SlideShare a Scribd company logo
1 of 106
Download to read offline
MODUL
PEMBELAJARAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
MATA KULIAH
KESEHATAN REPRODUKSI
DAN KELUARGA BERENCANA
Disusun Oleh:
Ayu Nina Mirania, SST., M.Bmd
Evi Yuniarti, SST., M.Kes
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan berkahNya sehingga Modul Pembelajaran
Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana ini dapat
diselesaikan.
Modul Pembelajaran Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana ini menjadi acuan dalam proses pembelajaran aktif
bagi mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan. Kami berharap modul
pembelajaran ini dapat mengantarkan mahasiswa mencapai kompetensi
yang berkaitan dengan pengetahuan padsa mata kuliah Mata Kuliah
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana yang merupakan salah
satu ruang lingkup kebidanan.
Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna
sehingga segala bentuk masukan yang kontruktif sangat diharapkan
dalam pengembangan dan perbaikan modul ini di masa yang akan
datang.
Salam Sejahtera, dan Salam Charitas
Palembang, Juli 2018
Penulis
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ............................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................ iii
PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Deskripsi mata kuliah............................................. 1
B. Tujuan.................................................................... 1
C. Capaian Pembelajaran .......................................... 1
D. Sasaran ................................................................. 1
E. Bahan Kajian ......................................................... 2
F. Referensi................................................................ 2
BAGIAN I. Konsep Kesehatan Reproduksi ................................. 4
BAGIAN II. Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi
Perempuan ............................................................... 13
BAGIAN III. Isu-isu Kesehatan Perempuan................................... 20
BAGIAN IV. Masalah Kesehatan Reproduksi................................ 35
BAGIAN V. Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi......... 44
BAGIAN VI. Asuhan Kebidanan pada Perempuan Berkaitan
Sistem Reproduksi .................................................... 50
BAGIAN VII. Konsep Pelayanan Keluarga Berencana................... 56
BAGIAN VIII. Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana ……. 66
BAGIAN IX. Dokumentasi Pelayanan KB …………………………. 93
ACUAN PUSTAKA 106
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 1
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini dibekali 2 sks Teori dan 2 sks Praktik. Mata kuliah ini
memberikan kemampuan untuk memberikan asuhan pada kesehatan
reproduksi dan pelayanan keluarga berencana dengan pendekatan
manajemen kebidanan yang didasari konsep-konsep, sikap dan
keterampilan.
B. Tujuan
Tujuan dari pembelajaran mata kuliah Askeb Nifas dan Menyusui ini
adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar mampu
memberikan asuhan pada kesehatan reproduksi dan pelayanan keluarga
berencana dengan pendekatan manajemen kebidanan yang didasari
konsep-konsep, sikap dan keterampilan.
C. Capaian Pembelajaran
Umum
Mampu menguasai konsep kesehatan reproduksi dan pelayanan keluarga
berencana dalam praktik kebidanan.
Khusus
1. Menjelaskan konsep kesehatan reproduksi
2. Menjelaskan konsep gender dalam kesehatan reproduksi perempuan
3. Menjelaskan isu-isu kesehatan perempuan
4. Mendiskusikan masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering
terjadi
5. Menjelaskan deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi
6. Menguraikan asuhan kebidanan pada perempuan yang berkaitan dengan
sistem reproduksi dalam perspektif gender
7. Menjelaskan konsep pelayanan keluarga berencana
8. Menguraikan asuhan kebidanan pada keluarga berencana
9. Melakukan pendokumentasian pelayanan KB
D. Sasaran
Mahasiswi Program Studi DIII Kebidanan Tingkat II (Dua) Semester III (Tiga).
E. Bahan Kajian
1. Konsep kesehatan reproduksi
2. Konsep gender dalam kesehatan reproduksi perempuan
3. Isu-isu kesehatan perempuan
4. Masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 2
5. Deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi
6. Asuhan kebidanan pada perempuan yang berkaitan dengan sistem
reproduksi dalam perspektif gender
7. Konsep pelayanan keluarga berencana
8. Asuhan kebidanan pada keluarga berencana
9. Pendokumentasian pelayanan KB
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 3
KONSEP
KESEHATAN REPRODUKSI
1. Definisi kesehatan
reproduksi
2. Ruang lingkup kesehatan
reproduksi dalam siklus
kehidupan
3. Hak-hak reproduksi
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
- BAGIAN I -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 4
A. Konsep kesehatan reproduksi
1. Definisi kesehatan reproduksi
Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan
kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah
reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang
disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk
reproduksi manusia.
Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah
kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh
pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta
proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan.
Menurut ICPD (1994) kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil
akhir keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental, dan sosial dan tidak
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang terkait
dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi.
Menurut Drs. Syaifuddin kesehatan reproduksi adalah suatu
keadaan kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan
perempuan yang khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan
ovarium menghasilkan sel kelamin perempuan.
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 kesehatan reproduksi
adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat
reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani
kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko
apapun (Well Health Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan
kesehatan dalam batas normal.
Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu
keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan
sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan
seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah..
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan alat,
- BAGIAN I -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 5
fungsi serta proses reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi
bukan hanya kondisi bebas dari penyakit,melainkan bagaimana
seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
sebelum menikah dan sesudah menikah.
2. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan
Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan
kehidupan manusia sejak lahir sampai mati. Pelaksanaan kesehatan
reproduksi menggunakan pendekatan siklus hidup (life cycle approach)
agar di peroleh sasaran yang pasti dan komponen pelayanan yang jelas
serta dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas dengan
memperhatikan hak reproduksi perorangan dengan bertumpu pada
program pelayanan yang tersedia.
Dalam pendekatan siklus hidup di kenal lima tahap,beberapa
pelayanan kesehatan reproduksi dapat di berikan pada tiap tahapan
berikut ini :
a. Konsepsi
1) Perlakuan sama terhadap janin laki-laki atau perempuan
2) Pelayanan antenatal, persalinan, dan nifas yang aman serta
pelayanan bayi baru lahir
b. Bayi dan anak
1) ASI eksklusif dan penyapihan yang layak
2) Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi
seimbang
3) Imunisasi, manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dan
manajemen terpadu bayi muda (MTBM) d. Pencegahan dan
penanggulangan kekerasan e. Pendidikan dan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan yang sama pada laki-laki dan perempuan
c. Remaja
1) Gizi seimbang
2) Informasi tentang kesehatan reproduksi
3) Pencegahan kekerasan sosial
4) Pencegahan terhadap ketergantungan narkotik, psikotropika, dan
zat adiktif
5) Perkawinan pada usia yang wajar
6) Pendidikan dan peningkatan keterampilan
7) Peningkatan penghargaan diri
8) Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman
d. Usia subur
1) Kehamilan dan persalinan yang aman
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 6
2) Pencegahan kecacatan da kematian akibat kehamilan akibat
kehamilan pada ibu dan bayi
3) Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan
penggunaan kontrasepsi atau KB
4) Pencegahan erhadap PMS atau HIV/AIDS
5) Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
6) Pencegahan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
7) Deteksi dini kanker payudara dan leher Rahim
8) Pencegahan dan manajemen infertilitas
e. Usia lanjut
1) Perhatian terhadap menopause/andropause
2) Perhatian penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan
morbilin dan esteoporosis
3) Deteksi dini kanker rahim dan kanker prostat
Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
b. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi
(ISR) termasuk PMS HIV / AIDS.
c. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi.
d. Kesehatan reproduksi remaja.
e. Pencegahan dan penanganan infertilitas.
f. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis.
g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker
serviks, mutilasi genital, fistula, dll. Kesehatan reproduksi ibu dan
bayi baru lahir meliputi perkembangan berbagai organ reproduksi
mulai dari sejak kandungan, bayi, remaja, wanita usia subur,
klimakterium, menopause hingga meninggal. Kondisi kesehatan
seorang ibu hamil mempengaruhi pada kondisi bayi yang
dilahirkannya, termasuk didalamnya kondisi kesehatan organ-
organ reproduksi bayinya. Permasalahan kesehatan reproduksi
remaja termasuk pada saat pertama anak perempuan mengalami
haid/menarche yang bisa beresiko timbulnya anemia, perilaku
seksual yang mana bila kurang pengetahuan dapat tertular
penyakit hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Selain itu juga
menyangkut kehidupan remaja memasuki masa perkawinan.
Remaja yang menginjak masa dewasa bila kurang pengetahuan
dapat mengakibatkan risiko kehamilan muda yang mana
mempunyai risiko terhadap kesehatan ibu hamil dan janinnya.
Selain hal tersebut di atas, ICPD juga menyebutkan bahwa
kesehatan reproduksi juga mengimplikasikan seseorang berhak
atas kehidupan seksual yang memuaskan dan aman. Seseorang
berhak terbebas dari kemungkinan tertulari penyakit infeksi
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 7
menular seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi organ
reproduksi, dan terbebas dari paksaan. Hubungan seksual
dilakukan dengan memahami dan sesuai etika dan budaya yang
berlaku.
Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen
Kesehatan RI dilaksanakan secara integratif memprioritaskan
pada empat komponen kesehatan reproduksi yang menjadi
masalah pokok di Indonesia yang disebut paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE), yaitu:
1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2) Keluarga berencana.
3) Kesehatan reproduksi remaja.
4) Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi,
termasuk HIV/AIDS.
5) Sedangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif
(PKRK) terdiri dari PKRE ditambah kesehatan reproduksi
pada usia lanjut.
3. Hak-hak reproduksi
Sebelum tahun 1960, beberapa konsensus PBB tentang populasi
tidak memfokuskan pada hak. Demikian pula dengan konvensi tentang
perempuan, juga belum memberi penekanan pada Hak Asasi Manusia
atau isu yang mempedulikan reproduksi dan seksualitas.
Pada konferensi Hak Asasi Manusia I yang diselenggarakan di
Teheran tahun 1960, mulai menyebutkan adanya hak untuk menentukan
jumlah dan jarak anak. Konferensi Hak Asasi Manusia II pada tahu 1993
di Viena mulai membuat tahapan mengenai hasil konvensi di Kairo dan
Beijing yang menegaskan bahwa hak perempuan adalah Hak Asasi
Manusia yang memangkas semua bentuk diskriminasi berdasarkan seks
harus menjadi prioritas pemerintah. Dari konvensi ini akhirnya perempuan
mempunyai hak untuk menikmati standar tertinggi dari kesehatan fisik
dan psikis sepanjang kehidupan. Termasuk hak untuk akses dan
pelayanan kesehatan yang adekuat. Ada beberapa hak yang di gunakan
untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan gender dalam kesehatan
reproduksi dan kesehatan seksual.
a. Pengertian
Hak-hak reproduksi merupakan hak asasi manusia. Baik ICPD
1994 di Kairo maupun FWCW 1995 di Beijing mengakui hak-hak
reproduksi sebagai bagian yang tak terpisahkan dan mendasar dari
kesehatan reproduksi dan seksual (Cottingham dkk, 2001).
Pemenuhan hak-hak reproduksi merupakan bentuk perlindungan
bagi setiap individu, serta prakondisi untuk memperoleh hak-hak
lainnya tanpa diskriminasi. Hak-hak reproduksi mengawasi
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 8
pemerintah dalam mematuhi dokumen-dokumen HAM. Misalnya,
tidak terpenuhinya hak atas pendidikan, pelayanan kesehatan dan
social yang menyebabkan kematian ibu. Hak-hak reproduksi berarti
pasangan dan individu berhak untuk memutuskan apakah dan kapan
mereka ingin memiliki anak tanpa diskriminasi, paksaan dan
kekerasan.
Hak-hak reproduksi berlaku untuk semua perempuan dan
laki-laki dewasa, tanpa memandang status kewarganegaraan.
Mereka berhak untuk mengetahui tentang seksualitas dan kesehatan
reproduksi, serta pelayanannya, termasuk pengaturan kesuburan
(Wallstam, 1997).
Konsep informed choice (pilihan berdasarkan informasi) pada
pelayanan KB merupakan contoh penerapan hak-hak reproduksi,
karena mencerminkan kebutuhan klien sesuai dengan keinginan dan
nilai-nilai yang dianutnya. Perempuan berhak memutuskan apakah
dia menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi; dan jika iya,
metode atau prosedur apa yang dipilih dan didapatkannya. Informed
choice dalam pelayanan KB mencakup apakah perempuan ingin
mencegah kehamilan, menjarangkan atau menunda kelahiran; jika
ingin memakai kontrasepsi, metode apa yang dipilih; apakah ingin
meneruskan atau berganti metode KB. Konsep informed choice
merujuk kepada keputusan klien untuk dirinya sendiri, berdasarkan
akses dan pemahaman menyeluruh atas semua informasi yang
terkait dengan pelayanan tersebut.
Di Indonesia, seringkali hukum dan kebijakan tidak berpihak
pada perempuan. Seperti halnya Undang-undang No. 10 tahun
1992,perlunya izin tertulis dari suami untuk pemasangan IUD. Begitu
juga dengan Undang-undang Perkawinan Nomor 1/1974 juga tidak
memberikan perlindungan kepada hak-hak reproduksi perempuan;
Ayat (4) pada Undang-undang ini mengijinkan suami untuk memiliki
lebih dari satu istri bila istrinya tidak dapat hamil, padahal tidak
terjadinya kehamilan kehamilan belum tentu akibat kemandulan istri.
b. Hak-hak reproduksi dan seksual
Piagam IPPF tentang hak-hak reproduksi dan seksual :
1) Hak untuk hidup;
2) Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan;
3) Hak atas kesetaraan, dan terbebas dari segala bentuk
diskriminasi;
4) Hak privasi;
5) Hak kebebasan berpikir;
6) Hak atas informasi dan edukasi;
7) Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk
dan merencanakan sebuah keluarga;
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 9
8) Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak;
9) Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan;
10) Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan;
11) Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena
politik; dan
12) Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan.
Menurut kesepakatan dalam konferensi internasioal kependudukan
dan pembangunan, bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi
individu secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi:
1) Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan
reproduksi.
2) Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan
reproduksi
3) Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.
4) Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
5) Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
6) Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya.
7) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk
termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan,
dan pelecehan seksual.
8) Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
9) Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya.
10) Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
11) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
12) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia,
untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi perlu dilakukan :
(1) promosi hak-hak reproduksi, (2) advokasi hak-hak reproduksi, (3)
KIE hak-hak reproduksi, (4) sistem pelayanan hak-hak reproduksi.
Indikator terpenuhinya atau tidak terpenuhinya hak reproduksi
digambarkan dalam derajat kesehatan reproduksi masyarakat yang
ditunjukkan dengan beberapa komponen berikut :
1) Angka kematian ibu/AKI (makin tinggi AKI semakin rendah derajat
kesehatan reproduksi
2) Angka kematian bayi/AKB (makin tinggi AKB makin rendah derajat
kesehatan reproduksi
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 10
3) Angka cakupan pelayanan KB dan patisipasi laki-laki dalam
keluarga berencana (makin rendah angka cakupan pelayanan KB,
makin rendah kesehatan reproduksi)
4) Jumlah ibu hamil dengan 4T terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat
jarak kehamilan, dan terlalu banyak anak (makin tinggi jumlah ibu
hamil dengan 4T, makin rendah derajat kesehatan reproduksi)
5) Jumlah perempuan atau ibu hamil dengan masalah kesehatan
terutama anemia dan kurang energi kronis (semakin tinggi tingkat
anemia dan energi kronis, semakin rendah derajat kesehatan
reproduksi)
6) Perlindungan bagi perempuan terhadap penularan penyakit
menular seksual/PMS (makin rendah perlindungan bagi
perempuan, makin rendah derajat kesehatan reproduksi)
7) Pemahaman laki-laki terhadap upaya pencegahan dan penularan
PMS (makin rendah pemahaman PMS laki-laki makin rendah
derajat kesehatan reproduksi).
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 11
EVALUASI I
1. Kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi
dengan mengukur kesuburannya adalah pengertian kespro menurut…
a. WHO
b. Menurut Depkes RI
c. Ida Bagus Gde Manuaba
d. ICPD
e. Benar semua
2. Suatu keadaan kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki
dan perempuan yang khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan
ovarium menghasilkan sel kelamin perempuan adalah pengertian
kesehatan reproduksi menurut…
a. WHO
b. Menurut Depkes RI
c. Ida Bagus Gde Manuaba
d. ICPD
e. Salah semua
3. Piagam IPPF Tentang Hak-Hak Reproduksi dan Seksual meliputi…
1. Hak untuk hidup
2. Hak untuk tidak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3. Hak atas kesetaraan, dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4. Hak privasi
4. Hak-hak reproduksi bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu
secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi…
a. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR)
termasuk PMS-HIV/AIDS
b. Untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan
seksual
c. Pencegahan dan penanganan infertilitas
d. Promosi hak-hak reproduksi
e. Penerapan pelayanan kespro
5. Dukungan para tokoh sangat mampu memperlancar terciptanya
pemenuhan hak-hak reproduksi merupakan wujud pemenuhan hak-hak
reproduksi di dalam…
a. Promosi hak-hak reproduksi
b. KIE hak-hak reproduksi
c. Sistem pelayanan hak-hak reproduksi
d. Advokasi hak-hak reproduksi
e. Tujuan dari program reproduksi
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 12
KONSEP GENDER DALAM
KESEHATAN REPRODUKSI
PEREMPUAN
1. Seksualitas dan gender
2. Budaya yang berpengaruh
terhadap gender
3. Diskriminasi gender
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
- BAGIAN II -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 13
B. Konsep gender dalam kesehatan reproduksi perempuan
1. Seksualitas dan gender
a. Gender
Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab
JINSIYYUN yang kemudian di adopsi dalam bahasa perancis dan
inggris menjadi Gender. Gender adalah perbedaan antara laki-laki
dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan
perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat istiadat
(Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
Gender merupakan Peran sosial dimana peran laki-laki dan
perempuan ditentukan perbedaan fungsi, perbedaan tanggung
jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang
dapat berubah atau diubah sesuai perubahan zaman peran dan
kedudukan sesorang yang dikonstrusikan oleh masyarakat. dan
budayanya karena seseorang lahir sebagai laki-laki atau perempuan.
(WHO 1998).
Gender adalah suatu konsep budaya yang berupaya untuk
membuat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal
peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional.
Gender adalah peran dan kedudukan seseorang yang
dikonstruksikan oleh budaya karena seseorang lahir sebagai
perempuan atau lahir sebagai laki-laki.
Contoh : Sudah menjadi pemahaman bahwa laki-laki itu akan
menjadi kepala keluarga, pencari nafkah, menjadi orang yang
menentukan bagi perempuan. Seseorang yang lahir sebagai
perempuan, akan menjadi ibu rumah tangga, sebagai istri, sebagai
orang yang dilindungi, orang yang lemah, irasional, dan emosional.
Jenis peran gender ada tiga jenis, sebagai berikut :
1) Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang,
menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik
untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Peran ini sering
pula disebut dengan peran di sector publik.
2) Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang
untuk kegiatann yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber
daya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga, seperti
mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah
tangga, menyetrika, membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran
reproduktif ini disebut juga peran di sektor domestik.
- BAGIAN II -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 14
3) Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang
untuk berpartisipasi di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan,
seperti gotong-royong dalam menyelesaikan beragam pekerjaan
yang menyangkut kepentingan bersama.
Perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki
yang ditentukan secara sosial. Gender berhubungan dengan
persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai
perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat,bukan karena
biolologis.
b. Seksualitas
Seksualitas atau jenis kelamin terdiri dari perempuan dan laki-laki
yang telah ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu tidak dapat ditukar
atau diubah. Ketentuan ini berlaku sejak dahulu kala, sekarang dan
berlaku selamanya. Ada berbagai pendapat mengenai definisi dari
seksualitas, diantaranya yaitu:
Seksualitas atau jenis kelamin adalah karakteristik biologis-
anatomis (khususnya sistem reproduksi dan hormonal), diikuti
dengan karakteristik fisiologi tubuh, yang menentukan seseorang
adalah laki-laki atau perempuan (DepKes RI, 2002:2)
Seksualitas/jenis kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis,
yang mudah dilihat melalui ciri fisik primer dan secara sekunder yang
ada pada kaum laki-laki dan perempuan (Badan Pemberdayaan
Masyarakat, 2003)
Seksualitas/jenis kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang
ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu
(Handayani,2002:4)
Seks adalah karakteristik genetik/fisiologis atau biologis
seseorang yang menunjukkan apakah dia seorang perempuan atau
laki-laki (WHO, 1998).
2. Budaya yang mempengaruhi gender
a. Sebagian besar masyarakat banyak dianut kepercayaan yang
salah tentang apa arti menjadi seorang wanita, dengan akibat
yang berbahaya bagi kesehatan wanita.
b. Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir,
berperasaan dan bertindak dengan pola-pola tertentu dengan
alasan hanya karena mereka dilahirkan sebagai wanita/pria.
Contohnya wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan,
membawa air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami.
Sedangkan pria bertugas memberikan kesejahteraan bagi
keluarga di masa tua serta melindungi keluarga dari ancaman.
c. Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin
tersebut, semuanya adalah hasil rekayasa masyarakat. Beberapa
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 15
kegiatan seperti menyiapkan makanan dan merawat anak adalah
dianggap sebagai “kegiatan wanita”.
d. Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain diseluruh
dunia, tergantung pada kebiasaan, hokum dan agama yang dianut
oleh masyarakat tersebut.
e. Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu
masyarakat, tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan
umurnya, contohnya : di dalam suatu masyarakat, wanita dari
suku tertentu biasanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga,
sedang wanita lain mempunyai pilihan yang lebih luas tentang
pekerjaan yang bisa mereka pegang.
f. Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke
anaknya. Sejak anak berusia muda, orang tua telah
memberlakukan anak perempuan dan laki-laki berbeda, meskipun
kadang tanpa mereka sadari.
3. Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender adalah ketidakadilan gender yang
merupakan akibat dari adanya system (struktur) social dimana salah
satu jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) menjadi korban. Hal ini
terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan
sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang
menimpa kedua belah pihak, walaupun dalam kehidupan sehari-hari
lebih banyak dialami oleh perempuan.
Diskriminasi gender diartikan oleh Volart (2004, h.1) adalah
pembedaan yang dilakukan oleh individu atau komunitas tertentu
yang didasarkan pada jenis kelamin, diskriminasi gender pada
umumnya memberatkan posisi jenis kelamin perempuan dimana
pembedaan ini didasarkan pada pandangan atau persepsi bahwa
perempuan memiliki status dan kemampuan yang lebih rendah
dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki.
Volart (2004, h.4) menguraikan diskriminasi gender menjadi dua tipe,
yaitu :
a. Tipe diskriminasi gender secara sosial. Tipe diskriminasi ini
berdasarkan stigma sosial tertentu yang memberikan label bahwa
perempuan memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah serta
kurang berkompeten dibandingkan laki-laki sehingga ada
pembatasan atas akses terhadap posisi tertentu.
b. Tipe diskriminasi gender secara akses sumber daya Tipe
diskriminasi ini membedakan akses atau jalan masuk terhadap
sumber-sumber daya yang ada di organisasi sepertipromosi,
wewenang dan lain sebagainya.
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 16
Berbagai macam diskriminasi yang terjadi pada perempuan, antara
lain :
a. Marginalisasi (peminggiran)
Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi. Misalnya
banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak
terlalu bagus, baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari
pekerjaan yang didapatkan. Hal ini terjadi karena sangat sedikit
perempuan yang mendapatkan peluang pendidikan. Peminggiran
dapat terjadi di rumah, tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh
negara yang bersumber keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan
pemerintah, maupun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan
(teknologi).
b. Subordinasi (penomorduaan)
Subordinasi merupakan penempatan kaum tertentu (perempuan)
pada posisi yang tidak penting. Subordinasi yaitu anggapan
bahwa perempuan adalah kaum yang irrasional atau emosional,
perempuan lemah cengeng dan lain sebagainya sehingga kaum
perempuantidak cakap dalam memimpin. Mengakibatkan
perempuan jadi nomor dua setelah laki-laki.
c. Stereotip (citra buruk)
Stereotipe adalah penandaan terhadap kaum tertentu. Akan tetapi
pada permasalahan gender, stereotipe lebih mengarah pada
penandaan yang bersifat negatif terhadap perempuan. Hal ini
terjadi karena pemahaman yang seringkali keliru terhadap posisi
perempuan. Stereotip yaitu pandangan buruk terhadap
perempuan. Misalnya perempuan yang pulang larut malam adalah
pelacur, jalang dan berbagai sebutan buruk lainnya.
d. Violence (kekerasan)
Violence yaitu serangan fisik dan integritas mental psikologi
seseorang (psikis). Kekerasan karena gender disebut “gender
related violence”.
Perempuan yaitu pihak paling rentan mengalami kekerasan,
dimana hal itu terkait dengan marginalisasi, subordinasi maupun
stereotip diatas. Pemerkosaan, pelecehan seksual, serangan fisik,
kekerasan dalam pelacuran dan pornografi, perampokan dan lain
sebagainya merupakan contoh kekerasanyang paling banyak
dialami perempuan.
e. Beban kerja ganda (double burden)
Disebut juga dengan beban berlebihan, yaitu tugas dan tanggung
jawab perempuan yang berat dan terus menerus. Misalnya,
seorang perempuan selain melayani suami (seks), hamil,
melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah. Disamping itu,
kadang ia juga ikut mencari nafkah (di rumah), dimana hal
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 17
tersebut tidak berarti menghilangkan tugas dan tanggung jawab
sebagai seorang perempuan.
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 18
EVALUASI II
1. Budaya yang mempengaruhi gender antara lain…
a. Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir,
berperasaan dan bertindak dengan pola-pola tertentu dengan alasan
hanya karena mereka dilahirkan sebagai wanita/pria.
b. Turun temurun
c. Pola pikir masyarakat
d. Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu
masyarakat, tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan umurnya.
2. Ketidakadilan gender yang merupakan akibat dari adanya system social
dimana salah satu jenis kelamin menjadi korban adalah pengertian dari…
a. Gender
b. Budaya yang mempengaruhi gender
c. Hak – hak gender
d. Diskriminasi budaya
e. Diskriminasi gender
3. Ada berapa tipe diskriminasi menurut Volart…
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
e. Semua salah
4. Macam –macam diskriminasi pada perempuan kecuali…
a. Marginalisasi
b. Violence
c. Sterotipe
d. Beban kerja ganda
e. Subkontinuitas
5. Penempatan kaum tertentu (perempuan) pada posisi yang tidak penting
disebut dengan diskriminasi…
a. Marginalisasi
b. Violence
c. Subordinasi
d. Beban kerja ganda
e. Subkontinuitas
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 19
ISU-ISU KESEHATAN
PEREMPUAN
1. Menopause
2. Sindrom pra menstruasi
3. Kesehatan seksual
4. Isu kontinensia
5. Masalah ginekologis
6. Perawatan dan pengobatan
praktis yang dibutuhkan
wanita ketika sakit atau
memerlukan pembedahan
7. Skrining payudara serta
gangguan payudara
8. Skrining serviks
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
- BAGIAN III -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 20
C. Isu-isu kesehatan perempuan
1. Menopause
Menurut Pakasi (1996) menopause adalah perdarahan terakhir
dari uterus (rahim) yang masih dipengaruhi oleh hormon. Sedangkan
menurut Depkes RI (2001) menopause adalah keadaan pada seorang
perempaun yang mengalami penurunan fungsi indung telur yang
berakibat menurunnya produksi hormon estrogen. Keadaan ini antara
lain mengakibatkan terhentinya haid untuk selamanya. Usia
perempaun yang memasuki masa menopause berkisar antara 45 – 55
tahun. Sedangkan menurut Rachman dalam Kasdu (2003) usia
perempuan yang memasuki menopause terjadi pada umur 48-50
tahun.
Menopause adalah keadaan pada seorang wanita yang
mengalami penurunan fungsi indung telur, yang berakibat menurunnya
produksi hormon estrogen. Keadaan ini antara lain mengakibatkan
terhentinya haid untuk selamanya (mati haid), Umur menopause pada
wanita Indonesia sekitar 49 tahun pada tahun 2000 dari semula 46
tahun pada tahun 1980.
Biasanya sejak wanita berusia di atas 40 tahun, Haid sudah tidak
teratur dan siklus haid seringkali terjadi tanpa pengeluaran sel telur
(ovulasi), Dengan dem'kian, seorang wanita pada usia 40-tahunan
sering dikatakan tidak subur lagi, dan kecil kemungkinannya untuk
hamil. Bila terjadi kehamilan pada usia tersebut kemungkinannya akan
lebih besar untuk memperoleh anak yang cacat atau dengan kualitas
yang kurang baik.
Sejak 4-5 tahun sebelum menopause, yang disebut klimakterium,
wanita akan merasakan perubahan dalam tubuh. Perubahan atau
