SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
DISEMINASI
BUDAYA POSITIF
DI SMP NEGERI 13 SATARMESE
NATALIA GINJU, S.Pd
CGPA9
Kab. Manggarai
Golojambu,25 Oktober 2023
Yohanes Waldi Janu, S.Pd
CGP A9 Kab. Manggarai
Natalia Ginju, S.Pd. Yohanes W. Janu, S.Pd.
Salam & Bahagia
Selamat Datang Para GURU HEBAT!
SMPN 13 Satarmese
25-10-2023
Aksi Nyata Modul 1.4. Budaya Positif
“Menyebarkan Pemahaman dan
Pengalaman Penerapan Budaya Positif”
CGP Angkatan 9 Kab. Manggarai
PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR
DISIPLIN POSITIF
TEORI MOTIVASI PERILAKU MANUSIA
KEYAKINAN KELAS
HUKUMAN & PENGHARGAAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
POSISI KONTROL GURU
SEGITIGARESTITUSI
Konsep Inti
Budaya Positif
PEMBELAJARAN
DENGAN
PARADIGMA BARU
Dirancang berdasarkan prinsip
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
sehingga setiap siswa belajar sesuai
dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya.
Pada pembelajaran paradigma baru, kerangka pengembangan pembelajaran bukan model yang
linear namun merupakan siklus yang berkesinambungan
Pembelajaran paradigma baru mencangkup pemetaan standar kompetensi, merdeka belajar dan
asesmen kompetensi minimal sehingga menjamin ruang yang lebih leluasa bagi pendidik untuk
merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
peserta didik.
Ketiga komponen ini selaras dan saling mempengaruhi, keselarasan inilah yang diharapkan
dapat mengubah paradigma pembelajaran agar terjadi perbaikan dan pengembangan praktik
pembelajaran secara berkelanjutan.
Pada pembelajaran paradigma baru, Profil Pelajar Pancasila berperan menjadi penuntun arah
yang memandu segala kebijakan dan pembaruan dalam sistem pendidikan Indonesia, termasuk
pembelajaran, dan asesmen
Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu
menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan
nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak,
dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan
bertanggung jawab.
Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah
bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-
sekolah kita.
Ilusi guru mengontrol murid.
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut
memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya kita sedang mengontrol perilaku
murid tersebut, hal ini karena murid tersebut sedang mengizinkan dirinya dikontrol.
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.
Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk
mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk
mengontrol murid tersebut.
Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal.
Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.
Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat
murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada
sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja.
Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-
Respon kepada pendekatan teori Kontrol?
Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa,
“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku
kita. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah
kerangka acuan kita.
Pada Stimulus Respon seolah-olah orang lain dapat kita kontrol, dapat kita
kendalikan, sehingga kita dapat merubah seseorang menjadi apa yang kita
inginkan. Tetapi pada Teori kontrol sangat bertolak belakang, sesuatu yang sedang
kita kontrol sebetulnya tidak dapat kita kendalikan, karena yang dapat mengontrol
adalah dirinya sendiri, bukan orang lain.
STIMULUS RESPON TEORI KONTROL / PILIHAN
Kita mencoba mengubah orang agar
berpandangan sama dengan kita.
Kita berusaha memahami pandangan
orang lain tentang dunia.
Perilaku buruk dilihat sebagai suatu
kesalahan.
Semua perilaku memiliki tujuan.
Orang lain bisa mengontrol saya.
Hanya Anda yang bisa mengontrol diri
Anda.
Pemaksaan ada pada saat bujukan
gagal.
Kolaborasi dan konsesus menciptakan
pilihan-pilihan baru.
Model berpikir menang/ kalah. Model berpikir menang-menang.
MENGUBAH PARADIGMA STIMULUS RESPON
KE PENDEKATAN TEORI KONTROL
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menuntun murid untuk
memiliki DISIPLIN DIRI, sehingga mereka bisa berperilaku yang
mengacu pada NILAI-NILAI KEBAJIKAN UNIVERSAL dan
memiliki MOTIVASI INTRINSIK bukan ekstrinsik.
Dalam budaya kita, makna kata
"disiplin" telah berubah menjadi
sesuatu yang dilakukan
seseorang pada orang lain untuk
mendapatkan KEPATUHAN. Kita
cenderung menghubungkan kata
disiplin dengan
KETIDAKNYAMANAN.
DISIPLIN POSITIF
Merupakan salah satu pendekatan
DISIPLIN DIRI yang memampukan
seseorang untuk mengontrol
perilakunya dalam KESADARAN
dan BERTANGGUNG JAWAB atas
tindakannya sebagai wujud
MENGHORMATI DIRI SENDIRI &
ORANG LAIN
"Pendekatan DISIPLIN POSITIF
tidaklah tentang anak/ peserta didik
secara langsung tetapi tentang DIRI &
CARA KITA SENDIRI (baik sebagai
orangtua, guru, atau orang dewasa)
yang memberikan dampak dan
pengaruh positif kepada anak/ peserta
didik."
Merupakan kemampuan individual
pendidik untuk membina/mendidik
peserta didik secara individual
ataupun secara kelompok.
Pendekatan secara individual /
kelompok perlu mendapatkan
dukungan kebijakan sekolah dan
peran serta pemangku kepentingan
sekolah.
Pendekatan DISIPLIN POSITIF
NILAI-NILAI
KEBAJIKAN UNIVERSAL
NILAI-NILAI
KEBAJIKANADALAH
SIFA
T-SIFA
T POSITIF
MANUSIA YANG
MERUPAKAN
TUJUAN MULIAYANG
INGIN DICAPAI
SETIAP INDIVIDU.
CONTOH:
PROFIL PELAJAR
PANCASILA
1.BERIMAN, BERTAQWA
KEPADATUHAN YME, &
BERAKHLAK MULIA
2. MANDIRI
3. BERNALAR KRITIS
4. BERKEBHINEKAAN
GLOBAL
5. BERGOTONG ROYONG
6. KREATIF
NILAI YANG
DISEPAKATI
BERSAMA(LINTAS
BAHASA, SUKU
BANGSA, AGAMA,
MAUPUN LATAR
BELAKANG).
MOTIVASI PERILAKU
MANUSIA
UNTUK
MENGHINDARI
KETIDAKNYAMANAN/
HUKUMAN
UNTUK
MENDAPATKAN
IMBALAN/
PENGHARGAAN
UNTUK
MENGHARGAI
DIRI SENDIRI
MOTIVASI
EKSTERNAL
MOTIVASI
INTERNAL
MENCIPTAKAN DISIPLIN
POSITIF & SIKAP MERDEKA
Menurut
Ki Hadjar Dewantara:
“Merdeka itu
artinya; tidak hanya
terlepas dari
perintah; akan
tetapi juga cakap
buat memerintah
diri sendiri”.
MOTIVASI
INTERNAL
Mengapa tidak
peraturan saja?!?!
Mengapa harus
keyakinan kelas?
Keyakinan Kelas
Perhatikan pertanyaan berikut:
Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan
masker, mencuci tangan dan menjaga jarak pada
saat pandemi COVID-19?
Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan
helm bila mengendarai kendaraan bermotor?
Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat
waktu pada saat mengikuti pelatihan?
Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-
keyakinan lebih menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti
serangkaian peraturan-peraturan.
Yang mana yang merupakan keyakinan kelas?
Sedikit saja agar
mudah diingat
Sesuai dengan kondisi
kelas dan sekolah agar
mudah diterapkan
Semua warga kelas/
sekolah dilibatkan saat
membuat
Bagaimana membuat keyakinan
kelas?
Lebih abstrak dari
peraturan
Berupa pernyataan
