SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
.IABATAN
FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
MATERI INTI T
TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI BIDANG EPIDEMIOLOGI KESEHATAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Teknologi tepat guna epidemiologi adalah penetapan metode epidemiologi yarrg
aplikatif, sederhana, mudah dilaksanakan, tetapi masih tetap dapat mernberikan
informasi epidemiologi yang tepat.
Teknologi tepat guna epidemiologi dapat mendorong penerapan epidemiologi
dalam berbagai upaya kesehatan, sehingga dapat bermanfaat dalarn upaya
meningkatkan derajat kesehatan rnasyarakat Indoensia.
Pengembangan teknologi tepat guna epidemiologi merupakan hasil karya kreatif
seorang ahli epidemiologi secara sendiri, bekerjasama dengan ahli epidemiologi
lairL atau bekerjasama dengan berbagai bidang keahlian dengan menerapkan
kaidah epidemiologi.
Pengernbangan teknologi tepat guna epidcmiologi dapat muncul dari berbagai
pendekatan epidemiologi, terutama dalam rnengidentifikasi kasus di unit
pelayanan atau di populasi, mengidentifikasi adanya masalah kesehatarr,
pengembangan model surveilans entinel, studi epidemiologi analitik dan lain
sebagainya.
Setiap hasil karya teknologi tepat guna epiderniologi merupakan hasil karya
dengan pemikiran yang mendalam, pengalaman, dan pengujian yanp; teruktrr.
II. TUJUANPEMBELAJARAN
A. Tuiuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pengembangan
teknologi tepat guna di bidang epidemiologi kesehatan.
B. Tuiuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian tekrrologi tepat guna di bidang epidemiologi
2. Menjelaskan kriteria teknologi tepat guna di bidang epidemiologi.
3. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang epidemiologi.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI.BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2ol1
429
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan L. Pengertian Teknologi Tepat Guna Di Bidang Epidemiologi
Pokok Bahasan L. Kriteria Teknologi Tepat Guna Di Bidang Epidemiologi
Pokok Bahasan 3. Teknologi Tepat Guna Di Bidang Epidemiologi
IV. METODE
. Ceramah, Tanya Jawab
. Curah Pendapat
o Demonstrasi
o Simulasi
V. MEDIA DAN ALAT BANTU
. Bahan tayangan (slide power point)
. Laptop
o LCD
. Flipchart
. Wite board
. Spidol (ATK)
o Skenario simulasi
. Panduan demonstrasi
VI. LANGKAH-LANGKAHPEMBELAIARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran
materi ini.
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi ternpat bekerja, materi yang
akan disampaikan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2o11
430
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
.TAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN AHLI
2) Sarnpaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2. Penyampaian Materi
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
Langkah 3. Simulasi
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator melakukan simulasi sesuai dengan skenario simulasi.
2) Fasilitator melakukan demonstrasi sesuai dengan panduan demonstrasi.
Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan
Langkah pembelaiaran:
1) Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2) Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3) Fasilitator membuat kesimpulan.
VII. URAIAN MATERI
Pokok Bahasan 1.
PENGERTIAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI BIDANG EPIDEMIOLOGI
KESEHATAN
Pengertian
Metode epidemiologi tidak selamanya dapat diaplikasikan dengan mudah dan
bahkan seringkali harus menggunakan dana yang sangat besar, sehingga metode
epidemiologi sering dikatakan kompleks.
Mencermati kondisi sebagaimana tersebut diatas, maka perlu dikembangkan
metode epidemiologi tepat guna yang lebih sederhana, aplikatif, mudah
dilaksanakan, biaya rnurah, tetapi tetap akurat mernberikan informasi
epiderniologi yang diperlukan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2o11
431
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
IABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
Manfaat
a
Epidemiologi mempunyai manfaat sangat luas dalam mendukung upaya
kesehatan p".o.urgun dan kesehatan masyarakat. Dengan diperolehnya
teknologi tepat guna, akan memberikan peluang pemanfaatan epidemiologi lebih
berguni dan dapat dilaksanakan oleh berbagai lapisan pengelola program dan
masyarakat
Pokok Bahasan 2.
KRITERIA TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI BIDANG EPIDEMIOLOGI
Konsep pengembangan teknologi tepat guna di bidang epidemiologi
kesehatan
Pengembangan teknologi tepat epidemiologi dapat terjadi dari kreatifitas para
epid-emiolog kesehatan memanfaatkan metode atau pendekatan epidemiologi
yang aplikaiif, sederhana dan dimanfaatkan dalam mengidentikasi adanya kasus-
Lasris
^atau
obyek epidemilologi lainnya, mengidentifikasi adanya masalah
kesehatan, surveilans, dan identifikasi faktor atau kondisi yang berpengaruh
terhadap timbulnya penyakit atau masalah kesehatan lainnya, atau metode lain
clengan tetap mempertahankan metode epidemiologi'
Ciri penerapan epidemiologi dalam teknologi tepat guna epidemiologi tersebut
diatai adalah ditemukannya indikator kunci dari peristiwa-peristiwa yang
mengindikasikan adanya masalah kesehatan.
Identifikasi Kasus
setiap kegiatan epidemiologi berkaitan dengan upaya mengidentifikasi
adanya ,"r"o.ung atau sekelompok orang yang menderita- sakit dan
kondisi/faktor yang terkait. Seseorang yang menderita sakit dengan
karakteristik tertentu tersebut sering disebut sebagai kasus'
Seseorang yang menderita sakit karena penyakit tertentu menunjukkan gejala
dan tandi penyakit serta karakteristik lainnya. Penyakit satu dengan penyakit
lain menunjukkan gejala dan tanda penyakit yang berbeda'
Contoh Gambaran Klinis Penyakit
sesorang yang menderita sakit campak akan menunjukkan geiala awal
berupa a"."u-, konjungtivitis, pilek, batuk dan binti-bintik kecil dengan
bagian tengah berwarni putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar
keirerahan di daerah mukosa pipi (bercak Koplik). Tanda khas bercak
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR.2O11
432
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
_ _ .=: _ . rAP4rlIJ!Ji{ssgI_4!eqL._Eu-gs5rg,HlJ.$.f r_Ery4.T9.14r1
kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh; dimulai di daerah
muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-
kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berr,rrarna kecoklatan.
Demam berdarah dengue merupakan penyakit virus dengan demam akut
dengan ciri khas muncul tiba-tiba, demam biasanya berlangsung selama 3 - 5
hari (farang lebih dari 7 hari dan kadang-kadang bifasik), disertai dengan sakit
kepala berat, rnialgia, artralgia, sakit retro orbital, tidak nafsu makan,
gangguan gastro intestinal dan tirnbul ruam. Eritema awal diseluruh badan
tejadi pada beberapa kasus. Ruarn makulopapuler biasanya rnuncul pada
masa deoerfescence. Fenomena perdarahatr minor, seperti petechiae, epistaksis
atau perdarahan gusi bisa terjadi selama demam. Pada kulit yang berwarna
gelap, ruam biasanya tidak kelihatan.
Mencermati perbedaan gejala dan tanda penyakit serta proses tirnbulnya
gejala yang komplek tersebut, maka menemukan penderita demanl berdarah
dengue diantara sejumlah orang atau suatu populasi yang seclang banyak
menderita sakit campak, menjadi tidak mudah. Demikian juga sebaliknva.
Dalam rangka identifikasi kasus diantara kasus-kasus lain yang menunlukkan
gejala mirip, perlu adanya kemampuan menentukan ciri yang khas pada
penderita dan prosedur menemukan kasus ditengah-tengah propulasinya.
Kumpulan ciri pada seorang penderita merupakan definisi oparasional kasus.
Contoh Definisi Operasional Kasus:
Pada sistem surveilans terpadu penyakit berbasis data rumah sakit, rnaka
dokter di runrah sakit diminta mengidentifikasi kasus campak dan kasus
demam berdarah dengue diantara penderita yang berobat ke rumah sakit, dan
merekam datanya dalam register rawat rumah sakit.
Campak adalah seorang yang menderita sakit dan berobat ke rumah sakit
dengan gejala demam dan adanya bercak merah pada kulit disertai salal-r satu
gejala batuk atau mata merah. Tanpa pemeriksaan pendukung lainnya.
Demam berdarah dengue adalah seorang yang menderita sakit dengan gejala
demam dan adanya bercak merah pada kulit disertai hasil pemeriksaan darah
menunjukkan trombositopeni dan hemokonsentrasi.
Menentukan definisi operasional kasus tlan cara-cara menemukan kasus yang
baik, sederhana, aplikatif dan mudah dilaksanakan tetapi tetap menunjukkan
validitas yang tinggi adalah salah satu teknologi tepat guna epiderrriologi.
Mengapa validitas penting ? Definisi operasional kasus lnernlruat batas