gejala yang timbul tidak sama, dan belum tentu dialami oleh setiap
wanita. Berat ringannya gejala yang timbul dapat berbeda-beda
tergantung dari faktor budaya, tingkat pendidikan, lingkungan dan
genetik.
Dampak negatif yang terjadi akibat penurunan fungsi indung telur
adalah dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang. Masalah
kesehatan Jangka pendek yang terjadi akibat menopause dapat
berupa :
a. Rasa panas di dada yang menjalar kearah wajah, sering disebut
hot flush
Gejala ini sering timbul pada malam hari, sehingga menyebabkan
terbangun dari tidur. Gejala ini terjadi dalam hitungan menit tapi
- BAGIAN III -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 21
kadang-kadang dapat sampai 1 jam. Pada saat terjadi gejolak
panas, warna kulit menjadi kemerahan di sekitar dada, leher dan
wajah, dan terasa sedikit hangat pada perabaan. Gejala ini akan
berkurang bila udara dingin, sedangkan dalam keadaan stres
psikis akan timbul lebih sering dan sangat mengganggu. Rasa
panas ini akan semakin berkurang dan menghilang setelah 4-5
tahun pasca menopause.
b. Gangguan psikologis
Penurunan hormon estrogen pada wanita juga dapat
mengakibatkan gangguan psikologis berupa depresi, mudah
tersinggung, mudah marah, kurang percaya diri, sukar
berkonsentrasi, perubahan perilaku, menurunnya daya ingat, dan
kehilangan gairah seksual.
c. Kelainan kulit, rambut, gigi, dan keluhan sendi/tulang
Kehilangan jaringan penunjang atau kolagen pada wanita
menopause akan mengakibatkan kulit menjadi tipis, kering dan
keriput, rambut tipis dan kering, serta mudah rontok, gigi mudah
goyang dan gusi mudah berdarah, bibir menjadi pecah-pecah dan
rasa sakit serta ngilu pada daerah persendian.
d. Gangguan mata
Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air
mata berkurang.
e. Gangguan saluran kemih dan alat kelamin
Wanita menopause antara lain sering tidak dapat menahan
kencing dan mudah menderita infeksi saluran kencing. Vagina
akan terasa kering. Gatal, mudah luka, sering keputihan, nyeri
pada senggama, atau perdarahan pasca senggama.
Berkurangnya hormon estrogen pada wanita menopause mungkin
menyebabkan berbagai keluhan/akibat jangka panjang sebagai
berikut :
a. Osteoporosis
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita
akibat penurunan kadar hormon estrogen, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Umumnya osteoporosis terjadi
pada tulang yang berongga, yaitu tulang belakang, leher, paha,
panggul, dan lengan bawah. Osteoporosis dapat dipercepat oleh
kekurangan kalsium, sinar matahari, aktivitas fisik dan olahraga;
kurang gizi, kelainan kelenjar gondok (hipertiroid), merokok,
minum alkohol, dan penggunaan kortiseroid, misalnya pada
penderita asma, lupus.
b. Penyakit jantung coroner
Kadar estrogen yang oukup mampu melindungi wanita dari
penyaklit jantung koroner. Berkurangnya hormon estrogen dapat
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 22
menurunkan kadar kolesterol baik (HDL High density Lipoprotein)
dan meningkatnya kolesterol tidak baik (LDL Low density
Lipoprotein), yang meningkatkan kejadian penyakit jantung
koroner pada wanita.
c. Kepikunan
Kekurangan hormon estrogen juga mempengaruhi susunan saraf
pusat atau otak. Penurunan hormon estrogen juga mempengaruhi
susunan saraf pusat atau otak. Penurunan hormon estrogen
menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, kehilangan ingatan akan
peristiwa jangka pendek, sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada
kepikunan tipe Alzheimer. Penyakit kepikunan Alzheimer dapat
terjadi bila kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama
dan berat, yang dipengaruhi faktor keturunan serta proses
penuaan.
2. Sindrom pra menstruasi
Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita
mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu.
Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni
kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus
menstruasi wanita Biasanya gejala tersebut terjadi secara regular pada
dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu
dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Pada
sebagian wanita antara usia 20 hingga 35 tahun, sindrom pra menstruasi
dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka
beristirahat dari aktivitas sehari-hari, seperti sekolah atau bekerja.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS, seperti berikut
ini :
a. Wanita yang pernah melahirkan
PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila
pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.
b. Status perkawinan
Wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS
dibandingkan yang belum menikah.
c. Usia
PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia,
terutama antara usia 30-45 tahun.
d. Stress
Faktor stres memperberat gangguan PMS.
e. Diet
Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat,
minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat
gejala PMS.
f. Kekurangan zat gizi
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 23
Kekurangan vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C,
magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat, kebiasaan
merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS.
g. Kegiatan fisik
Kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin
beratnya PMS.
Tipe dan gejala PMS :
Tipe dan gejalanya Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham,
ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS,
membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D.
Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya
tipe A dan D secara bersamaan. Berikut gejala-gejala yang timbul sesuai
tipe PMS masing-masing :
a. Sindrom premenstruasi tipe A
Sindrom premenstruasi tipe A (Anxiety) ditandai dengan gejala seperti
cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa
perempuan mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum
mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron: Hormon estrogen terlalu tinggi
dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon
progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi
beberapa penelitian mengatakan, penderita sindrom premenstruasi
tipe A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan
mengurangi atau membatasi minum kopi.
b. Sindrom premenstruasi tipe H
Sindrom premenstruasi tipe H (Hyperhydration) memiliki gejala edema
(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada,
pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum
menstruasi. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada
jaringan diluar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau
gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi
gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita
dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan
serta membatasi minum sehari-hari.
c. Sindrom premenstruasi tipe C
Sindrom premenstruasi tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar
ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat)
dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar
20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala
hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang
terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 24
hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap
makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet
makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau
kurangnya magnesium.
d. Sindrom premenstruasi tipe D
Sindrom premenstruasi tipe D (depression) ditandai dengan gejala
rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa,
bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan
kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh
diri. Biasanya sindrom premenstruasi tipe D berlangsung bersamaan
dengan sindrom premenstruasi tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh
tipe sindrom premenstruasi benar-benar murni tipe D. Sindrom
premenstruasi tipe D disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon
progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus
menstruasi terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogen.
Kombinasi sindrom premenstruasi tipe D dan tipe A dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine,
penyerapan dan penyimpanan timbal ditubuh, atau kekurangan
magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi
makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat
membantu mengatasi gangguan sindrom premenstruasi tipe D yang
terjadi bersamaan dengan sindrom premenstruasi tipe A.
3. Kesehatan seksual
Kesehatan seksual didefinisikan sebagai keadaan sejahtera secara fisik,
mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata terbebas dari penyakit
atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan seksualitas.
Kesehatan seksual memerlukan adanya penghargaan terhadap
seksualitas seseorang, termasuk dalam hal merasakan kenikmatan
seksual dan hubungan seks yang aman tanpa paksaan dan kekerasan.
Jadi seseorang bisa bilang bahwa dirinya sehat seksual jika bisa memilih
pasangan seksual, merasakan kenikmatan seksual, dan terbebas dari
risiko kehamilan yang tidak direncanakan dan infeksi menular seksual,
dan bebas dari segala paksaan dan kekerasan.
WHO mendefinisikan kesehatan seksual sebagai keadaan fisik,
emosional, mental dan sosial terkait dengan seksualitas, bukan sekedar
tidak adanya sakit, disfungsi atau disabilitas.
4. Isu kontinensia
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah
dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan
kesehatan dan atau social higine dan ekonomi.
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 25
5. Masalah ginekologis
a. Gangguan menstruasi
Menstruasi merupakan peluruhan dinding rahim yang terdiri dari darah
dan jaringan tubuh. Kejadian tersebut akan berlangsung tiap bulan
dan merupakan suatu proses normal bagi perempuan pada umumnya
b. Infeksi atau peradangan pada alat genital
Radang atau infeksi pada alat-alat genital dapat timbul secara akut
dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh
sama sekali tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti
penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun atau dari
permulaan sudah menahun.
c. Kanker kandungan
d. Gangguan pada payudara (kanker payudara)
e. Infertilitas
Ketidaksuburan atau infertilitas atau kemandulan adalah suatu kondisi
di mana pasangan suami-istri belum mampu memiliki anak walaupun
telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu
dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
f. Klimakterium
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi
sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65
tahun.
6. Skrining payudara serta gangguan payudara
Skrining, dalam pengobatan, adalah strategi yang digunakan
dalam suatu populasi untuk mendeteksi suatu penyakit pada individu
tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu. Tidak seperti apa yang
biasanya terjadi dalam kedokteran, tes skrining yang dilakukan pada
orang tanpa tanda-tanda klinis penyakit.
Skrining sama artinya dengan deteksi dini atau pencegahan
sekunder, mencakup pemeriksaan (tes) pada orang-orang yang belum
mempunyai simptom-simptom penyakit untuk menemukan penyakit yang
belum terlihat atau pada stadium praklinik.
Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau
usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum
jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu
yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang
yang kelihatannya sehat tetapi sesunguhnya menderita suatu kelainan.
Test skrining dapat dilakukan dengan pertanyaan (anamnesa),
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 26
Skrining untuk kanker payudara meliputi :
a. Skrining di rumah
Mudah, cepat, dan efektif, itulah yang bisa digambarkan tentang
melakukan sendiri skrining di rumah. Anda sebaiknya melakukan
skrining ini satu minggu setelah masa menstruasi berakhir. Caranya
adalah dengan berbaring dan menaruh bantal pada sisi payudara
yang akan Anda periksa. Posisi lengan diletakkan di belakang kepla,
kemudian tekan gerakan memutar di sekitar payudara. Jika Anda
merasakan sesuatu yang tidak wajar, bisa jadi itu adalah kanker.
Kelainan bisa berbentuk benjolan yang agak keras dan tidak juga
menghilang setelah dua kali siklus menstruasi. Jika benjolan tumbuh
semakin besar dan puting mengalami pendarahan, segera hubungi
dokter untuk penanganan yang lebih baik.
b. Skrining dokter
ampir sama seperti skrining yang Anda lakukan di rumah, skrining
dokter dilakukan oleh dokter sama seperti yang Anda praktikkan di
rumah. Bedanya adalah dokter lebih mengetahui apa yang mereka
cari dan segera mendiagnosis jika menemukan kelainan yang
terdapat pada payudara.
c. Skrining mammogram
Skrining mammogram menggunakan sinar X untuk memeriksa
payudara. Skrining ini disarankan untuk dilakukan secara rutin oleh
para wanita berusia di atas 40 tahun atau mereka yang memiliki
sejarah keluarga kanker payudara.
Macam-macam gangguan pada payudara :
a. Kista
Kista dapat tumbuh di hampir seluruh bagian tubuh, termasuk di
payudara. Kista pada payudara merupakan kantung-kantung cairan
Anda akan merasakan tanda-tanda yang biasanya muncul jika terjadi
masalah ini, misalnya benjolan yang lembut, lunka dan halus seperti
balon yang berisi air. Benjolan ini tergolong jinak dan biasanya dapat
menimbulkan sakit.
b. Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan istilah untuk menyebut tumor jinak yang
ada didalam payudara. Biasanya, bentuknya berupa jaringan ikat dan
kelenjar. Jika Anda merabanya maka terasa ada benjolan pejal, bulat
seperti karet, dan dapat berpindah-pindah. Umumnya, Fibroadenoma
tidak menimbulkan rasa sakit.
c. Penyumbatan saluran air susu
Jangan khawatir dahulu jika Anda merasakan benjolan dipayudara
sedangkan Anda sedang menyusui. Hal ini terjadi karena
penyumbatan pada saluran yang membawa air susu ke puting
payudara. Biasanya, benjolan semakin membengkak dan bisa timbul
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 27
gejala infeksi. Pembengkakan berwarna kemerah-merahan dan
terasa sakit. Keadaan ini sering membuat ibu sulit menyusui.
Meskipun demikian, Anda perlu terus menyusui si kecil karena
semakin sering menyusui maka penyumbatan lebih mudah
menghilang.
d. Pembengkakan payudara
Menjelang menstruasi, setiap wanita pasti mengalami ganggua ini.
Sering, benjolan-benjolan padat dan lembut menyertai payudara yang
lebih tebal. Anda tidak perlu khawatir karena masalah ini biasanya
hilang setelah menstruasi usai. bahkan, beberapa wanita tidak
merasakannya lagi setelah darah menstruasi keluar.
e. Kanker payudara
Sebenarnya ada berbagai jenis kanker payudara. Namun, umumnya
kanker dipayudara merupakan tumor ganas berupa benjolan yang
cukup keras. Bentuknyasering tidak beraturan dan tidak bisa
digerakan. Biasanya timbul rasa sakit dan terjadi perubahan pada
payudara bagian luar, seperti warna kulit payudara menjadi lebih
hitam, bentuk kulit menyerupai kulit jeruk, dan puting susu tampak
ditarik ke dalam.
f. Intraductal papilloma payudara
Intraductal papiloma payudara merupakan jenis tumor yang sulit
diraba dari luar. Anda dapat menemukan gejalanya jika melakukan
penekanan disekitar payudara, yaitu keluarnya sedikit darah dari
puting susu. Tidak mendeteksi kelainan ini mengingat letak tumor
kadang-kadang sulit ditemukan, padahal pemeriksaan yang intensif
dan cepat sangat menentukan suatu tumor dapat diatasi atau tidak.
Oleh karena itu, jika Anda menemukan warna kemerahan atau
cokelat di bra bagian puting, segera periksakan payudara Anda.
g. Kistosarkoma Filloides
Kistosarkoma filloides merupakan jenis fibroadenoma atau kanker
jinak yang meliputi seluruh bagian payudara. Kadang, tumbuh sangat
besar dan membuat penderitanya tidak menggendong payudaranya
sendiri. Meskipun merupakan tumor jinak, tetapi bukan tidak mungkin
tumor ini menjadi ganas sehingga perlu segera ditangani. Biasanya,
tumor ini timbul di usia 35-40 tahun. Gejala yang muncul, seperti kulit
diatas tumor meregang, menipis, dan mengilap dengan pembuluh-
pembuluh darah yang melebar dan sedikit panas.
7. Skrining serviks
Screening untuk memeriksa perubahan-perubahan leher rahim sebelum
adanya gejala-gejala adalah sangat penting. Screening dapat membantu
dokter mencari sel-sel abnormal sebelum kanker berkembang. Mencari
dan merawat sel-sel abnormal dapat mencegah kebanyakan kanker leher
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 28
rahim. Juga, screening dapat membantu mencari kanker dini, ketika
perawatan kemungkinan menjadi efektif.
a. Tes PAP smear
Dokter-dokter merekomendasikan bahwa wanita-wanita
membantu mengurangi risiko kanker leher rahim mereka dengan
mempunyai tes-tes Pap secara teratur. Tes Pap (kadangkala disebut
Pap smear atau cervical smear) adalah tes yang mudah untuk melihat
sel-sel leher rahim. Untuk kebanyakan wanita-wanita, tesnya tidak
menyakitkan. Tes Pap dilakukan di ruang praktek dokter atau klinik
sewaktu pemeriksaan pelvik (pelvic). Dokter atau suster
memarut/menggores satu contoh sel-sel leher rahim, dan kemudian
mencoreng sel-sel itu pada sebuah kaca mikroskop. Pada tipe baru
dari tes Pap (tes Pap yang berdasarkan pada cairan), sel-sel itu
dibilas kedalam wadah cairan yang kecil. Sebuah mesin khusus
menaruh sel-sel pada kaca-kaca mikroskop. Untuk kedua tipe dari tes
PAP, laboratorium memeriksa sel-sel pada kaca mikroskop untuk
kelainan-kelainan dibawah sebuah mikroskop.
Tes-tes Pap dapat menemukan kanker leher rahim atau sel-sel
abnormal yang dapat menjurus pada kanker leher rahim. Dokter-
dokter secara umum merekomendasikan bahwa:
1) Wanita-wanita harus mulai mempunyai tes-tes Pap 3 tahun
setelah mereka mulai mempunyai hubungan seksual, atau ketika
mereka mencapai umur 21 tahun (yang mana saja yang datang
lebih dahulu).
2) Kebanyakan wanita-wanita harus mempunyai tes Pap paling
sedikit satu kali setiap 3 tahun.
3) Wanita-wanita berumur 65 sampai 70 tahun yang telah
mempunyai paling sedikit tiga tes-tes Pap normal dan tidak ada
tes-tes Pap abnormal dalam 10 tahun terakhir dapat memutuskan,
setelah bicara dengan dokternya, untuk memberhentikan
screening kanker leher rahim.
4) Wanita-wanita yang telah mempunyai hysterectomy (operasi)
untuk mengangkat kandungan (uterus) dan leher rahim (cervix),
juga disebut total hysterectomy, tidak perlu mempunyai screening
kanker leher rahim. Bagaimanapun, jika operasi adalah perawatan
untuk sel-sel sebelum bersifat kanker atau kanker, wanita -wanita
itu harus terus menerus menjalankan screening.
b. IVA test
Pengobatan kanker serviks pada stadium lebih dini, hasilnya lebih
baik, mortalitas akan menurun, dengan masalah yang begitu
kompleks, timbul gagasan untuk melakukan skrining kanker serviks
dengan metode yang lebih sederhana, antara lain yaitu dengan IVA
(Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). IVA adalah pemeriksaan
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 29
skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks
dengan aplikasi asam asetat (IVA). Dengan metode inspeksi visual
yang lebih mudah, lebih sederhana, lebih mampu laksana, maka
skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas, diharapkan
temuan kanker serviks dini akan bisa lebih banyak.
1) Tujuan IVA
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk
mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.
2) Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya :
a) Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b) Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
c) Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
d) Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter
ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat
pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua
tenaga medis terlatih
e) Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat
sederhana.
f) Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
3) Syarat ikut IVA test :
a) Sudah pernah melakukan hubungan seksual
b) Tidak sedang datang bulan/haid
c) Tidak sedang hamil
d) 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
4) Teknik IVA
Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam
asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna
bercak putih yang disebut aceto white epithelum Dengan
tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes
IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andaikata
penemuan tes IVA positif oleh bidan, maka di beberapa negara
bidan tersebut dapat langsung melakukan terapi dengan
cryosergury. Hal ini tentu mengandung kelemahan-kelemahan
dalam menyingkirkan lesi invasif.
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 30
PENUGASAN PRAKTIKUM
SKRINING PAYUDARA (SADARI)
Tujuan Praktikum :
Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan perawatan payudara sendiri
(SADARI) pada perempuan dengan memperhatikan aspek bio, psiko, sosio,
kultural.
Khusus
1. Mampu memahami konsep skrining payudara dengan teknik SADARI
2. Mampu memahami teknik perawatan payudara sendiri dengan SADARI
3. Mampu melakukan teknik perawatan payudara sendiri dengan SADARI
secara tepat
No. Kegiatan
SKALA
PENILAIAN Ket.
4 3 2 1
I. A. Persiapan alat dan bahan
1.
Cermin
Baby oil
Bantal kecil
II. B. Persiapan
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan
3. Memastikan lingkungan yang privasi
III. C. Langkah- langkah
4. Cuci kedua tangan dengan sabun pada air
mengalir, segera keringkan dengan
handuk bersih dan kering
5. Lepaskan baju bagian atas serta BH
6. Berdiri didepan cermin buka pakaian
bagian atas
7. Perhatikan dengan teliti payudara dimuka
cermin dengan kedua tangan lurus
kebawah
8. Angkatlah kedua lengan keatas sampai
kedua tangan berada di belakang kepala.
Perhatikan apakah ada benjolan atau
perubahan bentuk payudara
9. Kemudian tekan kedua tangan kuat-kuat
pada panggul dan gerakkan kedua lengan
dan siku ke depan sambil mengangkat
bahu. Cara ini akan menegangkan otot-
otot dada dan perubahan seperti cekungan
(dekok) dan benjolan akan lebih kelihatan.
10. Angkat lengan kiri, rabalah payudara kiri,
dengan telapak tanagn kanan dengan jari-
jari yang dirapatkan yang sudah memakai
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 31
No. Kegiatan
SKALA
PENILAIAN Ket.
4 3 2 1
baby oil
11. Lakukan gerakan memutar dengan
tekanan lembut tetapi mantab dimulai dari
pinggir atas (posisi jam 12) dengan
mengikuti arah jarum jam bergerak
ketengah kearah puting susu. Ulangi
gerakan ini paling sedikit 3 kali, payudara
bagian bawah yang terasa agak kencang
adalah normal
12. Pencetlah pelan-pelan daerah sekitar
puting pada kedua payudara dan amatilah
apakah keluar cairan yang tidak
normal/tidak biasa
13. Berbaringlah dan letakkan bantal kecil
dibawah bahu
14. Letakkan tangan kiri dibawah kepala,
15. Rabalah seluruh permukaan payudara kiri
dengan gerakan memutar mulai dari
pinggir atas bergerak ketengah kearah
puting susu
16. Letakkan tangan kanan dibwah kepala
17. Raba seluruh permukaan payudara kanan
dengan gerakan memutar mulai dari
pinggir atas bergerak ketengah kearah
puting susu. Perhatikan bila ada benjolan
yang mencurigakan
18. Berilah perhatian khusus pada seperempat
bagian payudara sebelah luar atas daerah
karena didaerah tersebut banyak
ditemukan tumor payudara.
19. Cuci kedua tangan dengan sabun pada air
mengalir, segera keringkan dengan
handuk bersih dan kering
20 Melakukan pendokumentasian
IV. D. Sikap
21. Sopan dan ramah
22. Tindakan dilakukan dengan sabar dan hati-
hati
23. Tindakan yang dilakukan tidak menciderai
PETUNJUK PENILAIAN:
4 = Bila dikerjakan dengan benar tanpa bantuan
3= Bila dikerjakan dengan benar, masih dengan bantuan
2= Bila dikerjakan tapi masih salah
1= Bila tidak dikerjakan
Jumlah Skor
Nilai : X 100
92
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 32
PENUGASAN PRAKTIKUM
SKRINING SERVIKS (PAP SMEAR)
Tujuan Praktikum :
Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pendeteksian skrining serviks
dengan metode PAP smear pada perempuan dengan memperhatikan aspek bio,
psiko, sosio, kultural.
Khusus
1. Mampu memahami konsep skrining serviks dengan metode PAP smear
2. Mampu memahami skrining serviks dengan metode PAP smear
3. Mampu melakukan skrining serviks dengan metode PAP smear
No. Kegiatan
SKALA
PENILAIAN
Ket.
4 3 2 1
I. A. Persiapan alat dan bahan
1.
Handscoen
Alkohol 95%
Object Glass
Spatula ayre
Cyctobrush
II. B. Persiapan
Pra Pemeriksaan
2. Menyapa dan memperkenalkan diri
3. Menanyakan kesiapan klien untuk diperiksa PAP
SMEAR :
a. Memastikan klien tidak berhubungan intim
selama 2 X 24 jam sebelumnya
b. Memastikan klien tidak menstruasi 2 X 24 jam
sebelumnya
c. Memastikan klien tidak melakukan irigasi vagina
dalam 24 jam terakhir
4. Memastikan identitas, memeriksa status dan
kelengkapan informed consent klien
Alat
5. Memastikan alat dan seluruh instrumen yang
diperlukan sudah tersedia
6. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih
dan membilas daerah genetalia
7. Klien diminta untuk menanggalkan pakaiannya dari
pinggang hingga lutut dan menggunakan kain yang
sudah disediakan
8. Klien diposisikan dalam posisi lithotomi
9. Tutup área pinggang hingga lutut klien dengan kain
10. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 33
No. Kegiatan
SKALA
PENILAIAN
Ket.
4 3 2 1
11. Gunakan sarung tangan
III. C. Langkah- langkah
12. Bersihkan genetalia eksterna dengan air DTT
13. Inspeksi dan palpasi genetalia eksterna
14. Aplikasikan gel pada spekulum kemudian masukkan
spekulum
15. Tampakkan serviks hingga jelas terlihat
16. Perhatikan apakah terdapat discharge, perdarahan,
erosi, massa yang rapuh atau keadaan abnormal
lainnya
17. Ambil spatula ayre, tempelkan spatula ayre ke
ektoserviks dan putar 360° sesuai arah jarum jam,
keluarkan spatula ayre perlahan-lahan tanpa
menyentuh jaringan sekitarnya. Jangan oleskan
dulu ke obyek glass
18. Ambil segera cytobrush, masukkan ke kanalis
sevikalis, putar ½ hingga 1 putaran sesuai arah jarum
jam, keluarkan perlahan-lahan tanpa menyentuh jaringan
sekitarnya.
19. Oleskan spatula ayre di atas objek glass yang telah
disediakan, dilanjutkan segera mengoleskan serviks
brush di atas olesan yang pertama dengan arah
berlawanan jarum jam. Yakinkan seluruh bagian
yang terambil sudah kontak dengan objek glass.
20. Masukkan slide ke dalam larutan fiksasi sesegera
mungkin maksimal 30 detik sejak pengambilan
sampel
21. Keluarkan spekulum
22. Fiksasi slide dengan larutan fiksasi (alcohol 95%)
selama minimal 30 meit, kemudian keringkan
23. Buang alat, bahan ke tempat sampah yang sesuai
24. Rendam handscoen dalam larutan chlorine 0,5%
selama 10 menit untuk dekontaminasi
IV. D. Sikap
25. Sopan dan ramah
26. Tindakan dilakukan dengan sabar dan hati- hati
27. Tindakan yang dilakukan tidak menciderai
PETUNJUK PENILAIAN:
4 = Bila dikerjakan dengan benar tanpa bantuan
3= Bila dikerjakan dengan benar, masih dengan bantuan
2= Bila dikerjakan tapi masih salah
1= Bila tidak dikerjakan
Jumlah Skor
Nilai : X 100
108
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 34
MASALAH KESEHATAN
REPRODUKSI
A. Perilaku seks bebas pada
remaja
B. Kekerasan
C. Perkosaan
D. Pelecehan seksual
E. Single parent
F. Perkawinan usia muda dan tua
G. Wanita di tempat kerja
H. Incest
I. Homeless
J. Wanita di pusat rehabilitasi
K. Pekerja seks komersial
L. Drug abuse
M. Pendidikan
N. Upah
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
- BAGIAN Iv -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 35
D. Masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi
1. Perilaku seks bebas pada remaja
Menurut Ghifari (2003), perilaku seks bebas adalah hubungan
antara dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda dimana terjadi
hubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan. Kelompok seks
bebas menghalalkan segala cara dalam melakukan seks dan tidak
terbatas pada sekelompok orang. Mereka tidak berpegang pada morality
atau nilai-nilai manusiawi.
Sewaktu-waktu mereka dapat berhubunggan seksual dengan
orang lain dan di lain waktu mereka juga bisa menggauli keluarga sendiri.
Menurut Desmita (2005) perilaku seks bebas pada remaja adalah cara
remaja mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual, yang
berasal dari kematangan organ seksual dan perubahan hormonal dalam
berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan intim, bercumbu,
sampai melakukan kontak seksual. Tetapi perilaku tersebut dinilai tidak
sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang
seksual.
Menurut Sarwono (2002) perilaku seks bebas adalah segala
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan
jenisnya maupun dengan sesama jenis.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan perilaku seks bebas adalah perilaku yang
didasari oleh dorongan seksual untuk mendapatkan kesenangan seksual
dengan lawan jenis yang dilakukan tanpa ikatan pernikahan yang sah.
a. Bentuk-bentuk perilaku seks bebas
Menurut Sarwono (2002) bentuk-bentuk dari perilaku seks bebas
dapat berupa berkencan intim, berciuman, bercumbu, dan
bersenggama. Sedangkan Desmita (2005) mengemukakan berbagai
bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan intim, bercumbu,
sampai melakukan kontak seksual.
Bentuk perilaku seks bebas yaitu :
1) Petting adalah upaya untuk membangkitka dorongan seksual
antara jenis kelamin dengan tanpa melakukan tindakan
intercourse.
2) Oral–genital seks adalah aktivitas menikmati organ seksual
melalui mulut. Tipe hubungan seksual model oral-genital ini
merupakan alternative aktifitas seksual yang dianggap aman
oleh remaja masa kini.
- BAGIAN Iv -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 36
3) Sexual intercourse adalah aktivitas melakukan senggama.
4) Pengalaman Homoseksual adalah pengalaman intim dengan
sesama jenis.
Menurut Sarwono (2002) juga mengemukakan beberapa bentuk dari
perilaku seks bebas, yaitu:
1) Kissing : Saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau
pasangan yang didorong oleh hasrat seksual.
2) Necking: Bercumbu tidak sampai pada menempelkan alat kelamin,
biasanya dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara,
atau melakukan oral seks pada alat kelamin tetapi belum
bersenggama.
3) Petting : Bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu
dengan menggesek-gesekkan alat kelamin dengan pasangan
namun belum bersenggama.
4) Intercourse : Mengadakan hubungan kelamin atau bersetubuh
diluar pernikahan
2. Kekerasan
Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan yang berakibat
kesengsaraan atau penderitaan-penderitaan pada perempuan secara
fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu,
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang
baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan kehidupan
pribadi.
Kekerasan perempuan dapat terjadi dalam bentuk:
a. Tindak kekerasan fisik
Tindak kekerasan fisik adalah tindakan yang bertujuan melukai,
menyiksa atau menganiaya orang lain. Tindakan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan anggota tubuh pelaku (tangan, kaki)
atau dengan alat-alat lainnya.
b. Tindak kekerasan non fisik
Tindak kekerasan non-fisik adalah tindakan yang bertujuan
merendahkan citra atau kepercayaan diri seorang perempuan, baik
melalui kata-kata maupun melalui perbuatan yang tidak
disukai/dikehendaki korbannya.
c. Tindak kekerasan psikologis/ jiwa
Tindak kekerasan psikologis/jiwa adalah tindakan yang bertujuan
mengganggu atau menekan emosi korban. Secara kejiwaan, korban
menjadi tidak berani mengungkapkan pendapat, menjadi penurut,
menjadi selalu bergantung pada suami atau orang lain dalam segala
hal (termasuk keuangan). Akibatnya korban menjadi sasaran dan
selalu dalam keadaan tertekan atau bahkan takut.
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 37
3. Perkosaan
Perkosaan adalah jenis kekerasan yang paling mendapat sorotan.
Diperkirakan 22% perempuan dan 2% laki-laki pernah menjadi korban
perkosaan. Untuk di Amerika saja, setiap 2 menit terjadi satu orang
diperkosa. Hanya 1 dari 6 perkosaan yang dilaporkan ke polisi. Sebagian
besar perkosaan dilakukan oleh orang yang mengenal korban alias orang
dekat korban.
Perkosaan adalah hubungan seksual yang terjadi tanpa diinginkan
oleh korban. Seorang laki-laki menaruh penis, jari atau benda apapun ke
dalam vagina, anus, atau mulut perempuan tanpa sekehendak
perempuan itu, bisa dikategorikan sebagai tindak perkosaan.
Perkosaan dapat terjadi pada semua perempuan dari segala
lapisan masyarakat tanpa memperdulikan umur, profesi, status
perkawinan, penampilan, atau cara berpakaian. Tindak perkosaan
membawa dampak emosional dan fisik kepada korbannya. Secara
emosional, korban perkosaan bisa mengalami stress, depresi, goncangan
jiwa, menyalahkan diri sendiri, rasa takut berhubungan intim dengan