universal
Dibuat dalam bentuk
kalimat positif
Tanggung
jawab
Menghormati
Orang Lain
Menghormati
Orang Lain,
Berkomitmen
Keselamatan,
Menghormati
Orang Lain
Selalu kembalikan
buku ke
tempatnya.
Dilarang
mengganggu
orang Lain.
Hadir di sekolah
15 menit sebelum
pembelajaran
dimulai.
Dilarang
melakukan
kekerasan.
Tentukan keyakinan dari peraturan berikut:
Kesehatan
Dilarang
menggunakan
narkoba.
Bergantian atau
menunggu
giliran.
Menghormati
orang lain,
Bersabar
Kesehatan,
Keselamatan
Gunakan
masker.
Keselamatan,
Keamanan
Jangan berlari di
kelas atau
koridor.
Berdiskusi mengenai
peraturan
Merumuskan peraturan
menjadi keyakinan
Menempelkan keyakinan
kelas yang disepakati
HUKUMAN DAN PENGHARGAAN
Kegiatan Pemantik: Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan cobalah jawab pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan:
Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga pada saat pelajaran tersebut berlangsung,
dia lebih banyak berdiam diri atau menggambar di buku pelajarannya. Pada saat guru
Matematikanya, Pak Seno, menanyakan pertanyaan Iva menjadi gugup, dan tak sengaja
menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba menjadi gagap pada saat berupaya menjawab.
Seluruh kelas pun tertawa melihat perilaku Iva yang bicara tergagap dan terkejut tersebut. Pak
Seno pada saat itu membiarkan teman-teman Iva menertawakan Iva yang tergagap dan malu luar
biasa, dan malahan minta Iva untuk maju ke depan dan berdiri di depan kelas sambil menunjuk
hidungnya karena tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas makin gaduh, dan anak-anak
pun tertawa melihat Iva di depan kelas memegang ujung hidungnya.
Jawablah kedua pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.
1. Apakah Anda setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva? Mengapa?
2. Menurut Anda, tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah hukuman atau konsekuensi?
Mengapa?
Berdasarkan kasus di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman
bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan
terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang
memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu
kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya.
Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh
suatu perbuatan atau kata-kata.
Sementara disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah
disepakati; sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-
bentuk konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui
sebelumnya konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada
konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek.
Konsekuensi biasanya diberikan berdasarkan suatu data yang umumnya dapat
diukur, misalnya, setelah 3 kali tugasnya tidak diselesaikan pada batas waktu yang
diberikan, atau murid melakukan kegiatan di luar kegiatan pembelajaran, misalnya
mengobrol, maka murid tersebut akan kehilangan waktu bermain, dan harus
menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya. Peraturan dan konsekuensi yang
mengikuti ini sudah diketahui sebelumnya oleh murid. Sikap guru di sini senantiasa
memonitor murid.
HUKUMAN DAN PENGHARGAAN
Penghargaan dan hukuman adalah dua aspek penting dalam proses pembelajaran.
Penghargaan dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rasa percaya diri pada siswa,
sementara hukuman dapat membentuk perilaku siswa agar lebih baik dan mengurangi perilaku
negatif. Seringkali, hukuman dapat menciptakan rasa takut, perasaan tidak aman, dan bahkan
pembalasan dalam diri individu yang menerima hukuman.
Penghargaan Sebagai Bentuk Hukuman yang Membangun.
"Penghargaan Sebagai Hukuman" mungkin terdengar bertentangan, tetapi sebenarnya dapat
menjadi alat yang kuat dalam membentuk perilaku positif, pengembangan diri, dan
keterampilan individu jika pemberiannya dilakukan dengan tepat.
Di sinilah kita memasuki konsep penghargaan sebagai bentuk hukuman yang lebih positif dan
membangun. Daripada menggunakan konsekuensi negatif, kita dapat menggantinya dengan
konsekuensi positif untuk mengubah perilaku. Ini bukanlah penghargaan dalam arti konvensional
dimana seseorang diberikan hadiah karena melakukan sesuatu yang baik, tetapi lebih tentang
menggunakan apresiasi dan pengakuan sebagai alat untuk memperkuat perilaku positif dan
membangun motivasi.
1. Mengubah Perilaku
Misalnya, dalam konteks pendidikan, guru dapat menggunakan pujian dan pengakuan untuk
mengubah perilaku siswa yang sebelumnya tidak tertib menjadi lebih tertib. Dalam hal ini,
penghargaan berfungsi sebagai hukuman, karena dengan mengapresiasi perilaku yang
diinginkan, siswa mungkin lebih cenderung menghindari perilaku yang tidak diinginkan untuk
mencegah kehilangan pengakuan tersebut.
2. Mengembangkan Diri
Di luar pendidikan, penghargaan dapat digunakan sebagai hukuman yang membangun
dalam konteks pengembangan diri.
Misalnya, seorang individu yang berusaha untuk mencapai tujuan pribadi dapat
memberikan penghargaan diri sendiri setiap kali mereka mencapai tonggak tertentu. Hal ini
memberikan insentif untuk mencapai lebih banyak prestasi, menggantikan dorongan
untuk menghindari hukuman.
3. Mengukur Kemajuan
Penghargaan sebagai bentuk hukuman dapat digunakan untuk mengukur kemajuan dan
motivasi seseorang.
Misalnya, dalam konteks olahraga, atlet mungkin mendapat pengakuan atau penghargaan jika
mereka mencapai target latihan mereka. Ini dapat menjadi hukuman yang membangun yang
memberikan dorongan tambahan untuk mencapai target.
Penghargaan sebagai bentuk hukuman adalah konsep yang memungkinkan kita untuk melihat
hukuman dari sudut pandang yang lebih positif. Dari pada mengandalkan konsekuensi negatif atau
ketakutan, penghargaan sebagai hukuman memungkinkan kita untuk menggunakan apresiasi,
pengakuan, dan motivasi sebagai alat untuk mengubah perilaku, mengembangkan diri, dan
mengukur kemajuan. Ini menunjukkan bahwa dalam kasus tertentu, hukuman tidak selalu harus
bersifat negatif, melainkan dapat memainkan peran yang konstruktif dalam memotivasi dan
membangun individu
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
5 Kebutuhan Dasar Manusia
menurut Dr. William Glasser dalam “Choice Theory”.
1. Kebutuhan Bertahan Hidup
Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis untuk
bertahan hidup misalnya kesehatan, rumah, dan makanan. Kebutuhan biologis sebagai bagian dari
proses reproduksi termasuk kebutuhan untuk tetap bertahan hidup.
2, Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima)
Kebutuhan ini dan tiga kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan psikologis. Kebutuhan untuk
disayangi dan diterima meliputi kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk
memberi dan menerima kasih sayang dan kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari suatu
kelompok.
3. Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)
Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai sesuatu, menjadi
kompeten, menjadi terampil, diakui atas prestasi dan keterampilan kita, didengarkan dan
memiliki rasa harga diri. Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dianggap berharga, bisa
membuat perbedaan, bisa membuat pencapaian, kompeten, diakui, dihormati.
4, Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)
Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki
pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup seseorang. Anak-anak dengan kebutuhan
kebebasan yang tinggi menginginkan pilihan, mereka perlu banyak bergerak, suka
mencoba-coba, tidak terlalu terpengaruh orang lain dan senang mencoba hal baru dan
menarik.
5. Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)
Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari kesenangan,
bermain, dan tertawa. Bayangkan hidup tanpa kenikmatan apa pun, betapa menyedihkan.
Glasser menghubungkan kebutuhan akan kesenangan dengan belajar.
1. Penghukum.
Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal.
Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa
sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih
dalam lagi.
Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:
“Patuhi aturan saya, atau awas!”
“Kamu selalu saja salah!”
“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai
Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil,
yaitu cara dia.
2. Pembuat Merasa Bersalah
Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut.
Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain
merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri.
Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti:
“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”
“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”
“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”
Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid
merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya.
3. Teman
Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya
mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif.
Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi
teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang.
Mereka akan berkata:
“Ayo bantulah, demi bapak ya?”
“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”
“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.
4. Pemantau
Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung
jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada
peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita
dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang
menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau:
“Peraturannya apa?”
“Apa yang telah kamu lakukan?”
“Sanksi atau konsekuensinya apa?”
Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat
digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang.
5. Manajer
Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan
murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung
murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer
telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian,
bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan.
SEGITIGA RESTITUSI
PENGERTIAN RESTITUSI
Restitusi: Sebuah Pendekatan untuk Menciptakan Disiplin Positif
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki
kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan
karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004).
Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari
solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang
mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom
Gossen, 1996).
Di bawah ini adalah ciri-ciri restitusi yang membedakannya dengan
program disiplin lainnya.
• Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan
• Restitusi memperbaiki hubungan
• Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan
● Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri
Menstabilkan Identitas
(Stabilize the Identity)
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang
gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar
peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami
kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan.
Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau
kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita harus meyakinkan si anak, dengan cara
mengatakan kalimat-kalimat ini:
● Berbuat salah itu tidak apa-apa.
● Tidak ada manusia yang sempurna
● Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
● Kita bisa menyelesaikan ini.
Validasi Tindakan yang Salah
(Validate the Misbehavior)
Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita
memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-
cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut Teori Kontrol semua tindakan
manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu. Seorang guru yang memahami teori
kontrol pasti akan mengubah pandangannya dari teori stimulus response ke cara berpikir proaktif
yang mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak yang terus
menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu telah memenuhi kebutuhan
anak tersebut. Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin terdengar asing buat guru, namun bila dikatakan
dengan nada tanpa menghakimi akan memvalidasi kebutuhan mereka.
● “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
● “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
● “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting
buatmu”.
● “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”
Menanyakan Keyakinan
(Seek the Belief)
Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief) Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi
secara internal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah
divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan
berpindah menjadi orang yang dia inginkan.
Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau
keluarga.
● Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
● Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
● Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
● Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan? Apakah kamu
ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya? Kebanyakkan anak akan
mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya menjadi orang seperti itu. Guru dapat
membantu dengan bertanya, seperti apa jika mereka menjadi orang seperti itu. ketika anak sudah
mendapat gambaran yang jelas tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru dapat membantu
anak-anak tetap fokus pada gambaran tersebut.
PENUTUP
Mari belajar bersama,
berkolaborasi, saling
mendukung demi
mewujudkan disiplin positif
di sekolah kita sehingga
dapatmenciptakan karakter
Profil Pelajar Pancasila.
TERIMA KASIH
CGP Angkatan 9 Kab.Manggarai
Natalia Ginju, S.Pd. Yohanes W. Janu, S.Pd
Golojambu, 25 Oktober2023

