1. Kelompok 7 :
ketua : Saniscaya A.D. Harefa (19000061)
sekretaris : Grace C. Pane (19000085)
anggota :
1. Bintang Febriyanti (19000016)
2. Yessa Y. Simatupang (19000028)
3. Rizky J. P. Simamora (19000029)
4. Margaretha N.C. Sitanggang (19000036)
5. Febby T. Simangunsong (19000046)
6. Flowrence O. Theodora
7. Ogi Y.C. Purba (19000072)
8. Frans A. Telambanua (19000094)
9. Maissy W.K. Panjaitan (19000101)
Pemicu 3 : Gagal Napas
2. Pemicu
Seorang pria 50 tahun dibawa keluarga dan perawat ke unit gawat darurat dengan keluhan
sesak nafas dengan posisi semifoler. Os merupakan rujukan dari RS tipe C. Pada pemeriksaan fisik
didapati kesadaran lemah, nafas sesak dengan menggunakan otot-otot tambahan, nafas cuping
hidung (+), RR 36 kali/l, ronkhi basah bilateral, penurunan taktil vocal fremitus, dan penurunan
suara napas, nadi 111x/l, tekanan darah 140/89 mmHg, sianosis (+) ujung-ujung jari dan bibir, akral
dingin, SpO2 80% dengan oksigen simple mask 6l/i.
More Info 1 :
Riwayat transfuse WB (+) di RS sebelumnya, dengan anemis kronis, RPT : Pneumonia ronkhi basah
bilateral, penurunan taktil vocal fremitus, dan penurunan suara napas. Hasil pemeriksaan
laboratorium AGDA : PH 7,25, PaO2 60, Paco2 70, BE -15. AaDo2 > 350
More info 2 :
Pasien selanjutnya dirawat ke ICU, dan dilakukan pemeriksaan penunjang foto thoraks : tampak
infiltrate difus bilateral, PaO2/FiO2 < 100 mmHg. Pada pemeriksaan laboratorium inflammatory
marker didapati IL-1, IL-6, IL-8 meningkat.
4. 1. laki-laki 50 tahun keluhan sesak napas dan posisi semifoler
2. Kesadaran lemah dan nafas sesak menggunakan otot-otot tambahan
(+), nafas cuping hidung (+), RR meningkat, ronkhi basah bilateral, dan
penurunan taktil vital fremitus
3. Penurunan suara napas, nadi 111x/l, tekanan darah 140/89 mmHg, sianosis
(+) ujung-ujung jari dan bibir, akral dingin, serta SpO2 80% dengan
oksigen simple mask 6l/i.
Problem Definition
5. Brainstorming
1. Sianosis terjadi akibat kurangnya pasukan Oksigen ke perifer.
2. Sianosis juga terjadi karena aliran darah berkurang sehingga saturasi
vena menurun.
3. Sesak napas artinya terdapat kerusakan epitel dan sel endotel paru yang
ditandai dengan inflamasi, apoptosis, nekrosis, dan meningkatnya
permeabilitas aveolar.
4. Cuping hidung merupakan tanda dari sesak napas dimana ketika hal ini
terjadi maka hidung akan melakukan nafas cuping hidung untuk
memaksimalkan jumlah udara yang masuk ke paru.
5. Penurunan taktil fremitus disebabkan karena adanya cairan pada jaringan
paru di interstitial.
6. Kesadaran menurun akibat dari pasokan O2 ke otak berkurang.
7. SpO2 menurun bisa terjadi karena ada hipoksemia yaitu penyempitan
jalan napas.
8. Suara ronkhi basah bilateral dan terdapat penurunan napas artinya
memiliki gangguan obstruksi.
6. Brainstorming
9. Akral dingin akibat Oksigen yang berkurang sehingga terjadi pemompaan
darah ke seluruh tubuh yang tidak maksimal.
10. Pneumonia terjadi karena terdapat infeksi yang dapat menimbulkan
peradangan pada kantng udara disalah satu atau kedua paru yang berisi
cairan.
11. Pasien terdapat riwayat anemia kronis merupakan indikasi transfuse WB(+)
dimana HB<8.
12. Peranan dari transfuse adalah penyebab dari ARDS.
13. Tampak infiltrate difus bilateral menandakan bahwa pneumonia dari
pasien kambuh.
