Seorang laki-laki 60 th datang ke rumah sakit karena sesak napas. Keluhan ini sering disertai batuk. Ia memiliki riwayat sesak berulang sejak 3 bulan lalu dan semakin memburuk terutama selama 1 minggu terakhir. Hasil pemeriksaan tanda vital: suhu 38,5oC, denyut nadi adalah 110x/mnt, dan pernafasan 40x/menit yang tampak terengah-engah pada pemeriksaan dada. Dokter melakukan tes spirometry dan hasilnya menunjukkan PEF 60% dari nilai prediksi. Tes oksimetri 80%. Dia adalah seorang perokok berat yang mulai merokok sejak ia berusia 18 tahun. Dia biasanya merokok 15 batang per hari, tapi sejak gejala penyakitnya makin berat ia hanya merokok 5 batang per hari.
3. Seorang laki-laki 60 th datang ke rumah sakit karena sesak napas. Keluhan ini sering
disertai batuk. Ia memiliki riwayat sesak berulang sejak 3 bulan lalu dan semakin
memburuk terutama selama 1 minggu terakhir. Hasil pemeriksaan tanda vital: suhu
38,5oC, denyut nadi adalah 110x/mnt, dan pernafasan 40x/menit yang tampak
terengah-engah pada pemeriksaan dada. Dokter melakukan tes spirometry dan
hasilnya menunjukkan PEF 60% dari nilai prediksi. Tes oksimetri 80%. Dia adalah
seorang perokok berat yang mulai merokok sejak ia berusia 18 tahun. Dia biasanya
merokok 15 batang per hari, tapi sejak gejala penyakitnya makin berat ia hanya
merokok 5 batang per hari.
4. • Sebuah tes yang cepat atau on infasif yang digunakan untuk mengukur
saturasi oksigen dalam tubuh.
Tes oksimetri
• Pemeriksaan yang di lakukan untuk mengukur secara objektif kapasitas
atau fungsi paru (ventilasi) pada pasien indikasi medis.
Tes spirometri
• Kecepatan gerakan udara yang keluar dari paru-paru pada awal
ekspirasi diukur dengan liter/menit
PEF (peak expiratory flow)
5. Laki-laki 60
tahun
Sesak napas,
batuk berulang
sejak 3 bulan
yang lalu
Suhu 38,5⁰C,
denyut nadi
110 x/menit,
napas 40
x/menit
PEF 60%,
oksimetri 80%
Perokok berat
sejak usia 18
tahun (15
batang perhari)
Sejak gejala
penyakit makin
berat ia hanya
merokok 5
batang perhari.
7. Mekanisme
sesak disertai
batuk1,2
Faktor pencetus
Inhalasi benda asing
Trakheobronkial
Hipersekresi mukus
Edema mukosa
Bronkokonstriksi
Pengaruh kontrol refleksi
pernafasan
Hiperventilasi
Sesak(dyspenia)
Refleks batuk
Pengaruh serabut saraf afferen pada
saluran napas atas
1. Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. Patofisiologi Vol 1. ed 6. Jakarta : EGC. 2005.
2. Kasper, et al.. Harrison’s principles of internal medicine vol 2. 16th ed. McGraw-Hill, 200
10. Denyut nadi : Kecepatan dan kontraktilitas jantung bergantung pada kebutuhan tubuh akan penyaluran darah
Tekanan darah dan pernafasan : Sistem refleks berespon yang berfungsi mengatur tekanan darah, beberapa refleks dan
respon lain juga mempengaruhi sistem kardiovaskular dan tekanan darah yaitu kemoreseptor yang berada di arteri
karotis dan aorta peka terhadap kadar O2 yang rendah atau asam yang tinggi dalam darah. Fungsi utama kemoreseptor
ini adalah peningkatan secara refleks aktifitas pernafasan untuk membawa masuk lebih banyak O2 atau mengeluarkan
lebih banyak CO2 pembentuk-asam, kemoreseptor meningkatan tekanan darah dengan mengirim impuls ekstratorik ke
pusat kardiovaskular.
Suhu tubuh . Kata demam merujuk kepada peningkatan suhu tubuh akibat infeksi atau peradangan.
Rab Tabrani, Ilmu Penyakit Paru Trans Info Media, Jakarta : 2010.