lawan jenis, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Secara fisik, korban
mengalami penurunan nafsu makan, sulit tidur, sakit kepala, tidak
nyaman di sekitar vagina, berisiko tertular PMS, luka di tubuh akibat
perkosaan dengan kekerasan, dan lainnya.
4. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang
berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diinginkan
oleh orang yang menjadi sasaran.
Pelecehan seksual bisa terjadi dimana saja dan kapan saja,
seperti di tempat kerja, di kampus/sekolah, di pesta, tempat rapat, dll.
Pelaku pelecehan seksual bisa teman, pacar, atasan di tempat kerja,
dokter, dukun, dsb.
Akibat pelecehan seksual, korban merasa malu, marah, terhina,
tersinggung, benci kepada pelaku, dendam kepada pelaku, shok/trauma
berat, dll.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan korban:
a. Membuat catatan kejadian (tanggal, jam, saksi)
b. Bicara kepada orang lain tentang pelecehan seksual yang terjadi
c. Memberi pelajaran kepada pelaku
d. Melaporkan tindakan pelecehan seksual
e. Mencari bantuan/dukungan kepada masyarakaT
5. Single parent
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua
tunggal, hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa terjadi
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 38
pada keluarga sah secara hukum maupun keluarga yang belum sah
secara hukum, baik hukum agama maupun hukum pemerintah.
Cara mengatasi :
a. Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang
dapat mendukung anak untuk lebih bisa mengah, ualisasikan diri
secara positif antara lain dengan penyaluran. hobi, kursus sehingga
menghindarkan anak melakukan hal-hal yang negatif.
b. Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada
keluarga, lain yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak
untuk meneladani figur orang tua yang tidak diperoleh dalam
lingkungan keluarga sendiri.
c. Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga
dengan orang tua tunggal dapat memberikan dukungan karena anak
mempunyai banyak teman yang bemasib sama sehingga tidak
merasa sendirian.
6. Perkawinan usia muda dan tua
Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diij
inkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun.
Namun pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi
manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang
menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan upaya
penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyaknya resiko kehamilan
kurang dari perkawinan diij inkan bila laki-laki berumur 21 tahun dan
perempi mn berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah
perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan
kurang dari 19 tahun. Sedangkan perkawinan usia tua adalah perkawinan
yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
Penanganan perkawinan usia muda :
a. Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi
sehingga kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat.
b. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
pasangan dalam menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai
cara pandang dengan pertimbangan kedewasaan, tidak
mengedepankan emosi.
c. Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak mernbantu
keluarga muda baik dukungan berupa material maupun non material
untuk kelanggengan keluarga, sehingga lebih tahan terhadap
hambatan-hambatan yang ada.
d. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan
kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 39
Penanganan perkawinan usia tua :
a. Pengawasan kesehatan
b. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan
kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.
7. Wanita di tempat kerja
Menurut Kardamo adalah wanita yang kerja mengandalkan kemampuan
dan keahlian untuk menghasilkan uang agar dapat memenuhi kebutuhan
hidup.
Cara mengatasinya :
a. Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker, sarung Langan, baju
khusus untuk proteksi radiasi.
b. Cek kesehatan secara berkala.
c. Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnya
bila lembur, divas luar.
d. Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang lain, sekalipun
ditawari oleh atasan.
e. Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada atasan. Tidak perlu
takut pada ancaman di pecat.
f. Menetapkan target menikah.
g. Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian
khusus pada keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal,
mengagendakan kegiatan bersarna keluarga, memenuhi hak-hak
suami dan anak, berbagi peran dengan suami dan selalu menghargai
suami.
8. Incest
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga.
Anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang
mempunyai hubungan pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas
adalah kakek, paling bawah adalah cucu, batas kesamping adalah
keponakan. Keluarga diluar itu bukan termasuk incest. Pelaku biasanya
adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak
adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu
oleh mertua, cucu oleh kakeknya.
9. Homeless
Homeless atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup
dalam keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta
tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup
ditempat umum. Home less banyak terdapat di kota- kota besar.
Kedatangan mereka ke kota besar tanpa didukung oleh pendidikan dan
ketrampilan yang memadai. Biasanya mereka tinggal di empeeran toko,
kolong jembatan, kolong jalan layang, gerobak tempat barang bekas,
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 40
sekitar rel kereta api, di taman, di tempat umum lainnya. Pekerjaan
mereka sebagai pengamen, pengemis, pemulung sampah.
10. Wanita di pusat rehabilitasi
a. Pembangunan perumahan sangat sederhana.
b. Pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan
pendidikan.
c. Transmigrasi
11. Pekerja seks komersial
Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang
perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk
mendapatkan uang. Akibatnya semakin banyak ditemukan penyakit
menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks komersial dengan penyakit
menular seksual merupakan satu lingkaran setan. Biasanya penyakit
menular seksual ini diidap oleh PSK, dimana dalam menjajakan dirinya
terhadap pasangan kencan yang berganti-ganti tanpa menggunakan
pengaman sseperti kondom.
12. Drug abuse
Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk
tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk
mencari atau mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada
jiwa.
13. Pendidikan
Pendidikan berpengaruh kepada sikap wanita terhadap
kesehatan, rendahnya pendidikan membuat wanita kurang peduli
terhadap kesehatan. Mereka tidak mengenal bahaya atau ancaman
kesehatan yang mungkin terjadi terhadap diri mereka. Sehingga
walaupun sarana yang baik tersedia mereka kurang dapat memanfaatkan
secara optimal karena rendahnya pengetahuan yang mereka miliki.
Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada kualitas
pendidikan, dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar
terhadap kemajuan sosial ekonomi bangsa.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi bukan berarti membuka
peluang untuk perilaku seks bebas melainkan lebih menekankan
mengenai perbedaan lelaki dan perempuan secara seksual, kapan terjadi
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 41
pembuahan, apa dampaknya jika berperilaku seks tanpa dilandasi
tanggung jawab termasuk risiko terkena infeksi menular seksual.
14. UPAH
Penghasilan perempuan meningkat, maka pola pemenuhan
kebutuhan akan bergeser dari pemenuhan kebutuhan pokok saja,
menjadi pemenuhan kebutuhan lain, khususnya peningkatan kesehatan
perempuan. Penghasilan berkaitan dengan status sosial ekonomi ,
dimana sering kali status ekonomi menjadi penyebab terjadinya masalah
kesehatan pada wanita. Misalnya banyak kejadian anemia defisiensi fe
pada wanita usia subur yang sering kali disebabkan kurangnya asupan
makanan yang bergizi seimbang. Anemia pada ibu hamil akan lebih
memberikan dampak yang bisa mengancam keselamatan ibu.
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 42
PENUGASAN TERSTRUKTUR (1)
Tujuan Penugasan :
1. Mahasiswa mampu memahami tentang masalah-masalah kesehatan
reproduksi yang sering terjadi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang masalah-masalah kesehatan
reproduksi yang sering terjadi
Rancangan Penugasan :
1. Mahasiswa dibagi menjadi 8 kelompok. Masing-masing kelompok
membentuk struktur dan fungsi dari anggotanya.
2. Tugas dibuat dalam bentuk paper dengan tema “MASALAH-MASALAH
KESEHATAN REPRODUKSI”
3. Referensi berasal dari buku, jurnal, evidence based practice minimal 10
tahun terakhir dari buku, dan 5 tahun terakhir yang berasal dari jurnal
4. Batasan penulisan tugas terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Ketentuan penulisan dalam penyusunan tugas antara lain :
1. Tugas diketik dengan Font TIMES NEW ROMAN (TNR) berukuran 12,
dengan spasi 1,5
2. Setting ukuran kertas A4
3. Tugas dikumpul dapat bentuk file Words Document atau PDF
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 43
DETEKSI DINI GANGGUAN
KESEHATAN REPRODUKSI
A. Infertilitas
B. Seksual transmitted diseases
(STD)/ Infeksi Menular Seksual
(IMS)
C. Gangguan pre haid
D. Unwanted pregnancy
E. Hormone replacement therapy
(HRT)
F. Pelvic inflammatory diseases
(PID)
G. Radang genitalia
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
- BAGIAN v -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 44
E. Deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi
1. Infertilitas
Definisi :
a. Pasangan infertil: kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak mampu
menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.
b. Infertilitas primer: jika istri belum berhasil hamil, walau bersanggama
teratur dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan berturut-turut.
c. Infertilitas sekunder: jika istri pernah hamil, tetapi tidak berhasil hamil
lagi walaupun bersanggama teratur dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
Penyebab :
a. Gangguan hubungan seksual: kesalahan teknik sanggama,
gangguan psikososial, ejakulasi abnormal, kelainan anatomi.
b. Gangguan produksi & transportasi sperma.
c. Gangguan ovulasi
d. Kelainan uterus & tuba fallopii
e. Kelainan peritoneum
Penyakit Menular Seksual :
a. Salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui
hubungan seksual
b. Disebabkan oleh jamur, virus, parasite
c. Lebih mudah menyerang perempuan
Penyebab ISR :
a. Sisa kotoran setelah BAB & BAK (cara membasuh tidak benar)
b. Kesehatan umum rendah
c. Kurangnya personal hygiene alat kelamin saat haid
d. Perkawinan muda
e. Berganti-ganti pasangan
f. Tertular dari pasangan seksual
g. Perlukaan saat keguguran, melahirkan perkosaan
h. Kegagalan pelayanan kesehatan dalam sterilisasi saluran reproduksi
- BAGIAN v -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 45
2. Seksual transmitted diseases (STD)/ Infeksi menular seksual (IMS)
a. HIV/ AIDS
Merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.
Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan
pengidap HIV (ODHA) amat rentan dan mudah terjangkit macam-
macam penyakit. HIV menyerang limfosit yang disebut ‘sel T-4’ atau
‘sel T-penolong’ (T-helper), atau disebut juga ‘sel CD-4’. Pencegahan
HIV/ AIDS yaitu dengan tidak berganti-ganti pasangan, penggunaan
kondom dengan benar, dan berhati-hati saat menerima prosedur
transfuse, injeksi dan pembedahan.
b. Gonorhea
Penyakit gonore disebabkan oleh Neisseria gonnorrhoeae, gejala
yang ditimbulkan pada wanita antara lain keputihan patologis, rasa
nyeri di rongga panggil, sedangkan gejala pada laki-laki antara lain
nyeri saat berkemih, keluar nanah kental berwarna kuning kehijauan,
ujung penis merah dan bengkak.
Komplikasi yang dapat terjadi pada gonorrhea adalah radang
panggul, kemandulan, infeksi mata pada bayi baru lahir/ kebutaan,
beresiko terhadap HIV.
c. Syphillis
Penyakit menular seksual syphilis disebabkan kuman treponema
pallidum. Gejala yang dapat ditimbulkan yaitu kemaluan tanpa nyeri,
bintil dan bercak merah pada tubuh, adanya kelainan syaraf, jantung,
pembuluh darah, kulit. Komplikasi yang dapat terjadi pada syphilis
adalah kerusakan berat pada otak dan jantung, bayi dalam
kandungan tertular, gugur, lahir, cacat, beresiko terhadap HIV.
3. Gangguang pre haid
Haid yang umum akan dialami terjadi selama satu bulan sekali,
atau dalam waktu selama 28 hari. Waktu terjadinya awal haid atau pada
hari pertama hingga terjadinya haid kembali terulang bisa dihitung. Yang
paling umum dan normalnya siklus haid wanita dialami 28 hari, atau juga
bisa siklus haid yang paling panjang bisa mencapai 35 hari sudah tidak
wajar.
Dysmenorhea merupakan salah satu gangguan haid yang sering
terjadi pada wanita. Dysmenorrhea didefenisikan sebagai rasa nyeri saat
menstruasi yang mencegah wanita untuk beraktifitas secara normal.
Faktor resiko dymenorrhea ialah usia, indeks masa tubuh (IMT), riwayat
melahirkan, usia menarche, lama menstruasi, siklus menstruasi, usia
menikah, riwayat keluarga dan masih banyak lagi.
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 46
4. Unwanted pregnancy
Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak
diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki
adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan. Kehamilan ini akibat dari
suatu perilaku seksual / hubungan seksual baik yang disengaja atau tidak
disengaja.
Dilihat dari tingginya angka aborsi yang semakin meningkat dari
tahun 2009 - 2011. Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per
tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat
besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Dampak yang paling signifikan
terjadi bagi kalangan remaja dan para mahasiswa.
Banyak remaja yang menyalah gunakan hubungan seksual
sekarang ini dan tidak banyak diantara mereka menggurkan
kandungannya dan menyebabkan kematian. Salah satunya ialah
unwanted pregnancy ialah kehamilan yang tidak diharapkan sama sekali
yang terjadi adanya hubungan seksual. Bukan hanya remaja, tetapi
terkadang pasangan suami istri melaukan hubungan seksual dan sudah
ber KB tetap bisa hamil, dan tentunya akan menjadi hal yang patut
dipikrkan bagi sang ibu. Tapi kehamilan yang tidak diharapkan sama
sekali ini bisa di slesaikan dengan adanya konseling yang dilakukan
berbagai pihak dalam membantu menyelesaikan masalah kehamilannya,
salah satunya konseling dengan dokter, bidan maupun keluarga.
5. Hormone replacement therapy (HRT)
Populasi global di abad ke-21 telah mencapai 6,2 miliar orang,
pada tahun 2025 itu berada di sekitar 8,3-8,5 miliar dan akan meningkat
lebih lanjut. orang tua diperkirakan akan tumbuh pesat dibandingkan
kelompok lain. Peningkatan tercepat pada populasi lanjut usia akan
berlangsung di Asia. harapan hidup terus meningkat di seluruh negara-
negara maju dan berkembang. Bagi banyak wanita menopause,
meningkatkan harapan hidup akan didampingi oleh banyak masalah
kesehatan. Konsekuensi dari kekurangan estrogen adalah gejala
menopause.
Pengobatan keluhan menopause terkait dan penyakit menjadi
masalah sosial ekonomi dan medis penting. gejala jangka panjang,
seperti peningkatan patah tulang osteoporosis, cardio dan
serebrovaskular disesses dan demensia, menciptakan beban keuangan
yang besar pada individu dan masyarakat. Semua masalah kesehatan ini
dapat lreated atau dicegah dengan terapi penggantian hormon (HRT).
HRT alami biasanya prefened. estrogen sintetis dalam kontrasepsi oral
(oc) tidak dianjurkan untuk HRT. Banyak kontra-indikasi untuk oc, tapi
sekarang sudah banyak usedfor HRT.
Alasan utama untuk menghentikan HRT adalah perdarahan yang
tidak diinginkan, takut kanker, dan efek samping negatif. Sampai saat ini
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 47
ada perdebatan ambang tentang rebrtonship antara HRT dan kejadian
kanker payudara. Banyak data menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang jelas antara penggunaan HRT dan kanker payudara.
6. Pelvic inflammatory diseases
Penyakit Radang Panggul (PRP) merupakan infeksi genitalia wanita
tuba/ovarium) diserang oleh mikroorganisme patogen, biasanya bakteri
yangmultiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan. Bakteri
yang biasa menyebabkan PRP adalah Neisseria gonorrhea (N.
gonorrhea) dan Chlamydia trachomatis (C. trachomatis) dapat pula oleh
organisme lain yang menyebabkan vaginosis bacteria.
Faktor resiko pelvic inflammatory disease ini adalah:
a. Usia produktif
b. Jumlah pasangan seksual
c. Penyakit menular seksual
d. Pemakaian AKDR
Pencegahan pelvic inflammatory disease :
a. Peningkatan edukasi masyarakat, penapisan rutin, diagnosis dini,
serta penanganan yang tepat terhadap infeksi chlamidya.
b. Adanya program penapisan penyakit menular seksual dapat
mencegah terjadinya PID pada wanita, mengadakan penapisan
terhadap pria perlu dilakukan untuk mencegah penularan kepada
wanita.
c. Pasien yang telah didiagnosa dengan PID atau penyakit menular
seksual harus diterapi hingga tuntas, dan terapi juga dilakukan
terhadap pasangannya untuk mencegah penularan kembali.
d. Semua wanita berusia 25 tahun keatas harus dilakukan penapisan
terhadap chlamidya tanpa memandang faktor fisik.
7. Radang genetalia
Radang pada genetalia eksterna meliputi bartolinitis, vaginitis dan
vulva vaginitis. Bartolinitis merupakan Infeksi pada kelenjar bartolin atau
bartolinitis juga dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin
luar wanita. Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya
disebabkan oleh : Virus (kondiloma akuminata dan herpes simpleks),
Jamur (kandida albikan), Protozoa ( amobiasis dan trikomoniasis) dan
Bakteri (neiseria gonore)
Vaginitis merupakan suatu peradangan pada lapisan vagina.
Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita).
Vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina. Penyebabnya
adalah Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus), Jamur (misalnya
kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil.
Vulvovaginitis adalah iritasi/inflamasi pada kulit daerah vulva dan
vagina. Iritasi ini dapat menyebabkan terjadinya: gatal-gatal (45-58%) di
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 48
sekitar daerah labia mayora (bibir vagina besar), labia minor (bibir vagina
kecil), dan daerah perineal (daerah perbatsan antara vagina dan
anus)kemerahan dan rasa seperti terbakar pada kulit (82%) rasa tidak
nyaman pada kulit terutama pada saat atau setelah buang air kecil
banyaknya lendir yang keluar dari vagina (62-92%).
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 49
ASUHAN KEBIDANAN PADA
PEREMPUAN YANG
BERKAITAN SISTEM
REPRODUKSI
Asuhan Kebidanan :
A. Seksualitas terhadap gender
B. Budaya terhadap gender
C. Diskriminasi gender
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
- BAGIAN vI -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 50
F. Asuhan kebidanan pada perempuan yang berkaitan dengan sistem
reproduksi dalam perspektif gender
Peran sosial dimana peran laki-laki dan perempuan ditentukan perbedaan
fungsi, perandan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil
konstruksi sosial yang dapat berubah atau diubah sesuai perubahan zaman
peran dan kedudukan sesorang yang dikonstrusikan oleh masyarakat. dan
budayanya karena sesorang lahir sebagai laki-laki atau perempuan. (WHO
1998)
Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai
berikut :
a. Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang,
menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik
untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula
disebut dengan peran di sector publik.
b. Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk
kegiatann yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia
dan pekerjaan urusan rumah tangga, seperti mengasuh anak,
memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga, menyetrika,
membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut juga
peran di sektor domestik.
c. Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk
berpartisipasi di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti
gotong-royong dalam menyelesaikan beragam pekerjaan yang
menyangkut kepentingan bersama.
d. Perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang
ditentukan secara sosial . Gender berhubungan dengan persepsi dan
pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan
laki-laki yang dibentuk masyarakat,bukan karena biolologis
1. Seksualitas terhadap gender
Seksualitas/jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis
(khususnya system reproduksi dan hormonal) diikuti dengan
karakteristik fisiologis tubuh yang menentukan seseorang adalah laki-
laki atau perempuan (Depkes RI, 2002:2).
Seksualitas/Jenis Kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis
yang mudah dilihat melalui cirri fisik primer dan secara sekunder yang
ada pada kaum laki-laki dan perempuan (Badan Pemberdayaan
Masyarakat, 2003).
- BAGIAN vI -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 51
Seksualitas/Jenis Kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang
ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu
(handayani, 2002 :4)
Seks adalah karakteritik genetic/fisiologis atau biologis seseorang
yang menunjukkan apakah dia seorang perempuan atau laki-laki
(WHO, 1998).
Seksualitas meliputi 5 area yaitu :
a. Sensualitas
Kenikmatan yang merupakan bentuk interaksi antara pikiran dan
tubuh. Umumnya sensualitas melibatkan panca indera (aroma,
rasa,penglihatan, pendengaran,sentuhan) dan otak (organ yang
paling kuat terkait dengan seks dalam fungsi fantasi, antisipasi,
memory, dan pengalaman).
b. Intiminasi
Ikatan emosional atau kedekatan dalam relasi interpersonal.
Biasanya mengandung unsur-unsur: kepercayaan, keterbukaan
diri, kelekatan dengan orang lain, kehangatan, kedekatan fisik, dan
saling menghargai.
c. Identitas
Peran jenis kelamin yang mengandung persan-pesan gender
perempuan dan laki-laki serta mitos-mitos (feminimitas dan
maskulinitas) serta orientasi seksual. Hal ini juga menyangkut
bagaimana seseorang menghayati peran jenis kelamin, hingga ia
mampu menerima diri dan mengembangkan diri sesuai dengan
peran jenis kelaminnya.
d. Lifecycle (lingkaran kehidupan)
Aspek biologis dari seksualitas yang terkait dengan anatomi dan
fisiologi organ seksual.
e. Exploitation (eksploitasi)
Unsur kontrol dan manipulasi terhadap seksualitas, seperti:
kekersan seksual, pornografi, pemerkosaan, dan pelecehan
seksual.
2. Budaya terhadap gender
a. Sebagian besar masyarakat banyak dianut kepercayaan yang
salah tentang apa arti menjadi seorang wanita, dengan akibat
yang berbahaya bagi kesehatan wanita
b. Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir,
berperasaan dan bertindak dengan pola-pola tertentu dengan
alasan hanya karena mereka dilahirkan sebagai wanita/pria.
Contohnya wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan,
membawa air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami.
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 52
Sedangkan pria bertugas memberikan kesejahteraan bagi
keluarga di masa tua serta melindungi keluarga dari ancaman.
c. Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin
tersebut, semuanya adalah hasil rekayasa masyarakat. Beberapa
kegiatan seperti menyiapkan makanan dan merawat anak adalah
dianggap sebagai “kegiatan wanita”.
d. Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain diseluruh
dunia, tergantung pada kebiasaan, hokum dan agama yang dianut
oleh masyarakat tersebut.
e. Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu
masyarakat, tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan
umurnya, contohnya : di dalam suatu masyarakat, wanita dari suku
tertentu biasanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga,
sedang wanita lain mempunyai pilihan yang lebih luas tentang
pekerjaan yang bisa mereka pegang.
f. Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke
anaknya. Sejak anak berusia muda, orang tua telah
memberlakukan anak perempuan dan laki-laki berbeda, meskipun
kadang tanpa mereka sadari.
3. Diskriminasi gender
Diskriminasi gender adalah ketidakadilan gender yang merupakan akibat
dari adanya system (struktur) social dimana salah satu jenis kelamin (laki-
laki atau perempuan) menjadi korban. Hal ini terjadi karena adanya
keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban
manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua belah
pihak, walaupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dialami oleh
perempuan.
Bentuk-bentuk ketidakadilan gender :
a. Marginalisasi (peminggiran)
Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi. Misalnya banyak
perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus,
baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang
didapatkan. Hal ini terjadi karena sangat sedikit perempuan yang
mendapatkan peluang pendidikan. Peminggiran dapat terjadi di
rumah, tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh negara yang
bersumber keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah,
maupun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan (teknologi).
b. Subordinasi
Anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu memimpin,
cengeng dan lain sebagainya, mengakibatkan perempuan jadi nomor
dua setelah laki-laki.
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 53
c. Stereotip (citra buruk)
Pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya perempuan yang
pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan berbagai sebutan
buruk lainnya.
d. Violence (kekerasan)
Serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling rentan
mengalami kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi,
subordinasi maupun stereotip diatas. Perkosaan, pelecehan seksual
atau perampokan contoh kekerasan paling banyak dialami
perempuan.
e. Beban kerja berlebihan
Tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan terus
menerus. Misalnya, seorang perempuan selain melayani suami
(seks), hamil, melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah.
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 54
PENUGASAN TERSTRUKTUR (2)
Tujuan Penugasan :
1. Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan kebidanan yang berkaitan
dengan seksualitas terhadap gender
2. Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan kebidanan yang berkaitan
dengan budaya terhadap gender
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan kebidanan yang berkaitan
dengan diskriminasi gender
Rancangan Penugasan :
1. Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok
membentuk struktur dan fungsi dari anggotanya.
2. Tugas dibuat dalam bentuk paper dengan memberikan asuhan pada
masing-masing contoh kasus yang diambil.
3. Tema “Asuhan Kebidanan pada Peremuan yang Berkaitan dengan Sistem
Reproduksi dalam Perspektif Gender”
Kelompok I : Seksualitas terhadap gender
Kelompok II : Seksualitas terhadap gender
Kelompok III : Budaya terhadap gender
Kelompok IV : Budaya terhadap gender
Kelompok V : Diskriminasi gender
Kelompok VI : Diskriminasi gender
4. Referensi berasal dari buku, jurnal, evidence based practice minimal 10
tahun terakhir dari buku, dan 5 tahun terakhir yang berasal dari jurnal
5. Batasan penulisan tugas terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Ketentuan penulisan dalam penyusunan tugas antara lain :
1. Tugas diketik dengan Font TIMES NEW ROMAN (TNR) berukuran 12,
dengan spasi 1,5
2. Setting ukuran kertas A4
3. Tugas dikumpul dapat bentuk file Words Document atau PDF
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 55
KONSEP PELAYANAN
KELUARGA BERENCANA
A. Sejarah KB di Indonesia
B. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan
KB di Indonesia
C. Organisasi KB di Indonesia
D. Program KB di Indonesia
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
- BAGIAN vII -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 56
G. Konsep Pelayanan Keluarga Berencana
1. Sejarah KB
Keluarga berencana sebagai salah satu usaha untuk mengatasi
masalah kependudukan, pada umumnya orang berpendapat bahwa ide
keluarga berencana tersebut adalah suatu hal yang baru. Pendapat yang
demikian ini adalah tidak benar, sebab keluarga berencana (yang
dimaksud disini mencegah kehamilan) sudah ada sejak jaman dahulu.
Memang di Indonesia adanya keluarga berencana masih baru (abad XX)
dibandingkan dengan negara-negara barat.
Dari uraian yang dikemukakan diatas timbullah pertanyaan
“kapankah terjadinya tanggal sejarah permulaan didudukkannya alat
kontrasepsi sebagai sarana yang bersifat medis dan dilandasi keilmuan
(ilmiah) ?
Sebagai jawaban dari pertanyaan diatas marilah kita ikuti uraian dibawah
ini :
a. Perintis KB di Inggris (Margareth Sanger)
Keluarga berencana mula-mula timbul dari kelompok orang-
orang yang menaruh perhatian kepada masalah KB, yaitu pada awal
abad XIX di Inggris, keluarga berencana mulai dibicarakan orang.
Pada masa abad XIX sebagian besar kaum pekerja buruh dikota-kota
besar di Inggris mengalami kesulitan dan keadaan hidupnya sangat
buruk. Mereka sangat kekurangan, miskin dan melarat. Hal ini
sebagai akibat dari adanya undang-undang perburuhan yang belum
sempurna, jaminan social buruh tidak mendapatkan perhatian dan
jam kerja buruh tidak dibatasi, sehinggga hal ini menambah keadaan
keluarga buruh sangat menderita. Disamping itu yang sangat
menyolok adanya waktu untuk istirahat dan rekreasi/ hiburan pada
buruh sama sekali hamper tidak ada. Salah satu hiburannya diwaktu
istirahat dirumah hanyalah bertemu keluarganya. Dengan kata lain
bahwa hiburan para buruh ketika itu satu-satunya hanyalah dengan
istri.
b. Pengalaman Margareth Sanger sebagai juru rawat
Sebagai seorang perawat kandungan, Margareth Sanger
banyak menjumpai keluarga-keluarga atau ibu-ibu yang menderita
hidupnya karena banyak/seringnya melahirkan. Salah satu
pengalamannya sebagai seorang perawat kandungan di Rumah Sakit
di New York adalah seperti dibawah ini :
- BAGIAN vII -
Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 57
1) Peristiwa Saddie Sachs
Pada tahun 1912 Margareth Sanger mendapat
pengalaman yang sangat berharga bagi dirinya. Waktu itu ia
menghadapi seorang ibu muda berumur 20 tahun yang bernama
Saddie Sachs. Karena adanya perasaan putus asa dalam
merasakan derita pahit getirnya kehidupan danjuga ketidak-
tahuannya. Saddie Sachs telah nekat melakukan pengguguran
kandungannya dengan paksa, sehingga ia harus dirawat dirumah
sakit selama beberapa hari. Atas perawatan dokter dan juru rawat
(termasuk Margareth Sanger), maka Saddie Sachs sembuh dan
dokter menganjurkan supaya ia jangan hamil lagi sebab bila hamil
lagi akan membahayakan jiwanya. Mendengar nasehat dokter
yang demikian itu Saddie Sachs menjadi bingung apa yang harus
dilakukan, padahal ia sudah tidak ingin hamil lagi. Suatu ketika
Saddie Sachs memberanikan diri bertanya kepada dokter yang
merawatnya mengenai bagaimana caranya agar supaya ia tidak
hamil lagi. Dengan nada sendau gurau dokter menjawab bahwa
Jack sachs (suami Saddie) disuruh tidur diatas atap. Mendegar
jawaban dari dokter tersebut ia merasa tidak puas, dan ia
bertanya kepada Margareth Sanger, tetapi saying Margareth
Sanger tidak dapat memenuhi permintaan serupa itu selain hanya
menghibur saja, karena memang ia sendiri tidak tahu apa yang
harus diperbuat. Tiga bulan kemudian suami Saddie Sachs
memanggil Margareth Sanger karena istrinya sakit kembali dan
dalam keadaan yang sangat kritis.
Ternyata penderitaan Saddie Sachs seperti yang lalu
bahkan lebih berat lagi, sehingga sebelum dokter datang
menolong, ia gugur/ meninggal dunia diatas pangkuan Margareth
Sanger sebagai akibat pengguguran kandungan yang disengaja
yang ia lakukan sendiri secara nekat. Dengan rasa sedih haru dan
kecewa Margareth Sanger menyampaikan kata-kata kepada
beberapa dokter yang sempat ia kumpulkan, lebih kurang
demikian : “wahai para dokter yang budiman, lihatlah dengan
penuh perhatian apa yang dipangkuan ini. Ia adalah seorang ibu,
seorang istri yang sah dari seorang suami. Ia telah menjadi korban
dari ketidak mengertian dari pihak suami maupun dari pihak
orang-orang yang lebih mengerti terutama anda sekalian para
dokter. Sebagai ibu mustahil ia akan melakukan perbuatan nekat
yang membahayakan jiwanya, apabila tidak dilandasi oleh suatu
motif yang kuat. Motif tersebut ialah ia tidak menghendaki suatu
kehamilan/ kelahiran yang ia tidak ingini. Hal ini ia telah
kemukakan pada waktu persalinan terdahulu, sebagai seorang
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

