SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
TUGAS AKUNTANSI PERPAJAKAN
PSAK NOMOR 46
Dibuat Oleh :
Nama : Dian Fatur Rahman
Kelas : Lanjutan Pajak 2017
NIM : CA417122771
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
DAFTAR ISI
PSAK 46-Akuntansi Pajak Penghasilan..............................3
Pajak Tangguhan...............................................................4
B.1. Metode Penangguhan Pajak penghasilan..........................................................................................5
B.1.a. Deferred method (Metode Penangguhan).................................................................................5
B.1.b. Asset-liability method (Metode Aktiva-Kewajiban)....................................................................5
B.1.c. Net-of-tax method (Metode Bersih dari Pajak) ..........................................................................5
B.2. Kegiatan yang Dilakukan dalam Menentukan Pajak Tangguhan.......................................................6
B.3. Perbedaan Temporer.........................................................................................................................7
B.4. Kewajiban Pajak Tangguhan dan Aktiva Pajak Tangguhan................................................................8
B.5. Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liability).........................................................................9
B.6. Aktiva Pajak Pangguhan (Differed Tax Assets).................................................................................12
C. Kompensasi kerugian..................................................13
D. Pajak Tangguhan dari Penggabungan Usaha..............16
E. Contoh Pajak Tangguhan Pada Bad Debt Expense......16
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
PSAK 46-Akuntansi Pajak Penghasilan
Standar Akuntansi Keuangan mengatur masalah pajak tangguhan tersebut di PSAK 46-
Akuntansi Pajak Penghasilan, yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan perhitungan Pajak
Penghasilan terutang, seperti yang diungkapkan oleh Kieso Donald E, Weygandt Jerry J. dan
Warfield Terry D, bahwa akibat perbedaan antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan
Peraturan Perundang-undangan Perpajakan pada umumnya terdapat pula perbedaan antara
Penghasilan Sebelum Pajak menurut Pembukuan(Pretax Accounting Income) dengan Penghasilan
Kena Pajak(Taxable Income). Dengan demikian akan terdapat pula perbedaan antara beban
pajak (tax expense) dengan pajak terutang (income tax payable). Selanjutnya disebutkan pula
bahwa fundamen yang berkenaan dengan Akuntansi Pajak Penghasilan adalah:
1. jumlah pajak masa yang akan datang dan pajak tangguhan(Future taxable namounts and
deferred taxes).
2. jumlah pengurangan masa yang akan datang dan pajak tangguhan (Future deductible
amounts and deferred taxes).
3. penyajian Laporan Laba/Rugi (income statement presentation).
4. perbedaan spesifik (specific differences).
5. pertimbangan tarif (rate considerations).
Hal ini sesuai dengan catatan bahwa menurut Statement of Financial Accounting Standards
(SFAS) 109 yang juga didukung oleh Financial Accounting Standards (FASB) bahwa untuk
menghitung pajak tangguhan hendaknya didasarkan kepada tarif efektif rata-rata (the average
effective tax rate) daripada menggunakan tarif marginal (marginal rates) atau menggunakan tarif
orisinil seperti yang diminta oleh SFAS 96 (GAAP, 2003: hal. 616).
Beberapa terminologi dan pengertian yang digunakan dalam pembahasan yang berkenaan dengan
akuntansi keuangan dan akuntansi pajak terlihat sebagai berikut:
Beban Pajak Penghasilan (Income Tax
Expense)- BP
Jumlah Pajak Penghasilan yang dialokasikan untuk periode yang bersangkutan yang
dihitung berdasarkan tarif prisinal x Penghasilan Sebelum Pajak.
Pajak Penghasilan Terutang (Income Tax
Liability)- PT
Jumlah Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan Tarif Orisinal x Penghasilan Kena
Pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penghasilan Sebelum Pajak (Pretax
Accounting Income- Pretax Book Income)-
PSP
Penghasilan Akuntansi sebelum dikurangi dengan Beban Pajak Penghasilan.
Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income)-
PKP
Penghasilan yang menjadi objek Pajak Penghasilan dikurangi dengan Biaya Fiskal yang
boleh dikurangkan.
Efek Pajak (Tax Effects)- EP
Selisih antara PPh Terutang dengan Beban PPh akibat dari:
1. perbedaan waktu yang disebabkan oleh perhitungan PPh Terutang dan Beban
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
PPh.
2. Kompensasi kerugian.
3. Penyesuaian yang dilakukan sebelumnya.
PPh Tangguhan (Deferrred Income Taxes)
Kewajiban Pajak Tangguhan – DTPAktiva
Pajak Tangguhan- DTA
Efek pajak yang diakui pada saaat diadakan penyesuaian dengan Beban Pajak
Penghasilan periode yang akan datang.
Alokasi PPh Interperiode (Interperiod Income
Tax Allocation)
Alokasi Beban Pajak Penghasilan ke berbagai periode akuntansi.
Alokasi PPh Intraperiode (Intraperiod Income
Tax Allocation)
Proses membagi Beban Pajak Penghasilan pada periode yang bersangkutan berkenaan
dengan beberapa komponen yang terdapat pada Penghasilan sebelum Pajak yang
terkait dengan Efek Pajak Penghasilan akibat pennyesuaian yang dilakukan sebelumnya
dengan komponen tersebut.
Sebelum PSAK No. 46 diperkenalkan, orientasi yang dipergunakan oleh standar akuntansi
dalam Akuntansi Pajak Penghasilan lebih bersifat “income statement liability approach”, sementara
pendekatan yang dipergunakan dalam PSAK No. 46 bersifat “balance sheet liability approach”.
Tentunya, perbedaan orientasi tersebut menjadi kompleksitas baru bagi para akuntan, karena
literatur lama dalam Akuntansi Pajak Penghasilan masih banyak yang menggunakan “income
statement liability approach”. Akibatnya, perubahan pendekatan tersebut tentunya menuntut
perubahan pola berpikir para akuntan dalam memahami esensi utama dari pengimplementasian
PSAK No. 46.
Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan datang yang
disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan perpajakan serta
kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax loss carry forward) yang
perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu.
Dampak PPh di masa yang akan datang yang perlu diakui, dihitung, disajikan dan
diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan bisa saja
membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih besar
di masa datang. Atau sebaliknya, bisa saja perusahaan membayar pajak lebih besar saat ini, tetapi
sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih kecil di masa datang. Bila dampak pajak di
masa datang tersebut tidak tersaji dalam neraca dan laba rugi, maka laporan keuangan bisa saja
menyesatkan pembacanya.
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
B.1. Metode Penangguhan Pajak penghasilan
Metode alokasi pajak digunakan untuk mempertanggungjawabkan pengaruh-pengaruh pajak dan
bagaimana pengaruh-pengaruh tersebut harus disajikan dalam laporan keuangan.
Ada tiga metode untuk mengalokasikan pajak, (Kieso dan Weygant, 2001 : 1067-1068) antara lain :
B.1.a. Deferred method (Metode Penangguhan)
Metode ini menggunakan pendekatan laba rugi (income statement approach) yang
memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang laporan
laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi baik dari segi komersial
maupun fiskal. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan waktu dan perbedaan permanen. Hasil
hitungan dari pendekatan ini adalah pergerakan yang akan diakui sebagai pajak tangguhan pada
laporan laba rugi. Metode ini lebih menekankan matching principle pada periode terjadinya
perbedaan tersebut.
Namun, perkembangan dunia bisnis dan akuntansi telah sedemikian pesatnya sehingga
muncul transaksi-transaksi yang tidak diakui dalam laporan laba rugi tetapi langsung diakui sebagai
bagian dari ekuitas misalnya keuntungan atau kerugian dari surat berharga yang siap untuk dijual
kapan saja. Apabila menggunakan pendekatan laba rugi transaksi seperti itu tidak dapat terdeteksi,
sehingga pendekatan ini dipandang kurang relevan.
B.1.b. Asset-liability method (Metode Aktiva-Kewajiban)
Metode ini menggunakan pendekatan neraca (balance sheet approach) yang menekankan
pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan memprediksikan aliran
kas pada masa yang akan datang. Pendekatan neraca memandang perbedaan perlakuan akuntansi
dan perpajakan dari sudut pandang neraca, yaitu perbedaan antara saldo buku menurut komersial
dan dasar pengenaan pajaknya. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan temporer dan
perbedaan non temporer. Pada metode ini terjadi pengakuan pajak tangguhan (deferred tax) atas
konsekuensi pajak di masa mendatang berupa aktiva (kewajiban) pajak tangguhan yang harus
dilaporkan di neraca. Beban pajak tangguhan dilaporkan di laba rugi bagian taksiran PPh sebagai
komponen pajak tangguhan, sedangkan penghasilan pajak tangguhan harus dilaporkan di laba rugi
sebagai komponen negatif dari beban pajak tangguhan.
B.1.c. Net-of-tax method (Metode Bersih dari Pajak)
Pada metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi pajak atas perbedaan
temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaliknya diperlakukan sebagai penyesuaian atas nilai
aktiva atau kewajiban tertentu dan penghasilan atau beban yang terkait. Dalam metode ini, beban
pajak yang disajikan dalam laporan laba rugi sama dengan jumlah pajak penghasilan yang
terhutang menurut SPT tahunan.
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
B.2. Kegiatan yang Dilakukan dalam Menentukan Pajak Tangguhan
Sama halnya dengan proses akuntansi lainnya, Akuntansi Pajak Tangguhan tidak terlepas
dari empat kegiatan berikut ini :
Pertama, pengakuan (recognition) yaitu standar yang mengatur bahwa dampak PPh atas
perbedaan temporer dan tax loss carry forward (TLCF) atau kompensasi rugi harus diakui dalam
laporan keuangan. Pengakuan ini menyiratkan bahwa perusahaan pelapor akan memulihkan nilai
tercatat aktiva pajak tangguhan ataudeferred tax asset (DTA) dan akan melunasi nilai tercatat dalam
kewajiban pajak tangguhan atau deferred tax liability (DTL) tersebut.
Aktiva pajak tangguhan dan Kewajiban pajak tangguhan yang disebabkan oleh perbedaan
temporer akan terpulihkan di masa datang karena jumlah yang akan diakui sebagai biaya atau
pendapatan akan sama antara akuntansi dan pajak, hanya berbeda alokasi waktunya saja.
Sedangkan Aktiva pajak tangguhan yang timbul dari kompensasi rugi akan terpulihkan bila
perusahaan menggunakan kompensasi rugi tersebut pada tahun di mana perusahaan memperoleh
laba fiskal. Bila kompensasi rugi tersebut tidak terpakai dan menjadi hangus, maka Aktiva pajak
tangguhan yang timbul harus disesuaikan.
Kedua, pengukuran (measurement) yaitu cara menghitung jumlah yang harus dibukukan
