SlideShare a Scribd company logo
1 of 96
Kurnia Bend.Yunita Pellondou, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Eliminasi Urine
1. Anatomi & Fisiologi System Urinary
1) Ren
2) Ureter
TDD :
3) Vesica urinaria
4) Uretra
Ginjal
Fungsi Ginjal
 Mengatur keseimbangan cairan
tubuh
 Mengatur keseimbangan
elektrolit
 Pengaturan konsentrasi garam
dalam darah & keseimbangan
asam-basa
 Ekskresi bahan buangan & hasil
metabolisme
 Fungsi hormonal & metabolisme
Sekresi urine & mekanisme
fungsi ginjal
 Filtrasi glomerolus
 Reabsorbsi tubula
 Ekskresi tubula
Komposisi urine normal
 Air : 96 %
 Larutan : 4 %
Ureter
2 Ureter  tebal :
setebal tangkai bulu
angsa
P : 35 – 40 cm
Dinding luar  Fibrus
Vesika Urinaria
 Bentuk : seperti buah pir /
kendi
 Letak : di dlm panggul
besar diantara simfisis,
pubis, uterus & vagina
Urethra
 Sebuah saluran dari bladder ke lubang luar dilapisi
membrane mukosa
 Meatus urinarius  serabut otot lingkar  S.urethra
 P : Wanita : 2,5 – 3,5 cm
Pria : 17 – 22,5 cm
Mekanisme berkemih
Berkemih pros. O v.urinaria
Menekan v.u
Syaraf2 sensorik (ddg v.u) bag. Reseptor
Med. Spinalis (di kortex cerebral)
Neuromotorik (di daerah sacral) kontraksi otot detrusor –
relaksasi otot s. interna
urine dilepas di v.u
1-2 liter/hari berkemih (S. eksternal)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
miksi
 Tingkat perkembangan
 Toilet training
To be cont….
 Stress psikologik
 Makanan & cairan/diet & intake
To be cont….
 Kebiasaan hidup/pola hidup
 Hal yg fisiologis
 Tingkat aktifitas
 Kondisi patologik
 Medikasi/obat-obatan
ELIMINASI URINE (BAK) ADALAH
PENGELUARAN (PENGElUARAN) MELALUI
SALURAN KENCING BERUPA URINE TUBUH
DIBERSIHKAN DARI BAHAN-BAHAN YANG
MELEBIHI KEBUTUHAN BADAN DARI PRODUK
BUANGAN (KOTORAN)
SECARA GARIS BESAR STRUKTUR SISTEM
PERKENCINGAN TERDIRI DARI :
 GINJAL : MELAKUKAN 2 FUNGSI UTAMA
 MENGEKSRESIKAN SEBAGIAN TERBESAR PRODUKSI
AKHIR METABOLISME TUBUH BERUPA URINE
 MENGATUR KONSENTRASI GARAM DALAM DARI
KESEIMBANGAN ASAM BASA, DARAH SERTA
KESEIMBANGAN CAIRAN
 URETER : BERFUNGSI MENYALURKAN URINE
DARI GINJAL KE KANDUNG KENCING
 KANDUNG KENCING BERFUNGSI :
 SEBAGAI RESERVOIR DARI URINE YANG
DIPRODUKSI TERUS MENERUS DARI KEDUA GINJAL
 MENCEGAH TERJADINYA REFLUK YAITU ALIRAN
BALIK URINE DARI BULI-BULI KE SISTEM URETER
DAN GINJAL
 URETHRA DAN SPRINGTER BERFUNGSI
MENGELUARKAN URINE DARI KANDUNG
KENCING
FUNGSI SISTEM PERKENCINGAN YANG NORMAL
 PENDERITA DAPAT KENCING SPONTAN
 PRODUKSI URINE : 1 CC/KG/JAM ATAU 50 –
60/JAM
 KARAKTERISTIK URINE NORMAL : WARNANYA
BENING ORANGE, PUCAT, TANPA ENDAPAN,
BAUNYA TAJAM.
 PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
 BERAT JENIS URINE : 1000 – 1025 PH = 6
 URINE LENGKAP DALAM BATAS-BATAS NORMAL
 BUN.S. CREATINE DALAM BATAS NORMAL
URINE
HASIL DARI PENYARINGAN DARAH DI GINJAL,
DIMANA AMPAS-AMPAS PERTUKARAN IKUT
TERSARING DAN DIKELUARKAN OLEH TUBUH
MELALUI SALURAN KENCING
ISI URINE
 96 % AIR
 AMPAS-AMPAS PERTUKARAN ZAT
 UREUM
 KREATININ
 ACIDUM URICUM
 BEBERAPA MACAM GARAM
 UROCHROM, MEMBERI WARNA URINE
YANG PERLU DI OBSERVASI PADA URINE/DIKAJI
ADALAH
 BANYAKNYA
 FREKUENSI
 WARNA
 JERNIHNYA
 BAUNYA
 KEADAAN YANG LUAR BIASA
Faktor yang mempengaruhi
eleminasi urine
1. Diet dan Asupan
tipe makanan seperti protein dan natrium dpt
menentukan jumlah urine yang dibentuk, kopi
dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respons Keinginan Awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan berkemih
dapat menimbulkan urine banyak tertahan di VU
shg mempengarhi ukuran VU dan jumlah Urine .
3. Gaya Hidup
Perubahan Gaya Hidup mempengaruhi
ketersediaan fasilitas toilet
4.Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya
frekwensi berkemih krn sensifitas untuk keinginan
berkemih dan jmlh urine yg diproduksi
5.Tingkat aktivitas
eleminasi urine membutuhkan tonus otot VU yang
baik utuk fungsi spinkter yang didapatkan dengan
beraktivitas.
6.Tingkat perkembangan
Tumbang mempengaruhi pola berkemih
7. Kondisi penyakit
kondisi penyakt tertentu mis. Peny DM
mempengaruhi produksi urine.
8. Sosiokultural
Budaya /kultur masyarakat yang melarang buang air
kecil ditempat tertentu.
9.Kebiasaan seseorang
kebiasaan berkemih di toilet mengalami kesulitan
berkemih melalui urinal/pot bila dalam keadaan sakit.
10.Tonus otot
Tonus otot yang berperan dalam berkemih
11. Pembedahan
efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi
glomerulus yang dapat menyebabkan
penurunan julmah produksi urine karena
dampak dari pemberian obat anestesi.
12. Pengobatan
efek pengobatan menyebabkan peningkatan
atau penurunan jumlah urine. Misalnya,
pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah
urine, sedangkan pemberian obat antikohnergik
atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi
urine
13. Pemeriksaan Diagnostik
prosedur diagnostik yang berhubungan dengan
tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti
intravenous pyelogram (IVP), dengan membatasi
jumlah asupan dapat mempengaruhi produksi urine
kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan
edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu
pengeluaran urine
Masalah kebutuhan Eiminasi Urine
 Retensi urine
merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih
akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi
dari vesika urinaria atau retensi urine dapat pula
merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
Kandungan urine normal dalam vesika urinaria adalah
sebesar 250-450 ml, dan sampai batas jumlah tersebut
urine merangsang refleks untuk berkemih dalam
keadaan distensi. Versika urinaria dapat menampung
sebanyak 3000-4000 ml urine
Tanda –tanda klinis pada retensi
 Ketidaknyamanan daerah pubis
 Distensi vesika urinaria
 Ketidaksanggupan untuk berkemih
 Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit
urine (25-50 ml)
 Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan
dengan asupannya
 Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
 Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung
kemih
Penyebab
 Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika
urinaria
 Trauma sumsum tulang belakang
 Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot
detrusor yang lemah
 Sfingter yang kuat
 Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar
prostat)
 Inkontinensia Urine
Inkontinensia Urine adalah ketidakmampuan otot
