SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI BAB
A. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel. Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga
disebut bowel moverment frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi
dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensori dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi (Tarwoto, 2004).
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi
suatu signal yang menyebar melalui fleksus mentrikus untuk memulai gelombang
peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid dan didalam rektum. Gelombang
ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus ,
sfingter anal interna tidak menutup dan bila spingter ekternal tenang maka feses
keluar (Tarwoto, 2004).
B. Fungsi Fisiologis
1. Anatomi fisiologis saluran pencernaan bawah
Saluran pencernaan meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri dari
3 bagian ( duodenum, jejenum dan ileum), sedangkan usus besar terdiri atas
emapat bagian yaitu (sekum, kolon, apendiks dan rektum)
a. Usus halus
Panjang usus halus kira-kira 6 m, dengan diameter 2,5 cm. Usus
merupakan lumen muskular yang dilapisi membran mukosa yang letak
diantara lambung dan usus besar. Sebagian besar proses pencernaan dan
penyerapan makanan berlangsung disini terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Duodenum
Duodenum adalah saluran bebentuk c dengan panjang sekitar 25 cm
yang terletak dibagian belakang abdomen mengitari kaput pankreas.
2) Jejunum dan ileum
Setelah duodenum bagian usus halus berikutnya adalah jejunum yang
diikuti dengan ileum panjang keduanya bervariasi antara 300 dan 900
cm. tidak ada perbedaan yang jelas diantaranya. Jejenum berukuran
agak besar, memiliki dinding yang tebal, lipatan membran mukosa
yang lebih banyak, dan plak penyeri yang lebih sedikit. Jejunum dan
ileum terletak didalam rongga peritonium, kecuali spanjang garis
perlekatannya. Usus halus diperdarahi oleh percabangan arteri
mesentriko superior (cabang dari aorta). Fungsi usus adalah untuk
menyekresi cairan usus, menerima getah empedu dan getah pankreas,
mencerna makanan, mengabsorbsi air, garam dan mineral, serta
menggerakkan isi usus melalui kontraksi segmen pendek dan
peristaltik rush (glombang peristaltik usus yang kuat) yang
menggerakkan isi usus lebih cepat (John Gibson, 2002).
b. Usus besar
Kolon orang dewasa panjangnya 125-150 cm atau 50-60 inchi, terdiri dari:
1. Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
2. Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid
3. Apendiks
4. Rectum, 10-15 cm/ 4-6 inchi
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sectum, maka
semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut
chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16-20 jam) isinya menjadi
makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rectum feses bersifat
padat-lunak.
Gerakan kolon dibagi menjadi tiga bagian yaitu, pertama haustral
shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu
mengabsorpsi air, kedua kontarksi haustral yaitu gerakan untuk
mendorong materi air dan semi padat sepanjang kolon, ketiga gerakan
peristaltik yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang.
Fungsi utama usus besar (kolon) adalah:
1) Absorpsi air dan nutrisi
2) Proteksi/perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan
melindungi dinding usus trauma oleh feses dan aktivitas bakteri.
3) Menghantarkan isi makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.
Gambar saluran cerna
2. Fisiologi defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran isi metabolisme
berupa feses dan flatus berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Di dalam
proses defekasi terjadi 2 macam reflek yaitu:
a. Refleksi defekasi instrinsik
Reflek ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi
distensi rectum yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus
mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus,
secara sistematis spinkter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.
Fisiologinya:
Feses masuk rectum
Distensi/ ketegangan rectum
Rangsangan plektus mesentrikus
Terjadi peristaltik di kolon ascenden, sigmoid, rectum
Feses terdorong ke anus
Sfinger internal tidak menutup, sfinger eksternal relaksasi
b. Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf yang kemudian
diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke
kolon desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intesitasnya
peristaltic, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi.
Fisiologisnya:
Feses masuk rektum
Rangsangan saraf rektum
Dibawa ke spinal cord
Kembali ke kolon descenden, sigmoid dan rectum
Intensifkan peristaltic relaksasi sfinger internal, intensifkan reflek intrinsic
Rangsang defekasi/BAB
Kontraksi otot abdominal dan diafragma
Tekanan intra abdomen naik
Otot levantur anus kontraksi
Menggerakan feses untuk melalui konal anal
Defekasi
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan
diafragma dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi
otot femur dan posisis jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses
pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah
CO2, metana. H2s, O2 dan Nitrogen. Feses terdiri 75% air dan 25% materi
padat. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin
dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme.