dalam buku besar perusahaan. Dalam hal ini pajak tangguhan akan dihitung dengan menggunakan
tarif yang berlaku atau efektif akan berlaku di masa yang akan datang. Dalam praktek, biasanya
pajak tangguhan dihitung dengan tarif PPh yang tertinggi yaitu sebesar 30%, meskipun tarif yang
sebenarnya berlaku bersifat progresif. Lapisan tarif PPh sebesar 10% dan 15% dianggap tidak
terlalu material untuk diperhitungkan. Di samping itu, kedua lapisan tarif PPh tersebut biasanya
dipergunakan untuk menghitung pajak kini. Meskipun pajak tangguhan berkaitan dengan dampak
pajak di masa datang, namun dalam pengukurannya tidak boleh didiskonto (discounted).
Ketiga, penyajian (presentation) yaitu standar yang menentukan cara penyajian di dalam
laporan keuangan, baik dalam neraca ataupun laba rugi. Aktiva pajak tangguhan (DTA) atau
kewajiban pajak tangguhan (DTL) harus disajikan secara terpisah dari aktiva atau kewajiban pajak
kini dan disajikan dalam unsur non currentdalam neraca. Sedangkan beban atau penghasilan pajak
tangguhan harus disajikan terpisah dengan beban pajak kini dalam laporan keuangan.
Keempat, pengungkapan (disclosure) yaitu berkaitan dengan standar informasi yang perlu
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya unsur-unsur utama perbedaan
temporer yang menimbulkan pajak tangguhan, unsur-unsur yang dibebankan langsung ke laba
ditahan, perubahan tarif pajak dan sebagainya.
Aktiva Pajak Tangguhan dapat disamakan seperti lebih bayar pajak yang akan digantikan di
masa yang akan datang pada saat pemulihan perbedaan temporer. Sementara itu Kewajiban Pajak
Tangguhan dapat disamakan seperti kurang bayar pajak yang akan dibayar di masa yang akan
datang pada saat pemulihan perbedaan temporer. Kenaikan neto aktiva pajak tangguhan
menyebabkan pengurangan beban pajak perusahaan sedangkan sebaliknya kenaikan neto
kewajiban pajak tangguhan menyebabkan kenaikan beban pajak perusahaan.
Beban pajak menurut pembukuan dapat dihitung sebagai berikut:
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
Pajak Penghasilan TerutangTambah: Kenaikan neto kewajiban pajak tangguhan
Kurang: Kenaikan neto aktiva pajak tangguhan
Beban pajak menurut pembukuan
Seperti telah diuraikan sebelumnya, aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan
terjadi akibat perbedaan temporer antara pembukuan dan pajak sedangkan perbedaan permanen
antara pembukuan dan pajak tidak mempunyai efek, baik terhadap perhitungan beban pajak
menurut pembukuan maupun terhadap perhitungan pajak terutang. Oleh karena perbedaan
permanen tidak menghasilkan pajak tangguhan, maka perhitungan beban pajak menurut
pembukuan dapat juga dilakukan sebagai berikut:
Tambah/Kurang: Penghasilan Sebelum Pajak menurut PembukuanPerbedaan permanen menurut pembukuan/pajak
Penghasilan menurut pembukuan setelah penyesuaian dengan perbedaan permanenKali : Tarif Pajak
Beban Pajak menurut Pembukuan
B.3. Perbedaan Temporer
Sesuai namanya, perbedaan temporer merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan
perpajakan yang sifatnya temporer. Artinya secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi
maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.
Perbedaan temporer bisa bersifat koreksi positif atau koreksi negatif. Koreksi positif adalah
koreksi yang menyebabkan penambahan laba fiskal yang akhirnya akan menambah PPh terutang.
Sedangkan koreksi negatif merupakan koreksi yang menyebabkan pengurangan laba fiskal
sehingga PPh terutang menjadi lebih kecil. Mengingat sifatnya yang temporer, maka koreksi positif
saat ini akan mengakibatkan perusahaan membayar pajak besar saat ini, tetapi akan dikompensasi
(dipulihkan) dengan penghematan PPh terutang karena koreksi negatif di masa datang. Demikian
sebaliknya.
Transaksi akuntansi yang mengakibatkan perbedaan temporer antara perlakuan akuntansi
dan perpajakan yang merupakan unsur Pajak Tangguhan diantaranya adalah perbedaan metode
penyusutan antara akuntansi dengan pajak, perbedaan perlakuan penyertaan saham equity
method menurut akuntansi dengan cost method menurut pajak, perbedaan pencadangan pesangon
menurut PSAK No. 24 dengan perpajakan yang hanya mengakui pembebanan pesangon pada saat
realisasinya, perbedaan pencadangan piutang ragu-ragu menurut akuntansi dengan perpajakan
yang hanya mengakui pembebanan piutang tak tertagih pada saat benar-benar tidak tertagih, dan
lainnya.
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
Sedangkan untuk rugi fiskal yang masih dapat dikompensasi di masa datang (tax loss carry
forward) menurut PSAK No. 46 diakui sebagai Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) apabila besar
kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang memadai untuk dikompensasi. Atau
dengan kata lain, bahwa akumulasi rugi fiskal yang terjadi baru boleh diakui sebagai aktiva pajak
tangguhan jika besar kemungkinan bisa dikompensasi seluruhnya dengan laba fiskal dalam 5 tahun
ke depan, sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku
B.4. Kewajiban Pajak Tangguhan dan Aktiva Pajak Tangguhan
Dengan berlakunya PSAK 46, timbul kewajiban bagi perusahaan untuk menghitung dan
mengakui pajak tangguhan (deferred taxes)atas future tax effects dengan menggunakan
pendekatan the asset and liability method yang berbeda dengan pendekatanincome statement
liability method yang sebelumnya lazim digunakan oleh perusahaan dalam menghitung pajak
tangguhan.
GAAP Handbook of Policies and Procedures (2001, hal. 783) menyebutkan bahwa
penggunaan the asset and liability methodselanjutnya disebut the liability method mengharuskan
pendekatannya berorientasi pada neraca karena pada dasarnya sasaran yang ingin diperlihatkan di
sini adalah berapa sesungguhnya taksiran pajak yang akan dibayar pada periode yang akan datang.
Untuk keperluan ini, hendaknya diterapkan akuntansi pajak tangguhan yang
komprehensif (comprehensive deferred tax accounting) yang berarti bahwa harus dipertimbangkan
semua efek pajak terhadap semua penghasilan, biaya/pengeluaran, keuntungan/kerugian, dan lain-
lain yang menimbulkan perbedaaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan
fiskal sehingga dengan demikian yang dimaksud dengan beban pajak (tax expense) mencakup
jumlah pajak yang terutang (taxes payable)ditambah dengan dampak pajak akibat perbedaan
temporer(temporary differences) atau dengan perkataan lain:
Jumlah seluruh taksiran pajak penghasilan (provision for income taxes) adalah jumlah pajak
kini (tax currently payable-current tax expense) dan perubahan neto antara aktiva pajak tangguhan
(deferred tax assets) dan kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities)-deferred tax expense
or benefit.
PSAK 46 mendefinisikan beban pajak (tax expense) yang dimaksud sama dengan taksiran
pajak penghasilan tersebut, yaitu:
Beban pajak (tax expense) atau penghasilan pajak (tax income) adalah jumlah agregat pajak kini
(current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau
rugi pada satu periode.
Baik Kewajiban pajak tangguhan maupun Aktiva pajak tangguhan dapat terjadi dalam hal-hal
sebagai berikut (Zein,2007):
(1) apabila Penghasilan Sebelum Pajak (PSP- Pretax Accounting Income) lebih besar dari
Penghasilan Kena Pajak (PKP- Taxable Income) maka Beban Pajak (BP- Tax Expense) pun akan
lebih besar dari Pajak Terutang (PT- Tax Payable) sehingga akan menghasilkan Kewajiban Pajak
Tangguhan (KPT- deferred tax liability). Kewajiban Pajak Tangguhan dapat dihitung dengan
mengalikan perbedaan temporer dengan tarif pajak yang sesuai.
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
(2) Sebaliknya apabila Penghasilan Sebelum Pajak (PSP) lebih kecil dari Penghasilan Kena Pajak
(PKP) maka Beban Pajaknya (BP) akan juga lebih kecil dari Pajak Terutang (PT) sehingga akan
menghasilkan Aktiva Pajak Tangguhan (APT- deferred tax assets).Aktiva Pajak Tangguhan adalah
sama dengan perbedaan temporer dengan tarif pajak pada saat perbedaan tersebut terpulihkan.
Dengan rumus dapat dituliskan sebagai berikut:
Perbedaan TemporerPerbedaan Temporer x TarifHasilnya
PSP > PKP BP > PT Kewajiban Pajak Tangguhan (DTL)
PSP <> BP <> Aktiva Pajak Tangguhan (DTA)
B.5. Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liability)
Contoh perhitungan Kewajiban Pajak Tangguhan
Tabel penyusutan menurut akuntansi dan fiskal tahun 2008 sebagai berikut :
Aktiva Tetap
Beban Penyusutan
menurut Akuntansi
Beban Penyusutan
menurut Fiskal
Bangunan 562.500.000 1.125.000.000
Mesin 3.333.333.333 5.000.000.000
Kendaraan 1.500.000.000 1.875.000.000
Peralatan 500.000.000 625.000.000
Jumlah 5.895.833.333 8.625.000.000
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
Berdasarkan tabel perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus di atas, dapat
diketahui bahwa telah terjadi perbedaan temporer antara perlakuan pajak dengan akuntansi.
Mengingat bahwa beban penyusutan secara fiskal lebih besar daripada beban penyusutan secara
akuntansi, PT XYZ akan melakukan koreksi negatif. Akibatnya, koreksi tersebut dapat menyebabkan
terjadinya pengurangan laba fiskal, sehingga beban PPh tahun berjalan menjadi lebih kecil.
Perhitungan koreksi negatif yang dapat memperkecil laba fiskal tersebut adalah sebagai berikut :
Laba akuntansi Rp9.282.150.000
Koreksi fiskal
– penyusutan akuntansi(+)5.895.833.333
– penyusutan fiskal (-) (8.625.000.000)
Laba Fiskal Rp6.552.983.333
Pembulatan 6.552.983.000
Perhitungan Pajak Penghasilan
Keterangan Akuntansi Fiskal
Laba 9.282.150.0006.552.983.333
PPh Terutang
10 % x 50.000.000 5.000.000 5.000.000
15 % x 50.000.000 7.500.000 7.500.000
30 % x 9.182.150.0002.754.645.000
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
30 % x 6.452.983.000 1.935.894.900
Jumlah PPh 2.767.145.0001.948.394.900
Taksiran Pajak Penghasilan
Beban Pajak Kini Rp1.948.394.900
Beban Pajak TangguhanRp818.750.100
Jumlah Beban Pajak Rp2.767.145.000
Jurnal akuntansinya sebagai berikut :
Beban Pajak Kini 1.948.394.900
Beban Pajak Tangguhan 818.750.100
Hutang PPh 25/29 1.948.394.900
Kewajiban Pajak Tangguhan 818.750.100
Atau jurnal dapat dibuat sebagai berikut :
a. Menjurnal Pajak Tangguhan
Beban Pajak Tangguhan 818.750.100
Kewajiban Pajak Tangguhan 818.750.100
b. Menjurnal Pajak Terutang
Beban pajak kini 1.948.394.900
Hutang PPh 25/29 1.948.394.900
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
B.6. Aktiva Pajak Pangguhan (Differed Tax Assets)
Munculnya aktiva pajak tangguhan apabila penghasilan sebelum pajak lebih kecil dari
penghasilan kena pajak, yang berarti beban pajaknya akan lebih kecil dari pajak terutang. Aktiva
pajak tangguhan tersebut dapat dihitung dengan cara mengalikan perbedaan temporer dengan tarif
pajak yang berlaku pada saat perbedaan tersebut dipulihkan.
Contoh perhitungan pajak tangguhan :
Penghasilan sebelum pajak PT.A pada tahun 2009 berjumlah Rp 1.100.000.000,00. Satu-
satunya perbedaan temporer yang terdapat dalam perusahaan adalah pengeluaran biaya garansi
