SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
175
Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015
Jumlah Leukosit, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit sebagai Prediktor
Infeksi dengue pada Anak dengan Gizi Baik di Fasilitas Kesehatan
dengan Sumber Daya Terbatas
Adek Herlina Tanjung, Nurnaningsih, Ida Safitri Laksono
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
Latar belakang. Infeksi virus dengue merupakan mosquito borne disease yang sering dijumpai di dunia. Demam pada awal sakit
karena infeksi dengue dan bukan dengue sangat sulit dibedakan. Di fasilitas kesehatan dengan sumber daya terbatas diperlukan
pemeriksaan darah sederhana untuk membantu mendiagnosis dengue. Jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit pada awal
penyakit dapat membantu memprediksi diagnosis dengue.
Tujuan. Mengetahui apakah jumlah leukosit, neutrofil, monosit, dan limfosit pada anak dengan gizi baik dapat digunakan sebagai
prediktor untuk infeksi dengue di fasilitas kesehatan terbatas.
Metode. Nested case control yang terdapat dalam rancangan kohort. Digunakan data rekam medis Januari 2009 sampai Januari
2011. Dilihat perbedaan pada hari ke-3 dan 4 jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit antara kelompok infeksi dengue
dan non dengue menggunakan chi square dan regresi logistik.
Hasil. Terdapat 124 anak dengan gizi baik, terdiri atas masing-masing 62 anak kelompok dengue dan non dengue. Leukopeni
merupakan prediktor untuk mendiagnosis dengue pada hari ke-3 demam dengan adjusted odds ratio 10,32 (IK 95% 4,31-24,53;
p=0,001). Pada hari ke-4 demam, leukopeni dan limfositosis adalah prediktor untuk mendiagnosis dengue dengan adjusted odds
ratio 13,84 (IK95% 4,92-38,88; p=0,001) dan 4,66 (IK95% 1,73-12,59; p=0,002).
Kesimpulan. Leukopeni dan limfositosis pada anak dengan gizi baik merupakan prediktor untuk mendiagnosis infeksi dengue
pada awal demam. Sari Pediatri 2015;17(3):175-9.
Kata kunci: infeksi dengue, faktor prediktor, hitung jenis leukosit
Leucocyte, Neutrophil, Lymphocyte and Monocyte Profiles as Early
Predictors for Dengue in Children with Good Nutritional Status in
Limited Resources Setting
Adek Herlina Tanjung, Nurnaningsih, Ida Safitri Laksono
Background. Dengue infection is the most important mosquito borne disease around the world. In the early phase, the clinical
manifestation might be difficult to be differentiated between dengue and non dengue infection. Therefore, simple blood examination
is needed, particularly in health facilities with limited resources. The profile of leucocyte, neutrophil, lymphocyte and monocyte
is one of the most common examination to be performed.
Objective. To observe leucocyte, neutrophil, lymphocyte and monocyte profile during the 3rd
and 4th
day of fever in children with
good nutritional status and its role to predict dengue infection.
Method. A nested case control study was conducted using medical records. The profile of leucocyte, neutrophil, lymphocyte and
monocyte during the 3rd
and 4th
day of fever were analiyzed using chi-square and logistic regression
Results. From January 2009 through January 2011, 124 medical records of children with good nutritional status were recovered,
of whom 50% (62) had dengue infection and 50% (62) had non dengue infection based on clinical manifestation and serology
results. At the 3rd
day of fever, children with dengue infection had significant leucopenia compared to those who had non dengue
infection with adjusted odds ratio of 10.32 (CI 95% 4.31-24.53, p=0.001). At the 4th
day of fever, leucopenia and lymphocytosis
are the predominant factors for diagnosing dengue infection with adjusted odds ratio of 13.84 (CI 95% 4.92-38.88, p=0.001)
and 4,66 (CI 95% 1.73-12.59, p=0.002) respectively.
Conclusion. Leucopenia and lymphocytosis are predicting factors for diagnosing dengue infection in children with good nutritional
status in the early phase of disease. Sari Pediatri 2015;17(3):175-9.
Keywords: dengue infection, predicting factors, profile of leucocyte count and its differential
Alamat korespondensi: Dr. Adek Herlina Tanjung, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta, Jalan Kesehatan No. 1 Sekip Yogyakarta 55284, Indonesia. Tel. +62-274-561616, E-mail: adek_herlina_tanjung@yahoo.co.id
176
Adek Herlina Tanjung dkk: Jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue
Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015
I
nfeksi virus dengue adalah mosquito borne dis-
ease yang terpenting di dunia. Di negara tropis,
penyakit ini menyebar secara endemik dan
menginfeksi lebih kurang 100 juta manusia setiap
tahunnya, setengah jutanya adalah kasus DBD (demam
berdarah dengue). Sekitar 22.000 kematian terjadi
pada anak-anak, 90% kasus DBD tersebut adalah anak
di bawah 15 tahun1,9
.
Gejala demam pada awal sakit karena infeksi dengue
dengan bukan dengue sangat sulit dibedakan.15
Sampai
saat ini belum tersedia alat diagnostik sederhana dan
terjangkau untuk membedakan infeksi dengue dengan
penyakit epidemik dengan gejala demam secara dini.12
Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis
infeksi dengue sangat beragam dan tidak semua da-
pat dilakukan di laboratorium diagnostik. Hingga
saat ini, pemeriksaan hematologi sederhana, seperti
hitung jumlah leukosit, neutrofil, monosit, dan lim-
fosit banyak digunakan untuk membantu penegakan
diagnosis dengue karena dapat dilakukan di berbagai
laboratorium, bahkan Puskesmas.14
Abnormalitas hematologi yang sering muncul pada
infeksi dengue adalah leukopenia, trombositopenia,
dan gangguan koagulasi. Pada awal demam, jumlah
leukosit dapat normal atau dengan predominan neu-
trofil kemudian menurun pada hari ketiga sampai
kedelapan. Pada umumnya, terjadinya leukopeni ber-
Pada umumnya, terjadinya leukopeni ber-
umumnya, terjadinya leukopeni ber-
terjadinya leukopeni ber-