14. Pada pemeriksaan laboratorium inflammatory marker didapati IL-1, IL-6, IL-
8 meningkat menandakan adanya inflamasi
9. 1. Definisi dan tanda gejala dari gagal napas
2. Penatalaksanaan awal gagal napas
3. DD gagal napas
4. Klasifikasi gagal napas menurut
Pontoppidan, Shafiro, dan Petti
5. Patofisiologi dan Etiologi dari ARDS
6. Kriteria intubasi dan kriteria masuk ICU
7. Definisi beserta tatalaksana dari
hipoksemia, dan hiperkapnia
8. Penegakan diagnose ARDS
9. Klasifikasi ARDS menurut Berlin dan AECC
Learning Issue
10. 1. Definisi dan tanda gejala dari gagal
napas
Keadaan yang disebabkan oleh
pertukaran gas antara paru dan darah
yang tidak adekuat sehingga tidak
dapat mempertahankan pH,PO2, dan
PCO2 darah arteri dalam batas normal
dan menyebabkan hipoksia tanpa
disertai hiperkapnia
ketidakmampuan alat pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi didalam
darah dengan atau tanpa penumpukan
CO2.
Gagal napas merupakan kegagalan sistem
respirasi dalam pertukaran gas O2 dan CO2.
gagal napas didefinisikan sebagai PaO2 < 60
mmHg atau PaCO2 > 50 mmHg.
11. Gejala dan tanda gagal napas
Sesak
hiperkapnia
penurunan kesadaran
Sakit kepala
pada sistem saraf pusat
(confusion, gelisah, kejang)
sistem kardiovaskular (aritmia, hipotensi, atau hipertensi)
sistem respirasi (disapnue, takipnue) hipotensi
hipoksemia
14. 3. DD gagal napas
Nama
Penyakit
Definisi Etiologi Faktor Risiko Tanda & Gejala
Acute
respiratory
Distress
Syndrome
Acute respiratory
Distress Syndrome
adalah suatu keadaan
gagal napas yang di
tandai dengan
hipoksemia berat.
-Sepsis
-Menghirup
zat berbahaya
-Trauma Paru
-Merokok
-Alkoholisme
-Kelainan Genetik
-Obesitas
-Pneumonia
-Transfusi
-Sesak napas
-Demam
-Takikardi, takipneu
-Nyeri dada
-Tekanan darah rendah
(hipotensi)
-kuku dan biru kebiruan
(sianosis)
- Hipoksemia
Pneumonia Pneumonia merupakan
peradangan akut
parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis
yang mencakup
bronkiolus respiratorius.
-Bakteri
-Virus
-Jamur
-Parasit
- Merokok
- Alkoholisme
-Riwayat penyakit paru
-disfagia
-HIV
-diabetes mellitus
-kanker
-penyakit liver kronis
- demam, menggigil
- batuk dengan dahak mukoid
atau purulent kadang disertai
darah
-sesak napas
-nyeri dada
1. Foto toraks
PA/lateral
2. Leukosit 10.000-
15.000 mm3
3. PCO2 menurun
1. Penurunan PaO2
2. PaCo2
normal/meningkat
3. Peningkatan PH
4. PaO2/FiO2 = 150
atau kurang
5. Foto toraks infiltrate
difus bilateral
Pemeriksaan
penunjang
15. Nama Penyakit Definisi Etiologi Faktor Risiko Tanda & Gejala
PPOK
Penyakit Paru
Obstruktif Kronis
(PPOK) adalah
penyakit yang
ditandai dengan
adanya gejala
pernafasan
berkepanjangan dan
hambatan aliran
udara
Kronik akibat kelainan
di alveolus atau
saluran napas pada
umumnya yang
disebabkan karena
paparan partikel atau
gas berbahaya
Pajanan asap rokok,
polusi udara, dan
pekerjaan dgn
paparan bahan kimia
Lingkungan: asap
rokok dan polusi
udara
Usia dan jenis
kelamin
Tumbuh kembang:
gangguan tumbuh
kembang paru yang
dipengaruhi oleh
berat badan lahir
dan riwayat infeksi
saluran napas pada
anak
Sesak napas
Batuk produktif yang
berlangsung kronis
Mengi
Takipnea dan
gangguan pernapasan
dengan aktivitas
sederhana
Penggunaan otot-otot
pernafasan
Peningkatan nadi
venajugularis (JVP)
Terdapat Inspeksi:
Pursed-lips breathing
dan barel chest
Asma
Asma merupakan
inflamasi kronis
saluran napas yang
berhubungan dengan
hiperaktivasitas
Genetik Faktor pejamu:
• Gen
• Poliposis Nasal
• Obesitas
Faktor Lingkungan:
• Alergen lingkungan
• Batuk episodik
• Sesak nafas
• Terasa berat didada
• Memburuk dimalam
hari
• Diawali oleh faktor
pencetus
• Bersifat individu
Pemeriksaan
penunjang
-Foto PA dan lateral
-Spirometri
-EKG
-AGDA : untuk
melihat adanya
hipoksemia
-Biopsi
-pemeriksaan
sputum
-pemeriksaan darah
-pemeriksaan tes
kulit
-spirometri
16. 4. Klasifikasi gagal nafas Shapiro (Rule
of Fifty)
Kriteria gagal nafas akut menurut Shapiro bila:
- Tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) < 50 mmHg dan
- Tekanan parsial CO2 arteri (PaCO2) > 50 mmHg.