(warranty expense) yang tercatat dalam pembukuan sebesar Rp 100.000.000,00 yang dihitung dari
angka penjualannya, sedangkan untuk kepentingan perpajakan yang dihitung berdasarkan jumlah
yang dibayar sebesar Rp 30.000.000,00 atau dengan perkataan lain perbedaan temporer yang
muncul sebesar Rp.70.000.000,00 ( Rp 100.000.000,00 – Rp 30.000.000,00).
Uraian Pembukuan UU Perpajakan
Penghasilan Sebelum Pajak1.100.000.000,001.100.000.000,00
Biaya Garasi 100.000.000,00 30.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak 1.000.000.000,001.070.000.000,00
Taksiran Pajak Penghasilan
Beban Pajak Kini Rp299.600.000
Keuntungan Pajak TangguhanRp(19.600.000)
Jumlah Beban Pajak Rp280.000.000
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
adapun jurnal dapat dibuat sebagai berikut
a. Menjurnal Pajak Tangguhan
Aktiva Pajak Tangguhan 21.000.000
Keuntungan Pajak Tangguhan 21.000.000
b. Menjurnal Pajak Terutang
Beban pajak kini 321.000.000,00
Hutang PPh 25/29 321.000.000,00
C. Kompensasi kerugian
Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebahaimana telah beberapa kali diubah, terkahir dengan Undang –undang nomor 36 tahun 2008
menyebutkan :
“Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.”
Kompensasi kerugian berpengaruh pada Penghasilan Kena Pajak di masa yang akan
datang, dan efek pajaknya akibat dari kompensasi kerugian adalah menghematan pada di masa
yang akan datang (future tax saving). Realisasi keuntungan pajak dimasa yang akan datang
tergantung pada Penghasilan Kena pajak di masa yang akan dating tersebut yang sulit diramalkan
dan tidak pasti.
Terdapat persoalan menyangkut efek pajak akibat kompensasi kerugian tersbut diakui dalam
tahun pajak pada saat kerugian tersbut muncil, atau pda tahun-tahun yang akan dating pada saat
terealisasi. Terdapat pendapat umum yang menyatakan bahwa keuntungan pajak akibat
kompensasi kerugian tersbut hendaknya tidak diakui sampai bena-benar terealisai, keciali dalam
keadaan yang tidak lazim, pada saat munculnya kompensasi kerugian tersebut dengan penuh
keyakinan tanpa ragu-ragu bahwa kompensasi kerugian tersebut akan terealisasi.
Hal ini dengan alas an bahwa keuntungan pajak akibat kompensai kerugian baru
diperhitungkan setelah terealisasi, dikarenakan perusahaan yang menderita kerugian membutuhkan
waktu yang cukup untuk menutupi kerugian tersebut, sehingga menghasilkan operasional yang
menguntungkan kembali. Kompensasi hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu 5 tahun berturut-
turut. Kerugian ini dapat direalisasikan apabila terdapat penghasilan kena pajak (laba) di periode
mendatang (kewajiban pajak tangguhan) untuk kompensasinya.
Di Amerika Serikat, keuntungan pajak akibat kompensasi akan diakui apabila terdapat
kemungkinan akan direalisasikan sebesar 50% di masa yang akan dating. Dalam hal ini, aktiva
pajak tangguhan nettoakan dicatat sebagai keuntungan pajak, yang dihitung berdasarkan aktiva
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
pajak tangguhan bruto setelah dikurangi dengan penyisihan penilaian nihil yang otomatis menjadi
aktiva pajak tangguhan neto (Zain, 2007)
Keuntungan pajak akibat kompensasi rugi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan dalam hal
kompensasi pajak tangguhan tersebut dapat dikompensasi dengan jumlah Penghasilan Kena Pajak
pada masa mendatang. Keuntungan pajak dihitung dengan mengalikan jumlah yang dapat
dikompensasi tersebut dengan tarif pajak yang akan berlaku pada periode kompensasi terjadi. Pada
saat aktiva pajak tangguhan tersebut dicatat, beban pajaknya pun akan berkurang. Pada tahun-
tahun berikutnya, pada saat penghasilan terealisasi, aktiva pajak tangguhan pun akan berkurang.
Keuntungan pajak karena kompensasi kerugian tidak akan terealisasi apabila tidak terdapat
Penghasilan Kena pajak yang memadai untuk menutupi kerugian tersebut.
Dalam PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan par. 26 menjelaskan bahwa saldo
rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan apabila besar
kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa depan memadai untuk dikompensasi. Selanjutnya dalam
Menurut PSAK 46 par. 27 diatur bahwa terdapat hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan apakah penghasilan kena pajak akan tersedia dalam jumlah memadai untuk
dikompensasikan :
1. Apakah perusahaan mempunyai perbedaan temporer kena pajak dalam jumlah yang
memadai, yang memungkinkan sisa kompensasi dapat digunakan sebelum masa berlakunya
kadaluarsa;
2. Apakah perusahaan mungkin memperoleh laba fiskal agar saldo rugi fiskal yang dapat
dikompensasi kerugian dapat digunakan sebelum masa berlakunya daluarsa;
3. Apakah saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi timbul dari kasus-kasus tertentu yang
hampir tidak mungkin berulang.
Apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat
dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aktiva pajak tangguhan tidak
diakui.
Paragraf 28 mengatur mengenai penilaian kembali aktiva pajak tangguhan. Pada setiap
tanggal neraca, perusahaan menilai kembali aktiva pajak tangguhan yang tidak diakui. Perusahaan
mengakui aktiva pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui apabila besar kemungkinan bahwa
laba fiskal pada masa depan akan tersedia untuk pemulihannya.
Berikut ini ilustrasi sederhana penerapan penghitungan aktiva pajak tangguhan atas saldo rugi
fiskal yang dapat dikompensasi. Berhubung topik pembahasan kali ini terbatas pada kompensasi
saldo rugi fiskal maka untuk memudahkan pemahaman diasumsikan bahwa tidak terdapat unsur
beda temporer dalam rekonsiliasi perpajakan.
Dari rekonsiliasi laba (rugi) komersial dengan laba (rugi) menurut fiskal PT A selama 5 tahun
berturut-turut diperoleh gambaran sebagai berikut :
2006 2005 2004 2003
Laba (Rugi) Komersial 11.000 10.500 (4.000) (12.000)
Beda Tetap :
Sumbangan 300 500 100 400
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
Entertainment 100 300 150 800
Laba (Rugi) Fiskal 11.400 11.300 (3.750) (10.800)
Kompensasi (3.250)(14.550)(10.800)0
Laba (Akumulasi Rugi)
Fiskal
8.150 (3.250) (14.550)(10.800)
Ayat jurnal pajak tangguhan atas saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi mulai tahun 2003
sampai dengan tahun 2006 sebagai berikut :
Jurnal Dr Cr Perhitungan
Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) 3.240 (30% x 10.800)
Pajak Penghasilan Tangguhan 3.240
(mencatat DTA tahun 2003)
Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) 1.125 (30% x 3.750)
Pajak Penghasilan Tangguhan 1.125
(mencatat tambahan DTA 2004)
Pajak Penghasilan Tangguhan 3.390 (30% x 14.550)-(30% x 3.250)
Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) 3.390
(reverse DTA – laba fiskal 2005)
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
Pajak Penghasilan Tangguhan 975 (30% x 3.250)
Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) 975
(reverse DTA – laba fiskal 2006)
Dari ayat-ayat jurnal di atas, dapat diketahui bahwa saldo Aktiva Pajak Tangguhan di Neraca
PT A per 31/12/2006 sudah menjadi nol seiring dengan habisnya kompensasi saldo rugi fiskal pada
tahun 2006.
D. Pajak Tangguhan dari Penggabungan Usaha
Perbedaan temporer dapat timbul dari transaksi penggabungan usaha. Transaksi
penggabungan usaha yang dicatat berdasarkan metode pembelian, selisih lebih atau kurang jumlah
uang yang dibayar dari nilai buku aset bersih yang didapat dalam transaksi dialokasikan kepada
atau dikurangkan dari aktiva atau kewajiban sehingga aktiva atau kewajiban dapat mencerminkan
nilai wajarnya (harnanto, 2003). Akibatnya nilai aktiva dan kewajiban yang tercatat berbeda dari
dasar pengenaan pajak (DPP), dan harus diakui sebagai aktiva atau kewajiban pajak tangguhan.
Sisa lebih atau kurang jumlah pembayaran dari nilai buku aktiva bersih yang sudah dialukasi
atau dikurangkan dari aktiva atau kewajiban tertentu diakui sebagi goodwill atau goodwill negative.
Dalam PSAK 46, goodwill itu sendiri tidak boleh diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan, juga
goodwill negative tidak boleh diakui sebagai aktiva pajak tangguhan.
Apabila perusahaan pengakuisisi tidak mengakui adanya aktiva pajak tangguhan pada
tanggal terjadinya transaksi penggabungan usaha, namun kemudian diakui didalam neraca
konsolidasinya, maka dalam laporan laba rugi konsolidasi harus juga diakui beban dan manfaat
pajak penghasilan tangguhan.
E. Contoh Pajak Tangguhan Pada Bad Debt Expense
Secara umum akuntansi mengenal dua metode pencatatan penghapusan piutang ragu-ragu
yaitu metode penghapusan langsung (direct write-off method) serta metode penghapusan tidak
langsung (indirect write-off method). Dengan metode penghapusan langsung, pembebanan piutang
tak tertagih baru dilakukan apabila piutang benar-benar tidak dapat ditagih lagi. Sedangkan, metode
penghapusan tidak langsung mengharuskan pembentukan cadangan estimasi piutang tak tertagih
pada setiap periode pelaporan keuangan.
Sedangkan dari segi perpajakan hanya mengenal metode penghapusan langsung.
Penggunaan metode tidak langsung tidak diperkenankan dalam peraturan perpajakan. Selain itu,
INSTITUT STIAMI
KAMPUS KOTA TANGERANG
JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG
TANGERANG KOTA BANTEN
perpajakan dalam UU PPh mensyaratkan bahwa suatu piutang baru dapat diakui sebagai piutang
tak tertagih dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto jika secara yuridis piutang benar-benar
tidak dapat ditagih lagi.
Adapun persyaratan yuridis yang harus dipenuhi adalah sebagaimana yang ditentukan dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh, sebagai berikut :
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat
Jenderal Pajak; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur
bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu
4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak
tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k
Jika secara akuntansi perusahaan menerapkan metode penghapusan tidak langsung (melalui
pembentukan cadangan piutang tak tertagih), maka dengan sendirinya akan timbul beda waktu
antara pencatatan akuntansi dan perpajakan yang merupakan unsur pajak tangguhan menurut
PSAK 46.
Namun, dalam kondisi tertentu bad debt expense bisa berpotensi menjadi beda tetap. Jika sekiranya
wajib pajak tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh
tersebut di atas maka bad debt expense secara perpajakan dengan sendirinya tidak dapat
dibiayakan sehingga berubah menjadi beda tetap.
Berikut ini ilustrasi sederhana perhitungan pajak tangguhan atas beda waktu bad debt expense:
PT A membukukan cadangan estimasi piutang tak tertagih per 31/12/2007 sebesar Rp 40.000.000
dengan jurnal sebagai berikut :
Bad Debt Expense 40.000.000
Cadangan Bad Deb Exp 40.000.000
Sedangkan jurnal pajak tangguhannya sebagai berikut :
Aktiva Pajak Tangguhan 12.000.000
Penghasilan Pjk Tangguhan 12.000.000