12. Kandungan Rokok
ACROLEIN ; Pada dasarnya zat ini mengandung alkohol yang pasti sangat mengganggu kesehatan.
KARBON MONOXIDA ; Apabila didalam hemoglobin itu terdapat karbon monoxida, berakibat seseorang akan
kekurangan oksigen.
NIKOTIN ; menyebabkan seseorang merasa tidak lapar karena mengisap rokok, mempengaruhi syaraf dan
peredaran darah, bersifat karsinogen sehingga mampu memicu kanker paru-paru
AMMONIA ; jika disuntikkan sedikit saja pada aliran darah akan membuat pingsan atau koma.
FORMIC ACID ; cairan tidak berwarna, tajam baunya, bisa bergerak bebas dan dapat membuat lepuh.
HYDROGEN CYANIDE ; jika dimasukkan langsung ke dalam tubuh akan berakibat kematian.
13. NITROUS OXIDE ; jika diisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan membuat rasa sakit.
FORMALDEHYDE ; Gas ini bersifat pengawet dan pembasmi hama.
PHENOL ; Phenol bisa terikat didalam protein dan menghalangi kerja enzyme.
ACETOL ; zat ini adalah hasil dari pemanasan aldehyde dan menguap dengan alkohol.
HYDROGEN SULFIDE ; Zat ini menghalangi oxidasi enxym (zat besi berisi pigmen).
PYRIDINE ; Zat ini mampu mengubah alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
METHYL CHLORIDE : sangat beracun dan uapnya bersifat sama dengan pembius.
14. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus.
Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan
dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan
menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi
terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit
dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
Jurnal:Repositoryusu.ac.id. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. 2014
Hubungan rokok dengan gejala di skenario
15. Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik
pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur
penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus,
maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena
ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah
inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan
terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps.
Jurnal:Repositoryusu.ac.id. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. 2014
17. Spirometri merupakan suatu pemeriksaan yang menilai fungsi
terintegrasi mekanik paru, dinding dada dan otot-otot pernapasan dengan
mengukur jumlah volume udara yang dihembuskan dari kapasitas paru
total (TLC) ke volume residu1
Diagnostik
Monitoring
Eveluasi kecacatan/kelumpuhan
Kesehatan masyarakat
indikasi
1. Anna Uyainah ZN, Zulki i Amin, Feisal Thufeilsyah.Spirometri. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
2. Jurnal digilib.unismus.ac.id
19. Oksimetri digunakan untuk mengukur kadar
oksigen di darah arteri. Alat ini bekerja dengan cara
ditempelkan di bagian tertentu di tubuh pasien seperti
telinga, jari, atau kaki yang selanjutnya akan
mentransmisikan sinar melalui pembuluh darah pasien.
Alat ini lalu mengukur perbedaan absorpsi panjang
gelombang cahaya yang berbeda2
1. Anna Uyainah ZN, Zulki i Amin, Feisal Thufeilsyah.Spirometri. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
2. Jurnal digilib.unismus.ac.id
Image source: https://encrypted-
tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTMswmxv26Ow54fWhj-bFKleUR-baz7r-
IhSD52zPNum9gzKnp2
20. 1. Hemoglobin (Hb) : Jika Hb tersaturasi penuh dengan O2 walaupun nilai Hb rendah maka akan
menunjukkan nilai normalnya.
2. Sirkulasi: Oksimetri tidak akan memberikan bacaan yang akurat jika area yang di bawah sensor
mengalami gangguan sirkulasi.