Kriteri Gagal Nafas menurut Petty
Kriteria gagal nafas menurut Petty adalah:
- Acute Respiratory failure: PaO2 < 50, tanpa atau disertai kenaikan PaCO2
- Acute Ventilatory Failure: PaCO2 > 50 mmHg
22. 6.Kriteria intubasi dan kriteria masuk ICU
KRITERIA INTUBASI
Pasien yang memerlukan intubasi memiliki setidaknya satu dari
lima indikasi berikut:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan patensi jalan napas
Ketidakmampuan untuk melindungi jalan napas terhadap
aspirasi
Kegagalan ventilasi
Kegagalan oksigenasi
Antisipasi perjalanan yang memburuk yang pada akhirnya akan
menyebabkan gagal napas.
23. Pasien – pasien yang masuk dalam ruang ICU didasarkan atas skala prioritas 1,2 atau 3
a.Pasien prioritas 1
Pasien yang termasuk dalam prioritas ini adalah pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan / bantuan ventilasi, alat penunjang fungsi organ / system
yang lain, infus obat - obat vasoaktif / inotropic, obat anti aritmia, serta pengobatan lain – lainnya
secara kontinyu dan tertitrasi. Pasien yang termasuk prioritas 1 adalah pasien pasca bedah
kardiotorasik, sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam jiwa.
b. Pasien prioritas 2
Kriteria pasien ini memerlukan pelayanan canggih di ICU, sebab sangat beresiko bila tidak
mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial
catheter. Pasien yang tergolong dalam prioritas 2 adalah pasien yang menderita penyakit dasar
jantung – paru, gagal ginjal akut dan berat, dan pasien yang telah mengalami pembedahan mayor.
c. Pasien prioritas 3 Pasien yang termasuk kriteria ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya,
secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada
kriteria ini sangat kecil, sebagai contoh adalah pasien dengan keganasan metastatic disertai penyulit
infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, dan pasien penyakit jantung dan penyakit
paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.
24. 7. Definisi beserta tatalaksana dari
hipoksemia, dan hiperkapnia
Hipoksemia (atau Hypoxaemia) secara umum didefinisikan sebagai penurunan tekanan parsial oksigen
dalam darah, kadang-kadang kurang dari yang diperlukan , tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan
mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada hemoglobin
Hiperkapnia adalah berlebihnya karbon dioksida dalam jaringan.Mekanisme penting yang
mendasari terjadinya hiperkapnia adalah ventilasialveolar yang inadekuat untuk jumlah CO2 yang
diproduksi atau dengan katalain timbulnya retensi CO di dalam jaringan.
25. Atasi Hipoksemia Terapi Oksigen
Pemberian oksigen harus dipertimbangkan apakah pasien benar-benar
membutuhkan oksigen. Indikasi untuk pemberian oksigen harus jelas. Oksigen
yang diberikan harus diatur dalam jumlah yang tepat, dan harus dievaluasi agar
mendapat manfaat terapi .
Atasi Hiperkapnia:
Perbaiki Ventilator
Pada semua pasien gangguan pernapasan harus dipikirkan dan diperiksa
adanya obstruksi jalan napas atas. Pertimbangan untuk insersi jalan napas
buatan seperti endotracheal tube (ETT) berdasarkan manfaat dan resiko jalan
napas buatan dibandingkan jalan napas alami.