More Related Content

What's hot

Daftar Koreksi Fiskal Perpajakan
Daftar Koreksi Fiskal PerpajakanDaftar Koreksi Fiskal Perpajakan
Daftar Koreksi Fiskal PerpajakanHengky Manurung
 
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)M Abdul Aziz
 
Kompensasi manajemen
Kompensasi manajemenKompensasi manajemen
Kompensasi manajemenanggibert
 
Uu no.36 tahun 2008 tentang pph
Uu no.36 tahun 2008 tentang  pphUu no.36 tahun 2008 tentang  pph
Uu no.36 tahun 2008 tentang pphRoko Subagya
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangRyan Gamof
 
Akuntansi keuangan menengah ii
Akuntansi keuangan menengah iiAkuntansi keuangan menengah ii
Akuntansi keuangan menengah iiwuriastuti4
 
Kel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakKel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakanisa93
 
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead PabrikBiaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead PabrikAyi Suwandi
 
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 
Aset tetap psak 16 (r2011) iai.oke
Aset tetap psak 16 (r2011) iai.okeAset tetap psak 16 (r2011) iai.oke
Aset tetap psak 16 (r2011) iai.okeNita Putri
 
Organisasi multinasional
Organisasi multinasionalOrganisasi multinasional
Organisasi multinasionalchikma jaoharah
 
Teori akuntansi positif
Teori akuntansi positifTeori akuntansi positif
Teori akuntansi positifAditya Rizky
 
Pengauditan siklus produksi persediaan
Pengauditan siklus produksi persediaanPengauditan siklus produksi persediaan
Pengauditan siklus produksi persediaanDina Nurmariyani
 
Chapter#12 kompensasi manajemen
Chapter#12 kompensasi manajemenChapter#12 kompensasi manajemen
Chapter#12 kompensasi manajemenRahmat Febrianto
 

What's hot (20)

Daftar Koreksi Fiskal Perpajakan
Daftar Koreksi Fiskal PerpajakanDaftar Koreksi Fiskal Perpajakan
Daftar Koreksi Fiskal Perpajakan
 
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
 
Kompensasi manajemen
Kompensasi manajemenKompensasi manajemen
Kompensasi manajemen
 
Psak 46-pajak-penghasilan
Psak 46-pajak-penghasilanPsak 46-pajak-penghasilan
Psak 46-pajak-penghasilan
 
Uu no.36 tahun 2008 tentang pph
Uu no.36 tahun 2008 tentang  pphUu no.36 tahun 2008 tentang  pph
Uu no.36 tahun 2008 tentang pph
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
 
Akuntansi keuangan menengah ii
Akuntansi keuangan menengah iiAkuntansi keuangan menengah ii
Akuntansi keuangan menengah ii
 
Kel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajakKel 1. subjek & objek pajak
Kel 1. subjek & objek pajak
 
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead PabrikBiaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik
 
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
 
Aset tetap psak 16 (r2011) iai.oke
Aset tetap psak 16 (r2011) iai.okeAset tetap psak 16 (r2011) iai.oke
Aset tetap psak 16 (r2011) iai.oke
 
Psak 28
Psak 28Psak 28
Psak 28
 
Dasar-dasar Perpajakan
Dasar-dasar PerpajakanDasar-dasar Perpajakan
Dasar-dasar Perpajakan
 
Organisasi multinasional
Organisasi multinasionalOrganisasi multinasional
Organisasi multinasional
 
Teori akuntansi positif
Teori akuntansi positifTeori akuntansi positif
Teori akuntansi positif
 
Psak 71 instumen keuangan
Psak 71 instumen keuanganPsak 71 instumen keuangan
Psak 71 instumen keuangan
 
Pengauditan siklus produksi persediaan
Pengauditan siklus produksi persediaanPengauditan siklus produksi persediaan
Pengauditan siklus produksi persediaan
 
Chapter#12 kompensasi manajemen
Chapter#12 kompensasi manajemenChapter#12 kompensasi manajemen
Chapter#12 kompensasi manajemen
 
Slide ta05
Slide ta05Slide ta05
Slide ta05
 
teori pemungutan pajak dan penggolongan pajak
 teori pemungutan pajak dan penggolongan pajak teori pemungutan pajak dan penggolongan pajak
teori pemungutan pajak dan penggolongan pajak
 

Similar to Tugas akuntansi perpajakan pak suryanih psak no 46 dian fatur rahman stiami ca 417122771

ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093Alfia Oktaviani
 
AKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI TangerangAKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI TangerangHabibie Reza
 
AKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANG
AKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANGAKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANG
AKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANGmuhtaromi muhtaromi
 
Psak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinang
Psak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinangPsak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinang
Psak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinangmuhtaromi muhtaromi
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46TANTO CHANDRA
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46TANTO CHANDRA
 
Perencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptx
Perencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptxPerencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptx
Perencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptxFakhranRahmatAlHadi
 
Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi
Makalah Pajak Tax Planing Orang PrinadiMakalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi
Makalah Pajak Tax Planing Orang PrinadiGudang Makalah
 
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMIAkuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMIChristine Aprilya
 
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMIAkuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMIChristine Aprilya
 
E learning tax plan pph psl 21
E learning tax plan pph psl 21E learning tax plan pph psl 21
E learning tax plan pph psl 21Marthen Jufuway
 
