2. IDENTITAS PASIEN
NAMA LENGKAP :
TEMPAT/TANGGAL LAHIR :
ALAMAT :
PEKERJAAN :
STATUS PERKAWINAN :
SUKU BANGSA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
AGAMA :
NO. RM :
3. ANAMNESIS
• Keluhan utama: Tangan dan kaki kiri lemas sejak 2 hari SMRS
• Riwayat penyakit sekarang:
• Pasien datang ke IGD dengan keluhan tangan dan kaki kiri terasa lemas sejak 2 hari SMRS. Keluhan muncul mendadak,
dan dirasakan terus menerus. Keluhan dirasakan pasien setelah bangun pagi. Lemas yang dirasakan semakin lama
semakin memberat. Menurut pasien, tidak ada hal yang memperburuk dan tidak ada hal yang memperingan keluhan
pasien. Keluhan lain seperti bicara pelo, pusing, riwayat trauma, gangguan pengelihatan, gangguan pendengaran, riwayat
nyeri dada, mual dan muntah disangkal. Pasien masih dapat makan dan minum tanpa tersedak. BAB dan BAK dalam
batas normal. Riwayat kebiasaan merokok dan meminum alkohol disangkal.
4. RIWAYAT PENYAKIT
TERDAHULU
o Pasien memiliki riwayat hipertensi
o Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2
o Riwayat stroke
o Riwayat confirmed covid 19
KELUARGA
o Keluhan yang serupa dengan pasien di keluarga
disangkal
o Riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
stroke, jantung, pada keluarga disangkal
5. PEMERIKSAAN FISIK
• Tanggal :
• Pemeriksaan umum :
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang, E4V5M6
GCS 15 (compos mentis)
• Tanda vital :
– Tekanan darah : 157/87 mmHg
– Nadi : 80 x/menit, isi cukup, reguler
– RR : 20x/menit
– Suhu tubuh : 36,5 °C
6. PEMERIKSAAN SISTEM
• Kepala: Bentuk dan ukuran normal, massa (-), kulit kepala normal, rambut hitam
terdistribusi merata
– Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor bulat, reflex
cahaya langsung (+/+) dan tidak langsung (+/+)
– Telinga : Bentuk telinga normal, liang telinga lapang, tidak tampak kelainan
– Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi, lapang/lapang, hiperemis mukosa (-/-),
sekret (-/-) tidak tampak kelainan
– Mulut : Bukosa bibir normal, lidah tidak kotor, karies (-), tonsil T1– T1
• Leher : Deviasi trakea (-), pembersaran KGB (-)
7. PEMERIKSAAN SISTEM
PARU
• I: bentuk dada normal, simetris saat
inspirasi dan ekspirasi, tidak tampak
retraksi dinding dada
• P: stem fremitus kanan kiri depan
belakang sama kuat
• P: sonor pada kedua lapang paru
• A:suara napas vesikuler, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
JANTUNG
• I: pulsasi ictus cordis tidak tampak
• P: ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis
sinistra
• P: redup
• Batas jantung kanan di ICS V para sternal line dextra
• Batas jantung atas ICS III PSL sinistra
• Batas jantung kiri ICS V linea midclavicularis
• A: bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)
8. PEMERIKSAAN SISTEM
• Abdomen:
– Inspeksi : datar, tidak tampak benjolan,
striae (-)
– Auskultasi : bising usus (+) normal
– Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
membesar, nyeri tekan (-), defans
muskular (-), nyeri lepas (-)
– Perkusi : timpani pada keempat
kuadran, shifting dullness (-)
• Anus dan genitalia: tidak diperiksa
• Ekstremitas dan tulang belakang:
– Akral hangat, tidak tampak edema di 4
kuadran ekstremitas dan tubuh bagian lain,
CRT < 2 detik
– Tulang belakang dalam batas normal
• Kulit: hangat, tidak tampak kelainan
• Kelenjar getah bening: tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening
12. RESUME
• Telah diperiksa pasien laki-laki berusia 66 tahun dengan keluhan tangan dan kaki
kiri terasa lemas sejak 2 hari SMRS. Keluhan muncul mendadak, dan dirasakan
terus menerus. Keluhan dirasakan pasien setelah bangun pagi. Lemas yang
dirasakan semakin lama semakin memberat. Menurut pasien, tidak ada hal yang
memperburuk dan tidak ada hal yang memperingan keluhan pasien. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan kekuatan motorik manus dan pedis sinistra 4. Pada
pemeriksaan penunjang darah lengkap ditemukan penurunan eritrosit,
hemoglobin, hematokrit. Terdapat peningkatan ureum, kreatinin, kalium, dan
HbA1C, Ct-scan kepala ditemukan adanya infark periventrikel dextra
13. DIAGNOSIS
• Diagnosis kerja : stroke non hemoragik
o Diagnosis klinis : hemiplegia sinistra
o Diagnosis topis : cerebral hemisphere dextra
o Diagnosis etiologis : infark pada cerebral hemisphere dextra
