Dokumen tersebut membahas tentang akuntansi pajak penghasilan yang mencakup perbedaan pengakuan antara akuntansi dan perpajakan, koreksi positif dan negatif atas perbedaan tersebut, serta contoh soal perhitungan pajak kini dan pajak tangguhan.
3. Perbedaan pengakuan tersebut dapat bersifat :
1) Temporer
Perbedaan ini akan terpulihkan di masa yang akan datang
sehingga total nilai menurut akuntansi sama dengan pajak,
hanya terdapat perbedaan pada setiap periode.
Perbedaan temporer diakui sebagai pajak tangguhan. Contoh
: perbedaan beban penyusutan, beban garansi, dan akrual.
2) Permanen
Perbedaan ini tidak dapat terpulihkan (selamanya berbeda).
Contoh :
- Beban/penghasilan yang tidak diakui pajak (bukan objek
pajak).
- Penghasilan yang tidak dikenakan pajak final (PPh pasal 4
ayat 2).
4. Perbedaan Koreksi
Perbedaan temporer dan permanen akan
dikoreksi
1) Koreksi positif (+)
Laba bertambah (+) : mengurangi (-) Beban
dan menambah (+) Penghasilan
2) Koreksi negatif (-)
Laba berkurang (-) : menambah (+) Beban dan
mengurangi (-) Penghasilan
Catatan :
Beban berlawanan arah dengan
koreksinya.
Penghasilan searah dengan koreksinya.
5. AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
• Perhitungan
Laba menurut Akuntansi ≠ Laba menurut Pajak
Laba sebelum pajak
Dihitung berdasarkan standar
akuntansi yaitu Acrual Basis
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Dihitung berdasarkan
peraturan perpajakan.
7. Beban/penghasilan yang tidak dikenakan
pajak (bukan objek pajak)
• Bantuan, sumbangan, hibah.
• Warisan
• Bagian laba anggota persekutuan
• Beasiswa dalam negeri
• Klaim asuransi
• Pemberian dalam bentuk natura ( sembako) atau
kenikmatan (rumah dinas, mobil dinas, pengobatan
ditanggung perusahaan)
• Keuntungan karena pembebasan hutang
• Sisa hasil usaha (SHU) yang diterima anggota
koperasi.
8. SOAL 18.1
PT Tulip untuk laporan keuangan yang berakhir 31 Desember 2015
memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp5.600.000.000. Hasil koreksi
fiskal diketahui perbedaan permanen koreksi positif sebesar
Rp600.000.000. Koreksi temporer positif sebesar Rp300.000.000 dan
koreksi temporer negatif sebesar Rp500.000.000. Saldo liabilitas pajak
tangguhan sebesar Rp900.000.000. Pajak penghasilan yang telah dipotong
oleh pihak lain adalah :
• PPh 23 final sebesar Rp200.000.000, PPh 23 tidak final sebesar
Rp200.000.000.
• Pajak yang telah dipotong di luar negeri sebesar Rp300.000.000, PPh 24
boleh dikreditkan terkait penghasilan luar negeri sebesar Rp250.000.000.
• PPh 25 sebesar Rp840.000.000.
• PPh 22 sebesar Rp60.000.000.
Perusahaan mencatat pembayaran pajak dibayar di muka baik final
maupun tidak final sebesar pajak dibayar di muka. Tarif pajak yang
berlaku 25%.Diminta :
•Buatlah rekonsiliasi fiskal sederhana untuk menghitung penghasilan kena
pajak dan pajak terutang tahun 2015!
•Hitunglah pajak tangguhan!
•Buatlah jurnal untuk mengakui pajak kini dan pajak tangguhan pada 2015!