sfingter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine secara umum. Penyebab
dari inkontinensia proses penuaa, pembesaran
kelenjar prostat. Penurunan kesadaran dan
penggunaan obat narkotik atau sedatif inkontinensia
urine terdiri atas
1. Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan di mana
seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar,
terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat
untuk berkemih
Kemungkinan penyebab
 Penurunan kapasitas kandung kemih
 Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang
menyebabkan spasme (infeksi saluaran kemih)
 Minum alkohol atau kafein
 Peningkatan cairan
 Peningkatan konsentrasi urine
 Distensi kandung kemih yang berlebihan
Tanda-tanda inkontinensia dorongan
 Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
 Spasme kandung kemih
2. Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaaan di mana
seseorang mengalami pengeluaran urine yang terus
menerus dan tidak dapat diperkirakan
Kemungkinan penyebab
 Disfungsi neurologis
 Kontraksi independen dan refleks detrusor karena
pembedahan
 Trauma atau penyakit yang mempengaruhi saraf
medula spinalis
 Fistula
 Neuropati
Tanda-tanda inkontinensia total
 Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak
diperkirakan
 Tidak ada distensi kandung kemih
 Nokturia
 Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
3. Inkontinensia Stres
Inkontinensia stres merupakan keadaan seseorang
yang mengalami kelahiran urine kurang dari 50 ml,
terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan penyebab
• Perubahan degeneratif pada otot pelvis dan struktur
penunjang yang berhubungan dengan penuaan
 Tekanan intra abdominal tinggi (oebsitas)
 Distensi kandung kemih
 Otot pelvis dan struktur penunjang lemah.
Tanda-tanda inkontinensia stres
 Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan
abdomen
 Adanya dorongan berkemih
 Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)
4. Inkontinensia Refleks
inkontinensia refleks merupakan keadaan di mana
seseorang mengalami pengeluaran urine yang tidak
dirasakan, terjadi pada interval yang dapat
diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai
jumlah tertentu
Kemungkinan penyebab
Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda-tanda inkontinensia refleks
 Tidak ada dorongan untuk berkemih
 Merasa bahwa kandung kemih penuh
 Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat
pada inteval teratur
5. Inkontinensia Fungsional
inkontinensia fungsional merupakan keadaan
seseorang mengalami pengeluaran urine secara
tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab :
Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda-tanda inkontinensia fungsional
 Adanya dorongan untuk berkemih
 Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk
mengeluarkan urine
Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih
(mengompol) yang diakibatkan tidak mampu
mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi
pada anak atau orang jompo, umumnya pada malam
hari
Faktor penyebab enuresis
 Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi
normal
 Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-
tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak
diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya
bangun tidur untuk kekamar mandi
 Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya
tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar
 Suasana emosional yang tidak menyenangkan di
rumah (misalnya persaingan dengan saudar
kandung atau cekcok dengan orang tua)
 Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa
anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa
dibantu untuk mendidiknya
 Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik
atau neurologis sistem perkemihan
 Makanan yang banyak mengandung garam dan
mineral, atau makanan pemedas
 Anak yang takut jalan gelap untuk kekamar
mandi
Ureterotomi
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan
membantu stoma pada dinding perut untuk drainase
urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit
atau disfungsi pada kandung kemih.
Perubahan Pola Eliminasi Urine
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan
seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi
urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis),
kerusakan motorik sensorik, infeksi saluran kemih.
Perubahan pola eliminasi terdiri
atas :
1. Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam
sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih
dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang
masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa tekanan
asupan cairan dapat diakibatkan oleh sistitis.
Frekuensi yang tinggi dijumpai pada keadaan stres
atau hamil
2. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih,
takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang
buruk dalam mengontrol sfingter eksternal dan
perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada
mereka
3. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih.
Hal ini sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran
kemih (ISK), trauma dan struktur uretra.
4. Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam
jumlah besar oleh ginjal tanpa ada asupan cairan hal ini
biasanya ditemukan pada penderita diabetes militus.
Defisiensi inti dieuretik hoemon (ADH). Dan penyakit
ginjal kronik.
5. Urinaria Supresi
Urinaria Supresi adalah berhentinya produksi urine
secara mendadak secara normal, urine diproduksi oleh
ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 – 120
ml/jam
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
 Pengumpulan data
 Pemeriksaan fisik dan saluran perkemihan
 Pemeriksaan penunjang
Pengkajian karakteristik
urine
 Warna
 Bau
 Turbidity/kekeruhan
 Ph
 Berat jenis
 Jumlah
To be cont…
 Anamnesa
 Keluhan utama
 Masalah/keluhan sesuai dengan
persepsi pasien
 Upaya atau bantuan yang telah/biasa
dilakukan
Pemeriksaan fisik
 Inspeksi
 Palpasi
Beberapa masalah yg mungkin timbul
dalam pemeriksaan adalah :
 K menolak pemeriksaan
 Klien pria mengalami
ereksi
 Adanya beberapa
masalah/kelainan pada
pasien
Problem umum sistem
urinary
1. Anuria
2. Dysuria
3. Glucosuria
4. Eneuresis
5. Hematuria
6. Incontinentia
urine
Ada 2 pemikiran spesifik untuk
membedakan incontinentia
 Stress incontinentia
 Urge incontinentia
To be cont…
7. Oliguria
8. Proteinuria –