terjadinya leukopeni ber-
leukopeni ber-
leukopeni ber-
ber-
ber-
samaan dengan trombositopeni, yaitu mulai hari ketiga
demam. Pada syok berat dapat dijumpai leukositosis
dengan neutropenia absolut. Hal lain yang menarik
adalah ditemukan cukup banyak (20%-50%) limfosit
bertransformasi atau atipik dalam sediaan apus darah
tepi yang dikenal sebagai limfosit plasma biru.4,5
Beberapa penelitian mengatakan bahwa pemerik-
saan sumsum tulang penderita dengue pada awal
demam terdapat hipoplasia sumsum tulang dengan
hambatan dari semua sistem hemopoesis yang mem-
beri kontribusi untuk terjadinya leukopenia, termasuk
hitung jenisnya yaitu neutropenia, limfositosis relatif,
dan monositopenia. Mekanisme penekanan sumsum
tulang pada infeksi dengue terjadi akibat dari proses
penekanan virus secara langsung ataupun karena
produksi sitokin proinflamasi.5,9
Pada saat ini, penegakan diagnosis infeksi dengue
di rumah sakit kabupaten atau Puskesmas di daerah
perifer menggunakan gejala klinis dan pemeriksaan
penunjang sederhana. Pemeriksaan leukosit dan apusan
darah tepi adalah salah satu pemeriksaan laboratorium
sederhana dan tersedia di sebagian besar rumah sakit
dan Puskesmas di daerah perifer di Indonesia. Peneli-
tian ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut tentang
hitung jumlah leukosit, neutrofil, monosit, dan lim-
fosit untuk membantu memprediksi diagnosis infeksi
dengue secara cepat dan tepat. Diharapkan, penelitian
ini dapat memberikan kontribusi sebagai salah satu
parameter diagnosis dini pada infeksi dengue.
Metode
Penelitian observasional dengan rancangan nested
case control. Populasi terjangkau pada nested case
contolberasal dari populasi studi kohort, yaitu pasien
anak demam hari ke-3 dan ke-4 yang dirawat di In-
dirawat di In-
di In-
stalasi Kesehatan Anak (INSKA) RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta mulai Januari 2009 sampai Januari 2011.
Kelompok kasus diidentifikasi dari studi kohort yang
mengalami efek, yaitu terdiagnosis infeksi dengue dan
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kelompok
kontrol adalah yang tidak mengalami efek yaitu ter-
diagnosis infeksi bukan dengue. Pada kedua kelompok
dipilih yang berstatus gizi baik. Faktor prediktor adalah
faktor yang dapat memprediksi diagnosis infeksi den-
gue, yaitu jumlah leukosit, neutrofil, monosit, dan
limfosit. Kelompok kasus kemudian dibandingkan
dengan kelompok kontrol melalui analisis statistik.
Tabel 1. Karakteristik dasar
Variabel Kasus
N=62
Kontrol
N=62
p
Jenis kelamin, n (%)
Laki-laki
Perempuan
Umur (tahun)*
Lama demam sebelum masuk rumah sakit (hari)*
Lama perawatan (hari)*
25 (40,3)
37 (59,7)
6,35±3,0
3,65±0,48
3,44±0,59
24 (38,7)
38 (61,3)
8,1±3,5
4,03±0,57
4,95±2,24
0,85
0,001
0,001
0,001
*rerata ±(SB)
177
Adek Herlina Tanjung dkk: Jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue
Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015
Analisis univariat dengan x2
(chi square) dilakukan
untuk menganalisis hubungan masing-masing faktor
prediktor terhadap kejadian infeksi dengue. Ukuran
kekuatan hubungan dinyatakan dengan odds ratio
(OR) dengan interval kepercayaan 95%. Nilai p<0,05
dianggap bermakna secara statistik. Selanjutnya, untuk
variabel bebas yang pada analisis univariat mempunyai
nilai p<0,25 akan dilakukan analisis multivariat dengan
analisis regresi logistik.
Hasil
Jumlah subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebesar 124 anak, terdiri atas 62 kelompok
kasus dan 62 kontrol. Karakteristik data subyek pene-
Karakteristik data subyek pene-
litian tertera pada Tabel 1.
Pembahasan
Pada infeksi dengue, leukopeni telah diketahui se-
ada infeksi dengue, leukopeni telah diketahui se-
dengue, leukopeni telah diketahui se-
dengue, leukopeni telah diketahui se-
e, leukopeni telah diketahui se-
eukopeni telah diketahui se-
jak lama. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
leukopeni selalu ada, umumnya penurunan terjadi
antara 3000-5000 sel/mm3
, walau jumlahnya mung-
kin dapat menurun sampai 1200 sel/mm3
.13
Batasan
leukopeni menurut WHO 2011 adalah jika jumlah
leukosit d5000 sel/mm3
. Serupa dengan penelitian uji
diagnostik Sutaryo13
dan Nany10
yang menyebutkan
sensitivitas tertinggi terdapat pada titik potong leuko-
sit <5000 sel/mm3
,dengan masing-masing sensitivitas
65,69% dan 94,44%, Kalayanarooj dkk6
mencatat
sensitivitas leukopeni pasien dengue 91,19%, dengan
spesifisitas, positive predictive value (PPV), dan nega-
tive predictive value (NPV) masing-masing 59,83%,
68,56%, dan 87,61%. Kami mendapatkan jumlah
leukosit lebih rendah pada hari ke-3 dan ke-4 demam
pada pasien dengue dibandingkan bukan dengue,
dengan nilai aOR yang cukup tinggi yaitu 10,32
(IK95% 4,31-24,53) pada hari ke-3 dan aOR 13,84
(IK95% 4,92-38,88) pada hari ke-4 sehingga dapat
disimpulkan kejadian leukopeni pada infeksi dengue
10,32 dan 13,84 kali lebih besar dibandingkan bukan
dengue pada hari ke-3 dan ke-4. Peningkatan risiko
leukopeni pada hari ke-4 dibandingkan dengan ke-3
dikarenakan perjalanan penyakit tersebut. Dikatakan
leukopeni pada infeksi dengue disebabkan depresi
sumsum tulang akibat proses penekanan oleh virus
secara langsung ataupun mekanisme melalui produksi
sitokin proinflamasi. Sumsum tulang pada hari ke-4
mengalami hiposelular dengan tidak adanya granu-
lopoesis, hambatan dari semua sistem hemopoesis ini
juga menyebabkan neutropeni dan monositopeni,5,9,13
neutrofil mulai turun pada hari ke-3 sampai hari ke-8
demam.16
Tabel 2. Leukopeni, neutropeni, limfositosis, dan monositopeni sebagai faktor prediktor infeksi*
Variabel
Bivariat Multivariat
OR IK95% p aOR IK95% p
Leukopeni 11,79 5,07-27,3 0,001 10,32 4,31-24,53 0,001
Neutropeni 2,87 1,38-5,95 0,004 1,91 0,72-5,62 0,189
Limfositosis 3,80 1,56-9,17 0,002 1,82 0,50-5,63 0,297
Monositopeni 1,25 0,46-3,44 0,663
*(sampel darah diambil hari ke-3)