dimana seseorang yang sakit akan dimasukkan kedalam kelonrpok sakit atau
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
433
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
IABA'TAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN ANG AHLI
bukan sakit, dan iuga seseorang yang tidak sakit (sehat) akan dimasukkan
kedalam kelompok tidak sakit atau sakit. Ini yang menyebabkan seseorang
yang sakit, tetapi karena dinyatakan tidak sakit, maka orang sakit ini tidak
mendapat pengobatan yang tepat. Dari sisi epiclemiologi, orang sakit ini
dimasukkan setagai populasi sehat, sehingga jumlah kasus (incidence rate)
yang seharusnya tinggi menjadi lebih rendah dari yang seharusnya'
Ketepatan Definisi Operasional Kasus
Sakit Campak Sakit lain
DO
kasus
Demam
belum ada
bercak
merah
Demam,
bercakmerah
dan
batuk
Demam
bercak
merah,
batuk
Ditetapkan
sehat
Ditetapkan sebagai
Kasus CamPalt
vvv
Mencermati adanya ketidak tepatan suatu definisi operasional kasus, maka
suatu definisi operasional kasus yang baik selalu diufi dengan tes validitas'
sesuai dengan kebutuhannya, uji validitas dapat dilakukan diantara orang-
orang yang berobat diunit pelayanan, atau diantara populasi umunl'
Contoh uii Validitas
Fidu d"fir,risi operasional kasus campak tersebut diatas digunakan untuk
identifikasi kasus campak yang berobat ke unit pelayanan kesehatan.
Maka uji validitas dilakukan dengan cara sebagai berikut
semua orang yang berobat diuji dengan dengan definsii operasional kasus
campak terslbut Jiatas dan menghasilkan ketetapan sebagai kasus campak
atau bukan kasus camPak.
Semua orang juga diuji dengan cara pemeriksaan yang lebih baik (gold
standard), *Irutiyu dluii pemerlksaan serologinya dan identifikasi virus pada
air kencing, dan menghasilkan ketetapan sebagai kasus campak atau bukan
kasus campak
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2o11
434
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANC AHLI
Hasil pengujian semua orang yang berobat dapat ditampilkan dalarn tabel
sebagai berikut:
Defin isi Operas ional Kasus
Sensitivitas dan Spes ifis itas
DO Kasus
Campak
KASUS
BUKAN
KASUS
Gold
Standard
KASUS ) b a+b
BUKAN
I(ASUS
C d c+d
a+c b+d
Sensivitas = a/(a+c)
Spesifisitas = di{b+d)
Predictive Value Positive = a/(a+b)
Definisi operasional kasus yang baik adalah alat diagnosistik yang tepat, yaitu
jika sensitivitas dan spesivisitas sangat tinggi.
Untuk mendapatkan definisi operasional kasus dengan sensitivitas dan
spesifisitas tinggi keduanya adalah sangat sulit, dan seringkali identifikasi
kasus dilakukan bertahap, pertama menggunakan definisi operasional kasus
yang "longgar", kemudian setelah kasus ditemukary diterapkan definisi
operasional kasus yang "ketat" .
eaatoh Penerapan Definisi Secara
Untuk menemukan kasus campak, maka dilakukan bertahap
1) identifikasi orang yang sakit dengan gejala clemam (definisi operasional
kasus longgar)
2) setelah kasus ditemukary gunakan penetapan kedua, yaitu dernam, bercak
merah, dan salah satu gejala batuk atau mata merah (definisi operasional
kasus ketat)
3) setelah kasus ditemukan, gunakan lagi penetapan ketiga, yaitu, kasus
cliambil air kencingnya untuk diperiksa ada ticraknya- viius campak.
(definsi operasional kasus yang sangat ketat)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR.2O11
435
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSION,AL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
ldentifikasi Kasus
Bahasan tersebut diatas adalah identifikasi individu sakit, pada bahasan
berikut adalah identifikasi apakah sekelompok orang atau populasi
tersebut mempunyai masalah kesehatan atau tidak.
Populasi menghadapi masalah kesehatan dapat terjadi pada 2 keadaan:
1) Setiap oring atau sebagian orang dalam populasi menderita sakit,
sehingga
^"l"blhi
kemampuan untuk hidup normal (tidak menjadi
masalah kesehatan masYarakat)
2) Setiap orang atau sebagian besar orang yang ada pada populasi tidak
menderita sakit, tetapi memiliki kondisi lentan atau lingkungan yang
dapat mendorong warga dalam populasi tersebut meniadi sakit
Untuk menentukan apakah suatu populasi mempunyai masalah
kesehatan, perlu dilakukan survei pada total populasi atau pada sarnpel
populasi sesuai kaidah penelitian.
Ahli epidemiologi perlu menentukan suatu metode yang aplikatif'
sederhana tetapi masih tetap mengukur adanya masalah kesehatan pada
suatu populuti Ittl adalah teknologi tepat guna epidemiologi yang sangat
ditunggu oleh para pemamngku kesehatan masyarakat'
Masalah Kesehatan
Padasebuahkampungditemukanlanakmenderitacampakderrgan
brochopnemonia, iementara cakupan imunisasi campak di kampung
tersebutselamabeberapatahunterakhirsangatrendah)kampung
menghadaPi masalah kesehatan
Terdipat i kur* gizi buruk yang tidak disebabkan karena infeksi )
daerahdimanakasusgiziburuktinggaldidugabanyakanak-anakyang
menderita kekurangan gizi.
Ditemukan prevalensi rate HIV pada kelompok risiko tinggi lebih dari 0,5
% menunjukkan daerah tersebut adalah berstatus darurat penularan virus
HIV yang sangat tinggi yang memerlukan tindaka segera'
TerdapatkasusinfluenzaA-H5N1(fluburung)padamanusia,kemudian
berturut-turut ditemukan kontak langsung i'gu sakit yang sama/
kemudian kontak terhadap kontak juga sakit yang sama ) daerah tersebut
menghadapi masalah kesehatan potensi pandemi in-fluenza
.=#.--
KuMnr.ririrlNxEslXiliTii?flr-,SBliKEsEHArAN
436
a
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
TAN zuNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
Penentuan metode identifikasi masalah kesehatan terselrut memerlukan
pemikiran yang mendalam, teliti, dan teruji rnelalui serangkaian penelitian
untuk itu atau bukti lapangan yang terukur..
Metode Bukti Lapangan adalah cara praktis menguji ketepatan iclentifikasi
adalanya masalah kesehatan
Contoh
1 kasus campak di Puskesmas dengan cakupan imunisasi rendah di
tempat tinggal kasus, maka akan menimbulkan masalah kesehatan
(penyakit campak menular dan cepat rnenyebar), maka :
setiap ditemukan kasus campak di Puskesmas diteliti cakupan imunisasi
selama beberapa tahun kebelakang, dan clitentukan acia ticlaknya
perkembangan kasus menjadi lebih bar"ryak dari biasanya (rnasalah
kesehatan)
Jmldesa drperiksa
dan postttf ada
masalah kesehatan
Ketepatan Kriteria _
li,lasalah Kesehatan - X 1 00".
Jmldesa drperiksa
Bagaimanapun juga, kasus-kasus campak banyak yang tidak clatang ke
Puskesmas, dan oleh karena itu, pengukuran berapa besar kemungkinan
kasus campak datang ke Puskesmas juga diuji.
Pengujian tersebut diatas hanya dilakukan pada wilayar-r dimana
ditemukan adanya kriteria massalah kesehatan, sebaiknya pengujian juga
dilakukan pada wilayah yang tidak menunjukkan kriteria adanya'masalah
kesehatan, seperti halnya uji validitas pada identifikasi kasus. Tentunya ini
sesuai dengan masing-masing masalah kesehatan.
Pada penyelidikan epidemiologi KLB keracu.an misalnya, telah
berkembang berbagai metode epidemiologi yar-rg lebih aplii<atih clarr
sederhana dalam menentukan diagnosis etiologi keracunan dan penentuan
makanan sebagai sumber keracunan (dapat dipelajari pu.tu ,rateri
penyelidikan epidemiologi KLB).
Surveilans sentinel
salah satu bentuk epidemiologi aplikatif, seclerhana dan bermanfaat
adalah metode surveilans sentinel.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-20l1
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
Untuk mengetahui adanya masalah kesehatan, maka harus dilakukan
survei kasus pada populasi untuk mengetahui berapa besar iumlah kasus
yang ada selama periode waktu tertentu, baik pada total populasi maupun
pada sampel populasi.
Oleh karena itu, untuk mengetahui adanya masalah kesehatan secara terus
menerus, perlu dilakukan survei kasus secara teratur'
Contoh Riset Kesehatan dasar yang dilaksanakan setiap 3 tahun sekali
untuk mengetahui perkembangan berbagai ienis penyakit yang
berkembang di setiap wilayah di Indonesia'
Pada metode survei ini, akan selalu diperoleh besarnya incidence rate atau
prevalence rate setiap ienis penyakit yang disurvei'
Bagaimanapun iuga, metode survei adalah sangat mahal dan
*"LU.rtrnian sumberdaya yang tidak sedikit, dan waktu yang lama'
Surveilans sentinel adalah bertuiuan sama dengan surveilans berbasis
tersebut diatas, yaitu menemukan adanya masalah kesehatan dan dapat
direspon dengan tepat, tetapi perbedaannya adalah data pada hasil kerja
,.r.,r"ilu., serrtinel selalu tidak dapat mengukur incidence rate atau
prevalence rate pada masalah kesehatan yang dikur'
Contoh
Srr*"ll^n, DBD berdasarkan data rumah sakit sentinet (RS Sehat cli
Kabupaten Jaya)
::! ==!:::!!!!
KEMEI{TERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-201l
438
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
IABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
Grafik