• Diagnosis banding: stroke hemoragik
14. PROGNOSIS
• Ad vitam : bonam
• Ad sanationam: dubia ad malam
• Ad fungsionam: dubia ad malam
16. ANATOMI OTAK
• Diencephalon epithalamus, dorsal
thalamus dan hipothalamus (central
core)
• Midbrain / mesensefalon pusat
refleks yg membatu:
• Koordinasi pergerakan mata dan
kepala
• Pengaturan mekanisme fokus pada
mata,
• Respon pupil terhadap stimulus
cahaya
• Cerebellum keseimbangan
17. CIRCLE OF WILLIS
Asal: arteri carotis internal
Distribusi: hemisfer serebral
kecuali lobus oksipital
Asal: arteri cerebri anterior
Distribusi: lingkaran arteri
serebral (circle of willis)
Asal: Sambungan dari distal arteri
carotis internal distal menuju arteri
cerebri anterior
Distribusi: Permukaan paling lateral
dari hemisfer serebral
Asal: Cabang terminal arteri basilar
Distribusi: Aspek inferior dari
hemisphere cerebral dan lobus
occipital
Asal: arteri cerebri posterior
Distribusi: Traktus opticus,
pedunculus central, capsule internal
dan thalamus
Asal: dibentuk dari union arteri
vertebral
Distribusi: batang otak,
cerebellum, cerebrum
Asal: arteri subclavian
Distribusi: meningen kranial
dan cerebellum
Asal: Arteri carotis communis di
bagian superior dari kartilago tiroid
Distribusi: Sebagai cabang dari sinus
cavernous, kelenjar pituitary , ganglion
trigeminal sebagai aliran darah primer
ke otak
18.
19. DEFINISI
• Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak akut baik fokal
maupun global yang mendadak
• Disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah pada parenkim otak,
retina atau medulla spinalis yang dapat disebabkan oleh penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah arteri maupun vena yang berlangsung >24 jam.
20. EPIDEMIOLOGI
• Setiap tahunnya 15jt org menderita stroke
• 5 jt meninggal
• 5 jt lainnya disabilitas permanen
• US >140.000 orang meninggal setiap tahunnya karena stroke
• RISKESDAS 2018
• Indonesia 713.783 penduduk
• DKI jakarta 28.985 penduduk
23. ETIOLOGI
• Stroke emboli mendadak dan hampir
langsung mengalami puncak defisit.
• Stroke thrombotic cenderung berkembang
agak lebih lambat selama beberapa menit atau
beberapa jam dan kadang-kadang berhari-hari.
24. PATOFISIOLOGI
• Proses terjadinya stroke iskemik :
• Diawali oleh adanya sumbatan/ oklusi pembuluh darah
thrombus atau emboli mengakibatkan sel otak
mengalami gangguan metabolisme (krn tdk mendapat
suplai darah,O2 & energi )
• Trombus terbentuk oleh adanya proses aterosklerosis pada
arkus aorta ,arteri karotis /p.Darah serebral.
• Proses ini diawali o/ cedera endotel & inflammasi
terbentuk plak pd dinding P.D plak makin tebal dan
sklerotik
• Trombosit melekat pada plak melepaskan faktor yang
menginisiasi kaskade koagulasi & p’tukan trombus dpt
lepas & mnjdi embolus iskemia jaringan otak infark
25. • Disekeliling area sel otak yg mengalami infarkggn perfusi
bersifat smentara (daerah penumbra)
• Daerah ini akan bs diselamatkan jika dilakukan perbaikan aliran
darah kmbali (reperfusi segera)mencegah kerusakan sel yg
lebih luas
PATOFISIOLOGI
26. TANDA DAN GEJALA
o Kumpulan gejala akibat gangguan fungsi otak akut baik fokal maupun global yang
mendadak defisit neurologis fokal maupun global, yaitu :
o Kelumpuhan sesisi/ kedua sisi, kelumpuhan satu ekstremitas, kelumpuhan otot
penggerak bola mata, kelumpuhan otot untuk proses menelan, bicara dan
sebagainya
o Gangguan fungsi keseimbangan
o Gangguan fungsi penghidu
o Gangguan fungsi penglihatan
o Gangguan fungsi pendengaran
o Gangguan fungsi somatic sensoris
o Gangguan fungsi kognitif seperti : gangguan atensi, memori, bicara verbal,
gangguan mengerti pembicaraan, gangguan pengenalan ruang, dan sebagainya
o Gangguan global berupa gangguan kesadaran
27. SINDROME STROKE
• Stroke pembuluh darah besar di sirkulasi anterior
• Arteri cerebral media
• Arteri cerebral anterior
• Arteri choroidal anterior
• Arteri carotid interna
• Stroke pembuluh darah besar pada sirkulasi posterior
• Arteri cerebral posterior
• Arteri basiler
28. SIRKULASI ANTERIOR
• Arteri Cerebral Media
• Sumbatan total:
• Hemiplegia kontralateral (wajah, lengan, dan kaki sebagai hasil dari infark bagian
posterior dari capsular interna),
• Hemianestesia,
• Defisit lapang pandang homonymous (karena infark pada corpus geniculatum laterale)
• Adanya deviasi kepala dan leher pada sisi lesi.
