Powerpoint ini merupakan tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan II dimana menjelaskan tentang krisis hutang yang biasa melanda negara dunia ketiga (negara berkembang) dan upaya yang dilakukan untuk melepaskan diri dari hutang.
Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi
1. Presented by
Kelompok IV :
1. Anisah (1101101010030)
2. RauzatulJannah (1101101010034)
3. Cut Endang Kurniasih
(1101101010036)
4. Muhammad Taqdirul Alim (1101101010031)
1
Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas
Makroekonomi
2. Pembahasan :
1. Krisis hutang pada dekade 1980-an
Latar belakang dan analisis.
Asal muasal krisis hutang.
2. Upaya Penanggulangan
Instabilitas makroekonomi.
Program stabilisasi IMF.
Strategi untuk melepaskan diri dari
hutang.
2
3. Latar Belakang dan Analisis
Pada dasarnya, dalam proses pelaksanaan
pembangunan ekonomi negara-negara Dunia
Ketiga, akumulasi utang luar negeri
(external debt) merupakan suatu gejala
dimana tabungan dalam negeri rendah, defisit
neraca pembayaran sangat tinggi, dan impor
modal sangat dibutuhkan sekali untuk
menambah sumber daya domestik.
3
Krisis Utang pada Dekade 1980-an
4. • Sebelumnya awal dekade 1970-an, total utang
negara-negara berkembang relatif kecil, dan pada
umumnya utang–utang tersebut merupakan utang
resmi. Sebagian besar pinjaman merupakan kredit
bersyarat lunak (suku bunga yang rendah) dan
digunakan untuk menopang pelaksanaan berbagai
proyek pembangunan.
• Namun mulai akhir dekade 1970-an, sampai awal
dekade 1980-an, bank-bank komersial internasional
mulai berperan lebih besar dalam pinjaman
internasional, dengan memutar surplus dana OPEC
berupa “petrodolar” serta menyalurkan berbagai
pinjaman untuk menunjang penyelesaian defisi
neraca pembayaran dan pemngembangan sektor
ekspor.
4
5. Pada tahun-tahun terakhir ini, banyak negara-negara
berkembang, biaya pinjaman telah jauh melebihi
keuntungan atau manfaatnya. Biaya terbesar dari
semakin menumpuknya utang-utang luar negeri itu
adalah meningkatnya beban pembayaran angsuran
utang (debt service).
Apabila utang-utang terus membesar dan tingkat suku
bunganya meningkat maka pembayaran angsuran utang
juga akan meningkat.
Kewajiban negara untuk membayar angsuran itu bisa
dipenuhi dengan hasil pendapatan ekspornya (devisa).
Namun apabila komposisi impor berubah dimana
penerimaan ekspor berkurang maka negara-negara
berkembang yang bersangkutan akan mengalami
kesulitan untuk membayar angsuran utangnya. Dan
kasus inilah yang dirasakan sebagian besar negara-negara
Dunia Ketiga yang banyak memiliki utang luar
negeri.
5
Ket. Angsuran utang (debt service) terdiri atas amortisasi
(pembayaran utang pokok) dan pembayaran bunga yang jika tidak
segera dilunasi akan menumpuk.
6. 6
Sebelum membahas latar belakang dan masalah-masalah
keuangan yang terjadi di Negara-negara
berkembang pada dekade 1980-an, terdapat sebuah
konsep dasar yang disebut Transfer Dasar (basic
transfer).
Transfer dasar suatu negara adalah arus masuk (atau
arus keluar) neto valuta asing yang berkaitan dengan
pinjaman internasionalnya. Transfer dasar merupakan
selisih kuantitatif antara arus masuk modal neto (net
capital inflow) dan pembayaran bunga atas akumulasi
utang yang tersisa.
Konsep ini sangat penting untuk diketahui karena posisi
transfer dasar negara-negara berkembang berubah
drastis menjadi sangat negatif selama dekade 1980-an
sehingga mengakibatkan hilangnya valuta asing dan
mengalami net capital outflow.
Ket. Arus masuk modal neto (net capital infow) merupakan selisih
antara arus masuk bruto (gross inflow) dan amortisasi (pelunasan
secara bertahap) terhadap utang sebelumnya.
7. 7
Berikut persamaan transfer dasar dalam matematika.
BT = dD - rD = (d-r) D
Ket. BT = basic transfer
dD = FN = Arus masuk modal neto dimana d adalah
presentase tingkat kenaikan total utang
dan D adala total akumulasi utang.
rD = Total pembayaran bunga utang per tahun dimana
r adalah tingkat bunga yang harus dibayarkan.