Kurva DBD RS Sentinel dan Survei Populasi
Kecamatan Tua, Kabupaten Jaya
45
(t)
f30a
Y
J
=
15
a
tftt-' ...Survei
-RS Sentinel
0
7 8 910'11 12 13 14 15 16
MINGGU
Data Kasus DBD RS sentinel, adalah penderita DBD yang datang berobat
ke RS, dan banyak kasus DBD yang ada di populasi tid;k data;g ke RS.
Incidence Rate/attack rate DBD berdasarkan data DBD RS sentincl di
populasi tidak dapat diketahui
Data Kasus DBD survei, adalah penderita DBD yang cliidentifikasi clari
rumah ke rumah selama minggu 7-16, sehinggu ,"-ru kasus dapat
terekam. Incidence rate/attack rate DBD berdasarkan data DBD survei ini
dapat dihitung berdasarkan jumlah kasus ditemukan per jumlal-r populasi
yang diperiksa per minggu
walaupun incidence DBD berdasarkan data DBD RS sentinel tidak
diketahui, tetapi pola kurva keduanya sama, cran prograrn dapat menarik
kesimpulan:
1) |ika kasus DBD RS sentinel meningkat, maka kasus DBD di populasi
juga rneningkat, demikian sebaliknya
2) lika kasus DBD RS sentinel meningkat, maka perlu segera clilakukan
respon KLB
Penentuan metode surveilans sentinel untuk mendeteksi adanya masalal-r
kesehatan tersebut memerlukan pemikiran yang mendalam, teliti, dan
teruii melalui serangkaian pe.elitian untuk itu atau bukti lapangan ya.g
terukur.
-.KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR.2O11
439
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
IABATAN FI.JNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
Pengembangan metode surverilans sentinel dapat berdasar pada berbagai
koniep, antara lain : berdasarkan wilayah, berdasarkan berdasarkan
kejadian kesehatan dan berdasar pada kasus-kasus yang datang ke unit
pelayanan kesehatan (pasif case detection) dan keriasama dokter praktek
Surveilans Sentinel Berdasarkan Wilayah
Memantau perkembangan penyakit tertentu pada satu wilayah tertentu
untuk memantau perkembangan penyakit tersebut pada wilayah yang
lebih luas, dimana wilayah tertentu tersebut meniadi bagiannya.
Perkembangan Kasus DBD Kota JaYa
Berdasarkan Surveilans DBD Kecamatan Tual
60
345a
*so
Ers
Estimasi
DBD Kota
Jaya
"(
'. Kec. Tual
I
0
13 57911
BULAN
Surveilans DBD di
Kec. Tualdiperkuat
dan diperketat;
semua kasus DBD
didata dg baik
Surveilans Sentinel Berdasarkan Keiadian Kesehatan
1) Perkembangan suatu penyakit, dengan mengembangkan surveilans
penyakit tersebut, tetapi dipilih yang menuniukkan tingkat validitas
dan reliabilitas yang tinggi.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
440
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
IABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENIANG AHLI
Contoh:
Memantau perkembangan diare dengan mengembangkan surveilans
diare dehidrasi berat.
Kasus-kasus diare dehidrasi berat sangat besar kemungkinanya untuk
datang ke unit pelayanan kesehatan, dan hampir tidak ac-la yang ticlak
berobat. Oleh karena itu, jumlah kasus dehidrasi berat di unit
pelayanan adalah sama dengan kasus dehidrasi berat di populasi.
Peningkatan jumlah kasus diare, akan diikuti dengan mcningkatrrya
kasus-kasus diare dehidrasi berat, sehingga dengan rnemantau
perkembangan kasus dehidrasi berat, dapat memantau perkernbangan
kasus diare di populasi.
2) Perkembangan situasi kesehatan rnasyarakat pada suatu populasi
diperkirakan berdasarkan surveilans penyakit tertentu. Metode ini
adalah metode yang paling banyak dimanfaatkan dalam
mengembangkan surveilans sentinel
Contoh
Perubahan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, dipantau dengan
melakukan surveilans kematian bayi yang diperoleh melalui survei
kematian bayi berkala.
Memantau adanya cemaran pada produksi pangan dengan surveilans
kejadian keracunan multistate.
Memantau perkembangan keberhasilan rnanajernen pengungsi
dengan mengembangkan surveilans kematian diantara pengungsi.
Surveilans Sentinel berdasar pada kasus-kasus yang datang ke unit
pelayanan kesehatan (pasif case detection) dan kerjasama dokter
praktek
Ini merupakan praktek surveilans yang paling banyak dilaksarrakan di
Indonesia, karena hampir semua sistem pencatatan dan pelaporan data
kesakitan berdasarkan data rumah sakit dan Puskemas.
Prinsip dasarnya sama dengan metode lain, dimana perkembangan kasus
yang datang ke unit pelayanan mencerminkan perkernbangan kasus yang
ada di populasi. Incidence rate tidak pernah diketahui.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
44t
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
Contoh
Pada KLB Campak
Memperkirakan perkembangan kasus campak di masyarakat dengan
memantau perkembangan kasus campak yang datang ke unit pelayanan
kesehatan.
Kurva Epidemi Campak (Data Pelayanan)
KLB Campak Desa Slebak, Slebuk, 2011
25
20
15
10
5
0
Pendataan
pasif di
Puskesmas
l
Y
E Kasus
El Bronchitis
1L 72 13 1.4 15 1'6
MINGGU
a datang ke PelaYanan
tidak ke pelayanan
Contoh
surveilans Berbasis Data Bulanan Kejadian Tifus Perut di Rumah sakit
Memantau perkembangan kasus tifus perut di masyarakat dengan
memantau perkembangan kasus tifus perut yang berobat ke Rumah sakit'
Contoh
Surveilans Berbasis Data Kunjungan Praktek Dokter
Beberapa dokter praktek bersepakat melaporkan secara teratur kasus-
kasus penyakit tertentu. Kasus-kasus yang terdokumentasikan ini
menjadi sumber data surveilans penyakit tersebut berdasarkan kunjungan
praktekdokteryangdapatdigunakanuntukmemperkirakan
perkembangan kasus-kasus tersebut di masyarakat
Contoh
Beberapaorangyangtinggaldipinggirjalanrayabersediadiperiksa
secara teratur tlngginya kadar Pb dalam darahnya, ini meniadi sumber
data surveilu., ."rruru.r Pb yang digunakan memperkirakan tingginya
cemaran Pb di sePanjang jalan.
-
;Psrffi"ESEil'i^N
PUSDIKLAT APARATUR-2ol1
442
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
IABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
a Model identifikasi faktor risiko kesehatan
Identifikasi faktor risiko kesehatan dapat diperoleh melalui studi
epidemiologi analitik. Faktor risko penyakit tertentu yang diperkirakan
sangat banyak, setelah diteliti dengan cermat, dapat diidentifikasi faktor-
faktor yang sangat berpengaruh saja, sehingga intervensi dapat dilakukan
lebih fokus, tepat sasaran dan efisien, faktor-faktor yang terbukti tidak ada
pengaruhnya, tidak perlu dilakukan intervensi
Studi epidemiologi analitik dengan pengendalian faktor risiko yang ketat
dapat menyusun sebuah model faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian kesehatan.
Dugaan Fakor Yang Serpengaruh
Terhadap Masalah Kesehatan
StudiAnalitik Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Masalah Kesehatan
/ FaKor 
n )
,/ Faktor 
'lj--i
,t
Masalah
/ Faktor 
e )
+ (
Faktor
)(
Faktor
B
!
I
 .. ._.t
. Ma3aLh .. Faktor
Kcseh.tan ' U
1
Faktor
Faktor
1
i Faktor 
1,,D)
/ FaKor
!e  E
a Sarana
Temuan teknologi tepat guna dapat dilihat dari hasil karya dalam bentuk
alat atau bentuk fisik lain, dan ini seringkali ditetapkan sebagai temuan
teknologi tepat guna epidemiologi.
Teknologi tepat guna epidemiologi harus berdasar pada pendekatan
epidemiologi, tetapi bisa jadi pengmabangan alat dapat menclukung
terselenggaranya teknologi tepat guna epidemiologi.
Contoh
Penggunaan ovitrap untuk memantau perkembangan nyamuk Aedes
agypti.
Ini merupakan kerjsama ahli epidemiologi dan ahli entomologi dalam
memantau perkembangan ancaman penyakit demarn berdarah dengue.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
443
)
MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
Data hasil pengukuran keberadaan jentik nyamuk Aedes agypti dengan
ovitrap, merupakan sumber data surveilans perkembangan nyamuk Aedes
agypti pada kawasan di sekitar pemasangan ovitrap.
Dari sisi epidemiologi, pengukuran jentik nyamuk dengan ovitrap menjadi
metode pengumpulan data lebih sederhana, aplikatif dan sangat
bermanfaat dibanding pemantauan jentik berkala yang dilakukan oleh
kader jumantik. Tepatnya bukan pada alatnya, tetapi pada pengumpulan
data dan analisisnya.
SDM epideruiolqgi
Pemanfaatan SDM dalam upaya pengembangan teknologi tepat guna
epidemiologi adalah sama dengan pemanfaatan sarana
VIII.REFERENSI
l-. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Principles of
Epidemiology in Public Health Practice. Third Edition U.S. DEPARTMENT OF
HEALTH AND HUMAN SERVICES, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) Office of Workforce and Career Development. Atlanta.
(www.cdc.gov. 2011)
2. Michael B. Gregg. Epidemiologi Lapangan 3rd Ed. Terjemahan oleh tim FETP,
FKMUI, FK UGM, dan Ditjen PP&PL, 2011.
3. Sholah Imari. Surveilans Epidemiologi : Prinsip, Aplikasi, Manajemen
Penyelenggaraan dan Evaluasi Sistem Surveilans. FETP, Kementerian
Kesehatan RI - WHO. lakarta,201L.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI.BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-201l
444