• Disartria sering ditemukan karena adanya kelemahan pada wajah
29. ARTERI CEREBRAL MEDIA
• Divisi superior suplai area rolandik dan prerolandik
• Infark inkomplit defisit sensorimotor pada wajah kontralateral dan lengan dan
deviasi ipsilateral kepala dan mata
• Oklusi pada cabang frontal ascending defisit motorik wajah dan lengan, tetapi tungkai
tidak terlibat.
• Lesi pada sisi kiri menyebabkan berbicara tidak lancar (disfluent), berbicara tidak
teratur (agrammatic), dan afasia broca
• Oklusi cabang rolandic kiri sensorimotor paresis dengan disartria berat.
• Oklusi cabang kortikal-subkortikal brachial monoplegia.
• Oklusi dari ascending parietal dan cabang posterior lainnya dari divisi superior afasia
konduksi (tidak dapat mengulangi kata/frasa) dan ideomotor apraxia (tidak bisa imitasi
gestur tangan, melakukan penggunaan alat pantomim seperti pura-pura menggunakan palu)
30. ARTERI CEREBRAL MEDIA
• Divisi inferior
• Superior quadrantanopia atau homonymous hemianopia, gangguan fungsi
sensori kortikal (contoh: graphesthesia dan stereognosis) pada sisi
kontralateral tubuh
• Dominan hemisphere terlibat, afasia wernicke (reseptif)
31. ARTERI CEREBRAL ANTERIOR
• Oklusi dari segmen A1 dapat di toleransi karena aliran darah yang
adekuat disediakan oleh arteri serebral anterior dari sisi yang
berlawanan
• Oklusi dari segmen A2
• Menyebabkan defisit sensorimotor pada kaki dan tungkai bawah
yang berlawanan
• Inkontinensia urin
• Oklusi sisi kiri
• Symphatetic apraxia” pada lengan kiri dan tungkai atau gerakan
involuner yang tidak bertujuan pada lengan kiri (alien arm or hand).
• Gangguan berbahasa (transcortical motor aphasia), dan
• gangguan perilaku (abulia / muteness)
32. ARTERI CHOROIDAL ANTERIOR
• Arteri choroidal anterior homonymous quadrantopia pada bagian lapang
pandang atas dan bawah, tetapi bagian ekuator masih normal (disebut juga
sebagai quadruple quadrantanopia”)
• Posterior (lateral) choroidal artery defek pada bagian ekuator lapang pandang
33. ARTERI KAROTIS INTERNA
• Tanda dari oklusi karotid:
(1)Transient monocular blindness / pengelihatan meredup saat olahraga atau setelah
terpapar cahaya terang.
(2)Retinal atrofi dan pigmentasi.
(3)Atrofi iris.
(4)Peripapillaru arteriovenous anastomoses pada retina.
(5)Claudicatio otot rahang.
34. POSTERIOR CEREBRAL ARTERY
• Terbagi menjadi 3 grup, yaitu
(1) Proximal yang melibatkan interpeduncular, thalamic
perforant, dan thalamogeniculate branches.
(2) Cortical, yang melibatkan inferior temporal dan
medial occipital
(3) Bilateral
35. POSTERIOR CEREBRAL ARTERY
• Proximal
- Kehilangan sensori kutaneus dan sensori dalam (deep sensory) dengan derajat yang berat.
Biasanya terjadi pada sisi kontralateral termasuk wajah, badan, dan terkadang disertai dengan
transitory hemiparesis.
- Homonymous hemianopia
- Dissociated sensory loss: nyeri dan sensasi thermal lebih dipengaruhi dibanding dengan
sentuhan, vibrasi, dan posisi. Atau sebagian tubuh dapat anesthesi
36. POSTERIOR CEREBRAL ARTERY
• Cortical
• Homonymous hemianopia karena keterlibatan dari area reseptif visual primer
(calcarine/striae cortex)
• Oklusi occipital pada hemisfer dominan:
• Alexia tanpa agraphia,
• Anomia (amnesic aphasia), variasi visual agnosias, dan terkadang didapatkan
adanya gangguan memori dengan derajat yang bervariasi
37. POSTERIOR CEREBRAL ARTERY
• Bilateral
• Bilateral homonymous hemianopia, yang terkadang disertai halusinasi visual
yang tidak berbentuk
• Lesi bilateral yang terbatas pada occipital poles hilang sentral pengelihatan
(homonymous paracentral scotoma).
