Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan luka perineum. Tujuannya adalah memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam post partum dengan luka perineum bernama Ny. E umur 27 tahun di BPS Desi Andriani, Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan subjek penelitian ibu nifas dan obyeknya adalah perawatan luka perineum.
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
ASUHAN NIFAS
1. 9
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN
LUKA PERINEUM TERHADAP NY. E UMUR 27 TAHUN P1A0
DI BPS DESI ANDRIANI, Amd.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
(Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Kebidanan)
Disusun oleh
ETI WIDIA
Nim : 201207080
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
2. 10
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II
Ninik Masturiyah, S.ST M.Kes Kiki Purnama Sari, S.ST
NIK. 201501143 NIK. 31008021
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr.Wazni Adila, M.PH.
NIK. 2011041008
ii
3. 11
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN
LUKA PERINEUM TERHADAP NY. E UMUR 27 TAHUN P1A0
DI BPS DESI ANDRIANI, Amd.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Eti Widia, Ninik Masturiyah, S.ST, M. Kes, Kiki Purnama Sari, S. ST
INTISARI
Masa Nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas dimulai sejak 2 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari), penyebab kematian ibu pada
tahun 2012 di provinsi lampung dari 171.975 ibu bersalin adalah eklamsi 33,15 %, perdarahan
22,47 %, infeksi 2,25 %, penyebab lain 42,13 % dari 171.975 ibu bersalin. Pada saat proses
persalinan menurut (Hamilton 2002) Ruptur adalah luka pada perineum yang di akibatkan
oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu.
Berdasarkan hasil survei pada tanggal 09 April 2015 di BPS Desi Andriani terdapat ibu
nifas Ny.E umur 27 tahun P1A0 dengan luka perineum. Tujuan dari penelitian ini untuk
memahami, mempelajari serta memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas tentang
perawatan luka perineum. Metode penelitian deskriftif. Subyek penelitian, ibu nifas 6 jam
post partum. Obyek penelitian, perawatan luka perineum. Tempat penelitian, BPS Desi
Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung. Hasil penelitian, setelah diaplikasikan manejemen
asuhan varney, perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan baik yaitu
membersihkan daerah kelamin dari depan kebelakang, ganti pembalut minimal 2 kali
perhari, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin, ibu tidak menyentuh luka. Saran utama, hasil penelitian
ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan ibu nifas khususnya
tentang perawatan luka perineum untuk mencegah adanya infeksi pada perineum ibu.
Kata kunci : Nifas, Perawatan luka perineum
Kepustakaan : 16 Referensi (2005-2015)
Jumlah halaman : 142 Halaman
iii
4. 12
CURICULUM VITAE
Nama : ETI WIDIA
Nim : 201207080
Tempat/Tanggal Lahir : Harapan Mukti, 06 Desember 1994
Alamat : Jl. , Kec. Tanjung Raya, Kab. Mesuji
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VII (Tujuh)
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 02 Harapan Mukti, Sejak Tahun 2000 Hingga 2006
2. SMP Negeri 1 Tanjung Raya, Sejak Tahun 2006 Hingga 2009
3. SMA Negeri 1 Tanjung Raya, Sejak Tahun 2009 Hingga 2012
4. Penulis Terdaftar Mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Sejak Tahun 2012 Hingga 2015
iv
5. 13
MOTTO
Seburuk Apapun MasalaluMu,
Kamu Selalu Punya Kesempatan Meraih
Masa Depan Yang Cerah
Anak – Anak Muda Yang Akan Sukses Besar DiMasa Depan,
Jusrtu Yang Sering diAnggap Enteng Oleh Teman-Temannya,
Kelebihan Tak Akan Ada Artinya Kalau Tidak DiManfaatkan
dan Tidak Bermanfaat Bagi Orang Lain
By. Eti Widia
v
6. 14
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang atas Rahmad-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, dan
dibalik Karya Tulis Ilmiah ini tidak lupa penulis memberikan persembahan
kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung
maupun tidak langsung.
1. Terima kasih buat keluarga besar tercinta yang selalu memberikan
semangat dan mendo’akan setiap kegiatsn apapun yang terbaik bagi penulis
serta selalu mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan.
2. Rekan-rekan tercinta Akbid Adilakhususnya tingkat III yang selalu
mendukung hingga terselesaikan hasil akhir ini.
3. Almanaterku tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung sebagai
tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun.
4. Semua pihak yang tidak bias penulis sebukan satu persatu, terima kasih atas
partisipasi dan dukungannya selama penulis menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah.
Bandar Lampung, juli 2015
Penulis
vi
7. 15
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.E Umur 27
Tahun P1ao 6 Jam Post Partum Dengan Luka Perineum Di Bps Desi
Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2015”. Penulis menyadari
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam menulis Karya Tulis
Ilmiah, penulis banyak menerima bantuan. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. Wasni Adila, MPH selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
2. Ninik Masturiyah, S.ST, M.Kes selaku penguji I dan Kiki Purnama Sari, S.ST
selaku penguji II
3. Nesia Catur Hutami, S.ST M.Kes selaku Pembimbing pertama dalam Karya
Tulis Ilmiah dan Vionita Gustianto S.ST selaku Pembimbing kedua dalam
Karya Tulis Ilmiah
4. BPS. Desi Andriani, Amd.Keb selaku pembimbing lahan dan sebagai pemilik
lahan praktik yang telah memberikan izin saya untuk melakukan penelitian di
Bpsnya.
5. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung
Dalam karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
Bandar Lampung, Juli 2015
Penulis
vii
8. 16
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii
INTISARI............................................................................................... iii
CURICULUM VITAE........................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .................................................................................. vi
KATA PENGANTAR............................................................................ vii
DAFTAR ISI.......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................. 3
1.4 Ruang Lingkup................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian........................................................... 5
1.6 Metodelogi dan Teknik Memperoleh Data....................... 6
1.7 Sistematika Laporan........................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori medis........................................................... 9
2.2 Tinjauan teori asuhan kebidanan......................................... 53
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan ................................ 75
2.4 Kompetensi Bidan .............................................................. 79
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian.......................................................................... 81
3.2 Matriks............................................................................... 91
BAB IV PEMBAHASA
4.1 Pengkajian......................................................................... 99
4.2 Interprestasi data................................................................ 126
4.3 Diagnosa potensial............................................................. 129
4.4 Tindakan Segera ............................................................... 130
4.5 Perencanaan....................................................................... 131
4.6 Pelaksanaan....................................................................... 134
4.7 Evaluasi ............................................................................ 138
viii
9. 17
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 140
5.2 Saran ................................................................................. 142
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
10. 18
DAFTAR TABEL
Tabel 1 kebijakan program nasional masa nifas………………………………..14
Tabel 2 involusi uterus………………………………………………………….17
Tabel 3 matriks………………………………………………………………….91
x
11. 19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Balasan Bidan
Lampiran 3 : Lembar Konsul
Lampiran 4 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dan Leaflet
xii
12. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa Nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
Nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.1).
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung AKI Ibu adalah pada tahun
2012 yaitu 179 kasus dimana kematian ibu terbesar (59,78 %) terjadi pada
saat persalinan dan 70,95 % terjadi pada usia 20- 40 tahun sampai saat ini
baru di peroleh dari survei terbatas AKI selama tahun 1997 sampai 2007
cenderung menurun dimana 70 per 100.000 kelahiran hidup menajadi 228
per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007, dimana penyebab kasus kematian
ibu di provinsi lampung ini adalah eklamsi, infeksi, perdarahan (Profil
Dinas Kesehatan provinsi Lampung).
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat kandung kembali seperti keadan sebelum hamil (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h.1).
Pada saat proses persalinan menurut (Hamilton 2002) Ruptur adalah
luka pada perineum yang di akibatkan oleh rusaknya jaringan secara
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu. Bentuk ruptur
biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan
penjahitan (Rukiyah et, all. 2010; h.361).
13. 2
Asuhan kepada ibu nifas yang diberikan guna meningkatkan kesejahteraan
fisik dan psikologi bagi ibu dan bayi, adanya pencegahan, diagnose dini, dan
pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bila perlu,
mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memunkinkan ibu untuk
mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus,
mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta
peningkatan pengembangan hubungan baik antara ibu dan anak (Sulistyawati,
2009).
Ibu nifas perlu dipantau kesehatannya selama nifas, hal ini berkaitan
dengan tingginya angka kejadian komplikasi pada masa nifas seperti infeksi
post partum, perdarahan post partum primer dan sekunder serta eklamsi post
partum yang dampaknya menyebabkan kematian ibu pasca salin
(Sulistyawati, 2009).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, peneliti sangat
tertarik untuk meneliti tentang “Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan luka
perenium Terhadap Ny. E Umur 27 tahun P1A0 6 jam post partum dengan luka
perenium Di BPS Desi Andriani, Amd.Keb.
1.2 Rumusan Masalah
14. 3
“Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam post partum
dengan luka perenium terhadap Ny. E umur 27 tahun P1A0 Di BPS Desi
Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2015?”.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Di harapkan penulis mampu memberikan Asuhan kebidanan
pada ibu nifas 6 jam post partum dengan luka perenium terhadap Ny.
E Umur 27 Tahun P1A0 di BPS. Desi Andriani, Amd.Keb Garuntang
Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada kasus
ibu nifas 6 jam dengan luka perenium khususya pada Ny.E
umur 27 Tahun P1A0 di BPS Desi Andriani, Amd.Keb.
1.3.2.2 Mampu menginterprestasikan data yang ada sehingga mampu
menyusun diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu
nifas dengan luka perenium khususya pada Ny. E umur 27
Tahun P1A0 di BPS Desi Andriani, Amd,Keb.