Rahmadina(Rahma),Akt_Pajak,PSAK 46,Suryanih,Stiami Kota Tangerang
Rahmadina(Rahma),Akt_Pajak,PSAK 46,Suryanih,Stiami Kota TangerangRahmadina(Rahma),Akt_Pajak,PSAK 46,Suryanih,Stiami Kota Tangerang
Rahmadina(Rahma),Akt_Pajak,PSAK 46,Suryanih,Stiami Kota Tangerangrahmadina_745
 
Akt_pajak,Rahmadina,PSAK 46,Suryanih,STIAMI Kota Tangerang
Akt_pajak,Rahmadina,PSAK 46,Suryanih,STIAMI Kota TangerangAkt_pajak,Rahmadina,PSAK 46,Suryanih,STIAMI Kota Tangerang
Akt_pajak,Rahmadina,PSAK 46,Suryanih,STIAMI Kota Tangerangrahmadina_745
 
RAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, Suryanih, STIAMI KOTA TANGERANG
RAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, Suryanih, STIAMI KOTA TANGERANGRAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, Suryanih, STIAMI KOTA TANGERANG
RAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, Suryanih, STIAMI KOTA TANGERANGrahmadina_745
 
RAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, STIAMI_SURYANIH
RAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, STIAMI_SURYANIHRAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, STIAMI_SURYANIH
RAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, STIAMI_SURYANIHrahmadina_745
 
Akt_Pajak,Angga Septiawan,Suryanih,PSAK46,STIAMI
Akt_Pajak,Angga Septiawan,Suryanih,PSAK46,STIAMIAkt_Pajak,Angga Septiawan,Suryanih,PSAK46,STIAMI
Akt_Pajak,Angga Septiawan,Suryanih,PSAK46,STIAMIAngga Septiawan
 
Indri Yanti-Akuntansi Pajak,PSAK 46,CA417121085,SURYANI,STIAMI
Indri Yanti-Akuntansi Pajak,PSAK 46,CA417121085,SURYANI,STIAMIIndri Yanti-Akuntansi Pajak,PSAK 46,CA417121085,SURYANI,STIAMI
Indri Yanti-Akuntansi Pajak,PSAK 46,CA417121085,SURYANI,STIAMIIndri Yanti
 
Indri,yanti,Psak 46 tentang pajak penangguhan-Suryani,STIAMI
Indri,yanti,Psak 46 tentang pajak penangguhan-Suryani,STIAMIIndri,yanti,Psak 46 tentang pajak penangguhan-Suryani,STIAMI
Indri,yanti,Psak 46 tentang pajak penangguhan-Suryani,STIAMIIndri Yanti
 

Similar to Tugas akuntansi perpajakan pak suryanih psak no 46 dian fatur rahman stiami ca 417122771 (20)

ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
 
AKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI TangerangAKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Muhtaromi,Suryanih,TentangPSAK46,STIAMI Tangerang
 
AKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANG
AKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANGAKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANG
AKT_Pajak, PSAK 46, Muhtaromi, Suryanih, STIAMI TANGERANG
 
Psak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinang
Psak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinangPsak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinang
Psak 46 muhtaromi, suryanih, stiami pinang
 
DASAR-DASAR TAX PLANNING
DASAR-DASAR TAX PLANNINGDASAR-DASAR TAX PLANNING
DASAR-DASAR TAX PLANNING
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
 
Perencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptx
Perencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptxPerencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptx
Perencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptx
 
Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi
Makalah Pajak Tax Planing Orang PrinadiMakalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi
Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi
 
TAX PLANNING PAJAK
TAX PLANNING PAJAKTAX PLANNING PAJAK
TAX PLANNING PAJAK
 
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMIAkuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
 
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMIAkuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
 
E learning tax plan pph psl 21
E learning tax plan pph psl 21E learning tax plan pph psl 21
E learning tax plan pph psl 21
 
Rahmadina(Rahma),Akt_Pajak,PSAK 46,Suryanih,Stiami Kota Tangerang
Rahmadina(Rahma),Akt_Pajak,PSAK 46,Suryanih,Stiami Kota TangerangRahmadina(Rahma),Akt_Pajak,PSAK 46,Suryanih,Stiami Kota Tangerang
Rahmadina(Rahma),Akt_Pajak,PSAK 46,Suryanih,Stiami Kota Tangerang
 
Akt_pajak,Rahmadina,PSAK 46,Suryanih,STIAMI Kota Tangerang
Akt_pajak,Rahmadina,PSAK 46,Suryanih,STIAMI Kota TangerangAkt_pajak,Rahmadina,PSAK 46,Suryanih,STIAMI Kota Tangerang
Akt_pajak,Rahmadina,PSAK 46,Suryanih,STIAMI Kota Tangerang
 
RAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, Suryanih, STIAMI KOTA TANGERANG
RAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, Suryanih, STIAMI KOTA TANGERANGRAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, Suryanih, STIAMI KOTA TANGERANG
RAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, Suryanih, STIAMI KOTA TANGERANG
 
RAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, STIAMI_SURYANIH
RAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, STIAMI_SURYANIHRAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, STIAMI_SURYANIH
RAHMADINA, PSAK 46, Akuntansi Pajak, STIAMI_SURYANIH
 
Akt_Pajak,Angga Septiawan,Suryanih,PSAK46,STIAMI
Akt_Pajak,Angga Septiawan,Suryanih,PSAK46,STIAMIAkt_Pajak,Angga Septiawan,Suryanih,PSAK46,STIAMI
Akt_Pajak,Angga Septiawan,Suryanih,PSAK46,STIAMI
 
Indri Yanti-Akuntansi Pajak,PSAK 46,CA417121085,SURYANI,STIAMI
Indri Yanti-Akuntansi Pajak,PSAK 46,CA417121085,SURYANI,STIAMIIndri Yanti-Akuntansi Pajak,PSAK 46,CA417121085,SURYANI,STIAMI
Indri Yanti-Akuntansi Pajak,PSAK 46,CA417121085,SURYANI,STIAMI
 
Indri,yanti,Psak 46 tentang pajak penangguhan-Suryani,STIAMI
Indri,yanti,Psak 46 tentang pajak penangguhan-Suryani,STIAMIIndri,yanti,Psak 46 tentang pajak penangguhan-Suryani,STIAMI
Indri,yanti,Psak 46 tentang pajak penangguhan-Suryani,STIAMI
 

Recently uploaded

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 

Recently uploaded (20)

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 

Tugas akuntansi perpajakan pak suryanih psak no 46 dian fatur rahman stiami ca 417122771

