1. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
188
MATERI INTI 2.
PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pengamatan epidemiologi yang lebih dikenal dengan sebutan surveilans
epidemiologi merupakan unit pendukung yang memberikan informasi situasi
kesehatan atau situasi yang berpengaruh terhadap kesehatan berdasarkan analisis
epidemiologi. Pengamatan epidemiologi adalah suatu kegiatan dimulai dari
pengumpulan data, validasi, pengolahan, analisa dan interpretasi tentang
epidemiologi penyakit yang diamati serta menentukan factor yang berperan pada
kegiatan penyakit tersebut.
Pada modul ini peserta pelatihan jabatan fungsional epidemiologi Ahli untuk
pengangkatan pertama, secara umum akan mempelajari pengamatan
epidemiologi yang secara khusus mempelajari penyiapan pengumpulan data
epidemiologi,evaluasi/analisis data secara diskriptif dan analitik serta penyajian
dan penyebarluasan data epidemiologi. Penjelasan tentang surveilans
epidemiologi akan diuraikan secara utuh, dan akan ada penjelasan sesuai
kompetensi yang diharapkan dalam pokok bahasan.
Pada awal pembelajaran secara umum akan dijelaskan tentang : Pengertian,
Kegunaan, Komponen dan Jenis Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi
dibahas sepintas sebagai dasar pemahaman surveilans dan kaidah-kaidah dasar
penyelenggaraannya. Jenis dan sumber data merupakan komponen penting dari
kegiatan surveilans, yang dapat berpengaruh terhadap kualitas dan desain
analisis serta terhadap informasi yang merupakan tujuan pelaksaaan kegiatan
surveilans.
Selanjutnya sesuai pokok bahasan yang pertama akan dijelaskan pengumpulan
data dimana akan dipelajari tentang metude pengumpulan data dan dibahas
secara mendalam teknik penyusunan instrumen , baik pada data primer maupun
data sekunder. Selanjutnya dipelajari bagaimana melakukan analisis data secara
deskriptif dan analitik.
Pada pokok bahasan yang kedua, sebagai bagian terpenting dari pelaksaan
surveilans, maka dibahas juga mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan
teknis evaluasi pelaksanaan surveilans, baik evaluasi terhadap sistem
penyelenggaraan surveilans, termasuk terhadap kelengkapan dan kualitas data,
maupun evaluasi terhadap data sebagai kegiatan analisis untuk mendapatkan
informasi epidemiologi.
2. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
189
Pada pokok bahasan ketiga ,yang merupakan bagian terakhir, dibahas berbagai
masalah yang berhubungan dengan penyebaran informasi, baik penyebaran
informasi kepada pimpinan maupun kepada pihak-pihak lain yang memerlukan.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pengamatan
epidemiologi.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menyiapkan pengumpulan data .
2. Melakukan evaluasi/analisis data secara deskriptif dan analitik.
3. Melakukan penyajian dan penyebarluasan data .
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Penyiapan pengumpulan data
Sub Pokok Bahasan:
a. Penyusunan/penetapan metode pengumpulan data secara primer dan
sekunder
b. Penyusunan instrumen pengumpulan data secara primer dan sekunder
Pokok Bahasan 2. Analisa data secara deskriptif dan analitik
Pokok Bahasan 3. Penyajian dan penyebarluasan data
Sub Pokok Bahasan:
a. Penyusunan laporan
b. Penyajian
c. Penyebar luasan
3. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
190
IV. METODE
• CTJ
• Curah pendapat
• Demonstrasi
• Simulasi
• Praktek Lapangan (PKL)
V. MEDIA DAN ALAT BANTU
• Bahan tayang (slide power point)
• Laptop
• LCD
• Flipchart
• White board
• Spidol (ATK)
• Panduan demonstrasi
• Skenario simulasi
• Panduan PKL
• Kerangka acuan PKL
VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran
materi ini.
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
4. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
191
Langkah 2. Penyampaian Materi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2. Fasilitator meminta peserta untuk menyebutkan beberapa hal yang telah
dijelaskan pada setiap pokok bahasan untuk mengevaluasi penyampaian
materi sebelumnya.
Langkah 3. Praktek /Penugasan di kelas
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator meminta kepada peserta untuk membagi diri dalam kelompok
untuk melakukan praktek/penugasan yang diberikan fasilitator secara
berkelompok.
Penugasan/latihan mencakup :
Latihan 1:
Pengumpulan bahan untuk persiapan dalam rangka pengumpulan data
pengamatan Epidemiologi
• Penyusunan/penetapan metode pengumpulan data secara primer dan
sekunder
• Penyusunan instrumen pengumpulan data secara primer dan
sekunder
Latihan 2:
Analisa data secara deskriptif dan analitik
Latihan 3:
Penyajian dan penyebarluasan data
a. Penyusunan laporan
b. Penyajian
c. Penyebar luasan
5. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
192
2. Fasilitator meminta kepada peserta untuk melakukan presentasi kelompok
untuk membahas penugasan yang telah didiskusikan, peserta dari kelompok
lain membahas/menanggapi penyajian.
Langkah 4. Praktek Lapangan
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator memberikan penjelasan tentang petunjuk praktek lapangan ke lokasi
yang ditetapkan untuk PKL.
2. Fasilitator meminta kepada peserta untuk membagi diri dalam kelompok
untuk melakukan praktek lapangan sesuai lokasi yang ditentukan oleh
fasilitator secara berkelompok.
3. Fasilitator memfasilitasi/membimbing peserta selama melakukan prakten
lapangan.
4. Fasilitator meminta kepada peserta untuk menyusun laporan PKL dan
meminta peserta untuk melakukan presentasi kelompok untuk membahas hasil
praktek lapangan, peserta dari kelompok lain membahas/menanggapi
penyajian.
Langkah 5. Rangkuman dan Kesimpulan
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.
VII.URAIAN MATERI
PENDAHULUAN
Untuk lebih memahami Pengamatan Epidemiologi atau Surveilans Epidemiologi
perlu mempelajari terlebih dulu tentang Pengertian, Kegunaannya, Komponen
dan Jenis Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi seperti yang diuraikan
dibawah ini :
1. Pengertian Surveilans Epidemiologi
Surveilans epidemiologi adalah analisis terus menerus secara sistematis
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi risiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan
6. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
193
tersebut melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan agar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.
Kegiatan analisis terus menerus tersebut akan menghasilkan informasi terus
menerus yang sangat diperlukan bagi pengelola program dan penelitian dalam
penetapan prioritas perencanaan, pengendalian dan evaluasi program serta
munculnya gagasan penelitian yang terarah. Informasi dimaksud juga dapat
berfungsi untuk memperingatkan akan perlunya pengembangan suatu
surveilans yang lebih teliti, cepat dan akurat, misalnya informasi adanya
peningkatan kasus demam berdarah, akan mewajibkan perlunya pemantauan
kasus DBD yang lebih teliti, cepat dan akurat untuk segera melakukan upaya
pengobatan dan membersihkan nyamuk terinfeksi virus DBD dengan fogging
focus.
2. Kegunaan Surveilans Epidemiologi
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya
pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans epidemiologi
mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya
pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya.
Penyelenggaraan pelayanan pengobatan sangat membutuhkan dukungan
surveilans epidemiologi untuk mendapatkan informasi epidemiologi yang
dapat dimanfaatkan dalam penetapan daerah prioritas penempatan rumah
sakit, puskesmas atau upaya kesehatan pengobatan lainnya, serta untuk
mengukur kinerja upaya pelayanan pengobatan dari waktu ke waktu.
Surveilans epidemiologi juga dimanfaatkan di rumah sakit, misalnya surveilans
epidemiologi infeksi nosokomial, bagian dari sistem informasi untuk
menunjang manajemen rumah sakit dsb.
Pada umumnya surveilans epidemiologi menghasilkan informasi epidemiologi
yang dimanfaatkan dalam mendukung manajemen :
a. Penilaian status kesehatan masyarakat
b. Deteksi dini KLB yang diserta dengan timbulnya respon cepat dan tepat
c. Bahan dalam perumusan program prioritas
d. Data kuantitatif dalam menetapkan sasaran spesifik program
e. Informasi untuk menetapkan disain dan perencanaan program kesehatan
masyarakat
f. Evaluasi program intervensi
g. Inspirasi rencana studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan
program
7. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
194
Untuk kepentingan epidemiologi, maka kegiatan surveilans epidemiologi
dikembangkan untuk :
a. menentukan kelompok atau golongan populasi yang paling berisiko
terserang penyakit, baik berdasarkan wilayah, umur, jenis kelamin, ras,
pekerjaan, dan lain-lain
b. menentukan jenis dari kuman atau agent penyebab sakit dan
karakteristiknya
c. menentukan reservoir kuman
d. memastikan keadaan-keadaan yang yang dapat menyebabkan terjadinya
transmisi penyakit.
e. mencatat kejadian penyakit
f. memastikan sifat dasar dari wabah, sumber dan cara penularan serta
penyebaran menurut wilayah atau kelompok-kelompok populasi dsb.
3. Komponen Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi
Untuk menyelenggarakan kegiatan surveilans epidemiologi diperlukan 6
komponen utama penyelenggaraan surveilans epidemiologi, yaitu :
a. Adanya tujuan yang jelas dan terukur, terutama hubungannya dengan
upaya intervensi program atau penelitian
b. Memiliki konsep atau mekanisme surveilans epidemiologi dalam mencapai
tujuan-tujuan
c. Proses kegiatan pengumpulan, pengolahan data, analisis dan distribusi
informasi epidemiologi yang dilaksanakan secara sistematis
d. Kegiatan penunjang surveilans epidemiologi, terutama adanya tim teknis
surveilans epidemiologi yang terdiri dari para tenaga profesional,
peraturan-peraturan dan pedoman, dana operasional dan sarana komputer,
telepon dan faksimili serta formulir isian
e. Memiliki jejaring surveilans epidemiologi
f. Memiliki indikator kinerja
Mekanisme surveilans epidemiologi meliputi rangkaian kegiatan :
a. Identifikasi data yang diperlukan
b. Perekaman, pelaporan, pengolahan dan perbaikan data serta umpan balik
c. Analisis dan interpretasi data
d. Studi epidemiologi
e. Diseminasi informasi
f. Menyusun rekomendasi dan alternatif tindaklanjut
8. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
195
4. Jenis-Jenis Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi
Pelaksanaan surveilans epidemiologi dapat menggunakan satu cara atau
kombinasi dari beberapa cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi. Cara-
cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi dibagi berdasarkan atas metode
pelaksanaan, aktifitas pengumpulan data dan pola pelaksanaannya.
a. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan
1) Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu
Adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap beberapa
kejadian, permasalahan, dan atau faktor risiko kesehatan
2) Surveilans Epidemiologi Khusus
Adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap suatu
kejadian, permasalahan, faktor risiko atau situasi khusus kesehatan
3) Surveilans Sentinel
Adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada populasi dan
wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adalanya masalah kesehatan
pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.
4) Studi Epidemiologi
Adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada periode tertentu
serta populasi dan wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam
gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan faktor risiko
kesehatan.
Studi epidemiologi dapat dilaksanakan bersamaan antara studi
kuantitatif, yaitu studi deskriptif, analitik observasional dan eksperimen,
serta studi kualitatif. Pembahasan lebih lanjut tentang studi
epidemiologi dapat dipelajari pada masing-masing referensi studi
epidemiologi.
b. Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Berdasarkan Aktifitas
Pengumpulan Data
Berdasarkan aktifitas pengumpulan data, surveilans dibagi menjadi:
1) Surveilans Aktif
Adalah kegiatan surveilans dimana para petugas surveilans mendatangi
sumber data, sehingga tidak ada satupun laporan sumber data yang
9. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
196
tidak terekam. Mendatangi sumber data dapat diartikan dengan
meminta data melalui telepon atau e-mail.
Beberapa contoh surveilans aktif :
a) Surveilans berbasis penelitian populasi dengan mengambil sampel
penelitian diantara anggota populasi
b) Surveilans berbasis data kesakitan Puskesmas, dimana petugas Dinas
Kesehatan secara aktif mendatangi secara teratur setiap Puskesmas
untuk merekam data dari register harian berobat Puskesmas
merupakan surveilans aktif Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Surveilans Pasif
Adalah kegiatan surveilans dimana para petugas surveilans menunggu
laporan yang dikirim oleh sumber data
Beberapa contoh surveilans pasif :
a) Data kesakitan Puskesmas dengan menunggu penderita berobat
merupakan surveilans pasif Puskesmas
b) Data kesakitan Dinas Kesehatan dengan menunggu laporan Data
Kesakitan Bulanan Puskesmas merupakan surveilans pasif Dinas
Kesehatan
3) Surveilans Pasif Aktif
Pelaksanaan surveilans pasif biasanya lebih murah dibandingkan
surveilans aktif, tetapi kelengkapan data pada surveilans aktif jauh lebih
baik dibandingkan kelengkapan data pada surveilans pasif. Untuk
mendapatkan data lebih lengkap dengan biaya lebih murah, biasanya
penyelenggara surveilans menggabungkan dua jenis surveilans pasif
dan aktif.
b. Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Berdasarkan Pola Pelaksanaan
1) Pola Kedaruratan
Adalah kegiatan surveilans epidemiologi yang mengacu pada ketentuan
yang berlaku untuk penanggulangan KLB, wabah dan bencana
Surveilans Dalam Keadaan Darurat merupakan penyelenggaraan
surveilans selama terjadinya keadaan darurat bencana atau selama
dilaksanakannya kegiatan penanggulangan KLB.