albuminuria
9. Polyuri / dysuria
10. Pyuria
11. Urinary supression
12. Retensio urine
Diagnosa keperawatan
 Perubahan pola eliminasi urine
 Potensial gangguan integritas kulit
 Perubahan rasa nyaman (nyeri, panas, risih)
 Keidaktahuan pasien
 Potensial terjadinya infeksi
 Gangguan keseimbangan cairan (kurang/lebih)
To be cont…
 Gangguan konsep diri (self
esteem)
 Gangguan psikologis
(cemas/takut)
 Dysfungsi seksual
 Ketidakmampuan / kurangnya
perawatan diri (toileting)
 Gangguan dalam aktivitas
sehari-hari
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN
ELIMINASI URINE
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi
:
1.Kebiasaan berkemih
pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan
berkemih serta hambatannya frekuensi berkemih
bergantung pada kebiasaan dan kesempatan banyak
orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur
dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada
malam hari
2. Pola Berkemih meliputi :
 Frekuensi berkemih
frekuensi berkemih menentukan berapa kali
individu berkemih dalam waktu 24 jam
 Urgensi
perasaan sesorang untuk berkemih seperti
seseorang sering ke toilet karena takut
mengalami inkontinensia jika tidak berkemi
 Disuria
keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih
keadaan demikian dapat ditemukan pada struktur
uretra.
 Poliuria
keadaan produksi urine yang abnormal dalam jumlah
besar tanpa adanya peningkatan asupan cairan.
 Urinaria Supresi
keadaan urine yang berhenti secara mendadak bila
produksi kurang dari 100 ml/hari dapat dikatakan
sebagai anuria, tapi bila produksinya antara 100 ml-
500 ml/hari dapat dikatakan sebagai oligouria. Kondisi
demikian dapat ditemukan pada penyakit ginjal,
kegagalan jantung, luka bakar, dan renjatan (syok)
3. Volume Urine
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang
dikeluarkan dalam waktu 24 jam berdasarkan usia,
volume urine normal dapat ditentukan sebagai berikut :
No Usia Jumlah/Hari
1 1 – 2 Hari 15 – 60 ml
2 3 – 10 Hari 100 – 300 ml
3 10 – 2 Bulan 250 – 400 ml
4 2 Bulan – 1 Tahun 400 – 500 ml
5 1 – 3 Tahun 500 – 600 ml
6 3 – 5 Tahun 600 – 700 ml
7 5 – 8 Tahun 700 – 1000 ml
8 8 – 14 Tahun 800 – 1400 ml
9 14 Tahun – Dewasa 1500 ml
10 Dewasa Tua < 1500 ml
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebiasaan buang air kecil adalah :
 Diet dan asupan (diet tinggi protein dan
natrium) dapat memengaruhi jumlah urine
yang dibentuk. Sedangkan minum kopi
dapat meningkatkan jumlah urine
 Gaya hidup
 Stres psikologis dapat meningkatkan
frekuensi keinginan berkemih
 Tingkat aktivitas
5. Keadaan Urine
No Keadaan Normal Interpretasi
1 Warna Kenunig-kuningan Urine berwarna oranye gelap
menunjukkan adanya pengaruh
obat,sedangkan warna merah dan
kuning kecoklatan
mengindikasikan adanya penyakit
2 Bau Aromatik Bau menyengat merupakan
indikasi adanya masalah seperti
infeksi atau penggunaan obat
tertentu
3 Berat jenis 1,010-1,030 Menunjukkan adanya konsentrasi
urine
4 Kejernihan Terang dan Transparan Adanya kekeruhan karena mukus
atau pus
5 pH Sedikit asam (4,5-7,5) Dapat menunjukkan
keseimbangan asam-basa;bila
bersifat alkali menunjukkan
adanya aktivitas bakteri
No Keadaan Normal Interpretasi
6 Protein Molekul protein yang
besar seperti:
albumin,fibrinogen,ata
u globulin tidak dapat
disaring melalui ginjal-
urine
Pada kondisi kerusakan
ginjal,molekul tersebut dapat
melewati saringan masuk ke urine
7 Darah Tak tampak jelas Hematuria menunjukkan trauma
atau penyakit pada saluran kemih
bagian bawah
8 Glukosa Adanya sejumlah
glukosa dalam urine
tidak berarti bila hanya
bersifat sementara,
misalnya pada
seseorang yang makan
gula banyak
Apabila menetap terjadi pada
pasien diabetes mellitus
6. Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti
tanda retensi urine,inkontinensia
urine,enuresis, dan lain lain
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah
kebutuhan eliminasi urine adalah sebagai berikut :
1. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan
dengan
 Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali
saluran urinaria
 Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih
akibat penyakit
 Kerusakan pada saluran kemih
 Efek pembedahan saluran kemih
 Penurunan tonus otot akibat dampak pengobatan,
dehidrasi, atau faktor psikologis
 Pasca pemasangan kateter indwelling
 Lemahnya otot dasar pelvis akibat obesitas atau proses
penuaan
 Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan
 Obstruksi saluran kandung kemih akibat konstipasi
 Hambatan lingkungan ke kamar mandi
 Ketidakmampuan ke kamar mandi akibat kerusakan
mobilitas
 Kapasitas kandung kemih sedikit (pada anak)
 Kurangnya motivasi (pada anak)
2. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan
 Penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan
kemampuan untuk mengenal isyarat akibat cedera
atau kerusakan saraf
 Penurunan tonus kandung kemih akibat dampak
pengobatan,dehidrasi, atau faktor psikologis
 Kerusakan mobilitas
 Hambatan lingkungan
 Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris
(lansia)
3. Inkontinensia refleks berhubungan dengan
 Gagalnya konduksi rangsangan di atas tingkatan
arkus refleks akibatcedera pada medula spinalis
4. Inkontinensia stres berhubungan dengan
 Ketidakmampuan kandung kemih mengeluarkan
urine akibat kelainan kongenital
 Perubahan degeneratif pada otot pelvis akibat
kekurangan hormon estrogen
 Tingginya tekanan intraabdominal dan lemahnya
otot pelvis akibat obsesitas,kehamilan dll
 Penurunan tonus otot (pada lansia)
5. Inkontinensia total berhubungan dengan
 Defisit komunikasi atau persepsi
6. Inkotinensia dorongan berhubungan dengan
 Penurunan kapasitas kandung kemih akibat
penyakit infeksi,trauma, tindakan pembedahan,
faktor penuaan dan lain-lain
 Iritasi pada reseptor peregang kandung kemih
akibat penggunaaan alkohol,asupan berlebih, dan
lain-lain
7. Retensi urine berhubungan dengan
 Adanya hambatan pada sfingter akibat penyakit
striktur,BPH, dan lain-lain
 kerusakan atau ketidakadekuatan jaras eferen akibat
cedera dan penggunaa n obat seperti antihistamin atau
antikolinergik
 Obstruksi jalan keluar kandung kemih akibat impaksi
feses
 Stres atau ketidaknyamanan
8. Perubahan body image berhubungan d engan
inkontinensia, ureterostomi dan eneuresis
9. Risiko terjadinya infeksi saluran kemih berhubungan
dengan pemasangan kateter, pemeriksaan sistoskopi,