Tabel 3. Leukopeni, neutropeni, limfositosis dan monositopeni sebagai faktor prediktor infeksi*
Variabel Bivariat Multivariat
OR IK95% P aOR IK95% P
Leukopeni 19,60 7,24-53,07 0,001 13,84 4,92-38,88 0,001
Neutropeni 6,23 2,83-13,74 0,001 1,98 0,67-5,87 0,22
Limfositosis 8,15 3,42-19,43 0,001 4,66 1,73-12,59 0,002
Monositopeni 2,97 1,13-7,79 0,02 1,67 0,42-6,59 0,46
*(sampel darah diambil hari ke-4)
178
Adek Herlina Tanjung dkk: Jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue
Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015
Kami mendapatkan jumlah neutrofil dan monosit
pasien dengue lebih rendah dibandingkan dengan bukan
dengue, walaupun nilainya secara statistik tidak ber-
makna dengan nilai OR pada hari ke-3 demam untuk
neutropeni 1,91 (IK95% 0,71-5,62; p=0,189), nilai OR
untuk neutropeni 1,98 (IK95% 0,67-5,87; p=0,22) dan
monositopeni 1,67 (IK95% 0,42-6,59; p=0,46) pada
hari ke-4 demam. Penelitian yang dilakukan pada pasien
anak oleh Suwandono dkk,14
Karande dkk,7
dan Phuong
dkk11
mendapatkan jumlah leukosit dan neutrofil yang
lebih rendah pada pasien infeksi dengue dibandingkan
dengan bukan dengue, Kalayanarooj dkk6
mencatat
bahwa jumlah monosit pada pasien dengue lebih rendah
dibandingkan non dengue, dan mencatat perbedaan
pada rata-rata hari ke-3 demam.
Limfosit memainkan peran yang penting dalam
mekanisme pertahanan terhadap virus dengue. Pada
pasien dengue, kami mendapatkan jumlah limfosit
tidak berbeda dibandingkan bukan dengue pada hari
ke-3 demam, dengan nilai aOR 1,82 (IK95% 0,50-
5,63; p=0,297), sedangkan pada hari ke-4 demam
menjadi bermakna OR 4,66 (IK95% 1,73-12,59;
p=0,002). Limfosit belum dapat membedakan infeksi
dengue dan bukan dengue pada hari ke-4. Pada hari
tersebut dikhawatirkan pasien telah mengalami syok.
Penelitian pada pasien dewasa yang dilakukan oleh
Chadwick dkk,3
Binh dkk,2
dan Low dkk8
mendap-
atkan hasil yang berbeda, yaitu jumlah limfosit pasien
dengue lebih rendah dibandingkan bukan dengue.
Perbedaan ini mungkin karena pada penelitian ini
memakai limfosit relatif, sedangkan pada penelitian
sebelumnya memakai limfosit absolut.
Proporsi jenis kelamin kelompok kasus dan kontrol
tidak berbeda, sebaliknya lama demam sebelum masuk
rumah sakit berbeda. Pada kelompok kasus, pasien
datang rata-rata hari ke-3 demam, sedangkan untuk
kelompok kontrol, datang pada hari ke 4 demam.
Penelitian Sutaryo13
mencatat lama demam sebelum
masuk rumah sakit pada pasien dengue dan bukan
dengue terjadi pada hari ke-4 atau ke-5 karena pada
hari tersebut orang tua sudah memeriksakan anak ke
Puskesmas, rumah sakit, atau dokter. Rata-rata lama
rawat di rumah sakit untuk kelompok kasus 3,44±0,59
hari, sedangkan untuk kelompok kontrol 4,95±2,24
hari. Hal tersebut sesuai dengan perjalanan penyakit
dengue yang akan pulih dan diperbolehkan pulang
setelah hari ke-7. Sementara untuk kelompok kasus,
persentase demam tifoid tertinggi memerlukan waktu
yang lebih lama untuk perawatan.
Kesimpulan
Leukopeni dan limfositosis pada anak dengan gizi
baik merupakan prediktor untuk mendiagnosis infeksi
dengue pada hari awal demam.
Daftar pustaka
1. Ashley EA. Dengue fever. Paper presented at the meet-
EA. Dengue fever. Paper presented at the meet-
Dengue fever. Paper presented at the meet-
Paper presented at the meet-
Paper presented at the meet-
ing of trends in Anaesthesia and Critical Care. London:
2010; 39-41.
2. Binh PH, Matheus S, Huong VT. Early clinical and
biological features of severe clinical manifestations of
dengue in Vietnamese. J Virol 2009; 5:1680-91.
3. Chadwick D, Arch B, Smith A. Distinguishing dengue
fever from other infection on the basis of simple clinical
and laboratory feature: application of logistic regression
analysis. J. Virol 2005;35:147-53.
4. Guglani L, Kabra SK. T cell immunopathogenesis of
dengue virus infection. Dengue Bulletin 2005;29:58-
69.
5. Hadinegoro SR, Satari HI. Demam berdarah dengue.
Naskah Lengkap Pelatihan Bagi Pelatih Dokter Spesialis
Anak dan Dokter Spesialis Penyakit dalam Tatalaksana
Kasus DBD. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 2001;44-54.
6. Kalayanarooj S, Vaughn DW, Nimmannitya S. Early
clinical and laboratory indicators of acute dengue illness.
J Infect 1997;176:313-21.
7. Karande S, Gandhi D, Kulkarni M. Concurrent outbreak
of leptospirosis and dengue in Mumbai, India. J Trop
Pediatr 2005;51:174-81.
8. Low JG, Ooi EE, Tolfvenstam T. Early dengue infection
and outcome study (eden) – study design and preliminary
findings. Ann Acad Med Singapore 2006;35:783-9.
9. Malavige GN, Fernando S, Fernando DJ. Dengue viral
infections. Postgrad Med J 2004;80:588-601.
10. Nany. Limfosit plasma biru nilai diagnostik pada infeksi
dengue (tesis). Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara, 2007.
11. Phuong CX, Nhan NT, Kneen R. Clinical diagnosis and
assessment of severity of confirmed dengue infections in
Vietnamese children. Am JTrop Med Hyg 2004;70:172-
179.
12. Potts AJ and Rothman AL. Clinical and laboratory
features that distinguish dengue from other febrile ill-
nesses in endemic populations. Trop Med Int Health
2010;13:1328-40.
13. Sutaryo. Limfosit plasma biru: arti diagnostik dan sifat
179
Adek Herlina Tanjung dkk: Jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue
Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015
imunologik pada infeksi dengue (disertasi). Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 1991.
14. Suwandono A, Nurhayati. Comparison of diagnostic
value of platelet, leucocyte, NS1 antigen, and antidengue
IgM antibody. J Indon Med Assoc 2011;61:326-32.
15. WHO. Dengue guidelines for diagnosis, treatment,
prevention and control, New ed. Geneva: World Health
Organization; 2009.
16. WHO. Comprehensive guidelines for prevention and
control of dengue and dengue haemorrhagic fever, revised
and expanded ed. India: World Health Organization;
2011.