Tujuan penyelenggaraan surveilans ini terutama untuk mendukung
upaya penanggulangan bencana dan penanggulangan KLB, baik dalam
rangka monitoring keberhasilan upaya penanggulangan dimaksud
maupun memberikan informasi secara terus menerus dan sistematis
agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan yang efektif dan efisien.
10. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
197
2) Pola Selain Kedaruratan
Adalah kegiatan surveilans epidemiologi yang mengacu pada ketentuan
yang berlaku untuk keadaan diluar KLB, wabah atau bencana
d. Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Berdasarkan Kualitas
Pemeriksaan
1) Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan
Adalah kegiatan surveilans epidemiologi dimana data diperoleh
berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan
pendukung pemeriksaan
2) Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus
Adalah kegiatan surveilans epidemiologi dimana data diperoleh
berdasarkan pemeriksaan laboratorium atau peralatan pendukung
pemeriksaan lainnya.
Jenis dan Sumber Data
Data merupakan jamak dari datum yang berarti angka, sehingga data dapat
diartikan sebagai himpunan keterangan yang diperoleh dari penghitungan dan
atau pengukuran, yang bentuknya dapat berupa angka maupun bukan angka.
Untuk kepentingan pengumpulan data, data sebaiknya memiliki batasan
operasional atau definisi operasional. Definisi operasional data adalah
karakteristik data menurut waktu dan tempat.
Contoh, definisi operasional data penduduk menurut pendidikan adalah
penduduk Indonesia berusia lebih dari 12 tahun menurut ijazah pendidikan
formal tertinggi yang telah diperolehnya pada tahun 2010.
Contoh definisi operasional data seseorang yang menderita penyakit campak
(sering disebut sebagai kasus campak) adalah penduduk Kecamatan Pamulang
yang mulai menderita sakit antara bulan Januari-Februari 2010 dengan gejala
demam, bercak kemerahan disertai salah satu tanda pilek, mata merah atau diare.
Berdasarkan jenisnya data dibagi menjadi:
1. Data primer
Adalah data yang definisi operasionalnya dibuat oleh orang atau unit yang
mengumpulkan data
2. Data sekunder.
Adalah data yang definisi operasionalnya tidak dibuat oleh orang atau unit
yang mengumpulkan data.
11. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
198
Data tertier, data ini lebih dikenal sebagai informasi yang merupakan hasil proses
analisis dan penarikan kesimpulan dari serangkaian data. Informasi sangat
dipengaruhi oleh subyektifitas orang yang membuat atau menyampaikan
informasi, sementara data tidak terpengaruh subyektifitas dimaksud.
Menurut metode rekapitulasinya, data dibagi menjadi:
1. Data individu
Adalah keterangan dari satu orang atau satu media lingkungan tentang satu
atau beberapa jenis variabel.
Contoh: Amir berumur 3 tahun, laki-laki, sedang menderita sakit campak
dengan komplikasi brokhopnemonia. Sumur pak Tani di Desa Ampana berisi
air jernih, tetapi mengandung bakteri coli. Data individu dapat diperoleh dari
data primer atau data sekunder yang belum terekapitulasi. Data kasus yang
terdapat dalam Buku Register Harian Penderita Rawat Jalan Puskesmas
merupakan data individu, demikian juga data imunisasi yang terdapat dalam
Buku Catatan Imunisasi Desa
2. Data agregat
Adalah rekapitulasi data individu berdasarkan satu kesatuan variabel,
misalnya kasus pada usia tertentu, atau media lingkungan dengan
karakteristik tertentu.
Contoh data agregat antara lain : data kasus campak usia 1-4 tahun adalah 15
kasus, data kasus campak usia 5-9 tahun adalah 8 kasus. Data jumlah sumur di
Desa Ampana yang berisi air jernih adalah 20 buah, sedang data jumlah sumur
yang berisi air jernih dan terdapat bakteri coli adalah 4 buah. Data kasus yang
terdapat dalam Laporan Bulanan Data Kesakitan Puskesmas adalah data
agregat, demikian juga dengan data imunisasi pada Laporan Bulan Imunisasi
Puskesmas.
Data individu dapat diolah dengan leluasa menjadi berbagai jenis data agregat,
misanya data kasus campak dan umur dapat diolah menjadi data agregat kasus
campak usia 0-4 tahun, 5-14 tahun atau <1th, 1-4 th, 5-9 th dan 10-14 th sesuai
dengan kebutuhan analisis. Sementara data agregat tidak dapat diolah menjadi
data agegat lain dengan leluasa, misalnya data agregat kasus campak 0-4 th dan 5-
14 th tidak mungkin diolah menjadi data agergat kasus campak <1th, 1-4 th, 5-9 th
dan 10-14 th.
Data dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik primer maupun sekunder.
Sumber data primer biasanya dapat diperoleh pada penelitian atau penyelidikan
lapangan/populasi, sedangkan sumber data sekunder didapatkan dari instansi
pemerintahan atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
12. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
199
Beberapa jenis sumber data sekunder yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
surveilans epidemiologi, yaitu :
a. Data kesakitan dari fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat
b. Data pelayanan kesehatan masyarakat
c. Data kematian dari unit pelayanan kesehatan, laporan institusi pemerintah dan
masyarakat.
d. Data demografi dari unit statistik kependudukan dan masyarakat
e. Data geografi dari unit meteorologi dan geofisika
f. Data laboratorium dari unit pelayanan laboratorium dan penyelidikan
lapangan.
g. Data kondisi lingkungan.
h. Laporan wabah
i. Laporan penyelidikan wabah/KLB
j. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
k. Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya
l. Data hewan dan vektor sumber penular penyakit unit pelayanan masyarakat
dan laporan masyarakat.
m. Laporan kondisi pangan.
n. Data dan informasi penting lainnya.
Register Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas.
Merupakan sumber data kesakitan yang sangat penting, yang tercatat dalam buku
Register Harian Rumah sakit dan Puskesmas. Variabel data yang terekam adalah
nama penderita, umur, tanggal dirawat, alamat, diagnosa, dan keterangan-
keterangan lainnya. Data ini secara teratur bulanan direkam dan dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Propinsi. Unit Surveilans
Epidemiologi akan memanfaatkan data tersebut sebagai sumber data Sistem
Kewaspadaan Dini KLB dan sumber data untuk mengetahui perkembangan
penyakit yang sangat penting untuk menentukan prioritas program dan rencana
penelitian.
Penyelidikan KLB.
Laporan hasil penyelidikan KLB dan laporan epidemiologi KLB (distribusi dan
jumlah kasus, jumlah kematian, attack rate, case fatality rate) disamping berguna
dalam upaya penanggulangan KLB yang sedang berlangsung, juga merupakan
sumber data surveilans epidemiologi yang sangat penting untuk mengetahui
besarnya ancaman KLB dan epidemiologinya di suatu wilayah.
13. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
200
Data Cakupan Program.
Data cakupan program imunisasi, cakupan air bersih, cakupan penyemprotan
malaria merupakan hasil upaya pemberantasan penyakit yang berhubungan
dengan besarnya ancaman penyakit pada suatu wilayah. Misalnya, cakupan
imunisasi campak rendah akan berisiko terjadinya KLB campak, rendahnya
cakupan air bersih berisiko terjadinya peningkatan penyakit diare.
Pokok Bahasan 1.
PENYIAPAN PENGUMPULAN DATA
a. Penyusunan/ penetapan metode pengumpulan data secara primer dan
sekunder
Pengumpulan data memerlukan instrumen yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data dengan suatu metode pengumpulan data yang sesuai. Di
samping itu, juga perlu dipahami dengan baik tata cara pengolahan serta
keadaan yang dapat mempengaruhi kualitas dan akurasi data.
Secara skematis pola berpikir pengumpulan data dapat digambarkan sebagai
berikut :
GAMBAR 1
Pola berpikir Kegiatan Pengumpulan Data Dalam Surveilans Epidemiologi
Memperhatikan berbagai aspek tentang pengumpulan data tersebut maka akan
dibahas lebih luas tentang : Instrument dan metode pengumpulan data primer
dan sekunder,Pengolahan data, kualitas dan akurasi data
Pengumpulan Data
Pengolahan
Data
Analisis
informasi
sesuai dengan
tujuan
surveilans
Instrumen dan
Metode
Pengumpulan Data
Inspirasi dan Evaluasi
14. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
201
Penyusunan/penetapan metode pengumpulan data primer
Menyusun instrumen pengumpulan data primer dan menyusun metode
pengumpulan data primer sebenarnya merupakan kegiatan yang tak
terpisahkan untuk mencapai tujuan-tujuan surveilans.
Untuk menyusun metode Pengumpulan data Primer dalam rangka kegiatan
surveilans membutuhkan penguasaan terhadap kualitas dan akurasi data yang
disebabkan karena ketidak tepatan penetapan definisi operasional setiap data
yang diinginkan, pemilihan sumber untuk memperoleh data (sumber data) dan
pemilihan pelaksana dan metode wawancara.
Kualitas dan akurasi data telah dibahas pada pembahasan sebelumnya dan
pada bab ini akan dibahas :
1) Wawancara
2) Perekaman Data
3) Pengiriman Data
4) Perbaikan Data : Editing Data dan Umpan Balik
Penjelasan:
1) Wawancara
Pewawancara, cara wawancara, dan sumber data berpengaruh terhadap
kualitas dan akurasi data surveilans.
Menurut metode wawancara dalam rangka pengumpulan data primer
dapat dibedakan 3 jenis metode pengumpulan data primer :
a) Wawancara tatap muka untuk memperoleh data, dimana pewawancara
bertemu dengan kasus atau responden kasus. Pertanyaan dan pengisian
data pada Daftar Pertanyaan Individu dilakukan oleh pewawancara
(pewawancara aktif)
b) Wawancara angket untuk memperoleh data, dimana pewawancara tidak
bertemu dengan kasus, baik bertatap muka mapun menggunakan sarana
komunikasi elektronik, tetapi kasus atau responden kasus diberikan
Daftar Pertanyaan Individu dan diminta mengisinya sendiri
(pewawancara pasif)
c) Pemeriksaan Untuk Memperoleh Data, dimana pewawancara
melakukan pemeriksaan sendiri terhadap kasus, baik terhadap kasus
manusia, maupun terhadap lingkungannya.
15. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
202
Sementara menurut Sumber Data dalam rangka Pengumpulan Data Primer
dapat dibedakan :
a) Wawancara Kasus, dimana wawancara dilakukan terhadap kasusnya
sendiri, baik kasus manusia, maupun kasus bukan manusia
b) Wawancara Responden, dimana wawancara dilakukan terhadap orang
yang mengetahui data yang ada pada kasus, baik kasus manusia,
maupun kasus bukan manusia
Menurut Jenis Pewawancara dalam rangka pengumpulan data primer dapat
dibedakan 2 jenis wawancara :
a) Wawancara oleh Tim Surveilans, dimana wawancara dilakukan sendiri
oleh orang atau tim yang menyusun Daftar Pertanyaan Individu. Jenis
pewawancara ini tidak memerlukan pedoman atau pelatihan khusus.
b) Wawancara bukan oleh Tim Surveilans, dimana wawancara dilakukan
oleh orang yang tidak menyusun Daftar Pertanyaan Individu, sering
disebut sebagai pendelegasian wawancara. Jenis pewawancara ini perlu
mempelajari Daftar Pertanyaan Individu, tehnik wawancara, termasuk
pengertian definisi operasional untuk setiap data yang ditanyakan
dalam Daftar Pertanyaan Individu. Pewawancara yang sangat pandai
pada bidang yang diwawancarai seringkali mengubah definisi
operasional sesuai dengan kemampuannya, misalnya definisi
operasional demam harus diukur dengan alat pengukur suhu, tetapi
apabila pewawancaranya adalah dokter atau perawat, maka seringkali
hanya menggunakan tehnik perabaan untuk mengukur suhu.