dan ookebiasaan kebersihan perineum yang kurang
10. Risiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan gangguan drainasi
ureterostomi
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
TUJUAN
1. Memahami arti
2. Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
3. Mencegah infeksi
4. Mempertahankan integritas kulit
5. Memberikan rasa nyaman
6. Mengembalikan fungsi kandung kemih
7. Memberikan asupan caiaran secara tepat
8. Mencegah kerusakan kulit
9. Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan
emosional
RENCANA TINDAKAN
1. Monitor/observasi perubahan faktor, tanda gejala
terhadap masalah perubahan eliminasi urine,retensi
dan inkontinensia
2. Kurang faktor yang mempengaruhi/penyebab
masalah
3. Monitor terus perubahan retensi urine
4. Lakukan kateterisasi urine (lihat pelaksanaan)
RETENSI URINE
Latih teknik pengosongan kandung kemih, seperti :
1. Teknik manuver valsava (meregangkan abdomen)
dengan cara
 Membungkuk arah paha
 Mengontraksikan otot abdomen dengan
mengejan atau tahan napasa selama mengejan
 Menahan regangan atau napas sampai aliran
urine berhenti, tunggu satu menit dan tegangkan
kemabali
 Lakukan hingga urine tidak dapat lagi dibuang
2. Teknik manuver erede
 Tempatkan kepalan tangan di bawah area umbilikal
 Letakkan salah satu tangan dipuncak tangan yang lain
 Tekan hingga kuat ke bawah d an ke arah arkus pelvis
 Ulangi enam sampai tujuh kali sampai tidak ada lagi
urine yang dapat dibuang
 Lakukan hingga pengosongan sempurna
3. Teknik manuver regangan anal
 Duduk pada toilet (pispot)
 Membungkuk pada paha
 Tempatkan sebuah sarung tangan di belakang bokong
 Masukkan salah satu jari-jari tangan yang sudah diberi
pelumas ke dalam anus sampai sfingter anal
 Lebarkan jari-jari atau tarik ke arah posterior
 Laukan regangan sfingter anak dan pertahankan
distensi
 Lakukan mengejan dan berkemih
 Tarik napas dalam dan tahan sampai mengejan
 relaksasi
INKONTINENSIA DORONGAN
1. Pertahankan hidrasi secara optimal
2. Ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung
kemih dengan cara
 Tentukan volume kemih setiap kali melakukannya
 Anjurkan untu menahan selama mungkin
 Hindari sering berkemih yang merupakan
kebiasaan
 Kembangkan program rekondisi kandung kemih
3. Ajarkan pola kemih terencana (untuk mengatasi
kontraksi kandung kemih yang tidak biasa)
4. Anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah
makan, latihan fisi, mandi, dan lain-lain
5. Anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih
6. Lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam
mengatasi iritasi kandung kemih
INKONTENANSIA TOTAL
1. Pertahankan jumlah cairan dan berkemih
2. Rencanakan program katerisasi intermiten apabila
ada indikasi
3. Apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung
kemih pertimbangkan untuk pemasangan kateter
indweeling
INKONTINENSIA STRES
Kurangi faktor penyebab seperti :
1. Kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :
 Ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelvis
dan kekuatan kelemahannya saat melakukan
latihan (latihan kegel sebanyak 25 kali, setiap
latihan 4-6 set setiap hari)
 Untuk otot dasar pelvis posterior dengan imajinasi,
coba hentikan aliran feses dan kencangkan otot-
otot anus dalam waktu 10 detik tanpa merapatkan
kaki atau otot-otot abdomen
 Untuk otot dasar pelvis anterior bayangkan anda
mencoba menghentikan aliran urine, kencangkan
otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10
detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga
10 kali dan lakukan 4 kali sehari
 Hentikan dan mulailah aliran urine beberapa saat
selama berkemih
2. Meningkatkan tekanan abdomen, dengan cara :
 Latih untuk menghindari duduk lama
 Latih untuk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam
INKONTINENSIA REFLEKS
Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih seperti :
Mekanisme pemicu kutenus
1. Ketuk supra pubis secara dalam,tajam, dan
berlubang
2. Anjurkan pasien untuk
 Posisi setengah duduk
 Mengetku kandung kemih secara langsung
dengan rata-rata 7-8 kali setiap 5 detik
 Gunakan satu tangan
 Pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih
untuk menentukan posisi paling berhasil
 Lakukan hingga aliran baik
 Tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga
kandung kemih kosong
 Apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada
respons, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan
3. Apabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini
selama 2-3 menit dan berikan jeda waktu 1 menit di
antara setiap kegiatan
 Tekan gland penis
 Pukul perut di atas ligamen inguinal
 Tekan paha bagian dalam
4. Catat jumlah asupan dan pengeluaran
5. Jadwalkan program kateterisasi pada saat tertentu
INKONTINENSIA FUNGSIONAL
1. Tingkatkan faktor yang berperan dalam
kontinen,seperti :
a. Pertahankan hidrasi optimal dengan cara
 berikan asupan caiaran 200-300 ml/hari, kecuali
bila terdapat kontraindikasi
 Ajarkan untuk tidak tergantung pada rasa haus
baru minum
 Atur jarak minum, sebaiknya setiap 2 jam
 Kurangi asupan caiaran pada malam hari
 Kurangi minuman seperti kopi,jus anggur, the atau
minuman yang berdampak diuretik
 Jangan memakan tomat dan jus jeruk dalam jumlah
banyak karena dapat menyebabkan sifat basa
b. Pertahankan nutrisi yang adekuat
c. Tingkatkan integritas diri dan berikan motivasi
kemampuan mengontrol kandung kemih, dengan cara
menghindari penggunaan bedpan (pispot)
d. Tingkatkan integritas kulit, dengan cara
 Bersihkan area dan keringkan
 Berikan salep pelindung
e. Tingkatkan higiene perseorangan, dengan cara :
 Mandi dengan air mengalir
 Bersihkan perineum dan uretra dari depan ke belakang
(bagi wanita )
2. Jelaskancara mengenali perubahan urine yang
abnormal seperti adanya peningkatan mukosa, darah
dalam urine, dan perubahan warna
3. Ajarkan cara memantau adanya tanda dan gejala ISK,
seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan urine,
nyeri pubis bagian atas, nyeri saat berkemih, ingin
berkemih sedikit, dan sering meningkatnya pH urine,
mual, atau muntah.
D. PELAKSANAAN (TINDAKAN) KEPERAWATAN
 Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan
 Menolong buang air kecil dengan menggunakan
urinal
 Melakukan kateterisasi
6. Tindakan Keperawatan
- Pemasangan Kondom Kateter
- Pemasangan Kateter tetap dg melepas
- Pemasangan Kateter sementara dg melepas
- Bladder Training.