More Related Content

Similar to materi aksi nyata budaya positif modul 1.4.pptx

DISEMINASI MATERI BUDAYA POSITIF.pptx
DISEMINASI MATERI BUDAYA POSITIF.pptxDISEMINASI MATERI BUDAYA POSITIF.pptx
DISEMINASI MATERI BUDAYA POSITIF.pptxArifHidayat432514
 
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdfModul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdfWidiawati92
 
0.PPT Luring LOKA DISIPLIN POSITIF.pptx
0.PPT Luring LOKA DISIPLIN POSITIF.pptx0.PPT Luring LOKA DISIPLIN POSITIF.pptx
0.PPT Luring LOKA DISIPLIN POSITIF.pptxEnang Cuhendi
 
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5) MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5) Amphie Yuurisman
 
AKSI NYATA 1.4.pptx
AKSI NYATA 1.4.pptxAKSI NYATA 1.4.pptx
AKSI NYATA 1.4.pptxDwiJayatri
 
MODUL 1.4.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI.pdf
MODUL 1.4.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI.pdfMODUL 1.4.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI.pdf
MODUL 1.4.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI.pdfDildian Zidan
 
Aksi Nyata Tugas 1.4.a.9 PMM.pdf
Aksi Nyata Tugas 1.4.a.9 PMM.pdfAksi Nyata Tugas 1.4.a.9 PMM.pdf
Aksi Nyata Tugas 1.4.a.9 PMM.pdfMochamatKholiq1
 
KAM MODUL 1.4 TRI WIDYA.pdf
KAM MODUL 1.4 TRI WIDYA.pdfKAM MODUL 1.4 TRI WIDYA.pdf
KAM MODUL 1.4 TRI WIDYA.pdfTrieWidya1
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdfEmiBudiHastuti
 
Tugasan kump 5 sgrc3043 konsep kendiri
Tugasan kump 5 sgrc3043  konsep kendiriTugasan kump 5 sgrc3043  konsep kendiri
Tugasan kump 5 sgrc3043 konsep kendirishazli shazli mahmud
 
Contoh Tugas Kolaborasi Guru dalam Pembelajaran.pptx
Contoh Tugas Kolaborasi Guru dalam Pembelajaran.pptxContoh Tugas Kolaborasi Guru dalam Pembelajaran.pptx
Contoh Tugas Kolaborasi Guru dalam Pembelajaran.pptxssuser765b391
 
1.4.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf
1.4.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf1.4.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf
1.4.a.8 Koneksi Antar Materi.pdfArifHidayat432514
 
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdfPPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdfssuserdab611
 
pembelajaan berbasis bimbingan
pembelajaan berbasis bimbinganpembelajaan berbasis bimbingan
pembelajaan berbasis bimbinganBijak3
 
Modul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdf
Modul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdfModul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdf
Modul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdfJuandiAziWijaya1
 
PPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptx
PPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptxPPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptx
PPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptxSITICHOSIYDAH
 
Slide Observasi
Slide ObservasiSlide Observasi
Slide Observasisusginting
 
PPT Diseminasi budaya positif di sekolah
PPT Diseminasi budaya positif di sekolahPPT Diseminasi budaya positif di sekolah
PPT Diseminasi budaya positif di sekolahDestiana38
 

Similar to materi aksi nyata budaya positif modul 1.4.pptx (20)

DISEMINASI MATERI BUDAYA POSITIF.pptx
DISEMINASI MATERI BUDAYA POSITIF.pptxDISEMINASI MATERI BUDAYA POSITIF.pptx
DISEMINASI MATERI BUDAYA POSITIF.pptx
 
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdfModul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
 
0.PPT Luring LOKA DISIPLIN POSITIF.pptx
0.PPT Luring LOKA DISIPLIN POSITIF.pptx0.PPT Luring LOKA DISIPLIN POSITIF.pptx
0.PPT Luring LOKA DISIPLIN POSITIF.pptx
 
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5) MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
 