2. Aktivitas : Menggigil atau pergerakan yang berlebihan pada area sensor dapat menggangu
pembacaan SpO2 yang akurat
3. Tekanan Darah
4. Penempatan alat yang kurang atau tidak tepat
5. Terjadinya akral dingin
Faktor yang mempengaruhi bacaan saturasi
1. Anna Uyainah ZN, Zulki i Amin, Feisal Thufeilsyah.Spirometri. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
2. Jurnal digilib.unismus.ac.id
22. Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna ditempat kerja
Riwayat penyakit pada keluarga
Terdapat factor predisposisi pada masa bayi/anak, misalnya berat badan lahir
rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan
polusi udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
ANAMNESIS
Stark,John. Manual Ilmu Penyakit Paru. 1990. Jakarta; Binarupa Aksara
23. INSPEKSI• Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup
mencucu )
• Barrel chest (diameter antero-posterior dan
transversal sebanding )
• Penggunaan otot bantu pernapasan
• Hipertrofi otot bantu napas
• Pelebaran sela iga
• Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat
denyut vena jugularis di leher dan edema
tungkai
• Penampilan pink puffer atau blue bladder
Stark,John. Manual Ilmu Penyakit Paru. 1990. Jakarta; Binarupa Aksara
25. PERKUSI
– Hipersonor
– Pekak
– Sonor
– Stridor
– Ronkhi basah kasar
– Ronkhi basah halus
– Wheezing
Stark,John. Manual Ilmu Penyakit Paru. 1990. Jakarta; Binarupa Aksara
26. AUSKULTASI
– Suara napas vesicular normal atau
melemah
– Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu
bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
– Ekspirasi memanjang
– Bunyi jantung terdengar jauh
Stark,John. Manual Ilmu Penyakit Paru. 1990. Jakarta; Binarupa Aksara
28. ETIOLOGY
EMFISEMA
• Disebabkan
oleh merokok.
Terdapat
hubungan
dengan
kelompok
sosial rendah,
lingkungan
industri, dan
defisiensi α 1-
antitrypsin.
BRONKITIS
KRONIK
• Merokok
dan infeksi
berulang
BONKIEKTASIS
• Infeksi dan
obstruksi
ATELEKTASIS
• Pneumothoraks
• Tumor
• Pembesaran
kelenjar getah
bening.
• Pembiusan
(anestesia)/pemb
edahan
• Tirah baring
jangka panjang
tanpa perubahan
posisi
• Pernafasan
dangkal
• Penyakit paru-
paru
ASMA
BRONKIAL
• Genetik
• Faktor
lingkungan
• Paparan
pekerjaan
• Stimulus
nonspesifik
29. GEJALA
EMFISEMA
• Sesak napas
(dispneu)
• Mengi dan
batuk kronis,
sering disertai
dahak
• Sering
mendapat
infeksi paru
• Gagal jantung
• Hipoksia
BRONKITIS
KRONIK
• Sesak napas
(dispneu)
• Mengi dan batuk
kronis, seringkali
disertai dahak
yang berlangsung
lama (berbulan-
bulan)
• Hipoksia
BONKIEKTASIS
• Batuk menahun
dengan sputum
yang banyak
terutama pada
pagi hari, kadang-
kadang sesak
nafas
• Demam, tidak ada
nafsu makan,
penurunan berat
badan, anemia,
nyeri pleura, dan
lemah
badan sianosis,
batuk darah.
• Jari-jari tabuh
ATELEKTASIS
• gangguan
pernafasan
• nyeri dada
• batuk
• Jika disertai
infeksi, bisa terjadi
demam dan
peningkatan
denyut jantung,
kadang-kadang
sampai terjadi
syok
ASMA
BRONKIAL
• Keluhan utama
asma adalah
batuk, mengi,
dan sesak
napas, yang
bervariasi
seiring jalannya
waktu.
31. Faal paru
Uji latih kardiopulmoner: Sepeda statis (ergocycle), Jentera (treadmill), Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal
Uji provokasi bronkus: menilai derajat hipereaktiviti bronkus
Uji coba kortikosteroid : menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral
Analisis gas darah: terutama untuk menilai :gagal napas kronik stabil, gagal napas akut pada gagal napas kronik
Radiologi
Elektrokardiografi : mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.
Ekokardiografi : menilai funfsi jantung kanan
Bakteriologi : mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat
Kadar alfa-1 antitripsin
Rab Tabrani, Ilmu Penyakit Paru Trans Info Media, Jakarta : 2010.
33. DEMAM
Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan
beristirahat yang cukup.
Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan saat
menggigil.
Memberikan kompres hangat penderita.