More Related Content

What's hot

Kesehatan Reproduksi dalam Bencana
Kesehatan Reproduksi dalam BencanaKesehatan Reproduksi dalam Bencana
Kesehatan Reproduksi dalam BencanaTriana Septianti
 
Konsep kebidanan komunitas
Konsep kebidanan komunitasKonsep kebidanan komunitas
Konsep kebidanan komunitasyessipriskila
 
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksipjj_kemenkes
 
Model Asuhan Kebidanan
Model Asuhan KebidananModel Asuhan Kebidanan
Model Asuhan Kebidananpjj_kemenkes
 
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,pjj_kemenkes
 
Upaya upaya promkes kebidanan
Upaya upaya promkes kebidananUpaya upaya promkes kebidanan
Upaya upaya promkes kebidananAzim Abdullah
 
Model dan nilai promosi kesehatan
Model dan nilai promosi kesehatanModel dan nilai promosi kesehatan
Model dan nilai promosi kesehatanom_wiez
 
komunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanan
komunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanankomunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanan
komunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidananDwi Pirang
 
KB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan
KB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi PerempuanKB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan
KB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuanpjj_kemenkes
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriWarnet Raha
 
Kie dan Konseling Pelayanan KB
Kie dan Konseling Pelayanan KBKie dan Konseling Pelayanan KB
Kie dan Konseling Pelayanan KBErlina Wati
 
1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidanadeputra93
 
Konsep Konseling dalam Asuhan Kebidanan
Konsep   Konseling   dalam    Asuhan   Kebidanan Konsep   Konseling   dalam    Asuhan   Kebidanan
Konsep Konseling dalam Asuhan Kebidanan pjj_kemenkes
 
TUGAS DAN WEWENANG BIDAN
TUGAS DAN WEWENANG BIDANTUGAS DAN WEWENANG BIDAN
TUGAS DAN WEWENANG BIDANrisdiana21
 
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidananCara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidananAprillia Indah Fajarwati
 
Etikolegal tanggung jawab dan tanggung gugat bidan
Etikolegal tanggung jawab dan tanggung gugat bidanEtikolegal tanggung jawab dan tanggung gugat bidan
Etikolegal tanggung jawab dan tanggung gugat bidanRina Septi Andriani
 

What's hot (20)

Kesehatan Reproduksi dalam Bencana
Kesehatan Reproduksi dalam BencanaKesehatan Reproduksi dalam Bencana
Kesehatan Reproduksi dalam Bencana
 
Konsep kebidanan komunitas
Konsep kebidanan komunitasKonsep kebidanan komunitas
Konsep kebidanan komunitas
 
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
 
Model Asuhan Kebidanan
Model Asuhan KebidananModel Asuhan Kebidanan
Model Asuhan Kebidanan
 
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
Modul 1 2 masalah kebidanan komunitas,
 