AKSI NYATA 1.4.pptx
AKSI NYATA 1.4.pptxAKSI NYATA 1.4.pptx
AKSI NYATA 1.4.pptx
 
MODUL 1.4.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI.pdf
MODUL 1.4.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI.pdfMODUL 1.4.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI.pdf
MODUL 1.4.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI.pdf
 
Aksi Nyata Tugas 1.4.a.9 PMM.pdf
Aksi Nyata Tugas 1.4.a.9 PMM.pdfAksi Nyata Tugas 1.4.a.9 PMM.pdf
Aksi Nyata Tugas 1.4.a.9 PMM.pdf
 
kONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4
kONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4kONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4
kONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4
 
KAM MODUL 1.4 TRI WIDYA.pdf
KAM MODUL 1.4 TRI WIDYA.pdfKAM MODUL 1.4 TRI WIDYA.pdf
KAM MODUL 1.4 TRI WIDYA.pdf
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf.pdf
 
Tugasan kump 5 sgrc3043 konsep kendiri
Tugasan kump 5 sgrc3043  konsep kendiriTugasan kump 5 sgrc3043  konsep kendiri
Tugasan kump 5 sgrc3043 konsep kendiri
 
Contoh Tugas Kolaborasi Guru dalam Pembelajaran.pptx
Contoh Tugas Kolaborasi Guru dalam Pembelajaran.pptxContoh Tugas Kolaborasi Guru dalam Pembelajaran.pptx
Contoh Tugas Kolaborasi Guru dalam Pembelajaran.pptx
 
1.4.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf
1.4.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf1.4.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf
1.4.a.8 Koneksi Antar Materi.pdf
 
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdfPPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
 
Penulisan akademik
Penulisan akademikPenulisan akademik
Penulisan akademik
 
pembelajaan berbasis bimbingan
pembelajaan berbasis bimbinganpembelajaan berbasis bimbingan
pembelajaan berbasis bimbingan
 
Modul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdf
Modul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdfModul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdf
Modul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdf
 
PPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptx
PPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptxPPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptx
PPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptx
 
Slide Observasi
Slide ObservasiSlide Observasi
Slide Observasi
 
PPT Diseminasi budaya positif di sekolah
PPT Diseminasi budaya positif di sekolahPPT Diseminasi budaya positif di sekolah
PPT Diseminasi budaya positif di sekolah
 

More from YohanesWaldiJanu

RUANG KOLABORASI MODUL 3.3. Guru penggerak A9pdf
RUANG KOLABORASI MODUL 3.3. Guru penggerak A9pdfRUANG KOLABORASI MODUL 3.3. Guru penggerak A9pdf
RUANG KOLABORASI MODUL 3.3. Guru penggerak A9pdfYohanesWaldiJanu
 
Tugas CGP A9 Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2.pptx
Tugas CGP A9 Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2.pptxTugas CGP A9 Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2.pptx
Tugas CGP A9 Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2.pptxYohanesWaldiJanu
 
Tugas Diskusi Ruang kolaborasi Modul 3.2.pptx
Tugas Diskusi Ruang kolaborasi Modul 3.2.pptxTugas Diskusi Ruang kolaborasi Modul 3.2.pptx
Tugas Diskusi Ruang kolaborasi Modul 3.2.pptxYohanesWaldiJanu
 
Materi matematika kelas 8 Bab lingkaran,
Materi matematika kelas 8 Bab lingkaran,Materi matematika kelas 8 Bab lingkaran,
Materi matematika kelas 8 Bab lingkaran,YohanesWaldiJanu
 
TUGAS EKSPLORASI KONSEP KELOMPOK III CGP.pptx
TUGAS EKSPLORASI KONSEP KELOMPOK III CGP.pptxTUGAS EKSPLORASI KONSEP KELOMPOK III CGP.pptx
TUGAS EKSPLORASI KONSEP KELOMPOK III CGP.pptxYohanesWaldiJanu
 
MODUL DISKUSI RUANG KOLABORASI 1.4 .pptx
MODUL DISKUSI RUANG KOLABORASI 1.4 .pptxMODUL DISKUSI RUANG KOLABORASI 1.4 .pptx
MODUL DISKUSI RUANG KOLABORASI 1.4 .pptxYohanesWaldiJanu
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL MERANCANG RPP...
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL MERANCANG RPP...DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL MERANCANG RPP...
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL MERANCANG RPP...YohanesWaldiJanu
 
Tugas Diskusi Eksplorasi Konsep.pptx
Tugas Diskusi Eksplorasi Konsep.pptxTugas Diskusi Eksplorasi Konsep.pptx
Tugas Diskusi Eksplorasi Konsep.pptxYohanesWaldiJanu
 

More from YohanesWaldiJanu (9)

RUANG KOLABORASI MODUL 3.3. Guru penggerak A9pdf
RUANG KOLABORASI MODUL 3.3. Guru penggerak A9pdfRUANG KOLABORASI MODUL 3.3. Guru penggerak A9pdf
RUANG KOLABORASI MODUL 3.3. Guru penggerak A9pdf
 
Tugas CGP A9 Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2.pptx
Tugas CGP A9 Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2.pptxTugas CGP A9 Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2.pptx
Tugas CGP A9 Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2.pptx
 
Tugas Diskusi Ruang kolaborasi Modul 3.2.pptx
Tugas Diskusi Ruang kolaborasi Modul 3.2.pptxTugas Diskusi Ruang kolaborasi Modul 3.2.pptx
Tugas Diskusi Ruang kolaborasi Modul 3.2.pptx
 
Materi matematika kelas 8 Bab lingkaran,
Materi matematika kelas 8 Bab lingkaran,Materi matematika kelas 8 Bab lingkaran,
Materi matematika kelas 8 Bab lingkaran,
 
TUGAS EKSPLORASI KONSEP KELOMPOK III CGP.pptx
TUGAS EKSPLORASI KONSEP KELOMPOK III CGP.pptxTUGAS EKSPLORASI KONSEP KELOMPOK III CGP.pptx
TUGAS EKSPLORASI KONSEP KELOMPOK III CGP.pptx
 
MODUL DISKUSI RUANG KOLABORASI 1.4 .pptx
MODUL DISKUSI RUANG KOLABORASI 1.4 .pptxMODUL DISKUSI RUANG KOLABORASI 1.4 .pptx
MODUL DISKUSI RUANG KOLABORASI 1.4 .pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL MERANCANG RPP...
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL MERANCANG RPP...DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL MERANCANG RPP...
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL MERANCANG RPP...
 
