Laporan ini merangkum kegiatan wisata akademik mahasiswa PAUD Universitas Mulawarman ke beberapa tempat di Jakarta antara 26-29 Oktober 2014. Mahasiswa mengunjungi UNJ, TK Lab School, dan SLB Pangudi Luhur untuk mengamati proses pembelajaran dan intervensi anak berkebutuhan khusus. Mereka juga diberi pembekalan tentang metodologi penelitian dan hubungan antara teori bermain dengan pendidikan anak usia dini.
1. LAPORAN KEGIATAN WISATA AKADEMIK DAN
KUNJUNGAN SEKOLAH
JAKARTA, 26 – 29 OKTOBER 2104
MATA KULIAH TEORI BERMAIN DAN PERMAINAN
Diampu Oleh:
Dr. Hasbi Sjamsir, M.Hum
Disusun Oleh:
Baldwine Honest G, ST
NIM : 1305146060
MAGISTER PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PROGRAM PASCASARJANA KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2014
2. LAPORAN KEGIATAN WISATA AKADEMIK DAN
KUNJUNGAN SEKOLAH
JAKARTA, 26 – 29 OKTOBER 2104
MATA KULIAH TEORI BERMAIN DAN PERMAINAN
Disusun Oleh:
Baldwine Honest G, ST
NIM : 1305146060
MAGISTER PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PROGRAM PASCASARJANA KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2014
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Wisata Akademik
Wisata Akademik dan Kunjungan Sekolah (the Academic Journey-Visiting School)
Merupakan salah satu wadah yang berupa kegiatan ‘darmawisata’, bepergian bersama-
sama ke suatu tempat, yang tentu saja tidak hanya mencakup kegiatan bersenang-senang,
melainkan ada sesuatu yang dapat dijadikan sebagai ajang memperluas wawasan,
mendapatkan informasi baru, menjalin net working, yang semuanya berupa pengalaman
profesi seseorang yang dapat diandalkan.
Merupakan program yang berkaitan dengan pemantapan kompetensi professional,
kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial mahasiswa
program Pascasarjana PAUD Universitas Mulawarman yang sebagian besar adalah
pendidik/guru dan pengelola PAUD secara utuh.
Merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka tugas mata kuliah Teori Bermain dan
Permainan, dengan tujuan agar mahasiswa dapat melakukan pengamatan langsung
terhadap proses pembelajaran, baik di TK Lab School maupun proses pembelajaran dan
intervensi dini terhadap ABK di SLB Pangudi Luhur Jakarta, sekaligus mahasiswa dapat
mengobservasi langsung yang terkait dengan aspek-aspek penilain khususnya ABK.
Merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh mahasiswa karena melalui kegiatan ini,
mahasiswa akan mendapatkan nilai berdasarkan tugas karya tulis/laporan yang dibuat
secara individu selama mengikuti kegiatan Wisata Akademik tersebut. Adapun yang
menjadi fokus penulisan dalam karya tulis/laporannya adalah sebagai berikut :
What to see
What to do
What have to learn
Mengaitkan dengan teori-teori bermain dan permainan
Kesimpulan
4. B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan adalah dari tanggal 26 Oktober 2014 sampai dengan tanggal 29 Oktober
2014. Adapun tempat pelaksanaannya adalah di Universitas Negri Jakarta (UNJ) ,Laboratorium PAUD
UNJ,TK Lab School, dan SLB Pangudi Luhur Jakarta.
Peserta adalah Mahasiswa Pasca Sarjana PAUD Universitas Mulawarman,semester 2 dan 3 sejumlah
52 mahasiswa. Dosen pendamping adalah Dr. Evi dan Dr. Hasbi Sjamsir
5. BAB II
TEORI BERMAIN DAN PERMAINAN
Apa itu bermain ? Dan apa manfaat bermain bagi anak usia dini ? . Para ahli mempunyai
cara pandang dan pemikiran yang berbeda tentang bermain. Hal ini memperlihatkan betapa
pentingnya arti bermain bagi perkembangan anak. Walaupun ada kelemahan pada teori tersebut,
tetapi tiap teori bermanfaat dan memberikan sumbangan untuk memperdalam pengertian tentang
bermain.
Bermain bagi anak adalah eksplorasi, eksperimen, peniruan (imitation), dan penyesuaian
(adaptasi). Bermain pada awalnya belum mendapat perhatian khusus karena kurangnya
pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan kurangnya perhatian terhadap
perkembangan anak.
A. TOKOH-TOKOH TEORI BERMAIN
1. Plato
Dianggap orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Menurut
Plato anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika dengan cara membagikan apel kepada
anak-anak. Dengan memberikan alat permainan miniatur balok-balok kepada anak usia tiga tahun
pada akhirnya akan mengantar anak tersebut menjadi seorang ahli bangunan
2. Aristoteles
Dalam Teori Katarsis-nya memandang permainan itu sebagai saluran untuk menyalurkan segala
emosi yang tertahan dan menyalurkan perasaan yang tidak dapat dinyatakan ke arah yang baik.
Aristoteles juga berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan
mereka tekuni dimasa dewasa nanti.
3. Frobel
Lebih menekankan pentingnya bermain dalam belajar karena berdasarkan pengalamannya sebagai
guru dia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan
untuk menarik perhatian dana mengembangkan pengetahuan mereka.
6. Plato, Aristoteles dan Frobel menganggap bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai
praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan tertentu pada anak. Sayangnya pada masa tersebut teori psikologi perkembangan
anak belum mempunyai sistimatika yang teratur, akibatnya apa yang dikemukakan oleh Frobel
bahwa bermain dapat meningkatkan minat, kapasitas serta pengetahuan anak sulit dibuktikan.
B. TEORI – TEORI KLASIK
Teori Klasik yaitu teori yang muncul dari abad ke 19 sampai Perang Dunia Ke-1.
Teori Klasik mengenai bermain dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu
(1) teori surplus energi dan rekreasi,
(2) teori rekapitulasi dan praktis.
Ada beberapa tokoh yang dapat dikategorikan dalam teori klasik. Mereka berusaha menjelaskan
mengapa muncul perilaku bermain serta tujuan dari bermain. Dari pertengahan sampai dengan
akhir abad 19 teori evolusi sedang berkembang sehingga pembahasan teori bermain banyak
dipengaruhi oleh paham tersebut. Bermain mempunyai fungsi untuk memulihkan tenaga
seseorang setelah bekerja dan merasa jenuh. Pendapat ini dipertanyakan karena pada anak kecil
yang tidak bekerja tetap melakukan kegiatan bermain. Jadi penjelasan mengenai kenapa terjadi
kegiatan bermain pada mahluk hidup belum dapat dijawab secara memuaskan.
Beberapa Teori Klasik adalah :
1. Teori Surplus Energi
oleh Friedrich Schiller dan Herbert Spencer
Mengapa ada perilaku bermain, karena ada surplus energi
Contoh, perkelahian sesama pelajar karena jam pelajaran banyak yang bebas
Ditentang: Cepat mengerjakan tugas bila dijanjikan bermain. Sudah mengantuk tetap
ingin bermain. Jadi bermain merupakan insentif
2. Teori Rekreasi
Oleh Moritz Lazarus
Tujuan bermain adalah memulihkan tenaga yang terkuras karena bekerja
7. Bermain adalah berlawanan dengan Bekerja
Anak merasa bebas & senang saat jam istirahat, melepas kepenatan
Kurang ilmiah, tapi di pendidikan TK dipakai sebagai selang-seling antara kegiatan yang
membutuhkan banyak energi (lari, lompat, bola) dengan kegiatan yang membutuhkan
sedikit energi (melukis, puzzle)
3. Teori Rekapitulasi
Oleh G.Stanley Hall
Anak bermain mengulangi aktivitas leluhurnya. Tahapan bermain mengikuti urutan sama
seperti mahluk hidup
4. Teori Atavisme= permainan anak itu ulangan kehidupan nenek moyangnya. Memanjat
pohon, berayun seperti kera, pemburu, petani membuat rumah, jalan, berkemah, perahu,
memancing.