9. 1. Rekonsiliasi fiskal sederhana untuk menghitung penghasilan kena
pajak dan pajak terutang tahun 2015
PKP = Laba sebelum pajak + koreksi positif – koreksi negatif
= Rp 5.600.000.000 + Rp 600.000.000 + Rp 300.000.000 – Rp
500.000.000
= Rp 6.000.000.000
Pajak terutang = 25% x Rp 6.000.000.000
= Rp 1.500.000.000
2. Pajak tangguhan
Koreksi temporer = Rp 300.000.000 - Rp 500.000.000 = Rp 200.000.000
(Negatif)
Pajak tangguhan = 25% x Rp 200.000.000 = RP
50.000.000 ( Positif )
3. Jurnal untuk mengakui pajak kini dan pajak tangguhan pada 2015
Beban pajak kini Rp 1.500.000.000 -
PPh dibayar dimuka (pasal 22) - Rp 60.000.000
PPh dibayar dimuka (pasal 23) - Rp 200.000.000
PPh dibayar dimuka (pasal 24) - Rp 250.000.000
PPh dibayar dimuka (pasal 25) - Rp 840.000.000
Utang PPh badan - Rp 150.000.000
10. •Beban depresiasi menurut akuntansi didepresiasikan dengan masa
manfaat lebih pendek dibandingkan menurut pajak, metode yang
digunakan sama dan tanpa nilai sisa.
Perbedaan temporer kena pajak
•Beban tunjangan kepada karyawan yang diberikan dalam bentuk natura
menurut pajak tidak boleh menjadi beban.
Perbedaan permanen positif
•Beban pensiun menurut akuntansi dicatat dengan basis akrual,
sedangkan menurut pajak dengan basis kas dengan jumlah yang lebih
rendah.
Perbedaan temporer kena pajak
Soal 18.2
11. •Beban sumbangan menurut tujuan pajak tidak boleh dibebankan.
Perbedaan permanen positif
•Penghasilan bunga deposito dikenakan pajak final.
Perbedaan permanen negatif
•Beban depresiasi kendaraan menurut akuntansi
didepresiasikan dengan menggunakan nilai sisa sedangkan
menurut pajak tanpa nilai sisa, namun masa manfaat dan
metode yang digunakan sama yaitu garis lurus masa manfaat 8
tahun.
Perbedaan temporer dapat dikurangkan
•Pendapatan sewa yang dikenakan pajak final 10% sebesar
Rp30.000.000.
Perbedaan permanen negatif
12. • Beban depresiasi peralatan komunikasi untuk manajer dan
karyawan, menurut akuntansi dan pajak disusutkan dengan
metode dan masa manfaat yang sama serta tanpa nilai sisa.
Namun menurut pajak, beban depresiasi ini hanya dapat
dibebankan sebesar 50%.
Perbedaan temporer kena pajak
• Pendapat investasi dicatat dengan menggunakan metode ekuitas
atas investasi asosiasi dengan kepemilikan sebesar 30%.
Perbedaan permanen negatif
• Beban penurunan nilai aset keuangan menurut akuntansi telah
diakui, sedangkan menurut pajak baru diakui saat piutang tersebut
dihapuskan dan memenuhi persyaratan ketentuan pajak lainnya.
Perbedaan temporer kena pajak
13. Soal 18.3
1) Tabel perbedaan temporer kena pajak dan temporer dapat
dikurangkan
Keterangan
Perbedaan Temporer
Positif Negatif
Depresiasi mesin menurut akuntansi lebih besar
dibanding menurut pajak.
Rp100.000.00
0
Sewa mesin diterima di muka menurut pajak diakui
menggunakan basis kas sedangkan menurut
akuntansi diakui menggunakan basis akrual
Rp400.000.00
0
Beban penurunan nilai aset tetap dihitung
berdasarkan ketentuan standar akuntansi. Aset ini
diprediksi akan dijual pada tahun 2017
Rp200.000.00
0
Beban tuntan hukum di pegadilan, diakui secara
akrual. Diperkirakan tuntutan ini akan dibayar pada
2018
Rp300.000.00
0
Beban depresiasi kendaraan manajer menurut pajak
hanya boleh dibebankan 50%
Rp240.000.00
0
Total Rp1.240.000.0
00
14. 2) Jumlah aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak
tangguhan.
Aset pajak tangguhan = 25% × Rp1.240.000.000
= Rp310.000.000
Jumlah liabilitas pajak tangguhan tidak ada karena
tidak adanya saldo liabilitas pajak tangguhan pada
soal.
3) Jurnal untuk mengakui pajak tangguhan.
Aset pajak tangguhan Rp310.000.000
Pendapatan pajak tangguhan
Rp310.000.000