Kontekstual 1.1 a6.pptx
Kontekstual 1.1 a6.pptxKontekstual 1.1 a6.pptx
Kontekstual 1.1 a6.pptx
 
Tugas Diskusi Eksplorasi Konsep.pptx
Tugas Diskusi Eksplorasi Konsep.pptxTugas Diskusi Eksplorasi Konsep.pptx
Tugas Diskusi Eksplorasi Konsep.pptx
 

Recently uploaded

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 

materi aksi nyata budaya positif modul 1.4.pptx

  • 1. DISEMINASI BUDAYA POSITIF DI SMP NEGERI 13 SATARMESE NATALIA GINJU, S.Pd CGPA9 Kab. Manggarai Golojambu,25 Oktober 2023 Yohanes Waldi Janu, S.Pd CGP A9 Kab. Manggarai
  • 2. Natalia Ginju, S.Pd. Yohanes W. Janu, S.Pd. Salam & Bahagia Selamat Datang Para GURU HEBAT! SMPN 13 Satarmese 25-10-2023 Aksi Nyata Modul 1.4. Budaya Positif “Menyebarkan Pemahaman dan Pengalaman Penerapan Budaya Positif” CGP Angkatan 9 Kab. Manggarai
  • 3. PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR DISIPLIN POSITIF TEORI MOTIVASI PERILAKU MANUSIA KEYAKINAN KELAS HUKUMAN & PENGHARGAAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA POSISI KONTROL GURU SEGITIGARESTITUSI Konsep Inti Budaya Positif
  • 4. PEMBELAJARAN DENGAN PARADIGMA BARU Dirancang berdasarkan prinsip PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI sehingga setiap siswa belajar sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya.
  • 5. Pada pembelajaran paradigma baru, kerangka pengembangan pembelajaran bukan model yang linear namun merupakan siklus yang berkesinambungan Pembelajaran paradigma baru mencangkup pemetaan standar kompetensi, merdeka belajar dan asesmen kompetensi minimal sehingga menjamin ruang yang lebih leluasa bagi pendidik untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Ketiga komponen ini selaras dan saling mempengaruhi, keselarasan inilah yang diharapkan dapat mengubah paradigma pembelajaran agar terjadi perbaikan dan pengembangan praktik pembelajaran secara berkelanjutan. Pada pembelajaran paradigma baru, Profil Pelajar Pancasila berperan menjadi penuntun arah yang memandu segala kebijakan dan pembaruan dalam sistem pendidikan Indonesia, termasuk pembelajaran, dan asesmen
  • 6.
  • 7. Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah- sekolah kita.
  • 8.
  • 9. Ilusi guru mengontrol murid. Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya kita sedang mengontrol perilaku murid tersebut, hal ini karena murid tersebut sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat. Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter. Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja.
  • 10. Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus- Respon kepada pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa, “..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku kita. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Pada Stimulus Respon seolah-olah orang lain dapat kita kontrol, dapat kita kendalikan, sehingga kita dapat merubah seseorang menjadi apa yang kita inginkan. Tetapi pada Teori kontrol sangat bertolak belakang, sesuatu yang sedang kita kontrol sebetulnya tidak dapat kita kendalikan, karena yang dapat mengontrol adalah dirinya sendiri, bukan orang lain.
  • 11. STIMULUS RESPON TEORI KONTROL / PILIHAN Kita mencoba mengubah orang agar berpandangan sama dengan kita. Kita berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia. Perilaku buruk dilihat sebagai suatu kesalahan. Semua perilaku memiliki tujuan. Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda. Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan konsesus menciptakan pilihan-pilihan baru. Model berpikir menang/ kalah. Model berpikir menang-menang. MENGUBAH PARADIGMA STIMULUS RESPON KE PENDEKATAN TEORI KONTROL
  • 12. Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menuntun murid untuk memiliki DISIPLIN DIRI, sehingga mereka bisa berperilaku yang mengacu pada NILAI-NILAI KEBAJIKAN UNIVERSAL dan memiliki MOTIVASI INTRINSIK bukan ekstrinsik. Dalam budaya kita, makna kata "disiplin" telah berubah menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan KEPATUHAN. Kita cenderung menghubungkan kata disiplin dengan KETIDAKNYAMANAN. DISIPLIN POSITIF Merupakan salah satu pendekatan DISIPLIN DIRI yang memampukan seseorang untuk mengontrol perilakunya dalam KESADARAN dan BERTANGGUNG JAWAB atas tindakannya sebagai wujud MENGHORMATI DIRI SENDIRI & ORANG LAIN
  • 13. "Pendekatan DISIPLIN POSITIF tidaklah tentang anak/ peserta didik secara langsung tetapi tentang DIRI & CARA KITA SENDIRI (baik sebagai orangtua, guru, atau orang dewasa) yang memberikan dampak dan pengaruh positif kepada anak/ peserta didik."
  • 14. Merupakan kemampuan individual pendidik untuk membina/mendidik peserta didik secara individual ataupun secara kelompok. Pendekatan secara individual / kelompok perlu mendapatkan dukungan kebijakan sekolah dan peran serta pemangku kepentingan sekolah. Pendekatan DISIPLIN POSITIF
  • 15. NILAI-NILAI KEBAJIKAN UNIVERSAL NILAI-NILAI KEBAJIKANADALAH SIFA T-SIFA T POSITIF MANUSIA YANG MERUPAKAN TUJUAN MULIAYANG INGIN DICAPAI SETIAP INDIVIDU. CONTOH: PROFIL PELAJAR PANCASILA 1.BERIMAN, BERTAQWA KEPADATUHAN YME, & BERAKHLAK MULIA 2. MANDIRI 3. BERNALAR KRITIS 4. BERKEBHINEKAAN GLOBAL 5. BERGOTONG ROYONG 6. KREATIF NILAI YANG DISEPAKATI BERSAMA(LINTAS BAHASA, SUKU BANGSA, AGAMA, MAUPUN LATAR BELAKANG).
  • 17. MENCIPTAKAN DISIPLIN POSITIF & SIKAP MERDEKA Menurut Ki Hadjar Dewantara: “Merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri”. MOTIVASI INTERNAL
  • 18. Mengapa tidak peraturan saja?!?! Mengapa harus keyakinan kelas? Keyakinan Kelas
  • 19. Perhatikan pertanyaan berikut: Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak pada saat pandemi COVID-19? Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila mengendarai kendaraan bermotor? Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat waktu pada saat mengikuti pelatihan? Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan- keyakinan lebih menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-peraturan.