More Related Content

What's hot

Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)
Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)
Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)BidangTFBBPKCiloto
 
Edit etika profesi epidemiolog(1)
Edit etika profesi epidemiolog(1)Edit etika profesi epidemiolog(1)
Edit etika profesi epidemiolog(1)BidangTFBBPKCiloto
 
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014Dokter Tekno
 
Strategi Kawalan dan Pencegahan Penyakit Berjangkit & Tidak Berjangkit
Strategi Kawalan dan Pencegahan Penyakit Berjangkit & Tidak BerjangkitStrategi Kawalan dan Pencegahan Penyakit Berjangkit & Tidak Berjangkit
Strategi Kawalan dan Pencegahan Penyakit Berjangkit & Tidak BerjangkitMuhammad Nasrullah
 
pengantar epidemilogi
pengantar epidemilogipengantar epidemilogi
pengantar epidemilogiRai Syifa
 
Buku juknis pmdt 2013
Buku juknis pmdt 2013Buku juknis pmdt 2013
Buku juknis pmdt 2013suhodosuhodo
 
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di IndonesiaPedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di IndonesiaAkademi Desa 4.0
 
5 pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov
5 pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov5 pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov
5 pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-covRizky Siagian
 
pengendalian tuberculosis resistan obat
pengendalian tuberculosis resistan obatpengendalian tuberculosis resistan obat
pengendalian tuberculosis resistan obativon debian
 
Early diagnosis and prompt treatment 2020
Early diagnosis and prompt treatment 2020Early diagnosis and prompt treatment 2020
Early diagnosis and prompt treatment 2020rickygunawan84
 
C3 outbreak-management
C3 outbreak-managementC3 outbreak-management
C3 outbreak-managementintanzhofir
 
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaJournal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaSyiah Kuala University
 
Handout epid-bidan
Handout epid-bidanHandout epid-bidan
Handout epid-bidanNico Robin
 

What's hot (20)

Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)
Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)
Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)
 
Edit etika profesi epidemiolog(1)
Edit etika profesi epidemiolog(1)Edit etika profesi epidemiolog(1)
Edit etika profesi epidemiolog(1)
 
Advokasi kesehatan jf pkm
Advokasi kesehatan   jf pkmAdvokasi kesehatan   jf pkm
Advokasi kesehatan jf pkm
 
Risk Assesment
Risk AssesmentRisk Assesment
Risk Assesment
 
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
 
Strategi Kawalan dan Pencegahan Penyakit Berjangkit & Tidak Berjangkit
Strategi Kawalan dan Pencegahan Penyakit Berjangkit & Tidak BerjangkitStrategi Kawalan dan Pencegahan Penyakit Berjangkit & Tidak Berjangkit
Strategi Kawalan dan Pencegahan Penyakit Berjangkit & Tidak Berjangkit
 
Konsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLBKonsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLB
 
Pelaksanaan penanggulangan klb
Pelaksanaan penanggulangan klbPelaksanaan penanggulangan klb
Pelaksanaan penanggulangan klb
 
pengantar epidemilogi
pengantar epidemilogipengantar epidemilogi
pengantar epidemilogi
 
Pokok bahasan 1
Pokok bahasan 1Pokok bahasan 1
Pokok bahasan 1
 
Buku juknis pmdt 2013
Buku juknis pmdt 2013Buku juknis pmdt 2013
Buku juknis pmdt 2013
 
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di IndonesiaPedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
 
5 pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov
5 pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov5 pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov
5 pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov
 
pengendalian tuberculosis resistan obat
pengendalian tuberculosis resistan obatpengendalian tuberculosis resistan obat
pengendalian tuberculosis resistan obat
 
Early diagnosis and prompt treatment 2020
Early diagnosis and prompt treatment 2020Early diagnosis and prompt treatment 2020
Early diagnosis and prompt treatment 2020
 
C3 outbreak-management
C3 outbreak-managementC3 outbreak-management
C3 outbreak-management
 
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaJournal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
 
Dasar epidemiologi
Dasar epidemiologiDasar epidemiologi
Dasar epidemiologi
 
Handout epid-bidan
Handout epid-bidanHandout epid-bidan
Handout epid-bidan
 
KLB
KLBKLB
KLB
 

Similar to Mi. 7 epid ahli

Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam KebidananTeknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidananpjj_kemenkes
 
Modul pk tahun 5 penyakit berjangkit
Modul pk tahun 5 penyakit berjangkitModul pk tahun 5 penyakit berjangkit
Modul pk tahun 5 penyakit berjangkitEi Mans
 
PPI Sidoarjo Jatim.ppt
PPI Sidoarjo Jatim.pptPPI Sidoarjo Jatim.ppt
PPI Sidoarjo Jatim.pptyunita111320
 
BUNDLES HAIS FKTP MARET 2023.pdf
BUNDLES HAIS FKTP MARET 2023.pdfBUNDLES HAIS FKTP MARET 2023.pdf
BUNDLES HAIS FKTP MARET 2023.pdfssuser1519bc
 
Prinsip epidemiologi
Prinsip epidemiologiPrinsip epidemiologi
Prinsip epidemiologiYusuf Budiman
 
#Pelayanan Telemedicine Bagi Pasien Isolasi Mandiri_120821.pptx
#Pelayanan Telemedicine Bagi Pasien Isolasi Mandiri_120821.pptx#Pelayanan Telemedicine Bagi Pasien Isolasi Mandiri_120821.pptx
#Pelayanan Telemedicine Bagi Pasien Isolasi Mandiri_120821.pptxRonyWiranto
 
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptxminiproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptxfais1231
 
Overview PPI di FKTP -laskesi.pdf
Overview PPI di FKTP -laskesi.pdfOverview PPI di FKTP -laskesi.pdf
Overview PPI di FKTP -laskesi.pdfDeaGunturRahayu1
 
M6 kb1 infeksi nosokomial
M6 kb1   infeksi nosokomialM6 kb1   infeksi nosokomial
M6 kb1 infeksi nosokomialppghybrid4
 
Makalah man it (ajij)
Makalah man it (ajij)Makalah man it (ajij)
Makalah man it (ajij)AJIJ10
 
Penyakit Jamur Paru- release.pdf
Penyakit Jamur Paru- release.pdfPenyakit Jamur Paru- release.pdf
Penyakit Jamur Paru- release.pdfwisnukuncoro11
 
Pencegahan dan pengendalian infeksi
Pencegahan dan pengendalian infeksiPencegahan dan pengendalian infeksi
Pencegahan dan pengendalian infeksiPusatPelatihanSDMKes
 
KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT LEGIONELLOSIS DI INDONESIA.pdf
KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT LEGIONELLOSIS DI INDONESIA.pdfKEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT LEGIONELLOSIS DI INDONESIA.pdf
KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT LEGIONELLOSIS DI INDONESIA.pdfWildanTOYIB
 

Similar to Mi. 7 epid ahli (20)

Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam KebidananTeknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
 
Epidemiologi
EpidemiologiEpidemiologi
Epidemiologi
 
Pneumonia.pptx
Pneumonia.pptxPneumonia.pptx
Pneumonia.pptx
 
Modul pk tahun 5 penyakit berjangkit
Modul pk tahun 5 penyakit berjangkitModul pk tahun 5 penyakit berjangkit
Modul pk tahun 5 penyakit berjangkit
 