• BT bernilai positif jika d > r artinya negara berkembang
(pengutang) akan memperoleh valuta asing atau net
capital inflow.
• BT bernilai negatif jika d < r artinya negara berkembang
(pengutang) akan kehilangan valuta asing atau net capital
outflow.
8. Sebenarnya selama akumulasi utang itu
dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek
pembangunan yang produktif dan mampu memberi
tingkat pengembalian (rate of return) yang lebih
besar dari r maka meningkatnya utang luar negeri
tidak akan menimbulkan masalah yang serius.
Masalah yang serius muncul ketika :
1. Akumulasi utang itu menjadi begitu besar sehingga
tingkat kenaikannya, atau d, mulai turun.
2. Sifat dan syarat pinjaman itu berubah yakni dari pinjaman
resmi berbunga rendah menjadi pinjaman komersial
berbunga tinggi.
3. Pendapatan ekspor merosot akibat anjloknya harga-harga
komoditi primer dan melemahnya nilai tukar
perdagangan.
4. Terjadi resesi global.
5. Kepercayaan kreditor terhadap kemampuan membayar
kembali negara-negara berkembang berkurang.
6. Sebagian penduduk domestik di negara-negara Dunia
Ketiga melarikan dananya ke luar negeri (capital flight).
8
9. Asal Muasal Krisis Utang
Sebagian besar utang yang dimiliki empat
negara Amerika Latin yakni Brasil, Meksiko,
Argentina dan Venezuela. Sesungguhnya bibit-bibit
dari krisis utang pada dekade 1980-an itu
telah mulai ditanam pada periode tahun 1974-
1979 saat terjadi ledakan pinjaman
internasional yang hebat, yang dipercepat
dengan kenaikan harga-harga minyak oleh
OPEC.
Pada saat itu negara-negara industri baru
dikawasan Amerika Latin memiliki tingkat
pertumbuhan jauh diatas rata-rata negara
berkembang lainnya. Untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhannya, beberapa negara
itu mulai mengimpor dalam jumlah besar.
Kemudian strategi pembangunan mereka pun
9
10. Akibat tingginya harga minyak dan resesi dunia,
maka tingkat pertumbuhan negara-negara
industri turun dari 5,2% menjadi 2,7%,
membuat negara berkembang itu berusaha
untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih
tinggi dengan cara meningkatkan pinjamannya.
Negara-negara berkembang itu mulai
meminjam pada bank-bank komesial dan kredit
swasta lainnya.
Bank-bank komersal internasional pun
mendapat dana sebagian besar bersumber dari
kelebihan pendapatan negara-negara OPEC.
10
11. Negara-negara OPEC terutama dikawasan Timur
Tengah mendepositokan lonjakan petrodollarnya di
bank-bank terkemuka di Amerika Serikat yang
selanjutnya di salurkan sebagai pinjaman ke pihak
swasta dan pemerintahan negara berkembang yang
memerlukan dana. Antara tahun 1976 sampai 1982,
jumlah petrodollar yang berhasil diputar lebih dari US$
350 miliar.
Ket. Negara-negara pendiri OPEC : Venezuela, Arab Saudi, Iran,
Irak, dan Kuwait. Anggota tetap : Aljazair, Angola, Libya, Nigeria,
Qatar, dan Ekuador. Anggota yang telah keluar : Gabon dan
Indonesia.
11
12. Ekspor minyak dari negara-negara anggota
OPEC
Eropa, Jepang dan Amerika Serikat mengirim dolar ke
pengekspor minyak sebagai pembayarannya.
Negara-negara OPEC menyimpan petrodolar nya
dalam bentuk deposito di bank-bank AS dan Eropa.
Bank-bank Eropa dan AS lalu menyalurkan deposito
itu ke negara-negara Dunia Ketiga, sehingga
melonjaknya volume utang negara Dunia Ketiga.
Pasar Eurodollar
Negara-negara pengutang membayar kembali pokok
pinjamannya disertai bunga
12
Mekanisme Perputaran
Petrodollar
13. Sebagai dampak dari mekanisme perputaran
petrodollar tesebut, total utang luar negeri negara-negara
berkembang melonjak lebih dari dua kali lipat
dari US$ 180 miliar ditahun 1975 menjadi US$ 406
ditahun 1979.