Ada kelemahan. Tetapi mendorong dipelajarinya perilaku manusia diberbagai tahap usia
5. Teori Praktis/ Insting Naluri
Oleh Karl Groos
Fungsi bermain memperkuat insting untuk kelangsungan hidup, elaborasi ketrampilan
yang diperlukan saat dewasa
Teori Fungsi :mengembangkan fungsi tersembunyi.
Teori Teleologi bahwa permainan punya tugas pokok.
Contoh, kucing mengejar menangkap bola sebagai imitasi tikus.
Kelemahan, kenapa tetap bermain walau sudah dewasa
Kelebihan memberi masukan bhw bermain bermanfaat saat dewasa nanti, dan bermain
melatih keterampilan bisa diterima.
Bermain mempersiapkan peran dikemudian hari, anak- anak berperan sebagai dokter,
guru, ayah. Sendok jadi stethoscope, balok jadi kue atau ayam yang digoreng
8. 6. Teori Sublimasi Oleh Claparede.
Bermain bukan saja berfungsinya organ tubuh, tetapi juga merupakan sublimasi atau
pelarian yang positif dari tekanan perasaan yang berlebihan.
7. Teori Fantasi, bermain karena tidak mendapat kepuasan dan lari ke fantasi di dalam
permainannya sehingga bisa melepas kehendak kemauannya.
8. Teori Reinkarnasi, anak bermain dengan permainan yang dilakukan oleh nenek
moyangnya. Tetapi permainan itu telah disesuaikan dengan kemajuan ilmu & teknologi.
C. TEORI-TEORI MODERN
1. Psikoanalitik
Bermain sebagai alat pelepasan emosi
Bermain = fantasi yang dapat memproyeksikan harapan atau konflik pribadi,
mengeluarkan perasaan negatif, pengalaman jelek/traumatik, harapan yang tidak terwujud
melalui bermain
Contoh.
- Anak main perang perangan untuk mengekspresikan diri, dan pura pura
bertarung
- Dapat hukuman fisik menyalurkan dengan memukul boneka
Bermain sebagai cara untuk mengatasi masalahnya
Mengilhami ilmu diagnosa terhadap masalah/jiwa anak
2. Kognitif - Piaget
Bermain mempengaruhi perkembangan kognisi
Dalam belajar perlu adaptasi yang membutuhkan keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi
Dalam bermain anak tidak belajar sesuatu yang baru tetapi belajar mempraktekkan dan
mengkonsolidasikan keterampilan yang baru diperoleh
9. Peranan praktek dan konsolidasi melalui bermain sangat penting karena keterampilan
yang baru diperoleh akan segera hilang kalau tidak dipraktekkan
Contoh, bermain peran anak pura-pura menggunakan bola sebagai telur
3. Kognitif Vygotsky
Bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi, sosial dan emosi
anak.