More Related Content

Similar to Eliminasi Urine.ppt (20)

PPT Ngajar Perkemihan.pptx
PPT Ngajar Perkemihan.pptxPPT Ngajar Perkemihan.pptx
PPT Ngajar Perkemihan.pptx
 
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASIPEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
 
Sistem perkemihan kmb
Sistem perkemihan kmbSistem perkemihan kmb
Sistem perkemihan kmb
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
ELIMINASI PKDM.pdf
ELIMINASI PKDM.pdfELIMINASI PKDM.pdf
ELIMINASI PKDM.pdf
 
Bph
BphBph
Bph
 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan EliminasiPemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
 
perkemihan kel 7 intan bu eva.pptx
perkemihan kel 7 intan bu eva.pptxperkemihan kel 7 intan bu eva.pptx
perkemihan kel 7 intan bu eva.pptx
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNABph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Retensi urine
Retensi  urineRetensi  urine
Retensi urine
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine
 
BPH.pptx
BPH.pptxBPH.pptx
BPH.pptx
 
PATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHAN
PATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHANPATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHAN
PATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHAN
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptxAskep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
 
Inkontenensia urin
Inkontenensia urinInkontenensia urin
Inkontenensia urin
 
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-pointDokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
Dokumen.tips kebutuhan eliminasi-power-point
 
anatomi fisiologi sistem urinarius manusia
anatomi fisiologi sistem urinarius manusiaanatomi fisiologi sistem urinarius manusia
anatomi fisiologi sistem urinarius manusia
 

Recently uploaded

11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 

Recently uploaded (20)

11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 

Eliminasi Urine.ppt

  • 1. Kurnia Bend.Yunita Pellondou, S.Kep.,Ns.,M.Kes
  • 2. Eliminasi Urine 1. Anatomi & Fisiologi System Urinary
  • 3. 1) Ren 2) Ureter TDD : 3) Vesica urinaria 4) Uretra
  • 4. Ginjal Fungsi Ginjal  Mengatur keseimbangan cairan tubuh  Mengatur keseimbangan elektrolit  Pengaturan konsentrasi garam dalam darah & keseimbangan asam-basa  Ekskresi bahan buangan & hasil metabolisme  Fungsi hormonal & metabolisme
  • 5. Sekresi urine & mekanisme fungsi ginjal  Filtrasi glomerolus  Reabsorbsi tubula  Ekskresi tubula
  • 6. Komposisi urine normal  Air : 96 %  Larutan : 4 %
  • 7. Ureter 2 Ureter  tebal : setebal tangkai bulu angsa P : 35 – 40 cm Dinding luar  Fibrus
  • 8. Vesika Urinaria  Bentuk : seperti buah pir / kendi  Letak : di dlm panggul besar diantara simfisis, pubis, uterus & vagina
  • 9. Urethra  Sebuah saluran dari bladder ke lubang luar dilapisi membrane mukosa  Meatus urinarius  serabut otot lingkar  S.urethra  P : Wanita : 2,5 – 3,5 cm Pria : 17 – 22,5 cm
  • 10. Mekanisme berkemih Berkemih pros. O v.urinaria Menekan v.u Syaraf2 sensorik (ddg v.u) bag. Reseptor Med. Spinalis (di kortex cerebral) Neuromotorik (di daerah sacral) kontraksi otot detrusor – relaksasi otot s. interna urine dilepas di v.u 1-2 liter/hari berkemih (S. eksternal)
  • 11. Faktor-faktor yang mempengaruhi miksi  Tingkat perkembangan  Toilet training
  • 12. To be cont….  Stress psikologik  Makanan & cairan/diet & intake
  • 13. To be cont….  Kebiasaan hidup/pola hidup  Hal yg fisiologis  Tingkat aktifitas  Kondisi patologik  Medikasi/obat-obatan
  • 14. ELIMINASI URINE (BAK) ADALAH PENGELUARAN (PENGElUARAN) MELALUI SALURAN KENCING BERUPA URINE TUBUH DIBERSIHKAN DARI BAHAN-BAHAN YANG MELEBIHI KEBUTUHAN BADAN DARI PRODUK BUANGAN (KOTORAN)
  • 15. SECARA GARIS BESAR STRUKTUR SISTEM PERKENCINGAN TERDIRI DARI :  GINJAL : MELAKUKAN 2 FUNGSI UTAMA  MENGEKSRESIKAN SEBAGIAN TERBESAR PRODUKSI AKHIR METABOLISME TUBUH BERUPA URINE  MENGATUR KONSENTRASI GARAM DALAM DARI KESEIMBANGAN ASAM BASA, DARAH SERTA KESEIMBANGAN CAIRAN  URETER : BERFUNGSI MENYALURKAN URINE DARI GINJAL KE KANDUNG KENCING
  • 16.  KANDUNG KENCING BERFUNGSI :  SEBAGAI RESERVOIR DARI URINE YANG DIPRODUKSI TERUS MENERUS DARI KEDUA GINJAL  MENCEGAH TERJADINYA REFLUK YAITU ALIRAN BALIK URINE DARI BULI-BULI KE SISTEM URETER DAN GINJAL  URETHRA DAN SPRINGTER BERFUNGSI MENGELUARKAN URINE DARI KANDUNG KENCING
  • 17. FUNGSI SISTEM PERKENCINGAN YANG NORMAL  PENDERITA DAPAT KENCING SPONTAN  PRODUKSI URINE : 1 CC/KG/JAM ATAU 50 – 60/JAM  KARAKTERISTIK URINE NORMAL : WARNANYA BENING ORANGE, PUCAT, TANPA ENDAPAN, BAUNYA TAJAM.  PEMERIKSAAN LABORATORIUM :  BERAT JENIS URINE : 1000 – 1025 PH = 6  URINE LENGKAP DALAM BATAS-BATAS NORMAL  BUN.S. CREATINE DALAM BATAS NORMAL
  • 18. URINE HASIL DARI PENYARINGAN DARAH DI GINJAL, DIMANA AMPAS-AMPAS PERTUKARAN IKUT TERSARING DAN DIKELUARKAN OLEH TUBUH MELALUI SALURAN KENCING
  • 19. ISI URINE  96 % AIR  AMPAS-AMPAS PERTUKARAN ZAT  UREUM  KREATININ  ACIDUM URICUM  BEBERAPA MACAM GARAM  UROCHROM, MEMBERI WARNA URINE
  • 20. YANG PERLU DI OBSERVASI PADA URINE/DIKAJI ADALAH  BANYAKNYA  FREKUENSI  WARNA  JERNIHNYA  BAUNYA  KEADAAN YANG LUAR BIASA
  • 21. Faktor yang mempengaruhi eleminasi urine 1. Diet dan Asupan tipe makanan seperti protein dan natrium dpt menentukan jumlah urine yang dibentuk, kopi dapat meningkatkan pembentukan urine. 2. Respons Keinginan Awal untuk berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan berkemih dapat menimbulkan urine banyak tertahan di VU shg mempengarhi ukuran VU dan jumlah Urine . 3. Gaya Hidup Perubahan Gaya Hidup mempengaruhi ketersediaan fasilitas toilet
  • 22. 4.Stres Psikologis Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekwensi berkemih krn sensifitas untuk keinginan berkemih dan jmlh urine yg diproduksi 5.Tingkat aktivitas eleminasi urine membutuhkan tonus otot VU yang baik utuk fungsi spinkter yang didapatkan dengan beraktivitas.
  • 23. 6.Tingkat perkembangan Tumbang mempengaruhi pola berkemih 7. Kondisi penyakit kondisi penyakt tertentu mis. Peny DM mempengaruhi produksi urine. 8. Sosiokultural Budaya /kultur masyarakat yang melarang buang air kecil ditempat tertentu.
  • 24. 9.Kebiasaan seseorang kebiasaan berkemih di toilet mengalami kesulitan berkemih melalui urinal/pot bila dalam keadaan sakit. 10.Tonus otot Tonus otot yang berperan dalam berkemih
  • 25. 11. Pembedahan efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan penurunan julmah produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi. 12. Pengobatan efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine. Misalnya, pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikohnergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine
  • 26. 13. Pemeriksaan Diagnostik prosedur diagnostik yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intravenous pyelogram (IVP), dengan membatasi jumlah asupan dapat mempengaruhi produksi urine kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine
  • 27. Masalah kebutuhan Eiminasi Urine  Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria atau retensi urine dapat pula merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
  • 28. Kandungan urine normal dalam vesika urinaria adalah sebesar 250-450 ml, dan sampai batas jumlah tersebut urine merangsang refleks untuk berkemih dalam keadaan distensi. Versika urinaria dapat menampung sebanyak 3000-4000 ml urine Tanda –tanda klinis pada retensi  Ketidaknyamanan daerah pubis  Distensi vesika urinaria  Ketidaksanggupan untuk berkemih
  • 29.  Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)  Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya  Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih  Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
  • 30. Penyebab  Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria  Trauma sumsum tulang belakang  Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah  Sfingter yang kuat  Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
  • 31.  Inkontinensia Urine Inkontinensia Urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine secara umum. Penyebab dari inkontinensia proses penuaa, pembesaran kelenjar prostat. Penurunan kesadaran dan penggunaan obat narkotik atau sedatif inkontinensia urine terdiri atas
  • 32. 1. Inkontinensia Dorongan Inkontinensia dorongan merupakan keadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih Kemungkinan penyebab  Penurunan kapasitas kandung kemih  Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme (infeksi saluaran kemih)
  • 33.  Minum alkohol atau kafein  Peningkatan cairan  Peningkatan konsentrasi urine  Distensi kandung kemih yang berlebihan Tanda-tanda inkontinensia dorongan  Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)  Spasme kandung kemih
  • 34. 2. Inkontinensia Total Inkontinensia total merupakan keadaaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan Kemungkinan penyebab  Disfungsi neurologis  Kontraksi independen dan refleks detrusor karena pembedahan
  • 35.  Trauma atau penyakit yang mempengaruhi saraf medula spinalis  Fistula  Neuropati Tanda-tanda inkontinensia total  Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak diperkirakan  Tidak ada distensi kandung kemih  Nokturia  Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
  • 36. 3. Inkontinensia Stres Inkontinensia stres merupakan keadaan seseorang yang mengalami kelahiran urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen. Kemungkinan penyebab • Perubahan degeneratif pada otot pelvis dan struktur penunjang yang berhubungan dengan penuaan
  • 37.  Tekanan intra abdominal tinggi (oebsitas)  Distensi kandung kemih  Otot pelvis dan struktur penunjang lemah. Tanda-tanda inkontinensia stres  Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen  Adanya dorongan berkemih  Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)