  • 1. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN TUGAS AKUNTANSI PERPAJAKAN PSAK NOMOR 46 Dibuat Oleh : Nama : Dian Fatur Rahman Kelas : Lanjutan Pajak 2017 NIM : CA417122771
  • 2. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN DAFTAR ISI PSAK 46-Akuntansi Pajak Penghasilan..............................3 Pajak Tangguhan...............................................................4 B.1. Metode Penangguhan Pajak penghasilan..........................................................................................5 B.1.a. Deferred method (Metode Penangguhan).................................................................................5 B.1.b. Asset-liability method (Metode Aktiva-Kewajiban)....................................................................5 B.1.c. Net-of-tax method (Metode Bersih dari Pajak) ..........................................................................5 B.2. Kegiatan yang Dilakukan dalam Menentukan Pajak Tangguhan.......................................................6 B.3. Perbedaan Temporer.........................................................................................................................7 B.4. Kewajiban Pajak Tangguhan dan Aktiva Pajak Tangguhan................................................................8 B.5. Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liability).........................................................................9 B.6. Aktiva Pajak Pangguhan (Differed Tax Assets).................................................................................12 C. Kompensasi kerugian..................................................13 D. Pajak Tangguhan dari Penggabungan Usaha..............16 E. Contoh Pajak Tangguhan Pada Bad Debt Expense......16
  • 3. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN PSAK 46-Akuntansi Pajak Penghasilan Standar Akuntansi Keuangan mengatur masalah pajak tangguhan tersebut di PSAK 46- Akuntansi Pajak Penghasilan, yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan perhitungan Pajak Penghasilan terutang, seperti yang diungkapkan oleh Kieso Donald E, Weygandt Jerry J. dan Warfield Terry D, bahwa akibat perbedaan antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan pada umumnya terdapat pula perbedaan antara Penghasilan Sebelum Pajak menurut Pembukuan(Pretax Accounting Income) dengan Penghasilan Kena Pajak(Taxable Income). Dengan demikian akan terdapat pula perbedaan antara beban pajak (tax expense) dengan pajak terutang (income tax payable). Selanjutnya disebutkan pula bahwa fundamen yang berkenaan dengan Akuntansi Pajak Penghasilan adalah: 1. jumlah pajak masa yang akan datang dan pajak tangguhan(Future taxable namounts and deferred taxes). 2. jumlah pengurangan masa yang akan datang dan pajak tangguhan (Future deductible amounts and deferred taxes). 3. penyajian Laporan Laba/Rugi (income statement presentation). 4. perbedaan spesifik (specific differences). 5. pertimbangan tarif (rate considerations). Hal ini sesuai dengan catatan bahwa menurut Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) 109 yang juga didukung oleh Financial Accounting Standards (FASB) bahwa untuk menghitung pajak tangguhan hendaknya didasarkan kepada tarif efektif rata-rata (the average effective tax rate) daripada menggunakan tarif marginal (marginal rates) atau menggunakan tarif orisinil seperti yang diminta oleh SFAS 96 (GAAP, 2003: hal. 616). Beberapa terminologi dan pengertian yang digunakan dalam pembahasan yang berkenaan dengan akuntansi keuangan dan akuntansi pajak terlihat sebagai berikut: Beban Pajak Penghasilan (Income Tax Expense)- BP Jumlah Pajak Penghasilan yang dialokasikan untuk periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif prisinal x Penghasilan Sebelum Pajak. Pajak Penghasilan Terutang (Income Tax Liability)- PT Jumlah Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan Tarif Orisinal x Penghasilan Kena Pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Penghasilan Sebelum Pajak (Pretax Accounting Income- Pretax Book Income)- PSP Penghasilan Akuntansi sebelum dikurangi dengan Beban Pajak Penghasilan. Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income)- PKP Penghasilan yang menjadi objek Pajak Penghasilan dikurangi dengan Biaya Fiskal yang boleh dikurangkan. Efek Pajak (Tax Effects)- EP Selisih antara PPh Terutang dengan Beban PPh akibat dari: 1. perbedaan waktu yang disebabkan oleh perhitungan PPh Terutang dan Beban
  • 4. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN PPh. 2. Kompensasi kerugian. 3. Penyesuaian yang dilakukan sebelumnya. PPh Tangguhan (Deferrred Income Taxes) Kewajiban Pajak Tangguhan – DTPAktiva Pajak Tangguhan- DTA Efek pajak yang diakui pada saaat diadakan penyesuaian dengan Beban Pajak Penghasilan periode yang akan datang. Alokasi PPh Interperiode (Interperiod Income Tax Allocation) Alokasi Beban Pajak Penghasilan ke berbagai periode akuntansi. Alokasi PPh Intraperiode (Intraperiod Income Tax Allocation) Proses membagi Beban Pajak Penghasilan pada periode yang bersangkutan berkenaan dengan beberapa komponen yang terdapat pada Penghasilan sebelum Pajak yang terkait dengan Efek Pajak Penghasilan akibat pennyesuaian yang dilakukan sebelumnya dengan komponen tersebut. Sebelum PSAK No. 46 diperkenalkan, orientasi yang dipergunakan oleh standar akuntansi dalam Akuntansi Pajak Penghasilan lebih bersifat “income statement liability approach”, sementara pendekatan yang dipergunakan dalam PSAK No. 46 bersifat “balance sheet liability approach”. Tentunya, perbedaan orientasi tersebut menjadi kompleksitas baru bagi para akuntan, karena literatur lama dalam Akuntansi Pajak Penghasilan masih banyak yang menggunakan “income statement liability approach”. Akibatnya, perubahan pendekatan tersebut tentunya menuntut perubahan pola berpikir para akuntan dalam memahami esensi utama dari pengimplementasian PSAK No. 46. Pajak Tangguhan Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax loss carry forward) yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu. Dampak PPh di masa yang akan datang yang perlu diakui, dihitung, disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan bisa saja membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih besar di masa datang. Atau sebaliknya, bisa saja perusahaan membayar pajak lebih besar saat ini, tetapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih kecil di masa datang. Bila dampak pajak di masa datang tersebut tidak tersaji dalam neraca dan laba rugi, maka laporan keuangan bisa saja menyesatkan pembacanya.
  • 5. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN B.1. Metode Penangguhan Pajak penghasilan Metode alokasi pajak digunakan untuk mempertanggungjawabkan pengaruh-pengaruh pajak dan bagaimana pengaruh-pengaruh tersebut harus disajikan dalam laporan keuangan. Ada tiga metode untuk mengalokasikan pajak, (Kieso dan Weygant, 2001 : 1067-1068) antara lain : B.1.a. Deferred method (Metode Penangguhan) Metode ini menggunakan pendekatan laba rugi (income statement approach) yang memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang laporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi baik dari segi komersial maupun fiskal. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan waktu dan perbedaan permanen. Hasil hitungan dari pendekatan ini adalah pergerakan yang akan diakui sebagai pajak tangguhan pada laporan laba rugi. Metode ini lebih menekankan matching principle pada periode terjadinya perbedaan tersebut. Namun, perkembangan dunia bisnis dan akuntansi telah sedemikian pesatnya sehingga muncul transaksi-transaksi yang tidak diakui dalam laporan laba rugi tetapi langsung diakui sebagai bagian dari ekuitas misalnya keuntungan atau kerugian dari surat berharga yang siap untuk dijual kapan saja. Apabila menggunakan pendekatan laba rugi transaksi seperti itu tidak dapat terdeteksi, sehingga pendekatan ini dipandang kurang relevan. B.1.b. Asset-liability method (Metode Aktiva-Kewajiban) Metode ini menggunakan pendekatan neraca (balance sheet approach) yang menekankan pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi keuangan dan memprediksikan aliran kas pada masa yang akan datang. Pendekatan neraca memandang perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang neraca, yaitu perbedaan antara saldo buku menurut komersial dan dasar pengenaan pajaknya. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan temporer dan perbedaan non temporer. Pada metode ini terjadi pengakuan pajak tangguhan (deferred tax) atas konsekuensi pajak di masa mendatang berupa aktiva (kewajiban) pajak tangguhan yang harus dilaporkan di neraca. Beban pajak tangguhan dilaporkan di laba rugi bagian taksiran PPh sebagai komponen pajak tangguhan, sedangkan penghasilan pajak tangguhan harus dilaporkan di laba rugi sebagai komponen negatif dari beban pajak tangguhan. B.1.c. Net-of-tax method (Metode Bersih dari Pajak) Pada metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi pajak atas perbedaan temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaliknya diperlakukan sebagai penyesuaian atas nilai aktiva atau kewajiban tertentu dan penghasilan atau beban yang terkait. Dalam metode ini, beban pajak yang disajikan dalam laporan laba rugi sama dengan jumlah pajak penghasilan yang terhutang menurut SPT tahunan.