• Hanya occipital poles yang selamat, pasien hanya mampu melihat pengelihatan
sentral (bilateral central atau macular sparing
38. BASILLAR ARTERY
• Infark komplit dari pontin dan lower midbrain
• Keadaan “locked in” dengan kesadaran yang terjaga dengan quadriplegia
• Oklusi dari cabang arteri basilar biasanya menyebabkan gejala unilateral dan
tanda yang melibatkan motor, sensori, dan nervus cranial
39. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Elektrokardiogram digunakan untuk mendeteksi adakah
infark miokard.
• Ct scan atau mri untuk membedakan perdarahan dan
infark dan untuk mengeksklusikan lesi lainnya
40. TATALAKSANA
• TALAK UMUM
• Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan pemantauan status neurologis, nadi, tekanan darah ,
suhu tubuh, dan saturasi oksigen secara kontinu dalam 72 jam pertama, pemberian O2 jika saturasi <
95%
• Stabilisasi hemodinamik : pemberian cairan kristaloid atau koloid intravena dan hindari pemberian
cairan hipotonik seperti glukosa, optimalisasi tekanan darah
• Pengendalian peningkatan tekanan intracranial
• Manitol 0,25-0,50 gr/kgbb, selama > 20 menit, diulangi tiap 4-6 jam dengan target osmilaritas <
310 mosm/L
• Penatalaksanaan medis umum lain
• Hiperglikmia ( kadar glukosa darah > 180 mg/dl) pada stroke akut harus diatasi dengan titrasi
insulin
• Hipoglikemia berat ( < 50 mg/dl ) harus diatasi dengan dekstrosa 40% IV atau infus glukosa 10-
41. TATALAKSANA
• Trombolisis intravena recombinan tissue plasminogen activator (r TPA )
seperti alteplase
• Alteplase 0,6-0,9 mg/kg bb(dosis tidak lebih dari 90mg).
• Antikoagulan sebagai pencegahan sekunder
• Warfarin merupakan pengobatan lini pertama untuk pencegahan sekunder
stroke iskemik pada kebanyakan kasus stroke kardioemboli
• Dapat meningkatkan risiko perdarahan (monitor INR paling sedikit 1 bulan
sekali)
• Dosis 2mg per hari dengan target INR 2.0-3.0
42. TATALAKSANA
• Pemberian antiagregasi trombosist
• Pemberian aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 12 jam setelah onset
stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut
• Pemberian klopidogrel dikombinasi dengan aspirin selama 21 hari sampai 3
bulan yang dilanjutkan dengan klopidogrel saja (superior untuk mnecegah
stroke pada pasien TIA dan stroke iskemik ringan).
• Neuroprotektor: meskipun berbagai hasil penelitian menunjukkan hasil yang
berbeda, penggunaan agen neuroprotektor dan neurorecovery seperti sitikolin,
piracetam, pentoksifilin, dan neuropeptida dapat dipertimbangkan
Editor's Notes
Diencephalon terdiri dari epithalamus, dorsal thalamus dan hipothalamus. Ketiga bagian tersebut membentuk central core pada otak. Midbrain atau mesensefalon merupakan pusat refleks yang membantu koordinasi pergerakan mata dan kepala, membantu pengaturan mekanisme fokus pada mata, mengatur respon pupil terhadap stimulus cahaya. Cerebelum berperan dalam fungsi keseimbangan
Walaupun berat otak hanya mencapai 2.5% dari berat tubuh, otak menerima seperenam dari cardiac output dan seperlima dari dari oksigen yang dikonsumsi tubuh saat istirahat. Aliran darah otak berasal dari arteri karotis interna dan arteri vertebra
Circulus arteriosus cerebri (Willis) merupakan lingkaran pembuluh darah yang berbentuk seperti petagon pada permukaan ventral otak. Terdiri dari anastomosis empat arteri (dua arteri vertebral dan dua arteri karotid internal )pada dasar otak. Lingkaran arteri tersebut dibentuk oleh arteri cerebri posterior, arteri communicans posterior, arteri carotis interna, arteri cerebri anterior dan arteri communicans anterior
Arteri carotid communis kanan berasal dari brachiocephalic sedangkan arteri carotid communis kiri berasal dari arcus aorta. Arteri carotid communis naik sampai di c3 terbagi menjadi cabang internal dan external.