More Related Content

What's hot

Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthPenerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthAnggita Dewi
 
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah Oktarina Permatasari
 
Genetik epdemilogical studies of coronary heart disease
Genetik epdemilogical studies of coronary heart diseaseGenetik epdemilogical studies of coronary heart disease
Genetik epdemilogical studies of coronary heart diseaseNorma Tasia
 
Langkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahLangkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahrickygunawan84
 
Martina patofisiologi sepsis neonatorum
Martina   patofisiologi sepsis neonatorumMartina   patofisiologi sepsis neonatorum
Martina patofisiologi sepsis neonatorumPrista Irawantara
 
Referat HIV/AIDS tanpa komplikasi
Referat HIV/AIDS tanpa komplikasiReferat HIV/AIDS tanpa komplikasi
Referat HIV/AIDS tanpa komplikasiZarah Dzulhijjah
 
Kafekepo.com apa bedanya covid-19 dan flu
Kafekepo.com apa bedanya covid-19 dan flu Kafekepo.com apa bedanya covid-19 dan flu
Kafekepo.com apa bedanya covid-19 dan flu ◼ Mohammad Yusuf
 
Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)
Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)
Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)BidangTFBBPKCiloto
 
Referat sepsis bramantyo
Referat sepsis   bramantyoReferat sepsis   bramantyo
Referat sepsis bramantyoSoroy Lardo
 
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Operator Warnet Vast Raha
 
Kempen Demam Denggi (Media Baru)
Kempen Demam Denggi (Media Baru)Kempen Demam Denggi (Media Baru)
Kempen Demam Denggi (Media Baru)IzzuwanIsmail
 
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE.pptx
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE.pptxINFLAMMATORY BOWEL DISEASE.pptx
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE.pptxIkasa1
 

What's hot (20)

Modul inti 2
Modul inti 2Modul inti 2
Modul inti 2
 
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthPenerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
 
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
 
Genetik epdemilogical studies of coronary heart disease
Genetik epdemilogical studies of coronary heart diseaseGenetik epdemilogical studies of coronary heart disease
Genetik epdemilogical studies of coronary heart disease
 
Kelompok 11
Kelompok 11Kelompok 11
Kelompok 11
 
Langkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahLangkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabah
 
6. memerangi hiv
6. memerangi hiv6. memerangi hiv
6. memerangi hiv
 
Martina patofisiologi sepsis neonatorum
Martina   patofisiologi sepsis neonatorumMartina   patofisiologi sepsis neonatorum
Martina patofisiologi sepsis neonatorum
 
Presentasi SINOVIK
Presentasi SINOVIKPresentasi SINOVIK
Presentasi SINOVIK
 
5 fe5821cd01
5 fe5821cd015 fe5821cd01
5 fe5821cd01
 
Referat HIV/AIDS tanpa komplikasi
Referat HIV/AIDS tanpa komplikasiReferat HIV/AIDS tanpa komplikasi
Referat HIV/AIDS tanpa komplikasi
 
Kafekepo.com apa bedanya covid-19 dan flu
Kafekepo.com apa bedanya covid-19 dan flu Kafekepo.com apa bedanya covid-19 dan flu
Kafekepo.com apa bedanya covid-19 dan flu
 
Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)
Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)
Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)
 
Referat sepsis bramantyo
Referat sepsis   bramantyoReferat sepsis   bramantyo
Referat sepsis bramantyo
 
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
 
Kempen Demam Denggi (Media Baru)
Kempen Demam Denggi (Media Baru)Kempen Demam Denggi (Media Baru)
Kempen Demam Denggi (Media Baru)
 
Campak
CampakCampak
Campak
 
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE.pptx
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE.pptxINFLAMMATORY BOWEL DISEASE.pptx
INFLAMMATORY BOWEL DISEASE.pptx
 