1.3.2.3 Mampu menerapkan diagnosa potensial pada ibu nifas
dengan luka perenium khususya pada Ny.E umur 27 Tahun
P1A0 di BPS Desi Andriani, Amd.Keb.
15. 4
1.3.2.4 Mampu melaksanakan identifikasi kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera pada asuhan kebidanan ibu
nifas dengan luka perenium khususya pada Ny.E umur 27
Tahun P1A0 di BPS Desi Andriani, Amd.Keb Bandar
Lampung.
1.3.2.5 Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
luka perenium khususya pada Ny.E umur 27 Tahun P1A0 di
BPS Desi Andriani, Amd.Keb.
1.3.2.6 Mampu melaksanakan Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
luka perenium khususnya pada Ny.E umur 27 Tahun P1A0 di
BPS Desi Andriani, Amd.Keb.
1.3.2.7 Mampu melaksanakan evaluasi terhadap penanganan kasus ibu
nifas dengan luka perenium khususya pada Ny. E umur 27
Tahun P1A0 di BPS Desi Andriani, Amd.Keb.
1.4. Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum dengan
luka perenium yaitu Ny. E umur 27 tahun.
1.4.2 Tempat
Penilitian dilakukan di BPS Desi Andriani, Amd.Keb di Garuntang.
1.4.3 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 April 2015.
16. 5
1.5. Manfaat Penulisan
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa studi Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam penatalaksanaan 6 jam
postpartum.
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagian bahan
masukan bagi tempat praktek terutama bagi bidan serta tenaga
kesehatan yang berada di masyarakat untuk melakukan tindakan
promotif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan
atau KIE.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Dapat di jadikan masukan pada masyarakat agar lebih mengerti
tentang perawatan ibu selama masa nifas.
1.5.4 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
mengaplikasikan pendididkan penulis khususnya tentang penatalaksanaan 6
jam postpartum pada ibu nifas.
17. 6
1.6. Metodelogi dan Pengumpulan Data
1.6.1 Metodologi Penulisan
Dalam penyusunan studi kasus ini dilakukan secara deskritif yaitu
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
1.6.2 Teknik Memperoleh Data
Untuk memperoleh data, teknik yang digunakan sebagai berikut:
1.6.2.1 Data Primer
1. Wawancara
Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan keterangan
atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian
( responden) (Natoatmodjo,2005;h.102).
Anamnesa dapat dilakukan dengan cara :
a. Auto anamnesa
Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada
pasien secara langsung. Jadi data yang diperoleh adalah
data primer karena langsung dari sumbernya
(Sulistyawati, 2009; h.111).
1.6.2.2 Data Sekunder
1. Studi Pustaka
Adalah semua bentuk bahan pustaka yang sangat
penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu
18. 7
penelitian,yang tersimpan berbagai bahan bacaan dan
informasi dari berbagai disiplin ilmu yang berupa buku-
buku, laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah,jurnal
dan sebagainya (Notoadmodjo, 2005; h.63).
1.7 Sistematika Laporan
Sistematika penulisan studi kasus ini terdiri dari beberapa bab, antara lain:
BAB I : Pendahuluan: Berisi fenomena dari garis besar pembahasan yang
meliputi uraian timbulnya fenomena yang
merupakan latar belakang masalah dan pokok
permasalahan. Fenomena ini akan dipakai untuk
menyusun alasan, tujuan, manfaat penulisan yang
akan dilakukan. Tujuan penulisan berisi tentang
harapan penambahan ilmu yang akan diperoleh
melalui pengalaman pengelolaan ini. Latar belakang
menggambarkan topik yang akan dibuat sebagai
karya tulis ilmiah dengan model pengambilan data
secara piramida terbalik.
BAB II: Tinjauan Teori: berisi tinjauan teori yang didapat oleh
peneliti dari berbagai sumber-sumber terkini/up to
date. Terdiri dari 3 yaitu tinjauan teori medis,
tinjauan teori manajemen kebidanan menurut
varney dan landasan hukum kewenangan bidan.
19. 8
BAB III: Tinjauan Kasus: merupakan hasil pengkajian berupa
data subjektif dan objektif. Dimana data tersebut
diperoleh dari anamnesa, observasi, pemeriksaan
fisik, data penunjang lainnya yang didapatkan dari
pemeriksaan laboratorium yang kemudian dianalisis
dan didokomentasikan dalam bentuk varney.
BAB IV: Pembahasan: berisi tentang kesenjangan yang terjadi
antara teori dengan kasus yang diambil oleh
peneliti, pada bab ini dikaitkan hasil yang
ditemukan dengan tinjauan teori yang telah ditulis
oleh peneliti.
BAB V: Penutup: berisi tentang kesimpulan pasien yang
dikelola oleh peneliti. Oleh karena itu kesimpulan
lebih ke arah jawaban permasalahan atau ketegasan
dari tujuan khusus. Di dalam saran dijelaskan tindak
lanjut kesimpulan yang telah dirumuskan berupa
anjuran atau rekomendasi, yang lebih menekankan
pada asuhan yang sifatnya lebih operasional atau
aplikatif terkait dengan pelaksanaan hasil
pengelolaan pasien secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA: Berisi refrensi-refrensi dari sebuah Karya Tulis
Ilmiah
LAMPIRAN
20. 9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS
2.1.1 Masa Nifas
2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa Nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa Nifas dimulai sejak 2 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 1).
Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan
kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukaan untuk
memuluhkan kembali orgn kandungan seperti sebelum hmil
dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009; h. 4).
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti keadan
sebelum hamil (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.1).
Masa Nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu
(Rukiyah et, all. 2011; h. 2).
21. 10
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai
setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati, 2009; h. 1).
2.1.1.2 Prinsip dan Saran Asuhan Masa Nifas
Prinsip asuhan kebidanan bagi ibu pada masa nifas
dan menyusui harus yang bermutu tinggi serta tanggap
terhadap budaya setempat. Jika dijabarkan lebih luas sasaran
asuhan kebidanan masa nifas meliputi hal – hal sebagai
berikut :
1. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis.
2. Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik
dan psikis.
3. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang
pemberian makan anak dan meningkatkan pengembangan
hubungan antara ibu dan anak yang baik.
4. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan
memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dalam situasi
keluarga dan budaya khususnya.
5. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi
pada ibu.
6. Merujuk ibu keasuhan tenaga ahli jika perlu.
22. 11
7. Imunisasi ibu terhadap tetenus.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.1).
2.1.1.3 Tujuan masa nifas adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik psikologi bagi ibu dan
bayi dengan di berikan asuhan, ibu akan mendapatkan
fasilitas dan dukungan dalam upaya untuk menyesuaikan
peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu dengan
kelahiran anak pertama.
2. Pencegahan diagnose dini dan pengobatan komplikasi
pada ibu dengan di berikan asuhan pada ibu nifas
kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi
akan lebih cepat terdeteksi sehingga penangannanya pun
dapat lebih maksimal.
3. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu.
4. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta
memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya
dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.
5. Imunisasi ibu terhadap tetanus.
6. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang
pemberian makan anak,serta peningkatan pengembangan
hubungan yang baik antara ibu dan anak.
(Sulistyawati, 2009; h.2-3).
23. 12
2.1.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah:
1. Medeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
2. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-
tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman
3. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan
bayi
4. Memulai dan mendorong pemberian ASI
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.3).
2.1.1.4 Tahapan masa nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan
24 jam. pada masa nifas ini sering terdapat banyak
masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh
karna itu bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus pengeluaran lokea tekanan
darah dan suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam -1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan lokia tidak berbau
24. 13
busuk tidak demam ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late postpartum ( 1 minggu- 5 minggu )
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan
dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
(Saleha, 2009; h. 5).
2.1.1.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai status ibu dan BBL, dan untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani, masalah – masalah yang terjadi
dalam masa nifas.
25. 14
Table 2.1 kebijakan program nasional masa nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalinan
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Pemantauan keadaan umum ibu.
Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (bonding
attatcment).
c) ASI ekslusif
2 6 hari
setelah
persalinan
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup.
d) Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi.
e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda – tanda penyulit.
3 2 minggu
setelah
persalinan
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup.
d) Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi.
e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda – tanda penyulit.
4 6 minggu
setelah
persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulitan-penyulit yang
ia alami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi,
senam nifas, dan tanda – tanda bahaya yang dialami oleh
ibu dan bayi.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.4-5).
26. 15
2.1.1.6 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun ekterna
berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi.
Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya.
Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain senagai berikut:
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang
berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih
pertengahan antara umbilicus dan simpisis, atau sedikit
lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan
kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah
turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat di
raba lagi dari luar.
Involusi uterus melibatkan pengorganisasian
dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs
plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan
pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna
dan banyaknya lokea, banyaknya lokea kecepatan
involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian
sejumlah preparat metergin dan lainnya dalam proses
27. 16
persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya
bila ibu menyusui bayinya (Saleha, 2009; h.54).
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang
bersamaan, antara lain :
1) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri
sendiri yang terjadi didalam otot uteri. Enzim
proteolitik akan mendekatkan jaringan otot yang
telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya
dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum
hamil.
2) Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya
estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami
atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai plepasan plasenta.
3) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara
bermakna segara setelah bayi lahir. Hal tersebut
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterine yang sangat besar. Horman
oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypopisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
28. 17
mengompresi pembuluh darah, dan membantu
proses homeostatis.
(Sulistyawati, 2009; h.74-75).
Table 2.2 Involusi Uteri
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 2 jari di bawah pusat 1000 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal saat sebelum hamil 30 gram
( Saleha, 2009; h.53).
b. Lokhea
Lokhea adalah akskresi cairan rahim selama
masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa
jaringan desi dua yang nekrotik dari dalam uterus.
Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea di
bedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya :
1) Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai
hari keempat masa postpartum. Cairan yang keluar
berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan
29. 18
sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanigo
(rambut bayi), dan mekonium.
2) Lokhea sanguilenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke 4 sampai
hari ke 7 postpartum.
3) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karna
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau
laserasi plasenta. Keluar pada hari ke 7 sampai hari
ke 14.
4) Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel
desidua,sel epitel selaput landir servik, dan serabut
jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat
berlangsung selama 2-6 minggu postpartum.
c. Perubahan Pada Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk
servik agak mengangga seperti corong, segera setelah
bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corvus uteri yang
dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak
berkontreaksi sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara corvus dan servik berbentuk semacam cincin.
30. 19
Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm
sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan
bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke
dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat
dimasukin 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum,
servik sudah menutup kembali.
d. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta
peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi.dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara barangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadi lebih menonjol.
f. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi
kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi
yang bergerak maju, pada postnatal hari ke 5 perenium
sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya,
sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
hamil (Sulistyawati, 2009; h.76-78).
31. 20
2. Perubahan Tanda Vital
a. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah,kemungkinan tekanan
darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah pada postpartum dapat
menandakan terjadinya preeklamsi post partum.
b. Nadi
Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi
diatas 100x/menit pada masa nifas adalah
mengidentifikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah
satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit
atau karena kehilangan darah yang berlebihan.
c. Suhu
Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan
naik sedikit (37,50
C -380
C) sebagai akibat kerja keras
waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan,
apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.
Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena
ada pembentukan asi, buah dada menjadi bengkak,
berwarnah merah karena banyaknya ASI bila suhu
tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau system
lain, kita anggap nifas terganggu kalau ada demam
32. 21
lebih dari 38o
C pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari
yang pertama postpartum, kecuali hari pertama dan
suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4x sehari.
d. Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,
yaitu sekitar 20-30x/menit.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.83- 85).
3. Perubahan Hematologi dan kardiovaskuler
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel
darah putih sampai sebanyak 15.000 selama masa
persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama
beberapa hari pertama masa postpartum, jumlah sel-sel
darah putih tersebut masih bisa naik lebih tinggi lagi
hingga 25.000 - 30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan lama, akan
tetapi, berbagai jenis kemungkinan infeksi harus
dikesampingkan pada penemuan semacam itu.
Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit
akan sangat bervariasi pada awal-awal masa nifas sebagai
akibat dari volume darah, volume plasma, dan volume sel
darah yang berubah-ubah.
Sering dikatakan bahwa jika hematokrit pada hari
pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih
33. 22
tinggi dari pada saat memasuki persalinan awal, maka
klien di anggap telah kehilangan darah yang cukup
banyak, titik 2 % tersebut kurang lebih sama dengan
kehilangan 500 ml darah.
Biasanya terdapat suatu penurunan besar kurang
lebih 1.500 ml dalam jumlah darah keseluruhan selama
kelahiran dan masa nifas. Rincian jumlah darah yang
terbuang pada klien ini kira-kira 200-500 ml hilang selama
masa persalinan, 500-800 ml hilang selama minggu
pertama postpartum, dan terakhir 500 ml selama sisa masa
nifas (Saleha, 2009; h.61-62).
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah
persalinan, hal ini disebabkan karena pada waktu
persalinan, alat pencernaan mengalami penekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan
dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal,dapat di
atasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan,
dan ambulasi awal. Bila tidak berhasil, dalam 2-3 hari
dapat diberikan obat laksansia.
34. 23
Selain konstipasi ibu juga mengalami anoreksia
akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan
mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan
kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu
akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasma sfingkter dan edema leher kandung kemih sesudah
bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan di hasilkan dalam
13-36 jam postpartum. Kadar horman estrogen yang
bersifat menahan ai akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan tersebut disebut “dieresis” ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu
(Sulistyawati, 2009; h.78-79).
Kandung kemih dalam peurperium sangat kurang
sensitive dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung
kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal
urine residual (normal ±15 cc). Sisa urine dan truma pada
kandung kencing waktu persalinan memudahkan
35. 24
terjadinya infeksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.78-
79).
4. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus.
Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman
otot-otot uterus akan terjepit, proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi cuit dan putih kembali sehingga tak jarang uterus
jatuh ke belakang dan manjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elestik kulit dan
distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus
pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan
kendoruntuk sementara waktu. Untuk memulihkan
kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta
otot–otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari
postpartum, sudah dapat fisioterapi.
36. 25
5. Perubahan Sistem Endokrin
a. Hormon plasenta
Selama periode pasca partum terjadi perubahan
yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan
penurunan signifikan hormon-hormon yang di produksi
oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat
setelah persalinan. Human chorionic gonadotropin
(HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10
% dalam 3 jam hingga hari ke 7 postpartum dan sebagai
onset pemenuhan mamae pada hari ke 3 post partum.
b. Hormon pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat.
Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun
dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat
pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke 3) dan LH
tetap lebih rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapatkan
menstruasi juga dipengaruhi oleh factor menyusui.
Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi
karena rendahnya kadar estrogen dan progesterone.
37. 26
d. Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar
estrogen yang bermakna sehingga aktifitas prolaktin
yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi
kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.
(Sulistyawati, 2009; h.79-80).
2.1.1.7 Proses Adaptasi Psikologi Ibu Pada Masa Nifas
1. Adaptasi psikologi pada masa nifas
Periode masa nifas merupakan waktu di mana ibu
mengalami stres pascapersalinan,terutama pada ibu
primipara.
Hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada
masa nifas adalah sebagai berikut.
a. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya
masa transisi menjadi orang tua.
b. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelum
nya.
c. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga
melahirkan.
38. 27
Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi
pada tiga tahap berikut ini.
a. Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masi
pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus
perhatian terhadap tubuhnya,ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,
serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
b. Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih
berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima
tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi.
Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawatan
untuk mengatasi kritik yang dialami ibu.
c. Letting go period
Dialami setelah tibu dan bayi tiba di rumah. Ibu
mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai
“seoramg ibu” dan menya dari atau merasa kebutuhan
bayi sangat bergantung terhadap dirinya
(Saleha, 2009; h.63-64).
39. 28
2. Post partum Blues
Postpartum blues atau sering juga disebut maternity
blues atau sindrom ibu baru, dimengerti sebagai sindrom
gangguan efek ringan pada minggu pertama setelah
persalinan dengan ditandai gejala-gejala berikut ini
a. Reaksi depresi/ sedih/ disforia
b. Sering menangis
c. Mudah tersinggung
d. Cemas
e. Labilitas perasaan
f. Cenderung menyalahkan diri sendiri
g. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan
h. Kelelahan
i. Mudah sedih
j. Cepat marah
k. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat
pula menjadi gembira
l. Perasaan terjebak dan juga marah terhadap
pasangannya, serta bayinya.
m.Perasaan bersalah
n. Pelupa
40. 29
Puncak dari postpartum blues ini 3-5 hari setelah
melahirkan dan berlangsung dari beberapa hari sampai 2
minggu.
3. Kesedihan dan Duka Cita / Depresi
Peneliti menunjukan 10% ibu mengalami depresi
setelah melahirkan dan 10%-nya saja yang tidak
mengalami perubahan emosi. Keadaan ini berlangsung
antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus terjadi
selama 1 tahun pertama kehidupan bayi.
Beberapa gejala-gejala depresi berat adalah sebagai
berikut.
a. Perubahan pada mood
b. Gangguan pada pola tidur dan pola makan
c. Perubahan mental dan libido
d. Dapat pula muncul fobia, serta ketakutan akan
menyakiti diri sendiri dan bayinya.
Depresi akan terjadi biasanya pada wanita / keluarga yang
pernah mempunyai riwayat kelainan psikiatrik. Selain itu,
kemungkinan dapat terjadipada kehamilan selanjutnya.
Berikut ini adalah penatalaksanaan depresi berat.
a. Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar
b. Terapi psikologi dari psikiater
41. 30
c. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan
antidepresan (perlu diperhatikan pemberian
antidepresan pada wanita hamil dan menyusui).
d. Jangan ditinggalkan sendirian dirumah.
e. Tidak dianjurkan rawat gabung (rooming in) dengan
bayinya pada penderita depresi berat.
2.1.1.8 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1. Ambulasi
Ambulasi dini adalah kebikjaksanan untuk secepat
mungkin membimbing penderita keluar dari tempatnya
tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin untuk
berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi
dilakukan setelah 2 jam ibu boleh miring-miring ke kanan
atau kekiri untuk mencegah terjadinya trombosit.
Keuntungan lain dari ambulasi dini adalh sebagai berikut:
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik
c. Kesempatan yang baik untuk mengajat ibu
merawat/memelihara anaknya.
d. Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal
e. Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi
atau luka perut.
42. 31
f. Tidak mmperbesar kemungkinan prolaps atau
retroflexio (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.67,69,72,73).
Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post
partum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit
jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.
Penambahan kegiatan dengan ambulasi dini harus
berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera
setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak dan
sebagainya.
2. Nutrisi
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik
dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan
harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein,
dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut.
a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
43. 32
d. Meminum pil zat besi harus diminum untuk menambah
zat gizi, setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
(Saleha, 2009; h.71–72).
3. Eliminasi
a. Miksi
Miksi disebut normal bila dapat BAK sepontan tiap 3-4
jam. Ibu diusahakan mampu membuang air kecil
sendiri, bila tidak, mak dilakukan tindakan berikut ini.
1) Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat
klien
2) Mengompres air hangat di atas simpisi
3) Saat sith bath (berendam air hangat) klien disuruh
BAK
Bila tidak berhasil dengan cara di atas, maka
dilkukan kateterisasi. Hal ini dapat membuat klien tidak
nyaman dan resiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh
karena itu, kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6
jam postpartum (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.73).
b. Defekasi
Harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada
obstipsi dan timbul koprostase hingga skibala (feses
44. 33
yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan
terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan
klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut).
Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur:
1) Diet teratur
2) Pemberian cairan yang banyak
3) Ambulasi yang baik
Jika klien pada hari ke 3 belum juga buang besar
maka diberikan laksan supositoria dan minum air hangat.
Agar dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan
dengan diit teratur, pemberian cairan yang banyak,
makanan cukup serat, olahraga.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.106).
4. Kebersihan diri
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti
untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari
depan ke belakang anus. Sarankan ibu untuk mencuci
tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membesihkan daerah kelaminnya (Rukiyah et, all. 2011;
h.77).
45. 34
5. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istrirahat yang
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.
Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan
kepada ibu untuk istirahat yang cukup sebagai persiapan
untuk energi menyusui bayinya.
Kurang istirahat pada ibu post partum akan
mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan
c. Menyebabkan depresi daan ketidaknyamanan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan
keluarga bahwa untuk kembali melakukan kegiatan-
kegiatan rumah tangga, harus dilakukan secara
perlahan-lahan dan bertahap. Selain itu, pasien juga
perlu diingatkan untuk selalu tidur siang dan
beristirahat selagi bayinya tidur. Kebutuhan istirahat
bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat
dipenuhi melalui istirahat malam dan siang
( Sulistyawati, 2009; h.103 ).
46. 35
6. Seksual
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum
hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk
memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan
ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu
siap (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.77).
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi
sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4
minggu postpartum. Hasrat seksual pada bulan pertama
akan berkurang baik kecepatannya maupun lamanya, juga
orgasme akan menurun.
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami
istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.108).
2.1.1.9 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pervagina/perdarahan post partum/post
partum hemorargi/hemoragipost partum/PPH adalah
47. 36
kehilangan darah sebanyak 500cc atau lebih dari intarktus
genetalia seltlah melahirkan.
a. Hemoragi post partum primer adalah mencakup semua
kejadian perdaragan dalam 24 jam setelah kelahiran.
Penyebab :
1) Utetus atonik (terjadi karena misalnya : plasenta atau
selaput ketuban tertahan).
2) Trauma genetal (meliputi penyebab spontan dan
trauma akibat penatalaksanaan atau gangguan,
misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan
termasuk sectio caesaria, episiotomi).
3) Koagulasi intravascular diseminata
4) Inversi uterus
b. Hemorargi post partum sekunder adalah mencakup
semua kejadian hemorargi post partum yang terjadi
antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan minggu masa
post partum.
Penyebab :
1) Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.
2) Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet
(dapat terjadi di serviks, vagina, kandung kemih,
rektum).
48. 37
3) Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio
caesaria,ruptur uterus).
2. Infeksi masa nifas
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah
infeksi pada traktus genetalia yang terjadi pada setiap
saatantar wanita pecah ketuban (ruptur membran) atau
persalinan dan 24 hari setelah persalinan atau abortus
dimana terdapat dua atau lebih dari hal – hal berikut ini :
a. Nyeri pelvik
b. Demam 38,5°c atau lebih
c. Rabas vagina yang abnormal
d. Rabas vagina yang berbau busuk
e. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus.
3. Kelainan payudara
a. Bendungan air susu
Selama 24 jam hingga 48 jam peratama sesudah
terlihatnya sekrasi lakteal,payudara sering mengalami
distensi menjadi keras dan berbenjol – benjol. Keadaan
ini yang disebut dengan bendungan air susu atau
“caked breast”, sering menyebabkan rasa nyeri yang
cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu.
Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah
vena normal yang berlebihan dan pengembungan
49. 38
limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor
reguler untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan
merupakan overdestensi sistem lakteal oleh air susu.
Demam akibat akibat destensi payudara sering
terjadi. Roser (1966) mengamati bahwa 18% wanita
yang normal akan mengalami demam post partum
akibat bbelum bendungan air susu. Lamanya panas
bekisar dari 4 hingga 16 jam dan suhu tubuhnya bekisar
38 - 39°c. Ditegaskan bahwa penyebab panas oleh
infeksi harus disingkirkan lebih dahulu.
b. Mastitis
Inflamasi parenkimatosis glandula mammae
merupakan komplikasi ante partum yang jarang terjadi
tetapi kadang – kadang dijumpai dalam masa nifas dan
laktasi.
Gejala mastitis supuratif jaringan terlihat sebelum
akhir minggu pertama masa nifas dan umumnya baru
ditemukan setelah minggu ketiga atau keempat.
Bendungan yang mencolok biasanya mendahului
inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa menggil
atau gejala rigor yang sebenarnya, yang segera diikuti
oleh kenaikan suhu tubuh dan peningakatan frekuensi
denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras serta
50. 39
kemerahan, dan pasien mengeluh rasa nyeri (Suherni et,
all. 2009; h.128, 132, 136-137).
4. Infeksi saluran kemih
Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas
relatif tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni
kandung kemih akibat trauma kandung kemih saat
persalinan, pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi
kuman dari perenium, atau kateterisasi yang sering.
Sisitis biasanya memberikan gejala berupa nyeri
berkemih (disuria), sering berkemih, dan tidak dapat
ditahan. Demam biasanya jarang terjadi. Adanya retensi
urine pascapersalinan umumnya merupakan tanda adanya
infeksi.
Pielonefritis memberikan gejala yang lebih berat,
demam, menggigil, serta perasaan mual dan muntah.
Selain disuria, dapat juga terjadi piuria dan hematuria
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.114).
51. 40
2.1.2 Luka Perenium
2.1.2.1 Pengertian Perenium
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang
dibatasi oleh vulva dan anus (Rukiyah et, all. 2011; h.124).
Perinium terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata
4 cm.
2.1.2.2 Luka Perineum
Robekan perinium terjadi pada hampir persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan ini dapat dihindari atau dikurangi dengan menjaga
jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan
cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan
terlampau kuat dan lama karena dapat melemahkan otot-otot
dan fasia pada dasar panggul karena dregangkan terlalu lama.
1. Ruptur
Ruptur adalah luka pada perinium yang
diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena
proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga
jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya, namun hal ini dapat dihindarkan atau
52. 41
dikurangi dengan jalan menjaga jangan sampai dasar
panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat (Rukiyah
dan Yulianti, 2010; h.361-362).
Laserasi jalan lahir adalah sebagai berikut :
Derajat 1 :Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum
Derajat 2 :Laserasi mengenai mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum,otot
perineum
Derajat 3 :Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
spingter ani
Derajat4 :Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
spingter ani, dinding depan rectum.
Umumnya robekan tingkat 1 tidak perlu dijahit jika tidak
ada perdarahan dan posisi luka baik.
2. Episiotomi
Episiotomi ialah insisi dari perinium untuk
memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perinium
totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan
episiotomi secara rutin yang tujuanya untuk mencegah
robekan berlebihan pada perinium, membuat tepi luka rata
53. 42
agar mudah dilakukan penjahitan, mencegah penyulit atau
tahanan pada kepala dan infeksi, tetap hal tersebut tidak
didukung oleh bukti-bukti ilmah yang cukup.
a. Indikasi episiotomi untuk mempercepat proses
kelahiran bayi dilakukan jika terdapat hal berikut :
1) Gawat janin dan janin akan segera dilahirkan dengan
tindakan.
2) Penyulit kelahiran pervaginam, misalnya karena
bayi sungsang, distosia bahu, ekstrasi vakum atau
forsep.
3) Jaringan parut pada perinium atau vagina yang
memperlambat kemajuan persalinan.
(Sulstyawati, 2009; h.181, 124).
d. Jenis episiotomi yang dilakukan ditentukan berdasarkan
letak dan arah insisi :
1) Episiotomi mediolateralis
Episiotomi mediolateralis merupakan insisi
pada perenium kearah kebawah, tetapi menjahui
rektum, selain itu, juga dapat kearah kanan atau kiri
tergantung tangan dominan yang digunakan oleh
penolong.
Episiotomi mediolateralis memotong sampai
titik tendineus pusat perenium, melewati
54. 43
bulbokoksigeus dan otot – otot transversus perinei
superfisialis dan frofunda, kemudian kedalam
pubokoksigeus.
Pada episiotomi mediolateralis penolong
diharapkan agar berhati – hati untuk memulai
potongan aspek lateral fourchete atau mengarah
potongan terlalu jauh kearah lateral sebagai upaya
menghindari kelenjar berholin disisi tersebut.
Episiotomi mediolateralis paling sering
digunakan karena relatif lebih aman untuk mencegah
perluasan ruptur perineum kearah derajad 3 dan 4.
Pengguntingan disini sengaja dilakukan menjahui
otot sfingter ani untuk mencegah pruptur perineum
tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak karena
melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya.
2) Episiotomi median
Pengguntingan yang dimulai pada garis tengah
komisura posterior lurus kebawah, tetapi tidak
sampai mengenai serabut sfingter ani. Episiotomi
median merupakan insisi pada garis tengah
perineum ke arah rektum, yaitu kearah tititk
terdensius perineum, memisahkan dua sisi perineum
bulbokavernosus.
55. 44
Episiotomi ini efektif, mudah diperbaiki, dan
biasanya nyeri timbul lebih ringan. Terkadang juga
dapat terjadi perluasan ruptur perineum ke derajat 3
dan 4, namun penyembuhan primer dan perbaikan
(jahitan) yang baik akan memulihkan tonus sfingter.