Lalu dengan melonjaknya harga minyak menyebabkan
negara-negara berkembang harus mengalami kenaikan
harga minyak yang sangat tinggi yang sangat
memberatkan rekening impor negara-negara
berkembang yang tidak memiliki minyak. Harga minyak
tinggi → suku bunga dipasar-pasar uang dunia
meningkat → pendapatan ekspor menurun → neraca
transaksi berjalan lambat → memperparah tingkat
tuntutan dan pelunasan utang Negara-negara
berkembang.
13
14. Dimensi-dimensi Beban Utang Negara-negara Berkembang tahun 1979 – 2002
1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000
• Total utang eksternal 68,4 180,0 635,
8
949,0 1.182,0 1.808,9 2.140,
6
Khusus untuk Afrika - 14,9 55,6 64,7 283,3 304,1 285,1
• Pembayaran
angsuran utang luar
negeri
11,0 25,8 102,
4
128,0 140,5 237,5 315,2
Khusus untuk Afrika - 1,3 4,1 27,6 31,1 33,1 26,9
• Rasio utang eksternal
terhadap pendapatan
ekspor barang dan
jasa
99,4 76,4 81,9 154,5 178,6 136,9 162,0
Khusus untuk Afrika - - 92,5 189,0 203,7 228,5 214,2
• Rasio pembayaran
angsuran utang
13,5 9,5 13,2 20,9 9,4 27,5 25,6
Khusus untuk Afrika 5,7 - 14,4 27,6 11,3 32,8 21,0
• Rasio utang terhadap
GDP
13,3 15,4 24,4 36,4 37,8 40,5 39,5
14
15. Program Stabilisasi IMF
Suatu instabilitas makroekonomi
(macroeconomic instability) ditandai oleh :
Lonjakan inflasi domestik.
Anggaran pemerintah yang buruk.
Defisit neraca pembayaran.
Beban hutang lainnya.
Dalam rangka menanggulangi instabilitas
makroekonomi yang sering terjadi di suatu negara,
maka cara yang ditempuh adalah pelaksanaan
renegosiasi dengan bank-bank swasta internasional.
15
Upaya Penanggulangan : Instabilitas Makroekonomi,
Kebijakan-Kebijakan Stabilisasi IMF serta Berbagai
Kelemahannya
16. Lanjutan…
Sebelum itu melakukan itu, negara
pengutang terlebih dahulu mendapatkan
rekomendasi dari IMF. Selanjutnya, IMF bersedia
memberikan rekomendasi dan bantuan-bantuan
finansialnya kepada negara berkembang, yakni
dimana negara berkembang bersedia
melaksanakan kebijakan-kebijakan stabilisasi
(stabilization policies). Kesediaan negara
berkembang untuk melakukan kebijakan
stabilisasi dari IMF untuk menurunkan defisit
neraca pembayaran dan berusaha
mengumpulkan devisa untuk melunasi hutang
tepat pada waktunya.
16
17. Pada dasarnya terdapat empat komponen dasar yang
terkandung dalam program stabilisasi IMF yakni :
1. Penghapusan atau liberalisasi atas kontrol pihak
pemerintah terhadap lalu lintas devisa dan impor.
2. Devaluasi nilai tukar resmi mata uang domestik negara-negara
berkembang yang terlalu tinggi.
3. Pemberlakuan program antiinflasi seperti : kontrol terhadap
arus kredit perbankan dengan meningkatkan suku bunga
dan memperketat syarat cadangan minimum, kontrol
terhadap defisit anggaran pemerintah melalui pembatasan
belanja negara, kontrol terhadap kenaikan tingkat upah
agregat, serta menghilangkan berbagai bentuk kontrol
harga dan mendorong terjadinya mekanisme pasar bebas.
4. Peningkatan untuk menarik dana investasi asing.
17
Ket. Devaluasi artinya penurunan nilai tukar mata uang domestik
dengan mata uang negara lain.
18. Negara-negara yang Pro terhadap
Kebijakan stabilisasi IMF
Negara-negara yang Kontra
terhadap Kebijakan stabilisasi IMF
Negara Dunia Ketiga seperti
Meksiko, Argentina,
Venezuela, Bangladesh dan
Ghana, dimana mereka
mengajukan permohonan
kepada IMF untuk
mendapatkan tambahan
bantuan devisa. Mereka
berpendapat bahwa
kebijakan stabilisasi IMF
berpotensi besar untuk
menurunkan lonjakan inflasi
dan memperbaiki kondisi
neraca pembayaran negara-negara
berkembang,
sehingga bisa menurunka
Seperti negara Venezuela,
Nigeria, Indonesia dan Korea
Selatan yang memperlihatkan
sikap anti-IMF pada dekade
1990-an. Mereka menilai
kebijakan tersebut dapat
memperlambat usaha-usaha
pembangunan yang sifatnya
fundamental.