Seorang pewawancara harus melaksanakan kerjanya sebaik mungkin
dengan cara :
a) Menunjukkan surat penugasan wawancara, apabila wawancara
dilakukan di lapangan
b) Sabar, teliti dan bersungguh-sungguh.
c) Sopan dan menjamin kerahasiaan data
d) Memahami kondisi orang yang diwawancarai, misalnya capai,
kesakitan, malu, atau sedang tidak banyak waktu, dan mewawancarai
tanpa pemaksaan
e) Bisa menjelaskan manfaat data yang diperlukan dalam wawancara
f) Bekerja sistematis menggunakan panduan wawancara
g) Mencatat semua data yang diperlukan, dan menanyakan kembali
apabila terdapat keraguan atau apabila data yang diperlukan belum
ditanyakan.
h) Selalu memeriksa data yang belum ditanyakan.
16. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
203
2) Perekaman Data
Data direkam dalam 3 jenis instrumen pengumpulan data, yaitu Daftar
Pertanyaan Individu, Register Data Surveilans, “Check List” sebagaimana
telah dibahas sebelumnya. “Chek List biasanya dilakukan pada wawancara
untuk mendapatkan data primer kualitatif, sehingga data yang diinginkan
dapat terekam lebih sistematis dan tidak ada yang terlewatkan.
Instrumen data tersebut dapat menggunakan lembar kertas atau program
komputer, biasanya dikumpulkan dulu dalam lembar kertas, kemudian
dipindahkan ke program komputer.
Setiap satu lembar Daftar Pertanyaan Individu memiliki kode khusus yang
digunakan untuk pencarian kembali apabila telah dipindahkan kedalam
Register Data Surveilans atau kedalam program komputer, bahkan
seringkali masih diperlukan pencarian sumber yang memberikan data,
misalnya menanyakan kembali pada responden tentang data yang tidak
konsisten, atau data yang tidak diisi dan sebagainya. Kode khusus dapat
dibuat berdasarkan nama, umur, jenis kelamin, dan alamat, tetapi seringkali
hanya diberi nomor urut tertentu dalam satu kelompok wilayah (desa,
puskesmas, dsb), waktu (tahun, minggu) atau kelompok khusus lain (kode
keluarga, kode pos, kode sakit, dsb).
Seringkali identitas perekam data, baik sebagai pewawancara, perekam
kedalam Register Data Surveilans, atau kedalam program komputer, dicatat
dalam instrumen pengumpulan data, hal ini sangat penting apabila nanti
akan melakukan perbaikan data dan menghitung beban kerja. Beban kerja
perjam dan perhari yang berlebihan akan memperbesar risiko kesalahan
perekaman data.
Setiap data yang akan direkam diberi pembatasan jenis data yang dapat
direkam, misalnya : jenis kelamin hanya ada 2 laki-laki dan perempuan,
sehingga direkam kode L dan P saja, umur diberi batasan 1 sampai dengan
12 untuk bulan dan sebagainya. Pembatasan lebih komplek dapat dilakukan
dengan menghubungkan data satu dengan data lainnya, misalnya nama
Joko selalu dengan jenis kelamin laki-laki, dsb. Pembatasan seperti itu
sangat bermanfaat untuk mengurangi risiko salah dalam perekaman data
dan sangat mudah dilakukan jika perekaman dengan program komputer.
17. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
204
3) Pengiriman Data
Data yang sudah terekam dalam Daftar Pertanyaan Individu atau Register
Data Surveilans dikirim ke unit surveilans yang akan mengolah data
tersebut lebih lanjut kedalam Tabel Bantu Analisis dan Tabel Analisis.
Pengiriman data dalam bentuk Daftar Pertanyaan Individu memerlukan
biaya besar, oleh karena itu yang paling sering dikirimkan data dalam
bentuk Register Data Surveilans individual atau agregat, tergantung
besarnya data yang akan dikirim.
Yang paling ringkas dan efisien adalah merekam data dalam Register Data
Surveilans Individu dengan program komputer, kemudian dikirim melalui
surat elektronik e-mail, dengan pos atau kurir dengan alat perekam data
disket, CD atau flast disk. Cara ini juga menjaga data sesuai aslinya,
sehingga analisis dapat dilakukan lebih detail, misalnya kelompok umur
dapat dirubah-rubah sesuai dengan kebutuhan analisis, sementara data
agregat yang sudah dikelompokkan tidak leluasa lagi untuk
dikelompokkan dengan pengelompokkan yang tidak sesuai.
Data sering hilang diperjalanan atau tidak sampai tujuan, oleh karena itu,
sedapat mungkin data di copy sebelum dikirim, atau apabila telah direkam
dengan program komputer data perlu dibuat cadangan.
4) Perbaikan Data
Data yang baik adalah data yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dalam
jumlah lengkap dan dalam waktu yang tepat. Jumlah lengkap adalah
seluruh data yang diinginkan dalam Daftar Pertanyaan Individu telah
tercatat, semua Daftar Pertanyaan Individu dapat terekam dan menjadi
bahan yang dianalisis. Tepat waktu dapat diartikan data tersebut telah siap
pada saat dibutuhkan, biasanya waktu disepakati dalam suatu alur
perekaman, pengiriman dan pengolahan data, bahkan siap untuk dianalisis.
Data sesuai dengan keadaan sebenarnya dapat dijaga dengan berbagai cara,
antara lain :
a) Pewawancara memahami tujuan dan pentingnya data yang akan
direkam.
b) Pewawancara terlatih melakukan wawancara
c) Beban dan waktu pewawancara untuk mewawancarai memadai
d) Menggunakan Instrumen dan metode wawancara yang baik
e) Perekaman dalam Register Data Surveilans menjaga kekeliruan,
sebaiknya dengan program komputer dengan pembatasan perekeman
data yang cermat.
18. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
205
f) Setiap satu Daftar Pertanyaan Individu yang terekam dalam Register
Data Surveilans selalu memiliki kode khusus yang dapat digunakan
untuk penelusuran kepada sumber data
g) Setiap data sedapat mungkin dapat dikontrol dengan data lain
h) Memiliki absensi untuk mengukur kelengkapan dan ketepatan laporan
i) Proses perbaikan data dan umpan balik selalu terjaga dengan baik.
j) Data yang terekam bermanfaat dalam analisis
Koreksi kesalahan perekaman data dapat dilakukan pada saat wawancara,
perekam data dalam Register Data Surveilans, Tabel Bantu Analisis, dan
pada saat Tabel Analisis serta absensi laporan dengan mengidentifikasi
letak kesalahan perekaman data yang paling sering :
a) data yang kosong,
b) data yang tidak sesuai, misalnya umur sangat ekstrem atau tidak sesuai
dengan jenis penyakitnya, nama tidak cocok dengan jenis kelamin, gejala
dengan diagnosis,
c) tulisan yang tidak jelas
d) adanya penyakit yang sudah jarang, misalnya cacar, polio dsb.
e) data ekstrem, misalnya terjadi peningkatan kasus yang mencolok
dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi kemudian normal kembali
dalam waktu singkat, jumlah pada kelompok umur tertentu sangat
banyak, yang tidak sesuai dengan distribusi penyakitnya menurut umur,
dsb
Permintaan perbaikan selalu ditujukan kepada Pewawancara untuk
perbaikan data dengan menghubungi responden, tetapi kesalahan dapat
terjadi karena tidak teliti pada proses perekaman, salah letak menulis data
dan penghitungan menjadi data agregat.
Absensi selalu dikirim secara berkala agar menjadi bahan koreksi pengirim
data, sekaligus membangun komunikasi dan motivasi
Penyusunan /penetapan metode Pengumpulan data Sekunder
Menyusun instrumen pengumpulan data sekunder dan menyusun metode
pengumpulan data sekunder sebenarnya merupakan kegiatan yang tak
terpisahkan untuk mencapai tujuan-tujuan surveilans. Untuk menyusun
Metode Pengumpulan Data Surveilans Sekunder dalam rangka kegiatan
surveilans membutuhkan penguasaan terhadap kualitas dan akurasi data.
Ketidak tepatan penetapan definisi operasional setiap data yang diinginkan,
pemilihan sumber untuk memperoleh data (sumber data) dan pemilihan
pelaksana dan metode wawancara berpengaruh terhadap kualitas dan akurasi
data.
19. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
206
Metode Pengumpulan Data Surveilans Sekunder dapat dibagi dalam kegiatan
sebagai berikut :
1) Identifikasi Sumber Data Sekunder
2) Menetapkan Mekanisme Perekaman Data Sekunder
3) Menetapkan Mekanisme Pengiriman Data Sekunder
4) Menetapkan Mekanisme Perbaikan Data : Editing Data dan Umpan Balik
Penjelasan:
1) Identifikasi Sumber Data
Pada pengumpulan data sekunder tidak dilakukan dengan wawancara
terhadap kasus atau orang yang mewakili kasus sebagaimana dilakukan
pada pengumpulan data primer. Identifikasi sumber data adalah memilih
data dan mencari dimana dan bagaimana data sekunder dapat diperoleh
dan sesuai dengan tujuan surveilans.
Beberapa jenis sumber data sekunder yang dapat dimanfaatkan dalam
kegiatan surveilans epidemiologi, yaitu :
a) Data kesakitan dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat
b) Data pelayanan kesehatan masyarakat
c) Data kematian dari unit pelayanan kesehatan, laporan institusi
pemerintah dan masyarakat.
d) Data demografi dari unit statistik kependudukan dan masyarakat
e) Data geografi dari unit meteorologi dan geofisika
f) Data laboratorium dari unit pelayanan laboratorium dan penyelidikan
lapangan.
g) Data kondisi lingkungan.
h) Laporan wabah
i) Laporan penyelidikan wabah/KLB
j) Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
k) Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya
l) Data hewan dan vektor sumber penular penyakit unit pelayanan
masyarakat dan laporan masyarakat.
m) Laporan kondisi pangan.
n) Data dan informasi penting lainnya.
Beberapa sumber data di Indonesia yang dapat dimanfaatkan dalam sistem
surveilans berbasis data sekunder antara lain : Register Rawat Jalan dan
Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas, data epidemiologi berdasarkan
hasil Penyelidikan KLB dan Data Cakupan Program.
Sumber data surveilans sekunder sangat banyak, tetapi seringkali data
dimaksud tidak mudah untuk dimanfaatkan oleh sistem surveilans yang
20. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
207
akan dikembangkan, karena perbedaan definisi operasional, perbedaan
pengelompokan variabel, dan juga kelengkapan dan ketepatan waktu
pengumpulan data yang tidak sesuai dengan kebutuhan surveilans yang
akan dikembangkan. Oleh karena itu seseorang yang akan membuat
instrumen pengumpulan data sekunder harus mencermati keadaan ini, dan
menjadi dasar pembuatan instrumen.
Jenis data sekunder yang dapat dimanfaatkan dapat dikelompok sesuai
dengan model penyajian data sekunder :
a) Data primer yang terekam pada instrumen Data Individu
b) Data primer yang terekam pada instrumen Register Data Surveilans
Individu
c) Data primer yang terekam pada instrumen Register Data Surveilans
Agregat
d) Data primer yang terekam pada instrumen Tabel Bantu Analisis atau
Tabel Analisis
Seringkali jenis data tersebut diatas sudah menjadi data sekunder unit
surveilans lain, misalnya data primer yang direkam Puskesmas, menjadi
data sekunder Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan dikirim ke Dinas
Kesehatan Propinsi sebagai data sekunder juga. Sumber data yang merekam
data sebagai data individu primer, seringkali mengirimkan data ke unit
surveilans sebagai data agregat primer yang oleh unit surveilans
merupakan data agregat sekunder.
2) Perekaman Data
Data direkam dalam instrumen Register Data Surveilans, baik
menggunakan lembar kertas atau program komputer, biasanya
dikumpulkan dulu dalam lembar kertas, kemudian dipindahkan ke
program komputer.
Setiap satu rangkaian data yang diperoleh dari sumber data memiliki satu
kode khusus yang digunakan untuk pencarian kembali apabila telah
dipindahkan kedalam Register Data Surveilans atau kedalam program
komputer, bahkan seringkali direkam juga sumber datanya, sehingga
penulusuran data untuk koreksi atau penambahan data akan menjadi lebih
mudah. Kode khusus pada data individu sekunder dapat dibuat sama
dengan data primernya, yaitu berdasarkan nama, umur, jenis kelamin, dan
alamat, atau hanya diberi nomor urut tertentu dalam satu kelompok
wilayah (desa, puskesmas, dsb), waktu (tahun, minggu) atau kelompok
khusus lain (kode keluarga, kode pos, kode sakit, dsb). Kode khusus pada
data agregat hasil rekapitulasi data individu dapat berupa identitas sumber
21. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
208
data ditambah dengan kode bulan data dan nomor urut, misalnya 1010-
0102-001 untuk kode data Bogor, bulan 01 tahun 02 dan nomor urut data
001.