PPI Sidoarjo Jatim.ppt
PPI Sidoarjo Jatim.pptPPI Sidoarjo Jatim.ppt
PPI Sidoarjo Jatim.ppt
 
BUNDLES HAIS FKTP MARET 2023.pdf
BUNDLES HAIS FKTP MARET 2023.pdfBUNDLES HAIS FKTP MARET 2023.pdf
BUNDLES HAIS FKTP MARET 2023.pdf
 
Prinsip epidemiologi
Prinsip epidemiologiPrinsip epidemiologi
Prinsip epidemiologi
 
#Pelayanan Telemedicine Bagi Pasien Isolasi Mandiri_120821.pptx
#Pelayanan Telemedicine Bagi Pasien Isolasi Mandiri_120821.pptx#Pelayanan Telemedicine Bagi Pasien Isolasi Mandiri_120821.pptx
#Pelayanan Telemedicine Bagi Pasien Isolasi Mandiri_120821.pptx
 
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptxminiproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
 
Overview PPI di FKTP -laskesi.pdf
Overview PPI di FKTP -laskesi.pdfOverview PPI di FKTP -laskesi.pdf
Overview PPI di FKTP -laskesi.pdf
 
M6 kb1 infeksi nosokomial
M6 kb1   infeksi nosokomialM6 kb1   infeksi nosokomial
M6 kb1 infeksi nosokomial
 
BUNDLES HAIS KAP.pptx
BUNDLES HAIS KAP.pptxBUNDLES HAIS KAP.pptx
BUNDLES HAIS KAP.pptx
 
Makalah man it (ajij)
Makalah man it (ajij)Makalah man it (ajij)
Makalah man it (ajij)
 
PPT.pptx
PPT.pptxPPT.pptx
PPT.pptx
 
DASAR EPIDEMIOLOGI
DASAR EPIDEMIOLOGIDASAR EPIDEMIOLOGI
DASAR EPIDEMIOLOGI
 
Penyakit Jamur Paru- release.pdf
Penyakit Jamur Paru- release.pdfPenyakit Jamur Paru- release.pdf
Penyakit Jamur Paru- release.pdf
 
Pencegahan dan pengendalian infeksi
Pencegahan dan pengendalian infeksiPencegahan dan pengendalian infeksi
Pencegahan dan pengendalian infeksi
 
Reaksi kimia
Reaksi kimiaReaksi kimia
Reaksi kimia
 
KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT LEGIONELLOSIS DI INDONESIA.pdf
KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT LEGIONELLOSIS DI INDONESIA.pdfKEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT LEGIONELLOSIS DI INDONESIA.pdf
KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT LEGIONELLOSIS DI INDONESIA.pdf
 
98 532-1-pb
98 532-1-pb98 532-1-pb
98 532-1-pb
 

More from BidangTFBBPKCiloto

Etika Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
Etika Tim Penilai Jabatan Fungsional KesehatanEtika Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
Etika Tim Penilai Jabatan Fungsional KesehatanBidangTFBBPKCiloto
 
Pengorganisasian Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
Pengorganisasian Tim Penilai Jabatan Fungsional KesehatanPengorganisasian Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
Pengorganisasian Tim Penilai Jabatan Fungsional KesehatanBidangTFBBPKCiloto
 
Kebijakan Jabatan Fungsional Kesehatan
Kebijakan Jabatan Fungsional KesehatanKebijakan Jabatan Fungsional Kesehatan
Kebijakan Jabatan Fungsional KesehatanBidangTFBBPKCiloto
 
Bahan kabid kebijakan pengembangan jfk
Bahan kabid kebijakan pengembangan jfkBahan kabid kebijakan pengembangan jfk
Bahan kabid kebijakan pengembangan jfkBidangTFBBPKCiloto
 
Evaluasi ns 15 dan persiapan ns 16
Evaluasi ns 15 dan persiapan ns 16Evaluasi ns 15 dan persiapan ns 16
Evaluasi ns 15 dan persiapan ns 16BidangTFBBPKCiloto
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521BidangTFBBPKCiloto
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521BidangTFBBPKCiloto
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521BidangTFBBPKCiloto
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521BidangTFBBPKCiloto
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521BidangTFBBPKCiloto
 
Tips dalam memfasilitasi memberdayakan (1) (1)
Tips dalam memfasilitasi memberdayakan (1) (1)Tips dalam memfasilitasi memberdayakan (1) (1)
Tips dalam memfasilitasi memberdayakan (1) (1)BidangTFBBPKCiloto
 
Materi pembekalan ns team 2021 manajemen pkk
Materi pembekalan ns team 2021 manajemen pkkMateri pembekalan ns team 2021 manajemen pkk
Materi pembekalan ns team 2021 manajemen pkkBidangTFBBPKCiloto
 
Perencanaan penanganan korban bencana
Perencanaan penanganan korban bencanaPerencanaan penanganan korban bencana
Perencanaan penanganan korban bencanaBidangTFBBPKCiloto
 
Penatalaksanaan pasien trauma ns
Penatalaksanaan pasien trauma nsPenatalaksanaan pasien trauma ns
Penatalaksanaan pasien trauma nsBidangTFBBPKCiloto
 

More from BidangTFBBPKCiloto (20)

Etika Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
Etika Tim Penilai Jabatan Fungsional KesehatanEtika Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
Etika Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
 
Pengorganisasian Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
Pengorganisasian Tim Penilai Jabatan Fungsional KesehatanPengorganisasian Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
Pengorganisasian Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
 
Kebijakan Jabatan Fungsional Kesehatan
Kebijakan Jabatan Fungsional KesehatanKebijakan Jabatan Fungsional Kesehatan
Kebijakan Jabatan Fungsional Kesehatan
 
Bahan kabid kebijakan pengembangan jfk
Bahan kabid kebijakan pengembangan jfkBahan kabid kebijakan pengembangan jfk
Bahan kabid kebijakan pengembangan jfk
 
Evaluasi ns 15 dan persiapan ns 16
Evaluasi ns 15 dan persiapan ns 16Evaluasi ns 15 dan persiapan ns 16
Evaluasi ns 15 dan persiapan ns 16
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
 
4. langkah pendampingan ns
4. langkah pendampingan ns4. langkah pendampingan ns
4. langkah pendampingan ns
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
 
Pelayanan kefarmasian di pkm
Pelayanan kefarmasian di pkmPelayanan kefarmasian di pkm
Pelayanan kefarmasian di pkm
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
 
Tips dalam memfasilitasi memberdayakan (1) (1)
Tips dalam memfasilitasi memberdayakan (1) (1)Tips dalam memfasilitasi memberdayakan (1) (1)
Tips dalam memfasilitasi memberdayakan (1) (1)
 
Peran fasilitator (1)
Peran fasilitator (1)Peran fasilitator (1)
Peran fasilitator (1)
 
Konsep dasar stbm
Konsep dasar stbmKonsep dasar stbm
Konsep dasar stbm
 
Materi pembekalan ns team 2021 manajemen pkk
Materi pembekalan ns team 2021 manajemen pkkMateri pembekalan ns team 2021 manajemen pkk
Materi pembekalan ns team 2021 manajemen pkk
 
Perencanaan penanganan korban bencana
Perencanaan penanganan korban bencanaPerencanaan penanganan korban bencana
Perencanaan penanganan korban bencana
 
Triase ns
Triase nsTriase ns
Triase ns
 
Transportasi pasien ns
Transportasi pasien nsTransportasi pasien ns
Transportasi pasien ns
 
Penatalaksanaan pasien trauma ns
Penatalaksanaan pasien trauma nsPenatalaksanaan pasien trauma ns
Penatalaksanaan pasien trauma ns
 

Recently uploaded

PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanBungaCitraNazwaAtin
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1YudiPradipta
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanamalaguswan1
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxnugrohoaditya12334
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalHendriKurniawanP
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasidadan50
 

Recently uploaded (14)

PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
 

Mi. 7 epid ahli

  • 1. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA .IABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI MATERI INTI T TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI BIDANG EPIDEMIOLOGI KESEHATAN I. DESKRIPSI SINGKAT Teknologi tepat guna epidemiologi adalah penetapan metode epidemiologi yarrg aplikatif, sederhana, mudah dilaksanakan, tetapi masih tetap dapat mernberikan informasi epidemiologi yang tepat. Teknologi tepat guna epidemiologi dapat mendorong penerapan epidemiologi dalam berbagai upaya kesehatan, sehingga dapat bermanfaat dalarn upaya meningkatkan derajat kesehatan rnasyarakat Indoensia. Pengembangan teknologi tepat guna epidemiologi merupakan hasil karya kreatif seorang ahli epidemiologi secara sendiri, bekerjasama dengan ahli epidemiologi lairL atau bekerjasama dengan berbagai bidang keahlian dengan menerapkan kaidah epidemiologi. Pengernbangan teknologi tepat guna epidcmiologi dapat muncul dari berbagai pendekatan epidemiologi, terutama dalam rnengidentifikasi kasus di unit pelayanan atau di populasi, mengidentifikasi adanya masalah kesehatarr, pengembangan model surveilans entinel, studi epidemiologi analitik dan lain sebagainya. Setiap hasil karya teknologi tepat guna epiderniologi merupakan hasil karya dengan pemikiran yang mendalam, pengalaman, dan pengujian yanp; teruktrr. II. TUJUANPEMBELAJARAN A. Tuiuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pengembangan teknologi tepat guna di bidang epidemiologi kesehatan. B. Tuiuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan pengertian tekrrologi tepat guna di bidang epidemiologi 2. Menjelaskan kriteria teknologi tepat guna di bidang epidemiologi. 3. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang epidemiologi. KEMENTERIAN KESEHATAN RI.BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR-2ol1 429
  • 2. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI III. POKOK BAHASAN Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut: Pokok Bahasan L. Pengertian Teknologi Tepat Guna Di Bidang Epidemiologi Pokok Bahasan L. Kriteria Teknologi Tepat Guna Di Bidang Epidemiologi Pokok Bahasan 3. Teknologi Tepat Guna Di Bidang Epidemiologi IV. METODE . Ceramah, Tanya Jawab . Curah Pendapat o Demonstrasi o Simulasi V. MEDIA DAN ALAT BANTU . Bahan tayangan (slide power point) . Laptop o LCD . Flipchart . Wite board . Spidol (ATK) o Skenario simulasi . Panduan demonstrasi VI. LANGKAH-LANGKAHPEMBELAIARAN Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini. Langkah 1. Pengkondisian Langkah pembelajaran: 1) Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi ternpat bekerja, materi yang akan disampaikan. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR-2o11 430
  • 3. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA .TAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN AHLI 2) Sarnpaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang. Langkah 2. Penyampaian Materi Langkah pembelajaran: 1) Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab, kemudian curah pendapat. Langkah 3. Simulasi Langkah pembelajaran: 1) Fasilitator melakukan simulasi sesuai dengan skenario simulasi. 2) Fasilitator melakukan demonstrasi sesuai dengan panduan demonstrasi. Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan Langkah pembelaiaran: 1) Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. 2) Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3) Fasilitator membuat kesimpulan. VII. URAIAN MATERI Pokok Bahasan 1. PENGERTIAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI BIDANG EPIDEMIOLOGI KESEHATAN Pengertian Metode epidemiologi tidak selamanya dapat diaplikasikan dengan mudah dan bahkan seringkali harus menggunakan dana yang sangat besar, sehingga metode epidemiologi sering dikatakan kompleks. Mencermati kondisi sebagaimana tersebut diatas, maka perlu dikembangkan metode epidemiologi tepat guna yang lebih sederhana, aplikatif, mudah dilaksanakan, biaya rnurah, tetapi tetap akurat mernberikan informasi epiderniologi yang diperlukan. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR-2o11 431
  • 4. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA IABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI Manfaat a Epidemiologi mempunyai manfaat sangat luas dalam mendukung upaya kesehatan p".o.urgun dan kesehatan masyarakat. Dengan diperolehnya teknologi tepat guna, akan memberikan peluang pemanfaatan epidemiologi lebih berguni dan dapat dilaksanakan oleh berbagai lapisan pengelola program dan masyarakat Pokok Bahasan 2. KRITERIA TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI BIDANG EPIDEMIOLOGI Konsep pengembangan teknologi tepat guna di bidang epidemiologi kesehatan Pengembangan teknologi tepat epidemiologi dapat terjadi dari kreatifitas para epid-emiolog kesehatan memanfaatkan metode atau pendekatan epidemiologi yang aplikaiif, sederhana dan dimanfaatkan dalam mengidentikasi adanya kasus- Lasris ^atau obyek epidemilologi lainnya, mengidentifikasi adanya masalah kesehatan, surveilans, dan identifikasi faktor atau kondisi yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit atau masalah kesehatan lainnya, atau metode lain clengan tetap mempertahankan metode epidemiologi' Ciri penerapan epidemiologi dalam teknologi tepat guna epidemiologi tersebut diatai adalah ditemukannya indikator kunci dari peristiwa-peristiwa yang mengindikasikan adanya masalah kesehatan. Identifikasi Kasus setiap kegiatan epidemiologi berkaitan dengan upaya mengidentifikasi adanya ,"r"o.ung atau sekelompok orang yang menderita- sakit dan kondisi/faktor yang terkait. Seseorang yang menderita sakit dengan karakteristik tertentu tersebut sering disebut sebagai kasus' Seseorang yang menderita sakit karena penyakit tertentu menunjukkan gejala dan tandi penyakit serta karakteristik lainnya. Penyakit satu dengan penyakit lain menunjukkan gejala dan tanda penyakit yang berbeda' Contoh Gambaran Klinis Penyakit sesorang yang menderita sakit campak akan menunjukkan geiala awal berupa a"."u-, konjungtivitis, pilek, batuk dan binti-bintik kecil dengan bagian tengah berwarni putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar keirerahan di daerah mukosa pipi (bercak Koplik). Tanda khas bercak KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR.2O11 432
  • 5. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA _ _ .=: _ . rAP4rlIJ!Ji{ssgI_4!eqL._Eu-gs5rg,HlJ.$.f r_Ery4.T9.14r1 kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh; dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang- kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berr,rrarna kecoklatan. Demam berdarah dengue merupakan penyakit virus dengan demam akut dengan ciri khas muncul tiba-tiba, demam biasanya berlangsung selama 3 - 5 hari (farang lebih dari 7 hari dan kadang-kadang bifasik), disertai dengan sakit kepala berat, rnialgia, artralgia, sakit retro orbital, tidak nafsu makan, gangguan gastro intestinal dan tirnbul ruam. Eritema awal diseluruh badan tejadi pada beberapa kasus. Ruarn makulopapuler biasanya rnuncul pada masa deoerfescence. Fenomena perdarahatr minor, seperti petechiae, epistaksis atau perdarahan gusi bisa terjadi selama demam. Pada kulit yang berwarna gelap, ruam biasanya tidak kelihatan. Mencermati perbedaan gejala dan tanda penyakit serta proses tirnbulnya gejala yang komplek tersebut, maka menemukan penderita demanl berdarah dengue diantara sejumlah orang atau suatu populasi yang seclang banyak menderita sakit campak, menjadi tidak mudah. Demikian juga sebaliknva. Dalam rangka identifikasi kasus diantara kasus-kasus lain yang menunlukkan gejala mirip, perlu adanya kemampuan menentukan ciri yang khas pada penderita dan prosedur menemukan kasus ditengah-tengah propulasinya. Kumpulan ciri pada seorang penderita merupakan definisi oparasional kasus. Contoh Definisi Operasional Kasus: Pada sistem surveilans terpadu penyakit berbasis data rumah sakit, rnaka dokter di runrah sakit diminta mengidentifikasi kasus campak dan kasus demam berdarah dengue diantara penderita yang berobat ke rumah sakit, dan merekam datanya dalam register rawat rumah sakit. Campak adalah seorang yang menderita sakit dan berobat ke rumah sakit dengan gejala demam dan adanya bercak merah pada kulit disertai salal-r satu gejala batuk atau mata merah. Tanpa pemeriksaan pendukung lainnya. Demam berdarah dengue adalah seorang yang menderita sakit dengan gejala demam dan adanya bercak merah pada kulit disertai hasil pemeriksaan darah menunjukkan trombositopeni dan hemokonsentrasi. Menentukan definisi operasional kasus tlan cara-cara menemukan kasus yang baik, sederhana, aplikatif dan mudah dilaksanakan tetapi tetap menunjukkan validitas yang tinggi adalah salah satu teknologi tepat guna epiderrriologi. Mengapa validitas penting ? Definisi operasional kasus lnernlruat batas dimana seseorang yang sakit akan dimasukkan kedalam kelonrpok sakit atau KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR-2011 433