Pihak yang paling dirugikan
adalah kalangan kelompok
masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah.
18
19. Lanjutan…
Pihak yang kontra terhadap kebijakan IMF juga menilai :
Persyaratan yang diharuskan IMF kepada negara
berkembang dipandang sebagai suatu bentuk standar
ganda, atau bisa dibilang tidak adil. Dimana Negara
berkembang harus menjalankan kebijakan-kebijakan
penyesuaian, sementara negara-negara maju seperti
Amerika Serikat yang juga memiliki defisit perdagangan dan
defisit anggaran sama sekali tidak diwajibkan untuk
melakukan penyesuaian apapun.
Kebijakan pengetatan dari IMF tidak lebih dari sekedar
perpanjangan tangan dari negara-negara kapitalis.
Cheryl Payer menyatakan bahwa sesungguhnya dalam
suatu sistem perdagangan global yang didominasi oleh negara-negara
Dunia Pertama, fungsi IMF hanyalah sebagai instrumen
terpilih untuk menerapkan disiplin finansial imperialis terhadap
negara-negara miskin, yang pada akhirnya menjurus pada
“peonase internasional” atau perbudakan hutang. Sehingga
kondisi neraca pembayaran negara miskin bukan semakin
membaik malah semakin memburuk akibat terus menambah
19
utang dari lembaga-lembaga keuangan internasional.
20. Lanjutan…
• Ada beberapa para pengamat yang tidak seradikal
Payer pun ternyata juga menganggap IMF bukan
merupakan suatu agen pembangunan, meskipun
mereka tidak secara terang-terangan menyebut
lembaga itu bersifat anti pembangunan.
• Banyak negara-negara berkembang di Amerika Latin
telah melaksanakan upaya “penyesuaian” dan program
stabilisasi IMF, tetapi kenyataannya pertumbuhan
ekonomi tidak segera berkembang seperti yang
diharapkan.
• Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan finansial IMF yang
serba ketat itu cenderung memperparah kesulitan yang
sudah ada dan menciptakan beban ekonomi tambahan
bagi negara berkembang.
20
21. Strategi untuk Melepaskan Diri dari
Utang
Banyak pihak yang khawatir bahwa jika satu atau dua
negara pengutang terbesar seperti Brasil, Meksiko atau
Argentina benar-benar bangkrut atau apabila mereka
memutuskan untuk secara bersama-sama menghapuskan
utang mereka secara sepihak dengan membentuk sebuah
kartel pengutang (debtor’s cartel).
Bagi negara-negara pengutang terbesar yang
membentuk kartel pengutang membuat perekonomian
dunia menjadi tidak baik karena secara umum dimaknai
sebagai monopoli oleh sekelompok orang untuk mengatur
produksi atau pengadaan barang, sekaligus menetapkan
harganya. Dalam hal ini berarti kartel bisa saja menentukan
besaran utang secara sepihak dan menghapuskan utang
juga secara sepihak.
21
22. Lanjutan…
Sebenarnya banyak usulan telah diajukan untuk
meringankan atau merenegosiasi beban utang negara-negara
pengutang terbesar. Usulan itu sangat bervariasi
yakni mulai dari alokasi baru sejumlah SDR sampai
dengan program restrukturisasi (restructuring) dalam
dasar-dasar utang yang memihak negara-negara
berkembang.
Berbagai usulan itu antara lain :
1. Dasar-dasar Toronto
2. Rencana Brady (Brady Plan)
3. Pertukaran utang untuk modal (debt for equity swap)
4. Pertukaran utang untuk lingkungan (debt for nature
Ket. SDR merupakan aset cadangan internasional, yang diciptakan
swap)
oleh IMF pada tahun 1969 untuk melengkapi cadangan resmi yang
ada pada negara-negara anggota. Sering pula dijuluki emas kertas
(paper gold) karena bisa menggantikan semua fungsi emas sebagai
22
23. 1. Dasar-dasar Toronto
Usulan ini dikemukakan oleh Paris Club dan merupakan
yang paling menonjol karena yang menawarkan suatu bantuan
yang bersifat konsensional agar untuk negara-negara
pengutang mengumpulkan tabungan bisa melunasi
pinjamannya.