Pemberian parasetamol dengan dosis 50-100 mg/kgbb/3
34. BATUK
Ekspektoran. Digunakan saat pasien memiliki batuk produktif. Adapun obat golongan ini
yang dapat diberikan pada anak tersebut adalah 200-400 mg/ kgbb/3
Mukolitik. Berfungsi untuk mengencerkan sekret. Adapun golongan obat yang dapat
digunakan yaitu bromheksin HCL dengan dosis 0,5 mg/kgbb/hari
SESAK
Untuk gejala sesak diberikan obat golongan ᵝ - 2 agonis seperi salbutamol yaitu dengan
dosis0,02mg/kgbb/x yang diberikan secara inhalasi.
35. Antiinflamasi
Digunakan bila
terjadi eksaserbasi
akut dalam bentuk
oral atau injeksi
intravena, berfungsi
menekan inflamasi
yang terjadi, dipilih
golongan
metilprednisolon
atau prednison. Antibiotika.
Lini I: Amoksisilin,
Makrolid
Lini II: Amoksisilin
dan asam klavulanat,
Sefalosporin,
Kuinolon, Makrolid
baru
Antioksidan
Dapat
mengurangi
eksaserbasi dan
memperbaiki
kualiti hidup,
digunakan N -
asetilsistein.
36. BRONKITIS KRONIS
• Istirahat
• Hindari merokok
• Diet
• Medikamentosa : ekspektoransia bila batuk
berdahak, antitusif bila batuk kering
• Bronkodilator
• Kalau sesak dapat diberi O2
• Bila ada infeksi (sputum mukopurulen) diberi
antimikroba
EMFISEMA
• Istirahat (berhenti merokok)
• Diet
• Medikamentosa
• Bronkodilator
• Teofilin 10-15 mg/kg BB per oral
• Beta 2 agonis per oral atau nebulizer
• Kortikosteroid
• Ekspektoran
• Mukolitik
37. Bronkiektasis
• Bronkodilator
• Nebulizer
• Antibiotik
• Drainase postural dari
tuba bronchial
• Intervensi bedah
Atelektasis
• Oksigenasi
• Terapi simtomatis
(anti sesak,
bronkodilator,
antibiotik dan
kortikosteroid)
• Fisioterapi
• Menghilangkan
penyumbatan, baik
melalui bronkoskopi
maupun prosedur
lainnya
• Latihan menarik nafas
dalam
• Postural drainase
Asmabronkial
• Penyuluhan pasien
• Menghindari alergen
terutama asap rokok.
• Asma kronis :
Antagonis leukotrien
merupakan
bronkodilator efektif
pada sebagian
penderita asma
walaupun perannya
secara tepat belum
jelas.
• Asma akut :
kortikosteroid
sistemik, inhalasi b-
agonis, antikolinergik,
dan teofilin bila perlu.
Jurnal repository.usu.ac.id. FK. Universitas Sumatera Utara
Rab Tabrani, Ilmu Penyakit Paru Trans Info Media, Jakarta : 2010.
39. Pencegahan
Primordial
Menciptakan lingkungan yang
bersih dan berperilaku hidup
sehat seperti tidak merokok.
Pencegahan
Primer
Kebiasaan merokok harus dihentikan
Memakai alat pelindung seperti
masker di tempat kerja (pabrik) yang
terdapat asap mesin dan banyak debu
Membuat corong asap di rumah
maupun tempat kerja (pabrik)
Pendidikan tentang bahaya-bahaya
yang ditimbulkan PPOK
40. Pencegahan
Sekunder
Mengobati penderita dan
mengurangi akibat-akibat yang
lebih serius dari penyakit yaitu
melalui diagnosis dini dan
pemberian pengobatan.
Pencegahan
Tersier
Rehabilitasi Psikis, bertujuan
mengurang bahkan menghilangkan
perasaan kecemasan dan takut
Rehabilitasi Pekerjaan, diusahakan
menghindari pekerjaan yang memiliki
risiko terjadi perburukan penyakit.
Rehabilitasi Fisik, membuat penderita
menjadi lebih aktif
41. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien
kemungkinan menderita PPOK. Karena gejala yang terlihat pada pasien adalah
sesak, batuk, dan gejala sesak semakin memburuk dalam seminggu terakhir. Hal ini
dikaitkan pada riwayat pasien yang merokok sejak usia 18 tahun. Rokok diketahui
sebagai salah satu penyebab gangguan pernapasan yang terjadi. Karena komponen-
komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional.