SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
PEMENUHAN
KEBUTUHAN
ELIMINASI
Dosen Pengampu:
Astri Yulia Sari Lubis, SST.,
M.Kes
Eliminasi Miksi
Defekasi
MIKSI
Organ yg Berperan dlm Eliminasi Urine
Ginjal
Kandung kemih (bladder, buli-buli)
Uretra
PROSES BERKEMIH
Berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine
yang dapat menimbulkan rangsangan pada saraf-
saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian
rangsangan tersebut diteruskan melalui medula
spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat
di korteks serebral. Selanjutnya, otak memberikan
impuls/rangsangan melalui medula spinalis ke
neuromotoris di daerah sakral, kemudian terjadi
koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot sphincter
internal. Urine dilepaskan dari vesika urinaria tetapi
masih tertahan sphincter eksternal
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Eliminasi Urine
Diet dan asupan (intake)
Respons keinginan awal
untuk berkemih
Gaya hidup
Stress psikologis
Tingkat aktivitas
Tingkat perkembangan
Kondisi penyakit
Sosiokultural
Kebiasaan seseorang
Tonus otot
Pembedahan
Pengobatan
Pemeriksaan diagnostic
Gangguan/Masalah Kebutuhan
Eliminasi Urine
Retensi urine
o Tanda klinis
Ketidaknyamanan daerah pubis
Distensi vesika urinaria
Ketidaksanggupan untuk berkemih
Sering berkemih saat vesika urinaria
berisi sedikit urine (25-50 ml)
Ketidakseimbangan jumlah urine
yang dikeluarkan dengan asupannya
Meningkatkan keresahan dan
keinginan berkemih
Adanya urine sebanyak 3000-4000
ml dalam kandung kemih
o Penyebab
Operasi pada daerah abdomen
bawah, pelvis vesika urinaria
Trauma sumsum tulang belakang
Tekanan uretra yang tinggi karena
otot detrusor yang lemah
Sphincter yang kuat
Sumbatan (striktur uretra dan
pembesaran kelenjar prostat)
Inkontinensia urine
ENURESIS
o Penyebabnya:
Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal
Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi
keinginan berkemih tidak diketahui yang mengakibatkan terlambatnya
bangun tidur untuk ke kamar mandi
Vesika urinaria peka rangsnag dan seterusnya tidak dapat
menampung urine dalam jumlah besar
Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah misalnya
persaingan denga saudara kandung
Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan
mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu dengan mendidiknya
Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neurologis sistem
perkemihan
Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral
PERUBAHAN POLA ELIMINASI URINE
Frekuensi, frekuensi yang tinggi dikarenakan meningkatnya
jumlah cairan yang masuk yang dapat ditemukan pada
keadaan stress atau hamil
Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih
yang sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih,
trauma dan striktur uretra
Poliuria, merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah
besar oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara
mendadak
Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urine
Kateterisasi
Persiapan alat dan bahan
Sarung tangan steril
Kateter steril sesuai ukuran dan jenis
Duk steril
Minyak pelumas/jely
Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat)
Spuit yang berisi cairan
Perlak dan alasnya
Pinset anatomi
Bengkok
Urinal bag
Sampiran
Pelaksanaan
Cuci tangan
Beritahu pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
Atur ruangan
Pasang perlak/pengalas
Gunakan sarung steril
Pasang duk steril
Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (± 3 kali hingga bersih)
Buka labia majora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan bagian dalam
Kateter diberi minyak pelumas atau jelly pada ujungnya lalu masukkan pelan-pelan
sambil anjurkan untuk tarik nafas masukkan 2,5-5 cm atau hingga urine keluar
Setelah selesai isi balon dengan cairan akuades atau sejenisnya dengan
menggunakan spuit untuk yang dipasang tetap. Bila tidak dipasang tetap tarik
kembali sambil pasien disuruh nafas dalam
Sambung kateter dnegan urinal bag dan fiksasi ke arah samping
Rapikan alat
Cuci tangan
DEFEKASI
Sistem yang Berperan dalam Defekasi
Adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi:
Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum dan ileum
dengan panjangnya ± 6 m diameter 2,5 cm. Berfungsi
dalam absorpsi elektrolit Na+, Cl-, K+, Mg2+, HCO3 dan
Ca2+
Usus besar dimulai dari rektum, kolon hingga anus yang
memiliki panjang ± 1,5 cm atau 50-60 inci dengan
diameter 6 cm. Usus besar merupakan bagian bawah
atau bagian ujung dari saluran pencernaan, dimulai dari
katup ileum caecum sampai ke dubur atau anus
Proses Defekasi
Secara umum, terdapat 2 refleks yang membantu proses defekasi
yaitu
Refleks defekasi intrinsik dimulai dari adanya zat sisa
makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi,
kemudian fleksus mesenterikus merangsang gerakan
peristaltik dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat
sphincter interna relaksasi maka terjadilah proses defekasi
Refleks defekasi parasimpatis dimulai dari adanya feses
dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord
dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid
lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya
terjadi relaksasi sphincter interna, maka terjadilah proses
defekasi
Gangguan/Masalah Defekasi
1. Konstipasi
Tanda klinis:
Adanya feses yang keras
Defekasi kurang dari kali seminggu
Menurunnya bising usus
Adanya keluhan pada rektum
Nyeri saat mengejan dan defekasi
Adanya perasaan masih ada sisa feses
Kemungkinan penyebab
Defek persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cedera
serebrospinalis, cerebro vaskular accident (CVA) dan lain-lain
Pola defekasi yang tidak teratur
Nyeri saat defekasi karena hemorroid
Menurunnya peristaltik karena stress psikologis
Penggunaan obat seperti antasida
Proses menua (usia lanjut)
2. Diare
Tanda klinis:
Adanya pengeluaran feses cair
Frekuensi lebih dari 3 kali sehari
Nyeri/kram abdomen
Bising usus meningkat
Kemungkinan penyebab
Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi
Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme
Efek tindakan pembedahan usus
Efek penggunaan obat seperti antasida
Stress psikologi
3. Inkontinensia usus
Tanda klinis
Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki
Kemungkinan penyebab
Gangguan sphincter rektal akibat cedera anus,
pembedahan dan lain-lain
Distensi rektum berlebih
Kurangnya kontrol sphincter akibat cedera medula
spinalis, CVA dan lain-lain
Kerusakan kognitif
4. Kembung
5. Hemorroid
6. Fecal impaction
Faktor yang Memengaruhi Proses Defekasi
Usia
Diet
Asupan cairan
Aktifitas
Pengobatan
Gaya hidup
Penyakit
Nyeri
Kerusakan sensoris dan motoris
Tindakan Mengatasi Masalah Defekasi
Membantu pasien buang air besar dengan pispot
Persiapan alat
Alas/perlak
Pispot
Air bersih
Tisu
Sampiran
Sarung tangan
Pelaksanaan
Cuci tangan
Beritahu pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
Pasang sampiran kalau di bangsal umum
Gunakan sarung tangan
Pasang pengalas di bawah glutea
Tempatkan pispot di antara pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi
bagian lubang pispot tepat di bawah rektum
Setelah pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah
nyaman atau belum. Kalau belum atur sesuai dengan kebutuhan
Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang telah disediakan
Setelah selesai, siram dengan air bersih kemudian keringkan dengan tisu
Catat tanggal, jam, defekasi dan karakteristiknya
Cuci tangan
Memberikan huknah rendah
Persiapan alat
Pengalas
Irigator lengkap dengan kanula rekti
Cairan hangat ± 700-1000 ml dengan suhu 40,5-43°C
pada orang dewasa
Bengkok/nierbekken
Jelly
Pispot
Sampiran
Sarung tangan
Tisu
Pelaksanaan
Cuci tangan
Beritahu pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
Atur ruangan dengan meletakkan sampiran apabila di bangsal umum atau menutup pintu
apabila di ruang sendiri
Atur posisi sim miring ke kiri pada pasien
Pasang pengalas di bawah glutea
Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan (40,5-430C) dan hubungkan dengan
kanula rekti. Kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok
serta berikan jelly pada ujung kanula
Gunakan sarung tangan dan masukkan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rektum ke arah
kolon desenden sambil pasien diminta untuk bernafas panjang dan memegang irigator
setinggi 50 cm dari tempat tidur. Buka klemnya dan air dialirkan sampai pasien
menunjukkan keinginan untuk BAB
Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau
anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan, bersihkan daerah sekitar
rektum hingga bersih
Cuci tangan
Catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistensi dan respons pasien
Memberikan huknah tinggi
Persiapan alat
Pengalas
Irigator lengkap dengan kanula usus
Cairan hangat (seperti huknah rendah)
Bengkok
Jelly
Pispot
Sampiran
Sarung tangan
Tisu
Pelaksanaan
Cuci tangan
Beritahu pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
Atur ruangan dengan menggunakan sampiran apabila pasien berada di ruang
bangsal umum atau tutup pintu bila di ruang sendiri
Atur posisi sim miring ke kanan pada pasien
Gunakan sarung tangan
Irigator diisi cairan hangat yangs sesuai dengan suhu badan dan hubungkan
dengan kanula usus. Kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan kelurkan
air ke bengkak, lalu berikan jelly pada ujung kanula
Masukkan kanula ke dalam rektum ke arah kolon asenden ± 15-20 cm sambil
pasien disuruh nafas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat
tidur. Buka klem sehingga air mengalir pada rektum sampai pasien menunjukkan
ingin buang air besar
Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang
pispot atau anjurkan ke toilet. Kalau tidak mampu ke toilet bersihkan dengah air
sampai bersih lalu keringkan dengan tisu
Buka sarung tangan dan catat jumlah, warna, konsistensi dan respon pasien
Cuci tangan
Thank You

More Related Content

Similar to OPTIMALKAN PROSES ELIMINASI

Similar to OPTIMALKAN PROSES ELIMINASI (20)

Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecalKonsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
 
Keperluan eliminasi
Keperluan eliminasiKeperluan eliminasi
Keperluan eliminasi
 
Pengkajian sist. perkemihan
Pengkajian sist. perkemihan Pengkajian sist. perkemihan
Pengkajian sist. perkemihan
 
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatankebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
 
ELIMINASI_FEKAL.pptx
ELIMINASI_FEKAL.pptxELIMINASI_FEKAL.pptx
ELIMINASI_FEKAL.pptx
 
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptxPemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi.pptx
 
Askep peritonitis
Askep peritonitisAskep peritonitis
Askep peritonitis
 
Word eliminasi ibu nifas
Word eliminasi ibu nifasWord eliminasi ibu nifas
Word eliminasi ibu nifas
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Askep peritonitis
Askep peritonitisAskep peritonitis
Askep peritonitis
 
304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi
 
askep intususepsi
askep intususepsiaskep intususepsi
askep intususepsi
 
Lp eleminasi
Lp eleminasiLp eleminasi
Lp eleminasi
 
Eliminasi fekal by Ns Yulia BSN, RN
Eliminasi fekal by Ns Yulia BSN, RNEliminasi fekal by Ns Yulia BSN, RN
Eliminasi fekal by Ns Yulia BSN, RN
 
Inkontinensia urin
Inkontinensia urinInkontinensia urin
Inkontinensia urin
 
asuhan persalinan kala 1.ppt
asuhan persalinan kala 1.pptasuhan persalinan kala 1.ppt
asuhan persalinan kala 1.ppt
 
Askep hirscprung AKPER PEMDA MUNA
Askep hirscprung AKPER PEMDA MUNA Askep hirscprung AKPER PEMDA MUNA
Askep hirscprung AKPER PEMDA MUNA
 
Bph
BphBph
Bph
 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan EliminasiPemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
 

More from AstriYuliaSariLubis1

Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik KebidananPendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik KebidananAstriYuliaSariLubis1
 
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGT
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGTPemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGT
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGTAstriYuliaSariLubis1
 
PENJAHITAN PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
PENJAHITAN  PERAWATAN LUKA KEBIDANANPENJAHITAN  PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
PENJAHITAN PERAWATAN LUKA KEBIDANANAstriYuliaSariLubis1
 
PERAWATAN LUKA POST OPERATIVE KEBIDANAN
PERAWATAN LUKA POST OPERATIVE KEBIDANANPERAWATAN LUKA POST OPERATIVE KEBIDANAN
PERAWATAN LUKA POST OPERATIVE KEBIDANANAstriYuliaSariLubis1
 
Amniotomi, Episiotomi, Penjahitan Perineum
Amniotomi, Episiotomi, Penjahitan PerineumAmniotomi, Episiotomi, Penjahitan Perineum
Amniotomi, Episiotomi, Penjahitan PerineumAstriYuliaSariLubis1
 
6. OBAT & TERAPI PADA PERSALINAN.pptx
6. OBAT & TERAPI PADA PERSALINAN.pptx6. OBAT & TERAPI PADA PERSALINAN.pptx
6. OBAT & TERAPI PADA PERSALINAN.pptxAstriYuliaSariLubis1
 
5. Pencegahan Infeksi Pada Persalinan & BBL
5. Pencegahan Infeksi Pada Persalinan & BBL5. Pencegahan Infeksi Pada Persalinan & BBL
5. Pencegahan Infeksi Pada Persalinan & BBLAstriYuliaSariLubis1
 
ASPEK SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN & ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS ...
ASPEK SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN & ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS ...ASPEK SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN & ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS ...
ASPEK SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN & ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS ...AstriYuliaSariLubis1
 
Aspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan.pptx
Aspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan.pptxAspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan.pptx
Aspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan.pptxAstriYuliaSariLubis1
 
Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan BBL, Balita dan Anak Prasekolah, s...
Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan  BBL, Balita dan Anak Prasekolah, s...Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan  BBL, Balita dan Anak Prasekolah, s...
Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan BBL, Balita dan Anak Prasekolah, s...AstriYuliaSariLubis1
 
Peran bidan dalam budaya pelayanan Kesehatan dan kebidanan serta Hambatan pe...
Peran bidan dalam budaya pelayanan Kesehatan dan kebidanan serta Hambatan  pe...Peran bidan dalam budaya pelayanan Kesehatan dan kebidanan serta Hambatan  pe...
Peran bidan dalam budaya pelayanan Kesehatan dan kebidanan serta Hambatan pe...AstriYuliaSariLubis1
 

More from AstriYuliaSariLubis1 (20)

Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik KebidananPendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan
 
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGT
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGTPemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGT
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGT
 
Konsep Video Pembelajaran
Konsep Video PembelajaranKonsep Video Pembelajaran
Konsep Video Pembelajaran
 
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENPEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN
 
PENJAHITAN PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
PENJAHITAN  PERAWATAN LUKA KEBIDANANPENJAHITAN  PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
PENJAHITAN PERAWATAN LUKA KEBIDANAN
 
Perawatan Luka Perineum
Perawatan Luka PerineumPerawatan Luka Perineum
Perawatan Luka Perineum
 
PERAWATAN LUKA POST OPERATIVE KEBIDANAN
PERAWATAN LUKA POST OPERATIVE KEBIDANANPERAWATAN LUKA POST OPERATIVE KEBIDANAN
PERAWATAN LUKA POST OPERATIVE KEBIDANAN
 
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASIPERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
 
Kebutuhan Istirahat & Tidur
Kebutuhan Istirahat & TidurKebutuhan Istirahat & Tidur
Kebutuhan Istirahat & Tidur
 
OBAT PERSALINAN.pptx
OBAT PERSALINAN.pptxOBAT PERSALINAN.pptx
OBAT PERSALINAN.pptx
 
Amniotomi, Episiotomi, Penjahitan Perineum
Amniotomi, Episiotomi, Penjahitan PerineumAmniotomi, Episiotomi, Penjahitan Perineum
Amniotomi, Episiotomi, Penjahitan Perineum
 
Posisi dan Mobilisasi Melahirkan
Posisi dan Mobilisasi MelahirkanPosisi dan Mobilisasi Melahirkan
Posisi dan Mobilisasi Melahirkan
 
Pemberian Oksitosin
Pemberian Oksitosin Pemberian Oksitosin
Pemberian Oksitosin
 
6. OBAT & TERAPI PADA PERSALINAN.pptx
6. OBAT & TERAPI PADA PERSALINAN.pptx6. OBAT & TERAPI PADA PERSALINAN.pptx
6. OBAT & TERAPI PADA PERSALINAN.pptx
 
5. Pencegahan Infeksi Pada Persalinan & BBL
5. Pencegahan Infeksi Pada Persalinan & BBL5. Pencegahan Infeksi Pada Persalinan & BBL
5. Pencegahan Infeksi Pada Persalinan & BBL
 
Soal vignette Nifas.pptx
Soal vignette Nifas.pptxSoal vignette Nifas.pptx
Soal vignette Nifas.pptx
 
ASPEK SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN & ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS ...
ASPEK SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN & ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS ...ASPEK SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN & ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS ...
ASPEK SOSIAL BUDAYA SELAMA PERSALINAN & ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS ...
 
Aspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan.pptx
Aspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan.pptxAspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan.pptx
Aspek sosial budaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan.pptx
 
Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan BBL, Balita dan Anak Prasekolah, s...
Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan  BBL, Balita dan Anak Prasekolah, s...Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan  BBL, Balita dan Anak Prasekolah, s...
Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan BBL, Balita dan Anak Prasekolah, s...
 
