stress. Masalah yang
dihadapi ibu yang kurang percaya diri dalam menyusui ini antara
lain :
a. Ibu masih takut untuk memegang, menggendong maupun
menyusui bayinya
c. Lingkungan keluarga terdekat seperti suami, orang tua atau
saudara yang tinggal serumah tidak member dukungan
Cara mengatasinya :
Bidan/perawat dapat memberikan nasihat pada ibu dan keluarga
agar ibu berhasil menyusui dengan penuh rasa percaya diri
dengan :
53
a. Meyakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui dan ibu harus
yakin bahwa ASI akan mencukupi kebutuhan bayinya dan
produksi ASI tidak tergantung pada besar kecilnya payudara
b. Menganjurkan suami dan keluarga terdekat untuk
memberikan dukungan dengan cara antara lain menenangkan
atau membantu perawatan sederhana seperti mengganti
popok, menidurkan, dan sebagainya
(anik maryunani, 2009; hal. 90).
2.1.6.2 Putting susu datar atau terbenam
Untuk mengetahui apakah putting susu datar/terbenam yaitu
dengan cara menjepit areola antara ibu jari telunjuk dibelakang
putting susu. Bila putting susu menonjol berarti putting tersebut
normal, namun bila putting tidak menonjol berarti putting susu
datar/terbenam.
Cara mengatasinya :
Dengan menggunakan pompa putting. Putting susu yang datar
dan terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat dihisap
oleh mulut bayi. Upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 3 dan
biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari.
Putting juga bisa ditarik keluar secara teratur hingga putting akan
sedikit menonjol dan dapat diisapkan kemulut bayi, putting akan
lebih menonjol lagi (Anik maryunani, 2009; hal. 91).
54
2.1.6.3 Putting susu lecet/nyeri
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan
menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan
kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat
disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula
disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis.
(Ambarwati, 2008; hal. 46).
Putting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui.
Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah.
Retakan pada putting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam
(Vivian, 2011; hal. 39).
Saat menyusui putting susu dapat mengalami lecet-lecet, retak,
atau terbentuk cela, biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu
pertama setelah bayi lahir dengan insiden 23% ibu pada
primipara dan 31% ibu pada multipara
Putting susu lecet ini sering terjadi saat minggu pertama setelah
bayi lahir, hal ini biasanya disebabkan oleh :
a. Kesalahan dalam tekhnik menyusui, yaitu bayi hanya
menyusu pada putting susu saja tidak sampai ke areola.
b. Adanya monilisir pada mulut bayi yang menular pada putting
susu ibu.
55
c. Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim atau zat iritan
lainnya untuk mencuci putting.
d. Bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang pendek,
menyebabkan bayi hanya dapat mengisap sampai putting
susu ibu saja.
e. Ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati.
(Anik Maryunani, 2009; hal. 92).
Memberitahu ibu cara perawatan putting susu lecet:
a. Cari penyebab putting susu lecet
b. Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada
putting susu normal yang lecetnya sedikit
c. Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), tidak
menggunakan sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain
saat membersihkan payudara
d. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam)
e. Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara
waktu kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh
sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam
f. Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan sabun
56
g. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke
kalang payudara dan susukan secara bergantian diantara
kedua payudara
h. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan
biarkan kering
i. Pergunakan bra yang menyangga (Vivian, 2011; hal. 40-41).
2.1.6.4 Payudara bengkak
Pada payudara bengkak tampak payudara udem, sakit, putting
kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila
diperiksa/dihisap ASI tidak keluar.Badan bisa demam setelah 24
jam, Hal ini terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan.
Penyebab bengkak :
a. Menyusui yang tidak kontinu
b. Terlambat menyusui
c. Perlekatan saat menyusui kurang baik
d. Pembatasan waktu menyusui
Tindakan yang dapat di lakukan untuk mengatasi payudara
bengkak :
1) Setiap dua jam sekali sebelum menyusui kompreslah
payudara dengan lap bersih atau dengan daun papaya basah.
57
2) Kelurkan sedikit asi sebelum meyusui agar payudara lebih
lembek sehingga lebih mudah memasukan nya ke mulut bayi.
3) Bila bayi belum dapat menyusui , asi di keluarkan dengan
tangan atau pompa dan di berikan pada bayi dengan cangkir
atau sendok.
4) Tetap mengeluarkan asi sesering yang di perlukan sampai
bendungan teratasi.
5) Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat
dangingin.
6) Bila ibu demam dapat di berikan obat penurun denan dan
pengurang sakit.
7) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak,
bernafas untuk membantu memperlancar pengeluran asi.
8) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.
9) Makan-makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dan perbanyak minum
10) Jika ibu yang sedang menyusuo terserang penyakit seperti
misalnya pilek, usahakan tetap memberikan asi dengan
menutuo mulut dan hidung dengan masker.
(Vivian, 2011; hal. 40).
58
2.1.6.5 Saluran susu tersumbat
Berikut ini akan dijelaskan mengenai penyebab, gejala,
penatalaksanaannya, dan pencegahan saluran susu yang
tersumbat.
Penyebab :
Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah
sebagai berikut :
a.Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui
b. Pemakaian bra yang terlalu ketat
c. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak
segera dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan
Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut :
1) Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan
lunak pada perabaan
2) Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa
nyeri dan bengkak yang terlokalisir.
Penatalaksanaan :
Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat, sehinggabenar-
benar sembuh, untuk menghindari terjadinya radang payudara
(mastitis).
1) Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan
masase serta kompres panas dan dingin secara bergantian
59
2) Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk
mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap
kali selesai menyusui
3) Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.
(siti saleha, 2009; hal. 107).
2.1.6.6 Mastitis/radang payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara bagian yang terkena
menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas.Ibu bisa mengalami
demam bahkan disertai menggigil. Mastitis biasanya terjadi pada
masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat
dan tidak segera diatasi (anik maryunani, 2009; hal. 95).
Cara mengatasinya :
1) Kompres hangat/panas dan pemijatan
2) Rangsang oksitosin : dimulai pada payudara yang tidak sakit,
yaitu stimulasi putting, pijat leher-punggung, dan lain-lain
3) Pemberian antibiotic : flucloxacilin atau erythromycin selama
7-10 hari
4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk
penghilang rasa nyeri
5) Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak
boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah
(Vivian, 2011; hal. 41)
60
2.1.6.7 Abses payudara
Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang terlambat
diobati.Ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan
benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah.
Cara mengatasinya :
a. Jika susu terjadi abses, payudara yang sakit tidak
bolehdisusukan, mungkin perlu tindakan bedah. Tapi payudara
yang sehat harus tetap digunakan untuk menyusui dengan
perawatan dan kebersihan yang sebaik mungkin
b. Rujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan drainase
pus/nanah
c. Pemberian antibiotic dosis tinggi dan obat analgesic/antipiretik
oleh dokter
d. Ibu harus cukup istirahat (anik maryunani, 2009; hal. 96).
2.1.7 Tekhnik menyusui
2.1.7.1 Pengertian tekhnik menyusui
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan cara
memberikan ASI kepada bayi dengan benar.
Tekhnik menyusui yang benar
61
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI
dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring
dengan santai
b. Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak
ditempat tidur/kursi ibu harus merasa rileks
c. Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan
bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka
bayi menghadap kepayudara ibu, hidung bayi didepan
putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa
sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Bayi
seharusnya berabring miring dengan seluruh tubuh nya
menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan
tubuhnya, tidak melengkung kebelakang/menyamping,
telinga, bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis
lurus.
d. Ibu mendekatkan bayi ketubuhnya (muka bayi
kepayudara ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusu:
membuka mulut, bergerak mencari, dan menoleh. Bayi
harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus
mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan
lehernya utuk mencari putting susu ibu.
62
e. Ibu menyentuh putting susunya ke bibir bayi, menunggu
hingga bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut
bayi keputting susu ibu hingga bibir bayi dapat
menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang
payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan
empat jari dibawah payudara dan ibu jari diatas payudara.
Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”. semua
jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan areola.
f. Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam
mulut bayi. Dagu rapat kepayudara ibu dan hidungnya
menyentuh bagian atas payudara. Bibir bawah bayi
melengkung keluar.
g. Bayi diletakkan menghadap ibu dengan posisi sanggah
seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja,
kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan badan bayi
kebadan ibu, menyentuh bibir bayi keputting susu nya
dan menunggu mulut bayi terbuka lebar.
h. Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan
putting dari mulut bayi dengan cara memasukan jari
kelingking diantara mulut dan payudara.
63
i. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi
dipundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian
menepuk-nepuk punggung bayi.
(Vivian, 2011; hal. 32-34).
2.1.7.2 Waktu menyusui
Pada bayi yang baru lahir akan menyusui lebuh sering,
rata-rata adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, bahkan
18 kali, menyusui on demand adalah menyusui kapan pun
bayi meminta atau di butuhkan oleh bayi.
(Astutik, 2014; hal. 60).
2.1.7.3 Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bayi tampak tenang
2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Mulut bayi terbuka lebar
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola
bawah lebih banyak yang masuk
6. Bayi nampak menghisap dengan ritme perlahan-lahan
7. Putting susu tidak terasa nyeri
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9. Kepala bayi tidak menengadah
64
(siti saleha, 2009; hal. 37).
2.1.7.3 Tanda bayi cukup ASI
1. Bayi minum ASI tiap 2-3jam atau dalam 24 jam
minimal mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu
pertama
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan
warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah
lahir
3. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/hari
4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
5. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI
telah habis
6. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal
7. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi
sesuai dengan grafik pertumbuhan
8. Perkembangan monotorik bayi (bayi aktif dan
monotoriknya sesuai dengan rentan usianya
9. Bayi keliahatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan
bangun dan tidur dengan cukup
10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian
mengantuk dan tertidur pulas (Vivian, 2011; hal. 24).
65
2.2 Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak
secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klient maupun pemberi asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebgaai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian
tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
terhadap klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi
ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan
yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.
(Suryani, 2008; hal. 96).
2.2.2.1 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney
I. Pengumpulan data dasar
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui
proses pengumpulan data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhan
peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya data
66
laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study.
Semua data dikumpulkan dari semua yang berhubungan
dengan kondisi pasien.
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis
atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang telah dikumpulkan.Data tersebut di interpretasikan
sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik (Soepardan, 2008; hal. 99)
A. Data subjektif
1. Biodata
Yang mencakup identitas pasien :
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari.
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental psikisnya belum
siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c. Agama
67
Memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya
(Ambarwati, 2009; hal. 132)
e. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari.
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh pekerjaan terhadapa permasalahan
kesehatan pasien.
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan.
(Ambarwati, 2009; hal. 131-132)
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang
berkaitan dengan masa nifas misalnya pasien merasa
68
mulas, sakit pada jalan lahirkarena adanya jahitan
pada perineum (Ambarwati, 2009; hal. 132)
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti : jantung, DM, hipertensi, asma
yang dapat mempengaruhi pada masa hamil ini.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa
hamil.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya (Ambarwati, 2009; hal. 133)
4. Riwayat perkawinan
Yang perlu di kaji adalah berapa kali menikah, status
menikah stah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
69
status yang jelas akan berkaitan dengan psikologis
nya sehingga akan mempengaruhi proses nifas
(Ambarwati, 2010; hal. 133)
5. Riwayat obstetric
a. Riwayat haid
a) Menarche
Usia pertama kali menglami menstruasi untuk
wanita Indonesia pada usia sekitar 12-16 tahun.
b) Siklus
Jarak antara menstruasi yang di alami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari
biasanya sekitar 23-32 hari
c) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak drah
menstruasi yang di keluarkan
d) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang
di rasakan ketika mengalami menstruasi
misalnya sakit yang sangat, pening sampai
pingsan, jumlah darah yang banyak
(Sulistiawati, 2010; hal. 226)
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
70
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.
c. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB,
penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas saat ini (Ambarwati, 2009; hal. 134)
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa (Ambarwati, 2009; hal. 134)
7. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan
71
emosi/psikologi selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu
(Ambarwati, 2008; hal. 135).
8. Kehidupan social budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang
menganut adat istiadat yang akan menguntungkan
atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas
misalnya pada kebiasaan pantang makan.
(Ambarwati, 2009; hal. 134)
9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan-makanan
pantangan.
b. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi,
jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang
air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
c. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien
berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur,
72
misalnya membaca, mendengarkan music,
kebiasaan mengkonsumsi obat tidur kebiasaan
tidur, siang, penggunaan waktu luang.
d. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu
menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah
genetalia, karena pada masa nifas masih
mengeluarkan lochea.
e. Aktivitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-
hari.Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini
mungkin dapat mempercepat proses
pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu
melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu
pusing ketika melakukan ambulasi.
(Ambarwati, 2009; hal. 136-137)
B. Data obyektif
Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi
data kita dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus
73
melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan
secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut:
a. Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara
fisik pasien tidak mengalami ketergantungan
dalam berjalan.
(sulistyawati, 2009; hal. 188-189).
2) Lemah
Pasien dimasukan dalam criteria ini jika ia kurang
atau tidak memberikan respons yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien
sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
(Sulistyawati, 2012; hal. 188).
b. Kesadaran
74
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat
keasdaran mulai dari keadaan composmentis
(kesadaran maksimal) sampai dengan koma.
(sulistyawati, 2012; hal. 189).
c. Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan
dengan kondisi yang dialaminya
(ambarwati, 2008; hal. 137).
1. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan
darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena
ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklamsia postpartum
(Ambarwati, 2009; hal. 85).
2. Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam
pertama masa nifas pada umumnya disebabkan
oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya
cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga
disebabkan karena istirahat dan tidur yang
75
diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada
umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh
kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai
>38ºC adalah mengarah ketanda-tanda infeksi.
3. Nadi
Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi
diatas 100x/menit pada masa nifas adalah
mengidentifikasikan adanya infeksi, hal ini salah
satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan
sulit atau karena kehilangan darah yang
berlebihan (Ambarwati, 2009; hal 138).
4. Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal, yaitu sekitar 20-30x/menit.
(Ambarwati, 2009; hal. 139).
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Organ tubuh yang perlu di kaji karena
pada kepala terdapat organ organ yang
sangat penting pengkajian di awali
dengan inspeksi lalu palpasi
(tambunan, 2011; hal. 66).
76
2) Muka : Pada daerah muka kesimetrisan muka,
apakah kulitnya normal, pucat.
Ketidak simetrisan muka menunjukan
adanya gangguan pada saraf ke tujuh.
(Tambunan, 2011; hal. 66).
3) Mata : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi
mata, teknik yang digunakan inspeksi
dan palpasi (Tambunan, 2011; hal. 67).
4) Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga luar,
saluran telinga, gendang
telinga/membrane timpani, dan
pendengaran. Teknik yang digunakan
adalah inspeksi dan palapasi.
(Tambunan, 2011; h. 73).
5) Hidung : Di kaji untuk mengetahui keadaan
bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam,
lalu sinus-sinus.
(Tambunan, 2011; hal. 79.)
6) Mulut : Untuk mengetahui bentuk dan kelainan
pada mulut.(Tambunan, 2011; hal. 81).
7) Leher : Untuk mengetahui bentuk leher,serta
organ-organ lain yang berkaitan. Teknik
77
yang digunakan adalah inspeksi dan
palpasi
8) Dada : Mengkaji kesehatan pernafasan.
(Tambunan, 2011; hal. 66-86).
9) Payudara : Menjadi besar saat hamil dan
menyusui dan biasanya mengecil
setelah menopouse. pembesaran ini
terutama disebabkan oleh
pertumbuhan struma jaringan
penyangga dan penimbunan jaringan
lemak. Selama kehamilan, hormon
prolaktin dan plasenta meningkat
tetapi ASI biasanya belum keluar
karena masih dihambat oleh kadar
estrogen yang tinggi. Pada hari kedua
atau ketiga pasca persalinan, kadar
estrogen dan progesteron turun drastis,
sehingga pengaruh prolaktin lebih
dominan dan pada saat inilah mulai
terjadi sekresi ASI.
(Ambarwati, 2009; hal.7).
78
10) Abdomen :
a. Uterus
pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan
pemeriksaan payudara dilakukan terlebih
dahulu periksa pandang warna perut,
pembesaran pada perut,kemudian lakukan
pemeriksaan raba (palpasi)
periksa rasa nyeri saat diraba, periksa
kontraksi uterus, kemudian raba tinggi fundus
( rukiyah, 2011; hal. 99).
Tabel 2.2 Involusi Uterus
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr) Keadaan Serviks
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 Lembek
Satu minggu Pertengahan pusat
dan simpisis
500 Beberapa hari setelah
postpartum dapat
dilalui 2 jari.
Akhir minggu pertama
dapat dimasuki 1 jari.
Dua minggu Tak teraba diatas
simpisis
350
Enam minggu Bertambah kecil 50-60
Delapan minggu Sebesar normal 30
(Vivian, 2011; hal. 57)
b. Kandung kemih
kondisi kandung kemih sangat berpengaruh
terhadap keadaan kontraksi uterus, sehingga
pemeriksaan kandung kemih jangan
79
diabaikan karena jika kontraksi terhambat
oleh kandung kemih yang penuh bisa
berakibat keluar darah yang cukup banyak .
( rukiyah, 2011; hal. 100).
11) Punggung : Nyeri tekan, nyeri ketuk
12) Genetalia : Mengkaji kebersiham,
pengeluaran, massa, bau
a) Lochea
Lokia adalah eksresi cairan rahim selama
masa nifas dan mempunyai reaksi/ alkalis
yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada
pada vagina normal.Lokhea rubra muncul
pada hari 1 sampai hari ke 4 masa
postpartum.
(Ambarwati, 2009; hal. 78).
Normal :
1) Merah hitam (lochea rubra)
2) Bau biasa
3) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir
darah beku
80
4) Jumlah perdarahan yang ringan atau
sedikit (hanya perlu mengganti
pembalut setiap 5 jam)
Abnormal :
1) Merah terang
2) Bau busuk
3) Mengeluarkan darah beku
4) Perdarahan berat (memerlukan
penggantian pembalut setiap 0-2 jam)
Keadaan perimeum: oedema, hematoma,
bekas, lepisiotomy/robekan, hecting
Keadaan anus :hemorrhoid
13) Ekstermitas
1. Varices
2. Oedema
3. Reflex patella
(Ambarwati, 2009; h. 140-141).
81
II. Interpretasi Data
Melakukanidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah di kumpulkan di interpretasikan menjadi dignosa
kebidannan dan masalah kedua di gunakan karena
beberapa masalah yang tidak dapat diselesaikan seperti
dignosa tetapi membutuhkan penanganan yang di
tuangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah
sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di
identifikasikan oleh bidan. (Ambarwati, 2010; hal. 141).
III. Mengidentifikasi doagnosa masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang
mungkin terjadi pada langkah ini di identifikasikan
masalah atau diagnosa potensial berdasarkan serangkaian
masalah dan dignosa hal ini membutuhkan antisipasi
pencegahan bila memungkinkan menunggu, mengamati
dan bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi.
(ambarwati, 2010; hal.142).
IV. Mengidentifikasi tindakan segera
Berdasarkan masalah potensial yang ada, bidan dapat
melakukan tindakan segera dengan menangani masalah
82
yang dialami dan menetapkan perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter untuk dapat ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi
pasien (Ambarwati, 2010; hal. 143).
V. Perencanaan
Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau
antisipasi rencana asuhan menyeluruh, tidak hanya
meliputi apa yang sudah di lihat dari kondisi pasien atau
dari setiap masalah yan berkaitan tetapi juga berkaitan
dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut
yaitu apa yang akan terjadi berikutnya
(ambarwati, 2010; hal. 143).
VI.Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan
penyuluhan pada klien ini dan keluarga.Mengarahkan atau
melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.
(Ambarwati, 2010; hal. 145).
83
VI. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui
apa yang telah di lakukan bidan mengevaluasi
keefektifitasan dari asuhan yang di berikan, ulangi
kembali proses manejemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan (ambarwati, 2010; hal. 147).
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
c. Kewenangan normal:
a) Pelayanan kesehatan ibu
b) Pelayanan kesehatan anak
c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
d. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
e. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki
dokter
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.
Kewenangan ini meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu
1. Ruang lingkup:
84
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
2. Kewenangan:
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu
ibu (ASI) eksklusif
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum
ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk
memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan
85
syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah
tersebut sudah terdapat tenaga dokter
(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id).
86
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. N UMUR23 TAHUN
P2A0 2HARI POSTPARTUM DENGANPUTING
SUSU LECETDI BPS WIWIK, AMD.KEB
PANJANG BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
3.1 Pengkajian
Tanggal : 5 April 2015
Jam : 17.00wib
Tempat : BPS WiwikAmd,Keb
NamaMahasiswa : Arinda Risky Wulandari
Nim : 201207134
1. Data subjektif
a. IdentitasPasien PenanggungJawab
Nama :Ny N Nama :Tn S
Umur :23tahun Umur :38 tahun
Agama :Islam Agama :Islam
Sukubangsa :Jawa Suku :Jawa
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Guru Pekerjaan :Buruh
Alamat :JlYosSudarso No 117 KpKarangJaya Panjang
Bandar Lampung
87
b. Alasandatang :Inginmelakukanpemeriksaan
c. Keluhanutama
Ibumengatakanputting susunyaterasanyeridansakitsaatmenyusui
d. Riwayatkesehatan
1) Sekarang
Ibusedangtidakmengalamipenyakitapapunsepertipenyakitmenularmaup
unpenyakitketurunan
2) Yang lalu
Ibutidakpernahmenderitapenyakitmenularmaupunpenyakitmenurun
3) Keluarga
Dalamkeluarganyatidakada/pernahmenderitapenyakitsepertipenyakitme
nularmaupunketurunan
4) Riwayat obstetric
a) Riwayathaid
Menarche : 13tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : teratur
Lama : 5-6hari
Volume : 3-4 kali gantipembalut
Warna : merah
86
88
Disminore : tidakada
Bau : khas
Flour albus : tidakada
b) Riwayatkehamilansekarang (data didapatdari KMS)
1) HPHT :07-07-2014
2) Taksiranpersalinan : 14-04-2015
3) Tanggalbersalin : 03-04-2015
4) Frekuensi ANC : 6 kaliselamakehamilan
5) Suntik TT : lengkap
6) Penyuluhan yang sudahdidapatkan : gizi,tanda-tanda persalinan,
tandabahaya persalinan, ASI eksklusif,
inisiasi menyusuidini.
c) Riwayatpersalinansekarang
1) IBU
Tempatmelahirkan :BPSWiwik, Amd,Keb
Penolong :Bidan
Jenispersalinan :Spontan
Lama persalinan :8 jam 35menit
Catatanwaktu
Kala I : 6 jam 10 menit
Kala II : 15menit
89
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 jam
Jumlah : 8 jam 35menit
Ketubanpecahpukul 11.00wib, spontan.
Plasenta
Lahirsecara : spontan, lengkap
Berat : 500 gram
Panjangtalipusat : 45 cm
Perineum : tidakadaluka perineum
2) Bayi
Lahirtanggal/pukul : 03-04-2015/11.15wib
Beratbadan : 3100 gram
Nilaiapgar : 9/10
Jeniskelamin : laki-laki
Cacatbawaan :tidakada
Masagestasi : 38 minggu 2hari
3) Riwayat KB
Ibusebelumnyapernahmenggunakanalatkontrasepsiapapun.
4) Riwayatkehamilan, persalinan, dannifas yang lalu
No Tahun
Partus
Tempat UK Jenis
Persalinan
Penolong Penyulit Nifas Ket
1 2012 BPS Aterm Spontan Bidan Tidakada Baik JK:L
90
2 2015 BPS Aterm Spontan Bidan Tidakada Baik
BB: 2800
gram
JK:L
BB: 3100
5) Polakebutuhansehari-hari
a. Nutrisi
Selamahamil :ibumakandengannasi, ikan,tempe,
dansayurtumiskangkungporsisedang 3x/hari.
Selamanifas :ibumakandengannasi, ayamgoreng, tahubacem,
sayurdaunkatukdenganporsi 1 piring 3x/hari,
setiapharinyaibu makan dengan menu yang
berbedadantidakadapantangandalammakanan.
b. Polaeliminasi
Selamahamil :ibu BAK 7-8 kali/
haribaukhas,warnakuningjernih, BAB 1-2
kali/harikonsistensilunakwarnakekuningan.
Selamanifas :ibuBAK 7-8 kali/ haribau khas
warnakuningjernih, BAB 1
kali/harikonsistensilunakwarnakekuningan
91
c. Polaistirahat
Selamahamil : ibutidurmalam 6-7 jam, siangjarangtidur.
Selamanifas : ibutidurmalam5-6 jam, siang½jam.
d. Personal hygiene
Selamahamil :ibumandi 2x sehari, keramas 2x sehari
danganticelanadalam 2-3 kali/hari.
Selamanifas : ibumandi 2x sehari, keramas 2x
seharidangantipembalut 3-4
kali/hariatautiapbasahdanlembab.
e. Polaseksual
Selamahamil : ibumelakukannya 2 kali/minggu.
Selamanifas :ibubelummelakukannya
f. Riwayatpsikososial
Status perkawinan : syah, 1 kali
Status emosional : stabil
g. Polaaktivitas
Menyapu, mencucibaju,
menguruskeduaanakdanmengurussuaminya.
2. Data obyektif
a. Keadaanumum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
92
c. Keadaanemosional : stabil
d. Tanda vital
1) TD : 120/70 mmHg
2) Pernafasan : 20x/i
3) Nadi : 80x/i
4) Suhu : 36,5ºc
e. Pemeriksaanfisik
1) Kepala :
Warnarambut : hitam
Ketombe : bersih, tidakadaketombe
Benjolan : tidakada
2) Wajah
Hiperpigmentasi : ada, dibagianwajah
Pucat : tidakpucat
Edema : tidakoedema
3) Mata
Simetris : ya, kanankiri
Kelopakmata : tidakcekung
Konjungtiva : merahmuda
Sclera : putih
93
4) Hidung
Simetris : ya, kanandankiri
Polip : tidakada
Kebersihan : bersih
5) Mulut :
Warnabibir : merahmuda
Pecah-pecah : tidakada
Sariawan : tidakada
Gusiberdarah : tidakada
Gigi : bersih
6) Telinga
Simetris : ya, kanandankiri
Gangguanpendengaran :tidakada
7) Leher :
Simetris : ya, kanandankiri
Pembesarankelenjartyroid : tidakada
Pembesaran vena jugularis : tidakada
8) Ketiak :
Pembesarankelenjarlimfe : tidakada
9) Dada :
Retraksi :tidakada
Bunyimengidanronchi: tidakada
94
10) Payudara :
Simetris : ya, kanandankiri
Pembesaran : ada, kanandankiri
Putting susu : lecetpadabagiankanandankiri
Hiperpigmentasi areola mamae : ada
Benjolan : tidakada
Konsistensi : lunak
Pengeluaran : kolustrum
11) Punggungdanpinggang:
punggung : lordosis
Nyeriketuk : tidakada
12) Abdomen
Pembesaran : ada
Konsistensi : keras
Kandungkemih : kosong
Uterus
TFU :2jaridibawahpusat
Kontraksi :keras
13) Anogenital
Vulva : warnamerahmuda
Perineum : tidakterdapatlukajaitan
95
Pengeluaranpervaginam : lochearubra
Anus : tidakadahemoroid
14) Ekstremitasbawah
Oedema : tidakoedema
Kemerahan : tidakada
Varices : tidakada
Reflex patella : positif, kanandankiri
15) Pemeriksaanpenunjang
Pemeriksaanlaboraturium
HB : tidakdilakukanpemeriksaan
Protein urine : tidakdilakukanpemeriksaan
Glukosa urine : tidakdilakukanpemeriksaan
TABEL 3.1
MATRIKS
Tgl/Jam Pengakajian Interpretasi
Data
Dx
Potensial
Antisipasi Intervensi Implementasi Evaluasi
05/04/15
17.00 wib
Subjektif :
- Ibu mengatakan
Nyeri pada
putting susu
bagian
kanan dan
kiri.
- Ibu
mengatakan
terasa sakit
pada putting
susu bagian
kanan dan kiri
pada saat
menyusui.
Objektif :
K/U:baik
TTV:
TD: 120/70
N: 80x/M
S: 36,50
c
RR: 20X/M
Payudara: putting
menonjol, pada
putting susu
bagian kanan dan
kiri terlihat leet,
Dx: Ny.N
umur 23
tahun P2AO
2 hari post
partum
dengan
putting susu
lecet
Ds :
- Ibu
melahirkan
pada tgl 03-
04-15
- Ibu
mengatakan
ini persalinan
yang kedua
dan tidak
pernah
keguguran
- Ibu
mengatakan
putting susu
lecet dan
sakit.
Payudara
bengkak
Tekhnik
menyusui
yang baik dan
benar
1. Jelaskan
kepada ibu
tentang
keadaan nya
saat ini
2. Beritahu
ibu cara
melakukan
perawatan
putting
susu lecet.
1. Menjelaskan kepada ibu
hasil pemeriksaannya
yang di lakukan secara
head to toe.keadaan
umum baik,
TD : 120/70 mmhg
N:80x/m
S:36,50
c
RR:20x/m,
Payudara: putting susu
lecet,
Pengeluaran: ada,
kolustrum
TFU: 3 jari
dibawah pusat
Kontraksi: baik
Lokhea rubra
2. Memberitahu ibu
cara perawatan
putting susu lecet:
j. Cari penyebab
putting susu lecet
k. Selama putting susu
diistirahatkan,
sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan
1. Ibu mengerti tentang
keadaan nya saat ini.
2. Ibu mengerti cara
melakukan perawatan
putting susu lecet.
97
Pengeluaran: ada,
kolustrum
TFU: 3 jari
dibawah
pusat
Kontraksi : baik
Lokhea rubra
DO :
Pada bagian
kanan dan kiri
putting susu ibu
tampak lecet.
Masalah:
putting susu
lecet pada
bagian kanan
dan kiri
Kebutuhan:
- Beritahu ibu
cara
perawatan
putting susu
lecet
dan tekhnik
menyusui
yang benar
serta manfaat
dari tekhnik
menyusui
tangan dan tidak
dianjurkan dengan
alat pompa karena
nyeri atau bayi
disusukan lebih dulu
pada putting susu
normal yang lecetnya
sedikit, dan asi yang
di kelurkan harus
tetap di berikan ke
pada bayi
menggunakan
sendok atau gelas.
l. Olesi putting susu
dengan ASI akhir
(hind milk), tidak
menggunakan sabun,
krim, alcohol, ataupun
zat iritan lain saat
membersihkan
payudara
m. Menyusui lebih
sering (8-12 kali
dalam 24 jam)
n. Putting susu yang
sakit dapat
diistirahatkan untuk
sementara waktu
kurang lebih 1x24
jam, dan biasanya
akan sembuh sendiri
dalam waktu sekitar
2x24 jam
o. Cuci payudara sekali
98
3. Jelaskan
dan ajarkan
kepada ibu
tentang
tekhnik
menyusui
yang benar.
sehari dan tidak
dibenarkan untuk
menggunakan sabun
p. Posisi menyusui harus
benar, bayi menyusu
sampai ke kalang
payudara dan susukan
secara bergantian
diantara kedua
payudara
q. Keluarkan sedikit ASI
dan oleskan ke putting
yang lecet dan biarkan
kering
r.Pergunakan bra yang
menyangga
3. Menjelaskan dan
mengajarkan kepada
ibu tentang tekhnik
menyusui yang
benar yaitu:
j. Cuci tangan yang
bersih dengan sabun,
perah sedikit ASI
dan oleskan disekitar
putting, duduk dan
berbaring dengan
santai
k. Ibu harus mencari
posisi nyaman,
biasanya duduk
tegak ditempat
3. Ibu mengerti tentang
tekhnik menyusui yang
benar dan manfaat dari
menyusui.
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari

More Related Content

What's hot (17)

Kti ni made rika
Kti ni made rikaKti ni made rika
Kti ni made rika
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti fertika
Kti fertikaKti fertika
Kti fertika
 
Kati siti munarsih
Kati siti munarsihKati siti munarsih
Kati siti munarsih
 
Kti intan widari
Kti intan widariKti intan widari
Kti intan widari
 
Kti linda wati
Kti linda watiKti linda wati
Kti linda wati
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADABAYINY“H”DENGANBBLR PRE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN  PADABAYINY“H”DENGANBBLR  PRE...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN  PADABAYINY“H”DENGANBBLR  PRE...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADABAYINY“H”DENGANBBLR PRE...
 
Kti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyaniKti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyani
 
Kti ice musnawati akbid paramata
Kti ice musnawati akbid paramataKti ice musnawati akbid paramata
Kti ice musnawati akbid paramata
 
Ikke pdf
Ikke pdfIkke pdf
Ikke pdf
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 
Kti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramataKti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramata
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti desty hery dyana
Kti desty hery dyanaKti desty hery dyana
Kti desty hery dyana
 

Similar to Kti arinda risky wulandari

Similar to Kti arinda risky wulandari (20)

Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti iis
Kti iisKti iis
Kti iis
 
Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
 
Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kirana
 
Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
 
Kti bella citra andara
Kti bella citra andaraKti bella citra andara
Kti bella citra andara
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Kti irma yulistiani
Kti irma yulistianiKti irma yulistiani
Kti irma yulistiani
 
Kti irma yulistiani
Kti irma yulistianiKti irma yulistiani
Kti irma yulistiani
 
Kti lilis anggraini
Kti lilis anggrainiKti lilis anggraini
Kti lilis anggraini
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
 
Kti desak gede apna
Kti desak gede apnaKti desak gede apna
Kti desak gede apna
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
Kti laila maharani
Kti laila maharaniKti laila maharani
Kti laila maharani
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
 

Recently uploaded

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 

Kti arinda risky wulandari

  • 1. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY N UMUR 23 TAHUN P2A0 2 HARI POST PARTUM DENGAN PUTTING SUSU LECET DI BPS WIWIK, AMD.KEB PANJANG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Di susun oleh : Nama : Arinda Risky Wulandari Nim : 201207134 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG APRIL 2015
  • 2. 2 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY N UMUR 23 TAHUN P2A0 2 HARI POST PARTUM DENGAN PUTTING SUSU LECET DI BPS WIWIK, AMD.KEB PANJANG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 STUDI KASUS Dianjurkan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Di susun oleh : Nama : Arinda Risky Wulandari Nim : 201207134 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG APRIL 2015 i
  • 3. 3 LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila pada : Hari : Selasa Tanggal : 7 Juli 2015 Penguji I Penguji II Adhesti Novita Xanda, S.ST, M.Kes Anggun Prajaningrum, S.ST Direktur Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung dr.Wazni Adila, M.PH. NIK. 2011041008 ii
  • 4. 4 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY N UMUR 23 TAHUN P2AO2 HARI POST PARTUM DENGAN PUTTINGSUSU LECETDI BPS WIWIK AMD.KEB PANJANGBANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Arinda Risky W, Adhesty Novita Xanda S.ST,M KES, Anggun Prajaningrum S.ST INTISARI Asuhan masa nifas perlu di laksanakan secara menyeluruh, walaupun pada umum nya ibu yang melahirkan dalam keadaan sehat, tetapi kadang-kadang juga di temukan adanya masalah. Selama beberapa hari setelah melahirkan, ibu mengalami masa nifas atau masa pemulihan. Masalah dalam pemberian Asi yang biasa terjadi adalah putting susu lecet, sebanyak 57% ibu yang menyusui di laporkan pernah menderita kelecetan pada putting, dampak nya bayi tidak biasa mendapatkan Asi secara Eksklusif dan kenyamanan ibu jadi terganggu akibat nyeri yang ibu rasakan. Berdasarkan data di atas dan pengalaman yang di dapat oleh penulis selama di lapangan tentang banyaknya ibu nifas yang mengalami putting susu lecet penulis tertarik untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.N umur 23 tahun P2A0 2 hari post partum di BPS Wiwik, Amd.Keb panjang Bandar lampung tahun 2015. Tujuan di lakukan nya penulisan ini di harapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan manajemen kebidanan varney. Metode penulisan yang di gunakan adalah metode deskriptif, subjek dan objek penelitian, yaitu ibu nifas dengan asuhan yang di berikan di rumah pasien. Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dapat di tarik kesimpulan bahwa penulis dapat melakukana suhan kebidanan berdasarkan 7 langkah varney, dan berdasarkan kesimpulan yang di dapat penulis mampu memberikan saran di harapkan dapat menambah informasi dan refrensi yang penting yang penting dalam mendukung pembuatan study kasus bagi mahasiswa semester akhir. Kata kunci : IbuNifas Kepustakaan : 2005-2014 Jumlah halaman : 156 iii
  • 5. 5 CURRICULUM VITAE Nama : Arinda Risky Wulandari Nim : 201207134 Tempat/Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 13 Mei 1994 Alamat : Jl.Raya Kalianda No 18 Panjang Bandar Lampung Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Angkatan : VII (Tujuh) Biografi : Anak Pertama Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri 1 Karang Maritim 2. SMP Negeri 30 Bandar Lampung 3. SMA Utama 2 Bandar Lampung 4. Penulis Sekarang Terdaftar Sebagai Mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Tahun 2012 Hingga Sekarang iv
  • 6. 6 MOTO Jangan pernah menyerah atas impian yang ingin di capai, karna impian lah yang memberikan kita tujuan hidup, sebab sukses bukan lah kunci dari kebahagiaan tapi kabahagiaan adalah kunci dari kesuksesan Semangat! By. Arinda Riski Wulandari **************** v
  • 7. 7 PERSEMBAHAN Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, ku persembahkan karya tulis ku ini kepada: 1. Allah SWT, yang telah memberikan ku kesehatan dan kekuatan sampai detik ini. 2. Buat Papah Ku Alm. Edi Laksana, yang telah mengajarkan ku banyak hal serta selalu menuntun arah langkah ku berjalan, dan satu-satunya alasan yang membuat ku dapat tetap bertahan sampai saat ini. Terimakasih papah bahagialah diri mu di sisinya amin.. 3. Buat Mamah Ku Lodiah, yang selalu menjadi inspirasi terbesar dalam hidupku, dan tidak pernah lelah mengangkat kedua tangannya, berdoa untuk keselamatan dan keberhasilanku. Terimakasih mamah tersayang.. 4. Adik dan Saudaraku, Ferdiansya Saputra dan Revi Anggianti yang selalu memberikan tangan nya sehingga membuat ku dapat tetap berdiri dan memberikan pundaknya sebagai tempat ku untuk bersandar. Terimakasih untuk segalanya.. 5. Pembimbing ku, Terimakasih untuk pembimbing KTI ku ibu Ninik Masturiah S.ST M.Kes dan ibu Ervina Irawati Harianja S.ST yang bersedia menyisihkan sedikit waktunya untuk membimbing ku menjadi lebih baik.. 6. Untuk seluruh keluarga besar Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung khusus nya teman-teman tingkat III angkatan ke VII yang selalu mendampingi ku, membantuku dan memberikan ku semangat.. 7. Almamater ku, tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung yang telah mengajarkan ku bagaimana cara menghargai sesuatu, dan sebagai tempat ku menuntut ilmu selama tiga tahun.. vi
  • 8. 8 KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny. N Umur 23 Tahun P2Ao 2 Hari Postpartum Dengan Putting Susu Lecet Di BPS Wiwik Panjang Bandar Lampung Tahun 2015”. KaryaTulis Ilmiah ini dapat diselesaikan berkat bantuan beberapa pihak, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. dr.Wazni Adila, MPH Selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 2. Ninik Masturiahm, S.ST.,M.Kes Selaku Pembimbing I KaryaTulis Ilmiah 3. Ervina Irawati Harianja, S.ST Selaku Pembimbing II KaryaTulis Ilmiah 4. BPS Wiwik, Amd.Keb Panjang Bandar Lampung 5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini baik secara langsung atau tidak langsung Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna untuk perbaikan dimasa mendatang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum. Bandar Lampung, April 2015 Penulis vii
  • 9. 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................i HALAMAN PENGESAHAN...............................................................ii ABSTRAK .............................................................................................iii CURICULUM VITAE..........................................................................iv MOTTO .................................................................................................v PERSEMBAHAN..................................................................................vi KATA PENGANTAR...........................................................................vii DAFTAR ISI..........................................................................................viii DAFTAR GAMBAR.............................................................................x DAFTAR TABEL .................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang .......................................................................1 1.2 RumusanMasalah..................................................................3 1.3 TujuanPenelitian ...................................................................4 1.4 RuangLingkup.......................................................................6 1.5 Manfaat .................................................................................6 1.6 MetodePengumpulan Data....................................................7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TinjauanTeoriMedis..............................................................10 2.2 TinjauanTeoriAsuhanKebidanan ..........................................65 2.3 LandasanHukumKewenanganBidan.....................................83 BAB III TINJUAN KASUS 3.1 Pengkajian.............................................................................86 3.2 Matriks ..................................................................................96 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian..............................................................................115 4.2 Interpretasi Data.....................................................................144 4.3 AntisipasiMasalahPotensial ...................................................146 4.4 TindakanSegera......................................................................147 4.5 Perencanaan............................................................................147 4.6 Pelaksanaan............................................................................150 4.7 Evaluasi..................................................................................159 viii
  • 10. 10 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...........................................................................162 5.2 Saran......................................................................................164 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix
  • 11. 11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 StrukturMakroskopis...........................................................22 x
  • 12. 12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1Involusi Uterus ........................................................................33 Table 2.2Involusi Uterus ........................................................................75 Tabel 3.1 Matriks ....................................................................................94 xi
  • 13. 13 DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Izin Penelitian 2. Jadwal Penelitian 3. Lembar Konsul 4. Dokumentasi xii
  • 14. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di Negara maju dan Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan sebenarnya justru merupakan kebalikan nya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan (Prawirohardjo, 2010; hal. 235). Asuhan masa nifas perlu di laksanakan secara menyeluruh, walaupun pada umumnya ibu yang melahirkan dalam keadaan sehat, tetapi kadang-kadang juga di temukan adanya masalah. Selama beberapa hari setelah melahirkan, ibu mengalami masa nifas atau masa pemulihan (Maryunani, 2009; hal. 15). Masa nifas (peurperium) adalah di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang di lakukan yaitu 6-8 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu (Vivian, 2011; hal. 2). 1
  • 15. 2 Pemberian air susu ibu yang benar merupakan praktik yang tepat serta sesuai dengan perkembangan, fisiologi bayi selama masa prolaktindan tahun pertama kehidupan. Menyusu ketepatan waktu saja tidak cukup, tidak jarang kegagalan dalam menyusui salah satu di antara nya adalah karena kurang atau sama sekali tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana cara menyusui yang benar.Akibat dari teknik menyusui yang salah menyebabkan nyeri dan lecet pada putting susu karena bayi tidak menyusui sampai areola payudara, bila ia hanya menyusui pada putting susu, maka bayi akan mendapat asi sedikit karena gusi tidak menekan laktiferus dan ibunya akan merasa nyeri karena adanya lecet pada putting susu (Astutik, 2014; hal. 23). Kegagalan dalam proses menyusui sering di sebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun bayinya misalnya : kurang atau salah nya informasi, putting susu datar atau terbenam, putting susu lecet, putting melesak, payudara bengkak, mastitis, dan abses payudara (Vivian, 2011; hal. 20). Masalah dalam pemberian Asi yang biasa terjadi adalah putting susu lecet, sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putting. (Saleha, 2009; hal. 27 ). Saat menyusui putting susu dapat mengalami lecet-lecet, retak, atau terbentuk cela, biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir
  • 16. 3 dengan insiden 23% ibu pada primipara dan 31% ibu pada multipara (Astutik, 2014; hal. 24). Putting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.Beberapa penyebab putting susu lecet antara lain teknik menyusui yang tidak benar, putting susu terpapar oleh sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan putting, moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu, bayi dengan lidak pendek, cara menghentikan menyusui yang kurang tepat. Tindakan yang dapat di lakukan untuk mengatasi putting susu lecet adalah sebagai berikut :puting susu yang sakit dapat di istirahatkan namun Asi harus tetap di keluarkan dengan tangan (Vivian, 2011; hal. 39). Berdasarkan data di atas dan pengalaman yang telah di dapat oleh penulis selama di lapangan tentang banyaknya ibu nifas yang mengalami putting susu lecet penulis tertarik untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan ibu nifas terhadap Ny.N usia23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Wiwik, Amd.Keb Panjang Bandar Lampung Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari study kasus ini sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap
  • 17. 4 Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar LampungTahun 2015 dengan menggunakan pendekatan 7 langkah varney? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas Terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar Lampung Tahun 2015 dengan menggunakan pendekatan 7 langkah varney. 1.3.2 Tujuan khusus 1.3.2.1 Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian data pada ibu nifas terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar Lampung Tahun 2015. 1.3.2.2 Diharapkan penulis dapat melakukan interpretasi data dasar pada Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.3 Diharapkan penulis dapat menentukan diagnosa atau masalah potensial terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum
  • 18. 5 dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.4 Diharapkan penulis antisipasi masalah potensial Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.5 Diharapkan penulis dapat menentukan rencana tindakan terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.6 Diharapkan penulis dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan pada nifas khususnya Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.7 Diharapkan penulis mampu mengevaluasi Asuhan Kebidanan yang telah dilakukan terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu lecet di BPS Wiwik Amd,Keb Panjang Bandar Lampung tahun 2015.
  • 19. 6 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Sasaran Obyek penelitian dalam Studi Kasus ini adalah ibu nifas terhadap Ny.N umur 23 tahun P2A0 2 hari post partum dengan putting susu lecet. 1.4.2 Tempat Dilaksanakan di rumah Ny.N alamat Jl. Yos Sudarso No 117 Kp Karang Jaya Panjang Bandar Lampung. 1.4.3 Waktu Pada tanggal 5 April sampai tanggal 10April tahun 2015. 1.5 Manfaat penulisan 1.5.1 Bagi institusi pendidikan Dapat menambah bahan bacaan dan memberikan informasi yang berhubungan dengan masalah pada ibu nifas. 1.5.2 Bagi pasien Diharapkan dengan dilakukan penelitian tersebut ibu menyusui yang mempunyai bayi mengetahui bahwa menyusui bayinya dengan tekhnik menyusui yang benar sangat dianjurkan karena untuk mencegah terjadinya masalah-masalah pada saat menyusui.
  • 20. 7 1.5.3 Bagi lahan praktek Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian untuk dapat mengoptimalkan system penyuluhan tentang penyebab terjadi nya puring susu lecet akibat tekhnik menyusui yang tidak benat. 1.5.4 Bagi penulis Memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan dilakukannya studi kasus dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat. 1.6 Metode penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah: 1.6.1 Metode penulisan Dalam penulisan studi kasus ini, menggunakan metode penelitian deskriptif.Metode penulisan deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu (Notoatmodjo, 2012; hal. 33).
  • 21. 8 1.6.2 Teknik memperoleh data Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut: 1.6.2.1 Data primer a. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk menggumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo,2012; hal. 35). Wawancara di lakukan dengan cara : 1) Auto Anamnesa Yaitu anamnesa yang di lakukan kepada pasien langsung.Jadi data yang di peroleh adalah data primer dan langsung dari sumber nya. (Ari sulistiawati, 2009; hal. 41). b. Pengkajian Fisik Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi) (Soepardan, 2007; hal. 51).
  • 22. 9 1.6.2.2 Data Sekunder Sumber informasi yang bukan dari tangan pertama, dan yang bukan mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi atau data tersebut. (Notoatmodjo, 2005; hal 38). a. Studi pustaka Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam menujang latar belakang teoritis dari suatu penelitian.Hasil penelitian yang baik perlu di tunjang dengan bahan perpustakaan yang memadai. Bahan-bahan perpustakaan yang dapat di gunakan untuk menunjang latar belakang masalah, kerangka teoritis, dan hipotesi penelitian adalah buku yang di terbitkan, berbagai jenis penerbitan berkala seperi majalah, jurnal, bulletin, brosur, atau sebagainya, berbagai harian atau surat kabar, karangan atau makalah ilmiah yang tidak di terbitkan seperti makalah, skripsi, tesis, dan di sertai laporan-laporan penelitian dan instansi resmi. (Notoatmodjo, 2005; hal 39). b. Studi dokumentasi Semua bentuk informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi seperti laporan, tau catatan-catatan di dalam kartu klinik (Notoatmodjo, 2005; hal. 40).
  • 23. 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori Medis 2.1.1 Masa Nifas 2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hami. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009; hal. 2). Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Bahiyatun, 2013; hal. 2). Masa nifas (peurperium) adalah masa yang di mulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistiawati, 2009; hal. 1). Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau peurperium di mulai sejak 2 jam setelah 10
  • 24. 11 lahirnya plasenta sampai dengan 6 munggu (42 hari) setelah itu (Vivian, 2011; hal. 1). Masa nifas di sebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau waktu sejak bayi di lahirkan dan plsenta keluar lepas dari rahi, sampai enak minggu berikutnya, di sertai dengan pulih nya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain nya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009; hal. 1). 2.1.1.2 Tujuan asuhan masa nifas Asuhan masa nifas di perlukan dalam periode ini karna merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya, di perkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam jam pertama.Kematian BBL terjadi pada 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan yang melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas berdasaran sumber yaitu : a. Tujuan asuhan masa nifas 1. Mendeteksi adanya perdarahan pada masa nifas adalah untuk menghindarkan atau mendeteksi adanya kemungkinan ada nya perdarahan post partum dan infeksi. Oleh karna itu penolong sebaikanya tetap waspada, sekurang-kurangnya 1 jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
  • 25. 12 komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama. 2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus di berikan oleh penolong persalinan. Ibu di anjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan sebun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan baru membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan ibu untuk mecuci tangan dengan sebum dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episitomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari atau tidak menyentuh daerah luka. 3. Melakukan skrining secara komprehensif. Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada hal ini seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan TTV, pengawasan konsistensi rahim, dan pengawasan keadaan umum ibu. Bila di temukan permasalahan, maka harus segera melakukan
  • 26. 13 tindakan tidakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas. 4. Memberikan pendidikan kesehatan diri. Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisai kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat. Ibu-ibu post partum harus di berikan pendidikan mengenai pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu sebagai berikut. (a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari (b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. (c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap (anjurkan ibu untuk minum sebelum menyusui). 5. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara, yaitu sebagai berikut. (a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering (b) Menggunakan bra yang menyokong payudara (c) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau asi yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap di mulai dari putting susu yang tidak lecet.
  • 27. 14 (d) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadi bendungan asi. (e)Konseling mengenai KB. Bidan memberikan konseling mengenai KB (Vivian, 2011; hal. 2). b. Tujuan asuhan masa nifas 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik. 2. Melaksanankan skrining secara komprehensif, deteksi dini,, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 3. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan : gizi, menyusui, pemberian imunisasi, pada bayinya, perawatan bayi sehat dan KB. 4. Memberikan pelayanan KB (Suherni, 2009; hal. 1). c. Tujuan asuhan masa nifas 1. Memulihkan kesehatan umum penderita. 2. Menyediakan makanan sesuain dengan kebutuhan 3.Mengatasi anemia. 4. Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisai. 5. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot-otot untuk memperlancar peredaran darah.
  • 28. 15 6.Mempertahankan kesehatan psikologis. 7. Mencegah infeksi dan komplikasi. 8. Pemperlancar pembentukan asi. 9.Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai sama nifas dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal. (Bahiyatun, 2013; hal. 2). 2.1.1.3Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas dari berbagai macam sember : a. Peran dan tanggung jawab bidan adalah : 1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayinya, serta kelurga. 3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 4. Mendorong kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak serta mampy melakukan kegiatan administrasi. 5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
  • 29. 16 6. Memberikan konseling untuk ibu dan kelurga mengenai cara mencegah perdarahan, mengenai tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang aman. 7. Melakukan menajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, serta mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas. 8. Memberikan asuhan secara profesional. (Vivian, 2011; hal. 4). b. Peran dan tanggung jawab bidan adalah : 1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas. 2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas. 3. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah. 4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana. 5. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien (Bahiyatun, 2013; hal. 3).
  • 30. 17 c. Peran dan tanggung jawab bidan adalah : 1. Memberi dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas. 2. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis. 3. Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman (Saleha, 2009; hal. 5). 2.1.1.4 Tahapan Masa Nifas a. Tahapan masa nifas Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut : 1. Peurperium dini Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitasnya layaknya wanita normal lainnya. 2. Peurperium intermediate Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
  • 31. 18 3. Peurperium temote Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama waktu hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Vivian, 2011; hal. 4). b. Tahapan masa nifas 1. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu. 2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. 3. Periode late postpartum (1 minggu-5minggu) Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. (saleha, 2009; hal. 5).
  • 32. 19 2.1.1.5 Kunjungan masa nifas Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali.Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang terjadi. 1) 6-8 jam setelah persalinan a) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas. b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan member rujukabila pendarahan berlanjut. c) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu. e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
  • 33. 20 2) Enam hari setelah persalinan a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak adabau. b) Menilai adanya tanda-tanda demam. Infeksi, atau kelainan, pascamelahirkan. c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit. e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat. 3) Dua minggu setelah persalinan sama seperti diatas (enam hari setelah persalinan) 4) Enam minggu setelah persalinan a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-prnyulit yang dialami atau bayinya. b) Memberikan konseling untuk KB secara dini. (Vivian, 2011; hal. 4-5).
  • 34. 21 2.1.2 Proses laktasi dan menyusui Anatomi payudara Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seseorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupankarena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan- bulan pertama kehidupan bayi. Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. (Vivian, 2011; hal. 7). a) Letak : setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi costa kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada yang disangga oleh ligamentum suspensorium. b) Bentuk : masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila. c) Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada yang lainnya.
  • 35. 22 (Vivian, 2011; hal. 7). 2.1.2.1 Struktur makroskopis Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut : a. Cauda aksilaris Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila. b. Areola Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm. letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya c. Papilla mammae Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat, lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi sedangkan otot-otot yang longitudinal akan menarik
  • 36. 23 kembali putting susu tersebut. Bentuk putting ada 4 macam yaitu bentuk yang normal,pendek/datar,panjang dan terbenam. (Vivian, 2011; hal. 9). Gambar 2.1 Struktur Makroskopis 2.1.2.2 Struktur mikroskopis a. Alveoli Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. b. Duktus laktiferus Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus laktiferus. c. Ampulla Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola.
  • 37. 24 d. Lanjutan setiap duktus laktiferus Meluas dari ampulla sampai muara pailla mammae. (Vivian, 2011; hal. 9). 2.1.2.3 Fisiologi laktasi Proses ini juga dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusui dini, dimanan ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormone penghambat prolaktin (hormone plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. (Saleha, 2009; hal. 11). 2.1.2.4 Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun, ada kalanya seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI tidak lancar (saleha, 2009; hal. 11). 2.1.2.5 Pembentukan air susu Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut. a) Reflek prolaktin Pada akhir kehamilan, hormone prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas
  • 38. 25 karena aktivitas prolaktin di hambat oleh estrogen dan progesterone yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum membuat estrogen dan progesterone sangat berkurang, di tambah dengan isapan bayi yang merangsang putting susu dan kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.Rangsangan ini di lanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus yang akan menekan pengeluaran factor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin . faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormone ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. b) Reflek let down Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang di lanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudian di kelurakan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini di angkat menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga
  • 39. 26 terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah di produksi keluar dari alveoli dan masuk ke dalam system duktus, selanjutnya mengalir melaluiduktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah sebagai berikut 1. Melihat bayi 2. Mendengar suara bayi 3. Mencium bayi 4. Memikirkan untuk menyusui bayi. (Vivian, 2011; hal. 12-13). 2.1.2.5 Manfaat pemberian ASI a. Bagi bayi 1) Komposisi sesuai kebutuhan 2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan 3) ASI mengandung zat pelindung 4) Perkembangan psikomotorik lebih cepat 5) Menunjang perkembangan kognitif 6) Menunjang perkembangan penglihatan 7) Memperkuat ikatan bati antara ibu dan anak 8) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat
  • 40. 27 9) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri b. Bagi ibu 1) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula 2) Mencegah anemia defisiensi zat besi 3) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil 4) Menunda kesuburan 5) Menimbulakan perasaan dibutuhkan 6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium c. Manfaat bagi keluarga 1) Mudah dalam proses pemberiannya 2) Mengurangi biaya rumah tangga 3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya yang berobat d. Manfaat bagi Negara 1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat- obatan 2) Pengematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui 3) Mengurangi polusi 4) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Saleha, 2009; hal. 32-33).
  • 41. 28 2.1.1.7 Komposisi ASI Komposisi gizi dalam ASI ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.ASI khusus dibuat untuk bayi manusia.Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. (Vivian, 2011; hal. 19). 1) Protein Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein whey:kasein =60:40, dibandingkan dengan air susu sapi yang rasionya =20:80. ASI mengandung alfa-laktabumin, sedangkan air susu sapi mengandung beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah daripada susu sapi, sedangkan sisitin lebih tinggi. Kadar tirosindan fenilalanin pada ASI rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk sisitesis protein pada ASI lebih tinggi dibandingkan air susu sapi. 2) Karbohidrat ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi (6,5-7 gram). Karbohidrat yang utama adalah laktosa.
  • 42. 29 3) Lemak Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih besar dari susu sapi. Asam lemak rantai panjang berperan dalam perkembangan otak.Kolestrol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan pembentukan ensim. 4) Mineral ASI mengandungmengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu.Garam organic yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor, sodium potassium, dalam tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di bawah kondisi-kondisi umum. 5) Air Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat-zat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi.
  • 43. 30 6) Vitamin Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D, dan C cukup.Sementara itu, golongan vitamin B kecuali riboflavin dan sam penthotenik lebih kurang. a. Vitamin A : air susu manusia sudah masak (dewasa mengandung 280 IU) vitamin A dan kolustrum mengandung sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya mengandung 18 IU. b. Vitamin D : vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam air susu manusia. c. Vitamin E : kolustrum manusia kaya akan vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari cedera akibat oxide. d. Vitamin K : diperlukan untuk sintesis faktor-faktor pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapat vitamin K lebih banyak. e. Vitamin B kompleks : semua vitamin B ada pada tingkat yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang diperlukan.
  • 44. 31 f. Vitamin C : vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI mengandung 43 mg/100 ml vitamin C dibandingkan dengan susu sapi (Vivian, 2011; hal. 19-20). 2.1.2.8 Stadium ASI ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu sebagai berikut : a) Kolustrum Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolustrum, yang mengandung kaya akan protein, mineral, dan antibody daripada ASI yang telah matang. ASI mulai ada kira- kira pada hari ke-3 atau hari ke-4.Kolustrum berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir.Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket, dan berwarna kekuningan. b) ASI transisi/peralihan ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolustrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
  • 45. 32 c) ASI matrur ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.ASI matur tampak berwarna putih.Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral ,dan air. (Vivian, 2011; hal. 20-21). 2.1.2.9 Tanda bayi cukup ASI 1. Bayi minum ASI tiap 2-3jam atau dalam 24 jam minimal mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu pertama 2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir 3. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/hari 4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI 5. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah habis 6. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal 7. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan
  • 46. 33 8. Perkembangan monotorik bayi (bayi aktif dan monotoriknya sesuai dengan rentan usianya 9. Bayi keliahatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan bangun dan tidur dengan cukup 10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian mengantuk dan tertidur pulas (Vivian, 2011; hal.24). 2.1.3 Perubahan fisiologi masa nifas Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut : 2.1.3.1 Uterus Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan pengreorganisian dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran
  • 47. 34 dan berat serta oleh warna dan banyaknya lokea, banyaknya lokea kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian sejumlah preparat metergin dan lainnya dalam proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui bayinya (saleha, 2009; hal. 54). Table 2.1Involusi Uterus Tinggi Fundus Uteri dan berat Uterus Menurut Masa Involusi Involusi TFU Berat uterus Bayi baru lahir Setinggi pusat 2 jari di bawah pusat 1000 gram 1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gram 2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500 gram 6 minggu Normal 50 gram 8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram 2.1.3.2 Lokia Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : lokia rubra, sangulenta, dan lokia serosa atau alba. 1. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desisdua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pascapersalinan.
  • 48. 35 Inilah lokia yang akan keluar selama dua sampai tiga hari postpartum. 2. Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan. 3. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan. Lokia alba mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua, luekosit, dan eritrosit. 4. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua (saleha, 2009; hal. 55). 2.1.2.3 Endometrium Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta.
  • 49. 36 2.1.2.4 Serviks Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini di sebaab kan oleh corvus uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara corvus dan servik berbentuk semacam cincin. Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap,.Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat di masukan 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, servi sudah menutup kembali. 2.1.2.5 Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar salaam proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua orang ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali dalam keadaan tidak hamil dan ruggae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
  • 50. 37 2.1.2.6 Perineum Segara setelah melahirkan, perineum menjadi kemdur karna sebelum nya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju, pada post natal hari ke 5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus nya, sekali pun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil (Sulistiawati, 2009; hal. 77). 2.1.2.7 Sistem pencernaan Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting untukgigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi. Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltic usus.Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltic usus, serta bisa juga karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka jahitan perineum (Saleha, 2009; hal. 58).
  • 51. 38 2.1.2.8 Perubahan system perkemihan 1. Mencapai hemostatis internal a) Keseimbangan cairan dan elektrolit Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan unsure-unsur yang terlarut didalamnya. Sebanyak 70% dari air tubuh terletak didalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan intraseluler.Kandungan air sisanya disebut cairan ekstraseluler. b) Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. c) Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan tidak diganti. 2. Keseimbangan asam basa tubuh Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila ph>7,4 disebut alkalosis dan jika ph<7,35 disebut asidosis. 3. Mengeluarkan sisa metabolism, racun, dan zat toksin Ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama : urea, asam urat, dan kreatinin. (Vivian, 2011; hal. 62).
  • 52. 39 2.1.2.9 Perubahan tanda-tanda vital 1. Tekanan darah Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh manusia.Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darh tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi. 2. Suhu badan Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. 3. Nadi Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. Setiap denyut nadi diatas 100x/menit selama masa nifas adalah abnormal dan mengindikasikan pada infeksi
  • 53. 40 atau haemoragic post partum. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil. 4. Pernafasan Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali/menit.Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat dan normal.Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok (Rukiah, 2011; hal. 68). 2.1.2.10 Perubahan system endokrin 1. Hormone plasenta Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormone yang diproduksi oleh plasenta.Hormone plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
  • 54. 41 2. Hormone pituitary Hormone pituitary antara lain : hormone prolaktin, FSH dan LH. Hormone prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. 3. Hipotalamik pituitary ovarium Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan, sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu. 4. Hormone oksitosin Hormone oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.Isapan bayi dapat merangasang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri. 5. Hormone estrogen dan progesterone Volume darah normal selama kehamilan , akan meningkat. Hormone estrogen yang tinggi memperbesar hormone anti diuretic yang dapat meningkatkan volume darah.Sedangkan hormone progesterone mempengaruhi otot halus yang
  • 55. 42 mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina. (rukiyah, 2011; hal. 72). 2.1.2.11 Perubahan system musculoskletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh- pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligament-ligamen, diafragma, pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.Untuk memulihkan kembali jaringan- jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasr panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari postpartum, sudah dapat fisioterapi. (Sulistyawati, 2009; hal. 79). 2.1.2.12 Perubahan system kardiovaskuler Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobulin kembali normal pada hari ke5.
  • 56. 43 Kehilangan darah pada persalinan pervaginan sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesaria menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu (Rukiyah, 2011; hal. 70). 2.1.2.13 Perubahan system hematologi Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma di tambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan peningkatan hematoktir, dan haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan. Jumlah sel darah putih (leukosit) selama 10-12 setelah persalinan umumnya berkisar antar 20.000- 25.000/mm, faktor pembekuan darah akan terjadi ekstensif setelah persalinan yang bersama dengan pergerakan, trauma atau sepsis bisa menyebabkan trombo emboli. Keadaan produksi tertinggi dan pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran tempat pelepasan plasenta. (rukiah, 2011; hal. 71).
  • 57. 44 2.1.3 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas 2.1.4.1 Nutrisi dan cairan Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin. 1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama ibu menyusui dibandingkan selama ibu hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kla ketika menyusui. 2) Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500 kallori yang dianjurkan pada ibu nifas. Protein diperlukan untuk membawa oksigen didalam sel darah merah serta pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak dan mati.Sumber protein diperoleh dari protein hewani ndan nabati. Protein hewani antara lain :seperti telur, danging, ikan,
  • 58. 45 udang, kerang, susu dan keju. Sementara itu protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan. 3) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah. Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar. 4) Pil zat besi (FE) harus diminum 1x1 sehari, untuk menambah zat besi selama 40 hari pascapersalinan. 5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. ( Vivian, 2011; hal.72 ). Pemberian vitamin A dalam bentuk suplemen dapat meningkatkan kualitas asi, meningkatkan daya tahan tubuh dan maningkatkan kelangsungan hidup anak. Pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi bergantung pada vitamin A yang terkandung dalam asi (Suherni, 2009; hal. 101). 2.1.4.2 Ambulasi Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing ibu atau penderita keluar dari tempat tidur dan
  • 59. 46 membimbingnya secepat mungkin untuk dapat berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam ( ibu boleh miring kekanan dan miring kekiriuntuk mencegah adanya trombosit). Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan yaitu sebagai berikut : a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi atau mencegah infeksi puerperium b. Mempercepat involusi uterus c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah ibu sehingga mempercepat fungsi pengeluaran ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. (Dewi, 2011; hal. 72 ). 2.1.4.3 Eliminasi a. Eliminasi Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Bila tidak maka dilakukan tindakan berikut ini : 1. Dirangsang dengan mengalirkan air keran didekat klien 2. Mengompres air hangat di atas simfisis 3. Saat site bath ( berendam air hangat ) klien disuruh BAK.Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka
  • 60. 47 dilakukan kateterisasi.karena dapat menimbulkan resiko infeksi saluran kemih tinggi. Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris.Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau laksa per os (melalui mulut). Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksa atau paraffin (1-2 hari postpartum) atau pada hari ke-3 diberi laksa supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur : a. Diet teratur b. Pemberian cairan yang banyak c. Ambulasi yang baik d. Bila takit buang air besar secara episiotomi maka diberikan laksa supposotria. (Dewi, 2011; hal.73). b. Eliminasi Menggambarkan Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post partum, apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat berkemih maka ibu hendaknya dilakukan katerisasi.
  • 61. 48 Untuk pola buang air besar, setelah 2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika pada hari ke 3 ibu belum dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau perrektal. (sitti saleha, 2009; hal. 73). 2.1.4.4 Istirahat Istirahat sangat diperlukan bagi ibu di masa nifas agar pegembalian fungsi organ-organ tubuh setelah 40 minggu kehamilan mengalami beberapa perubahan baik anatomi maupun fungsinya.Tidur pada malam hari selama 7-8 jam dan tidur pada siang hari sebaiknya selama 1-2 jam ( Rukiyah, 2011; h.127 ). Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal, diantaranya adalah : 1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi atau dihasilkandan menyebabkan kelelahan sehingga dapat timbul sering pusing 2. Memperlambat proses involusi uterus dan dapat memperbanyak perdarahan. 3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri ( Dewi, 2011; hal. 76 ). 2.1.4.5 Personal hygiene a) Putting susu Harus di perhatikan kebersihan dan luka peacah harus segera di obati karena kerusakan putting susu merupakan port de entrée
  • 62. 49 dan dapat menimbulkan mastitis. Air susu yag menjadi kering akan menjadi kerak dan dapat merangsang kulit sehingga timbul enzema. Oleh karena itu, sebaiknya putting susu di bersihkan dengan air yang telah di masak, b) Patrum lokia Lokia adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa nifas yang tidak lain adalah secret dari rahim terutama luka plasenta (Vivian, 2011; hal. 75). b. Peronal Hygiene Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. (siti saleha, 2009; hal. 73). 2.1.4.6 Perineum Bila sudah buang air besar atau buang air kecil, perineum harus di bersihkan secara rutin.Caranya di bersihkan dengan sabun yang lembut minimal sehari sekali. Biasanya ibu akan takut akan jahitan yang lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak di bersihkan atau todak di cuci.
  • 63. 50 2.1.4.7 Seksual Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri maka aman untuk memulai hubungan suami istri kapan saja ibu siap.Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokia telah berhenti.Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan karena saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali. ( Dewi, 2011; hal. 77 ). 2.1.5 Proses adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaftasi setelah melahirkan ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut : 2.1.5.1 Fase taking in Fase taking in yaitu priode ketergantungan yang berlangsung ada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada sat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman ibu selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungan sekitar.Kemampuan mendengarkan dan menyediakan waktu