Konsep dasar nifas
Konsep dasar nifasKonsep dasar nifas
Konsep dasar nifas
 
Upaya upaya promkes kebidanan
Upaya upaya promkes kebidananUpaya upaya promkes kebidanan
Upaya upaya promkes kebidanan
 
Model dan nilai promosi kesehatan
Model dan nilai promosi kesehatanModel dan nilai promosi kesehatan
Model dan nilai promosi kesehatan
 
komunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanan
komunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanankomunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanan
komunikasi kebidanan - konsep konseling asuhan kebidanan
 
KB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan
KB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi PerempuanKB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan
KB 2 Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan
 
MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANAN
MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANANMUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANAN
MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANAN
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
 
Kie dan Konseling Pelayanan KB
Kie dan Konseling Pelayanan KBKie dan Konseling Pelayanan KB
Kie dan Konseling Pelayanan KB
 
Bidan sebagai social entrepreneur
Bidan  sebagai  social entrepreneurBidan  sebagai  social entrepreneur
Bidan sebagai social entrepreneur
 
1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan1. falsafah dan definisi bidan
1. falsafah dan definisi bidan
 
Konsep Konseling dalam Asuhan Kebidanan
Konsep   Konseling   dalam    Asuhan   Kebidanan Konsep   Konseling   dalam    Asuhan   Kebidanan
Konsep Konseling dalam Asuhan Kebidanan
 
TUGAS DAN WEWENANG BIDAN
TUGAS DAN WEWENANG BIDANTUGAS DAN WEWENANG BIDAN
TUGAS DAN WEWENANG BIDAN
 
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidananCara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
Cara cara pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
 
Kompetensi Bidan
Kompetensi BidanKompetensi Bidan
Kompetensi Bidan
 
Etikolegal tanggung jawab dan tanggung gugat bidan
Etikolegal tanggung jawab dan tanggung gugat bidanEtikolegal tanggung jawab dan tanggung gugat bidan
Etikolegal tanggung jawab dan tanggung gugat bidan
 

Similar to KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan ReproduksiKB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksipjj_kemenkes
 
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan GenderKB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Genderpjj_kemenkes
 
KONSEP KESPRO.pdf
KONSEP KESPRO.pdfKONSEP KESPRO.pdf
KONSEP KESPRO.pdfyunirifdah
 
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...pjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan ReproduksiKB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksipjj_kemenkes
 
30. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja.pdf
30. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja.pdf30. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja.pdf
30. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja.pdfAmsalSalomo
 
RPS KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdf
RPS  KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdfRPS  KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdf
RPS KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdfbidansiantarnim22
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kModul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kpjj_kemenkes
 
Pendekatan Siklus Kehidupan
Pendekatan Siklus Kehidupan Pendekatan Siklus Kehidupan
Pendekatan Siklus Kehidupan pjj_kemenkes
 
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptxSY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptxGabbyRachedia
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
8.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 18.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 1pjj_kemenkes
 
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
1-konsep-kesehatan-reproduksi.pptcuthafriska1
 

Similar to KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI (20)

KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan ReproduksiKB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
 
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan GenderKB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
 
KONSEP KESPRO.pdf
KONSEP KESPRO.pdfKONSEP KESPRO.pdf
KONSEP KESPRO.pdf
 
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
Makalah kesmas
Makalah kesmasMakalah kesmas
Makalah kesmas
 
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan ReproduksiKB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
 
30. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja.pdf
30. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja.pdf30. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja.pdf
30. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja.pdf
 
RPS KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdf
RPS  KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdfRPS  KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdf
RPS KESPRO-KB SEMT GENAP JAN 2024-0k.pdf
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
Makalah kesmas AKBID PARAMATA RAHA
Makalah kesmas AKBID PARAMATA RAHA Makalah kesmas AKBID PARAMATA RAHA
Makalah kesmas AKBID PARAMATA RAHA
 
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kModul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
 
Pendekatan Siklus Kehidupan
Pendekatan Siklus Kehidupan Pendekatan Siklus Kehidupan
Pendekatan Siklus Kehidupan
 
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptxSY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
8.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 18.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 1
 
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
 
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
1-konsep-kesehatan-reproduksi.ppt
 
PP-Kespro.pptx
PP-Kespro.pptxPP-Kespro.pptx
PP-Kespro.pptx
 
PP-Kespro.pptx
PP-Kespro.pptxPP-Kespro.pptx
PP-Kespro.pptx
 

More from Ayunina2

2 surat keputusan panitia lustrum i
2 surat keputusan panitia lustrum i2 surat keputusan panitia lustrum i
2 surat keputusan panitia lustrum iAyunina2
 
Sk pantia peresmian praktik klinik 2020
Sk pantia peresmian praktik klinik 2020Sk pantia peresmian praktik klinik 2020
Sk pantia peresmian praktik klinik 2020Ayunina2
 
Sk panitia yudisium
Sk panitia yudisium Sk panitia yudisium
Sk panitia yudisium Ayunina2
 
Rps anatomi 2019 2020 ganjil
Rps anatomi 2019 2020 ganjilRps anatomi 2019 2020 ganjil
Rps anatomi 2019 2020 ganjilAyunina2
 
Hogsi malang
Hogsi malangHogsi malang
Hogsi malangAyunina2
 
Poltiteknik aceh 2 skp
Poltiteknik aceh 2 skpPoltiteknik aceh 2 skp
Poltiteknik aceh 2 skpAyunina2
 
Komunikasi efektif masyarakat
Komunikasi efektif masyarakatKomunikasi efektif masyarakat
Komunikasi efektif masyarakatAyunina2
 
Keterampilan komunikasi informasi dan edukasi (kie)
Keterampilan komunikasi informasi dan edukasi (kie)Keterampilan komunikasi informasi dan edukasi (kie)
Keterampilan komunikasi informasi dan edukasi (kie)Ayunina2
 
Sel, jaringan, organ dan sistem organ
Sel, jaringan, organ dan sistem organSel, jaringan, organ dan sistem organ
Sel, jaringan, organ dan sistem organAyunina2
 
Asuhan kebidanan persalianan kala iv
Asuhan kebidanan persalianan kala ivAsuhan kebidanan persalianan kala iv
Asuhan kebidanan persalianan kala ivAyunina2
 
Anatomi sistem reproduksi
Anatomi sistem reproduksiAnatomi sistem reproduksi
Anatomi sistem reproduksiAyunina2
 
Rps anfis 2018 20200831 0001_organized
Rps anfis 2018 20200831 0001_organizedRps anfis 2018 20200831 0001_organized
Rps anfis 2018 20200831 0001_organizedAyunina2
 
Job sheet penanganan atonia uteri
Job sheet penanganan atonia uteriJob sheet penanganan atonia uteri
Job sheet penanganan atonia uteriAyunina2
 
Rps asuhan kebidanan persalinan dan bbl organized
Rps asuhan kebidanan persalinan dan bbl organizedRps asuhan kebidanan persalinan dan bbl organized
Rps asuhan kebidanan persalinan dan bbl organizedAyunina2
 
Job sheet PAP Smear dan IVA Test
Job sheet PAP Smear dan IVA TestJob sheet PAP Smear dan IVA Test
Job sheet PAP Smear dan IVA TestAyunina2
 
Isu isu kesehatan perempuan
Isu isu kesehatan perempuanIsu isu kesehatan perempuan
Isu isu kesehatan perempuanAyunina2
 
Gangguan pada kesehatan reproduksi
Gangguan pada kesehatan reproduksiGangguan pada kesehatan reproduksi
Gangguan pada kesehatan reproduksiAyunina2
 
Rps kesehatan perempuan dan perencana keluarga
Rps kesehatan perempuan dan perencana keluargaRps kesehatan perempuan dan perencana keluarga
Rps kesehatan perempuan dan perencana keluargaAyunina2
 
Surat tugas pengawas ukom
Surat tugas pengawas ukomSurat tugas pengawas ukom
Surat tugas pengawas ukomAyunina2
 
Surat tugas pkm penyuluhan kespro
Surat tugas pkm penyuluhan kesproSurat tugas pkm penyuluhan kespro
Surat tugas pkm penyuluhan kesproAyunina2
 

More from Ayunina2 (20)

2 surat keputusan panitia lustrum i
2 surat keputusan panitia lustrum i2 surat keputusan panitia lustrum i
2 surat keputusan panitia lustrum i
 
Sk pantia peresmian praktik klinik 2020
Sk pantia peresmian praktik klinik 2020Sk pantia peresmian praktik klinik 2020
Sk pantia peresmian praktik klinik 2020
 
Sk panitia yudisium
Sk panitia yudisium Sk panitia yudisium
Sk panitia yudisium
 
Rps anatomi 2019 2020 ganjil
Rps anatomi 2019 2020 ganjilRps anatomi 2019 2020 ganjil
Rps anatomi 2019 2020 ganjil
 
Hogsi malang
Hogsi malangHogsi malang
Hogsi malang
 
Poltiteknik aceh 2 skp
Poltiteknik aceh 2 skpPoltiteknik aceh 2 skp
Poltiteknik aceh 2 skp
 
Komunikasi efektif masyarakat
Komunikasi efektif masyarakatKomunikasi efektif masyarakat
Komunikasi efektif masyarakat
 
Keterampilan komunikasi informasi dan edukasi (kie)
Keterampilan komunikasi informasi dan edukasi (kie)Keterampilan komunikasi informasi dan edukasi (kie)
Keterampilan komunikasi informasi dan edukasi (kie)
 
Sel, jaringan, organ dan sistem organ
Sel, jaringan, organ dan sistem organSel, jaringan, organ dan sistem organ
Sel, jaringan, organ dan sistem organ
 
Asuhan kebidanan persalianan kala iv
Asuhan kebidanan persalianan kala ivAsuhan kebidanan persalianan kala iv
Asuhan kebidanan persalianan kala iv
 
Anatomi sistem reproduksi
Anatomi sistem reproduksiAnatomi sistem reproduksi
Anatomi sistem reproduksi
 
Rps anfis 2018 20200831 0001_organized
Rps anfis 2018 20200831 0001_organizedRps anfis 2018 20200831 0001_organized
Rps anfis 2018 20200831 0001_organized
 
Job sheet penanganan atonia uteri
Job sheet penanganan atonia uteriJob sheet penanganan atonia uteri
Job sheet penanganan atonia uteri
 
Rps asuhan kebidanan persalinan dan bbl organized
Rps asuhan kebidanan persalinan dan bbl organizedRps asuhan kebidanan persalinan dan bbl organized
Rps asuhan kebidanan persalinan dan bbl organized
 
Job sheet PAP Smear dan IVA Test
Job sheet PAP Smear dan IVA TestJob sheet PAP Smear dan IVA Test
Job sheet PAP Smear dan IVA Test
 
Isu isu kesehatan perempuan
Isu isu kesehatan perempuanIsu isu kesehatan perempuan
Isu isu kesehatan perempuan
 
Gangguan pada kesehatan reproduksi
Gangguan pada kesehatan reproduksiGangguan pada kesehatan reproduksi
Gangguan pada kesehatan reproduksi
 
Rps kesehatan perempuan dan perencana keluarga
Rps kesehatan perempuan dan perencana keluargaRps kesehatan perempuan dan perencana keluarga
Rps kesehatan perempuan dan perencana keluarga
 
Surat tugas pengawas ukom
Surat tugas pengawas ukomSurat tugas pengawas ukom
Surat tugas pengawas ukom
 
Surat tugas pkm penyuluhan kespro
Surat tugas pkm penyuluhan kesproSurat tugas pkm penyuluhan kespro
Surat tugas pkm penyuluhan kespro
 