Peran bidan dalam budaya pelayanan Kesehatan dan kebidanan serta Hambatan pe...
Peran bidan dalam budaya pelayanan Kesehatan dan kebidanan serta Hambatan  pe...Peran bidan dalam budaya pelayanan Kesehatan dan kebidanan serta Hambatan  pe...
Peran bidan dalam budaya pelayanan Kesehatan dan kebidanan serta Hambatan pe...
 

Recently uploaded

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 

Recently uploaded (18)

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 

OPTIMALKAN PROSES ELIMINASI

  • 3. MIKSI Organ yg Berperan dlm Eliminasi Urine Ginjal Kandung kemih (bladder, buli-buli) Uretra
  • 4. PROSES BERKEMIH Berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan pada saraf- saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian rangsangan tersebut diteruskan melalui medula spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebral. Selanjutnya, otak memberikan impuls/rangsangan melalui medula spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, kemudian terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot sphincter internal. Urine dilepaskan dari vesika urinaria tetapi masih tertahan sphincter eksternal
  • 5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Eliminasi Urine Diet dan asupan (intake) Respons keinginan awal untuk berkemih Gaya hidup Stress psikologis Tingkat aktivitas Tingkat perkembangan Kondisi penyakit Sosiokultural Kebiasaan seseorang Tonus otot Pembedahan Pengobatan Pemeriksaan diagnostic
  • 6. Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine Retensi urine o Tanda klinis Ketidaknyamanan daerah pubis Distensi vesika urinaria Ketidaksanggupan untuk berkemih Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml) Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih o Penyebab Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria Trauma sumsum tulang belakang Tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah Sphincter yang kuat Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
  • 7. Inkontinensia urine ENURESIS o Penyebabnya: Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak diketahui yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi Vesika urinaria peka rangsnag dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah misalnya persaingan denga saudara kandung Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu dengan mendidiknya Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neurologis sistem perkemihan Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral
  • 8. PERUBAHAN POLA ELIMINASI URINE Frekuensi, frekuensi yang tinggi dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk yang dapat ditemukan pada keadaan stress atau hamil Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih yang sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma dan striktur uretra Poliuria, merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak
  • 9. Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urine Kateterisasi Persiapan alat dan bahan Sarung tangan steril Kateter steril sesuai ukuran dan jenis Duk steril Minyak pelumas/jely Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat) Spuit yang berisi cairan Perlak dan alasnya Pinset anatomi Bengkok Urinal bag Sampiran
  • 10. Pelaksanaan Cuci tangan Beritahu pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan Atur ruangan Pasang perlak/pengalas Gunakan sarung steril Pasang duk steril Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas ke bawah (± 3 kali hingga bersih) Buka labia majora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan bagian dalam Kateter diberi minyak pelumas atau jelly pada ujungnya lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan untuk tarik nafas masukkan 2,5-5 cm atau hingga urine keluar Setelah selesai isi balon dengan cairan akuades atau sejenisnya dengan menggunakan spuit untuk yang dipasang tetap. Bila tidak dipasang tetap tarik kembali sambil pasien disuruh nafas dalam Sambung kateter dnegan urinal bag dan fiksasi ke arah samping Rapikan alat Cuci tangan
  • 11. DEFEKASI Sistem yang Berperan dalam Defekasi Adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi: Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum dan ileum dengan panjangnya ± 6 m diameter 2,5 cm. Berfungsi dalam absorpsi elektrolit Na+, Cl-, K+, Mg2+, HCO3 dan Ca2+ Usus besar dimulai dari rektum, kolon hingga anus yang memiliki panjang ± 1,5 cm atau 50-60 inci dengan diameter 6 cm. Usus besar merupakan bagian bawah atau bagian ujung dari saluran pencernaan, dimulai dari katup ileum caecum sampai ke dubur atau anus
  • 12. Proses Defekasi Secara umum, terdapat 2 refleks yang membantu proses defekasi yaitu Refleks defekasi intrinsik dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian fleksus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat sphincter interna relaksasi maka terjadilah proses defekasi Refleks defekasi parasimpatis dimulai dari adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sphincter interna, maka terjadilah proses defekasi
  • 13. Gangguan/Masalah Defekasi 1. Konstipasi Tanda klinis: Adanya feses yang keras Defekasi kurang dari kali seminggu Menurunnya bising usus Adanya keluhan pada rektum Nyeri saat mengejan dan defekasi Adanya perasaan masih ada sisa feses Kemungkinan penyebab Defek persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cedera serebrospinalis, cerebro vaskular accident (CVA) dan lain-lain Pola defekasi yang tidak teratur Nyeri saat defekasi karena hemorroid Menurunnya peristaltik karena stress psikologis Penggunaan obat seperti antasida Proses menua (usia lanjut)
  • 14. 2. Diare Tanda klinis: Adanya pengeluaran feses cair Frekuensi lebih dari 3 kali sehari Nyeri/kram abdomen Bising usus meningkat Kemungkinan penyebab Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme Efek tindakan pembedahan usus Efek penggunaan obat seperti antasida Stress psikologi
  • 15. 3. Inkontinensia usus Tanda klinis Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki Kemungkinan penyebab Gangguan sphincter rektal akibat cedera anus, pembedahan dan lain-lain Distensi rektum berlebih Kurangnya kontrol sphincter akibat cedera medula spinalis, CVA dan lain-lain Kerusakan kognitif 4. Kembung 5. Hemorroid 6. Fecal impaction
  • 16. Faktor yang Memengaruhi Proses Defekasi Usia Diet Asupan cairan Aktifitas Pengobatan Gaya hidup Penyakit Nyeri Kerusakan sensoris dan motoris
  • 17. Tindakan Mengatasi Masalah Defekasi Membantu pasien buang air besar dengan pispot Persiapan alat Alas/perlak Pispot Air bersih Tisu Sampiran Sarung tangan
  • 18. Pelaksanaan Cuci tangan Beritahu pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan Pasang sampiran kalau di bangsal umum Gunakan sarung tangan Pasang pengalas di bawah glutea Tempatkan pispot di antara pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi bagian lubang pispot tepat di bawah rektum Setelah pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah nyaman atau belum. Kalau belum atur sesuai dengan kebutuhan Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang telah disediakan Setelah selesai, siram dengan air bersih kemudian keringkan dengan tisu Catat tanggal, jam, defekasi dan karakteristiknya Cuci tangan
  • 19. Memberikan huknah rendah Persiapan alat Pengalas Irigator lengkap dengan kanula rekti Cairan hangat ± 700-1000 ml dengan suhu 40,5-43°C pada orang dewasa Bengkok/nierbekken Jelly Pispot Sampiran Sarung tangan Tisu
  • 20. Pelaksanaan Cuci tangan Beritahu pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan Atur ruangan dengan meletakkan sampiran apabila di bangsal umum atau menutup pintu apabila di ruang sendiri Atur posisi sim miring ke kiri pada pasien Pasang pengalas di bawah glutea Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan (40,5-430C) dan hubungkan dengan kanula rekti. Kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok serta berikan jelly pada ujung kanula Gunakan sarung tangan dan masukkan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rektum ke arah kolon desenden sambil pasien diminta untuk bernafas panjang dan memegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur. Buka klemnya dan air dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk BAB Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan, bersihkan daerah sekitar rektum hingga bersih Cuci tangan Catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistensi dan respons pasien
  • 21. Memberikan huknah tinggi Persiapan alat Pengalas Irigator lengkap dengan kanula usus Cairan hangat (seperti huknah rendah) Bengkok Jelly Pispot Sampiran Sarung tangan Tisu
  • 22. Pelaksanaan Cuci tangan Beritahu pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan Atur ruangan dengan menggunakan sampiran apabila pasien berada di ruang bangsal umum atau tutup pintu bila di ruang sendiri Atur posisi sim miring ke kanan pada pasien Gunakan sarung tangan Irigator diisi cairan hangat yangs sesuai dengan suhu badan dan hubungkan dengan kanula usus. Kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan kelurkan air ke bengkak, lalu berikan jelly pada ujung kanula Masukkan kanula ke dalam rektum ke arah kolon asenden ± 15-20 cm sambil pasien disuruh nafas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur. Buka klem sehingga air mengalir pada rektum sampai pasien menunjukkan ingin buang air besar Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Kalau tidak mampu ke toilet bersihkan dengah air sampai bersih lalu keringkan dengan tisu Buka sarung tangan dan catat jumlah, warna, konsistensi dan respon pasien Cuci tangan