  • 6. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA IABA'TAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN ANG AHLI bukan sakit, dan iuga seseorang yang tidak sakit (sehat) akan dimasukkan kedalam kelompok tidak sakit atau sakit. Ini yang menyebabkan seseorang yang sakit, tetapi karena dinyatakan tidak sakit, maka orang sakit ini tidak mendapat pengobatan yang tepat. Dari sisi epiclemiologi, orang sakit ini dimasukkan setagai populasi sehat, sehingga jumlah kasus (incidence rate) yang seharusnya tinggi menjadi lebih rendah dari yang seharusnya' Ketepatan Definisi Operasional Kasus Sakit Campak Sakit lain DO kasus Demam belum ada bercak merah Demam, bercakmerah dan batuk Demam bercak merah, batuk Ditetapkan sehat Ditetapkan sebagai Kasus CamPalt vvv Mencermati adanya ketidak tepatan suatu definisi operasional kasus, maka suatu definisi operasional kasus yang baik selalu diufi dengan tes validitas' sesuai dengan kebutuhannya, uji validitas dapat dilakukan diantara orang- orang yang berobat diunit pelayanan, atau diantara populasi umunl' Contoh uii Validitas Fidu d"fir,risi operasional kasus campak tersebut diatas digunakan untuk identifikasi kasus campak yang berobat ke unit pelayanan kesehatan. Maka uji validitas dilakukan dengan cara sebagai berikut semua orang yang berobat diuji dengan dengan definsii operasional kasus campak terslbut Jiatas dan menghasilkan ketetapan sebagai kasus campak atau bukan kasus camPak. Semua orang juga diuji dengan cara pemeriksaan yang lebih baik (gold standard), *Irutiyu dluii pemerlksaan serologinya dan identifikasi virus pada air kencing, dan menghasilkan ketetapan sebagai kasus campak atau bukan kasus campak KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR-2o11 434
  • 7. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANC AHLI Hasil pengujian semua orang yang berobat dapat ditampilkan dalarn tabel sebagai berikut: Defin isi Operas ional Kasus Sensitivitas dan Spes ifis itas DO Kasus Campak KASUS BUKAN KASUS Gold Standard KASUS ) b a+b BUKAN I(ASUS C d c+d a+c b+d Sensivitas = a/(a+c) Spesifisitas = di{b+d) Predictive Value Positive = a/(a+b) Definisi operasional kasus yang baik adalah alat diagnosistik yang tepat, yaitu jika sensitivitas dan spesivisitas sangat tinggi. Untuk mendapatkan definisi operasional kasus dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi keduanya adalah sangat sulit, dan seringkali identifikasi kasus dilakukan bertahap, pertama menggunakan definisi operasional kasus yang "longgar", kemudian setelah kasus ditemukary diterapkan definisi operasional kasus yang "ketat" . eaatoh Penerapan Definisi Secara Untuk menemukan kasus campak, maka dilakukan bertahap 1) identifikasi orang yang sakit dengan gejala clemam (definisi operasional kasus longgar) 2) setelah kasus ditemukary gunakan penetapan kedua, yaitu dernam, bercak merah, dan salah satu gejala batuk atau mata merah (definisi operasional kasus ketat) 3) setelah kasus ditemukan, gunakan lagi penetapan ketiga, yaitu, kasus cliambil air kencingnya untuk diperiksa ada ticraknya- viius campak. (definsi operasional kasus yang sangat ketat) KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR.2O11 435
  • 8. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA JABATAN FUNGSION,AL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI ldentifikasi Kasus Bahasan tersebut diatas adalah identifikasi individu sakit, pada bahasan berikut adalah identifikasi apakah sekelompok orang atau populasi tersebut mempunyai masalah kesehatan atau tidak. Populasi menghadapi masalah kesehatan dapat terjadi pada 2 keadaan: 1) Setiap oring atau sebagian orang dalam populasi menderita sakit, sehingga ^"l"blhi kemampuan untuk hidup normal (tidak menjadi masalah kesehatan masYarakat) 2) Setiap orang atau sebagian besar orang yang ada pada populasi tidak menderita sakit, tetapi memiliki kondisi lentan atau lingkungan yang dapat mendorong warga dalam populasi tersebut meniadi sakit Untuk menentukan apakah suatu populasi mempunyai masalah kesehatan, perlu dilakukan survei pada total populasi atau pada sarnpel populasi sesuai kaidah penelitian. Ahli epidemiologi perlu menentukan suatu metode yang aplikatif' sederhana tetapi masih tetap mengukur adanya masalah kesehatan pada suatu populuti Ittl adalah teknologi tepat guna epidemiologi yang sangat ditunggu oleh para pemamngku kesehatan masyarakat' Masalah Kesehatan Padasebuahkampungditemukanlanakmenderitacampakderrgan brochopnemonia, iementara cakupan imunisasi campak di kampung tersebutselamabeberapatahunterakhirsangatrendah)kampung menghadaPi masalah kesehatan Terdipat i kur* gizi buruk yang tidak disebabkan karena infeksi ) daerahdimanakasusgiziburuktinggaldidugabanyakanak-anakyang menderita kekurangan gizi. Ditemukan prevalensi rate HIV pada kelompok risiko tinggi lebih dari 0,5 % menunjukkan daerah tersebut adalah berstatus darurat penularan virus HIV yang sangat tinggi yang memerlukan tindaka segera' TerdapatkasusinfluenzaA-H5N1(fluburung)padamanusia,kemudian berturut-turut ditemukan kontak langsung i'gu sakit yang sama/ kemudian kontak terhadap kontak juga sakit yang sama ) daerah tersebut menghadapi masalah kesehatan potensi pandemi in-fluenza .=#.-- KuMnr.ririrlNxEslXiliTii?flr-,SBliKEsEHArAN 436 a
  • 9. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA TAN zuNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI Penentuan metode identifikasi masalah kesehatan terselrut memerlukan pemikiran yang mendalam, teliti, dan teruji rnelalui serangkaian penelitian untuk itu atau bukti lapangan yang terukur.. Metode Bukti Lapangan adalah cara praktis menguji ketepatan iclentifikasi adalanya masalah kesehatan Contoh 1 kasus campak di Puskesmas dengan cakupan imunisasi rendah di tempat tinggal kasus, maka akan menimbulkan masalah kesehatan (penyakit campak menular dan cepat rnenyebar), maka : setiap ditemukan kasus campak di Puskesmas diteliti cakupan imunisasi selama beberapa tahun kebelakang, dan clitentukan acia ticlaknya perkembangan kasus menjadi lebih bar"ryak dari biasanya (rnasalah kesehatan) Jmldesa drperiksa dan postttf ada masalah kesehatan Ketepatan Kriteria _ li,lasalah Kesehatan - X 1 00". Jmldesa drperiksa Bagaimanapun juga, kasus-kasus campak banyak yang tidak clatang ke Puskesmas, dan oleh karena itu, pengukuran berapa besar kemungkinan kasus campak datang ke Puskesmas juga diuji. Pengujian tersebut diatas hanya dilakukan pada wilayar-r dimana ditemukan adanya kriteria massalah kesehatan, sebaiknya pengujian juga dilakukan pada wilayah yang tidak menunjukkan kriteria adanya'masalah kesehatan, seperti halnya uji validitas pada identifikasi kasus. Tentunya ini sesuai dengan masing-masing masalah kesehatan. Pada penyelidikan epidemiologi KLB keracu.an misalnya, telah berkembang berbagai metode epidemiologi yar-rg lebih aplii<atih clarr sederhana dalam menentukan diagnosis etiologi keracunan dan penentuan makanan sebagai sumber keracunan (dapat dipelajari pu.tu ,rateri penyelidikan epidemiologi KLB). Surveilans sentinel salah satu bentuk epidemiologi aplikatif, seclerhana dan bermanfaat adalah metode surveilans sentinel. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR-20l1
  • 10. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI Untuk mengetahui adanya masalah kesehatan, maka harus dilakukan survei kasus pada populasi untuk mengetahui berapa besar iumlah kasus yang ada selama periode waktu tertentu, baik pada total populasi maupun pada sampel populasi. Oleh karena itu, untuk mengetahui adanya masalah kesehatan secara terus menerus, perlu dilakukan survei kasus secara teratur' Contoh Riset Kesehatan dasar yang dilaksanakan setiap 3 tahun sekali untuk mengetahui perkembangan berbagai ienis penyakit yang berkembang di setiap wilayah di Indonesia' Pada metode survei ini, akan selalu diperoleh besarnya incidence rate atau prevalence rate setiap ienis penyakit yang disurvei' Bagaimanapun iuga, metode survei adalah sangat mahal dan *"LU.rtrnian sumberdaya yang tidak sedikit, dan waktu yang lama' Surveilans sentinel adalah bertuiuan sama dengan surveilans berbasis tersebut diatas, yaitu menemukan adanya masalah kesehatan dan dapat direspon dengan tepat, tetapi perbedaannya adalah data pada hasil kerja ,.r.,r"ilu., serrtinel selalu tidak dapat mengukur incidence rate atau prevalence rate pada masalah kesehatan yang dikur' Contoh Srr*"ll^n, DBD berdasarkan data rumah sakit sentinet (RS Sehat cli Kabupaten Jaya) ::! ==!:::!!!! KEMEI{TERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR-201l 438