3) Episiotomi lateralis
Pengguntingan yang dilakukan kearah lateral
mulai dari kira – kira jam tiga atau sembilan
menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini
sekarang tidak dilakukan lagi karena banyak
menimbulkan komplikasi.
Luka sayatasan dapat melebar kearah dimana
terdapat pembuluh darah pudendal interna sehingga
dapat menimbulkan pedarahan yang banyak. Selain
itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri
yang mengganggu penderita.
4) Insisi schuchardt
Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi
mediolateralis, tetapi pengguntingannya melengkung
ke arah bawah lateral, melingkar rektum, dan
sayatannya lebih lebar.
(Rohani et, all. 2011; h.187-181).
56. 45
e. Tujuan tindakan episiotomi
1) Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan
lahir lunak.
2) Mengendalikan robekan perineum untuk
memudahkan menjahit
3) Menghindari robekan perineum spontan
4) Memperlebar jalan lahir pada tindakan persalinan
pervaginam.
f. Keuntungan dan kerugian bentuk episiotomi
1) Episiotomy medialis
a) Mudah dijahit
b) Anatomis maupun fungsional sembuh dengan
baik
c) Nyeri dalam nifas tidak terlalu
d) Dapat menjadi ruptur perinium totalis
2) Episiotomi mediolateralis
a) Lebih sulit dijahit
b) Anatomis maupun fungsional penyembuhan
kurang sempurna
c) Nyeri pada hari pertama nifas
d) Jarang menjadi ruptur perinium totalis
(Sulistyawati, 2009; h.124-125).
57. 46
2.1.3 Perawatan Luka Perineum pada post partum
2.1.3.1 Pengertian perawatan luka perenium
Perawatan adalah prosess pemenuhan kebutuhan dasar
manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam
rentang sakit sampai dengan sehat.
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan
untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva
dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu
sebelum hamil (Rukiyah dan Yulianti, 2011; h.125).
2.1.3.2 Tujuan perawatan luka perineum
Tujuan perawatan luka perineum adalah mencegah
terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Tujuan perawatan luka perineum adalah pencegahan
terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam
28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.
2.1.3.2 Waktu Perawatan
Menurut feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah:
1. Saat mandi : Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas
pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi
kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilaukan penggantian
58. 47
pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil : Pada saat buang air kecil,
kemungkinan besar terjadi kontaminasi air senipada rektum
kibat dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum
untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3. Setelah buang air besar : Pada saat buang air besar,
diperlukan Ppembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus
keperineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan
proses pembesihan anus dan perineum secara keseluruhan.
2.1.3.3 Lingkup luka perawatan
Lingkup perawatan luka perineum ditujukan untuk
pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan
oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva
yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada
peralatan penampung lochea (pembalut).
Lingkup perawatan luka perineum adalah : mencegah
kontaminasi dari rectum, menangani dengan lembut pada
jaringan yang terkena trauma, bersihkan semua keluaran yang
menjadi sumber bakteri dan bau.
59. 48
2.1.3.4 Faktor yang mempengaruhi perawatan perineum
1. Gizi : Faktor gizi terutama protein akan sangat
mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada
perineum karena penggantian jaringan sangat
membutuhkan protein.
2. Obat-obatan : Steroid: Dapat menyamarkan adanya infeksi
dengan mengganggu respon inflamasi normal;
Antikoagulan: Dapat menyebabkan hemoragi
3. Keturunan : Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi
kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu
sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan
dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga
menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi
penipisan protein-kalori.
4. Sarana prasarana : Kemampuan ibu dalam menyediakan
sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan
sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya
kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.
5. Budaya dan keyakinan : Budaya dan keyakinan akan
mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya
kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan
mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat
mempengaruhi penyembuhan luka.
60. 49
2.1.3.5 Dampak perawatan luka perenium yang tidak benar
Perawatan perenium yang dilakukan dengan baik dapat
menghindarkan hal berikut ini :
1. Infeksi : kondisi perenium yang terkena lokia dan lembab
akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang
dapat menyebabkan timbulnya infesi pada perenium.
2. Komplikasi : munculnya infeksi pada perenium dapat
merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan
lahir.
3. Kematian ibu post partum : penanganan komplikasi yang
lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu
post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih
lemah.
2.1.3.6 Fase-fase penyembuhan luka
Fase-fase penyembuhan luka menurut Sameltzer (2002 : 490)
adalah sebagai berikut :
1. Fase inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.
Respons vaskuler dan seluler terjadi ketika jaringan
teropong atau mengalami cedera. Vasokontriksi pembuluh
terjadi dan bekuan fibrinoptalet terbentuk dalam upaya
untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung dari
5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi
61. 50
venula. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan
vasokontraksinya karena norepinefrin dirusak oleh enzim
itraselular. Juga, histamin dilepaska, yang meningkatkan
permeabilitas kapiler.
Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen
darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit,
komplemen, dan air menembus spasium vaskular selama 2
sampai 3 hari,menyebabkan edema,teraba hangat,
kemerahan dan nyeri.
2. Fase ploliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk,
jaringan-jaringan untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel
epitel membentuk kuncup pada pingir luka; kuncup ini
berkembang menjadi kapiler,yang merupakan sumber
nutrisi bagi jaringan granulasi yng baru.
Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3%sampai
5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35%
sampai 59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari
70% sampai 80% kekuatan dicapai kembali. Banyak
vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses
metebolisme yang terlibat dalam penyembuahn luka.
62. 51
3. Fase maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan bahkan
tahunan.
Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai
meninggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai
fibril kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih padat.
Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan
parut tetapi meningkatkan kekuatan. Maturasi jaringan
seperti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan
maksimum dalam 10 atau 12 minggu, tetapi tidak pernah
mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka.
Dalam penatalaksanaan bedah penyembuhan luka,
luka digambarkan sebagai penyembuhan melalui intensi
pertama, kedua, atau ketiga. Dalam penatalaksanaan bedah
penyembuhan luka, luka digambarkan sebagai
penyembuhan melalui intensi pertama, kedua, atau ketiga.
Penyembuhan melalui intensipertama (penyatuan
primer), luka dibuat secara aseptik, dengan pengrusakan
jaringan minimum, dan penutup yang baik, seperti dengan
suture, sembuh dengan sedikit reaksi jaringan melalui
intensi pertama. Ketika luka sembuh melalui intensi
pertama, jaringan granulasi tidak tampak dan
pembentukan jaringan parut minimal.
63. 52
2.1.3.7 Langkah-langkah penatalaksanaan
1. Persiapan
Persiapan pada ibu postpartum : perawatan perinium
sebaiknyadilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu
jongkok, jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi
kaki terbuka. Alat dan bahan : alat yang digunakan adalah
botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan
handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik.
2. Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah
melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan,
kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan
penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan yatu :
a. Mencuci tangan
b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air
hangat
c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan
ke bawah mengarah ke rektum dan letakan pembalut
tersebut kedalam kantong plastik
d. Berkemih dan BAB ke toilet
e. Semprotkan ke seluruh perinium dengan air
64. 53
f. Keringkan perinium dengan menggunakan tissue
dari depan ke belakang
g. Pasang pembalut dari depan ke belakang
h. Cuci kembali tangan.
3. Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil
perawatan adalah : perineum tidak lembab, posisi
pembalut tepat, ibu merasa nyaman (Rukiyah dan
Yulianti, 2010; h. 125, 361, 362, 363, 365).
2.2 TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
2.2.3 Pengertian Menejemen Asuhan Kebidanan
Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka
pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data,
analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.130).
Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan
kegiatan yang menjadi tanggng jawab dalam memberikan pelayanan
kebidanan pada pasien yang mempunyai kebutuhan atau masalah
dalam bidang kesehatan,ibu pada masa hamil,nifas,dan bayi baru lahir
serta keluarga berencana (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.130).
65. 54
2.2.4 Langkah – Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Helen
Varney
Menurut varney, manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah
yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data sampai
dengan evaluasi. Proses ini bersifat siklik (dapat berulang), dengan
tahap evaluasi sebagai data awal pada siklus berikut :
2.2.2.1 Pengumpulan data dasar (Pengkajian)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah
mengumpulkan semua data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan
pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien.
1. Data Subjektif
a. Identitas pasien
1) Nama
Selain sebagai identitas upayakan agar bidan
memanggil dengan nama panggilan sehingga
hubungan komunikasi antara bidan dan pasien
menjadi lebih akrab.
66. 55
2) Umur
Di catat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat- alat
reproduksi belum matang, mental psikisnya belum
siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam
berdoa.
4) Suku
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari.
5) Pendidikan
Pendidikan sangat penting untuk dikaji karena
berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektual sehingga
Bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
6) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingkat social ekonominya karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
67. 56
7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila di perlukan.
b. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang
berkaitan dengan masa nifas,misalnya pasien merasa
mules,sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum.
c. Riwayat Kesehatan
1) Sekarang
Data-data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas
dan bayinya.
2) Yang Lalu
Data yang di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
3) Keluarga
Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
68. 57
terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu bila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
d. Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah,
status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan
tanpa setatus yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses
nifas.
1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Beberapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu,
penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
2) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB,
penolong persalinan, hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak yang biasa berpengaru pada masa
nifas saat ini.
3) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut
KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,
adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
69. 58
serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih
ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari,
2010; h.131-134).
e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang
baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan
sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang
diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung
cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan
gizi sebagai berikut.
a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang
cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d. Meminum pil zat besi harus diminum untuk
menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari
pascapersalinan.
70. 59
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI (Saleha, 2009; h.71–72).