Recently uploaded

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

  • 1. MODUL PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA Disusun Oleh: Ayu Nina Mirania, SST., M.Bmd Evi Yuniarti, SST., M.Kes
  • 2. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkahNya sehingga Modul Pembelajaran Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana ini dapat diselesaikan. Modul Pembelajaran Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana ini menjadi acuan dalam proses pembelajaran aktif bagi mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan. Kami berharap modul pembelajaran ini dapat mengantarkan mahasiswa mencapai kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan padsa mata kuliah Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu ruang lingkup kebidanan. Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna sehingga segala bentuk masukan yang kontruktif sangat diharapkan dalam pengembangan dan perbaikan modul ini di masa yang akan datang. Salam Sejahtera, dan Salam Charitas Palembang, Juli 2018 Penulis
  • 3. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana iii DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ............................................................................ i Kata Pengantar ............................................................................ ii Daftar Isi ........................................................................................ iii PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Deskripsi mata kuliah............................................. 1 B. Tujuan.................................................................... 1 C. Capaian Pembelajaran .......................................... 1 D. Sasaran ................................................................. 1 E. Bahan Kajian ......................................................... 2 F. Referensi................................................................ 2 BAGIAN I. Konsep Kesehatan Reproduksi ................................. 4 BAGIAN II. Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Perempuan ............................................................... 13 BAGIAN III. Isu-isu Kesehatan Perempuan................................... 20 BAGIAN IV. Masalah Kesehatan Reproduksi................................ 35 BAGIAN V. Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi......... 44 BAGIAN VI. Asuhan Kebidanan pada Perempuan Berkaitan Sistem Reproduksi .................................................... 50 BAGIAN VII. Konsep Pelayanan Keluarga Berencana................... 56 BAGIAN VIII. Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana ……. 66 BAGIAN IX. Dokumentasi Pelayanan KB …………………………. 93 ACUAN PUSTAKA 106
  • 4. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 1 PENDAHULUAN A. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini dibekali 2 sks Teori dan 2 sks Praktik. Mata kuliah ini memberikan kemampuan untuk memberikan asuhan pada kesehatan reproduksi dan pelayanan keluarga berencana dengan pendekatan manajemen kebidanan yang didasari konsep-konsep, sikap dan keterampilan. B. Tujuan Tujuan dari pembelajaran mata kuliah Askeb Nifas dan Menyusui ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar mampu memberikan asuhan pada kesehatan reproduksi dan pelayanan keluarga berencana dengan pendekatan manajemen kebidanan yang didasari konsep-konsep, sikap dan keterampilan. C. Capaian Pembelajaran Umum Mampu menguasai konsep kesehatan reproduksi dan pelayanan keluarga berencana dalam praktik kebidanan. Khusus 1. Menjelaskan konsep kesehatan reproduksi 2. Menjelaskan konsep gender dalam kesehatan reproduksi perempuan 3. Menjelaskan isu-isu kesehatan perempuan 4. Mendiskusikan masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi 5. Menjelaskan deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi 6. Menguraikan asuhan kebidanan pada perempuan yang berkaitan dengan sistem reproduksi dalam perspektif gender 7. Menjelaskan konsep pelayanan keluarga berencana 8. Menguraikan asuhan kebidanan pada keluarga berencana 9. Melakukan pendokumentasian pelayanan KB D. Sasaran Mahasiswi Program Studi DIII Kebidanan Tingkat II (Dua) Semester III (Tiga). E. Bahan Kajian 1. Konsep kesehatan reproduksi 2. Konsep gender dalam kesehatan reproduksi perempuan 3. Isu-isu kesehatan perempuan 4. Masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi
  • 5. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 2 5. Deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi 6. Asuhan kebidanan pada perempuan yang berkaitan dengan sistem reproduksi dalam perspektif gender 7. Konsep pelayanan keluarga berencana 8. Asuhan kebidanan pada keluarga berencana 9. Pendokumentasian pelayanan KB
  • 6. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 3 KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI 1. Definisi kesehatan reproduksi 2. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan 3. Hak-hak reproduksi PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN - BAGIAN I -
  • 7. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 4 A. Konsep kesehatan reproduksi 1. Definisi kesehatan reproduksi Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia. Menurut BKKBN, (2001), defenisi kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut ICPD (1994) kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang terkait dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi. Menurut Drs. Syaifuddin kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan perempuan yang khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan ovarium menghasilkan sel kelamin perempuan. Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal. Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial,yang berkaitan dengan alat, - BAGIAN I -
  • 8. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 5 fungsi serta proses reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari penyakit,melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum menikah dan sesudah menikah. 2. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir sampai mati. Pelaksanaan kesehatan reproduksi menggunakan pendekatan siklus hidup (life cycle approach) agar di peroleh sasaran yang pasti dan komponen pelayanan yang jelas serta dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan dengan bertumpu pada program pelayanan yang tersedia. Dalam pendekatan siklus hidup di kenal lima tahap,beberapa pelayanan kesehatan reproduksi dapat di berikan pada tiap tahapan berikut ini : a. Konsepsi 1) Perlakuan sama terhadap janin laki-laki atau perempuan 2) Pelayanan antenatal, persalinan, dan nifas yang aman serta pelayanan bayi baru lahir b. Bayi dan anak 1) ASI eksklusif dan penyapihan yang layak 2) Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang 3) Imunisasi, manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dan manajemen terpadu bayi muda (MTBM) d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan e. Pendidikan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama pada laki-laki dan perempuan c. Remaja 1) Gizi seimbang 2) Informasi tentang kesehatan reproduksi 3) Pencegahan kekerasan sosial 4) Pencegahan terhadap ketergantungan narkotik, psikotropika, dan zat adiktif 5) Perkawinan pada usia yang wajar 6) Pendidikan dan peningkatan keterampilan 7) Peningkatan penghargaan diri 8) Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman d. Usia subur 1) Kehamilan dan persalinan yang aman
  • 9. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 6 2) Pencegahan kecacatan da kematian akibat kehamilan akibat kehamilan pada ibu dan bayi 3) Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi atau KB 4) Pencegahan erhadap PMS atau HIV/AIDS 5) Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas 6) Pencegahan penanggulangan masalah aborsi secara rasional 7) Deteksi dini kanker payudara dan leher Rahim 8) Pencegahan dan manajemen infertilitas e. Usia lanjut 1) Perhatian terhadap menopause/andropause 2) Perhatian penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan morbilin dan esteoporosis 3) Deteksi dini kanker rahim dan kanker prostat Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi : a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir b. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) termasuk PMS HIV / AIDS. c. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi. d. Kesehatan reproduksi remaja. e. Pencegahan dan penanganan infertilitas. f. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis. g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi genital, fistula, dll. Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan berbagai organ reproduksi mulai dari sejak kandungan, bayi, remaja, wanita usia subur, klimakterium, menopause hingga meninggal. Kondisi kesehatan seorang ibu hamil mempengaruhi pada kondisi bayi yang dilahirkannya, termasuk didalamnya kondisi kesehatan organ- organ reproduksi bayinya. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk pada saat pertama anak perempuan mengalami haid/menarche yang bisa beresiko timbulnya anemia, perilaku seksual yang mana bila kurang pengetahuan dapat tertular penyakit hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Selain itu juga menyangkut kehidupan remaja memasuki masa perkawinan. Remaja yang menginjak masa dewasa bila kurang pengetahuan dapat mengakibatkan risiko kehamilan muda yang mana mempunyai risiko terhadap kesehatan ibu hamil dan janinnya. Selain hal tersebut di atas, ICPD juga menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi juga mengimplikasikan seseorang berhak atas kehidupan seksual yang memuaskan dan aman. Seseorang berhak terbebas dari kemungkinan tertulari penyakit infeksi
  • 10. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 7 menular seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi organ reproduksi, dan terbebas dari paksaan. Hubungan seksual dilakukan dengan memahami dan sesuai etika dan budaya yang berlaku. Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen Kesehatan RI dilaksanakan secara integratif memprioritaskan pada empat komponen kesehatan reproduksi yang menjadi masalah pokok di Indonesia yang disebut paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE), yaitu: 1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir. 2) Keluarga berencana. 3) Kesehatan reproduksi remaja. 4) Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk HIV/AIDS. 5) Sedangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK) terdiri dari PKRE ditambah kesehatan reproduksi pada usia lanjut. 3. Hak-hak reproduksi Sebelum tahun 1960, beberapa konsensus PBB tentang populasi tidak memfokuskan pada hak. Demikian pula dengan konvensi tentang perempuan, juga belum memberi penekanan pada Hak Asasi Manusia atau isu yang mempedulikan reproduksi dan seksualitas. Pada konferensi Hak Asasi Manusia I yang diselenggarakan di Teheran tahun 1960, mulai menyebutkan adanya hak untuk menentukan jumlah dan jarak anak. Konferensi Hak Asasi Manusia II pada tahu 1993 di Viena mulai membuat tahapan mengenai hasil konvensi di Kairo dan Beijing yang menegaskan bahwa hak perempuan adalah Hak Asasi Manusia yang memangkas semua bentuk diskriminasi berdasarkan seks harus menjadi prioritas pemerintah. Dari konvensi ini akhirnya perempuan mempunyai hak untuk menikmati standar tertinggi dari kesehatan fisik dan psikis sepanjang kehidupan. Termasuk hak untuk akses dan pelayanan kesehatan yang adekuat. Ada beberapa hak yang di gunakan untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan gender dalam kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual. a. Pengertian Hak-hak reproduksi merupakan hak asasi manusia. Baik ICPD 1994 di Kairo maupun FWCW 1995 di Beijing mengakui hak-hak reproduksi sebagai bagian yang tak terpisahkan dan mendasar dari kesehatan reproduksi dan seksual (Cottingham dkk, 2001). Pemenuhan hak-hak reproduksi merupakan bentuk perlindungan bagi setiap individu, serta prakondisi untuk memperoleh hak-hak lainnya tanpa diskriminasi. Hak-hak reproduksi mengawasi
  • 11. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 8 pemerintah dalam mematuhi dokumen-dokumen HAM. Misalnya, tidak terpenuhinya hak atas pendidikan, pelayanan kesehatan dan social yang menyebabkan kematian ibu. Hak-hak reproduksi berarti pasangan dan individu berhak untuk memutuskan apakah dan kapan mereka ingin memiliki anak tanpa diskriminasi, paksaan dan kekerasan. Hak-hak reproduksi berlaku untuk semua perempuan dan laki-laki dewasa, tanpa memandang status kewarganegaraan. Mereka berhak untuk mengetahui tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi, serta pelayanannya, termasuk pengaturan kesuburan (Wallstam, 1997). Konsep informed choice (pilihan berdasarkan informasi) pada pelayanan KB merupakan contoh penerapan hak-hak reproduksi, karena mencerminkan kebutuhan klien sesuai dengan keinginan dan nilai-nilai yang dianutnya. Perempuan berhak memutuskan apakah dia menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi; dan jika iya, metode atau prosedur apa yang dipilih dan didapatkannya. Informed choice dalam pelayanan KB mencakup apakah perempuan ingin mencegah kehamilan, menjarangkan atau menunda kelahiran; jika ingin memakai kontrasepsi, metode apa yang dipilih; apakah ingin meneruskan atau berganti metode KB. Konsep informed choice merujuk kepada keputusan klien untuk dirinya sendiri, berdasarkan akses dan pemahaman menyeluruh atas semua informasi yang terkait dengan pelayanan tersebut. Di Indonesia, seringkali hukum dan kebijakan tidak berpihak pada perempuan. Seperti halnya Undang-undang No. 10 tahun 1992,perlunya izin tertulis dari suami untuk pemasangan IUD. Begitu juga dengan Undang-undang Perkawinan Nomor 1/1974 juga tidak memberikan perlindungan kepada hak-hak reproduksi perempuan; Ayat (4) pada Undang-undang ini mengijinkan suami untuk memiliki lebih dari satu istri bila istrinya tidak dapat hamil, padahal tidak terjadinya kehamilan kehamilan belum tentu akibat kemandulan istri. b. Hak-hak reproduksi dan seksual Piagam IPPF tentang hak-hak reproduksi dan seksual : 1) Hak untuk hidup; 2) Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan; 3) Hak atas kesetaraan, dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi; 4) Hak privasi; 5) Hak kebebasan berpikir; 6) Hak atas informasi dan edukasi; 7) Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan merencanakan sebuah keluarga;
  • 12. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 9 8) Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak; 9) Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan; 10) Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan; 11) Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik; dan 12) Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan. Menurut kesepakatan dalam konferensi internasioal kependudukan dan pembangunan, bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi: 1) Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi. 2) Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi 3) Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi. 4) Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan. 5) Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak. 6) Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. 7) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual. 8) Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. 9) Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya. 10) Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga. 11) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi. 12) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi perlu dilakukan : (1) promosi hak-hak reproduksi, (2) advokasi hak-hak reproduksi, (3) KIE hak-hak reproduksi, (4) sistem pelayanan hak-hak reproduksi. Indikator terpenuhinya atau tidak terpenuhinya hak reproduksi digambarkan dalam derajat kesehatan reproduksi masyarakat yang ditunjukkan dengan beberapa komponen berikut : 1) Angka kematian ibu/AKI (makin tinggi AKI semakin rendah derajat kesehatan reproduksi 2) Angka kematian bayi/AKB (makin tinggi AKB makin rendah derajat kesehatan reproduksi
  • 13. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 10 3) Angka cakupan pelayanan KB dan patisipasi laki-laki dalam keluarga berencana (makin rendah angka cakupan pelayanan KB, makin rendah kesehatan reproduksi) 4) Jumlah ibu hamil dengan 4T terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak kehamilan, dan terlalu banyak anak (makin tinggi jumlah ibu hamil dengan 4T, makin rendah derajat kesehatan reproduksi) 5) Jumlah perempuan atau ibu hamil dengan masalah kesehatan terutama anemia dan kurang energi kronis (semakin tinggi tingkat anemia dan energi kronis, semakin rendah derajat kesehatan reproduksi) 6) Perlindungan bagi perempuan terhadap penularan penyakit menular seksual/PMS (makin rendah perlindungan bagi perempuan, makin rendah derajat kesehatan reproduksi) 7) Pemahaman laki-laki terhadap upaya pencegahan dan penularan PMS (makin rendah pemahaman PMS laki-laki makin rendah derajat kesehatan reproduksi).
  • 14. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 11 EVALUASI I 1. Kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya adalah pengertian kespro menurut… a. WHO b. Menurut Depkes RI c. Ida Bagus Gde Manuaba d. ICPD e. Benar semua 2. Suatu keadaan kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan perempuan yang khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan ovarium menghasilkan sel kelamin perempuan adalah pengertian kesehatan reproduksi menurut… a. WHO b. Menurut Depkes RI c. Ida Bagus Gde Manuaba d. ICPD e. Salah semua 3. Piagam IPPF Tentang Hak-Hak Reproduksi dan Seksual meliputi… 1. Hak untuk hidup 2. Hak untuk tidak mendapatkan kebebasan dan keamanan 3. Hak atas kesetaraan, dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi 4. Hak privasi 4. Hak-hak reproduksi bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi… a. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR) termasuk PMS-HIV/AIDS b. Untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual c. Pencegahan dan penanganan infertilitas d. Promosi hak-hak reproduksi e. Penerapan pelayanan kespro 5. Dukungan para tokoh sangat mampu memperlancar terciptanya pemenuhan hak-hak reproduksi merupakan wujud pemenuhan hak-hak reproduksi di dalam… a. Promosi hak-hak reproduksi b. KIE hak-hak reproduksi c. Sistem pelayanan hak-hak reproduksi d. Advokasi hak-hak reproduksi e. Tujuan dari program reproduksi
  • 15. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 12 KONSEP GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN 1. Seksualitas dan gender 2. Budaya yang berpengaruh terhadap gender 3. Diskriminasi gender PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN - BAGIAN II -
  • 16. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 13 B. Konsep gender dalam kesehatan reproduksi perempuan 1. Seksualitas dan gender a. Gender Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab JINSIYYUN yang kemudian di adopsi dalam bahasa perancis dan inggris menjadi Gender. Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat istiadat (Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003) Gender merupakan Peran sosial dimana peran laki-laki dan perempuan ditentukan perbedaan fungsi, perbedaan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat berubah atau diubah sesuai perubahan zaman peran dan kedudukan sesorang yang dikonstrusikan oleh masyarakat. dan budayanya karena seseorang lahir sebagai laki-laki atau perempuan. (WHO 1998). Gender adalah suatu konsep budaya yang berupaya untuk membuat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional. Gender adalah peran dan kedudukan seseorang yang dikonstruksikan oleh budaya karena seseorang lahir sebagai perempuan atau lahir sebagai laki-laki. Contoh : Sudah menjadi pemahaman bahwa laki-laki itu akan menjadi kepala keluarga, pencari nafkah, menjadi orang yang menentukan bagi perempuan. Seseorang yang lahir sebagai perempuan, akan menjadi ibu rumah tangga, sebagai istri, sebagai orang yang dilindungi, orang yang lemah, irasional, dan emosional. Jenis peran gender ada tiga jenis, sebagai berikut : 1) Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran di sector publik. 2) Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatann yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga, seperti mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga, menyetrika, membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut juga peran di sektor domestik. - BAGIAN II -
  • 17. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 14 3) Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam menyelesaikan beragam pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama. Perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara sosial. Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat,bukan karena biolologis. b. Seksualitas Seksualitas atau jenis kelamin terdiri dari perempuan dan laki-laki yang telah ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu tidak dapat ditukar atau diubah. Ketentuan ini berlaku sejak dahulu kala, sekarang dan berlaku selamanya. Ada berbagai pendapat mengenai definisi dari seksualitas, diantaranya yaitu: Seksualitas atau jenis kelamin adalah karakteristik biologis- anatomis (khususnya sistem reproduksi dan hormonal), diikuti dengan karakteristik fisiologi tubuh, yang menentukan seseorang adalah laki-laki atau perempuan (DepKes RI, 2002:2) Seksualitas/jenis kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis, yang mudah dilihat melalui ciri fisik primer dan secara sekunder yang ada pada kaum laki-laki dan perempuan (Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003) Seksualitas/jenis kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu (Handayani,2002:4) Seks adalah karakteristik genetik/fisiologis atau biologis seseorang yang menunjukkan apakah dia seorang perempuan atau laki-laki (WHO, 1998). 2. Budaya yang mempengaruhi gender a. Sebagian besar masyarakat banyak dianut kepercayaan yang salah tentang apa arti menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita. b. Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir, berperasaan dan bertindak dengan pola-pola tertentu dengan alasan hanya karena mereka dilahirkan sebagai wanita/pria. Contohnya wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan, membawa air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami. Sedangkan pria bertugas memberikan kesejahteraan bagi keluarga di masa tua serta melindungi keluarga dari ancaman. c. Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin tersebut, semuanya adalah hasil rekayasa masyarakat. Beberapa
  • 18. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 15 kegiatan seperti menyiapkan makanan dan merawat anak adalah dianggap sebagai “kegiatan wanita”. d. Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain diseluruh dunia, tergantung pada kebiasaan, hokum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut. e. Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu masyarakat, tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan umurnya, contohnya : di dalam suatu masyarakat, wanita dari suku tertentu biasanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga, sedang wanita lain mempunyai pilihan yang lebih luas tentang pekerjaan yang bisa mereka pegang. f. Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anaknya. Sejak anak berusia muda, orang tua telah memberlakukan anak perempuan dan laki-laki berbeda, meskipun kadang tanpa mereka sadari. 3. Diskriminasi Gender Diskriminasi gender adalah ketidakadilan gender yang merupakan akibat dari adanya system (struktur) social dimana salah satu jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) menjadi korban. Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua belah pihak, walaupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan. Diskriminasi gender diartikan oleh Volart (2004, h.1) adalah pembedaan yang dilakukan oleh individu atau komunitas tertentu yang didasarkan pada jenis kelamin, diskriminasi gender pada umumnya memberatkan posisi jenis kelamin perempuan dimana pembedaan ini didasarkan pada pandangan atau persepsi bahwa perempuan memiliki status dan kemampuan yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Volart (2004, h.4) menguraikan diskriminasi gender menjadi dua tipe, yaitu : a. Tipe diskriminasi gender secara sosial. Tipe diskriminasi ini berdasarkan stigma sosial tertentu yang memberikan label bahwa perempuan memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah serta kurang berkompeten dibandingkan laki-laki sehingga ada pembatasan atas akses terhadap posisi tertentu. b. Tipe diskriminasi gender secara akses sumber daya Tipe diskriminasi ini membedakan akses atau jalan masuk terhadap sumber-sumber daya yang ada di organisasi sepertipromosi, wewenang dan lain sebagainya.
  • 19. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 16 Berbagai macam diskriminasi yang terjadi pada perempuan, antara lain : a. Marginalisasi (peminggiran) Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi. Misalnya banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus, baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang didapatkan. Hal ini terjadi karena sangat sedikit perempuan yang mendapatkan peluang pendidikan. Peminggiran dapat terjadi di rumah, tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh negara yang bersumber keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah, maupun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan (teknologi). b. Subordinasi (penomorduaan) Subordinasi merupakan penempatan kaum tertentu (perempuan) pada posisi yang tidak penting. Subordinasi yaitu anggapan bahwa perempuan adalah kaum yang irrasional atau emosional, perempuan lemah cengeng dan lain sebagainya sehingga kaum perempuantidak cakap dalam memimpin. Mengakibatkan perempuan jadi nomor dua setelah laki-laki. c. Stereotip (citra buruk) Stereotipe adalah penandaan terhadap kaum tertentu. Akan tetapi pada permasalahan gender, stereotipe lebih mengarah pada penandaan yang bersifat negatif terhadap perempuan. Hal ini terjadi karena pemahaman yang seringkali keliru terhadap posisi perempuan. Stereotip yaitu pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya perempuan yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan berbagai sebutan buruk lainnya. d. Violence (kekerasan) Violence yaitu serangan fisik dan integritas mental psikologi seseorang (psikis). Kekerasan karena gender disebut “gender related violence”. Perempuan yaitu pihak paling rentan mengalami kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi, subordinasi maupun stereotip diatas. Pemerkosaan, pelecehan seksual, serangan fisik, kekerasan dalam pelacuran dan pornografi, perampokan dan lain sebagainya merupakan contoh kekerasanyang paling banyak dialami perempuan. e. Beban kerja ganda (double burden) Disebut juga dengan beban berlebihan, yaitu tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan terus menerus. Misalnya, seorang perempuan selain melayani suami (seks), hamil, melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah. Disamping itu, kadang ia juga ikut mencari nafkah (di rumah), dimana hal
  • 20. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 17 tersebut tidak berarti menghilangkan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang perempuan.
  • 21. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 18 EVALUASI II 1. Budaya yang mempengaruhi gender antara lain… a. Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir, berperasaan dan bertindak dengan pola-pola tertentu dengan alasan hanya karena mereka dilahirkan sebagai wanita/pria. b. Turun temurun c. Pola pikir masyarakat d. Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu masyarakat, tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan umurnya. 2. Ketidakadilan gender yang merupakan akibat dari adanya system social dimana salah satu jenis kelamin menjadi korban adalah pengertian dari… a. Gender b. Budaya yang mempengaruhi gender c. Hak – hak gender d. Diskriminasi budaya e. Diskriminasi gender 3. Ada berapa tipe diskriminasi menurut Volart… a. 2 b. 3 c. 4 d. 5 e. Semua salah 4. Macam –macam diskriminasi pada perempuan kecuali… a. Marginalisasi b. Violence c. Sterotipe d. Beban kerja ganda e. Subkontinuitas 5. Penempatan kaum tertentu (perempuan) pada posisi yang tidak penting disebut dengan diskriminasi… a. Marginalisasi b. Violence c. Subordinasi d. Beban kerja ganda e. Subkontinuitas
  • 22. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 19 ISU-ISU KESEHATAN PEREMPUAN 1. Menopause 2. Sindrom pra menstruasi 3. Kesehatan seksual 4. Isu kontinensia 5. Masalah ginekologis 6. Perawatan dan pengobatan praktis yang dibutuhkan wanita ketika sakit atau memerlukan pembedahan 7. Skrining payudara serta gangguan payudara 8. Skrining serviks PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN - BAGIAN III -
  • 23. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 20 C. Isu-isu kesehatan perempuan 1. Menopause Menurut Pakasi (1996) menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus (rahim) yang masih dipengaruhi oleh hormon. Sedangkan menurut Depkes RI (2001) menopause adalah keadaan pada seorang perempaun yang mengalami penurunan fungsi indung telur yang berakibat menurunnya produksi hormon estrogen. Keadaan ini antara lain mengakibatkan terhentinya haid untuk selamanya. Usia perempaun yang memasuki masa menopause berkisar antara 45 – 55 tahun. Sedangkan menurut Rachman dalam Kasdu (2003) usia perempuan yang memasuki menopause terjadi pada umur 48-50 tahun. Menopause adalah keadaan pada seorang wanita yang mengalami penurunan fungsi indung telur, yang berakibat menurunnya produksi hormon estrogen. Keadaan ini antara lain mengakibatkan terhentinya haid untuk selamanya (mati haid), Umur menopause pada wanita Indonesia sekitar 49 tahun pada tahun 2000 dari semula 46 tahun pada tahun 1980. Biasanya sejak wanita berusia di atas 40 tahun, Haid sudah tidak teratur dan siklus haid seringkali terjadi tanpa pengeluaran sel telur (ovulasi), Dengan dem'kian, seorang wanita pada usia 40-tahunan sering dikatakan tidak subur lagi, dan kecil kemungkinannya untuk hamil. Bila terjadi kehamilan pada usia tersebut kemungkinannya akan lebih besar untuk memperoleh anak yang cacat atau dengan kualitas yang kurang baik. Sejak 4-5 tahun sebelum menopause, yang disebut klimakterium, wanita akan merasakan perubahan dalam tubuh. Perubahan atau gejala yang timbul tidak sama, dan belum tentu dialami oleh setiap wanita. Berat ringannya gejala yang timbul dapat berbeda-beda tergantung dari faktor budaya, tingkat pendidikan, lingkungan dan genetik. Dampak negatif yang terjadi akibat penurunan fungsi indung telur adalah dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang. Masalah kesehatan Jangka pendek yang terjadi akibat menopause dapat berupa : a. Rasa panas di dada yang menjalar kearah wajah, sering disebut hot flush Gejala ini sering timbul pada malam hari, sehingga menyebabkan terbangun dari tidur. Gejala ini terjadi dalam hitungan menit tapi - BAGIAN III -