Pemerintah negara-negara pemberi pinjaman untuk memilih
salah satu dari tiga alternatif bantuan konsensional :
Pembatalan sebagian pinjaman nonkonsensional, maksimal
hingga sepertiga dari total utang.
Penurunan suku bunga atas keseluruhan volume pinjaman.
Perpanjangan periode pembayaran hingga 25 tahun.
2. Rencana Brady (Brady Plan)
Usulan ini juga terkenal dikemukakan oleh Menteri
Keuangan Amerika Serikat, Nicholas Brady pada tahun 1989.
Rencana itu bermaksud menghapuskan sebagian utang tetapi
sisa pinjaman yang tidak terhapuskan akan dijamin
pelunasannya oleh IMF atau Bank Dunia, asalkan negara-negara
berkembang bersedia melaksanakan program-program
penyesuaian seperti yang disarankan oleh IMF.
23
24. 3. Pertukaran utang untuk modal (debt for equity swap)
Mekanisme ini meliputi penjualan surat-surat promes
dari pemerintahan negara-negara berkembang kepada
investor swasta dengan potongan harga lebih dari 50%
dalam pasar-pasar pedagangan sekunder.
Bagi negara berkembang, mekanisme tersebut akan
memacu investasi swasta dalam aset-aset yang ternilai
dalam mata uang lokal, baik dari para investor domestik
maupun investor asing , sekaligus mengurangi beban
pelunasan utang-utang luar negerinya.
4. Pertukaran utang untuk lingkungan (debt for nature
swap)
Pihak kreditor dihimbau untuk memberi keringanan
utang bagi negara-negara berkembang asalkan
pemerintahan pemerintahan negara-negara Dunia Ketiga
mau melakukan langkah-langkah preservasi atau
24
pelestarian lingkungan hidup secara lebih serius.
25. Dari berbagai macam usulan untuk meringankan
utang tersebut ternyata menimbulkan masalah yang pelik
yaitu : sebagian besar usulan peringanan utang luar
negeri negara-negara Dunia Ketiga terlalu mensyaratkan
bak-bank swasta internasional untuk mengambil inisiatif
pertama dalam melaksanakan kebijakan. Dalam
prakteknya, hampir semua bank komersial swasta
internasional tidak bersedia mengambil langkah pertama
karena merugikan neraca keuangan mereka.
25
26. Apakah Masalah Utang Ini Telah Teratasi?
Mereka Yang Menang Dan Yang Kalah.
Pihak yang menang adalah bagi bank-bank
komersial di negara-negara maju, hal ini
dikarenakan total kredit macet yang mereka
tanggung sudah menurun dari US$67 milyar
pada tahun 1987 menjadi US$19 milyar pada
tahun 1992 ketika krisis dianggap telah usai
Sedangkan pihak yang kalah adalah bagi
penduduk yang berpenghasilan menengah ke
bawah di berbagai negara - negara
berkembang yang kesejahteraan ekonomi
mereka telah dikorbankan guna memungkinkan
pemerintahnya untuk membayar utang-utang
26
luar negeri.
27. Pada tahun 1996, dilakukan inisiatif pertama
untuk menangani masalah negara pengutang
besar (highly indebted poor countries,HIPC)
diluncurkan oleh satu kelompok yang terdiri dari
tujuh negara industri besar (kelompok tujuh
atau G7).
Mereka melakukan proses penyaringan
penyelesaian utang yang semakin besar
melalui lembaga keuangan internasional.
27
28. Kesimpulan
Beban krisis utang global seharusnya dibagi
secara merata ke semua pihak bukannya oleh
negara Dunia Ketiga saja. Kenyataannya, yang
paling banyak menanggung beban utang
adalah negara-negara berkembang yang justru
paling lemah.
Selain stabilitas politik, elemen penting bagi
kemampuan negara-negara berkembang untuk
mengatasi utang luar negerinya adalah
penyesuaian suku bunga global dan domestik.
28
29. Kemudian lembaga keuangan atau organisasi
keuangan internasional khususnya IMF dan
bank dunia harus berusaha lebih keras utuk
menyediakan likuiditas serta fleksibilitas
kebijakan finansial yang memadai agar negara
berkembang dapat melakukan langkah
penyesuaian tanpa harus terlalu banyak
mengorbankan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan penduduknya.
29