2) Eliminasi
a) Miksi
Miksi disebut normal bila dapat BAK
sepontan tiap 3-4 jam.
b) Defekasi
Harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila
ada obstipsi dan timbul koprostase hingga skibala
(feses yang mengeras) tertimbun di rektum,
mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal
demikian dapat dilakukan klisma atau diberi
laksan per os (melalui mulut) (Dewi dan
Sunarsih, 2011; h.73-74)
3) Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan
istrirahat yang berkualitas untuk memulihkan
kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan
untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk
istirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi
menyusui bayinya. Kurang istirahat pada ibu post
71. 60
partum akan mengakibatkan beberapa kerugian,
misalnya :
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan
c) Menyebabkan depresi daan ketidaknyamanan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui
minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi
melalui istirahat malam dan siang (Sulistyawati,
2009; h.103).
4) Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat
rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan
diri sangat penting untuk mencegah tejadinya
infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga
(Saleha, 2009; h.73).
5) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-
hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin
dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat
72. 61
reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi,
seberapa sering, apakah kesulitan, degan bantuan
atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan
ambulasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.137).
6) Hubungan seksual
Dinding vagina kembali pada keadaan
sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara
fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat
memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu
tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.77).
f. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga
terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak
perubahan emosi/psikologis selam masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
g. Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu
tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan
menguntungkan selama masa nifas.
73. 62
h. Kehidupan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang
menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau
merugikan pasien, khususnya pada masa nifas misalnya
pada keniasaan pantang makan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h.134,136).
2. Data Objektif
Data ini di kumpukan guna melengkapi data untuk
menegakkan diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data
objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi dan pemeriksaan penunjang yang di lakukan
secara berurutan.
a. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai
berikut:
1) Keadaan umum
Data ini dapat dengan mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan, hasil pengamatan yang
di laporkan kriterianya baik atau lemah
a) Baik
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik
74. 63
pasien tidak mengalami ketergantungan dalam
berjalan.
b) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia
kurang atau tidak memberikan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien
sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang ke
sadaran pasien,kita dapat melakukan pengkajian
derajat kesadaran pasien dari keadaan compos
mentis sampai dengan koma (Sulistyawati, 2009;
h.122).
b. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan
darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum
dapat menandakan terjadinya preeklampsi
postpartum.
2) Nadi
Berkisar antara 60- 80x/menit, denyut nadi di
atas 100x/menit pada masa nifas adalah
75. 64
mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah
satunya bisa di akibatkan oleh proses persalinan sulit
atau karena kehilangan darah yang berlebih.
3) Suhu
24 jam post partum suhu badan akan naik
sedikit (37,50
C -380
C) sebagai akibat kerja keras
waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan,
apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.
4) Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal,yaitu sekitar 20-30 x/menit.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.138-139).
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Organ tubuh yang perlu di kaji karena pada
kepala terdapat organ-organ yang sangat penting.
Pengkajian di awali dengan inspeksi lalu palpasi.
2) Muka
Pada daerah muka di lihat kesimetrisan
muka, apakah kulitnya normal, pucat.
Ketidaksimetrisan muka menunjukkan adanya
gangguan pada saraf ke tujuh (Nervus Fasialis)
.
76. 65
3) Mata
untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata,
teknik yang di gunakan inspeksi dan palpasi.
4) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga luar,
saluran telinga, gendang telinga/membrane timpani,
dan pendengaran. teknik yang di gunakan adalah
inspeksi dan palpasi.
5) Hidung
Di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan
fungsi hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus.
6) Mulut
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut.
7) Leher
Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ-
organ lain yang berkaitan. Teknik yang di gunakan
adalah inspeksi dan palpasi.
8) Dada
Mengkaji kesehatan pernafasan
(Tambunan dan Kasim, 2011; h.66, 67, 73, 79, 81,
83, 86).
77. 66
9) Payudara
Pembesaran, puting susu (menonjol/mendatar,
adakah nyeri dan lecet pada puting), ASI/kolostrum
sudah keluar, adakah pembengkakan, radang atau
benjolan abnormal (Suherni et, all. 2009; h.120).
10) Abdomen
a) Uterus :
Normal :
- Kokoh, berkontraksi baik
- Tidak berada diatas ketinggian fundal saat
masa nifas
Abnormal :
- Lembek
- Diatas ketinggian fundal saat masa post
partum segera
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.139-140)
b) TFU
pada pemeriksaan uterus sama halnya
dengan pemeriksaan payudara dilakukan terlebih
dahulu periksa pandang warna perut, pembesaran
pada perut, kemudian lakukan pemeriksaan raba
(palpasi) yakni : periksa ada tidaknya rasa nyeri
78. 67
saat diraba, periksa kontraksi uterus, kemudian
raba tinggi fundus ( Rukiyah et, all. 2011; h.99).
Perubahan ini dapat di ketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU –
nya (tinggi fundus uteri).
(1) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi
pusat dengan berat 1000 gram
(2) Pada ahir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah
pusat
(3) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba
pertengahan pusat simpisis dengan berat 500
gram.
(4) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di
atas simpisis dengan berat 350 gram.
(5) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri
mengecil (tak teraba) dengan berat 50 gram
(Sulistyawati, 2009; h.74).
11) Anogenital
Perineum adalah daerah antara vulva dan anus.
Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi
agak bengkak/ edema dan mungkin ada luka
jahitan bekas robekan atau episiotomi, yaitu
79. 68
sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi
(Maryunani, 2009; h.14).
Penyebab Laserasi Perineum
a) Faktor Maternal
Partus presipitatus yang tidak di kendalikan
dan tidak di tolong (sebab paling sering)
tPasien tidak mampu berhenti mengejan
Partus diselesaikan secara tergesa-gesa
dengan dorongan fundus yang berlebihan
Edema dan kerapuhan perineum
Varikositas vulva yang melemahkan jaringan
perineum
Arcus pubis sempit dengan pintu bawah
panggul yang sempit pula sehingga menekan
kepala bayi kearah posterior
perluasan episiotomi.
b) Faktor bayi
Bayi yang besar
Posisi kepala yang abnormal
Kelahiran bokong
Ekstraksi forceps yang sukar
Distocia bahu
80. 69
Anomaly congenital seperti hidrosepalus
(Oxorn dan Forte, 2010 ; h.451-542).
Pengeluaran Pervaginam
a) Lochea rubra
Lochea rubra atau merah (cruenta) lochea
ini muncul pada hari pertama sampai hari ke
empat masa post partum. Cairan yang keluar
berwarna merah karena terisi darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecoklatan
dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke
empat sampai hari ketujuh post partum.
c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan
karena mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari
ke tujuh sampai hari ke empat belas.
d) Lochea alba
Lochea ini mengandung leukosit, sel
desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan
serabut jaringan yang mati, lochea alba ini dapat
81. 70
berlangsung selama 2-6 minggu (Sulistyawati,
2009; h.76).
e) Punggung
Mengkaji nyeri tekan, nyeri ketuk (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h.140).
d. Data Penunjang
Kala satu persalinan dimulai saat terjadinya
kontraksi uterus sampai pembukaan serviks. Fase laten
yaitu pembukaan 0-3 cm berlangsung selama 7-8 jam,
dan Fase aktif pembukaan 4-10 berlangsung selama 6
jam.
Kala dua persalinan dimulai dari pembukaan
lengkap sampai lahirnya bayi, pada primipara
berlangsung selama 2 jam dan pada multipara selama 1
jam.
Kala tiga persalinan dimulai dari lahirnya bayi
dan berakhir sampai keluarnya plasenta dan selaput
ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30
menit setelah bayi lahir.
Kala empat (pengawasan) dimulai dari lahirnya
plasenta sampai dengan 2 jam seelah proses persalinan
(Rohani et, all. 2011; h.5-9).
82. 71
2.2.2.2 Interpretasi Data untuk Mengidentifikasi
Diagnosa/Masalah
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah
berdasarkan intepretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah
dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnose kebidanan
dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat diselesaikan seperti diagnose tetapi membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap
pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita
yang diidentifikasikan oleh bidan.
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang barkaitan enggan
Para, Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
a. Data subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah
pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur,
keterangan ibu tentang keluhannya.
b. Data objektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan
berkontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran
pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital.
83. 72
2. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.141).
3. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009;
h.126).
2.2.2.3 Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi dianosa atau masalah potensial yang
mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasi masalah
atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap
apabila hal tersebut benar-benar terjadi .
2.2.2.4 Tindakan Segera
Langkah ini merupakan kesinambungan dari manaemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan keperluanya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain
sesuai dengan kondisi pasien.
84. 73
2.2.2.5 Perencanaan
Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah –
langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah
atau diagnosa yang telah di identifikasi atau antisipasi.
Kunjungan 6 – 8 Jam setelah persalinan
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru
lahir.
Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah
hypotermi.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan Ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
Kunjungan 6 hari setelah persalinan.
1. Memastikan involusi uteri berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus tidak ada
petdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
85. 74
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan
pascamelahirkan.
3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada
bayi, cara merawat tali pusat, dan bagai mana menjaga
bayi agar tetap hangat.
2.2.2.6 Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan
penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau
melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.
2.2.2.7 Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna
mengetahui apa yang telah dilakukan Bidan. Mengevaluasi
keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali
proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek
asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati
dan Wulandari, 2010; h.141, 143, 145, 147).
86. 75
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
2.3.1 Kewenangan normal:
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan.