Seringkali identitas perekam data, baik sebagai pewawancara, perekam
kedalam Register Data Surveilans, atau kedalam program komputer, dicatat
dalam instrumen pengumpulan data, hal ini sangat penting apabila nanti
akan melakukan perbaikan data dan menghitung beban kerja. Beban kerja
perjam dan perhari yang berlebihan akan memperbesar risiko kesalahan
perekaman data.
Setiap data yang akan direkam diberi pembatasan jenis data yang dapat
direkam, misalnya : jenis kelamin hanya laki-laki dan perempuan, sehingga
direkam kode L dan P saja, bulan diberi batasan 1 sampai dengan 12 untuk
bulan dan sebagainya. Pembatasan lebih komplek dapat dilakukan dengan
menghubungkan data satu dengan data lainnya, misalnya nama Joko selalu
dengan jenis kelamin laki-laki, dsb. Pembatasan seperti itu sangat
bermanfaat untuk mengurangi risiko salah dalam perekaman data dan
sangat mudah dilakukan jika perekaman dengan program komputer.
3) Pengiriman Data
Data yang sudah terekam dalam instrumen Register Data Surveilans
dikirim ke unit surveilans yang akan mengolah data tersebut lebih lanjut
kedalam instrumen Tabel Bantu Analisis dan instrumen Tabel Analisis.
Yang paling ringkas dan efisien adalah merekam data dalam Register Data
Surveilans Individu dengan program komputer, kemudian dikirim melalui
surat elektronik e-mail, dengan pos atau kurir dengan alat perekam data
disket, CD atau flast disk. Cara ini juga menjaga data sesuai aslinya,
sehingga analisis dapat dilakukan lebih detail, misalnya kelompok umur
dapat dirubah-rubah sesuai dengan kebutuhan analisis, sementara data
agregat yang sudah dikelompokkan tidak leluasa lagi untuk
dikelompokkan dengan pengelompokkan yang tidak sesuai.
Data sering hilang diperjalanan atau tidak sampai tujuan, oleh karena itu,
sedapat mungkin data di copy sebelum dikirim, atau apabila telah direkam
dengan program komputer data perlu dibuat cadangan.
4) Perbaikan Data
Data yang baik adalah data yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dalam
jumlah lengkap dan dalam waktu yang tepat. Oleh karena itu, setiap unit
surveilans yang menerima data perlu melakukan kendali mutu terhadap
22. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
209
data yang dikirim dari sumber data. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a) Unit surveilans penerima data perlu membuat absensi sumber data yang
telah mengirimkan datanya, sehingga diperlukan instrumen Absensi
Laporan Data Surveilans. Absensi dibuat periodik sesuai dengan jadwal
pengiriman data (mingguan, bulanan, tahunan), atau dibuat kumulatif
dalam prosentase kelengkapan dan ketepatan waktu laporan.
b) Melakukan identifikasi kemungkinan kesalahan perekaman data oleh
sumber data dan sekaligus identifikasi adanya masalah perkembangan
penyakit yang sangat penting perlu dicermati, misalnya adanya kasus
baru (new emerging diseases), penyakit berpotensi wabah seperti difteri,
polio, demam berdarah dengue.
c) Melakukan komunikasi dengan sumber data tentang kualitas data dan
perkembangan penyakit penting.
d) Membuat umpan balik laporan kepada semua sumber data secara
periodik.
Koreksi kesalahan perekaman data dapat dilakukan pada saat perekaman
pada instrumen Daftar Pertanyaan Individu, Register Data Surveilans, Tabel
Bantu Analisis, Tabel Analisis serta pada saat perekaman pada instrumen
Absensi Laporan. Letak kesalahan perekaman data yang paling sering :
a) data tidak masuk
b) data kosong,
c) data yang tidak sesuai, misalnya umur sangat ekstrem atau tidak sesuai
dengan jenis penyakitnya, nama tidak cocok dengan jenis kelamin, gejala
tidak sesuai dengan diagnosis,
d) tulisan yang tidak jelas
b. Menyusun Instrumen Pengumpulan Data Primer dan Sekunder
Menyusun Instrumen Pengumpulan Data Primer
Instrumen yang diperlukan dalam Pengumpulan Data Primer dalam kegiatan
Surveilans terdiri dari :
1) Daftar Pertanyaan Individu dan Pedoman Pengisiannya
2) Register Data Surveilans dan Pedoman Pengisiannya
3) Tabel Bantu Analisis Surveilans
4) Tabel, Grafik dan Peta Analisis Surveilans
Instrumen-instrumen tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya,
sehingga orang yang akan membuat instrumen Register Data Surveilans mau
tak mau harus sudah mengetahui instrumen Tabel, Grafik atau Peta Analisis
23. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
210
Surveilans. Instrumen Tabel, Grafik atau Peta Analisis Surveilans digunakan
untuk menyajikan data yang siap dianalisis lebih lanjut sesuai dengan tujuan
penyelenggaraan surveilans.
1) Daftar Pertanyaan Individu
Daftar Pertanyaan Individu berisi pertanyaan-pertanyaan tentang data
primer yang diperlukan sebagai bahan analisis dalam rangka mendapatkan
data sesuai dengan tujuan surveilans. Daftar Pertanyaan Individu
digunakan pada saat wawancara kepada responden. Responden adalah
orang yang menjadi sumber data surveilans, baik penderita sendiri sebagai
kasus atau orang lain yang mengetahui data yang ada pada kasus.
2) Register Data Surveilans
Register Data Surveilans merupakan kumpulan data yang berasal dari
Daftar Pertanyaan Individu yang disusun dalam bentuk tabel besar, setiap
satu data pada Daftar Pertanyaan Individu, misalnya Nama, Umur, dan
sebagainya, merupakan judul kolom tabel Register Data Surveilans,
sehingga setiap satu Daftar Pertanyaan Individu mempunyai satu baris data
pada Register Data Surveilans. Pada Daftar Pertanyaan Individu dengan
jumlah data sedikit sebaiknya langsung menggunakan Register Data
Surveilans, sehingga menghemat proses pengumpulan data. Umumnya
Daftar Pertanyaan Data Individu data primer dibagi menjadi data identitas,
data kesakitan dan data faktor risiko, dan setiap data memiliki definisi
operasional.
3) Tabel Bantu Analisis
Instrumen Tabel Bantu Analisis adalah tabel besar yang merupakan
instrumen pemindahan data dari Daftar Pertanyaan Individu atau Register
Data Surveilans tetapi hanya dipilih data yang akan digunakan sebagai
bahan analisis. Data pada Daftar Pertanyaan Individu atau Register Data
Surveilans yang bersifat data rinci dipindahkan kedalam Tabel Bantu
Analisis dalam bentuk data kelompok, misalnya umur menjadi kelompok
umur, tempat tinggal dari data jalan, desa, kecamatan menjadi kelompok
kecamatan saja dan sebagainya
4) Tabel, Grafik dan Peta Analisis
Instrumen Tabel Analisis adalah tabel sederhana yang merupakan
instrumen pemindahan data dari Tabel Bantu Analisis yang siap dianalisis.
Data pada Tabel Bantu Analisis berupa data individu diubah menjadi data
24. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
211
agregat pada Tabel Analisis, dimana identitas individu kasus sudah hilang.
Misalnya data umur menjadi data jumlah kasus pada kelompok umur
tertentu, data jenis kelamin menjadi jumlah kasus dengan jenis kelamin laki-
laki dan jumlah kasus dengan jenis kelamin perempuan dan sebagainya.
Grafik dan Peta merupakan instrumen pemindahan data dari Tabel Analisis
dalam bentuk grafik dan peta sehingga memudahkan proses analisis lebih
lanjut.
Akhirnya, seorang yang melakukan penyusunan instrumen pengumpulan
data surveilans, selalu menguji instrumennya dengan membuat simulasi
data dan kemudian mengajukan pertanyaan terhadap Tabel Analisis,
termasuk terhadap grafik dan peta apakah sudah dapat mencapai tujuan
surveilans yang diharapkan.
Uji Coba Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Primer
Instrument dan Metode Pengumpulan Data Primer perlu diuji coba
melaksanakan wawancara oleh petugas yang ditetapkan, dan pada daerah
yang perlu dikembangkan surveilans, untuk mengetahui :
1) Ketidaknyamanan pewawancara dan orang yang diwawancarai,
2) Tungkat kesulitan penerapan definisi operasional,
3) Sistematika penulisan permintaan data pada Daftar Pertanyaan Individu
atau Register Data Surveilans
4) Kesulitan mendapatkan data sesuai dengan Daftar Pertanyaan Individu
atau Register Data Surveilans
5) Ketepatan waktu dan lama waktu untuk melakukan wawancara
6) Ketepatan pemilihan pewawancara dan sumber data
7) Usulan perbaikan oleh pewawancara
Instrumen dan Metode pengumpulan data primer juga perlu diujicobakan
terhadap pemindahan data dari Daftar Pertanyaan Individu atau Register Data
Surveilans kedalam Tabel Bantu Analisis dan Tabel/Grafik/Peta Analisis. Hal
ini sangat penting, terutama apabila penggunaan Tabel Bantu Analisis oleh
orang lain yang tidak termasuk dalam tim yang menyusun instrumen dan
metode pengumpulan data primer ini.
Perbaikan Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Primer
Setelah uji coba dilakukan, maka telah cukup informasi untuk perbaikan
instrumen dan metode pengumpulan data primer sebagai data surveilans.
Perbaikan instrumen pengumpulan data primer dilakukan, baik terhadap isi
dan sistematika penulisan Daftar Pertanyaan Individu, Register Data
25. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
212
Surveilans, Tabel Bantu Analisis, Tabel, Grafik dan Peta Analisis, maupun
perbaikan penampilannya. Perbaikan juga harus dilakukan pada pedoman
pengisian Daftar Pertanyaan Individu dan Register Data Surveilans.
Sebaiknya beberapa pewawancara diundang dalam suatu pertemuan finalisasi
Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Primer untuk memberikan
masukan berdasarkan pengalaman mereka di lapangan.
Simulasi Penyusunan Instrumen Pengumpulan Data Primer
Untuk memudahkan pemahaman proses penyusunan instrumen data primer
disampaikan contoh Proses Penyusunan Instrumen Pengumpulan Data Primer
Surveilans KLB Campak di Jawa Barat :
a) Tujuan Surveilans KLB Campak di Jawa Barat adalah mengetahui
perkembangan kasus dan kematian menurut kelompok umur serta status
imunisasi.
b) Kasus Campak adalah setiap orang yang menderita panas dan bercak
kemerahan yang berobat ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan pos-pos
kesehatan lain pada desa-desa yang sedang terjadi KLB Campak dalam
wilayah Jawa Barat.
c) Jenis data yang diperlukan pada saat wawancara adalah :
(1) Data Identitas : nama, jenis kelamin, umur dan tempat tinggal serta
tanggal berobat
(2) Data Kesakitan : mulai sakit, gejala, diagnosis, dan tanggal kematian
(jika meninggal)
(3) Data Faktor Risiko : Umur (dalam tahun dan bulan); Tempat Tinggal
Desa dan Kecamatan; Status Imunisasi (Tanggal Imunisasi Campak),
d) Definisi operasional (DO) diagnosis campak adalah demam tinggi >38 °C,
bercak kemerahan dengan salah satu gejala pilek, mata merah, diare. DO
tanggal mulai sakit adalah tanggal mulai timbulnya demam. DO umur
adalah ulang bulan kelahiran dsb.
e) Dari data variabel yang diperlukan diatas kemudian disusun Daftar
Pertanyaan Kasus sebagai Daftar Pertanyaan Individu beserta Pedoman
Pengisian Daftar Pertanyaan Kasus sesuai dengan urutan kegiatan yang
paling nyaman bagi pewawancara dan penderita atau responden, misalnya
variabel kematian selalu ditanyakan terakhir, variabel umur ditanyakan
setelah nama dan jenis kelamin, tanggal imunisasi yang memerlukan bukti
kartu catatan harus ditanyakan paling akkhir karena penderita atau
responden akan mencari-cari di tempat penyimpanan kartu.
26. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
213
Surveilans KLB Campak Propinsi Jawa Barat
Daftar Pertanyaan Kasus
Nama Penderita : ........................................................
Orang Tua : ........................................................
Umur : ....... bulan/tahun
Jenis Kelamin : 1. laki
2. perempuan
Alamat : ........................................................
Desa/Kecamatan : ........................................................,
.............................................................
Mulai Sakit : 12-04-2004
Gejala :
Demam 1. Ya 2.
Tidak
Bercak merah 1. Ya 2.
Tidak
Batuk 1. Ya 2.