  • 6. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN B.2. Kegiatan yang Dilakukan dalam Menentukan Pajak Tangguhan Sama halnya dengan proses akuntansi lainnya, Akuntansi Pajak Tangguhan tidak terlepas dari empat kegiatan berikut ini : Pertama, pengakuan (recognition) yaitu standar yang mengatur bahwa dampak PPh atas perbedaan temporer dan tax loss carry forward (TLCF) atau kompensasi rugi harus diakui dalam laporan keuangan. Pengakuan ini menyiratkan bahwa perusahaan pelapor akan memulihkan nilai tercatat aktiva pajak tangguhan ataudeferred tax asset (DTA) dan akan melunasi nilai tercatat dalam kewajiban pajak tangguhan atau deferred tax liability (DTL) tersebut. Aktiva pajak tangguhan dan Kewajiban pajak tangguhan yang disebabkan oleh perbedaan temporer akan terpulihkan di masa datang karena jumlah yang akan diakui sebagai biaya atau pendapatan akan sama antara akuntansi dan pajak, hanya berbeda alokasi waktunya saja. Sedangkan Aktiva pajak tangguhan yang timbul dari kompensasi rugi akan terpulihkan bila perusahaan menggunakan kompensasi rugi tersebut pada tahun di mana perusahaan memperoleh laba fiskal. Bila kompensasi rugi tersebut tidak terpakai dan menjadi hangus, maka Aktiva pajak tangguhan yang timbul harus disesuaikan. Kedua, pengukuran (measurement) yaitu cara menghitung jumlah yang harus dibukukan dalam buku besar perusahaan. Dalam hal ini pajak tangguhan akan dihitung dengan menggunakan tarif yang berlaku atau efektif akan berlaku di masa yang akan datang. Dalam praktek, biasanya pajak tangguhan dihitung dengan tarif PPh yang tertinggi yaitu sebesar 30%, meskipun tarif yang sebenarnya berlaku bersifat progresif. Lapisan tarif PPh sebesar 10% dan 15% dianggap tidak terlalu material untuk diperhitungkan. Di samping itu, kedua lapisan tarif PPh tersebut biasanya dipergunakan untuk menghitung pajak kini. Meskipun pajak tangguhan berkaitan dengan dampak pajak di masa datang, namun dalam pengukurannya tidak boleh didiskonto (discounted). Ketiga, penyajian (presentation) yaitu standar yang menentukan cara penyajian di dalam laporan keuangan, baik dalam neraca ataupun laba rugi. Aktiva pajak tangguhan (DTA) atau kewajiban pajak tangguhan (DTL) harus disajikan secara terpisah dari aktiva atau kewajiban pajak kini dan disajikan dalam unsur non currentdalam neraca. Sedangkan beban atau penghasilan pajak tangguhan harus disajikan terpisah dengan beban pajak kini dalam laporan keuangan. Keempat, pengungkapan (disclosure) yaitu berkaitan dengan standar informasi yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya unsur-unsur utama perbedaan temporer yang menimbulkan pajak tangguhan, unsur-unsur yang dibebankan langsung ke laba ditahan, perubahan tarif pajak dan sebagainya. Aktiva Pajak Tangguhan dapat disamakan seperti lebih bayar pajak yang akan digantikan di masa yang akan datang pada saat pemulihan perbedaan temporer. Sementara itu Kewajiban Pajak Tangguhan dapat disamakan seperti kurang bayar pajak yang akan dibayar di masa yang akan datang pada saat pemulihan perbedaan temporer. Kenaikan neto aktiva pajak tangguhan menyebabkan pengurangan beban pajak perusahaan sedangkan sebaliknya kenaikan neto kewajiban pajak tangguhan menyebabkan kenaikan beban pajak perusahaan. Beban pajak menurut pembukuan dapat dihitung sebagai berikut:
  • 7. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN Pajak Penghasilan TerutangTambah: Kenaikan neto kewajiban pajak tangguhan Kurang: Kenaikan neto aktiva pajak tangguhan Beban pajak menurut pembukuan Seperti telah diuraikan sebelumnya, aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan terjadi akibat perbedaan temporer antara pembukuan dan pajak sedangkan perbedaan permanen antara pembukuan dan pajak tidak mempunyai efek, baik terhadap perhitungan beban pajak menurut pembukuan maupun terhadap perhitungan pajak terutang. Oleh karena perbedaan permanen tidak menghasilkan pajak tangguhan, maka perhitungan beban pajak menurut pembukuan dapat juga dilakukan sebagai berikut: Tambah/Kurang: Penghasilan Sebelum Pajak menurut PembukuanPerbedaan permanen menurut pembukuan/pajak Penghasilan menurut pembukuan setelah penyesuaian dengan perbedaan permanenKali : Tarif Pajak Beban Pajak menurut Pembukuan B.3. Perbedaan Temporer Sesuai namanya, perbedaan temporer merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan yang sifatnya temporer. Artinya secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya. Perbedaan temporer bisa bersifat koreksi positif atau koreksi negatif. Koreksi positif adalah koreksi yang menyebabkan penambahan laba fiskal yang akhirnya akan menambah PPh terutang. Sedangkan koreksi negatif merupakan koreksi yang menyebabkan pengurangan laba fiskal sehingga PPh terutang menjadi lebih kecil. Mengingat sifatnya yang temporer, maka koreksi positif saat ini akan mengakibatkan perusahaan membayar pajak besar saat ini, tetapi akan dikompensasi (dipulihkan) dengan penghematan PPh terutang karena koreksi negatif di masa datang. Demikian sebaliknya. Transaksi akuntansi yang mengakibatkan perbedaan temporer antara perlakuan akuntansi dan perpajakan yang merupakan unsur Pajak Tangguhan diantaranya adalah perbedaan metode penyusutan antara akuntansi dengan pajak, perbedaan perlakuan penyertaan saham equity method menurut akuntansi dengan cost method menurut pajak, perbedaan pencadangan pesangon menurut PSAK No. 24 dengan perpajakan yang hanya mengakui pembebanan pesangon pada saat realisasinya, perbedaan pencadangan piutang ragu-ragu menurut akuntansi dengan perpajakan yang hanya mengakui pembebanan piutang tak tertagih pada saat benar-benar tidak tertagih, dan lainnya.
  • 8. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN Sedangkan untuk rugi fiskal yang masih dapat dikompensasi di masa datang (tax loss carry forward) menurut PSAK No. 46 diakui sebagai Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang memadai untuk dikompensasi. Atau dengan kata lain, bahwa akumulasi rugi fiskal yang terjadi baru boleh diakui sebagai aktiva pajak tangguhan jika besar kemungkinan bisa dikompensasi seluruhnya dengan laba fiskal dalam 5 tahun ke depan, sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku B.4. Kewajiban Pajak Tangguhan dan Aktiva Pajak Tangguhan Dengan berlakunya PSAK 46, timbul kewajiban bagi perusahaan untuk menghitung dan mengakui pajak tangguhan (deferred taxes)atas future tax effects dengan menggunakan pendekatan the asset and liability method yang berbeda dengan pendekatanincome statement liability method yang sebelumnya lazim digunakan oleh perusahaan dalam menghitung pajak tangguhan. GAAP Handbook of Policies and Procedures (2001, hal. 783) menyebutkan bahwa penggunaan the asset and liability methodselanjutnya disebut the liability method mengharuskan pendekatannya berorientasi pada neraca karena pada dasarnya sasaran yang ingin diperlihatkan di sini adalah berapa sesungguhnya taksiran pajak yang akan dibayar pada periode yang akan datang. Untuk keperluan ini, hendaknya diterapkan akuntansi pajak tangguhan yang komprehensif (comprehensive deferred tax accounting) yang berarti bahwa harus dipertimbangkan semua efek pajak terhadap semua penghasilan, biaya/pengeluaran, keuntungan/kerugian, dan lain- lain yang menimbulkan perbedaaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal sehingga dengan demikian yang dimaksud dengan beban pajak (tax expense) mencakup jumlah pajak yang terutang (taxes payable)ditambah dengan dampak pajak akibat perbedaan temporer(temporary differences) atau dengan perkataan lain: Jumlah seluruh taksiran pajak penghasilan (provision for income taxes) adalah jumlah pajak kini (tax currently payable-current tax expense) dan perubahan neto antara aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets) dan kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities)-deferred tax expense or benefit. PSAK 46 mendefinisikan beban pajak (tax expense) yang dimaksud sama dengan taksiran pajak penghasilan tersebut, yaitu: Beban pajak (tax expense) atau penghasilan pajak (tax income) adalah jumlah agregat pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode. Baik Kewajiban pajak tangguhan maupun Aktiva pajak tangguhan dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut (Zein,2007): (1) apabila Penghasilan Sebelum Pajak (PSP- Pretax Accounting Income) lebih besar dari Penghasilan Kena Pajak (PKP- Taxable Income) maka Beban Pajak (BP- Tax Expense) pun akan lebih besar dari Pajak Terutang (PT- Tax Payable) sehingga akan menghasilkan Kewajiban Pajak Tangguhan (KPT- deferred tax liability). Kewajiban Pajak Tangguhan dapat dihitung dengan mengalikan perbedaan temporer dengan tarif pajak yang sesuai.
  • 9. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN (2) Sebaliknya apabila Penghasilan Sebelum Pajak (PSP) lebih kecil dari Penghasilan Kena Pajak (PKP) maka Beban Pajaknya (BP) akan juga lebih kecil dari Pajak Terutang (PT) sehingga akan menghasilkan Aktiva Pajak Tangguhan (APT- deferred tax assets).Aktiva Pajak Tangguhan adalah sama dengan perbedaan temporer dengan tarif pajak pada saat perbedaan tersebut terpulihkan. Dengan rumus dapat dituliskan sebagai berikut: Perbedaan TemporerPerbedaan Temporer x TarifHasilnya PSP > PKP BP > PT Kewajiban Pajak Tangguhan (DTL) PSP <> BP <> Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) B.5. Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liability) Contoh perhitungan Kewajiban Pajak Tangguhan Tabel penyusutan menurut akuntansi dan fiskal tahun 2008 sebagai berikut : Aktiva Tetap Beban Penyusutan menurut Akuntansi Beban Penyusutan menurut Fiskal Bangunan 562.500.000 1.125.000.000 Mesin 3.333.333.333 5.000.000.000 Kendaraan 1.500.000.000 1.875.000.000 Peralatan 500.000.000 625.000.000 Jumlah 5.895.833.333 8.625.000.000
  • 10. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN Berdasarkan tabel perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus di atas, dapat diketahui bahwa telah terjadi perbedaan temporer antara perlakuan pajak dengan akuntansi. Mengingat bahwa beban penyusutan secara fiskal lebih besar daripada beban penyusutan secara akuntansi, PT XYZ akan melakukan koreksi negatif. Akibatnya, koreksi tersebut dapat menyebabkan terjadinya pengurangan laba fiskal, sehingga beban PPh tahun berjalan menjadi lebih kecil. Perhitungan koreksi negatif yang dapat memperkecil laba fiskal tersebut adalah sebagai berikut : Laba akuntansi Rp9.282.150.000 Koreksi fiskal – penyusutan akuntansi(+)5.895.833.333 – penyusutan fiskal (-) (8.625.000.000) Laba Fiskal Rp6.552.983.333 Pembulatan 6.552.983.000 Perhitungan Pajak Penghasilan Keterangan Akuntansi Fiskal Laba 9.282.150.0006.552.983.333 PPh Terutang 10 % x 50.000.000 5.000.000 5.000.000 15 % x 50.000.000 7.500.000 7.500.000 30 % x 9.182.150.0002.754.645.000
  • 11. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN 30 % x 6.452.983.000 1.935.894.900 Jumlah PPh 2.767.145.0001.948.394.900 Taksiran Pajak Penghasilan Beban Pajak Kini Rp1.948.394.900 Beban Pajak TangguhanRp818.750.100 Jumlah Beban Pajak Rp2.767.145.000 Jurnal akuntansinya sebagai berikut : Beban Pajak Kini 1.948.394.900 Beban Pajak Tangguhan 818.750.100 Hutang PPh 25/29 1.948.394.900 Kewajiban Pajak Tangguhan 818.750.100 Atau jurnal dapat dibuat sebagai berikut : a. Menjurnal Pajak Tangguhan Beban Pajak Tangguhan 818.750.100 Kewajiban Pajak Tangguhan 818.750.100 b. Menjurnal Pajak Terutang Beban pajak kini 1.948.394.900 Hutang PPh 25/29 1.948.394.900