Kewenangan ini meliputi :
2.3.1.1 Pelayanan kesehatan ibu
1. Ruang lingkup :
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
2. Kewenangan :
a. Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan II
b. Penangan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
c. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
87. 76
d. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini (IMD) dan
promosi air susu (ASI) eksklusif
e. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga
dan postpartum
f. Penyuluhan dan konseling
g. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
h. Pemberian surat keterangan kematian
i. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
2.3.1.1 Pelayanan kesehatan anak
1. Ruang lingkup :
a. Pelayanan bayi baru lahir
b. Pelayanan bayi
c. Pelayanan anak balita
d. Pelayanan anak pra sekolah
2. Kewenangan
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini
(IMD), injeksi vitamin K1.
b. Perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28
hari), dan perawatan tali pusat
c. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
88. 77
d. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
e. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
f. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan
anak pra sekolah
g. Pemberian konseling dan penyuluhan
h. Pemberian surat keterangan kelahiran
i. Pemberian surat keterangan kematian
2.3.1.2 Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana, dengan kewenangan :
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas,
khusus bagi bidan yang menjalankan program pemerintahan
mendapatkan kewenangan tambahan untuk melakukan
pelayanan kesehatan yang meliputi :
1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi
dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi
bawah kulit.
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah suoervisi
dokter).
89. 78
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman
yang ditetapkan.
4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan.
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra
sekolah dan anak sekolah.
6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.
7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)
termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya.
8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan
edukasi
9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakam program
pemerintah(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archive
s/171) : 20-04-2015 : 10.45 WIB
90. 79
2.4 Kompetensi Bidan
Standar Pelayanan Nifas
Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan, dan
melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan.Bidan juga harus
mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan
infeksi
Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama persalinan
Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan
yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-
hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan memantau ibu untuk
memulai pemberian ASI.
Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah
persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar; penemuan dini, penanganan, atau
perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas; serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
92. 81
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. E UMUR 27 TAHUN
P1A0 6 JAM POST PARTUM DENGAN LUKA PERINEUM
DI BPS DESI ANDRIANI Amd.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Nama Mahasiswa : ETI WIDIA
NIM : 201207080
Tanggal : 09 April 2015
Jam : 17.30 WIB
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS
Istri Suami
Nama : Ny. E :Tn. H
Umur : 27 tahun :27 tahun
Agama : Islam :Islam
Suku : Jawa/Indonesia :Jawa /Indonesia
Pendidikan : SMA :SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga :Swasta
93. 82
Alamat : Jl.Raja Basa 2 Blok U No.1 Prumnas Way
Halim Bandar Lampung
2. Keluhan Utama : - Ibu mengatakan saat ini perutnya masih
merasa mules.
- Ibu mengatakan nyeri pada luka
perenium
3. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
94. 83
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
d. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Syah
Usia nikah pertama : 26 Tahun
Lamanya pernikahan : 1 tahun
5. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
1) Menarche : 13 Tahun
2) Siklus : 28 Hari
3) Lama : 4-6 Hari
4) Volume : 2- 3 kali ganti pembalut/hari
5) Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal
6) Disminorhea : Tidak ada
95. 84
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
No. Tahun
Persalinan
Tempat
Persalinan
Umur
Kehamilan
Jenis
Persalinan
penolong penyulit Keadaan
nifas anak
1 Hamil ini
c. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : Spontan
Tanggal : 09 – 04- 2015
Jam : 11.30 WIB
Jenis kelamin : laki-laki
Panjang badan : 50 cm
Berat badan : 3000 gram
Lingkar dada : 34 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar lengan : 11 cm
Keadaan bayi : Sehat tanpa cacat
d. Riwayat KB : Ibu mengatakan tidak pernah
menggunakan alat kontrasepsi
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
menu : Nasi 1 porsi, sayur katuk 1 mangkok
kecil, ikan 1 potong, tempe 1 biji,
96. 85
buah jeruk 1 buah, 1 gelas susu,
kapsul vitamin A, dan tablet Fe.
Frekuensi : Saat pengkajian 1 kali makan
Jumlah per hari : Saat penggkajian 1 porsi
Pantangan : Saat pengkajian tidak ada
b. Pola eliminasi
BAK : Saat pengkajian ibu mengatakan
sudah BAK 2 kali, dengan warna
jernih dan bau khas.
BAB : Saat pengkajian ibu mengatakan
belum BAB
c. Pola aktivitas : Dari setelah melahirkan ibu belum
dapat beraktifitas
d. Pola istirahat : Dari setelah melahirkan ibu
istirahat di tempat tidur
e. Pola personal hygine
Mandi : Saat pengkajian ibu mengatakan
belum mandi
Keramas : Saat pengkajian ibu mengatakan
belum keramas
Ganti baju dan celana dalam : Saat pengkajian ibu mengatakan
2 kali ganti celana dalam
ganti pembalut : Saat pengkajian ibu mengatakan
97. 86
2 kali ganti pembalut
Aktifitas seksual : Tidak dikaji
7. Psikososial
Tanggapan ibu terhadap dirinya :
Ibu bahagia mampu melahirkan secara normal
Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya :
Ibu tidak tau bahwa rasa mules yang masih ia
rasa kan dalah hal yang normal
Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi :
Keluarga bahagia dengan kelahiran bayi Ny. E
Pengambilan Keputusan :
Pengambilan keputusan dilakukan secara
bermusyawarah dalam keluarga
Lingkungan yang berpengaruh :
Tidak ada
Data objektif
Tanggal/ waktu: 09-04-2015/ 17.30 WIB
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg
Pernafasan : 24 kali/menit
98. 87
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 37,50
c
2. Pemeriksaan fisik
Kepala
a. Wajah
Oedem : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
b. Mata
Simetris : Ya kanan dan kiri
Kelopak mata : Tidak odema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
c. Hidung
Simetris : Ya kanan dan kiri
Polip : Tidak ada pembesaran
Kebersihan : Bersih
d. Mulut
Bibir : Tidak kering dan tidak ada sariawan
Lidah : Bersih
e. Payudara
Simetris : Ya antara kanan dan kiri
Pembesaran : Ada, pada payudara kanan dan kiri
Puting Susu : menonjol kanan dan kiri
99. 88
Hiperpigmentasi : ada disekitar areola dan putting
susu
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : Ada, kolostrum
Rasa Nyeri : Tidak ada
f. Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
Pembesaran : Ada, sesuai hari nifas
Konsistensi : Keras pada saat ada kontaksi, lunak
pada saat tidak ada kontraksi
Benjolan : Tidak ada
Pembesaran lien dan liver : Tidak ada
Kandung Kemih : Kosong
Tinggi fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat
g. Anogenital
Vulva : Warna merah kehitaman
Perenium : Ada luka jahitan perenium
Pengeluaran Pervaginam : Lochea rubra
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan
Anus : Tidak ada hemoroid
Pemeriksaan Dalam : Tidak di lakukan
h. Ekstremitas Bawah
Oedema : Tidak ada
100. 89
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Reflek patela : Positif Kanan dan Kiri
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
4. Data penunjang
a. Riwayat Persalinan sekarang
1) IBU
Tempat Melahirkan : BPS Desi Andriani, Amd.Keb
Penolong : Bidan Desi
Jenis Persalinan : Spontan, pervaginam
Tanggal / jam persalinan : 09-04-2015/11.30 WIB
Komplikasi : Tidak ada
Lamanya persalinan
Kala 1 : 7 Jam 00 Menit
Kala II : 1 Jam 0 Menit
Kala III : 0 Jam 10 Menit
Kala IV : 2 Jam 0 Menit +
Lama : 10 Jam 10 Menit
Ketuban pecah pukul : 08.45 WIB
Plasenta
Lahir : Spontan
Berat : 500 gram
101. 90
Insersia : Sentralis
Panjang Tali Pusat : ± 50 cm
Diameter : 20 cm
Selaput Dan Kotiledon : Lengkap
Kelainan : Tidak ada
Perenium : ada laserasi
2) Bayi
Lahir tanggal/pukul : 09-04-2015/11.30 WIB
Nilai APGAR : 9/10
Jenis kelamin : laki-laki
Masa gestasi : 39 minggu 5 hari
102. 91
Tabel 3.1
MATRIKS
Tgl /
jam
PENGKAJIAN
INTERPRETASI DATA
(DIAGNOSA, MASALAH,
KEBUTUHAN)
Dx
POTENSI
AL/
MASALA
H
POTENSI
AL
TINDAKAN
SEGERA
INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
09 April
2015,
pukul
17.30
WIB
DS :
1. Ibu mengatakan
ini adalah
persalinan yang
pertama dan
belum pernah
keguguran
2. Ibu mengatakan
perutnya terasa
mulas.
3. Ibu mengatakan
nyeri pada luka
perenium.
DO :
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 24x/mnt
Dx : Ny.E umur 27 tahun
P1A0 6 Jam post partum
Dasar :
- Ibu mengatakan ini
adalah persalinan
yang pertama dan
belum pernah
keguguran.
- Ibu mengatakan
melahirkan tanggal
09 April 2015, pukul
11.30 WIB
- Ibu mengatakan
nyeri pada luka
perenium
DO :
Dari hasil pemeriksaan
diperoleh :
Payudara:
Pengeluaran: kolostrum
Tidak ada Tidak ada 1. Jelaskan kepada
ibu tentang
keadaannya saat
ini
2. Jelaskan pada
ibu tentang
keluhan yang
dialaminya.
.
1. Menjelaskan kepada ibu tentang
keadaanya saat ini, berdasarkan hasil
pemeriksaan umum yaitu Keadaan
Umum : Baik, TTV : TD : 120/80
mmhg, N : 84x/menit, RR : 20 x/menit,
Suhu : 36,5c. Berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pemeriksaan khusus kebidanan pada
Payudara : Putting susu: menonjol,
Pengeluaran : ada, kolostrum TFU : 2
jari dibawah pusat, Kontraksi : baik,
Lokhea : rubra, perinium: ada luka
perenim yang masih basah.