HIV
HIVHIV
HIV
 
Mini project
Mini project Mini project
Mini project
 

Similar to 98 532-1-pb

Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptxAnamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptxtohahakim
 
Infeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdf
Infeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdfInfeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdf
Infeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdfdradekurnia24
 
2546-3242-1-PB.pdf
2546-3242-1-PB.pdf2546-3242-1-PB.pdf
2546-3242-1-PB.pdfssusere0d418
 
PPT Journal Reading Arneta Sarah Simarmata 112019170.pptx
PPT Journal Reading Arneta Sarah Simarmata 112019170.pptxPPT Journal Reading Arneta Sarah Simarmata 112019170.pptx
PPT Journal Reading Arneta Sarah Simarmata 112019170.pptxChristinNatalineSija
 
MINI PRO TBC - Fredy.pptx
MINI PRO TBC - Fredy.pptxMINI PRO TBC - Fredy.pptx
MINI PRO TBC - Fredy.pptxYosephAditya2
 
Journal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatal
Journal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatalJournal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatal
Journal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatalwendylobo25
 
Presentasi sidang hasil FK Unand
Presentasi sidang hasil FK UnandPresentasi sidang hasil FK Unand
Presentasi sidang hasil FK Unandmianurnajiah
 
979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf
979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf
979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdfRENIAPRILIAWARDATULJ
 
Derm atopi (2)
Derm atopi (2)Derm atopi (2)
Derm atopi (2)StNurul
 
Makalah HIV Aids pada Anak.pdf
Makalah HIV Aids pada Anak.pdfMakalah HIV Aids pada Anak.pdf
Makalah HIV Aids pada Anak.pdfINyomanMurjana
 
Imunisasi Pada Lansia.pptx
Imunisasi Pada Lansia.pptxImunisasi Pada Lansia.pptx
Imunisasi Pada Lansia.pptxNailahRahmah1
 
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptxKelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptxathika5
 
Jurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docx
Jurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docxJurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docx
Jurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docxMuhtaSyam1
 
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?Rachmat Gunadi Wachjudi
 

Similar to 98 532-1-pb (20)

Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptxAnamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
Anamnesis dan Tindakan pada Kasus.pptx
 
Infeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdf
Infeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdfInfeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdf
Infeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdf
 
2546-3242-1-PB.pdf
2546-3242-1-PB.pdf2546-3242-1-PB.pdf
2546-3242-1-PB.pdf
 
PPT md.pptx
PPT  md.pptxPPT  md.pptx
PPT md.pptx
 
PPT Journal Reading Arneta Sarah Simarmata 112019170.pptx
PPT Journal Reading Arneta Sarah Simarmata 112019170.pptxPPT Journal Reading Arneta Sarah Simarmata 112019170.pptx
PPT Journal Reading Arneta Sarah Simarmata 112019170.pptx
 
MINI PRO TBC - Fredy.pptx
MINI PRO TBC - Fredy.pptxMINI PRO TBC - Fredy.pptx
MINI PRO TBC - Fredy.pptx
 
Journal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatal
Journal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatalJournal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatal
Journal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatal
 
3954 5758-1-sm
3954 5758-1-sm3954 5758-1-sm
3954 5758-1-sm
 
Dengue.pptx
Dengue.pptxDengue.pptx
Dengue.pptx
 
Presentasi sidang hasil FK Unand
Presentasi sidang hasil FK UnandPresentasi sidang hasil FK Unand
Presentasi sidang hasil FK Unand
 
979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf
979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf
979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf
 
Derm atopi (2)
Derm atopi (2)Derm atopi (2)
Derm atopi (2)
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah HIV Aids pada Anak.pdf
Makalah HIV Aids pada Anak.pdfMakalah HIV Aids pada Anak.pdf
Makalah HIV Aids pada Anak.pdf
 
Imunisasi Pada Lansia.pptx
Imunisasi Pada Lansia.pptxImunisasi Pada Lansia.pptx
Imunisasi Pada Lansia.pptx
 
HIV pada Anak
HIV pada AnakHIV pada Anak
HIV pada Anak
 
Jurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan maskerJurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan masker
 
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptxKelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
Kelompok 3 Mitigasi Bencana (DBD) (1).pptx
 
Jurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docx
Jurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docxJurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docx
Jurnal Penyelidikan Epidemiologi DBD.docx
 
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
Kapan kita mulai curiga ada penyakit autoimmune ?
 

Recently uploaded

SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanBungaCitraNazwaAtin
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalHendriKurniawanP
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1YudiPradipta
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasidadan50
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxnugrohoaditya12334
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanamalaguswan1
 

Recently uploaded (14)

SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
 

98 532-1-pb

  • 1. 175 Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015 Jumlah Leukosit, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit sebagai Prediktor Infeksi dengue pada Anak dengan Gizi Baik di Fasilitas Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas Adek Herlina Tanjung, Nurnaningsih, Ida Safitri Laksono Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta Latar belakang. Infeksi virus dengue merupakan mosquito borne disease yang sering dijumpai di dunia. Demam pada awal sakit karena infeksi dengue dan bukan dengue sangat sulit dibedakan. Di fasilitas kesehatan dengan sumber daya terbatas diperlukan pemeriksaan darah sederhana untuk membantu mendiagnosis dengue. Jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit pada awal penyakit dapat membantu memprediksi diagnosis dengue. Tujuan. Mengetahui apakah jumlah leukosit, neutrofil, monosit, dan limfosit pada anak dengan gizi baik dapat digunakan sebagai prediktor untuk infeksi dengue di fasilitas kesehatan terbatas. Metode. Nested case control yang terdapat dalam rancangan kohort. Digunakan data rekam medis Januari 2009 sampai Januari 2011. Dilihat perbedaan pada hari ke-3 dan 4 jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit antara kelompok infeksi dengue dan non dengue menggunakan chi square dan regresi logistik. Hasil. Terdapat 124 anak dengan gizi baik, terdiri atas masing-masing 62 anak kelompok dengue dan non dengue. Leukopeni merupakan prediktor untuk mendiagnosis dengue pada hari ke-3 demam dengan adjusted odds ratio 10,32 (IK 95% 4,31-24,53; p=0,001). Pada hari ke-4 demam, leukopeni dan limfositosis adalah prediktor untuk mendiagnosis dengue dengan adjusted odds ratio 13,84 (IK95% 4,92-38,88; p=0,001) dan 4,66 (IK95% 1,73-12,59; p=0,002). Kesimpulan. Leukopeni dan limfositosis pada anak dengan gizi baik merupakan prediktor untuk mendiagnosis infeksi dengue pada awal demam. Sari Pediatri 2015;17(3):175-9. Kata kunci: infeksi dengue, faktor prediktor, hitung jenis leukosit Leucocyte, Neutrophil, Lymphocyte and Monocyte Profiles as Early Predictors for Dengue in Children with Good Nutritional Status in Limited Resources Setting Adek Herlina Tanjung, Nurnaningsih, Ida Safitri Laksono Background. Dengue infection is the most important mosquito borne disease around the world. In the early phase, the clinical manifestation might be difficult to be differentiated between dengue and non dengue infection. Therefore, simple blood examination is needed, particularly in health facilities with limited resources. The profile of leucocyte, neutrophil, lymphocyte and monocyte is one of the most common examination to be performed. Objective. To observe leucocyte, neutrophil, lymphocyte and monocyte profile during the 3rd and 4th day of fever in children with good nutritional status and its role to predict dengue infection. Method. A nested case control study was conducted using medical records. The profile of leucocyte, neutrophil, lymphocyte and monocyte during the 3rd and 4th day of fever were analiyzed using chi-square and logistic regression Results. From January 2009 through January 2011, 124 medical records of children with good nutritional status were recovered, of whom 50% (62) had dengue infection and 50% (62) had non dengue infection based on clinical manifestation and serology results. At the 3rd day of fever, children with dengue infection had significant leucopenia compared to those who had non dengue infection with adjusted odds ratio of 10.32 (CI 95% 4.31-24.53, p=0.001). At the 4th day of fever, leucopenia and lymphocytosis are the predominant factors for diagnosing dengue infection with adjusted odds ratio of 13.84 (CI 95% 4.92-38.88, p=0.001) and 4,66 (CI 95% 1.73-12.59, p=0.002) respectively. Conclusion. Leucopenia and lymphocytosis are predicting factors for diagnosing dengue infection in children with good nutritional status in the early phase of disease. Sari Pediatri 2015;17(3):175-9. Keywords: dengue infection, predicting factors, profile of leucocyte count and its differential Alamat korespondensi: Dr. Adek Herlina Tanjung, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Jalan Kesehatan No. 1 Sekip Yogyakarta 55284, Indonesia. Tel. +62-274-561616, E-mail: adek_herlina_tanjung@yahoo.co.id
  • 2. 176 Adek Herlina Tanjung dkk: Jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015 I nfeksi virus dengue adalah mosquito borne dis- ease yang terpenting di dunia. Di negara tropis, penyakit ini menyebar secara endemik dan menginfeksi lebih kurang 100 juta manusia setiap tahunnya, setengah jutanya adalah kasus DBD (demam berdarah dengue). Sekitar 22.000 kematian terjadi pada anak-anak, 90% kasus DBD tersebut adalah anak di bawah 15 tahun1,9 . Gejala demam pada awal sakit karena infeksi dengue dengan bukan dengue sangat sulit dibedakan.15 Sampai saat ini belum tersedia alat diagnostik sederhana dan terjangkau untuk membedakan infeksi dengue dengan penyakit epidemik dengan gejala demam secara dini.12 Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis infeksi dengue sangat beragam dan tidak semua da- pat dilakukan di laboratorium diagnostik. Hingga saat ini, pemeriksaan hematologi sederhana, seperti hitung jumlah leukosit, neutrofil, monosit, dan lim- fosit banyak digunakan untuk membantu penegakan diagnosis dengue karena dapat dilakukan di berbagai laboratorium, bahkan Puskesmas.14 Abnormalitas hematologi yang sering muncul pada infeksi dengue adalah leukopenia, trombositopenia, dan gangguan koagulasi. Pada awal demam, jumlah leukosit dapat normal atau dengan predominan neu- trofil kemudian menurun pada hari ketiga sampai kedelapan. Pada umumnya, terjadinya leukopeni ber- Pada umumnya, terjadinya leukopeni