Ventilasi: Bantuan
Ventilasi dan ventilasi
Mekanik
Jalan napas (Airway)
Pada keadaan darurat bantuan nafas dapat dilakukan secara mulut ke mulut a,
biasanya digunakan sungkup muka berkantung (face mask atau ambu bag)
dengan memompa kantungnya untuk memasukkan udara ke dalam paru.
Fisioterapi dada. Ditujukan untuk membersihkan jalan nafas dari sekret,
sputum. Tindakan ini selain untuk mengatasi gagal nafas juga untuk tindakan
pencegahan. Pasien diajarkan bernafas dengan baik, bila perlu dengan
bantuan tekanan pada perut dengan menggunakan telapak tangan pada saat
inspirasi. Dan Pasien melakukan batuk yang efektif.
Terapi suportif lainnya
26. 8. Penegakan diagnose ARDS
Anamnesis
Anamnesis pada pasien ARDS umumnya dilakukan untuk mencari faktor penyebab. Keluhan utama pada pasien
ARDS adalah dispnea dan hipoksemia akut. Onset umumnya dalam 12-48 jam atau beberapa hari setelah faktor
penyebab terjadi. Beberapa faktor penyebab yang harus ditanyakan adalah trauma, sepsis, overdosis obat, transfusi,
dan tersedak.
• Dispnea umumnya ditemukan pada saat ekspirasi pada fase awal dan dapat mengalami perburukan menjadi:
• Dispnea saat istirahat
• Takipnea
• Agitasi
• Ansietas
• Gasping
• Diaforesis
• Kegagalan multiorgan juga dapat terjadi pada fase awal. Pasien yang dapat melewati fase awal dengan baik pada
umumnya akan mengalami perbaikan oksigenasi dan ventilasi. Pada fase lanjut, pasien yang masih mengalami
hipoksemia persisten dan bergantung dengan ventilator pada umumnya akan mengalami gagal napas. Hal ini
umumnya terjadi setelah 10 hari. Fungsi paru juga semakin memburuk, ditandai dengan penurunan komplians
paru, peningkatan dead space, dan hipertensi pulmonal.
27. • Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada pasien-pasien ARDS adalah:
• Tanda vital dan saturasi oksigen
• Kepala: dapat ditemukan napas cuping hidung
• Leher: peningkatan JVP dapat menandakan kelainan jantung
• Toraks: retraksi, penggunaan otot bantu napas
• Kardio: bila terdapat S3 atau S4 gallop dan murmur,
• Pulmonal: pada ARDS dapat ditemukan ronkhi basah bilateral, penurunan taktil
vokal fremitus, dan penurunan suara napas
• Abdomen: hepatomegali ditemukan bila terdapat edema paru kardiogenik
• Ekstremitas: akral dingin, sianosis, edema dapat ditemukan pada kelainan
jantung
• Pemeriksaan fisik umumnya dilakukan untuk membedakan edema paru karena
jantung ataupun paru. Penyebab jantung harus disingkirkan sebelum
menegakkan diagnosis ARDS.
28.
29.
30. • AGDA : Untuk mendiagnosa adanya gagal napas dengan
melihat kriteria
• PaO2 arteri < 60 mmHG
• PaO2 arteri > 45 mmHg, kecuali peningkatan yang terjadi
kompensasi alkalosis metabolic
• Kriteria Gagal Napas Menurut Shapiro (RULE OF FIFTH),
kriteria gagal napas akut menurut shapiro bila :
• Tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) < 50 mmHg
• Tekanan parsial CO2 arteri (PaCO2) > 50 mmHg
31. 9. Klasifikasi ARDS menurut Berlin dan
AECC
Menurut American-European Consensus Conference (AECC)
Definisi ARDS menurut AECC adalah:
1. Gagal napas dengan onset yang bersifat akut
2. Rasio PaO2/FIO2 ≤ 200 mmHg
3. Infiltrat bilateral pada foto toraks, tanpa adanya bukti edema paru kardiogenik.
4. Pulmonary arterial wedge pressure (PAWP) ≤ 18 mmHg atau tidak ada tanda-tanda
peningkatan tekanan pada atrium kiri..
32.
33. Menurut Berlin 2012
Pada kriteria Berlin, PAWP tidak digunakan lagi dalam kriteria diagnosis,
demikian juga dengan terminologi ALI dan digantikan dengan pembagian
subgroup ARDS berdasarkan tingkat keparahan hipoksemia.