2.Menjelaskan pada ibu tentang keluhan
yang dialaminya yaitu nyeri pada luka
perenium adalah hal yang normal karena
ada luka perenium yang masih basah dan
rasa mulas yang dialami ibu adalah hal
yang normal karena proses
pengembalian uterus kebentuk semula,
jadi ibu tidak perlu khawatir.
1. Ibu sudah mengetahui
hasil pemeriksaannya.
2. Ibu mengerti bahwa
hal yang dialami ibu
adalah hal yang
normal.
103. 92
S : 37,5ºC
Hasil pemeriksaan
fisik dalam batas
normal.
Hasil pemeriksaan
kebidanan :
Payudara:
Puting susu :
menonjol
Pengeluaran: ada
kolostrum
Abdomen:
Kontraksi: baik
TFU : 2 jari dibawah
pusat
Anogenital:
Lokhea:rubra
perinium:ada luka
perenium.
Abdomen:
Kontraksi: baik
TFU : 2 jari dibawah pusat
Anogenital:
Lokhea:rubra
Perenium : terdapat luka
perenium yang masih basah.
Masalah :
Perut terasa mulas dan
Nyeri pada luka perenium
Kebutuhan:
perawatan luka perineum
3.Lakukan dan
ajarkan kepada
ibu dan keluarga
cara mencegah
perdarahan masa
nifas
4. Anjurkan ibu
untuk
memberikan ASI
sedini mungkin
dan ondemeand
5. Lakukan bonding
attachment
6. Lakukan dan
ajarkan kepada
ibu cara
pecegahan
hipotermi
kepada bayi
7. Beritahu ibu
untuk ambulasi.
3. Melakukan dan mengajarkan kepada
ibu dan keluarga cara mencegah
perdarahan masa nifas yaitu dengan
cara tetap melakukan masase pada
fundus ibu, agar tetap berkontraksi.
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan
ASI sedini mungkin dan secara
ondemand yaitu sesuai dengan
kebutuhan bayi tanpa dijadwalkan,
agar bayi mendapat kolostrum yang
mengandung campuran kaya protein,
mineral, dan antibodi dan mempererat
ikatan batin antara ibu dan bayi.
5. Melakukan bonding attachment antara
ibu dan bayi dalam satu ruangan yang
sama agar ikatan batin antara keduanya
saling terjalin.
6. Melakukan dan mengajarkan kepada
ibu cara pencegahan hipotermi kepada
bayi dengan cara menutupi seluruh
tubuh bayi dengan baju atau kain
bedong, bagian kepala di tutupi dengan
topi bayi dan jangan letakan bayi di
ruangan ber-AC.
7. Memberitahu ibu untuk ambulasi
setelah persalinan normal sebaiknya
dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh
miring kiri atau kanan untuk mecegah
adanya trobosit).
3. Ibu dan keluarga
bersedia melakukan
masase uterus.
4. Ibu bersedia untuk
memberikan ASI
secara dini dan
ondemeand pada
bayinya.
5. Ibu melakukan
bonding attachment
yang dianjurkan.
6. Ibu mengerti cara
pencegahan hipotermi
yang di ajarkan
7. Ibu mengerti
penjelasan yang telah
diberikan, dan ibu
akan miring kiri atau
kanan untuk mecegah
adanya trobosit
104. 93
8. Lakukan dan
ajarkan cara
perawatan luka
perenium
8. Melakukan dan mengajarkan ibu cara
perawatan luka perenium yaitu :
a. Cuci tangan
b. Mengisi com dengan air hangat
c. Membuang pembalut yang sudah
penuh dengan gerakan kebawah
mengarah kerectum dan letakkan
pembalut tersebut kedalam kantung
plastik
d. Kemudian persilahkan ibu untuk
BAK dan BAB ke toilet
e. Semprotkan air hangat yang ada di
dalam botol plastic keseluruh
perineum
f. Keringkan perineum dengan
menggunakan tissue dari depan
kebelakang
g. Menggunakan pembalut baru yang
bersih dan nyaman dan celana
dalam yang bersih
h. Cuci tangan kembali
8. Ibu mengerti cara
perawatan luka
perenium yang benar
,
105. 94
12April
2015,
pukul
11.00
WIB
DS :
1.Ibu mengatakan
masih mulas pada
perutnya
2.Ibu mengatakan
masih nyeri pda
luka jahitannya.
DO :
TD : 120/70 mmhg
N : 80x/mnt
RR : 24x/mnt
S : 37,5 ºC
Hasil pemeriksaan
fisik dalam batas
normal.
Hasil pemeriksaan
kebidanan :
Payudara:
Puting susu
:menonjol
Pengeluaran: ada
kolostrum
Abdomen:
Kontraksi: baik
TFU : 3 jari dibawah
pusat
Anogenetal
Lokhea : rubra.
Luka jahitan masih
basah
Dx : Ny.E umur 27 tahun
P1A0 3 hari Post Partum.
Ds:
- Ibu mengatakan ini
adalah
persalinannya yang
pertama dan belum
pernah kguguran.
- Ibu mengatakan
melahirkan tanggal
09 April 2015, pukul
11.30 WIB
- Ibu mengatakan
masih terasa nyeri
pada luka perenium
Do:
Hasil pemeriksaan
kebidanan :
Payudara:
Pengeluaran: kolostrum
Abdomen:
Kontraksi: baik
TFU : 3 jari dibawah pusat
Anogenetal
Lokhea : rubra.
Perineum : luka perineum
masih basah.
Masalah :
- Nyeri pada luka
perenium
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu kepada
ibu tentang
keadaannya saat
ini
2. Pastikan ibu
melakukan
perawatan luka
perineum yang
telah diajarkan.
1. Memberitahu kepada ibu tentang
keadaanya saat ini, berdasarkan hasil
pemeriksaan umum yaitu Keadaan
Umum : Baik, TTV : TD : 120/70
mmhg, N : 80x/menit, RR : 24 x/menit,
Suhu : 37,5c. Berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pemeriksaan khusus kebidanan pada
Payudara : Putting susu: menonjol,
Pengeluaran : ada, kolostrum TFU : 3
jari dibawah pusat, Kontraksi : baik,
Lokhea : rubra, perinium: ada luka
perenim yang masih basah.
2. Memastikan ibu melakukan perawatan
luka perineum yang telah diajarkan.
1. Ibu mengerti tentang
hasil pemeriksaannya
bahwa Ibu dalam
kendisi normal.
2. Ibu telah menerapkan
cara perawatan luka
perineum sesuai
dengan yang
dianjarkan yaitu :
Cuci tangan
Mengisi com
dengan air hangat
Membuang
pembalut yang
sudah penuh
dengan gerakan
kebawah mengarah
kerectum dan
letakkan pembalut
tersebut kedalam
kantung plastik
Kemudian
persilahkan ibu
untuk BAK dan
BAB ke toilet
Semprotkan air
106. 95
Kebutuhan:
perawatan luka perineum
3. Jelaskan pada ibu
tentang
kebutuhan nutrisi
4. Anjurkan ibu
untuk
memberikan ASI
ekslusif terhadap
bayinya
5. Anjurkan ibu
untuk istirahat.
3. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan
nutrisi yaitu :
b. Mengkonsumsi tambahan 500
kalori tiap hari.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap
hari.
d. Pil zat bsi harus diminum untuk
menambah zat gizi, setidaknya
selama 40 hari pasca peralinan.
e. Minum kapsul viamin A 200.000
unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui
ASI
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan
ASI ekslusif terhadap bayinya dengan
cara 6 bulan penuh menyusui tanpa
memberikan makanan tambahan apapun.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
baik untuk ibu, bahwa ibu harus
hangat yang ada di
dalam botol plastic
keseluruh perineum
Keringkan
perineum dengan
menggunakan
tissue dari depan
kebelakang
Menggunakan
pembalut baru yang
bersih dan nyaman
dan celana dalam
yang bersih
Cuci tangan
kembali
3. Ibu mengetahui
kebutuhan nutrisi
yang harus terpenuhi
4.Ibu bersedia
memberikan ASI
ekslusif terhadap
bayinya.
5.Ibu mengerti tentang
personal higiene.
107. 96
6. Ajarkan ibu
tentang personal
higiene
7. jelaskan pada
tanda-tanda
bahaya masa
nifas pada ibu
beristirahat yang cukup yaitu 8 jam
melalui istirahat malam dan minimal 1
jam istirahat pada siang hari serta
mengingatkan ibu untuk istirahat atau
tidur jika bayi juga sudah tidur.
6. Mengajarkan ibu tentang bagaimana
membersihkan daerah kelamin dengan
air mengalir. Pastikan bahwa ia mengerti
untuk membersihkan daerah vulva
terlebih dahulu dari depan ke belakang
anus. Sarankan ibu untuk mencuci
tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membesihkan daerah
kelaminnya
7. Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada
masa nifas yaitu :
Demam tinggi melebihi 380
c,
Perdarahan vagina yang luar biasa,
Nyeri perut hebat, Sakit kepala
parah/terus-menerus dan pandangan
nanar, Pembengkakan pada wajah, jari-
jari tangan, Rasa sakit, merah atau
bengkak dibagian betis atau kaki, Puting
payudara berdarah atau merekah,
Payudara kemerahan, bengkak, lunak
disertai demam, Kehilangan nafsu
makan dalam waktu lama. Merasa
sangat sedih atau tidak mampu
mengasuh bayinya.
6. Ibu mengerti tentang
personal higiene
7. Tidak ada tanda-tanda
bahaya masa nifas
pada ibu.