  • 64. 51 yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu.Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini. 2.1.5.2 Fase taking hold Fase taking hold adalah priode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu berhati-hati dalam tindakan.Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri. 2.1.5.3 Fase letting go Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya. Serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu, ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya (Dewi, 2011; hal. 65-66 ).
  • 65. 52 2.1.6 Masalah dalam menyusui Beragam masalah sering terjadi pada saat menyusui, bidan/perawat perlu mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi ini, agar dapat memberikan dukungan bagi ibu untuk menyusui secara berhasil. (anik maryunani, 2009; hal. 90). Masalah-masalah menyusui pada ibu yang sering terjadi antara lain : 2.1.6.1 Stress Ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak sering kali merasa kurang percaya diri sehingga timbul stress. Masalah yang dihadapi ibu yang kurang percaya diri dalam menyusui ini antara lain : a. Ibu masih takut untuk memegang, menggendong maupun menyusui bayinya c. Lingkungan keluarga terdekat seperti suami, orang tua atau saudara yang tinggal serumah tidak member dukungan Cara mengatasinya : Bidan/perawat dapat memberikan nasihat pada ibu dan keluarga agar ibu berhasil menyusui dengan penuh rasa percaya diri dengan :
  • 66. 53 a. Meyakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui dan ibu harus yakin bahwa ASI akan mencukupi kebutuhan bayinya dan produksi ASI tidak tergantung pada besar kecilnya payudara b. Menganjurkan suami dan keluarga terdekat untuk memberikan dukungan dengan cara antara lain menenangkan atau membantu perawatan sederhana seperti mengganti popok, menidurkan, dan sebagainya (anik maryunani, 2009; hal. 90). 2.1.6.2 Putting susu datar atau terbenam Untuk mengetahui apakah putting susu datar/terbenam yaitu dengan cara menjepit areola antara ibu jari telunjuk dibelakang putting susu. Bila putting susu menonjol berarti putting tersebut normal, namun bila putting tidak menonjol berarti putting susu datar/terbenam. Cara mengatasinya : Dengan menggunakan pompa putting. Putting susu yang datar dan terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat dihisap oleh mulut bayi. Upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 3 dan biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari. Putting juga bisa ditarik keluar secara teratur hingga putting akan sedikit menonjol dan dapat diisapkan kemulut bayi, putting akan lebih menonjol lagi (Anik maryunani, 2009; hal. 91).
  • 67. 54 2.1.6.3 Putting susu lecet/nyeri Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis. (Ambarwati, 2008; hal. 46). Putting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam (Vivian, 2011; hal. 39). Saat menyusui putting susu dapat mengalami lecet-lecet, retak, atau terbentuk cela, biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir dengan insiden 23% ibu pada primipara dan 31% ibu pada multipara Putting susu lecet ini sering terjadi saat minggu pertama setelah bayi lahir, hal ini biasanya disebabkan oleh : a. Kesalahan dalam tekhnik menyusui, yaitu bayi hanya menyusu pada putting susu saja tidak sampai ke areola. b. Adanya monilisir pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.
  • 68. 55 c. Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim atau zat iritan lainnya untuk mencuci putting. d. Bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang pendek, menyebabkan bayi hanya dapat mengisap sampai putting susu ibu saja. e. Ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati. (Anik Maryunani, 2009; hal. 92). Memberitahu ibu cara perawatan putting susu lecet: a. Cari penyebab putting susu lecet b. Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada putting susu normal yang lecetnya sedikit c. Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), tidak menggunakan sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara d. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam) e. Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam f. Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun
  • 69. 56 g. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara h. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan biarkan kering i. Pergunakan bra yang menyangga (Vivian, 2011; hal. 40-41). 2.1.6.4 Payudara bengkak Pada payudara bengkak tampak payudara udem, sakit, putting kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila diperiksa/dihisap ASI tidak keluar.Badan bisa demam setelah 24 jam, Hal ini terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan. Penyebab bengkak : a. Menyusui yang tidak kontinu b. Terlambat menyusui c. Perlekatan saat menyusui kurang baik d. Pembatasan waktu menyusui Tindakan yang dapat di lakukan untuk mengatasi payudara bengkak : 1) Setiap dua jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudara dengan lap bersih atau dengan daun papaya basah.
  • 70. 57 2) Kelurkan sedikit asi sebelum meyusui agar payudara lebih lembek sehingga lebih mudah memasukan nya ke mulut bayi. 3) Bila bayi belum dapat menyusui , asi di keluarkan dengan tangan atau pompa dan di berikan pada bayi dengan cangkir atau sendok. 4) Tetap mengeluarkan asi sesering yang di perlukan sampai bendungan teratasi. 5) Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dangingin. 6) Bila ibu demam dapat di berikan obat penurun denan dan pengurang sakit. 7) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bernafas untuk membantu memperlancar pengeluran asi. 8) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks. 9) Makan-makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum 10) Jika ibu yang sedang menyusuo terserang penyakit seperti misalnya pilek, usahakan tetap memberikan asi dengan menutuo mulut dan hidung dengan masker. (Vivian, 2011; hal. 40).
  • 71. 58 2.1.6.5 Saluran susu tersumbat Berikut ini akan dijelaskan mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaannya, dan pencegahan saluran susu yang tersumbat. Penyebab : Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah sebagai berikut : a.Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui b. Pemakaian bra yang terlalu ketat c. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut : 1) Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan 2) Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir. Penatalaksanaan : Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat, sehinggabenar- benar sembuh, untuk menghindari terjadinya radang payudara (mastitis). 1) Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres panas dan dingin secara bergantian
  • 72. 59 2) Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali selesai menyusui 3) Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI. (siti saleha, 2009; hal. 107). 2.1.6.6 Mastitis/radang payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas.Ibu bisa mengalami demam bahkan disertai menggigil. Mastitis biasanya terjadi pada masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi (anik maryunani, 2009; hal. 95). Cara mengatasinya : 1) Kompres hangat/panas dan pemijatan 2) Rangsang oksitosin : dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi putting, pijat leher-punggung, dan lain-lain 3) Pemberian antibiotic : flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10 hari 4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri 5) Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah (Vivian, 2011; hal. 41)
  • 73. 60 2.1.6.7 Abses payudara Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang terlambat diobati.Ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah. Cara mengatasinya : a. Jika susu terjadi abses, payudara yang sakit tidak bolehdisusukan, mungkin perlu tindakan bedah. Tapi payudara yang sehat harus tetap digunakan untuk menyusui dengan perawatan dan kebersihan yang sebaik mungkin b. Rujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan drainase pus/nanah c. Pemberian antibiotic dosis tinggi dan obat analgesic/antipiretik oleh dokter d. Ibu harus cukup istirahat (anik maryunani, 2009; hal. 96). 2.1.7 Tekhnik menyusui 2.1.7.1 Pengertian tekhnik menyusui Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan cara memberikan ASI kepada bayi dengan benar. Tekhnik menyusui yang benar
  • 74. 61 a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai b. Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak ditempat tidur/kursi ibu harus merasa rileks c. Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap kepayudara ibu, hidung bayi didepan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Bayi seharusnya berabring miring dengan seluruh tubuh nya menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung kebelakang/menyamping, telinga, bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis lurus. d. Ibu mendekatkan bayi ketubuhnya (muka bayi kepayudara ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari, dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya utuk mencari putting susu ibu.
  • 75. 62 e. Ibu menyentuh putting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi keputting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan empat jari dibawah payudara dan ibu jari diatas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”. semua jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan areola. f. Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dagu rapat kepayudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara. Bibir bawah bayi melengkung keluar. g. Bayi diletakkan menghadap ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan badan bayi kebadan ibu, menyentuh bibir bayi keputting susu nya dan menunggu mulut bayi terbuka lebar. h. Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari mulut bayi dengan cara memasukan jari kelingking diantara mulut dan payudara.
  • 76. 63 i. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi dipundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi. (Vivian, 2011; hal. 32-34). 2.1.7.2 Waktu menyusui Pada bayi yang baru lahir akan menyusui lebuh sering, rata-rata adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, bahkan 18 kali, menyusui on demand adalah menyusui kapan pun bayi meminta atau di butuhkan oleh bayi. (Astutik, 2014; hal. 60). 2.1.7.3 Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut : 1. Bayi tampak tenang 2. Badan bayi menempel pada perut ibu 3. Mulut bayi terbuka lebar 4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu 5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk 6. Bayi nampak menghisap dengan ritme perlahan-lahan 7. Putting susu tidak terasa nyeri 8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 9. Kepala bayi tidak menengadah
  • 77. 64 (siti saleha, 2009; hal. 37). 2.1.7.3 Tanda bayi cukup ASI 1. Bayi minum ASI tiap 2-3jam atau dalam 24 jam minimal mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu pertama 2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir 3. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/hari 4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI 5. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah habis 6. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal 7. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan 8. Perkembangan monotorik bayi (bayi aktif dan monotoriknya sesuai dengan rentan usianya 9. Bayi keliahatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan bangun dan tidur dengan cukup 10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian mengantuk dan tertidur pulas (Vivian, 2011; hal. 24).
  • 78. 65 2.2 Teori Asuhan Kebidanan 2.2.1 Pengertian Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klient maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebgaai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus terhadap klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik. (Suryani, 2008; hal. 96). 2.2.2.1 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney I. Pengumpulan data dasar Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhan peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya data
  • 79. 66 laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study. Semua data dikumpulkan dari semua yang berhubungan dengan kondisi pasien. Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan.Data tersebut di interpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik (Soepardan, 2008; hal. 99) A. Data subjektif 1. Biodata Yang mencakup identitas pasien : a. Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari. b. Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. c. Agama
  • 80. 67 Memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan. d. Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Ambarwati, 2009; hal. 132) e. Suku/bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. f. Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadapa permasalahan kesehatan pasien. g. Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. (Ambarwati, 2009; hal. 131-132) 2. Keluhan utama Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masa nifas misalnya pasien merasa
  • 81. 68 mulas, sakit pada jalan lahirkarena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati, 2009; hal. 132) 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa hamil ini. b. Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa hamil. c. Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2009; hal. 133) 4. Riwayat perkawinan Yang perlu di kaji adalah berapa kali menikah, status menikah stah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
  • 82. 69 status yang jelas akan berkaitan dengan psikologis nya sehingga akan mempengaruhi proses nifas (Ambarwati, 2010; hal. 133) 5. Riwayat obstetric a. Riwayat haid a) Menarche Usia pertama kali menglami menstruasi untuk wanita Indonesia pada usia sekitar 12-16 tahun. b) Siklus Jarak antara menstruasi yang di alami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari biasanya sekitar 23-32 hari c) Volume Data ini menjelaskan seberapa banyak drah menstruasi yang di keluarkan d) Keluhan Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang di rasakan ketika mengalami menstruasi misalnya sakit yang sangat, pening sampai pingsan, jumlah darah yang banyak (Sulistiawati, 2010; hal. 226) b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
  • 83. 70 Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. c. Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, 2009; hal. 134) 6. Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati, 2009; hal. 134) 7. Data psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan
  • 84. 71 emosi/psikologi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati, 2008; hal. 135). 8. Kehidupan social budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan. (Ambarwati, 2009; hal. 134) 9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari a. Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan-makanan pantangan. b. Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. c. Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur,
  • 85. 72 misalnya membaca, mendengarkan music, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur kebiasaan tidur, siang, penggunaan waktu luang. d. Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea. e. Aktivitas Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari- hari.Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi. (Ambarwati, 2009; hal. 136-137) B. Data obyektif Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus
  • 86. 73 melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan. Langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut: a. Keadaan umum Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. 1) Baik Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. (sulistyawati, 2009; hal. 188-189). 2) Lemah Pasien dimasukan dalam criteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri. (Sulistyawati, 2012; hal. 188). b. Kesadaran
  • 87. 74 Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat keasdaran mulai dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma. (sulistyawati, 2012; hal. 189). c. Vital sign Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya (ambarwati, 2008; hal. 137). 1. Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum (Ambarwati, 2009; hal. 85). 2. Suhu Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang
  • 88. 75 diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai >38ºC adalah mengarah ketanda-tanda infeksi. 3. Nadi Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas 100x/menit pada masa nifas adalah mengidentifikasikan adanya infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan (Ambarwati, 2009; hal 138). 4. Pernafasan Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30x/menit. (Ambarwati, 2009; hal. 139). d. Pemeriksaan fisik 1) Kepala : Organ tubuh yang perlu di kaji karena pada kepala terdapat organ organ yang sangat penting pengkajian di awali dengan inspeksi lalu palpasi (tambunan, 2011; hal. 66).
  • 89. 76 2) Muka : Pada daerah muka kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat. Ketidak simetrisan muka menunjukan adanya gangguan pada saraf ke tujuh. (Tambunan, 2011; hal. 66). 3) Mata : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang digunakan inspeksi dan palpasi (Tambunan, 2011; hal. 67). 4) Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membrane timpani, dan pendengaran. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palapasi. (Tambunan, 2011; h. 73). 5) Hidung : Di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus. (Tambunan, 2011; hal. 79.) 6) Mulut : Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut.(Tambunan, 2011; hal. 81). 7) Leher : Untuk mengetahui bentuk leher,serta organ-organ lain yang berkaitan. Teknik
  • 90. 77 yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi 8) Dada : Mengkaji kesehatan pernafasan. (Tambunan, 2011; hal. 66-86). 9) Payudara : Menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopouse. pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak. Selama kehamilan, hormon prolaktin dan plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. (Ambarwati, 2009; hal.7).
  • 91. 78 10) Abdomen : a. Uterus pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan pemeriksaan payudara dilakukan terlebih dahulu periksa pandang warna perut, pembesaran pada perut,kemudian lakukan pemeriksaan raba (palpasi) periksa rasa nyeri saat diraba, periksa kontraksi uterus, kemudian raba tinggi fundus ( rukiyah, 2011; hal. 99). Tabel 2.2 Involusi Uterus Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr) Keadaan Serviks Bayi lahir Setinggi pusat 1000 Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 Lembek Satu minggu Pertengahan pusat dan simpisis 500 Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari. Akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari. Dua minggu Tak teraba diatas simpisis 350 Enam minggu Bertambah kecil 50-60 Delapan minggu Sebesar normal 30 (Vivian, 2011; hal. 57) b. Kandung kemih kondisi kandung kemih sangat berpengaruh terhadap keadaan kontraksi uterus, sehingga pemeriksaan kandung kemih jangan
  • 92. 79 diabaikan karena jika kontraksi terhambat oleh kandung kemih yang penuh bisa berakibat keluar darah yang cukup banyak . ( rukiyah, 2011; hal. 100). 11) Punggung : Nyeri tekan, nyeri ketuk 12) Genetalia : Mengkaji kebersiham, pengeluaran, massa, bau a) Lochea Lokia adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.Lokhea rubra muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. (Ambarwati, 2009; hal. 78). Normal : 1) Merah hitam (lochea rubra) 2) Bau biasa 3) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
  • 93. 80 4) Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 5 jam) Abnormal : 1) Merah terang 2) Bau busuk 3) Mengeluarkan darah beku 4) Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam) Keadaan perimeum: oedema, hematoma, bekas, lepisiotomy/robekan, hecting Keadaan anus :hemorrhoid 13) Ekstermitas 1. Varices 2. Oedema 3. Reflex patella (Ambarwati, 2009; h. 140-141).
  • 94. 81 II. Interpretasi Data Melakukanidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah di kumpulkan di interpretasikan menjadi dignosa kebidannan dan masalah kedua di gunakan karena beberapa masalah yang tidak dapat diselesaikan seperti dignosa tetapi membutuhkan penanganan yang di tuangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan. (Ambarwati, 2010; hal. 141). III. Mengidentifikasi doagnosa masalah potensial Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin terjadi pada langkah ini di identifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan serangkaian masalah dan dignosa hal ini membutuhkan antisipasi pencegahan bila memungkinkan menunggu, mengamati dan bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi. (ambarwati, 2010; hal.142). IV. Mengidentifikasi tindakan segera Berdasarkan masalah potensial yang ada, bidan dapat melakukan tindakan segera dengan menangani masalah
  • 95. 82 yang dialami dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dapat ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati, 2010; hal. 143). V. Perencanaan Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau antisipasi rencana asuhan menyeluruh, tidak hanya meliputi apa yang sudah di lihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yan berkaitan tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (ambarwati, 2010; hal. 143). VI.Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien ini dan keluarga.Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman. (Ambarwati, 2010; hal. 145).
  • 96. 83 VI. Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah di lakukan bidan mengevaluasi keefektifitasan dari asuhan yang di berikan, ulangi kembali proses manejemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan (ambarwati, 2010; hal. 147). 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: c. Kewenangan normal: a) Pelayanan kesehatan ibu b) Pelayanan kesehatan anak c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana d. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah e. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: a. Pelayanan kesehatan ibu 1. Ruang lingkup:
  • 97. 84 a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c. Pelayanan persalinan normal d. Pelayanan ibu nifas normal e. Pelayanan ibu menyusui f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan 2. Kewenangan: a. Episiotomi b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum h. Penyuluhan dan konseling i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil j. Pemberian surat keterangan kematian k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin. Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan
  • 98. 85 syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id).
  • 99. 86 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. N UMUR23 TAHUN P2A0 2HARI POSTPARTUM DENGANPUTING SUSU LECETDI BPS WIWIK, AMD.KEB PANJANG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 3.1 Pengkajian Tanggal : 5 April 2015 Jam : 17.00wib Tempat : BPS WiwikAmd,Keb NamaMahasiswa : Arinda Risky Wulandari Nim : 201207134 1. Data subjektif a. IdentitasPasien PenanggungJawab Nama :Ny N Nama :Tn S Umur :23tahun Umur :38 tahun Agama :Islam Agama :Islam Sukubangsa :Jawa Suku :Jawa Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA Pekerjaan :Guru Pekerjaan :Buruh Alamat :JlYosSudarso No 117 KpKarangJaya Panjang Bandar Lampung
  • 100. 87 b. Alasandatang :Inginmelakukanpemeriksaan c. Keluhanutama Ibumengatakanputting susunyaterasanyeridansakitsaatmenyusui d. Riwayatkesehatan 1) Sekarang Ibusedangtidakmengalamipenyakitapapunsepertipenyakitmenularmaup unpenyakitketurunan 2) Yang lalu Ibutidakpernahmenderitapenyakitmenularmaupunpenyakitmenurun 3) Keluarga Dalamkeluarganyatidakada/pernahmenderitapenyakitsepertipenyakitme nularmaupunketurunan 4) Riwayat obstetric a) Riwayathaid Menarche : 13tahun Siklus : 28 hari Teratur/tidak : teratur Lama : 5-6hari Volume : 3-4 kali gantipembalut Warna : merah 86
  • 101. 88 Disminore : tidakada Bau : khas Flour albus : tidakada b) Riwayatkehamilansekarang (data didapatdari KMS) 1) HPHT :07-07-2014 2) Taksiranpersalinan : 14-04-2015 3) Tanggalbersalin : 03-04-2015 4) Frekuensi ANC : 6 kaliselamakehamilan 5) Suntik TT : lengkap 6) Penyuluhan yang sudahdidapatkan : gizi,tanda-tanda persalinan, tandabahaya persalinan, ASI eksklusif, inisiasi menyusuidini. c) Riwayatpersalinansekarang 1) IBU Tempatmelahirkan :BPSWiwik, Amd,Keb Penolong :Bidan Jenispersalinan :Spontan Lama persalinan :8 jam 35menit Catatanwaktu Kala I : 6 jam 10 menit Kala II : 15menit
  • 102. 89 Kala III : 10 menit Kala IV : 2 jam Jumlah : 8 jam 35menit Ketubanpecahpukul 11.00wib, spontan. Plasenta Lahirsecara : spontan, lengkap Berat : 500 gram Panjangtalipusat : 45 cm Perineum : tidakadaluka perineum 2) Bayi Lahirtanggal/pukul : 03-04-2015/11.15wib Beratbadan : 3100 gram Nilaiapgar : 9/10 Jeniskelamin : laki-laki Cacatbawaan :tidakada Masagestasi : 38 minggu 2hari 3) Riwayat KB Ibusebelumnyapernahmenggunakanalatkontrasepsiapapun. 4) Riwayatkehamilan, persalinan, dannifas yang lalu No Tahun Partus Tempat UK Jenis Persalinan Penolong Penyulit Nifas Ket 1 2012 BPS Aterm Spontan Bidan Tidakada Baik JK:L
  • 103. 90 2 2015 BPS Aterm Spontan Bidan Tidakada Baik BB: 2800 gram JK:L BB: 3100 5) Polakebutuhansehari-hari a. Nutrisi Selamahamil :ibumakandengannasi, ikan,tempe, dansayurtumiskangkungporsisedang 3x/hari. Selamanifas :ibumakandengannasi, ayamgoreng, tahubacem, sayurdaunkatukdenganporsi 1 piring 3x/hari, setiapharinyaibu makan dengan menu yang berbedadantidakadapantangandalammakanan. b. Polaeliminasi Selamahamil :ibu BAK 7-8 kali/ haribaukhas,warnakuningjernih, BAB 1-2 kali/harikonsistensilunakwarnakekuningan. Selamanifas :ibuBAK 7-8 kali/ haribau khas warnakuningjernih, BAB 1 kali/harikonsistensilunakwarnakekuningan
  • 104. 91 c. Polaistirahat Selamahamil : ibutidurmalam 6-7 jam, siangjarangtidur. Selamanifas : ibutidurmalam5-6 jam, siang½jam. d. Personal hygiene Selamahamil :ibumandi 2x sehari, keramas 2x sehari danganticelanadalam 2-3 kali/hari. Selamanifas : ibumandi 2x sehari, keramas 2x seharidangantipembalut 3-4 kali/hariatautiapbasahdanlembab. e. Polaseksual Selamahamil : ibumelakukannya 2 kali/minggu. Selamanifas :ibubelummelakukannya f. Riwayatpsikososial Status perkawinan : syah, 1 kali Status emosional : stabil g. Polaaktivitas Menyapu, mencucibaju, menguruskeduaanakdanmengurussuaminya. 2. Data obyektif a. Keadaanumum : Baik b. Kesadaran : Compos mentis
  • 105. 92 c. Keadaanemosional : stabil d. Tanda vital 1) TD : 120/70 mmHg 2) Pernafasan : 20x/i 3) Nadi : 80x/i 4) Suhu : 36,5ºc e. Pemeriksaanfisik 1) Kepala : Warnarambut : hitam Ketombe : bersih, tidakadaketombe Benjolan : tidakada 2) Wajah Hiperpigmentasi : ada, dibagianwajah Pucat : tidakpucat Edema : tidakoedema 3) Mata Simetris : ya, kanankiri Kelopakmata : tidakcekung Konjungtiva : merahmuda Sclera : putih
  • 106. 93 4) Hidung Simetris : ya, kanandankiri Polip : tidakada Kebersihan : bersih 5) Mulut : Warnabibir : merahmuda Pecah-pecah : tidakada Sariawan : tidakada Gusiberdarah : tidakada Gigi : bersih 6) Telinga Simetris : ya, kanandankiri Gangguanpendengaran :tidakada 7) Leher : Simetris : ya, kanandankiri Pembesarankelenjartyroid : tidakada Pembesaran vena jugularis : tidakada 8) Ketiak : Pembesarankelenjarlimfe : tidakada 9) Dada : Retraksi :tidakada Bunyimengidanronchi: tidakada
  • 107. 94 10) Payudara : Simetris : ya, kanandankiri Pembesaran : ada, kanandankiri Putting susu : lecetpadabagiankanandankiri Hiperpigmentasi areola mamae : ada Benjolan : tidakada Konsistensi : lunak Pengeluaran : kolustrum 11) Punggungdanpinggang: punggung : lordosis Nyeriketuk : tidakada 12) Abdomen Pembesaran : ada Konsistensi : keras Kandungkemih : kosong Uterus TFU :2jaridibawahpusat Kontraksi :keras 13) Anogenital Vulva : warnamerahmuda Perineum : tidakterdapatlukajaitan
  • 108. 95 Pengeluaranpervaginam : lochearubra Anus : tidakadahemoroid 14) Ekstremitasbawah Oedema : tidakoedema Kemerahan : tidakada Varices : tidakada Reflex patella : positif, kanandankiri 15) Pemeriksaanpenunjang Pemeriksaanlaboraturium HB : tidakdilakukanpemeriksaan Protein urine : tidakdilakukanpemeriksaan Glukosa urine : tidakdilakukanpemeriksaan
  • 109. TABEL 3.1 MATRIKS Tgl/Jam Pengakajian Interpretasi Data Dx Potensial Antisipasi Intervensi Implementasi Evaluasi 05/04/15 17.00 wib Subjektif : - Ibu mengatakan Nyeri pada putting susu bagian kanan dan kiri. - Ibu mengatakan terasa sakit pada putting susu bagian kanan dan kiri pada saat menyusui. Objektif : K/U:baik TTV: TD: 120/70 N: 80x/M S: 36,50 c RR: 20X/M Payudara: putting menonjol, pada putting susu bagian kanan dan kiri terlihat leet, Dx: Ny.N umur 23 tahun P2AO 2 hari post partum dengan putting susu lecet Ds : - Ibu melahirkan pada tgl 03- 04-15 - Ibu mengatakan ini persalinan yang kedua dan tidak pernah keguguran - Ibu mengatakan putting susu lecet dan sakit. Payudara bengkak Tekhnik menyusui yang baik dan benar 1. Jelaskan kepada ibu tentang keadaan nya saat ini 2. Beritahu ibu cara melakukan perawatan putting susu lecet. 1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaannya yang di lakukan secara head to toe.keadaan umum baik, TD : 120/70 mmhg N:80x/m S:36,50 c RR:20x/m, Payudara: putting susu lecet, Pengeluaran: ada, kolustrum TFU: 3 jari dibawah pusat Kontraksi: baik Lokhea rubra 2. Memberitahu ibu cara perawatan putting susu lecet: j. Cari penyebab putting susu lecet k. Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan 1. Ibu mengerti tentang keadaan nya saat ini. 2. Ibu mengerti cara melakukan perawatan putting susu lecet.
  • 110. 97 Pengeluaran: ada, kolustrum TFU: 3 jari dibawah pusat Kontraksi : baik Lokhea rubra DO : Pada bagian kanan dan kiri putting susu ibu tampak lecet. Masalah: putting susu lecet pada bagian kanan dan kiri Kebutuhan: - Beritahu ibu cara perawatan putting susu lecet dan tekhnik menyusui yang benar serta manfaat dari tekhnik menyusui tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada putting susu normal yang lecetnya sedikit, dan asi yang di kelurkan harus tetap di berikan ke pada bayi menggunakan sendok atau gelas. l. Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), tidak menggunakan sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara m. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam) n. Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam o. Cuci payudara sekali
  • 111. 98 3. Jelaskan dan ajarkan kepada ibu tentang tekhnik menyusui yang benar. sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun p. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara q. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan biarkan kering r.Pergunakan bra yang menyangga 3. Menjelaskan dan mengajarkan kepada ibu tentang tekhnik menyusui yang benar yaitu: j. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai k. Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak ditempat 3. Ibu mengerti tentang tekhnik menyusui yang benar dan manfaat dari menyusui.