  • 12. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN B.6. Aktiva Pajak Pangguhan (Differed Tax Assets) Munculnya aktiva pajak tangguhan apabila penghasilan sebelum pajak lebih kecil dari penghasilan kena pajak, yang berarti beban pajaknya akan lebih kecil dari pajak terutang. Aktiva pajak tangguhan tersebut dapat dihitung dengan cara mengalikan perbedaan temporer dengan tarif pajak yang berlaku pada saat perbedaan tersebut dipulihkan. Contoh perhitungan pajak tangguhan : Penghasilan sebelum pajak PT.A pada tahun 2009 berjumlah Rp 1.100.000.000,00. Satu- satunya perbedaan temporer yang terdapat dalam perusahaan adalah pengeluaran biaya garansi (warranty expense) yang tercatat dalam pembukuan sebesar Rp 100.000.000,00 yang dihitung dari angka penjualannya, sedangkan untuk kepentingan perpajakan yang dihitung berdasarkan jumlah yang dibayar sebesar Rp 30.000.000,00 atau dengan perkataan lain perbedaan temporer yang muncul sebesar Rp.70.000.000,00 ( Rp 100.000.000,00 – Rp 30.000.000,00). Uraian Pembukuan UU Perpajakan Penghasilan Sebelum Pajak1.100.000.000,001.100.000.000,00 Biaya Garasi 100.000.000,00 30.000.000,00 Penghasilan Kena Pajak 1.000.000.000,001.070.000.000,00 Taksiran Pajak Penghasilan Beban Pajak Kini Rp299.600.000 Keuntungan Pajak TangguhanRp(19.600.000) Jumlah Beban Pajak Rp280.000.000
  • 13. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN adapun jurnal dapat dibuat sebagai berikut a. Menjurnal Pajak Tangguhan Aktiva Pajak Tangguhan 21.000.000 Keuntungan Pajak Tangguhan 21.000.000 b. Menjurnal Pajak Terutang Beban pajak kini 321.000.000,00 Hutang PPh 25/29 321.000.000,00 C. Kompensasi kerugian Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebahaimana telah beberapa kali diubah, terkahir dengan Undang –undang nomor 36 tahun 2008 menyebutkan : “Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.” Kompensasi kerugian berpengaruh pada Penghasilan Kena Pajak di masa yang akan datang, dan efek pajaknya akibat dari kompensasi kerugian adalah menghematan pada di masa yang akan datang (future tax saving). Realisasi keuntungan pajak dimasa yang akan datang tergantung pada Penghasilan Kena pajak di masa yang akan dating tersebut yang sulit diramalkan dan tidak pasti. Terdapat persoalan menyangkut efek pajak akibat kompensasi kerugian tersbut diakui dalam tahun pajak pada saat kerugian tersbut muncil, atau pda tahun-tahun yang akan dating pada saat terealisasi. Terdapat pendapat umum yang menyatakan bahwa keuntungan pajak akibat kompensasi kerugian tersbut hendaknya tidak diakui sampai bena-benar terealisai, keciali dalam keadaan yang tidak lazim, pada saat munculnya kompensasi kerugian tersebut dengan penuh keyakinan tanpa ragu-ragu bahwa kompensasi kerugian tersebut akan terealisasi. Hal ini dengan alas an bahwa keuntungan pajak akibat kompensai kerugian baru diperhitungkan setelah terealisasi, dikarenakan perusahaan yang menderita kerugian membutuhkan waktu yang cukup untuk menutupi kerugian tersebut, sehingga menghasilkan operasional yang menguntungkan kembali. Kompensasi hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu 5 tahun berturut- turut. Kerugian ini dapat direalisasikan apabila terdapat penghasilan kena pajak (laba) di periode mendatang (kewajiban pajak tangguhan) untuk kompensasinya. Di Amerika Serikat, keuntungan pajak akibat kompensasi akan diakui apabila terdapat kemungkinan akan direalisasikan sebesar 50% di masa yang akan dating. Dalam hal ini, aktiva pajak tangguhan nettoakan dicatat sebagai keuntungan pajak, yang dihitung berdasarkan aktiva
  • 14. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN pajak tangguhan bruto setelah dikurangi dengan penyisihan penilaian nihil yang otomatis menjadi aktiva pajak tangguhan neto (Zain, 2007) Keuntungan pajak akibat kompensasi rugi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan dalam hal kompensasi pajak tangguhan tersebut dapat dikompensasi dengan jumlah Penghasilan Kena Pajak pada masa mendatang. Keuntungan pajak dihitung dengan mengalikan jumlah yang dapat dikompensasi tersebut dengan tarif pajak yang akan berlaku pada periode kompensasi terjadi. Pada saat aktiva pajak tangguhan tersebut dicatat, beban pajaknya pun akan berkurang. Pada tahun- tahun berikutnya, pada saat penghasilan terealisasi, aktiva pajak tangguhan pun akan berkurang. Keuntungan pajak karena kompensasi kerugian tidak akan terealisasi apabila tidak terdapat Penghasilan Kena pajak yang memadai untuk menutupi kerugian tersebut. Dalam PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan par. 26 menjelaskan bahwa saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aktiva pajak tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa depan memadai untuk dikompensasi. Selanjutnya dalam Menurut PSAK 46 par. 27 diatur bahwa terdapat hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah penghasilan kena pajak akan tersedia dalam jumlah memadai untuk dikompensasikan : 1. Apakah perusahaan mempunyai perbedaan temporer kena pajak dalam jumlah yang memadai, yang memungkinkan sisa kompensasi dapat digunakan sebelum masa berlakunya kadaluarsa; 2. Apakah perusahaan mungkin memperoleh laba fiskal agar saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi kerugian dapat digunakan sebelum masa berlakunya daluarsa; 3. Apakah saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi timbul dari kasus-kasus tertentu yang hampir tidak mungkin berulang. Apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aktiva pajak tangguhan tidak diakui. Paragraf 28 mengatur mengenai penilaian kembali aktiva pajak tangguhan. Pada setiap tanggal neraca, perusahaan menilai kembali aktiva pajak tangguhan yang tidak diakui. Perusahaan mengakui aktiva pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa depan akan tersedia untuk pemulihannya. Berikut ini ilustrasi sederhana penerapan penghitungan aktiva pajak tangguhan atas saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi. Berhubung topik pembahasan kali ini terbatas pada kompensasi saldo rugi fiskal maka untuk memudahkan pemahaman diasumsikan bahwa tidak terdapat unsur beda temporer dalam rekonsiliasi perpajakan. Dari rekonsiliasi laba (rugi) komersial dengan laba (rugi) menurut fiskal PT A selama 5 tahun berturut-turut diperoleh gambaran sebagai berikut : 2006 2005 2004 2003 Laba (Rugi) Komersial 11.000 10.500 (4.000) (12.000) Beda Tetap : Sumbangan 300 500 100 400
  • 15. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN Entertainment 100 300 150 800 Laba (Rugi) Fiskal 11.400 11.300 (3.750) (10.800) Kompensasi (3.250)(14.550)(10.800)0 Laba (Akumulasi Rugi) Fiskal 8.150 (3.250) (14.550)(10.800) Ayat jurnal pajak tangguhan atas saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 sebagai berikut : Jurnal Dr Cr Perhitungan Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) 3.240 (30% x 10.800) Pajak Penghasilan Tangguhan 3.240 (mencatat DTA tahun 2003) Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) 1.125 (30% x 3.750) Pajak Penghasilan Tangguhan 1.125 (mencatat tambahan DTA 2004) Pajak Penghasilan Tangguhan 3.390 (30% x 14.550)-(30% x 3.250) Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) 3.390 (reverse DTA – laba fiskal 2005)
  • 16. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN Pajak Penghasilan Tangguhan 975 (30% x 3.250) Aktiva Pajak Tangguhan (DTA) 975 (reverse DTA – laba fiskal 2006) Dari ayat-ayat jurnal di atas, dapat diketahui bahwa saldo Aktiva Pajak Tangguhan di Neraca PT A per 31/12/2006 sudah menjadi nol seiring dengan habisnya kompensasi saldo rugi fiskal pada tahun 2006. D. Pajak Tangguhan dari Penggabungan Usaha Perbedaan temporer dapat timbul dari transaksi penggabungan usaha. Transaksi penggabungan usaha yang dicatat berdasarkan metode pembelian, selisih lebih atau kurang jumlah uang yang dibayar dari nilai buku aset bersih yang didapat dalam transaksi dialokasikan kepada atau dikurangkan dari aktiva atau kewajiban sehingga aktiva atau kewajiban dapat mencerminkan nilai wajarnya (harnanto, 2003). Akibatnya nilai aktiva dan kewajiban yang tercatat berbeda dari dasar pengenaan pajak (DPP), dan harus diakui sebagai aktiva atau kewajiban pajak tangguhan. Sisa lebih atau kurang jumlah pembayaran dari nilai buku aktiva bersih yang sudah dialukasi atau dikurangkan dari aktiva atau kewajiban tertentu diakui sebagi goodwill atau goodwill negative. Dalam PSAK 46, goodwill itu sendiri tidak boleh diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan, juga goodwill negative tidak boleh diakui sebagai aktiva pajak tangguhan. Apabila perusahaan pengakuisisi tidak mengakui adanya aktiva pajak tangguhan pada tanggal terjadinya transaksi penggabungan usaha, namun kemudian diakui didalam neraca konsolidasinya, maka dalam laporan laba rugi konsolidasi harus juga diakui beban dan manfaat pajak penghasilan tangguhan. E. Contoh Pajak Tangguhan Pada Bad Debt Expense Secara umum akuntansi mengenal dua metode pencatatan penghapusan piutang ragu-ragu yaitu metode penghapusan langsung (direct write-off method) serta metode penghapusan tidak langsung (indirect write-off method). Dengan metode penghapusan langsung, pembebanan piutang tak tertagih baru dilakukan apabila piutang benar-benar tidak dapat ditagih lagi. Sedangkan, metode penghapusan tidak langsung mengharuskan pembentukan cadangan estimasi piutang tak tertagih pada setiap periode pelaporan keuangan. Sedangkan dari segi perpajakan hanya mengenal metode penghapusan langsung. Penggunaan metode tidak langsung tidak diperkenankan dalam peraturan perpajakan. Selain itu,
  • 17. INSTITUT STIAMI KAMPUS KOTA TANGERANG JL KH HASYIM ASHARI No. 33 B SUDIMARA PINANG TANGERANG KOTA BANTEN perpajakan dalam UU PPh mensyaratkan bahwa suatu piutang baru dapat diakui sebagai piutang tak tertagih dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto jika secara yuridis piutang benar-benar tidak dapat ditagih lagi. Adapun persyaratan yuridis yang harus dipenuhi adalah sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh, sebagai berikut : 1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; 2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan 3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu 4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k Jika secara akuntansi perusahaan menerapkan metode penghapusan tidak langsung (melalui pembentukan cadangan piutang tak tertagih), maka dengan sendirinya akan timbul beda waktu antara pencatatan akuntansi dan perpajakan yang merupakan unsur pajak tangguhan menurut PSAK 46. Namun, dalam kondisi tertentu bad debt expense bisa berpotensi menjadi beda tetap. Jika sekiranya wajib pajak tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh tersebut di atas maka bad debt expense secara perpajakan dengan sendirinya tidak dapat dibiayakan sehingga berubah menjadi beda tetap. Berikut ini ilustrasi sederhana perhitungan pajak tangguhan atas beda waktu bad debt expense: PT A membukukan cadangan estimasi piutang tak tertagih per 31/12/2007 sebesar Rp 40.000.000 dengan jurnal sebagai berikut : Bad Debt Expense 40.000.000 Cadangan Bad Deb Exp 40.000.000 Sedangkan jurnal pajak tangguhannya sebagai berikut : Aktiva Pajak Tangguhan 12.000.000 Penghasilan Pjk Tangguhan 12.000.000