  • 20. Yang mana yang merupakan keyakinan kelas?
  • 21. Sedikit saja agar mudah diingat Sesuai dengan kondisi kelas dan sekolah agar mudah diterapkan Semua warga kelas/ sekolah dilibatkan saat membuat Bagaimana membuat keyakinan kelas? Lebih abstrak dari peraturan Berupa pernyataan universal Dibuat dalam bentuk kalimat positif
  • 22. Tanggung jawab Menghormati Orang Lain Menghormati Orang Lain, Berkomitmen Keselamatan, Menghormati Orang Lain Selalu kembalikan buku ke tempatnya. Dilarang mengganggu orang Lain. Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Dilarang melakukan kekerasan. Tentukan keyakinan dari peraturan berikut: Kesehatan Dilarang menggunakan narkoba. Bergantian atau menunggu giliran. Menghormati orang lain, Bersabar Kesehatan, Keselamatan Gunakan masker. Keselamatan, Keamanan Jangan berlari di kelas atau koridor.
  • 23. Berdiskusi mengenai peraturan Merumuskan peraturan menjadi keyakinan Menempelkan keyakinan kelas yang disepakati
  • 24.
  • 25. HUKUMAN DAN PENGHARGAAN Kegiatan Pemantik: Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan cobalah jawab pertanyaan- pertanyaan yang diberikan: Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga pada saat pelajaran tersebut berlangsung, dia lebih banyak berdiam diri atau menggambar di buku pelajarannya. Pada saat guru Matematikanya, Pak Seno, menanyakan pertanyaan Iva menjadi gugup, dan tak sengaja menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba menjadi gagap pada saat berupaya menjawab. Seluruh kelas pun tertawa melihat perilaku Iva yang bicara tergagap dan terkejut tersebut. Pak Seno pada saat itu membiarkan teman-teman Iva menertawakan Iva yang tergagap dan malu luar biasa, dan malahan minta Iva untuk maju ke depan dan berdiri di depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas makin gaduh, dan anak-anak pun tertawa melihat Iva di depan kelas memegang ujung hidungnya. Jawablah kedua pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda. 1. Apakah Anda setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva? Mengapa? 2. Menurut Anda, tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah hukuman atau konsekuensi? Mengapa?
  • 26. Berdasarkan kasus di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata. Sementara disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati; sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk- bentuk konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi biasanya diberikan berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur, misalnya, setelah 3 kali tugasnya tidak diselesaikan pada batas waktu yang diberikan, atau murid melakukan kegiatan di luar kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol, maka murid tersebut akan kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya. Peraturan dan konsekuensi yang mengikuti ini sudah diketahui sebelumnya oleh murid. Sikap guru di sini senantiasa memonitor murid.
  • 27. HUKUMAN DAN PENGHARGAAN Penghargaan dan hukuman adalah dua aspek penting dalam proses pembelajaran. Penghargaan dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rasa percaya diri pada siswa, sementara hukuman dapat membentuk perilaku siswa agar lebih baik dan mengurangi perilaku negatif. Seringkali, hukuman dapat menciptakan rasa takut, perasaan tidak aman, dan bahkan pembalasan dalam diri individu yang menerima hukuman. Penghargaan Sebagai Bentuk Hukuman yang Membangun. "Penghargaan Sebagai Hukuman" mungkin terdengar bertentangan, tetapi sebenarnya dapat menjadi alat yang kuat dalam membentuk perilaku positif, pengembangan diri, dan keterampilan individu jika pemberiannya dilakukan dengan tepat. Di sinilah kita memasuki konsep penghargaan sebagai bentuk hukuman yang lebih positif dan membangun. Daripada menggunakan konsekuensi negatif, kita dapat menggantinya dengan konsekuensi positif untuk mengubah perilaku. Ini bukanlah penghargaan dalam arti konvensional dimana seseorang diberikan hadiah karena melakukan sesuatu yang baik, tetapi lebih tentang menggunakan apresiasi dan pengakuan sebagai alat untuk memperkuat perilaku positif dan membangun motivasi.
  • 28. 1. Mengubah Perilaku Misalnya, dalam konteks pendidikan, guru dapat menggunakan pujian dan pengakuan untuk mengubah perilaku siswa yang sebelumnya tidak tertib menjadi lebih tertib. Dalam hal ini, penghargaan berfungsi sebagai hukuman, karena dengan mengapresiasi perilaku yang diinginkan, siswa mungkin lebih cenderung menghindari perilaku yang tidak diinginkan untuk mencegah kehilangan pengakuan tersebut. 2. Mengembangkan Diri Di luar pendidikan, penghargaan dapat digunakan sebagai hukuman yang membangun dalam konteks pengembangan diri. Misalnya, seorang individu yang berusaha untuk mencapai tujuan pribadi dapat memberikan penghargaan diri sendiri setiap kali mereka mencapai tonggak tertentu. Hal ini memberikan insentif untuk mencapai lebih banyak prestasi, menggantikan dorongan untuk menghindari hukuman.
  • 29. 3. Mengukur Kemajuan Penghargaan sebagai bentuk hukuman dapat digunakan untuk mengukur kemajuan dan motivasi seseorang. Misalnya, dalam konteks olahraga, atlet mungkin mendapat pengakuan atau penghargaan jika mereka mencapai target latihan mereka. Ini dapat menjadi hukuman yang membangun yang memberikan dorongan tambahan untuk mencapai target. Penghargaan sebagai bentuk hukuman adalah konsep yang memungkinkan kita untuk melihat hukuman dari sudut pandang yang lebih positif. Dari pada mengandalkan konsekuensi negatif atau ketakutan, penghargaan sebagai hukuman memungkinkan kita untuk menggunakan apresiasi, pengakuan, dan motivasi sebagai alat untuk mengubah perilaku, mengembangkan diri, dan mengukur kemajuan. Ini menunjukkan bahwa dalam kasus tertentu, hukuman tidak selalu harus bersifat negatif, melainkan dapat memainkan peran yang konstruktif dalam memotivasi dan membangun individu