  • 11. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA IABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI Grafik Kurva DBD RS Sentinel dan Survei Populasi Kecamatan Tua, Kabupaten Jaya 45 (t) f30a Y J = 15 a tftt-' ...Survei -RS Sentinel 0 7 8 910'11 12 13 14 15 16 MINGGU Data Kasus DBD RS sentinel, adalah penderita DBD yang datang berobat ke RS, dan banyak kasus DBD yang ada di populasi tid;k data;g ke RS. Incidence Rate/attack rate DBD berdasarkan data DBD RS sentincl di populasi tidak dapat diketahui Data Kasus DBD survei, adalah penderita DBD yang cliidentifikasi clari rumah ke rumah selama minggu 7-16, sehinggu ,"-ru kasus dapat terekam. Incidence rate/attack rate DBD berdasarkan data DBD survei ini dapat dihitung berdasarkan jumlah kasus ditemukan per jumlal-r populasi yang diperiksa per minggu walaupun incidence DBD berdasarkan data DBD RS sentinel tidak diketahui, tetapi pola kurva keduanya sama, cran prograrn dapat menarik kesimpulan: 1) |ika kasus DBD RS sentinel meningkat, maka kasus DBD di populasi juga rneningkat, demikian sebaliknya 2) lika kasus DBD RS sentinel meningkat, maka perlu segera clilakukan respon KLB Penentuan metode surveilans sentinel untuk mendeteksi adanya masalal-r kesehatan tersebut memerlukan pemikiran yang mendalam, teliti, dan teruii melalui serangkaian pe.elitian untuk itu atau bukti lapangan ya.g terukur. -.KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR.2O11 439
  • 12. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA IABATAN FI.JNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI Pengembangan metode surverilans sentinel dapat berdasar pada berbagai koniep, antara lain : berdasarkan wilayah, berdasarkan berdasarkan kejadian kesehatan dan berdasar pada kasus-kasus yang datang ke unit pelayanan kesehatan (pasif case detection) dan keriasama dokter praktek Surveilans Sentinel Berdasarkan Wilayah Memantau perkembangan penyakit tertentu pada satu wilayah tertentu untuk memantau perkembangan penyakit tersebut pada wilayah yang lebih luas, dimana wilayah tertentu tersebut meniadi bagiannya. Perkembangan Kasus DBD Kota JaYa Berdasarkan Surveilans DBD Kecamatan Tual 60 345a *so Ers Estimasi DBD Kota Jaya "( '. Kec. Tual I 0 13 57911 BULAN Surveilans DBD di Kec. Tualdiperkuat dan diperketat; semua kasus DBD didata dg baik Surveilans Sentinel Berdasarkan Keiadian Kesehatan 1) Perkembangan suatu penyakit, dengan mengembangkan surveilans penyakit tersebut, tetapi dipilih yang menuniukkan tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR-2011 440
  • 13. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA IABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENIANG AHLI Contoh: Memantau perkembangan diare dengan mengembangkan surveilans diare dehidrasi berat. Kasus-kasus diare dehidrasi berat sangat besar kemungkinanya untuk datang ke unit pelayanan kesehatan, dan hampir tidak ac-la yang ticlak berobat. Oleh karena itu, jumlah kasus dehidrasi berat di unit pelayanan adalah sama dengan kasus dehidrasi berat di populasi. Peningkatan jumlah kasus diare, akan diikuti dengan mcningkatrrya kasus-kasus diare dehidrasi berat, sehingga dengan rnemantau perkembangan kasus dehidrasi berat, dapat memantau perkernbangan kasus diare di populasi. 2) Perkembangan situasi kesehatan rnasyarakat pada suatu populasi diperkirakan berdasarkan surveilans penyakit tertentu. Metode ini adalah metode yang paling banyak dimanfaatkan dalam mengembangkan surveilans sentinel Contoh Perubahan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, dipantau dengan melakukan surveilans kematian bayi yang diperoleh melalui survei kematian bayi berkala. Memantau adanya cemaran pada produksi pangan dengan surveilans kejadian keracunan multistate. Memantau perkembangan keberhasilan rnanajernen pengungsi dengan mengembangkan surveilans kematian diantara pengungsi. Surveilans Sentinel berdasar pada kasus-kasus yang datang ke unit pelayanan kesehatan (pasif case detection) dan kerjasama dokter praktek Ini merupakan praktek surveilans yang paling banyak dilaksarrakan di Indonesia, karena hampir semua sistem pencatatan dan pelaporan data kesakitan berdasarkan data rumah sakit dan Puskemas. Prinsip dasarnya sama dengan metode lain, dimana perkembangan kasus yang datang ke unit pelayanan mencerminkan perkernbangan kasus yang ada di populasi. Incidence rate tidak pernah diketahui. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR-2011 44t
  • 14. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI Contoh Pada KLB Campak Memperkirakan perkembangan kasus campak di masyarakat dengan memantau perkembangan kasus campak yang datang ke unit pelayanan kesehatan. Kurva Epidemi Campak (Data Pelayanan) KLB Campak Desa Slebak, Slebuk, 2011 25 20 15 10 5 0 Pendataan pasif di Puskesmas l Y E Kasus El Bronchitis 1L 72 13 1.4 15 1'6 MINGGU a datang ke PelaYanan tidak ke pelayanan Contoh surveilans Berbasis Data Bulanan Kejadian Tifus Perut di Rumah sakit Memantau perkembangan kasus tifus perut di masyarakat dengan memantau perkembangan kasus tifus perut yang berobat ke Rumah sakit' Contoh Surveilans Berbasis Data Kunjungan Praktek Dokter Beberapa dokter praktek bersepakat melaporkan secara teratur kasus- kasus penyakit tertentu. Kasus-kasus yang terdokumentasikan ini menjadi sumber data surveilans penyakit tersebut berdasarkan kunjungan praktekdokteryangdapatdigunakanuntukmemperkirakan perkembangan kasus-kasus tersebut di masyarakat Contoh Beberapaorangyangtinggaldipinggirjalanrayabersediadiperiksa secara teratur tlngginya kadar Pb dalam darahnya, ini meniadi sumber data surveilu., ."rruru.r Pb yang digunakan memperkirakan tingginya cemaran Pb di sePanjang jalan. - ;Psrffi"ESEil'i^N PUSDIKLAT APARATUR-2ol1 442
  • 15. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA IABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI a Model identifikasi faktor risiko kesehatan Identifikasi faktor risiko kesehatan dapat diperoleh melalui studi epidemiologi analitik. Faktor risko penyakit tertentu yang diperkirakan sangat banyak, setelah diteliti dengan cermat, dapat diidentifikasi faktor- faktor yang sangat berpengaruh saja, sehingga intervensi dapat dilakukan lebih fokus, tepat sasaran dan efisien, faktor-faktor yang terbukti tidak ada pengaruhnya, tidak perlu dilakukan intervensi Studi epidemiologi analitik dengan pengendalian faktor risiko yang ketat dapat menyusun sebuah model faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kesehatan. Dugaan Fakor Yang Serpengaruh Terhadap Masalah Kesehatan StudiAnalitik Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Masalah Kesehatan / FaKor n ) ,/ Faktor 'lj--i ,t Masalah / Faktor e ) + ( Faktor )( Faktor B ! I .. ._.t . Ma3aLh .. Faktor Kcseh.tan ' U 1 Faktor Faktor 1 i Faktor 1,,D) / FaKor !e E a Sarana Temuan teknologi tepat guna dapat dilihat dari hasil karya dalam bentuk alat atau bentuk fisik lain, dan ini seringkali ditetapkan sebagai temuan teknologi tepat guna epidemiologi. Teknologi tepat guna epidemiologi harus berdasar pada pendekatan epidemiologi, tetapi bisa jadi pengmabangan alat dapat menclukung terselenggaranya teknologi tepat guna epidemiologi. Contoh Penggunaan ovitrap untuk memantau perkembangan nyamuk Aedes agypti. Ini merupakan kerjsama ahli epidemiologi dan ahli entomologi dalam memantau perkembangan ancaman penyakit demarn berdarah dengue. KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR-2011 443 )
  • 16. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI Data hasil pengukuran keberadaan jentik nyamuk Aedes agypti dengan ovitrap, merupakan sumber data surveilans perkembangan nyamuk Aedes agypti pada kawasan di sekitar pemasangan ovitrap. Dari sisi epidemiologi, pengukuran jentik nyamuk dengan ovitrap menjadi metode pengumpulan data lebih sederhana, aplikatif dan sangat bermanfaat dibanding pemantauan jentik berkala yang dilakukan oleh kader jumantik. Tepatnya bukan pada alatnya, tetapi pada pengumpulan data dan analisisnya. SDM epideruiolqgi Pemanfaatan SDM dalam upaya pengembangan teknologi tepat guna epidemiologi adalah sama dengan pemanfaatan sarana VIII.REFERENSI l-. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Principles of Epidemiology in Public Health Practice. Third Edition U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Office of Workforce and Career Development. Atlanta. (www.cdc.gov. 2011) 2. Michael B. Gregg. Epidemiologi Lapangan 3rd Ed. Terjemahan oleh tim FETP, FKMUI, FK UGM, dan Ditjen PP&PL, 2011. 3. Sholah Imari. Surveilans Epidemiologi : Prinsip, Aplikasi, Manajemen Penyelenggaraan dan Evaluasi Sistem Surveilans. FETP, Kementerian Kesehatan RI - WHO. lakarta,201L. KEMENTERIAN KESEHATAN RI.BADAN PPSDM KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR-201l 444