Anterior cerebral artery:
This artery, through its cortical branches, supplies :
¾ anterior dari permukaan medial lobus frontal, termasuk medial-orbital surface, frontal pole
a strip of the lateral surface of the cerebral hemisphere along its superior border, and
the anterior four-fifths of the corpus callosum.
Parmar P. Stroke: classification and diagnosis. Pharmaceutical Journal. 2018 Januari.
Stroke iskemik didefinisikan sebagai episode dari disfungsi neurologis yang disebabkan oleh infark fokal dari serebral, spinal, atau retinal dengan gejala yang bertahan > 24 jam
stroke iskemik diklasifikasikan berdasarkan etiologi dan mekanisme yang menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah (Trial of Org 10172 in Acute Stroke Treatment / TOAST classification), yaitu
Trombosis dari pembuluh darah bersar (aterosklerosis): pembentukan plak atherosclerotic yang kaya akan lemak pada dinding dalam pembuluh darah dan dapat mempengaruhi arteri ekstrakranial dan intracranial
tempat yang paling sering terbentuk plak aterosklerotik adalah bifurcation dari arteri carotid communis, permulaan dari vertebral arteri dan pertengahan arteri serebral
ateroembolisme, trombus yang terbentuk pada dinding pembuluh darah ruptur dan menjadi gumpalan yang kecil. Gumpalan tersebut terbawa arus dan tersumbat di cabang arteri kecil sehingga menyebabkan stroke kecil yang multipel
Cardioembolisme
hasil dari gumpalan darah yang terbentuk di jantung, terlepas dan memasuki sirkulasi, kemudian tersumbat di arteri serebral. Gumpalan darah terrbentuk di jantung karena adanya stasis darah di intracardiak (contohnya pada atrial fibrilasi
Small vessel disease (lacunar stroke)
Merupakan penyakit oklusif yang melibatkan mikrosirkulasi di otak. Lokasi umum untuk small vessel disease ini adalah:
Deep area dari hemispheric white matter.
Bagian dari white matter yang dikenal sebagai kapsul internal yang terletak berdekatan dengan arteri cerebri media proximal.
Pons di batang otak tengah.
Thalamus
Other determined causes, meliputi stroke yang disebabkan karena diseksi arteri extracranial, non-atherosclerotic vasculopati, keadaan hiperkoagulable atau kelainan hematologik
Undetermined causes.
Sekitar 40% dari stroke iskemik termasuk dalam undetermined causes. Stroke dapat dikategorikan sebagai cryptogenic setelah dilakukan pemeriksaan standar dimana pemeriksaan klinis dan neuroimaging mengatakan deep cerebral infark yang superfisial atau besar, tetapi pada pemeriksaan imaging pembuluh darah rutin, tes kardiak atau hematologi tidak ditemukan penyebab stroke. Cryptogenic embolism disebut juga sebagai embolic stroke of unknown source
Hipertensi ( Tekanan darah sistolik > 140 mmhg atau tekanan darah diastolic 90 mmhgmeningkatkan risiko 1.5x, klo sistol >160/diastole >95 meningkatkan risiko 3-4x lipat) merupakan faktor risiko stroke tersering terjadinya trombosis infark cerebral dan perdarahan intrakranial.
Hipertensi mengakibatkan P.D pecah atau bs menyempit
apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak terganggu mengakibatkan sel-sel otak mengalami kematian.
Perubahan dimulai dari penebalan tunika intima dan peningkatan permeabilitas endotel oleh hipertensi lama. Pada hipertensi kronik akan terbentuk nekrosis fibrinoid yang menyebabkan kelemahan dan herniasi dinding arterior serta ruptur tunika intima
Fibrilasi atrial, pada AF, pompa jantung menjadi kurang efektif, hasilnya ada daerah di jantung yang aliran darah menjadi lambat / stagnan.. Hal ini menyebabkan pembentukan bekuan darah. Bisa terbawa ke otak dan menyebabkan stroke iskemik
Sebanyak 10-30% penyandang DM dapat mengalami stroke. Peranan hiperglikemia dalam proses aterosklerosis yaitu gangguan metabolisme. Penyandang DM sering disertai dengan hiperlipidemia yang merupakan faktor risiko terjadinya proses aterosklerosis.