Tidak
Pilek 1. Ya 2.
Tidak
Diare 1. Ya 2.
Tidak
Mata merah 1. Ya 2.
Tidak
Diagnosis : .................................................
Imunisasi campak : 1. Ya, Tanggal : 2-1-2002
2. Tidak
Keadaan Penderita Saat Ini :
1. Sembuh
2. Masih Sakit
3 Meninggal, tanggal : -
Tanggal Wawancara : ...............................................
Nama Pewawancara : ...............................................
Nama Reponden : ...............................................
27. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
214
Surveilans KLB Campak Propinsi Jawa Barat
Pedoman Pengisian Daftar Pertanyaan Kasus
Kasus adalah setiap penderita demam dengan bercak kemerahan
yang berobat di poliklinik Puskesmas
Responden adalah penderita yang berumur 10 tahun atau lebih dan
dapat diwawancarai, dan pengantar apabila penderita berumur lebih
dari 10 tahun atau penderita yang tidak dapat diwawancarai.
Pewawancara adalah dokter/bidan/perawat yang memeriksa
penderita.
Nama Penderita adalah nama lengkap penderita campak
Orang Tua adalah nama ayah/ayah angkat dari penderita campak
Umur adalah pada anak berusia kurang dari 5 tahun merupakan
ulang bulan terakhir, tetapi pada anak 5 tahun keatas merupakan
ulang tahun terakhir.
Jenis Kelamin : ---
Alamat : ditulis Jalan dan nomor rumah, RT, RW, Dusun.
Desa/Kecamatan : ditulis nama Desa atau Nama Kelurahan, Nama
Kecamatan
Mulai Sakit : mulai merasakan suhu badannya meningkat
Gejala : ---
Diagnosis : diagnsosis yang ditetapkan oleh petugas pemeriksanya.
Imunisasi Campak : berdasarkan kartu atau ingatan
penderita/responden
Keadaan Penderita Saat Ini : adalah saat wawancara dilakukan,
sembuh jika penderita datang untuk kontrol, masih sakit jika masih
menunjukkan gejala campak atau komplikasi campak, dan meninggal
jika penderita meninggal.
Tanggal Wawancara : ---
Nama Pewawancara : ---
Nama Reponden : ---
28. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
215
Surveilans KLB Campak Propinsi Jawa Barat
Register Data Surveilans
Puskesmas : .......................................
Kabupaten/Kota : .......................................
Tanggal KLB : .......................................
Tgl Nama Ortu
Umur
Alamat
Ibu
Tgl
Mulai
Sakit
Gejala
Diagnosa
L P
Umur
Pddk
demam
bercak
batuk
pilek
diare
mata
merah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
.
.
.
.
Surveilans KLB Campak Propinsi Jawa Barat
Register Data Surveilans
Puskesmas : .......................................
Kabupaten/Kota : .......................................
Tanggal KLB : .......................................
Tgl Nama Ortu
Umur
Alamat
Ibu
Tgl
Mulai
Sakit
Gejala
Diagnosa
L P Umur
Pddk
demam
bercak
batuk
pilek
diare
mata
merah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
.
.
.
.
29. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
216
Surveilans Campak Kabupaten Bogor
Pedoman Pengisian Register Data Surveilans
Kasus adalah setiap penderita demam dengan bercak kemerahan yang
berobat di poliklinik Puskesmas
Responden adalah penderita yang berumur 10 tahun atau lebih dan dapat
diwawancarai, dan pengantar apabila penderita berumur lebih dari 10 tahun
atau penderita yang tidak dapat diwawancarai.
Pewawancara adalah dokter/bidan/perawat yang memeriksa penderita.
Tanggal : tanggal berobat
Nama : nama lengkap penderita campak
Ortu (Orang Tua) : nama ayah/ayah angkat dari penderita campak
Umur adalah pada anak berusia kurang dari 5 tahun merupakan ulang bulan
terakhir, tetapi pada anak 5 tahun keatas merupakan ulang tahun terakhir.
Jenis Kelamin : L = laki-laki, P = perempuan
Alamat : nama Desa atau Nama Kelurahan dan Nama Kecamatan
Umur Ibu : ulang tahun terakhir ibu/ibu angkat yang merawat saat ini
Pendidikan Ibu : pendidikan formal atau yang sederajat
Tgl. Mulai Sakit : tanggal mulai merasakan suhu badannya meningkat
Gejala : berilah tanda (+) apabila gejala ada, dan (-) apabila gejala tidak ada
Diagnosis : diagnosis yang ditetapkan oleh petugas pemeriksanya.
30. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
217
f) Menyusun instrumen Tabel Besar Surveilans, sebagai Tabel Bantu Analisis,
dimana data direkam dalam kelompok-kelompok sesuai kebutuhan analisis.
Misalnya variabel Umur menjadi Kelompok Umur (<5 th, 5-9 th, 10-14 th, 15
th lebih). Biasanya pengisian dalam Tabel Besar Surveilans dalam kode-
kode kelompok, misalnya Kelompok Umur : 1=<5 th, 2=5-9 th, 3=10-14 th,
4=15 th lebih).
Tabel Besar Surveilans KLB Campak
Puskesmas : .................................
Kabupaten/Kota : .................................
Tanggal KLB : .................................
Nama
Desa
Jenis Kelamin
Kelompok Umurt
Minggu mulai
sakit
Tanggal
Imunisasi
Status
Minggu
Meninggal
1 2 3 4 5 9 10
31. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
218
g) Menyusun Instrumen Tabel Analisis Surveilans, dimana data terpilih dan
saling berhubungan disusun dalam satu tabel, sehingga analisis menjadi
lebih mudah dilakukan.
(1) Dibawah ini simulasi menyusun Tabel Analisis Surveilans untuk
melakukan analisis kecenderungan kasus dari waktu ke waktu menurus
jumlah kasus dan meninggal
Tabel Analisis Surveilans KLB Campak
Distribusi Kasus Campak Menurut Minggu Mulai Sakit
Puskesmas : Ciawi
Kabupaten/Kota : Bogor
Tanggal KLB : 20/4/05 -5/5/05
Minggu Mulai Sakit Jumlah Kasus Jumlah Meninggal
1 2 3
14 4 1
15 2 0
16 4 0
17 15 0
18 28 4
19 22 2
(2) Dibawah ini simulasi menyusun Tabel Analisis Surveilans untuk
melakukan analisis kecenderungan kasus dari waktu ke waktu menurus
desa dan jumlah kasus.
32. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
219
Tabel Analisis Surveilans KLB Campak
Distribusi Kasus Campak Menurut Minggu Mulai Sakit dan Desa
Puskesmas : Ciawi
Kabupaten/Kota : Bogor
Tanggal KLB : 20/4/05 -5/5/05
Minggu
Mulai
Sakit
Desa
Parung Ciputat Reni
Kasu
s
Pop IR
Kasu
s
Pop IR
Kasu
s
Pop IR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
14 0 2 1
15 0 0 0
16 4 0 0
17 10 4 0
18 18 8 0
19 12 10 2
Keterangan : Populasi diperoleh sumber data statistik Kecamatan
IR adalah angka insiden (incidance rate) per 100 penduduk
33. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
220
h) Menyusun instrumen Grafik dan Peta Analisis Surveilans, dimana grafik
pilihan biasanya adalah histogram, peta terpilih spot map dan area map.
(1) Simulasi instrumen Grafik Distribusi Kasus Campak Menurut
Minggu Mulai Sakit.
Distribusi Kasus Campak Menurut Minggu Mulai Sakit,
Kabupaten Bogor, 2004
0
5
10
15
20
25
30
14 15 16 17 18 19
Minggu Mulai Sakit
Kasus
Kasus
Meninggal
Distribusi Kasus Campak Menurut Minggu Mulai Sakit,
Kabupaten Bogor, 2004
0
5
10
15
20
14 15 16 17 18 19
Minggu Mulai Sakit
Kasus
Parung
Ciputat
Reni
34. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
221
(2) Simulasi penggunaan instrumen Peta Spot Distribusi Kasus
Campak Menurut Minggu Mulai Sakit.
Distribusi Kasus Campak Menurut Kecamatan,
Bogor, 2004
Minggu 16 Minggu 17
Minggu 18 Minggu 19
Mencoba menarik kesimpulan dari simulasi data yang ada dengan menjawab
pertanyaan sesuai dengan tujuan surveilans dikembangkan :
• Apakah kecenderungan penyakit campak dapat teridentifikasi menurut
periode waktu mingguan ?
• Apakah kecenderungan penyakit campak dapat teridentifikasi menurut
periode waktu minggu dan kelompok umur ?
• Apakah kecenderungan penyakit campak dapat teridentifikasi menurut
status imunisasi ?
Apabila semua terjawab “Ya”, maka penyusunan instrumen pengumpulan data
primer ini telah berhasil dengan baik, tetapi bagaimanapun juga, instrumen
pengumpulan data primer yang baik adalah yang sudah diuji cobakan oleh
pewawancara dan pengolah data yang diharapkan akan menggunakan
instrumen pengumpulan data primer tersebut.
Berdasarkan simulasi tersebut diatas, maka dapat disusun Instrumen
Pengumpulan Data Primer Surveilans Campak sebagai berikut :
1) Sumber Data Primer adalah kasus campak yang datang ke pos-pos
pelayanan pada saat terjadi KLB campak.
2) Definisi operasional (DO) diagnosis campak adalah demam tinggi >38 0C,
bercak kemerahan dengan salah satu gejala pilek, mata merah, diare. DO
35. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
222
tanggal mulai sakit adalah tanggal mulai timbulnya demam. DO umur
adalah ulang bulan kelahiran dsb.
3) Jenis data diperlukan adalah data identitas, data kesakitan dan data faktor
risiko
4) Instrumen pengumpulan data primer adalah Register Data Surveilans KLB
Campak per KLB Campak beserta Pedoman Pengisian Register Data
Surveilans KLB Campak sebagai Register Data Surveilans
5) Instrumen Tabel Bantu Analisis dibutuhkan adalah Tabel Besar Surveilans
KLB Campak, tabel Distribusi Kasus Campak Menurut Minggu Mulai Sakit,
tabel Distribusi Kasus Campak Menurut Minggu Mulai Sakit dan
Kecamatan
6) Instrumen Analisis adalah grafik Distribusi Kasus Campak Menurut
Minggu Mulai Sakit, Distribusi Kasus Campak Menurut Minggu Mulai
Sakit dan Kecamatan.
Simulasi Penyusunan Metode Pengumpulan Data Primer
Untuk memudahkan pemahaman proses Penyusunan Metode Pengumpulan
Data Primer disampaikan contoh Proses Penyusunan Metode Pengumpulan
Data Primer Surveilans KLB Campak di Jawa Barat sebagai lanjutan dari Proses
Penyusunan Instrumen Pengumpulan Data Primer Surveilans KLB Campak
Propinsi Jawa Barat disertai dengan telaahan implikasi kualitas dan akurasi
data yang diperoleh dengan menggunakan data simulasi.
Tujuan Surveilans Campak di Kabupaten Bogor adalah mengetahui
perkembangan kasus dan kematian menurut waktu mingguan, kelompok
umur, distribusi Kecamatan serta status imunisasi.
Metode pengumpulan data primer surveilans campak dimaksud ditetapkan
sebagai berikut :
1) Sumber data adalah setiap kasus campak yang berobat ke pos-pos
pelayanan. Apabila kasus berumur 9 tahun atau kurang, maka wawancara
dilakukan kepada orang tua atau pengantar, sedang apabila kasus 10 tahun
atau lebih, maka wawancara dilakukan terhadap penderita sendiri.
2) Pewawancara : Petugas Poliklinik Pos Pelayanan dengan pendidikan
dokter, bidan atau perawat yang telah mendapat buku Pedoman Surveilans
KLB Campak dan kelengkapan formulir yang dibutuhkan.
3) Perekaman data : data wawancara terekam dalam formulir Register Data
Surveilans KLB Campak di Pos Pelayanan, kemudian dipindahkan ke
komputer dalam formulir yang sama dengan menggunakan program Excell
36. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
223
4) Pengiriman Data : data dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten setelah KLB
selesai menggunakan formulir Register Data Surveilans KLB Campak dalam
bentuk file Excell yang dikirim dengan pos elektronik E-mail. Pengiriman
kompilasi data semua Puskesmas dari Dinas Kesehatan kabupaten/Kota ke
Dinas Kesehatan Propinsi, sebulan sekali pada tanggal 10 menggunakan
formulir Register Data Surveilans KLB Campak dalam bentuk file Excell
yang dikirim dengan pos elektronik E-mail.