Menemukan pengetahuan dan menjadi bagian perkembangan kognisinya
Ada 2 tahap perkembangan, aktual dan potensial ada ZPD zon of proximal developmen
atau jarak antara aktual dan potensial
Anak tidak mampu berpikir abstrak, tidak dapat berpikir kuda tanpa melihatnya. Harus
ada obyek pengganti atau simbolik untuk membantu berpikir
Anak pura-pura menangis dan dapat menghentikan secara tiba-tiba
4. Kognitif – Jerume Brunner
Bermain berfungsi mengembangkan kreatifitas, fleksibilitas
Yang penting makna bermain bukan hasilnya
Penekanan pada arti fungsi intelektual berhubungan erat dengan makna, rekonstruksi
pengalaman dan imajinasi
Perilaku rutin dipraktekkan, dipelajari dalam bermain akan mengembangkan fleksibilitas
5. Kognitif – Sutton Smith
Berhubungan dengan Karl Groos
Pengembangan fleksibilitas bukan sekedar mempraktekkan keterampilan tetapi bermain
sebagai adaptive potension
Bermain memberi kemungkinan anak menentukan pilihan & mengukur fleksibilitas
secara baik
Bermain membantu aktualisasi otak karena lebih banyak variabilitas yang potensial sudah
ada di otak
10. 6. Teori Singer
Bermain imajinatif sebagai kekuatan untuk perkembangan manusia
Bermain dapat memajukan kecepatan masuknya perangsangan dari luar dan dalam otak
dari pengalaman yang lalu
Contoh. Anak menunggu di bandara, stasiun dapat bermain imajinatif
Mengkritik Piaget bahwa bermain sebagai dominasi asimilasi.
Mengkritik Freud bahwa bermain sebagai mekanisme coping terhadap ketidakmatangan
emosi
7. Teori Berlyne
Teori Arraosal: Bermain sebagai kebutuhan agar sistem syaraf tetap terjaga
Teori Elys: Stimulus dapat meningkatkan arraosal secara optimal.
Contoh. Anak bosan main perosotan dari atas kebawah, dia dapat meningkatkan stimulasi
dengan berjalan menaiki papan perosotan dari bawah keatas.
Banyak diterapkan dalam perancangan dan penggunaan alat permainan
8. Teori Bateson
Bermain bersifat Paradoksial karena saat bermain tidak sama dengan yang dia
maksudkan dalam dunia nyata
Perbedaan konteks merangsang minat dalam play text.
Sebagai masukan tentang perilaku bermain dan bagaimana perubahan yang terjadi sejalan
dengan bertambahnya usia
Contoh, anak usia 2 th menggunakan simbol fisik untuk mewakili obyek, misalnya balok
diumpamakan sisir
D. APLIKASI PADA PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI
Dalam proses belajar mengajar di PAUD, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Menyesuaikan tema dengan permainan yang dipilih
2. Prinsip-prinsip media dan sumber belajar
3. Pemilihan APE harus sesuai dengan konsep DAP
11. 4. Setiap Permainan harus dapat meningkatkan aspek-aspek yang sesuai dengan kurikulum
PAUD, dan tentukan indikator
5. APE dan permainan harus mengandung pengetahuan yang sederhana, bahasa,
matematika, sains, kinestetik, sosem, dan seni.
12. BAB III.
KEGIATAN WISATA AKADEMIK
1. UNIVERSITAS NEGRI JAKARTA (UNJ )
Kegiatan kunjungan ke Universitas Negri Jakarta dilaksanakan tanggal 27 Oktober 2014.
Disini kami diberikan pembekalan ilmu tentang Metodologi Penelitian oleh Prof. Myrna.
Dilanjutkan penjelasan tentang hubungan antara bermain dan seni, serta pentingnya kedua hal
tersebut untuk perkembangan anak usia dini, oleh Dr. Elindra Yetty.
Bermain adalah aktifititas yang menyenangkan, sedangkan Seni adalah sesuatu yang
indah, namun sangat subyektif. Tarian adalah seni dengan bergerak sebagai medianya.
Anak usia dini yang dalam masa eksplorasi sangat senang bergerak melalui tarian dan
lagu. Melalui permainan dalam tarian dan lagu, bisa menstimulasi semua aspek
kecerdasan anak.
Utuk menambah wawasan kami, maka kami diperkenankan melihat buku-buku dan contoh thesis
di Perpustakaan UNJ, maupun perpustakaan khusus program studi PAUD.
Foto bersama Prof. Myrna, dan dosen pendamping
13. Dr. Evi. Prof Myrna, dan Dr. Yetty
Universitas Negri Jakarta