ber- umumnya, terjadinya leukopeni ber- terjadinya leukopeni ber- terjadinya leukopeni ber- leukopeni ber- leukopeni ber- ber- ber- samaan dengan trombositopeni, yaitu mulai hari ketiga demam. Pada syok berat dapat dijumpai leukositosis dengan neutropenia absolut. Hal lain yang menarik adalah ditemukan cukup banyak (20%-50%) limfosit bertransformasi atau atipik dalam sediaan apus darah tepi yang dikenal sebagai limfosit plasma biru.4,5 Beberapa penelitian mengatakan bahwa pemerik- saan sumsum tulang penderita dengue pada awal demam terdapat hipoplasia sumsum tulang dengan hambatan dari semua sistem hemopoesis yang mem- beri kontribusi untuk terjadinya leukopenia, termasuk hitung jenisnya yaitu neutropenia, limfositosis relatif, dan monositopenia. Mekanisme penekanan sumsum tulang pada infeksi dengue terjadi akibat dari proses penekanan virus secara langsung ataupun karena produksi sitokin proinflamasi.5,9 Pada saat ini, penegakan diagnosis infeksi dengue di rumah sakit kabupaten atau Puskesmas di daerah perifer menggunakan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang sederhana. Pemeriksaan leukosit dan apusan darah tepi adalah salah satu pemeriksaan laboratorium sederhana dan tersedia di sebagian besar rumah sakit dan Puskesmas di daerah perifer di Indonesia. Peneli- tian ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut tentang hitung jumlah leukosit, neutrofil, monosit, dan lim- fosit untuk membantu memprediksi diagnosis infeksi dengue secara cepat dan tepat. Diharapkan, penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai salah satu parameter diagnosis dini pada infeksi dengue. Metode Penelitian observasional dengan rancangan nested case control. Populasi terjangkau pada nested case contolberasal dari populasi studi kohort, yaitu pasien anak demam hari ke-3 dan ke-4 yang dirawat di In- dirawat di In- di In- stalasi Kesehatan Anak (INSKA) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta mulai Januari 2009 sampai Januari 2011. Kelompok kasus diidentifikasi dari studi kohort yang mengalami efek, yaitu terdiagnosis infeksi dengue dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kelompok kontrol adalah yang tidak mengalami efek yaitu ter- diagnosis infeksi bukan dengue. Pada kedua kelompok dipilih yang berstatus gizi baik. Faktor prediktor adalah faktor yang dapat memprediksi diagnosis infeksi den- gue, yaitu jumlah leukosit, neutrofil, monosit, dan limfosit. Kelompok kasus kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol melalui analisis statistik. Tabel 1. Karakteristik dasar Variabel Kasus N=62 Kontrol N=62 p Jenis kelamin, n (%) Laki-laki Perempuan Umur (tahun)* Lama demam sebelum masuk rumah sakit (hari)* Lama perawatan (hari)* 25 (40,3) 37 (59,7) 6,35±3,0 3,65±0,48 3,44±0,59 24 (38,7) 38 (61,3) 8,1±3,5 4,03±0,57 4,95±2,24 0,85 0,001 0,001 0,001 *rerata ±(SB)
  • 3. 177 Adek Herlina Tanjung dkk: Jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015 Analisis univariat dengan x2 (chi square) dilakukan untuk menganalisis hubungan masing-masing faktor prediktor terhadap kejadian infeksi dengue. Ukuran kekuatan hubungan dinyatakan dengan odds ratio (OR) dengan interval kepercayaan 95%. Nilai p<0,05 dianggap bermakna secara statistik. Selanjutnya, untuk variabel bebas yang pada analisis univariat mempunyai nilai p<0,25 akan dilakukan analisis multivariat dengan analisis regresi logistik. Hasil Jumlah subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebesar 124 anak, terdiri atas 62 kelompok kasus dan 62 kontrol. Karakteristik data subyek pene- Karakteristik data subyek pene- litian tertera pada Tabel 1. Pembahasan Pada infeksi dengue, leukopeni telah diketahui se- ada infeksi dengue, leukopeni telah diketahui se- dengue, leukopeni telah diketahui se- dengue, leukopeni telah diketahui se- e, leukopeni telah diketahui se- eukopeni telah diketahui se- jak lama. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa leukopeni selalu ada, umumnya penurunan terjadi antara 3000-5000 sel/mm3 , walau jumlahnya mung- kin dapat menurun sampai 1200 sel/mm3 .13 Batasan leukopeni menurut WHO 2011 adalah jika jumlah leukosit d5000 sel/mm3 . Serupa dengan penelitian uji diagnostik Sutaryo13 dan Nany10 yang menyebutkan sensitivitas tertinggi terdapat pada titik potong leuko- sit <5000 sel/mm3 ,dengan masing-masing sensitivitas 65,69% dan 94,44%, Kalayanarooj dkk6 mencatat sensitivitas leukopeni pasien dengue 91,19%, dengan spesifisitas, positive predictive value (PPV), dan nega- tive predictive value (NPV) masing-masing 59,83%, 68,56%, dan 87,61%. Kami mendapatkan jumlah leukosit lebih rendah pada hari ke-3 dan ke-4 demam pada pasien dengue dibandingkan bukan dengue, dengan nilai aOR yang cukup tinggi yaitu 10,32 (IK95% 4,31-24,53) pada hari ke-3 dan aOR 13,84 (IK95% 4,92-38,88) pada hari ke-4 sehingga dapat disimpulkan kejadian leukopeni pada infeksi dengue 10,32 dan 13,84 kali lebih besar dibandingkan bukan dengue pada hari ke-3 dan ke-4. Peningkatan risiko leukopeni pada hari ke-4 dibandingkan dengan ke-3 dikarenakan perjalanan penyakit tersebut. Dikatakan leukopeni pada infeksi dengue disebabkan depresi sumsum tulang akibat proses penekanan oleh virus secara langsung ataupun mekanisme melalui produksi sitokin proinflamasi. Sumsum tulang pada hari ke-4 mengalami hiposelular dengan tidak adanya granu- lopoesis, hambatan dari semua sistem hemopoesis ini juga menyebabkan neutropeni dan monositopeni,5,9,13 neutrofil mulai turun pada hari ke-3 sampai hari ke-8 demam.16 Tabel 2. Leukopeni, neutropeni, limfositosis, dan monositopeni sebagai faktor prediktor infeksi* Variabel Bivariat Multivariat OR IK95% p aOR IK95% p Leukopeni 11,79 5,07-27,3 0,001 10,32 4,31-24,53 0,001 Neutropeni 2,87 1,38-5,95 0,004 1,91 0,72-5,62 0,189 Limfositosis 3,80 1,56-9,17 0,002 1,82 0,50-5,63 0,297 Monositopeni 1,25 0,46-3,44 0,663 *(sampel darah diambil hari ke-3) Tabel 3. Leukopeni, neutropeni, limfositosis dan monositopeni sebagai faktor prediktor infeksi* Variabel Bivariat Multivariat OR IK95% P aOR IK95% P Leukopeni 19,60 7,24-53,07 0,001 13,84 4,92-38,88 0,001 Neutropeni 6,23 2,83-13,74 0,001 1,98 0,67-5,87 0,22 Limfositosis 8,15 3,42-19,43 0,001 4,66 1,73-12,59 0,002 Monositopeni 2,97 1,13-7,79 0,02 1,67 0,42-6,59 0,46 *(sampel darah diambil hari ke-4)