Berdasarkan metode tersebut dapat dilakukan telaahan sebagai berikut :
1) Sumber data adalah kasus yang berobat ke Pos Pelayanan pada saat terjadi
KLB, dan sesuai dengan tujuan surveilans campak yang akan
dikembangkan, akan dimanfaatkan untuk mengetahui kecenderungan
kasus campak di Bogor. Pemilihan sumber data tersebut menunjukkan
bahwa masih banyak kasus campak yang tidak masuk dalam data
surveilans campak, karena masih banyak kasus campak yang ada ditengah-
tengah masyarakat ternyata tidak datang berobat ke Pos Pelayanan (bias).
Bagaimanapun juga memanfaatkan sumber data kasus campak di Pos
Pelayanan akan jauh lebih mudah dan lebih murah dibanding dengan
memanfaatkan sumber data kasus campak di tengah-tengah masyarakat
yang ditemukan melalui kunjungan dari rumah ke rumah, disamping itu
kecenderungan kasus campak yang berobat ke Pos Pelayanan yang telah
diumumkan kemasyarakat luas pada saat KLB dapat mencerminkan
kecenderungan kasus campak yang berada di tengah-tengah masyarakat.
2) Pewawancara adalah petugas poliklinik Pos Pelayanan. Petugas Pos
Pelayanan bukan tim surveilans inti dan sering berganti antara dokter,
bidan dan paramedis, serta petugas satu dengan petugas yang lain,
sehingga berdampak pada tidak konsistennya penetapan definisi
operasional setiap data yang direkam (reliabilitas). Pedoman yang jelas dan
rinci, pelatihan serta supervisi merupakan cara menekan kelemahan
pewawancara ini.
Simulasi Uji Coba Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Primer
Setelah semua instrumen siap, maka instrumen diuji cobakan pada suatu KLB
Campak dengan menggunakan metode yang telah dirumuskan. Pedoman dan
formulir disediakan tanpa pelatihan.
Uji coba dilakukan sampai KLB selesai dan pelaporan data serta pembuatan
tabel bantu analisis dan tabel, grafik serta peta analisis juga sudah dilakukan.
37. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
224
Simulasi Perbaikan Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Primer
Tim Penyusun Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Primer mengadakan
rapat pembahasan instrumen dan metode pengumpulan data primer
dimaksud. Orang-orang yang terlibat dalam wawancara, perekaman, analisis
diikutsertakan dalam rapat pembahasan dimaksud.
Menyusun Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Sekunder
Terdapat 4 kegiatan dalam menyusun instrumen dan metode pengumpulan
data primer :
1) Menyusun metode pengumpulan data sekunder
2) Menyusun instrumen pengumpulan data sekunder
3) Melakukan uji coba instrumen dan metode pengumpulan data sekunder
4) Perbaikan instrumen dan metode pengumpulan data sekunder
Menyusun Instrumen Pengumpulan Data Sekunder
Instrumen yang perlu disiapkan dalam Pengumpulan Data Sekunder dalam
kegiatan Surveilans terdiri dari :
1) Daftar Pertanyaan Individu dan Pedoman Pengisiannya
2) Register Data Surveilans dan Pedoman Pengisiannya
3) Tabel Bantu Analisis Surveilans
4) Tabel, Grafik dan Peta Analisis Surveilans
Instrumen-instrumen tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya,
sehingga orang yang akan membuat instrumen Register Data Surveilans mau
tak mau harus sudah mengetahui instrumen Tabel, Grafik atau Peta Analisis
Surveilans. Instrumen Tabel, Grafik atau Peta Analisis Surveilans digunakan
untuk menyajikan data yang siap dianalisis lebih lanjut sesuai dengan tujuan
penyelenggaraan surveilans.
Penjelasan:
1) Daftar Pertanyaan Individu
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa, data sekunder adalah data
yang definisi operasional datanya dibuat oleh orang atau unit lain, sehingga
apabila data tersebut akan dimanfaatkan maka definisi operasionalnya
harus dipelajari dengan cermat dan menjadi bagian dari definisi operasional
pengumpulan data sekunder tersebut. Pada data sekunder Daftar
Pertanyaan Individu telah dibuat oleh orang atau unit lain yang
mengumpulkan data tersebut sebagai data primer, tetapi bagaimanapun
juga seringkali pengumpulan data sekunder membutuhkan Daftar
38. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
225
Pertanyaan Individu apabila data yang diperlukan adalah data individu,
baik seluruh data yang ada pada Daftar Pertanyaan Individu yang ada pada
data primer atau hanya sebagian saja. Biasanya sumber data sekunder
ditampilkan dalam bentuk tabel data agregat, grafik atau peta analisis,
sehingga penggunaan Daftar Pertanyaan Individu sangat jarang digunakan.
2) Register Data Surveilans
Register Data Surveilans sebagai Instrumen Pengumpulan Data Sekunder
paling sering dilakukan, misalnya mengambil sebagian dari data primer
yang ada pada penelitian unit lain. Pada umumnya data primer yang
diambil adalah dalam bentuk Register Data Surveilans atau Tabel Analisis
dan bahkan seringkali sudah tersusun sebagai data agregat.
Definisi operasional data terikat dengan definisi operasional yang telah
dibuat pada pengumpulan data primer, sehingga definisi operasional data
sekunder tidak sebebas penetapan definisi operasional data primer, dan
oleh karena itu, letak kesulitannya bukan pada penyusunan instrumen dan
metode pengumpulan datanya, tetapi pada kegiatan analisis dan penarikan
kesimpulannya. Kualitas dan akurasi data sekunder juga dipengaruhi oleh
instrumen dan metode pengumpulan data primer, sehingga untuk
menyusun instrumen pengumpulan data sekunder disamping memahami
definisi operasional data primer, juga perlu mempelajari instrumen dan
metode pengumpulan data primer, bahkan kualitas pelaksanaan
pengumpulan datanya di lapangan.
3) Tabel Bantu Analisis
Tabel Bantu Analisis pada Pengumpulan Data Sekunder tidak berbeda
dengan Tabel Bantu Analisis pada Pengumpulan Data Primer. Instrumen
Tabel Bantu Analisis adalah tabel besar yang merupakan instrumen
pemindahan data dari Register Data Surveilans tetapi hanya dipilih data
yang akan digunakan sebagai bahan analisis. Data pada Register Data
Surveilans yang bersifat data rinci dipindahkan kedalam Tabel Bantu
Analisis dalam bentuk data kelompok, misalnya umur menjadi kelompok
umur, tempat tinggal dari data jalan, desa, kecamatan menjadi kelompok
kecamatan saja dan sebagainya. Seringkali data pada Tabel Bantu Analisis
sudah sama dengan data pada Register Data Surveilans, atau data pada
Tabel Bantu Analisis berasal dari Register Data Surveilans yang sudah
dalam bentuk data agregat
39. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
226
4) Tabel, Grafik dan Peta Analisis
Demikian juga dengan Tabel, Grafik dan Peta Analisisnya, tetapi karena
definisi operasional dan pengendalian kualitas dan akurasi datanya tidak
terkendali cukup baik, maka perlu berhati-hati pada waktu melakukan
analisis dan penarikan kesimpulannya.
Uji Coba Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Sekunder
Sebelum digunakan secara luas, Instrument dan Metode Pengumpulan Data
Sekunder perlu diuji coba oleh petugas yang akan melaksanakan kegiatan
surveilans dimaksud. Ujicoba adalah menerapkan metode pengumpulan data
dengan instrumen-instrumen pengumpulan data yang telah dibuat, termasuk
pemanfaatan instrumen Tabel Bantu Analisis dan Tabel Analisis, bahkan
petugas diminta untuk mencoba melakukan analisis dan membuat kesimpulan
sesuai dengan tujuan surveilans.
Tujuan uji coba adalah untuk :
a) Mengetahui tingkat kesulitan memperoleh data yang sesuai, terutama jenis
data dan pengelompokannya, misalnya diinginkan umur 0-28 hari tetapi
yang ada 0-1 tahun dan sebagainya
b) Mengetahui sistematika perekaman setiap variabel data yang diperlukan
pada Daftar Pertanyaan Individu atau Register Data Surveilans
c) Mengetahui tingkat kesulitan dan kenyamanan petugas pada saat
melakukan perekaman setiap variabel data yang diperlukan, semakin sulit
akan semakin besar kesalahan perekamannya
d) Mengetahui kebutuhan waktu menyelesaikan perekaman data
e) Mengetahui pemanfaatan penggunaan instrumen Tabel Bantu Analisis dan
Tabel, Grafik dan Peta Analisis dalam membantu analisis
f) Mengetahui sistem pelaporan dan kendali mutu perekaman dengan
instrumen dan metode yang diharapkan
Perbaikan Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Sekunder
Setelah uji coba dilakukan, maka telah cukup informasi untuk perbaikan
instrumen dan metode pengumpulan data sekunder sebagai data surveilans.
Perbaikan instrumen pengumpulan data sekunder dilakukan sesuai dengan
tujuan-tujuan uji coba tersebut diatas.Perbaikan juga harus dilakukan pada
pedoman pengisian instrumen Daftar Pertanyaan Individu, Register Data
Surveilans, Tabel Bantu Analisis dan instrumen Tabel, Grafik, Peta Analisis.
Sebaiknya beberapa pelaksana uji coba pengumpulan data sekunder terlibat
dalam diskusi perbaikan instrumen dan metode pengumpulan data sekunder
untuk memberikan masukan berdasarkan pengalaman mereka di lapangan.
40. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
227
Simulasi Penyusunan Instrumen Pengumpulan Data Sekunder
Untuk memudahkan pemahaman proses penyusunan instrumen pengumpulan
data sekunder disampaikan contoh Proses Penyusunan Instrumen
Pengumpulan Data Sekunder Surveilans Terpadu Penyakit berbasis data
Rumah Sakit Sentinel di Indonesia dengan menggunakan data simulasi :
1) Tujuan Surveilans Terpadu Penyakit berbasis data Rumah Sakit Sentinel di
Indonesia adalah mengetahui perkembangan penyakit menular berpotensi
KLB dalam rangka SKD-KLB Indonesia. Secara teknis Tujuan Surveilans
Terpadu penyakit berbasis Data Rumah Sakit Sentinel adalah deteksi dini
peningkatan kasus atau terjadinya KLB serta mengetahui pola
kecenderungan bulanan penyakit berpotensi KLB.
2) Kasus adalah setiap orang yang berobat di Rumah Sakit Sentinel dengan
diagnosis Rumah Sakit sebagai penyakit berpotensi KLB (demam berdarah
dengue, demam dengue, malaria, campak, diare) yang tercatat dalam Kartu
Penderita.
3) Memperhatikan Sistem Pelaporan Rumah Sakit, maka jenis data yang
diperoleh adalah data individu kasus yang terekam pada Kartu Penderita
Rawat Jalan dan pada Kartu Penderita rawat Inap. Jenis variabel data pada
Kartu Penderita Rawat Jalan adalah tanggal berobat, nama penderita, umur,
jenis kelamin, kasus baru dan kasus kunjungan, diagnosis oleh dokter. Jenis
variabel data pada Kartu Penderita Rawat Inap adalah tanggal berobat,
nama penderita, umur, jenis kelamin, kasus baru dan kasus kunjungan,
diagnosis oleh dokter, serta status keluar rumah sakit.
4) Sebagai data sekunder, maka definisi operasional (DO) kasus atau diagnosis
dibuat oleh masing-masing rumah sakit dengan pengelompokan diagnosis
menurut ICD-10.
41. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
228
5) Berdasarkan Sistem Pelaporan Rumah Sakit tersebut diatas, kemudian
disusun Register Harian Data Kesakitan Rumah Sakit sebagai Register Data
Surveilans.
Register Harian Data Kesakitan Rumah Sakit
Rumah Sakit : RS. Ciawi
Kabupaten/Kota : Bogor
Bulan : 04/2005
Tgl. Nama Alamat
Umur Diagnosis
Status Lab Obat
L P Nama Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9
12-
04
Ani Parung
1
2
campak 0101 B
paras
etamo
l
12-
04
Dari Sentul
4
0
DBD 0102 L
paras
etamo
l
42. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
229
6) Dari Register Harian Data Kesakitan Rumah Sakit sebagai data individu
selama satu bulan tertentu dihitung menjadi data agregat menurut jenis
penyakit, jenis kelamin dan kelompok umur serta kunjungan satu bulan
pada tabel Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel .
Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel
Rumah Sakit : RS. Ciawi
Kabupaten/Kota : Bogor
Bulan/Tahun : 04/2004
Penyakit
Jenis
Kelamin
Kelompok Umur Kunjungan
L P <1 1-4 5-14 15-44 45 +
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Campak
Diare
DBD 5 7 0 0 4 6 2 16
Demam
Dengue
Malaria
7) Tabel Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit dikirimkan dari Rumah Sakit ke
Unit Surveilans yang ada di Dinas Kesehatan Kabupate/Kota, Dinas Kesehatan
Propinsi dan Ditjen PPM&PL, Depkes.
43. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
230
8) Untuk keperluan analisis di Unit Surveilans Propinsi atau Depkes, maka Data
Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel beberapa Rumah Sakit dipindahkan
dalam Tabel Bantu Analisis Penyakit setiap jenis penyakit dan kelompok umur
tertentu menurut bulan berobat selama setahun yang direkam pada tabel Data
Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel Penyakit Tertentu sebagai Tabel Bantu
Analisis bulanan.
Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel Penyakit Tertentu
Propinsi
Penyakit
Tahun
Umur
: Jawa Barat
: DBD
: 2005
: semua umur
Rumah
Sakit
Kab/
Kota
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
RS. Ciawi Bogor 8 8 10 12
RS. Bekasi Bekasi 5 - 7 9
RS. Depok Depok 2 4 15 -
RS.
Cirebon
Cirebon
0 0 0 0
Total
Prop
Jabar 15 12 32 21
44. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
231
9) Di samping itu, untuk keperluan analisis dan bahan umpan balik dibuat absensi
Laporan Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel se Propinsi. Umpan
balik dikirimkan setiap bulan ke pengirim data, tetapi juga ke Dinas Kesehatan
Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai bahan pembinaan.
Absensi Laporan Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel
Propinsi
Tahun
: Jawa Barat
: 2005
Rumah
Sakit
Kab/
Kota
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
RS. Ciawi Bogor + + + +
RS. Bekasi Bekasi + - + +
RS. Depok Depok + + + -
RS.
Cirebon
Cirebon
+ + + +
Total
Prop
Jabar 4 3 4 3
45. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
232
10) Untuk keperluan analisis di Unit Surveilans Propinsi atau Nasional tahunan,
maka Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel Rumah Sakit selama satu
tahun dipindahkan pada tabel Data Kesakitan Tahunan Rumah Sakit Sentinel
setiap jenis penyakit dan kelompok umur tertentu menurut tahun selama
beberapa tahun sebagai Tabel Bantu Analisis tahunan
Data Kesakitan Tahunan Rumah Sakit Sentinel Penyakit Tertentu
Penyakit
Tahun
Umur
: DBD
: 2001-2005
: semua umur
Rumah
Sakit
Kab/Kota
Tahun
00 01 02 03 04
05(03
)
06
1 2
RS. Ciawi Bogor 14 20 17 25 33 21
RS. Bekasi Bekasi 100 78 60 66 80 32
RS. Depok Depok 90 82 67 94 164 40
RS.
Cirebon
Cirebon
11 17 14 20 40 10
Total Prop Jabar 215 197 158 205 317 103
11) Dari tabel Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel Penyakit Tertentu
sebagai Tabel Bantu Analisis bulanan dapat disusun Grafik Kecenderungan
Kasus per bulan dengan membandingkan grafik yang sama selama beberapa
tahun sebelumnya, setidak-tidaknya selama 3 tahun terakhir. Grafik ini
digunakan sebagai analisis kecenderungan KLB sesuai dengan tujuan Surveilans
DBD.
46. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
233
Distribusi DBD Jawa Barat, 2001-2005
(Sumber Data : RS. Sentinel, Jawa Barat)
0
20
40
60
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Kasus
2002
2003
2004
2005
Dari tabel Data Kesakitan Tahunan Rumah Sakit Sentinel Penyakit Tertentu
sebagai Tabel Bantu Analisis tahunan dapat disusun Grafik Kecenderungan
Kasus selama beberapa tahun setiap Rumah Sakit sebagai gambaran suatu
wilayah Kabupaten/Kota sesuai dengan tujuan surveilans.
Distribusi DBD Jawa Barat, 2001-2005
(Sumber Data : RS. Sentinel, Jawa Barat)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2000
2001
2002
2003
2004
'05(03)
2006
Bulan
Kasus
RS. Ciawi, Bogor
RS. Bekasi, Bekasi
RS. Depok, Depok
RS. Crb, Cirebon
47. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
234
Dari proses tersebut, maka dapat ditetapkan bahwa Instrumen Pengumpulan
Data Sekunder Surveilans Terpadu Penyakit berbasis data Rumah Sakit
Sentinel di Indonesia adalah :
a) Sumber data Kartu Rawat Jalan dan Kartu rawat Inap Rumah Sakit
b) Definisi operasional mengikuti definisi operasional yang telah dibuat oleh
Rumah Sakit
c) Instrumen pengumpul data adalah Register Harian Data Kesakitan rumah
Sakit, Tabel Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel,
d) Instrumen Tabel Bantu Analisis adalah tabel Data Kesakitan Bulanan
Rumah Sakit Sentinel Penyakit Tertentu di Propinsi dan Nasional, Absensi
Laporan Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel Propinsi dan
Nasional, Data Kesakitan Tahunan Rumah Sakit Sentinel Penyakit Tertentu
e) Instrumen analisis adalah grafik Kecenderungan Kasus Bulanan dan grafik
Kecenderungan Kasus Tahunan
Simulasi Penyusunan Metode Pengumpulan Data Sekunder
1) Identifikasi Sumber Data Sekunder
Sumber data Kartu Rawat Jalan dan Kartu rawat Inap Rumah Sakit yang
ditetapkan sebagai Rumah Sakit Sentinel. Data yang terekam dalam kartu
ini merupakan data primer Rumah Sakit . Penetapan Rumah Sakit Sentinel
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan memilih satu Rumah Sakit
yang mempunyai kemampuan perekaman data yang baik, serta mudah
melaksanakan pembinaan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Menetapkan Mekanisme Perekaman Data Sekunder
Perekaman data pertama dari Kartu Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah
Sakit kedalam instrumen Register Harian Data Kesakitan Rumah Sakit
sebagai Register Data Surveilans oleh petugas perekaman data Rumah Sakit
menggunakan program komputer di Rumah Sakit, nomor Pendaftaran
Penderita sebagai kode data. Petugas Rumah Sakit merekam data setiap hari
terhadap data yang diterima sehari sebelumnya dari bangsal setelah
penderita pulang.
Dari data yang terekam dalam instrumen Register Harian Data Kesakitan
Rumah Sakit, data diolah dengan program komputer kedalam bentuk yang
sesuai dengan instrumen Tabel Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit
Sentinel.
48. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
235
3) Menetapkan Mekanisme Pengiriman Data Sekunder
Rumah Sakit mengirim data yang sudah terekam dalam instrumen Tabel
Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan menggunakan pos
elektronik E-mail setiap bulan berikutnya pada tanggal 10.
4) Menetapkan Mekanisme Perbaikan Data : Editing Data dan Umpan Balik
Unit Surveilans Departemen Kesehatan membuat absensi penerimaan Tabel
Data Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel yang diterimanya dengan
menggunakan instrumen Absensi Laporan Data Kesakitan Bulanan Rumah
Sakit Sentinel dan dikirimkan semua Rumah Sakit Sentinel, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Propinsi dengan pos
elektronik E-mail setiap bulan berikutnya pada tanggal 20.
Unit Surveilans Departemen Kesehatan melakukan komunikasi telepon dan
pos elektronik E-mail dengan Rumah Sakit Sentinel untuk membicarakan
perbaikan kelengkapan dan kualitas data.
Proses Analisis
Data yang telah diterima diolah sedemikian rupa kedalam instrumen Data
Kesakitan Bulanan Rumah Sakit Sentinel Penyakit Tertentu dan instrumen
Data Kesakitan Tahunan Rumah Sakit Sentinel Penyakit Tertentu sebagai Tabel
Bantu Analisis.
Data yang telah terekam dalam tabel bantu Analisis tersebut, kemudian
digunakan sebagai dasar pembuatan Grafik Kecenderungan Kasus Bulanan
dan Grafik Kecenderungan Kasus Tahunan
Grafik yang tersusun digunakan sebagai bahas analisis oleh Unit Surveilans
dan didistribusikan ke Unit Program di lingkungan Departemen Kesehatan,
Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota seluruh
Indonesia.
Simulasi Uji Coba Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
Sekunder.
Setelah semua instrumen siap, maka instrumen diuji cobakan pada beberapa
Rumah Sakit Sentinel dengan menggunakan metode yang telah dirumuskan.
Pedoman dan formulir disediakan tanpa pelatihan.
Uji coba dilakukan di Rumah Sakit sebagai sumber data, proses pengiriman
data, proses perbaikan data dan umpan balik, serta proses pembuatan tabel
bantu analisis dan tabel, grafik serta peta analisis.
49. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
236
Simulasi Perbaikan Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
Sekunder.
Tim Penyusun Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Sekunder
mengadakan rapat pembahasan instrumen dan metode pengumpulan data
sekunder dimaksud. Orang-orang yang terlibat sebagai sumber data, proses
perekaman, proses analisis diikutsertakan dalam rapat pembahasan dimaksud.
Pokok Bahasan 2.
EVALUASI / ANALISIS SURVEILANS SECARA DESKRIPTIF DAN
ANALITIK
Evaluasi surveilans dibagi menjadi 2 bagian besar :
1) Evaluasi terhadap sistem penyelenggaraan surveilans, termasuk evaluasi
terhadap kualitas data yang digunakan sebagai bahan analisis surveilans
disebut sebagai evaluasi sistem surveilans
2) Evaluasi data atau sering disebut sebagai analisis surveilans. Analisis
surveilans merupakan bagian dari epidemiologi deskriptif dibagi menjadi
analisis deskriptif dan analisis analitik.
Evaluasi Sistem Surveilans
a. Atribut Sistem Surveilans
Surveilans merupakan kegiatan terus menerus yang dilakukan secara
sistematis sesuai tahapan-tahapannya, yang akan dibahas lebih luas pada
pembahasan analisis surveilans. Setiap data yang digunakan dalam analisis
dipengaruhi oleh kualitas dan akurasi data, kelengkapan dan ketepatan
pelaporan dan model atau jenis penyelenggaraan surveilans. Oleh karena itu,
sebelum pembahasan analisis surveilans, perlu dipelajari kembali kualitas dan
akurasi data pada pembahasan sebelumnya, demikian juga dengan berbagai
jenis penyelenggaraan surveilans epidemiologi.
Sebagaimana dibahas dalam jenis dan kualitas data, data sebagai bahan kajian
surveilans epidemiologi memiliki beberapa karakteristik dengan keuntungan
dan kelemahannya. Disamping jenis dan kualitas data, ternyata masih terdapat
pengaruh berbagai kondisi dalam penyelenggaraan suatu surveilans
epidemiologi yang dikaji dengan kelompok permasalahan sebagai atribut
sistem surveilans yang terdiri dari :
1) Kesederhanaan (simplicity)
2) Fleksibilitas (flexibility)
3) Akseptabilitas (Acceptability)
50. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
237
4) Sensitivitas (Sensitivity)
5) Nilai prediktif positip (Predictive value positive)
6) Representatif (Representativennes)
7) Ketepatan waktu (Timeliness)
Kualitas dan akurasi data sendiri telah dibahas sebelumnya dengan kesimpulan
bahwa data selalu mempunyai kelemahan yang berpengaruh terhadap
interpretasi dan penarikan kesimpulan analisis. Kelemahan-kelemahan tersebut
dapat disebabkan karena :
1) Batasan definisi operasional setiap data tidak sepenuhnya sama antara satu
unit pengumpul data satu dengan yang lain
2) Data tidak lengkap, tidak tepat waktu, tidak akurat, misalnya tidak seluruh
data diterima oleh unit yang akan melakukan analisis surveilans, dsb
3) Data tersedia dalam tampilan yang susah diinterpretasikan, sedang
mengubahnya dalam bentuk yang mudah diinterpretasikan tidak mungkin
dilakukan, misal, kelompok umur tidak sesuai dengan desain analisis, data
wilayah tidak spesifik, dsb
4) Data seringkali hanya tersedia dalam narasi atau keterangan ahli tanpa
kejelasan metode ilmiah untuk menjelaskannya.
b. Kelengkapan Data Surveilans
Terdapat 2 jenis kelengkapan laporan data :
1) Kelengkapan Jumlah Data
Adalah jumlah data yang dilaporkan oleh unit pelapor dibandingkan
dengan jumlah semua data yang seharusnya ada di unit pelapor tersebut,
misalnya di Puskesmas terdapat 12 kasus campak, ternyata yang
dilaporkan hanya 10 kasus campak saja, sehingga kelengkapan kurang dari
100%.
2) Kelengkapan Jumlah Unit Pelapor
Adalah jumlah unit pelapor yang melaporkan datanya dibandingkan
dengan jumlah semua unit pelapor yang seharusnya melaporkan datanya,
misalnya dari 20 Puskesmas yang ada, ternyata yang melapor hanya 10
Puskesmas, maka kelengkapan laporan kurang dari 100 %. Kelengkapan
Jumlah Unit Pelapor ini biasanya digunakan sebagai indikator Kelengkapan
Data.