Komplikasi DM mikrovaskular: retinopati, neuropati (perifer: peningkatan nyeri/penurunan nyeri, painless injury, penurunan reflex; autonomic: resting takikardia, frekuensi urine, erectile disfungsi), nefromati (glomerulonefrotis, pyelonefrotis)
Makrovaskular coronary heart(chest pain, Congestif heart failure, dyspnea), cerebrovascular(hemorrhage, infark serebral, memory problem), peripheral vascular(aterosklerosis, gangrene, ulserasi)
Obesitas atau berat badan berlebih, masih menjadi perdebatan apakah suatu faktor resiko stroke atau bukan. Obesitas, terutama abdominal merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung sehingga obesitas mungkin menjadi faktor resiko sekunder bagi terjadinya stroke
Kandungan dalam rokok seperti nikotin, dapat menyebabkan gangguan pada proses trombotik melalui siklooksigenase yang menurunkan prostasiklik dan tromboksan yang dapat menyebabkan peningkatan aggregasi trombosit dan terjadinya trombus. Merokok juga dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen; peningkatan ini akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan viskositas darah sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis
Vascular Factor:
Fenomena cerebrovascular autoregulasi:
Kemampuan otak untuk meningkatkan atau menurunkan blood flow antara range mean arterial pressure (mean blood pressure + 50-150mmHg) untuk mempertahankan cerebral blood flow
Jika tekanan darah tinggi, mekanisme ini gagal klo gagal, CBF akan mengikuti tekanan sistemik secara passif sehingga bisa menurun drastic atau meningkat sampai P.D rusak
Keadaan yg membatasi autoregulasi = pada hipertensi ensefalopati ekstrim dan kegagalan sirkulasi.
Faktor metabolic dan fisiologik
Aliran darah serebral normal 50-55ml/100g/mnt
Infark terjadi pada aliran darah serebral dibawah 10-12ml/100g/mnt
Jadi aliran darah antara 12-23ml/100g/mnt lvl kritis hipoperfusi yg merusak fungsi dan menyebabkan kerusakan jaringan
Alirand arah 6-8ml/100g/mnt menyebabkan deplesi ATP, peningkatan extracellular kalium, peningkatan intraselular calcium dan asidosis selular menyebabkan tanda2 histologis nekrosis
Free fatty acid (muncul dalam bentuk phosfolipase) teraktivasi dan menghancurkan phospholipid dari membrane neuronal
Prostaglandin, leukotriene, dan radikal bebas terakumulasi dan protein intrasellular & enzim jd terdenaturasi sell menjadi membengkak edema otak (sitotoksik)
Peran excitatory neurotransmitter pada stroke (terutama glutamate dan aspartat) yg terbentuk dari glycolytic intermediates pada siklus krebs:
neurotransmitter ini dilepas oleh sel iskemik mengeksitasi neuron dan menyebabkan influx Natrium dan Calsium di intraselular.
bbrp percobaan terapi, sebagai contoh, ditujukan untuk membatasi infark dengan bloking reseptro glutamate, terutama N-Metil-D Aspartat channel (NMDA) bbrp channel Calsium yg terbuka saat iskemia dan lama2 dpt menyebabkan apoptosis
kadar gula tinggi pada serebral (dlm keadaan anaerob) dpt meningkatkan glikolisis saat episode iskemik, & laktat yg terkumpul menjadi neurotoksik.
Arteri cerebri media (MCA), suplai:
(1) Korteks dan white matter pada bagian lateral dan inferior lobus frontalis
(2) Korteks dan white matter dari lobus parietalis
(3) Bagian superior lobus temporal dan insula termasuk termasuk area reseptif bahasa Wernicke
Arteri cerebri media (MCA), suplai:
(1) Korteks dan white matter pada bagian lateral dan inferior lobus frontalis
(2) Korteks dan white matter dari lobus parietalis
(3) Bagian superior lobus temporal dan insula termasuk termasuk area reseptif bahasa Wernicke
Graphesthesia is the ability to recognize writing on the skin purely by the sensation of touch.
Stereognosis the ability to perceive the form of solid objects by touch.