  • 4. 178 Adek Herlina Tanjung dkk: Jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015 Kami mendapatkan jumlah neutrofil dan monosit pasien dengue lebih rendah dibandingkan dengan bukan dengue, walaupun nilainya secara statistik tidak ber- makna dengan nilai OR pada hari ke-3 demam untuk neutropeni 1,91 (IK95% 0,71-5,62; p=0,189), nilai OR untuk neutropeni 1,98 (IK95% 0,67-5,87; p=0,22) dan monositopeni 1,67 (IK95% 0,42-6,59; p=0,46) pada hari ke-4 demam. Penelitian yang dilakukan pada pasien anak oleh Suwandono dkk,14 Karande dkk,7 dan Phuong dkk11 mendapatkan jumlah leukosit dan neutrofil yang lebih rendah pada pasien infeksi dengue dibandingkan dengan bukan dengue, Kalayanarooj dkk6 mencatat bahwa jumlah monosit pada pasien dengue lebih rendah dibandingkan non dengue, dan mencatat perbedaan pada rata-rata hari ke-3 demam. Limfosit memainkan peran yang penting dalam mekanisme pertahanan terhadap virus dengue. Pada pasien dengue, kami mendapatkan jumlah limfosit tidak berbeda dibandingkan bukan dengue pada hari ke-3 demam, dengan nilai aOR 1,82 (IK95% 0,50- 5,63; p=0,297), sedangkan pada hari ke-4 demam menjadi bermakna OR 4,66 (IK95% 1,73-12,59; p=0,002). Limfosit belum dapat membedakan infeksi dengue dan bukan dengue pada hari ke-4. Pada hari tersebut dikhawatirkan pasien telah mengalami syok. Penelitian pada pasien dewasa yang dilakukan oleh Chadwick dkk,3 Binh dkk,2 dan Low dkk8 mendap- atkan hasil yang berbeda, yaitu jumlah limfosit pasien dengue lebih rendah dibandingkan bukan dengue. Perbedaan ini mungkin karena pada penelitian ini memakai limfosit relatif, sedangkan pada penelitian sebelumnya memakai limfosit absolut. Proporsi jenis kelamin kelompok kasus dan kontrol tidak berbeda, sebaliknya lama demam sebelum masuk rumah sakit berbeda. Pada kelompok kasus, pasien datang rata-rata hari ke-3 demam, sedangkan untuk kelompok kontrol, datang pada hari ke 4 demam. Penelitian Sutaryo13 mencatat lama demam sebelum masuk rumah sakit pada pasien dengue dan bukan dengue terjadi pada hari ke-4 atau ke-5 karena pada hari tersebut orang tua sudah memeriksakan anak ke Puskesmas, rumah sakit, atau dokter. Rata-rata lama rawat di rumah sakit untuk kelompok kasus 3,44±0,59 hari, sedangkan untuk kelompok kontrol 4,95±2,24 hari. Hal tersebut sesuai dengan perjalanan penyakit dengue yang akan pulih dan diperbolehkan pulang setelah hari ke-7. Sementara untuk kelompok kasus, persentase demam tifoid tertinggi memerlukan waktu yang lebih lama untuk perawatan. Kesimpulan Leukopeni dan limfositosis pada anak dengan gizi baik merupakan prediktor untuk mendiagnosis infeksi dengue pada hari awal demam. Daftar pustaka 1. Ashley EA. Dengue fever. Paper presented at the meet- EA. Dengue fever. Paper presented at the meet- Dengue fever. Paper presented at the meet- Paper presented at the meet- Paper presented at the meet- ing of trends in Anaesthesia and Critical Care. London: 2010; 39-41. 2. Binh PH, Matheus S, Huong VT. Early clinical and biological features of severe clinical manifestations of dengue in Vietnamese. J Virol 2009; 5:1680-91. 3. Chadwick D, Arch B, Smith A. Distinguishing dengue fever from other infection on the basis of simple clinical and laboratory feature: application of logistic regression analysis. J. Virol 2005;35:147-53. 4. Guglani L, Kabra SK. T cell immunopathogenesis of dengue virus infection. Dengue Bulletin 2005;29:58- 69. 5. Hadinegoro SR, Satari HI. Demam berdarah dengue. Naskah Lengkap Pelatihan Bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit dalam Tatalaksana Kasus DBD. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2001;44-54. 6. Kalayanarooj S, Vaughn DW, Nimmannitya S. Early clinical and laboratory indicators of acute dengue illness. J Infect 1997;176:313-21. 7. Karande S, Gandhi D, Kulkarni M. Concurrent outbreak of leptospirosis and dengue in Mumbai, India. J Trop Pediatr 2005;51:174-81. 8. Low JG, Ooi EE, Tolfvenstam T. Early dengue infection and outcome study (eden) – study design and preliminary findings. Ann Acad Med Singapore 2006;35:783-9. 9. Malavige GN, Fernando S, Fernando DJ. Dengue viral infections. Postgrad Med J 2004;80:588-601. 10. Nany. Limfosit plasma biru nilai diagnostik pada infeksi dengue (tesis). Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, 2007. 11. Phuong CX, Nhan NT, Kneen R. Clinical diagnosis and assessment of severity of confirmed dengue infections in Vietnamese children. Am JTrop Med Hyg 2004;70:172- 179. 12. Potts AJ and Rothman AL. Clinical and laboratory features that distinguish dengue from other febrile ill- nesses in endemic populations. Trop Med Int Health 2010;13:1328-40. 13. Sutaryo. Limfosit plasma biru: arti diagnostik dan sifat
  • 5. 179 Adek Herlina Tanjung dkk: Jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015 imunologik pada infeksi dengue (disertasi). Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 1991. 14. Suwandono A, Nurhayati. Comparison of diagnostic value of platelet, leucocyte, NS1 antigen, and antidengue IgM antibody. J Indon Med Assoc 2011;61:326-32. 15. WHO. Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control, New ed. Geneva: World Health Organization; 2009. 16. WHO. Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever, revised and expanded ed. India: World Health Organization; 2011.