  • 31. 5 Kebutuhan Dasar Manusia menurut Dr. William Glasser dalam “Choice Theory”. 1. Kebutuhan Bertahan Hidup Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis untuk bertahan hidup misalnya kesehatan, rumah, dan makanan. Kebutuhan biologis sebagai bagian dari proses reproduksi termasuk kebutuhan untuk tetap bertahan hidup. 2, Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima) Kebutuhan ini dan tiga kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan psikologis. Kebutuhan untuk disayangi dan diterima meliputi kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dan kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari suatu kelompok.
  • 32. 3. Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan) Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, diakui atas prestasi dan keterampilan kita, didengarkan dan memiliki rasa harga diri. Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dianggap berharga, bisa membuat perbedaan, bisa membuat pencapaian, kompeten, diakui, dihormati. 4, Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan) Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup seseorang. Anak-anak dengan kebutuhan kebebasan yang tinggi menginginkan pilihan, mereka perlu banyak bergerak, suka mencoba-coba, tidak terlalu terpengaruh orang lain dan senang mencoba hal baru dan menarik. 5. Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang) Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari kesenangan, bermain, dan tertawa. Bayangkan hidup tanpa kenikmatan apa pun, betapa menyedihkan. Glasser menghubungkan kebutuhan akan kesenangan dengan belajar.
  • 33.
  • 34. 1. Penghukum. Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata: “Patuhi aturan saya, atau awas!” “Kamu selalu saja salah!” “Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia. 2. Pembuat Merasa Bersalah Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti: “Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu” “Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?” “Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?” Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya.
  • 35. 3. Teman Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata: “Ayo bantulah, demi bapak ya?” “Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?” “Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”. 4. Pemantau Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau: “Peraturannya apa?” “Apa yang telah kamu lakukan?” “Sanksi atau konsekuensinya apa?” Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang.
  • 36. 5. Manajer Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan.
  • 38. PENGERTIAN RESTITUSI Restitusi: Sebuah Pendekatan untuk Menciptakan Disiplin Positif Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
  • 39. Di bawah ini adalah ciri-ciri restitusi yang membedakannya dengan program disiplin lainnya. • Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan • Restitusi memperbaiki hubungan • Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan ● Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri
  • 40. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity) Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita harus meyakinkan si anak, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini: ● Berbuat salah itu tidak apa-apa. ● Tidak ada manusia yang sempurna ● Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu. ● Kita bisa menyelesaikan ini.
  • 41. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehavior) Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara- cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu. Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan mengubah pandangannya dari teori stimulus response ke cara berpikir proaktif yang mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak yang terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu telah memenuhi kebutuhan anak tersebut. Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin terdengar asing buat guru, namun bila dikatakan dengan nada tanpa menghakimi akan memvalidasi kebutuhan mereka. ● “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?” ● “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu” ● “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu”. ● “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”
  • 42. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief) Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief) Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau keluarga. ● Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga? ● Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati? ● Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal? ● Kamu mau jadi orang yang seperti apa? Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan? Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya? Kebanyakkan anak akan mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya menjadi orang seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika mereka menjadi orang seperti itu. ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru dapat membantu anak-anak tetap fokus pada gambaran tersebut.
  • 43. PENUTUP Mari belajar bersama, berkolaborasi, saling mendukung demi mewujudkan disiplin positif di sekolah kita sehingga dapatmenciptakan karakter Profil Pelajar Pancasila.
  • 44. TERIMA KASIH CGP Angkatan 9 Kab.Manggarai Natalia Ginju, S.Pd. Yohanes W. Janu, S.Pd Golojambu, 25 Oktober2023