Oklusi kedua segmen A1 paraplegia, inkontinensia, abulia, dan nonfluent aphasic symptoms, dan perubahan personalitas lobus frontalis
Oklusi A2 Oklusi dari segmen ini juga dapat menyebabkan inkontinensia urin, refleks genggam kontralateral, dan paratonic rigidity (gegenhalten) pada anggota gerak yang berlawanan
Transcortical motor aphasia = motoric (fluent) rusak, sensorik(komprehensi) dan mengulang (repeat) baik
Kombinasi dari gangguan motor unilateral yang ekstensif, gangguan sensorik dan gangguan visual pada seuatu individu dengan kognisi dan bahasa yang masih baik dapat membedakan sindrom stroke anterior choroidal arteri dari sindrom stroke lain yang melibatkan arteri serebral mayor lainnya. Lesi pada sisi kanan dapat menyebabkan left spatial neglect dan constructional apraxia. Lesi pada sisi kiri dapat menyebabkan sedikit gangguan pada berbicara dan berbahasa
Cabang segmen proximal dari PCA (P1 segmen):
Cabang interpeduncular mensuplai:
Red nuclei
Subtansia nigra (billaterally)
Bgn media dari cerebral peduncles
Nukleus oculomotor & troklear
Reticular substance dari upper brainstem
Decussation of the superior cerebral peduncles (is the crossing of fibers of the superior cerebellar peduncle across the midline, and is located at the level of the inferior colliculi.) persilangan dari superior cerebral peduncles
Medial longitudinal fasciculi
Cabang thalanoperforate (disebut jg paramedian thalamic arteri) (P2 segmen of artery)
Suplai inferior, medial, and anterior parts dari thalamus
Thalamogeniculate branches suplai: geniculate body (corpus genikulare) & bgn sentral dan posterior dari thalamus
Alexia: ga bs baca, agraphia: ga bs nulis
CT-Scan = mendemonstrasikan dan melokalisasi secara akurat dari perdarahan kecil, infark hemoragik, darah subaraknoid, sumbatan di aneurisma atau sekitar aneurisma, malformasi arteriovenous, dan menunjukkan regio infark dan daerah penumbra
MRI mendemonstrasikan aliran pengosongan pembuluh darah, hemosiderin dan iron pigmen, dan perubahan yang disebabkan dari nekrosis iskemin dan gliosis. MRI lbh menguntungkan dalam mendemonstrasikan small lacunar lesion yang berada di hemisfer dalam dan abnormalitas pada brainstem (daerah yang ketutupan sama tulang di CT)
Teknik Diffusion weighted magnetic resonance lebih berguna dalam mendeteksi infakrsi dalam bbrp mnt setelah infark (lbh cepat dari CT dan sequence mri lainnya)
Sasasran terapi adalah TIK kurang dari 20 mmHg dan tekanan perfusi otak > 70 mmhg
Guideline AMERICAN HEART ASSOCIATION/AMERICAN STROKE ASSOSCIATION 2018 menyatakan grade A recommendation untuk tidak menggunakan antikoagulan pada acute iskemik stroke, apapun derajat stenosisnya.
Rekomendasi ini berdasarkan meta analisis yg mengkonfirmasi kurangnya evidence mengenai urgent antikoagulasi. The recommendation is based on meta-analyses that confirmed the lack of evidence supporting urgent anticoagulation. Of note, the meta-analyses did
Meta-analisis yg membandingkan efikasi dari low molecular weight heparin dgn aspirin dalam mencegah kerusakan neurologi awal dan venous thromboembolisme dan hasil follow up setelah 6 bulan.
Penulisnya menyatakan bahwa memulai LMWH dalam 48 jam stroke sampai 10 hari dapat menurunkan risiko venous thromboembolisme dan early neurologic deterioration
the benefit is greater in the elderly and patients with basilar artery stenosis and posterior circulation.
However, the AHA/ASA 2018 guidelines still do not give a well-established recommendation for urgent anticoagulation in stroke patients with severe stenosis of an internal carotid artery
Although the use of anticoagulation is controversial in AIS, the use of oral anticoagulation (OAC) is currently strongly recommended as first-line therapy for the prevention of primary and secondary strokes in patients with atrial fibrillation
Karakteristik inklusi dan eksklusi pasien dengan stroke iskemik yang dapat diterapi dengan rTPA dalam 3 jam setelah onset gejala.
Kriteria Inklusi:
Diagnosis stroke iskemik menyebabkan defisit neurologis yang berat
Onset gejala <3jam sebelum dimulainya terapi.
Umur > 18tahun
Kriteria Eksklusi:
Trauma kepala signifikan atau stroke sebelumnya dalam 3 bulan terakhir.
Gejala mengarah kepada perdarahan subarachnoid
Puncture arterial pada daerah noncompressible dalam 7 hari terakhir
Riwayat perdarahan intrakanial
Neoplasma intrakranial, malformasi arteriovenous atau aneurisma
Baru melalui operasi intracranial atau intraspinal
Peningkatan tekanan darah (sistolik >185 mmHg, diastolik >110mmHg)
Perdarahan interna yang aktif
Acute bleeding diathesis, termasuk jumlah platelet <100.000/mm3
Penggunaan heparin dalam 48jam sebelumnya, menyebabkan peningkanan abnormal aPTT diatas batas normal
Sedang menggunakan antikoagulan dengan INR >1.7 atau PT >15s
Sedang menggunakan direct thrombin inhibitor atau direct factor Xa inhibitor dengan peningkatan aPTT, INR, jumlah platelet, dan ECT
Konsentrasi gula darah <50mg/dL
CT menunjukkan multilobar infarction (hipodensitas >1/3 hemisfer serebral)
Karakteristik inklusi dan eksklusi pasien dengan stroke iskemik yang dapat diterapi dengan rTPA dalam 3 jam setelah onset gejala.