  • 24. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 21 kadang-kadang dapat sampai 1 jam. Pada saat terjadi gejolak panas, warna kulit menjadi kemerahan di sekitar dada, leher dan wajah, dan terasa sedikit hangat pada perabaan. Gejala ini akan berkurang bila udara dingin, sedangkan dalam keadaan stres psikis akan timbul lebih sering dan sangat mengganggu. Rasa panas ini akan semakin berkurang dan menghilang setelah 4-5 tahun pasca menopause. b. Gangguan psikologis Penurunan hormon estrogen pada wanita juga dapat mengakibatkan gangguan psikologis berupa depresi, mudah tersinggung, mudah marah, kurang percaya diri, sukar berkonsentrasi, perubahan perilaku, menurunnya daya ingat, dan kehilangan gairah seksual. c. Kelainan kulit, rambut, gigi, dan keluhan sendi/tulang Kehilangan jaringan penunjang atau kolagen pada wanita menopause akan mengakibatkan kulit menjadi tipis, kering dan keriput, rambut tipis dan kering, serta mudah rontok, gigi mudah goyang dan gusi mudah berdarah, bibir menjadi pecah-pecah dan rasa sakit serta ngilu pada daerah persendian. d. Gangguan mata Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang. e. Gangguan saluran kemih dan alat kelamin Wanita menopause antara lain sering tidak dapat menahan kencing dan mudah menderita infeksi saluran kencing. Vagina akan terasa kering. Gatal, mudah luka, sering keputihan, nyeri pada senggama, atau perdarahan pasca senggama. Berkurangnya hormon estrogen pada wanita menopause mungkin menyebabkan berbagai keluhan/akibat jangka panjang sebagai berikut : a. Osteoporosis Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar hormon estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Umumnya osteoporosis terjadi pada tulang yang berongga, yaitu tulang belakang, leher, paha, panggul, dan lengan bawah. Osteoporosis dapat dipercepat oleh kekurangan kalsium, sinar matahari, aktivitas fisik dan olahraga; kurang gizi, kelainan kelenjar gondok (hipertiroid), merokok, minum alkohol, dan penggunaan kortiseroid, misalnya pada penderita asma, lupus. b. Penyakit jantung coroner Kadar estrogen yang oukup mampu melindungi wanita dari penyaklit jantung koroner. Berkurangnya hormon estrogen dapat
  • 25. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 22 menurunkan kadar kolesterol baik (HDL High density Lipoprotein) dan meningkatnya kolesterol tidak baik (LDL Low density Lipoprotein), yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner pada wanita. c. Kepikunan Kekurangan hormon estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat atau otak. Penurunan hormon estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat atau otak. Penurunan hormon estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, kehilangan ingatan akan peristiwa jangka pendek, sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada kepikunan tipe Alzheimer. Penyakit kepikunan Alzheimer dapat terjadi bila kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi faktor keturunan serta proses penuaan. 2. Sindrom pra menstruasi Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita Biasanya gejala tersebut terjadi secara regular pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Pada sebagian wanita antara usia 20 hingga 35 tahun, sindrom pra menstruasi dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka beristirahat dari aktivitas sehari-hari, seperti sekolah atau bekerja. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS, seperti berikut ini : a. Wanita yang pernah melahirkan PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. b. Status perkawinan Wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum menikah. c. Usia PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun. d. Stress Faktor stres memperberat gangguan PMS. e. Diet Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala PMS. f. Kekurangan zat gizi
  • 26. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 23 Kekurangan vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat, kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS. g. Kegiatan fisik Kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS. Tipe dan gejala PMS : Tipe dan gejalanya Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Berikut gejala-gejala yang timbul sesuai tipe PMS masing-masing : a. Sindrom premenstruasi tipe A Sindrom premenstruasi tipe A (Anxiety) ditandai dengan gejala seperti cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa perempuan mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: Hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa penelitian mengatakan, penderita sindrom premenstruasi tipe A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi. b. Sindrom premenstruasi tipe H Sindrom premenstruasi tipe H (Hyperhydration) memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum menstruasi. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan diluar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari. c. Sindrom premenstruasi tipe C Sindrom premenstruasi tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran
  • 27. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 24 hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium. d. Sindrom premenstruasi tipe D Sindrom premenstruasi tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya sindrom premenstruasi tipe D berlangsung bersamaan dengan sindrom premenstruasi tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe sindrom premenstruasi benar-benar murni tipe D. Sindrom premenstruasi tipe D disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus menstruasi terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogen. Kombinasi sindrom premenstruasi tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal ditubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan sindrom premenstruasi tipe D yang terjadi bersamaan dengan sindrom premenstruasi tipe A. 3. Kesehatan seksual Kesehatan seksual didefinisikan sebagai keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan seksualitas. Kesehatan seksual memerlukan adanya penghargaan terhadap seksualitas seseorang, termasuk dalam hal merasakan kenikmatan seksual dan hubungan seks yang aman tanpa paksaan dan kekerasan. Jadi seseorang bisa bilang bahwa dirinya sehat seksual jika bisa memilih pasangan seksual, merasakan kenikmatan seksual, dan terbebas dari risiko kehamilan yang tidak direncanakan dan infeksi menular seksual, dan bebas dari segala paksaan dan kekerasan. WHO mendefinisikan kesehatan seksual sebagai keadaan fisik, emosional, mental dan sosial terkait dengan seksualitas, bukan sekedar tidak adanya sakit, disfungsi atau disabilitas. 4. Isu kontinensia Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau social higine dan ekonomi.
  • 28. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 25 5. Masalah ginekologis a. Gangguan menstruasi Menstruasi merupakan peluruhan dinding rahim yang terdiri dari darah dan jaringan tubuh. Kejadian tersebut akan berlangsung tiap bulan dan merupakan suatu proses normal bagi perempuan pada umumnya b. Infeksi atau peradangan pada alat genital Radang atau infeksi pada alat-alat genital dapat timbul secara akut dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. c. Kanker kandungan d. Gangguan pada payudara (kanker payudara) e. Infertilitas Ketidaksuburan atau infertilitas atau kemandulan adalah suatu kondisi di mana pasangan suami-istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. f. Klimakterium Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun. 6. Skrining payudara serta gangguan payudara Skrining, dalam pengobatan, adalah strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi suatu penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu. Tidak seperti apa yang biasanya terjadi dalam kedokteran, tes skrining yang dilakukan pada orang tanpa tanda-tanda klinis penyakit. Skrining sama artinya dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder, mencakup pemeriksaan (tes) pada orang-orang yang belum mempunyai simptom-simptom penyakit untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau pada stadium praklinik. Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesunguhnya menderita suatu kelainan. Test skrining dapat dilakukan dengan pertanyaan (anamnesa), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
  • 29. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 26 Skrining untuk kanker payudara meliputi : a. Skrining di rumah Mudah, cepat, dan efektif, itulah yang bisa digambarkan tentang melakukan sendiri skrining di rumah. Anda sebaiknya melakukan skrining ini satu minggu setelah masa menstruasi berakhir. Caranya adalah dengan berbaring dan menaruh bantal pada sisi payudara yang akan Anda periksa. Posisi lengan diletakkan di belakang kepla, kemudian tekan gerakan memutar di sekitar payudara. Jika Anda merasakan sesuatu yang tidak wajar, bisa jadi itu adalah kanker. Kelainan bisa berbentuk benjolan yang agak keras dan tidak juga menghilang setelah dua kali siklus menstruasi. Jika benjolan tumbuh semakin besar dan puting mengalami pendarahan, segera hubungi dokter untuk penanganan yang lebih baik. b. Skrining dokter ampir sama seperti skrining yang Anda lakukan di rumah, skrining dokter dilakukan oleh dokter sama seperti yang Anda praktikkan di rumah. Bedanya adalah dokter lebih mengetahui apa yang mereka cari dan segera mendiagnosis jika menemukan kelainan yang terdapat pada payudara. c. Skrining mammogram Skrining mammogram menggunakan sinar X untuk memeriksa payudara. Skrining ini disarankan untuk dilakukan secara rutin oleh para wanita berusia di atas 40 tahun atau mereka yang memiliki sejarah keluarga kanker payudara. Macam-macam gangguan pada payudara : a. Kista Kista dapat tumbuh di hampir seluruh bagian tubuh, termasuk di payudara. Kista pada payudara merupakan kantung-kantung cairan Anda akan merasakan tanda-tanda yang biasanya muncul jika terjadi masalah ini, misalnya benjolan yang lembut, lunka dan halus seperti balon yang berisi air. Benjolan ini tergolong jinak dan biasanya dapat menimbulkan sakit. b. Fibroadenoma Fibroadenoma merupakan istilah untuk menyebut tumor jinak yang ada didalam payudara. Biasanya, bentuknya berupa jaringan ikat dan kelenjar. Jika Anda merabanya maka terasa ada benjolan pejal, bulat seperti karet, dan dapat berpindah-pindah. Umumnya, Fibroadenoma tidak menimbulkan rasa sakit. c. Penyumbatan saluran air susu Jangan khawatir dahulu jika Anda merasakan benjolan dipayudara sedangkan Anda sedang menyusui. Hal ini terjadi karena penyumbatan pada saluran yang membawa air susu ke puting payudara. Biasanya, benjolan semakin membengkak dan bisa timbul
  • 30. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 27 gejala infeksi. Pembengkakan berwarna kemerah-merahan dan terasa sakit. Keadaan ini sering membuat ibu sulit menyusui. Meskipun demikian, Anda perlu terus menyusui si kecil karena semakin sering menyusui maka penyumbatan lebih mudah menghilang. d. Pembengkakan payudara Menjelang menstruasi, setiap wanita pasti mengalami ganggua ini. Sering, benjolan-benjolan padat dan lembut menyertai payudara yang lebih tebal. Anda tidak perlu khawatir karena masalah ini biasanya hilang setelah menstruasi usai. bahkan, beberapa wanita tidak merasakannya lagi setelah darah menstruasi keluar. e. Kanker payudara Sebenarnya ada berbagai jenis kanker payudara. Namun, umumnya kanker dipayudara merupakan tumor ganas berupa benjolan yang cukup keras. Bentuknyasering tidak beraturan dan tidak bisa digerakan. Biasanya timbul rasa sakit dan terjadi perubahan pada payudara bagian luar, seperti warna kulit payudara menjadi lebih hitam, bentuk kulit menyerupai kulit jeruk, dan puting susu tampak ditarik ke dalam. f. Intraductal papilloma payudara Intraductal papiloma payudara merupakan jenis tumor yang sulit diraba dari luar. Anda dapat menemukan gejalanya jika melakukan penekanan disekitar payudara, yaitu keluarnya sedikit darah dari puting susu. Tidak mendeteksi kelainan ini mengingat letak tumor kadang-kadang sulit ditemukan, padahal pemeriksaan yang intensif dan cepat sangat menentukan suatu tumor dapat diatasi atau tidak. Oleh karena itu, jika Anda menemukan warna kemerahan atau cokelat di bra bagian puting, segera periksakan payudara Anda. g. Kistosarkoma Filloides Kistosarkoma filloides merupakan jenis fibroadenoma atau kanker jinak yang meliputi seluruh bagian payudara. Kadang, tumbuh sangat besar dan membuat penderitanya tidak menggendong payudaranya sendiri. Meskipun merupakan tumor jinak, tetapi bukan tidak mungkin tumor ini menjadi ganas sehingga perlu segera ditangani. Biasanya, tumor ini timbul di usia 35-40 tahun. Gejala yang muncul, seperti kulit diatas tumor meregang, menipis, dan mengilap dengan pembuluh- pembuluh darah yang melebar dan sedikit panas. 7. Skrining serviks Screening untuk memeriksa perubahan-perubahan leher rahim sebelum adanya gejala-gejala adalah sangat penting. Screening dapat membantu dokter mencari sel-sel abnormal sebelum kanker berkembang. Mencari dan merawat sel-sel abnormal dapat mencegah kebanyakan kanker leher
  • 31. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 28 rahim. Juga, screening dapat membantu mencari kanker dini, ketika perawatan kemungkinan menjadi efektif. a. Tes PAP smear Dokter-dokter merekomendasikan bahwa wanita-wanita membantu mengurangi risiko kanker leher rahim mereka dengan mempunyai tes-tes Pap secara teratur. Tes Pap (kadangkala disebut Pap smear atau cervical smear) adalah tes yang mudah untuk melihat sel-sel leher rahim. Untuk kebanyakan wanita-wanita, tesnya tidak menyakitkan. Tes Pap dilakukan di ruang praktek dokter atau klinik sewaktu pemeriksaan pelvik (pelvic). Dokter atau suster memarut/menggores satu contoh sel-sel leher rahim, dan kemudian mencoreng sel-sel itu pada sebuah kaca mikroskop. Pada tipe baru dari tes Pap (tes Pap yang berdasarkan pada cairan), sel-sel itu dibilas kedalam wadah cairan yang kecil. Sebuah mesin khusus menaruh sel-sel pada kaca-kaca mikroskop. Untuk kedua tipe dari tes PAP, laboratorium memeriksa sel-sel pada kaca mikroskop untuk kelainan-kelainan dibawah sebuah mikroskop. Tes-tes Pap dapat menemukan kanker leher rahim atau sel-sel abnormal yang dapat menjurus pada kanker leher rahim. Dokter- dokter secara umum merekomendasikan bahwa: 1) Wanita-wanita harus mulai mempunyai tes-tes Pap 3 tahun setelah mereka mulai mempunyai hubungan seksual, atau ketika mereka mencapai umur 21 tahun (yang mana saja yang datang lebih dahulu). 2) Kebanyakan wanita-wanita harus mempunyai tes Pap paling sedikit satu kali setiap 3 tahun. 3) Wanita-wanita berumur 65 sampai 70 tahun yang telah mempunyai paling sedikit tiga tes-tes Pap normal dan tidak ada tes-tes Pap abnormal dalam 10 tahun terakhir dapat memutuskan, setelah bicara dengan dokternya, untuk memberhentikan screening kanker leher rahim. 4) Wanita-wanita yang telah mempunyai hysterectomy (operasi) untuk mengangkat kandungan (uterus) dan leher rahim (cervix), juga disebut total hysterectomy, tidak perlu mempunyai screening kanker leher rahim. Bagaimanapun, jika operasi adalah perawatan untuk sel-sel sebelum bersifat kanker atau kanker, wanita -wanita itu harus terus menerus menjalankan screening. b. IVA test Pengobatan kanker serviks pada stadium lebih dini, hasilnya lebih baik, mortalitas akan menurun, dengan masalah yang begitu kompleks, timbul gagasan untuk melakukan skrining kanker serviks dengan metode yang lebih sederhana, antara lain yaitu dengan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). IVA adalah pemeriksaan
  • 32. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 29 skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam asetat (IVA). Dengan metode inspeksi visual yang lebih mudah, lebih sederhana, lebih mampu laksana, maka skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas, diharapkan temuan kanker serviks dini akan bisa lebih banyak. 1) Tujuan IVA Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim. 2) Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya : a) Mudah, praktis dan sangat mampu laksana. b) Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah c) Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi d) Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih e) Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat sederhana. f) Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana 3) Syarat ikut IVA test : a) Sudah pernah melakukan hubungan seksual b) Tidak sedang datang bulan/haid c) Tidak sedang hamil d) 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual 4) Teknik IVA Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum Dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andaikata penemuan tes IVA positif oleh bidan, maka di beberapa negara bidan tersebut dapat langsung melakukan terapi dengan cryosergury. Hal ini tentu mengandung kelemahan-kelemahan dalam menyingkirkan lesi invasif.
  • 33. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 30 PENUGASAN PRAKTIKUM SKRINING PAYUDARA (SADARI) Tujuan Praktikum : Umum Mahasiswa mampu memahami dan melakukan perawatan payudara sendiri (SADARI) pada perempuan dengan memperhatikan aspek bio, psiko, sosio, kultural. Khusus 1. Mampu memahami konsep skrining payudara dengan teknik SADARI 2. Mampu memahami teknik perawatan payudara sendiri dengan SADARI 3. Mampu melakukan teknik perawatan payudara sendiri dengan SADARI secara tepat No. Kegiatan SKALA PENILAIAN Ket. 4 3 2 1 I. A. Persiapan alat dan bahan 1. Cermin Baby oil Bantal kecil II. B. Persiapan 2. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan 3. Memastikan lingkungan yang privasi III. C. Langkah- langkah 4. Cuci kedua tangan dengan sabun pada air mengalir, segera keringkan dengan handuk bersih dan kering 5. Lepaskan baju bagian atas serta BH 6. Berdiri didepan cermin buka pakaian bagian atas 7. Perhatikan dengan teliti payudara dimuka cermin dengan kedua tangan lurus kebawah 8. Angkatlah kedua lengan keatas sampai kedua tangan berada di belakang kepala. Perhatikan apakah ada benjolan atau perubahan bentuk payudara 9. Kemudian tekan kedua tangan kuat-kuat pada panggul dan gerakkan kedua lengan dan siku ke depan sambil mengangkat bahu. Cara ini akan menegangkan otot- otot dada dan perubahan seperti cekungan (dekok) dan benjolan akan lebih kelihatan. 10. Angkat lengan kiri, rabalah payudara kiri, dengan telapak tanagn kanan dengan jari- jari yang dirapatkan yang sudah memakai
  • 34. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 31 No. Kegiatan SKALA PENILAIAN Ket. 4 3 2 1 baby oil 11. Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantab dimulai dari pinggir atas (posisi jam 12) dengan mengikuti arah jarum jam bergerak ketengah kearah puting susu. Ulangi gerakan ini paling sedikit 3 kali, payudara bagian bawah yang terasa agak kencang adalah normal 12. Pencetlah pelan-pelan daerah sekitar puting pada kedua payudara dan amatilah apakah keluar cairan yang tidak normal/tidak biasa 13. Berbaringlah dan letakkan bantal kecil dibawah bahu 14. Letakkan tangan kiri dibawah kepala, 15. Rabalah seluruh permukaan payudara kiri dengan gerakan memutar mulai dari pinggir atas bergerak ketengah kearah puting susu 16. Letakkan tangan kanan dibwah kepala 17. Raba seluruh permukaan payudara kanan dengan gerakan memutar mulai dari pinggir atas bergerak ketengah kearah puting susu. Perhatikan bila ada benjolan yang mencurigakan 18. Berilah perhatian khusus pada seperempat bagian payudara sebelah luar atas daerah karena didaerah tersebut banyak ditemukan tumor payudara. 19. Cuci kedua tangan dengan sabun pada air mengalir, segera keringkan dengan handuk bersih dan kering 20 Melakukan pendokumentasian IV. D. Sikap 21. Sopan dan ramah 22. Tindakan dilakukan dengan sabar dan hati- hati 23. Tindakan yang dilakukan tidak menciderai PETUNJUK PENILAIAN: 4 = Bila dikerjakan dengan benar tanpa bantuan 3= Bila dikerjakan dengan benar, masih dengan bantuan 2= Bila dikerjakan tapi masih salah 1= Bila tidak dikerjakan Jumlah Skor Nilai : X 100 92
  • 35. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 32 PENUGASAN PRAKTIKUM SKRINING SERVIKS (PAP SMEAR) Tujuan Praktikum : Umum Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pendeteksian skrining serviks dengan metode PAP smear pada perempuan dengan memperhatikan aspek bio, psiko, sosio, kultural. Khusus 1. Mampu memahami konsep skrining serviks dengan metode PAP smear 2. Mampu memahami skrining serviks dengan metode PAP smear 3. Mampu melakukan skrining serviks dengan metode PAP smear No. Kegiatan SKALA PENILAIAN Ket. 4 3 2 1 I. A. Persiapan alat dan bahan 1. Handscoen Alkohol 95% Object Glass Spatula ayre Cyctobrush II. B. Persiapan Pra Pemeriksaan 2. Menyapa dan memperkenalkan diri 3. Menanyakan kesiapan klien untuk diperiksa PAP SMEAR : a. Memastikan klien tidak berhubungan intim selama 2 X 24 jam sebelumnya b. Memastikan klien tidak menstruasi 2 X 24 jam sebelumnya c. Memastikan klien tidak melakukan irigasi vagina dalam 24 jam terakhir 4. Memastikan identitas, memeriksa status dan kelengkapan informed consent klien Alat 5. Memastikan alat dan seluruh instrumen yang diperlukan sudah tersedia 6. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan membilas daerah genetalia 7. Klien diminta untuk menanggalkan pakaiannya dari pinggang hingga lutut dan menggunakan kain yang sudah disediakan 8. Klien diposisikan dalam posisi lithotomi 9. Tutup área pinggang hingga lutut klien dengan kain 10. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan
  • 36. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 33 No. Kegiatan SKALA PENILAIAN Ket. 4 3 2 1 11. Gunakan sarung tangan III. C. Langkah- langkah 12. Bersihkan genetalia eksterna dengan air DTT 13. Inspeksi dan palpasi genetalia eksterna 14. Aplikasikan gel pada spekulum kemudian masukkan spekulum 15. Tampakkan serviks hingga jelas terlihat 16. Perhatikan apakah terdapat discharge, perdarahan, erosi, massa yang rapuh atau keadaan abnormal lainnya 17. Ambil spatula ayre, tempelkan spatula ayre ke ektoserviks dan putar 360° sesuai arah jarum jam, keluarkan spatula ayre perlahan-lahan tanpa menyentuh jaringan sekitarnya. Jangan oleskan dulu ke obyek glass 18. Ambil segera cytobrush, masukkan ke kanalis sevikalis, putar ½ hingga 1 putaran sesuai arah jarum jam, keluarkan perlahan-lahan tanpa menyentuh jaringan sekitarnya. 19. Oleskan spatula ayre di atas objek glass yang telah disediakan, dilanjutkan segera mengoleskan serviks brush di atas olesan yang pertama dengan arah berlawanan jarum jam. Yakinkan seluruh bagian yang terambil sudah kontak dengan objek glass. 20. Masukkan slide ke dalam larutan fiksasi sesegera mungkin maksimal 30 detik sejak pengambilan sampel 21. Keluarkan spekulum 22. Fiksasi slide dengan larutan fiksasi (alcohol 95%) selama minimal 30 meit, kemudian keringkan 23. Buang alat, bahan ke tempat sampah yang sesuai 24. Rendam handscoen dalam larutan chlorine 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi IV. D. Sikap 25. Sopan dan ramah 26. Tindakan dilakukan dengan sabar dan hati- hati 27. Tindakan yang dilakukan tidak menciderai PETUNJUK PENILAIAN: 4 = Bila dikerjakan dengan benar tanpa bantuan 3= Bila dikerjakan dengan benar, masih dengan bantuan 2= Bila dikerjakan tapi masih salah 1= Bila tidak dikerjakan Jumlah Skor Nilai : X 100 108
  • 37. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 34 MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI A. Perilaku seks bebas pada remaja B. Kekerasan C. Perkosaan D. Pelecehan seksual E. Single parent F. Perkawinan usia muda dan tua G. Wanita di tempat kerja H. Incest I. Homeless J. Wanita di pusat rehabilitasi K. Pekerja seks komersial L. Drug abuse M. Pendidikan N. Upah PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN - BAGIAN Iv -
  • 38. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 35 D. Masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi 1. Perilaku seks bebas pada remaja Menurut Ghifari (2003), perilaku seks bebas adalah hubungan antara dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda dimana terjadi hubungan seksual tanpa adanya ikatan pernikahan. Kelompok seks bebas menghalalkan segala cara dalam melakukan seks dan tidak terbatas pada sekelompok orang. Mereka tidak berpegang pada morality atau nilai-nilai manusiawi. Sewaktu-waktu mereka dapat berhubunggan seksual dengan orang lain dan di lain waktu mereka juga bisa menggauli keluarga sendiri. Menurut Desmita (2005) perilaku seks bebas pada remaja adalah cara remaja mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual, yang berasal dari kematangan organ seksual dan perubahan hormonal dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual. Tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual. Menurut Sarwono (2002) perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku seks bebas adalah perilaku yang didasari oleh dorongan seksual untuk mendapatkan kesenangan seksual dengan lawan jenis yang dilakukan tanpa ikatan pernikahan yang sah. a. Bentuk-bentuk perilaku seks bebas Menurut Sarwono (2002) bentuk-bentuk dari perilaku seks bebas dapat berupa berkencan intim, berciuman, bercumbu, dan bersenggama. Sedangkan Desmita (2005) mengemukakan berbagai bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual. Bentuk perilaku seks bebas yaitu : 1) Petting adalah upaya untuk membangkitka dorongan seksual antara jenis kelamin dengan tanpa melakukan tindakan intercourse. 2) Oral–genital seks adalah aktivitas menikmati organ seksual melalui mulut. Tipe hubungan seksual model oral-genital ini merupakan alternative aktifitas seksual yang dianggap aman oleh remaja masa kini. - BAGIAN Iv -
  • 39. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 36 3) Sexual intercourse adalah aktivitas melakukan senggama. 4) Pengalaman Homoseksual adalah pengalaman intim dengan sesama jenis. Menurut Sarwono (2002) juga mengemukakan beberapa bentuk dari perilaku seks bebas, yaitu: 1) Kissing : Saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau pasangan yang didorong oleh hasrat seksual. 2) Necking: Bercumbu tidak sampai pada menempelkan alat kelamin, biasanya dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara, atau melakukan oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama. 3) Petting : Bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu dengan menggesek-gesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama. 4) Intercourse : Mengadakan hubungan kelamin atau bersetubuh diluar pernikahan 2. Kekerasan Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan-penderitaan pada perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi. Kekerasan perempuan dapat terjadi dalam bentuk: a. Tindak kekerasan fisik Tindak kekerasan fisik adalah tindakan yang bertujuan melukai, menyiksa atau menganiaya orang lain. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan anggota tubuh pelaku (tangan, kaki) atau dengan alat-alat lainnya. b. Tindak kekerasan non fisik Tindak kekerasan non-fisik adalah tindakan yang bertujuan merendahkan citra atau kepercayaan diri seorang perempuan, baik melalui kata-kata maupun melalui perbuatan yang tidak disukai/dikehendaki korbannya. c. Tindak kekerasan psikologis/ jiwa Tindak kekerasan psikologis/jiwa adalah tindakan yang bertujuan mengganggu atau menekan emosi korban. Secara kejiwaan, korban menjadi tidak berani mengungkapkan pendapat, menjadi penurut, menjadi selalu bergantung pada suami atau orang lain dalam segala hal (termasuk keuangan). Akibatnya korban menjadi sasaran dan selalu dalam keadaan tertekan atau bahkan takut.
  • 40. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 37 3. Perkosaan Perkosaan adalah jenis kekerasan yang paling mendapat sorotan. Diperkirakan 22% perempuan dan 2% laki-laki pernah menjadi korban perkosaan. Untuk di Amerika saja, setiap 2 menit terjadi satu orang diperkosa. Hanya 1 dari 6 perkosaan yang dilaporkan ke polisi. Sebagian besar perkosaan dilakukan oleh orang yang mengenal korban alias orang dekat korban. Perkosaan adalah hubungan seksual yang terjadi tanpa diinginkan oleh korban. Seorang laki-laki menaruh penis, jari atau benda apapun ke dalam vagina, anus, atau mulut perempuan tanpa sekehendak perempuan itu, bisa dikategorikan sebagai tindak perkosaan. Perkosaan dapat terjadi pada semua perempuan dari segala lapisan masyarakat tanpa memperdulikan umur, profesi, status perkawinan, penampilan, atau cara berpakaian. Tindak perkosaan membawa dampak emosional dan fisik kepada korbannya. Secara emosional, korban perkosaan bisa mengalami stress, depresi, goncangan jiwa, menyalahkan diri sendiri, rasa takut berhubungan intim dengan lawan jenis, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Secara fisik, korban mengalami penurunan nafsu makan, sulit tidur, sakit kepala, tidak nyaman di sekitar vagina, berisiko tertular PMS, luka di tubuh akibat perkosaan dengan kekerasan, dan lainnya. 4. Pelecehan seksual Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diinginkan oleh orang yang menjadi sasaran. Pelecehan seksual bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, seperti di tempat kerja, di kampus/sekolah, di pesta, tempat rapat, dll. Pelaku pelecehan seksual bisa teman, pacar, atasan di tempat kerja, dokter, dukun, dsb. Akibat pelecehan seksual, korban merasa malu, marah, terhina, tersinggung, benci kepada pelaku, dendam kepada pelaku, shok/trauma berat, dll. Langkah-langkah yang perlu dilakukan korban: a. Membuat catatan kejadian (tanggal, jam, saksi) b. Bicara kepada orang lain tentang pelecehan seksual yang terjadi c. Memberi pelajaran kepada pelaku d. Melaporkan tindakan pelecehan seksual e. Mencari bantuan/dukungan kepada masyarakaT 5. Single parent Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua tunggal, hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa terjadi