  • 38. 4. Inkontinensia Refleks inkontinensia refleks merupakan keadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu Kemungkinan penyebab Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
  • 39. Tanda-tanda inkontinensia refleks  Tidak ada dorongan untuk berkemih  Merasa bahwa kandung kemih penuh  Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada inteval teratur
  • 40. 5. Inkontinensia Fungsional inkontinensia fungsional merupakan keadaan seseorang mengalami pengeluaran urine secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan. Kemungkinan penyebab : Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis) Tanda-tanda inkontinensia fungsional  Adanya dorongan untuk berkemih  Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urine
  • 41. Enuresis Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang jompo, umumnya pada malam hari
  • 42. Faktor penyebab enuresis  Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal  Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda- tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk kekamar mandi  Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar  Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudar kandung atau cekcok dengan orang tua)
  • 43.  Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya  Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis sistem perkemihan  Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas  Anak yang takut jalan gelap untuk kekamar mandi
  • 44. Ureterotomi Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan membantu stoma pada dinding perut untuk drainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi pada kandung kemih.
  • 45. Perubahan Pola Eliminasi Urine Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis), kerusakan motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas :
  • 46. 1. Frekuensi Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa tekanan asupan cairan dapat diakibatkan oleh sistitis. Frekuensi yang tinggi dijumpai pada keadaan stres atau hamil
  • 47. 2. Urgensi Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol sfingter eksternal dan perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada mereka
  • 48. 3. Disuria Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih (ISK), trauma dan struktur uretra.
  • 49. 4. Poliuria Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal tanpa ada asupan cairan hal ini biasanya ditemukan pada penderita diabetes militus. Defisiensi inti dieuretik hoemon (ADH). Dan penyakit ginjal kronik.
  • 50. 5. Urinaria Supresi Urinaria Supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak secara normal, urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 – 120 ml/jam
  • 52. Pengkajian  Pengumpulan data  Pemeriksaan fisik dan saluran perkemihan  Pemeriksaan penunjang
  • 53. Pengkajian karakteristik urine  Warna  Bau  Turbidity/kekeruhan  Ph  Berat jenis  Jumlah
  • 54. To be cont…  Anamnesa  Keluhan utama  Masalah/keluhan sesuai dengan persepsi pasien  Upaya atau bantuan yang telah/biasa dilakukan
  • 56. Beberapa masalah yg mungkin timbul dalam pemeriksaan adalah :  K menolak pemeriksaan  Klien pria mengalami ereksi  Adanya beberapa masalah/kelainan pada pasien
  • 57. Problem umum sistem urinary 1. Anuria 2. Dysuria 3. Glucosuria 4. Eneuresis 5. Hematuria 6. Incontinentia urine
  • 58. Ada 2 pemikiran spesifik untuk membedakan incontinentia  Stress incontinentia  Urge incontinentia
  • 59. To be cont… 7. Oliguria 8. Proteinuria – albuminuria 9. Polyuri / dysuria 10. Pyuria 11. Urinary supression 12. Retensio urine
  • 60. Diagnosa keperawatan  Perubahan pola eliminasi urine  Potensial gangguan integritas kulit  Perubahan rasa nyaman (nyeri, panas, risih)  Keidaktahuan pasien  Potensial terjadinya infeksi  Gangguan keseimbangan cairan (kurang/lebih)
  • 61. To be cont…  Gangguan konsep diri (self esteem)  Gangguan psikologis (cemas/takut)  Dysfungsi seksual  Ketidakmampuan / kurangnya perawatan diri (toileting)  Gangguan dalam aktivitas sehari-hari
  • 62. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi : 1.Kebiasaan berkemih pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya frekuensi berkemih bergantung pada kebiasaan dan kesempatan banyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari
  • 63. 2. Pola Berkemih meliputi :  Frekuensi berkemih frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam  Urgensi perasaan sesorang untuk berkemih seperti seseorang sering ke toilet karena takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemi
  • 64.  Disuria keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih keadaan demikian dapat ditemukan pada struktur uretra.  Poliuria keadaan produksi urine yang abnormal dalam jumlah besar tanpa adanya peningkatan asupan cairan.
  • 65.  Urinaria Supresi keadaan urine yang berhenti secara mendadak bila produksi kurang dari 100 ml/hari dapat dikatakan sebagai anuria, tapi bila produksinya antara 100 ml- 500 ml/hari dapat dikatakan sebagai oligouria. Kondisi demikian dapat ditemukan pada penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka bakar, dan renjatan (syok)
  • 66. 3. Volume Urine Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam berdasarkan usia, volume urine normal dapat ditentukan sebagai berikut : No Usia Jumlah/Hari 1 1 – 2 Hari 15 – 60 ml 2 3 – 10 Hari 100 – 300 ml 3 10 – 2 Bulan 250 – 400 ml 4 2 Bulan – 1 Tahun 400 – 500 ml 5 1 – 3 Tahun 500 – 600 ml 6 3 – 5 Tahun 600 – 700 ml 7 5 – 8 Tahun 700 – 1000 ml 8 8 – 14 Tahun 800 – 1400 ml 9 14 Tahun – Dewasa 1500 ml 10 Dewasa Tua < 1500 ml
  • 67. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan buang air kecil adalah :  Diet dan asupan (diet tinggi protein dan natrium) dapat memengaruhi jumlah urine yang dibentuk. Sedangkan minum kopi dapat meningkatkan jumlah urine  Gaya hidup  Stres psikologis dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih  Tingkat aktivitas
  • 68. 5. Keadaan Urine No Keadaan Normal Interpretasi 1 Warna Kenunig-kuningan Urine berwarna oranye gelap menunjukkan adanya pengaruh obat,sedangkan warna merah dan kuning kecoklatan mengindikasikan adanya penyakit 2 Bau Aromatik Bau menyengat merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau penggunaan obat tertentu 3 Berat jenis 1,010-1,030 Menunjukkan adanya konsentrasi urine 4 Kejernihan Terang dan Transparan Adanya kekeruhan karena mukus atau pus 5 pH Sedikit asam (4,5-7,5) Dapat menunjukkan keseimbangan asam-basa;bila bersifat alkali menunjukkan adanya aktivitas bakteri
  • 69. No Keadaan Normal Interpretasi 6 Protein Molekul protein yang besar seperti: albumin,fibrinogen,ata u globulin tidak dapat disaring melalui ginjal- urine Pada kondisi kerusakan ginjal,molekul tersebut dapat melewati saringan masuk ke urine 7 Darah Tak tampak jelas Hematuria menunjukkan trauma atau penyakit pada saluran kemih bagian bawah 8 Glukosa Adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak Apabila menetap terjadi pada pasien diabetes mellitus
  • 70. 6. Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti tanda retensi urine,inkontinensia urine,enuresis, dan lain lain
  • 71. B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah sebagai berikut : 1. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan  Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali saluran urinaria  Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit  Kerusakan pada saluran kemih  Efek pembedahan saluran kemih
  • 72.  Penurunan tonus otot akibat dampak pengobatan, dehidrasi, atau faktor psikologis  Pasca pemasangan kateter indwelling  Lemahnya otot dasar pelvis akibat obesitas atau proses penuaan  Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan  Obstruksi saluran kandung kemih akibat konstipasi  Hambatan lingkungan ke kamar mandi  Ketidakmampuan ke kamar mandi akibat kerusakan mobilitas  Kapasitas kandung kemih sedikit (pada anak)  Kurangnya motivasi (pada anak)
  • 73. 2. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan  Penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk mengenal isyarat akibat cedera atau kerusakan saraf  Penurunan tonus kandung kemih akibat dampak pengobatan,dehidrasi, atau faktor psikologis  Kerusakan mobilitas  Hambatan lingkungan  Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris (lansia)
  • 74. 3. Inkontinensia refleks berhubungan dengan  Gagalnya konduksi rangsangan di atas tingkatan arkus refleks akibatcedera pada medula spinalis 4. Inkontinensia stres berhubungan dengan  Ketidakmampuan kandung kemih mengeluarkan urine akibat kelainan kongenital  Perubahan degeneratif pada otot pelvis akibat kekurangan hormon estrogen  Tingginya tekanan intraabdominal dan lemahnya otot pelvis akibat obsesitas,kehamilan dll  Penurunan tonus otot (pada lansia)
  • 75. 5. Inkontinensia total berhubungan dengan  Defisit komunikasi atau persepsi 6. Inkotinensia dorongan berhubungan dengan  Penurunan kapasitas kandung kemih akibat penyakit infeksi,trauma, tindakan pembedahan, faktor penuaan dan lain-lain  Iritasi pada reseptor peregang kandung kemih akibat penggunaaan alkohol,asupan berlebih, dan lain-lain
  • 76. 7. Retensi urine berhubungan dengan  Adanya hambatan pada sfingter akibat penyakit striktur,BPH, dan lain-lain  kerusakan atau ketidakadekuatan jaras eferen akibat cedera dan penggunaa n obat seperti antihistamin atau antikolinergik  Obstruksi jalan keluar kandung kemih akibat impaksi feses  Stres atau ketidaknyamanan
  • 77. 8. Perubahan body image berhubungan d engan inkontinensia, ureterostomi dan eneuresis 9. Risiko terjadinya infeksi saluran kemih berhubungan dengan pemasangan kateter, pemeriksaan sistoskopi, dan ookebiasaan kebersihan perineum yang kurang 10. Risiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan gangguan drainasi ureterostomi
  • 78. C. PERENCANAAN KEPERAWATAN TUJUAN 1. Memahami arti 2. Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh 3. Mencegah infeksi 4. Mempertahankan integritas kulit 5. Memberikan rasa nyaman 6. Mengembalikan fungsi kandung kemih 7. Memberikan asupan caiaran secara tepat 8. Mencegah kerusakan kulit 9. Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional
  • 79. RENCANA TINDAKAN 1. Monitor/observasi perubahan faktor, tanda gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine,retensi dan inkontinensia 2. Kurang faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah 3. Monitor terus perubahan retensi urine 4. Lakukan kateterisasi urine (lihat pelaksanaan)
  • 80. RETENSI URINE Latih teknik pengosongan kandung kemih, seperti : 1. Teknik manuver valsava (meregangkan abdomen) dengan cara  Membungkuk arah paha  Mengontraksikan otot abdomen dengan mengejan atau tahan napasa selama mengejan  Menahan regangan atau napas sampai aliran urine berhenti, tunggu satu menit dan tegangkan kemabali  Lakukan hingga urine tidak dapat lagi dibuang
  • 81. 2. Teknik manuver erede  Tempatkan kepalan tangan di bawah area umbilikal  Letakkan salah satu tangan dipuncak tangan yang lain  Tekan hingga kuat ke bawah d an ke arah arkus pelvis  Ulangi enam sampai tujuh kali sampai tidak ada lagi urine yang dapat dibuang  Lakukan hingga pengosongan sempurna
  • 82. 3. Teknik manuver regangan anal  Duduk pada toilet (pispot)  Membungkuk pada paha  Tempatkan sebuah sarung tangan di belakang bokong  Masukkan salah satu jari-jari tangan yang sudah diberi pelumas ke dalam anus sampai sfingter anal  Lebarkan jari-jari atau tarik ke arah posterior  Laukan regangan sfingter anak dan pertahankan distensi  Lakukan mengejan dan berkemih  Tarik napas dalam dan tahan sampai mengejan  relaksasi
  • 83. INKONTINENSIA DORONGAN 1. Pertahankan hidrasi secara optimal 2. Ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan cara  Tentukan volume kemih setiap kali melakukannya  Anjurkan untu menahan selama mungkin  Hindari sering berkemih yang merupakan kebiasaan  Kembangkan program rekondisi kandung kemih
  • 84. 3. Ajarkan pola kemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih yang tidak biasa) 4. Anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisi, mandi, dan lain-lain 5. Anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih 6. Lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih
  • 85. INKONTENANSIA TOTAL 1. Pertahankan jumlah cairan dan berkemih 2. Rencanakan program katerisasi intermiten apabila ada indikasi 3. Apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih pertimbangkan untuk pemasangan kateter indweeling
  • 86. INKONTINENSIA STRES Kurangi faktor penyebab seperti : 1. Kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :  Ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelvis dan kekuatan kelemahannya saat melakukan latihan (latihan kegel sebanyak 25 kali, setiap latihan 4-6 set setiap hari)  Untuk otot dasar pelvis posterior dengan imajinasi, coba hentikan aliran feses dan kencangkan otot- otot anus dalam waktu 10 detik tanpa merapatkan kaki atau otot-otot abdomen
  • 87.  Untuk otot dasar pelvis anterior bayangkan anda mencoba menghentikan aliran urine, kencangkan otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga 10 kali dan lakukan 4 kali sehari  Hentikan dan mulailah aliran urine beberapa saat selama berkemih 2. Meningkatkan tekanan abdomen, dengan cara :  Latih untuk menghindari duduk lama  Latih untuk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam
  • 88. INKONTINENSIA REFLEKS Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih seperti : Mekanisme pemicu kutenus 1. Ketuk supra pubis secara dalam,tajam, dan berlubang 2. Anjurkan pasien untuk  Posisi setengah duduk  Mengetku kandung kemih secara langsung dengan rata-rata 7-8 kali setiap 5 detik  Gunakan satu tangan
  • 89.  Pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi paling berhasil  Lakukan hingga aliran baik  Tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong  Apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respons, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan
  • 90. 3. Apabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini selama 2-3 menit dan berikan jeda waktu 1 menit di antara setiap kegiatan  Tekan gland penis  Pukul perut di atas ligamen inguinal  Tekan paha bagian dalam 4. Catat jumlah asupan dan pengeluaran 5. Jadwalkan program kateterisasi pada saat tertentu
  • 91. INKONTINENSIA FUNGSIONAL 1. Tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen,seperti : a. Pertahankan hidrasi optimal dengan cara  berikan asupan caiaran 200-300 ml/hari, kecuali bila terdapat kontraindikasi  Ajarkan untuk tidak tergantung pada rasa haus baru minum  Atur jarak minum, sebaiknya setiap 2 jam  Kurangi asupan caiaran pada malam hari
  • 92.  Kurangi minuman seperti kopi,jus anggur, the atau minuman yang berdampak diuretik  Jangan memakan tomat dan jus jeruk dalam jumlah banyak karena dapat menyebabkan sifat basa
  • 93. b. Pertahankan nutrisi yang adekuat c. Tingkatkan integritas diri dan berikan motivasi kemampuan mengontrol kandung kemih, dengan cara menghindari penggunaan bedpan (pispot) d. Tingkatkan integritas kulit, dengan cara  Bersihkan area dan keringkan  Berikan salep pelindung e. Tingkatkan higiene perseorangan, dengan cara :  Mandi dengan air mengalir  Bersihkan perineum dan uretra dari depan ke belakang (bagi wanita )
  • 94. 2. Jelaskancara mengenali perubahan urine yang abnormal seperti adanya peningkatan mukosa, darah dalam urine, dan perubahan warna 3. Ajarkan cara memantau adanya tanda dan gejala ISK, seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan urine, nyeri pubis bagian atas, nyeri saat berkemih, ingin berkemih sedikit, dan sering meningkatnya pH urine, mual, atau muntah.
  • 95. D. PELAKSANAAN (TINDAKAN) KEPERAWATAN  Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan  Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal  Melakukan kateterisasi
  • 96. 6. Tindakan Keperawatan - Pemasangan Kondom Kateter - Pemasangan Kateter tetap dg melepas - Pemasangan Kateter sementara dg melepas - Bladder Training.