Kriteria Inklusi:
Diagnosis stroke iskemik menyebabkan defisit neurologis yang berat
Onset gejala <3jam sebelum dimulainya terapi.
Umur > 18tahun
Kriteria Eksklusi:
Trauma kepala signifikan atau stroke sebelumnya dalam 3 bulan terakhir.
Gejala mengarah kepada perdarahan subarachnoid
Puncture arterial pada daerah noncompressible dalam 7 hari terakhir
Riwayat perdarahan intrakanial
Neoplasma intrakranial, malformasi arteriovenous atau aneurisma
Baru melalui operasi intracranial atau intraspinal
Peningkatan tekanan darah (sistolik >185 mmHg, diastolik >110mmHg)
Perdarahan interna yang aktif
Acute bleeding diathesis, termasuk jumlah platelet <100.000/mm3
Penggunaan heparin dalam 48jam sebelumnya, menyebabkan peningkanan abnormal aPTT diatas batas normal
Sedang menggunakan antikoagulan dengan INR >1.7 atau PT >15s
Sedang menggunakan direct thrombin inhibitor atau direct factor Xa inhibitor dengan peningkatan aPTT, INR, jumlah platelet, dan ECT
Konsentrasi gula darah <50mg/dL
CT menunjukkan multilobar infarction (hipodensitas >1/3 hemisfer serebral)
PEMERIKSAAN PENUNJANG SELAIN CT AMA MRI
arteriografi, ditingkatkan dengan pemrosesan gambar digital, secara akurat mendemonstrasikan stenosis dan oklusi dari P.D. intracranial and extracranial, serta aneurisma, malformasi vena, dan penyakit pembuluh darah lain seperti serteritis dan vasospasme
Conventional contras angiografi sudah digantikan dengan Magnetic resonace angiografi (MRA), venography (MRV), dan CT angiografi untuk visualisasi arteri dan vena besar intracranial. Teknik ini mempunyai keuntungan relative lbh aman (injeksi media kontras dibutuhkan untuk melakukan CT angiografi), tetapi tdk memberikan gambar yang bagus untuk pembuluh darah kecil.
MRA menggambarkan "waktu penerbangan" darah melalui pembuluh darah tetapi tidak seakurat CT angiografi dalam mengukur derajat dan morfologi perubahan dalam pembuluh serebral atau intrakranial.
SELAIN MRA GITU2:
Prosedur lain yg bs d pakai untuk pemeriksaan penyakit serebrovaskular adl doppler ultrasound flow studies, yang mendemonstrasikan plak atheromatous dan stenosis dari pembuluh darah besar. Terutapa di carotid dan juga vertebra-basillar arteries.
Transcraniak doppler technique telah mencapai tingkat presisi dimana oklusi atau spasme pembuluh utama circle of willis dapat dideteksi dan diukur secara kasar.
BUAT PF, bs buat evaluasi arteri komunis ama arteri carotid interna di leher. Stenosis aterosklerosis beraat pada level carotid sinus dpt terdengar bruit, dpt diperiksa dgn stetorskop bell yg ditempelkan secara ringan (klo di teken keras nanti ky membuat diafragma dari kulit dan menghilangkat low pitch frequensi yg sering terdengar pada stenosis karotid).
If the bruit is loudest at the angle of the jaw, the stenosis usually lies at the proximal internal carotid
if heard lower in the neck, it is in the common carotid or subclavian artery and may be radiated from the aortic valve.
Rarely, stenosis in vertebral arteries or vascular malformations at the base of the brain produces bruits that are heard posteriorly in the neck
Siriraj Score:
GCS: 15 0 x 2.5; 9-14 1x2.5; 3-8 2x2.5
Muntah ya 1x2
Sakit kepala dlm 2 jam 1x2
Diastolic blood pressure x0.1
Atheroma marker (DM, ANGINA INTERMITEN, CLAUDICATION, tanda meningeal, tanda Babinski, hipertensi, Riwayat stroke sebelumnya, penyakit jantung) 1 atau lebih 1x3
Constant -12
HASIL >1: HEMORRHAGE; <-1 INFARK, 0: cek ct scan
Perhitungan pasien (2.5x0) + (2x0) + (2x0) + (0.1x87) – (3x1) -12 = -4.3 (iskemik)
Algoritma gajah mada:
3 positif atau 2 dari 3: (pen kesadaran, nyeri kepala, Babinski +) ya perdarahan
Pen kes +, (nyeri kepala dan Babinski ga ada) perdarahan
Penkes -, nyeri kepala +, Babinski - perdarahan
Penkes -, nyeri kepala -, Babinski + infark
Penkes-, nyeri kepala -, Babinski - infark
Oklusi kedua segmen A1 paraplegia, inkontinensia, abulia, dan nonfluent aphasic symptoms, dan perubahan personalitas lobus frontalis