  • 41. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 38 pada keluarga sah secara hukum maupun keluarga yang belum sah secara hukum, baik hukum agama maupun hukum pemerintah. Cara mengatasi : a. Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang dapat mendukung anak untuk lebih bisa mengah, ualisasikan diri secara positif antara lain dengan penyaluran. hobi, kursus sehingga menghindarkan anak melakukan hal-hal yang negatif. b. Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada keluarga, lain yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk meneladani figur orang tua yang tidak diperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri. c. Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga dengan orang tua tunggal dapat memberikan dukungan karena anak mempunyai banyak teman yang bemasib sama sehingga tidak merasa sendirian. 6. Perkawinan usia muda dan tua Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diij inkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyaknya resiko kehamilan kurang dari perkawinan diij inkan bila laki-laki berumur 21 tahun dan perempi mn berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun. Sedangkan perkawinan usia tua adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun. Penanganan perkawinan usia muda : a. Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat. b. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pasangan dalam menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang dengan pertimbangan kedewasaan, tidak mengedepankan emosi. c. Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak mernbantu keluarga muda baik dukungan berupa material maupun non material untuk kelanggengan keluarga, sehingga lebih tahan terhadap hambatan-hambatan yang ada. d. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.
  • 42. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 39 Penanganan perkawinan usia tua : a. Pengawasan kesehatan b. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi. 7. Wanita di tempat kerja Menurut Kardamo adalah wanita yang kerja mengandalkan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan uang agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Cara mengatasinya : a. Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker, sarung Langan, baju khusus untuk proteksi radiasi. b. Cek kesehatan secara berkala. c. Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnya bila lembur, divas luar. d. Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang lain, sekalipun ditawari oleh atasan. e. Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada atasan. Tidak perlu takut pada ancaman di pecat. f. Menetapkan target menikah. g. Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian khusus pada keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal, mengagendakan kegiatan bersarna keluarga, memenuhi hak-hak suami dan anak, berbagi peran dengan suami dan selalu menghargai suami. 8. Incest Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga. Anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai hubungan pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling bawah adalah cucu, batas kesamping adalah keponakan. Keluarga diluar itu bukan termasuk incest. Pelaku biasanya adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh mertua, cucu oleh kakeknya. 9. Homeless Homeless atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat umum. Home less banyak terdapat di kota- kota besar. Kedatangan mereka ke kota besar tanpa didukung oleh pendidikan dan ketrampilan yang memadai. Biasanya mereka tinggal di empeeran toko, kolong jembatan, kolong jalan layang, gerobak tempat barang bekas,
  • 43. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 40 sekitar rel kereta api, di taman, di tempat umum lainnya. Pekerjaan mereka sebagai pengamen, pengemis, pemulung sampah. 10. Wanita di pusat rehabilitasi a. Pembangunan perumahan sangat sederhana. b. Pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan pendidikan. c. Transmigrasi 11. Pekerja seks komersial Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang. Akibatnya semakin banyak ditemukan penyakit menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual merupakan satu lingkaran setan. Biasanya penyakit menular seksual ini diidap oleh PSK, dimana dalam menjajakan dirinya terhadap pasangan kencan yang berganti-ganti tanpa menggunakan pengaman sseperti kondom. 12. Drug abuse Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk mencari atau mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa. 13. Pendidikan Pendidikan berpengaruh kepada sikap wanita terhadap kesehatan, rendahnya pendidikan membuat wanita kurang peduli terhadap kesehatan. Mereka tidak mengenal bahaya atau ancaman kesehatan yang mungkin terjadi terhadap diri mereka. Sehingga walaupun sarana yang baik tersedia mereka kurang dapat memanfaatkan secara optimal karena rendahnya pengetahuan yang mereka miliki. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada kualitas pendidikan, dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi bukan berarti membuka peluang untuk perilaku seks bebas melainkan lebih menekankan mengenai perbedaan lelaki dan perempuan secara seksual, kapan terjadi
  • 44. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 41 pembuahan, apa dampaknya jika berperilaku seks tanpa dilandasi tanggung jawab termasuk risiko terkena infeksi menular seksual. 14. UPAH Penghasilan perempuan meningkat, maka pola pemenuhan kebutuhan akan bergeser dari pemenuhan kebutuhan pokok saja, menjadi pemenuhan kebutuhan lain, khususnya peningkatan kesehatan perempuan. Penghasilan berkaitan dengan status sosial ekonomi , dimana sering kali status ekonomi menjadi penyebab terjadinya masalah kesehatan pada wanita. Misalnya banyak kejadian anemia defisiensi fe pada wanita usia subur yang sering kali disebabkan kurangnya asupan makanan yang bergizi seimbang. Anemia pada ibu hamil akan lebih memberikan dampak yang bisa mengancam keselamatan ibu.
  • 45. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 42 PENUGASAN TERSTRUKTUR (1) Tujuan Penugasan : 1. Mahasiswa mampu memahami tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi 2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi Rancangan Penugasan : 1. Mahasiswa dibagi menjadi 8 kelompok. Masing-masing kelompok membentuk struktur dan fungsi dari anggotanya. 2. Tugas dibuat dalam bentuk paper dengan tema “MASALAH-MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI” 3. Referensi berasal dari buku, jurnal, evidence based practice minimal 10 tahun terakhir dari buku, dan 5 tahun terakhir yang berasal dari jurnal 4. Batasan penulisan tugas terdiri dari : BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Ketentuan penulisan dalam penyusunan tugas antara lain : 1. Tugas diketik dengan Font TIMES NEW ROMAN (TNR) berukuran 12, dengan spasi 1,5 2. Setting ukuran kertas A4 3. Tugas dikumpul dapat bentuk file Words Document atau PDF
  • 46. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 43 DETEKSI DINI GANGGUAN KESEHATAN REPRODUKSI A. Infertilitas B. Seksual transmitted diseases (STD)/ Infeksi Menular Seksual (IMS) C. Gangguan pre haid D. Unwanted pregnancy E. Hormone replacement therapy (HRT) F. Pelvic inflammatory diseases (PID) G. Radang genitalia PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN - BAGIAN v -
  • 47. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 44 E. Deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi 1. Infertilitas Definisi : a. Pasangan infertil: kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak mampu menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup. b. Infertilitas primer: jika istri belum berhasil hamil, walau bersanggama teratur dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut. c. Infertilitas sekunder: jika istri pernah hamil, tetapi tidak berhasil hamil lagi walaupun bersanggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut. Penyebab : a. Gangguan hubungan seksual: kesalahan teknik sanggama, gangguan psikososial, ejakulasi abnormal, kelainan anatomi. b. Gangguan produksi & transportasi sperma. c. Gangguan ovulasi d. Kelainan uterus & tuba fallopii e. Kelainan peritoneum Penyakit Menular Seksual : a. Salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan seksual b. Disebabkan oleh jamur, virus, parasite c. Lebih mudah menyerang perempuan Penyebab ISR : a. Sisa kotoran setelah BAB & BAK (cara membasuh tidak benar) b. Kesehatan umum rendah c. Kurangnya personal hygiene alat kelamin saat haid d. Perkawinan muda e. Berganti-ganti pasangan f. Tertular dari pasangan seksual g. Perlukaan saat keguguran, melahirkan perkosaan h. Kegagalan pelayanan kesehatan dalam sterilisasi saluran reproduksi - BAGIAN v -
  • 48. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 45 2. Seksual transmitted diseases (STD)/ Infeksi menular seksual (IMS) a. HIV/ AIDS Merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan pengidap HIV (ODHA) amat rentan dan mudah terjangkit macam- macam penyakit. HIV menyerang limfosit yang disebut ‘sel T-4’ atau ‘sel T-penolong’ (T-helper), atau disebut juga ‘sel CD-4’. Pencegahan HIV/ AIDS yaitu dengan tidak berganti-ganti pasangan, penggunaan kondom dengan benar, dan berhati-hati saat menerima prosedur transfuse, injeksi dan pembedahan. b. Gonorhea Penyakit gonore disebabkan oleh Neisseria gonnorrhoeae, gejala yang ditimbulkan pada wanita antara lain keputihan patologis, rasa nyeri di rongga panggil, sedangkan gejala pada laki-laki antara lain nyeri saat berkemih, keluar nanah kental berwarna kuning kehijauan, ujung penis merah dan bengkak. Komplikasi yang dapat terjadi pada gonorrhea adalah radang panggul, kemandulan, infeksi mata pada bayi baru lahir/ kebutaan, beresiko terhadap HIV. c. Syphillis Penyakit menular seksual syphilis disebabkan kuman treponema pallidum. Gejala yang dapat ditimbulkan yaitu kemaluan tanpa nyeri, bintil dan bercak merah pada tubuh, adanya kelainan syaraf, jantung, pembuluh darah, kulit. Komplikasi yang dapat terjadi pada syphilis adalah kerusakan berat pada otak dan jantung, bayi dalam kandungan tertular, gugur, lahir, cacat, beresiko terhadap HIV. 3. Gangguang pre haid Haid yang umum akan dialami terjadi selama satu bulan sekali, atau dalam waktu selama 28 hari. Waktu terjadinya awal haid atau pada hari pertama hingga terjadinya haid kembali terulang bisa dihitung. Yang paling umum dan normalnya siklus haid wanita dialami 28 hari, atau juga bisa siklus haid yang paling panjang bisa mencapai 35 hari sudah tidak wajar. Dysmenorhea merupakan salah satu gangguan haid yang sering terjadi pada wanita. Dysmenorrhea didefenisikan sebagai rasa nyeri saat menstruasi yang mencegah wanita untuk beraktifitas secara normal. Faktor resiko dymenorrhea ialah usia, indeks masa tubuh (IMT), riwayat melahirkan, usia menarche, lama menstruasi, siklus menstruasi, usia menikah, riwayat keluarga dan masih banyak lagi.
  • 49. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 46 4. Unwanted pregnancy Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan. Kehamilan ini akibat dari suatu perilaku seksual / hubungan seksual baik yang disengaja atau tidak disengaja. Dilihat dari tingginya angka aborsi yang semakin meningkat dari tahun 2009 - 2011. Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Dampak yang paling signifikan terjadi bagi kalangan remaja dan para mahasiswa. Banyak remaja yang menyalah gunakan hubungan seksual sekarang ini dan tidak banyak diantara mereka menggurkan kandungannya dan menyebabkan kematian. Salah satunya ialah unwanted pregnancy ialah kehamilan yang tidak diharapkan sama sekali yang terjadi adanya hubungan seksual. Bukan hanya remaja, tetapi terkadang pasangan suami istri melaukan hubungan seksual dan sudah ber KB tetap bisa hamil, dan tentunya akan menjadi hal yang patut dipikrkan bagi sang ibu. Tapi kehamilan yang tidak diharapkan sama sekali ini bisa di slesaikan dengan adanya konseling yang dilakukan berbagai pihak dalam membantu menyelesaikan masalah kehamilannya, salah satunya konseling dengan dokter, bidan maupun keluarga. 5. Hormone replacement therapy (HRT) Populasi global di abad ke-21 telah mencapai 6,2 miliar orang, pada tahun 2025 itu berada di sekitar 8,3-8,5 miliar dan akan meningkat lebih lanjut. orang tua diperkirakan akan tumbuh pesat dibandingkan kelompok lain. Peningkatan tercepat pada populasi lanjut usia akan berlangsung di Asia. harapan hidup terus meningkat di seluruh negara- negara maju dan berkembang. Bagi banyak wanita menopause, meningkatkan harapan hidup akan didampingi oleh banyak masalah kesehatan. Konsekuensi dari kekurangan estrogen adalah gejala menopause. Pengobatan keluhan menopause terkait dan penyakit menjadi masalah sosial ekonomi dan medis penting. gejala jangka panjang, seperti peningkatan patah tulang osteoporosis, cardio dan serebrovaskular disesses dan demensia, menciptakan beban keuangan yang besar pada individu dan masyarakat. Semua masalah kesehatan ini dapat lreated atau dicegah dengan terapi penggantian hormon (HRT). HRT alami biasanya prefened. estrogen sintetis dalam kontrasepsi oral (oc) tidak dianjurkan untuk HRT. Banyak kontra-indikasi untuk oc, tapi sekarang sudah banyak usedfor HRT. Alasan utama untuk menghentikan HRT adalah perdarahan yang tidak diinginkan, takut kanker, dan efek samping negatif. Sampai saat ini
  • 50. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 47 ada perdebatan ambang tentang rebrtonship antara HRT dan kejadian kanker payudara. Banyak data menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang jelas antara penggunaan HRT dan kanker payudara. 6. Pelvic inflammatory diseases Penyakit Radang Panggul (PRP) merupakan infeksi genitalia wanita tuba/ovarium) diserang oleh mikroorganisme patogen, biasanya bakteri yangmultiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan. Bakteri yang biasa menyebabkan PRP adalah Neisseria gonorrhea (N. gonorrhea) dan Chlamydia trachomatis (C. trachomatis) dapat pula oleh organisme lain yang menyebabkan vaginosis bacteria. Faktor resiko pelvic inflammatory disease ini adalah: a. Usia produktif b. Jumlah pasangan seksual c. Penyakit menular seksual d. Pemakaian AKDR Pencegahan pelvic inflammatory disease : a. Peningkatan edukasi masyarakat, penapisan rutin, diagnosis dini, serta penanganan yang tepat terhadap infeksi chlamidya. b. Adanya program penapisan penyakit menular seksual dapat mencegah terjadinya PID pada wanita, mengadakan penapisan terhadap pria perlu dilakukan untuk mencegah penularan kepada wanita. c. Pasien yang telah didiagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual harus diterapi hingga tuntas, dan terapi juga dilakukan terhadap pasangannya untuk mencegah penularan kembali. d. Semua wanita berusia 25 tahun keatas harus dilakukan penapisan terhadap chlamidya tanpa memandang faktor fisik. 7. Radang genetalia Radang pada genetalia eksterna meliputi bartolinitis, vaginitis dan vulva vaginitis. Bartolinitis merupakan Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh : Virus (kondiloma akuminata dan herpes simpleks), Jamur (kandida albikan), Protozoa ( amobiasis dan trikomoniasis) dan Bakteri (neiseria gonore) Vaginitis merupakan suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita). Vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina. Penyebabnya adalah Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus), Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil. Vulvovaginitis adalah iritasi/inflamasi pada kulit daerah vulva dan vagina. Iritasi ini dapat menyebabkan terjadinya: gatal-gatal (45-58%) di
  • 51. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 48 sekitar daerah labia mayora (bibir vagina besar), labia minor (bibir vagina kecil), dan daerah perineal (daerah perbatsan antara vagina dan anus)kemerahan dan rasa seperti terbakar pada kulit (82%) rasa tidak nyaman pada kulit terutama pada saat atau setelah buang air kecil banyaknya lendir yang keluar dari vagina (62-92%).
  • 52. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 49 ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN YANG BERKAITAN SISTEM REPRODUKSI Asuhan Kebidanan : A. Seksualitas terhadap gender B. Budaya terhadap gender C. Diskriminasi gender PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN - BAGIAN vI -
  • 53. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 50 F. Asuhan kebidanan pada perempuan yang berkaitan dengan sistem reproduksi dalam perspektif gender Peran sosial dimana peran laki-laki dan perempuan ditentukan perbedaan fungsi, perandan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat berubah atau diubah sesuai perubahan zaman peran dan kedudukan sesorang yang dikonstrusikan oleh masyarakat. dan budayanya karena sesorang lahir sebagai laki-laki atau perempuan. (WHO 1998) Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut : a. Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran di sector publik. b. Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatann yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga, seperti mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga, menyetrika, membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut juga peran di sektor domestik. c. Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam menyelesaikan beragam pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama. d. Perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara sosial . Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat,bukan karena biolologis 1. Seksualitas terhadap gender Seksualitas/jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis (khususnya system reproduksi dan hormonal) diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh yang menentukan seseorang adalah laki- laki atau perempuan (Depkes RI, 2002:2). Seksualitas/Jenis Kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis yang mudah dilihat melalui cirri fisik primer dan secara sekunder yang ada pada kaum laki-laki dan perempuan (Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003). - BAGIAN vI -
  • 54. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 51 Seksualitas/Jenis Kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu (handayani, 2002 :4) Seks adalah karakteritik genetic/fisiologis atau biologis seseorang yang menunjukkan apakah dia seorang perempuan atau laki-laki (WHO, 1998). Seksualitas meliputi 5 area yaitu : a. Sensualitas Kenikmatan yang merupakan bentuk interaksi antara pikiran dan tubuh. Umumnya sensualitas melibatkan panca indera (aroma, rasa,penglihatan, pendengaran,sentuhan) dan otak (organ yang paling kuat terkait dengan seks dalam fungsi fantasi, antisipasi, memory, dan pengalaman). b. Intiminasi Ikatan emosional atau kedekatan dalam relasi interpersonal. Biasanya mengandung unsur-unsur: kepercayaan, keterbukaan diri, kelekatan dengan orang lain, kehangatan, kedekatan fisik, dan saling menghargai. c. Identitas Peran jenis kelamin yang mengandung persan-pesan gender perempuan dan laki-laki serta mitos-mitos (feminimitas dan maskulinitas) serta orientasi seksual. Hal ini juga menyangkut bagaimana seseorang menghayati peran jenis kelamin, hingga ia mampu menerima diri dan mengembangkan diri sesuai dengan peran jenis kelaminnya. d. Lifecycle (lingkaran kehidupan) Aspek biologis dari seksualitas yang terkait dengan anatomi dan fisiologi organ seksual. e. Exploitation (eksploitasi) Unsur kontrol dan manipulasi terhadap seksualitas, seperti: kekersan seksual, pornografi, pemerkosaan, dan pelecehan seksual. 2. Budaya terhadap gender a. Sebagian besar masyarakat banyak dianut kepercayaan yang salah tentang apa arti menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita b. Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir, berperasaan dan bertindak dengan pola-pola tertentu dengan alasan hanya karena mereka dilahirkan sebagai wanita/pria. Contohnya wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan, membawa air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami.
  • 55. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 52 Sedangkan pria bertugas memberikan kesejahteraan bagi keluarga di masa tua serta melindungi keluarga dari ancaman. c. Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin tersebut, semuanya adalah hasil rekayasa masyarakat. Beberapa kegiatan seperti menyiapkan makanan dan merawat anak adalah dianggap sebagai “kegiatan wanita”. d. Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain diseluruh dunia, tergantung pada kebiasaan, hokum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut. e. Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu masyarakat, tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan umurnya, contohnya : di dalam suatu masyarakat, wanita dari suku tertentu biasanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga, sedang wanita lain mempunyai pilihan yang lebih luas tentang pekerjaan yang bisa mereka pegang. f. Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anaknya. Sejak anak berusia muda, orang tua telah memberlakukan anak perempuan dan laki-laki berbeda, meskipun kadang tanpa mereka sadari. 3. Diskriminasi gender Diskriminasi gender adalah ketidakadilan gender yang merupakan akibat dari adanya system (struktur) social dimana salah satu jenis kelamin (laki- laki atau perempuan) menjadi korban. Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua belah pihak, walaupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender : a. Marginalisasi (peminggiran) Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi. Misalnya banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus, baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang didapatkan. Hal ini terjadi karena sangat sedikit perempuan yang mendapatkan peluang pendidikan. Peminggiran dapat terjadi di rumah, tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh negara yang bersumber keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah, maupun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan (teknologi). b. Subordinasi Anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu memimpin, cengeng dan lain sebagainya, mengakibatkan perempuan jadi nomor dua setelah laki-laki.
  • 56. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 53 c. Stereotip (citra buruk) Pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya perempuan yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan berbagai sebutan buruk lainnya. d. Violence (kekerasan) Serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling rentan mengalami kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi, subordinasi maupun stereotip diatas. Perkosaan, pelecehan seksual atau perampokan contoh kekerasan paling banyak dialami perempuan. e. Beban kerja berlebihan Tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan terus menerus. Misalnya, seorang perempuan selain melayani suami (seks), hamil, melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah.
  • 57. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 54 PENUGASAN TERSTRUKTUR (2) Tujuan Penugasan : 1. Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan kebidanan yang berkaitan dengan seksualitas terhadap gender 2. Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan kebidanan yang berkaitan dengan budaya terhadap gender 3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan kebidanan yang berkaitan dengan diskriminasi gender Rancangan Penugasan : 1. Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok membentuk struktur dan fungsi dari anggotanya. 2. Tugas dibuat dalam bentuk paper dengan memberikan asuhan pada masing-masing contoh kasus yang diambil. 3. Tema “Asuhan Kebidanan pada Peremuan yang Berkaitan dengan Sistem Reproduksi dalam Perspektif Gender” Kelompok I : Seksualitas terhadap gender Kelompok II : Seksualitas terhadap gender Kelompok III : Budaya terhadap gender Kelompok IV : Budaya terhadap gender Kelompok V : Diskriminasi gender Kelompok VI : Diskriminasi gender 4. Referensi berasal dari buku, jurnal, evidence based practice minimal 10 tahun terakhir dari buku, dan 5 tahun terakhir yang berasal dari jurnal 5. Batasan penulisan tugas terdiri dari : BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Ketentuan penulisan dalam penyusunan tugas antara lain : 1. Tugas diketik dengan Font TIMES NEW ROMAN (TNR) berukuran 12, dengan spasi 1,5 2. Setting ukuran kertas A4 3. Tugas dikumpul dapat bentuk file Words Document atau PDF
  • 58. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 55 KONSEP PELAYANAN KELUARGA BERENCANA A. Sejarah KB di Indonesia B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan KB di Indonesia C. Organisasi KB di Indonesia D. Program KB di Indonesia PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN - BAGIAN vII -
  • 59. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 56 G. Konsep Pelayanan Keluarga Berencana 1. Sejarah KB Keluarga berencana sebagai salah satu usaha untuk mengatasi masalah kependudukan, pada umumnya orang berpendapat bahwa ide keluarga berencana tersebut adalah suatu hal yang baru. Pendapat yang demikian ini adalah tidak benar, sebab keluarga berencana (yang dimaksud disini mencegah kehamilan) sudah ada sejak jaman dahulu. Memang di Indonesia adanya keluarga berencana masih baru (abad XX) dibandingkan dengan negara-negara barat. Dari uraian yang dikemukakan diatas timbullah pertanyaan “kapankah terjadinya tanggal sejarah permulaan didudukkannya alat kontrasepsi sebagai sarana yang bersifat medis dan dilandasi keilmuan (ilmiah) ? Sebagai jawaban dari pertanyaan diatas marilah kita ikuti uraian dibawah ini : a. Perintis KB di Inggris (Margareth Sanger) Keluarga berencana mula-mula timbul dari kelompok orang- orang yang menaruh perhatian kepada masalah KB, yaitu pada awal abad XIX di Inggris, keluarga berencana mulai dibicarakan orang. Pada masa abad XIX sebagian besar kaum pekerja buruh dikota-kota besar di Inggris mengalami kesulitan dan keadaan hidupnya sangat buruk. Mereka sangat kekurangan, miskin dan melarat. Hal ini sebagai akibat dari adanya undang-undang perburuhan yang belum sempurna, jaminan social buruh tidak mendapatkan perhatian dan jam kerja buruh tidak dibatasi, sehinggga hal ini menambah keadaan keluarga buruh sangat menderita. Disamping itu yang sangat menyolok adanya waktu untuk istirahat dan rekreasi/ hiburan pada buruh sama sekali hamper tidak ada. Salah satu hiburannya diwaktu istirahat dirumah hanyalah bertemu keluarganya. Dengan kata lain bahwa hiburan para buruh ketika itu satu-satunya hanyalah dengan istri. b. Pengalaman Margareth Sanger sebagai juru rawat Sebagai seorang perawat kandungan, Margareth Sanger banyak menjumpai keluarga-keluarga atau ibu-ibu yang menderita hidupnya karena banyak/seringnya melahirkan. Salah satu pengalamannya sebagai seorang perawat kandungan di Rumah Sakit di New York adalah seperti dibawah ini : - BAGIAN vII -
  • 60. Modul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana 57 1) Peristiwa Saddie Sachs Pada tahun 1912 Margareth Sanger mendapat pengalaman yang sangat berharga bagi dirinya. Waktu itu ia menghadapi seorang ibu muda berumur 20 tahun yang bernama Saddie Sachs. Karena adanya perasaan putus asa dalam merasakan derita pahit getirnya kehidupan danjuga ketidak- tahuannya. Saddie Sachs telah nekat melakukan pengguguran kandungannya dengan paksa, sehingga ia harus dirawat dirumah sakit selama beberapa hari. Atas perawatan dokter dan juru rawat (termasuk Margareth Sanger), maka Saddie Sachs sembuh dan dokter menganjurkan supaya ia jangan hamil lagi sebab bila hamil lagi akan membahayakan jiwanya. Mendengar nasehat dokter yang demikian itu Saddie Sachs menjadi bingung apa yang harus dilakukan, padahal ia sudah tidak ingin hamil lagi. Suatu ketika Saddie Sachs memberanikan diri bertanya kepada dokter yang merawatnya mengenai bagaimana caranya agar supaya ia tidak hamil lagi. Dengan nada sendau gurau dokter menjawab bahwa Jack sachs (suami Saddie) disuruh tidur diatas atap. Mendegar jawaban dari dokter tersebut ia merasa tidak puas, dan ia bertanya kepada Margareth Sanger, tetapi saying Margareth Sanger tidak dapat memenuhi permintaan serupa itu selain hanya menghibur saja, karena memang ia sendiri tidak tahu apa yang harus diperbuat. Tiga bulan kemudian suami Saddie Sachs memanggil Margareth Sanger karena istrinya sakit kembali dan dalam keadaan yang sangat kritis. Ternyata penderitaan Saddie Sachs seperti yang lalu bahkan lebih berat lagi, sehingga sebelum dokter datang menolong, ia gugur/ meninggal dunia diatas pangkuan Margareth Sanger sebagai akibat pengguguran kandungan yang disengaja yang ia lakukan sendiri secara nekat. Dengan rasa sedih haru dan kecewa Margareth Sanger menyampaikan kata-kata kepada beberapa dokter yang sempat ia kumpulkan, lebih kurang demikian : “wahai para dokter yang budiman, lihatlah dengan penuh perhatian apa yang dipangkuan ini. Ia adalah seorang ibu, seorang istri yang sah dari seorang suami. Ia telah menjadi korban dari ketidak mengertian dari pihak suami maupun dari pihak orang-orang yang lebih mengerti terutama anda sekalian para dokter. Sebagai ibu mustahil ia akan melakukan perbuatan nekat yang membahayakan jiwanya, apabila tidak dilandasi oleh suatu motif yang kuat. Motif tersebut ialah ia tidak menghendaki suatu kehamilan/ kelahiran yang ia tidak ingini. Hal ini ia telah kemukakan pada waktu persalinan terdahulu, sebagai seorang