Kelengkapan Laporan Data ini sangat penting, karena dapat berdampak pada
kesalahan tindakan yang dilakukan, seperti contoh pada kasus dibawah ini.
Berikut adalah contoh kasus kelengkapan laporan di beberapa unit kerja.
51. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
238
Kasus 1.
Berdasarkan analisis pada data diare Puskesmas dapat disimpulkan terjadinya
peningkatan diare, sehingga tim Penanggulangan Diare dikirim ke Puskemas
tersebut. Setelah tim datang melakukan kajian mendalam disimpulkan tidak
terjadi peningkatan kasus diare di Puskesmas tersebut, peningkatan terjadi
karena banyaknya data yang tidak terlaporkan pada minggu-minggu
sebelumnya, dan data diare lengkap pada minggu-minggu terakhir, sehingga
kurva diare meningkat karena ketidak lengkapan data yang dilaporkan.
Kasus 2.
Dinas Kesehatan Propinsi pada tahun 2004 memprioritaskan peningkatan
dukungan untuk memperkuat Sistem Kewaspadaan Dini KLB difteri ke
Kabupaten Ampera. Vaksin dan Obat-obatan dikirim lebih besar dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya dan lebih besar dibandingkan ke Kabupaten lain.
Pada tahun 2004, terjadi KLB difteri besar dan jumlah kematian yang tinggi di
Kabupaten Sedati, tetangga Kabupaten Ampera. Kesalahan terjadi karena data
kasus difteri dan cakupan imunisasi DPT dan DT dari Kabupaten Sedati tidak
lengkap, banyak Puskemas yang tidak lengkap pelaporannya, bahkan Rumah
Sakit Kabupaten Sedati tidak pernah membuat laporan.
Kasus 3.
Pada pasca banjir dilakukan pengobatan gratis dengan mendirikan pos-pos
kesehatan pada lokasi pengungsian. Kemudian data harian berobat dikirim ke
Dinas Kesehatan Kabupaten. Oleh tim Surveilans Dinas Kesehatan dinyatakan
bahwa telah terjadi peningkatan kasus diare di antara pengungsi pasca banjir.
Berdasarkan simpulan tersebut, maka logistik yang diperlukan segera dikirim
dan pos-pos kesehatan diperluas. Ternyata jumlah penderita diare tidak
bertambah dan ditengah-tengah masyarakat tidak terjadi peningkatan orang
sakit diare. Kesalahan terjadi karena peningkatan disebabkan bukan oleh
bertambah banyak kasus diare, tetapi adanya pendirian pos-pos kesehatan
gratis yang mendorong orang untuk mencari pengobatan.
Kasus 4.
Laporan rutin Puskesmas terdiri dari Laporan Mingguan Wabah (W2) di
Puskesmas sebagai bagian dari kegiatan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Surveilans dan Laporan Bulanan Data Kesakitan di Puskesmas (LB1) sebagai
bagian dari Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu Berbasis Puskesmas
52. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
239
Cara menghitung kelengkapan laporan pada Laporan Mingguan Wabah (W2)
di Puskemas
Laporan Mingguan Wabah (W2) Puskesmas dikirim ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota per minggu. Untuk menghitungkan jumlah minggu per tahun
menggunakan Kalender Mingguan Epidemiologi yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal PPM&PL, Departemen Kesehatan setiap tahun, contoh
Kalender Mingguan Epidemiologi dan formulir Laporan Mingguan Wabah
(W2) terlampir.
Kelengkapan Laporan Mingguan (W2) Puskesmas dihitung menurut jumlah
W2 yang diterima di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kelengkapan Laporan
Mingguan Wabah (W2) tersebut dapat dihitung setiap kwartal atau setiap
tahun.
Contoh, Laporan Mingguan Wabah (W2) yang seharusnya dikirim oleh 1
puskesmas selama kwartal 1 (Januari-Maret-April) sebanyak 16 minggu,
sedangkan realisasinya sebanyak 12 minggu.
Maka kelengkapan Laporan Mingguan Wabah (W2) puskesmas tersebut selama
kwartal 1 adalah 12/16 x 100% = 75,0%
Laporan Mingguan Wabah (W2) yang seharusnya diterima Kabupaten/Kota,
selama kwartal 1 (Januari-Maret-April) adalah jumlah puskesmas yang ada di
kabupaten tersebut x (kali)13 minggu. Maka rumus kelengkapan Laporan
Mingguan Wabah (W2) Kabupaten/Kota adalah
Jumlah Laporan Mingguan (W2) yang diterima
dari semua Puskesmas dalam 13 minggu
Jumlah Laporan Mingguan (W2) yang
seharusnya diterima dari semua Puskesmas
dalam 13 minggu
X 100 %
53. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
240
Contoh menghitung kelengkapan laporan pada Laporan Bulanan Data
Kesakitan (LB1) :
Cara menghitung kelengkapan laporan bulanan sama dengan cara perhitungan
kelengkapan laporan mingguan.
Contoh, selama kwartal II-III tahun 1996 Puskesmas (X) telah mengirimkan 7
Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB1) selama Januari sampai dengan Agustus
1996 (8 bulan)
Maka kelengkapan Laporan Bulanan Puskesmas (X) selama kwartal II-III
adalah :
7 bulan
-------------- x 100% = 87,5 %
8 bulan
Seandainya Puskesmas tersebut tidak mengirimkan laporannya lagi pada tahun
tersebut, maka kelengkapan Laporan Bulanan Puskesmas (X) kumulatip
setahun adalah
7 bulan
-------------- x 100 % = 58,3 %
12 bulan
Cara menghitung kelengkapan laporan bulanan tersebut dapat juga digunakan
untuk menghitung kelengkapan laporan bulanan menurut jenis laporan yang
dikirim seperti LBIS, LBI, LB3 dan sebagainya.
Misalnya laporan bulanan dari 10 Puskesmas di daerah X, maka laporan yang
harus kita terima dalam satu tahun ada 10 x 12 = 120 laporan (100%). Tenyata
laporan yang diterima hanya 5 Puskesmas yang rutin mengirim tiap bulan
(5x12=60), maka kelengkapan laporan yang diterima adalah 50%.
c. Ketepatan Laporan Data Surveilans
Adalah pelaporan data surveilans epidemiologi tepat pada waktu data itu
diperlukan untuk analisis dan tindak lanjut yang diperlukan. Data yang
disampaikan setelah lewat waktu data itu diperlukan menjadi tidak berguna,
bahkan pelaporan data yang sia-sia. Ketepatan seperti itu berarti juga ketepatan
waktu setiap tahapan kegiatan surveilans.
Didalam sistem surveilans yang baik selalu disepakati kapan selambat-
lambatnya laporan data surveilans diterima oleh unit surveilans, biasanya
ditetapkan tanggal tertentu. Setelah batas waktu tersebut, semua data segera
54. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
241
diolah dan dianalisis, data yang masuk setelah tanggal tersebut tidak dihitung
pada periode waktu tersebut, tetapi diolah pada periode waktu lain.
Ketepatan waktu pelaporan juga berarti ketepatan waktu yang diperlukan sejak
kasus dini menunjukkan gejala-gejala awal sampai tindakan yang dilakukan,
atau sejak munculnya kasus dini KLB sampai tindakan dilakukan. Berikut
adalah contoh kasus ketepatan laporan di beberapa unit kerja
Kasus 1.
Data perkembangan kasus demam berdarah menurut kelurahan dikirimkan
sebulan setelah data terekam. Padahal seharusnya dikirim setiap seminggu
sekali untuk mengetahui terjadinya peningkatan kasus demam berdarah dan
tindakan penanggulangan segera agar penyakit tersebut tidak berkembang dan
menyebar ke daerah lain. Akibatnya penyakit demam berdarah telah meluas,
baru tindakan penanggulangan dilakukan.
Kasus 2.
Selama tahun 2008 Laporan Bulanan Program (LB3) Puskesmas Reni yang
diterima Dinas Kesehatan Kabupaten Ampenan sebanyak 12 laporan dengan 6
laporan diantaranya diterima sebelum tanggal 5 bulan berikutnya (batas
laporan dikirim), sehingga laporan yang tepat waktu sebelum tanggal 5 pada
bulan berikutnya adalah 6/12 x 100%.
Kasus 3.
Laporan Mingguan Wabah (W2) harus dikirim selambat-lambatnya hari ke 2
minggu berikutnya (Selasa). Selama 13 minggu pertama 2008 yang dikirim
pada hari ke 2 minggu berikutnya hanya 10 laporan, maka laporan mingguan
yang dikirim tepat waktu adalah (10/13)x100% = 76,9%:
Kasus 4.
Laporan Bulanan Puskesmas seharusnya dikirim sebelum tanggal 5 bulan
berikutnya. Selama 8 bulan pertama tahun 2008, laporan bulanan yang diterima
Dinas Kesehatan Kabupaten Ampera dibawah tanggal 5 bulan berikutnya
sebanyak 6 laporan. Maka ketepatan waktu pengiriman laporan bulanan
selama 8 bulan pertama 2004 adalah (6/8)x100%=75%.
Analisis Surveilans
Analisis surveilans memerlukan pemahaman yang cukup terhadap proses
penyusunan dan manfaat tabel, grafik dan peta, proses interpretasi dan penarikan
kesimpulan, serta memahami tujuan proses analisis. Disamping itu, kemampuan
komunikasi dan mempunyai wawasan yang luas merupakan kemampuan
55. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
242
tambahan yang sangat menentukan kualitas hasil analisis surveilans
epdiemiologi.
Analisis surveilans epidemiologi melalui tahapan yang berlangsung terus
menerus dengan cara-cara yang sistematis yang mempunyai tujuan deteksi KLB,
mengembangkan hipotesis, kecenderungan penyakit atau masalah kesehatan
lainnya, evaluasi program atau untuk dukungan perencanaan kesehatan
masyarakat dimasa yang akan datang.
Sehari-hari, pelaksanaan tahap-tahap analisis terlihat terlihat sebagai kegiatan
rutin, tetapi setiap petugas surveilans perlu memahami semua proses kegiatan
analisis dan bahkan selalu berupaya menjaga agar pelaksanaan setiap tahapan
tersebut menghasilkan data terbaik dengan meminimalkan kelemahan kualitas
dan akurasi data surveilans yang akan digunakan untuk analisis, dan bahkan
seorang penganalisis surveilans epidemiologi seharusnya melakukan evaluasi
secara terus menerus terhadap kualitas dan akurasi data surveilans epidemiologi
tersebut.
Tahapan Analisis Surveilans
Tahapan analisis surveilans epidemiologi dimulai dari pemahaman tujuan
penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang kemudian dirumuskan lebih
detail dalam indikator dan desain analisis yang akan digunakan. Ini menunjukkan
bahwa seluruh proses kegiatan surveilans epidemiologi adalah kegiatan
penyiapan analisis yang terstruktur secara sistematis dengan tujuan dan desain
analisis yang sudah disiapkan sebelum proses perekaman, pengumpulan,
pelaporan dan pengolahan data.
56. MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN JENJANG AHLI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
243
Skema tahapan analisis surveilans epidemiologi dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut :
Gambar : Tahapan Analisis Surveilans Epidemiologi
Pada bab berikut hanya akan dibahas pembuatan tabel, grafik dan peta sesuai
dengan desain analisis yang diharapkan dan interpretasi tampilan tabel, grafik
atau peta sesuai dengan desain analisis yang diharapkan. Cara-cara Perekaman
dan Rekomendasi dan distribusi informasi dibahas lain.
(1) Membuat tampilan tabel, grafik atau peta
Membuat tampilan tabel, grafik dan peta untuk kepentingan analisis,
sebenarnya sudah merupakan analisis surveilans epidemiologi, karena
pembuatan tabel, grafik dan peta harus sudah mencurahkan segenap
kemampuannya untuk menyiapkan suatu penyajian data yang mudah
Menetapkan tujuan surveilans epidemiologi
Menetapkan indikator analisis surveilans epidemiologi
Menetapkan desain analisis dalam bentuk
tabel, grafik atau peta
Menetapkan cara-cara perekaman, pengumpulan,
pelaporan, editing dan pengolahan data
Membuat tampilan tabel, grafik atau peta sesuai dengan
desain analisis yang diharapkan
Interpretasi tampilan tabel, grafik atau peta sesuai dengan
desain analisis yang diharapkan
Membuat rekomendasi
Menyampaikan data, informasi dan rekomendasi kepada
unit surveilans lain, program atau penelitian sesuai sasaran
surveilans
Melaksanakan perekaman, pengumpulan, pelaporan,
editing dan pengolahan data