Konsistensi lembek namun berbentuk.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan
tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan
kebawah kearah rectum. Jika reflex defekasi diabaikan atau jika defekasi
dihambat secara sengaja dengan mengkontrasikan muskulus spingter
eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat
menghasilkan rectum meluas untuk menampung kumpilan feses.
Susunan feses terdiri dari :
1) Bakteri yag umumnya sudah mati
2) Lepaskan epithelium dari usus
3) Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
4) Garam terutama kalsium fosfat
5) Sedikit zat besi dari selulosa
6) Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)
3. Faktor yang mempengaruhi defekasi
a. Usia
Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
manula control defekasi menurun
b. Diet
Bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Contohnya, makanan berserat akan mempercepat produksi
feses, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh juga
mempengaruhi proses defekasi.
c. Intake cairan
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih
keras, disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat.
d. Aktivas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak
sepanjang kolon.
e. Fisiologis
Keadaan cemas, takut, marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga
menyebabkan diare.
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi. Laksatik
dan katarik dapat melunakkan feses dan mengakibatkan peristaltic. Tetapi
bila digunakan waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus
otot sehingga usus menjadi kurang responsive terhadap stimulus insaktif.
Obat-obatan yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain: narkotik,
opiate, dan antikolinergik.
g. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur,
fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar,
h. Prosedur diagnostik
Pemeriksaan diagnostik tertentu, khususnya yang ditujukan untuk melihat
struktur saluran pencernaan, mengharuskan dilakukan pengosongan
lambung (mis, dengan enema atau katartik). Tindakn ini dapat
mengganggu pola eliminasi sampe klien dapat makan dengan normal.
Selain itu, prosedur pemeriksaan dengan barium dapat menambah
masalah. Sisa barium yang tertinggal dalam saluran pencernaan akan
mengeras dan menyebabkan impaksi usus.
i. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
j. Anestesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi implus parasimpatis sehingga kadang-
kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini berlangsung 24-48 jam
yang disebut dengan ileus paralitik.
k. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti hemoroid, fraktur ospubis,
episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB.
l. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensorik untuk defekasi.
m. Posisi saat defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi ini
memungkinkan individu mengerahkan tekanan intraabdomen dan
mengerutkan otot pahanya sehinnga memudahkan proses defekasi.
C. Gangguan Pemenuhan kebutuhan dasar Eliminasi (BAB)
Masalah pada pola defekasi yaitu:
1. Konstipasi
gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras
melalui usus besar. Biasanya disebabkan pola defekasi yang tidak teratur,
penggunaan laksatif yang lama, stress psikologis, obat-obatan, kurang
aktivitas, usia.
2. Fecal imfaction
Masa feses keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi dan
akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh
konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas ,diet rendah serat, dan
kelemahan tonus otot.
3. Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat
cepatnya chime melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stress
fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.
4. Inkontinensia Usus
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas
melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah
anus. Penyebabnya karena penyakit-penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord, tumor spinter anus eksterna.
5. Kembung
Flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehinggan menyebabkan distensi
intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan
(barbiturate, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal),
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.
6. Hemmoroid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat pengikatan tekanan di daerah
tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat
defekasi, kehamilan, dan obesitas
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian perawatan pada klien dengan gangguan eliminasi difokuskan pada riwayat
keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diangnostik. Sebelumnya lakukan
pengkajian pada identitas pasien.
1. Identitas Pasien
• Nama
• Alamat
• Umur
• Agama
• Jenis kelamin
• Diagnose medis
• Tanggal masuk rumah sakit
2. Identitas Penanggung jawab
• Nama
• Alamat
• Umur
• Hubungan dengan pasien
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Penyakit Sekarang
5. Riwayat Penyakit Dahulu
6. Riwayat Penyakit Keluarga
B. Pengkajian fungsional
Pengkajian fungsional menurut Gordon:
1. Persepsi terhadap kesehatan
2. Pola aktivitas dan latihan
3. Pola istrahat dan tidur
4. Pola nutrisi dan metabolic
5. Pola elimnasi
6. Pola kognitif dan konsptual
7. Pola konsep diri
8. Pola koping
9. Pola seksual reproduksi
10. Pola peran berhubungan
11. Pola nilai kpercayaan
C. Riwayat keperawatan
Pada riwayat keperawatan hal-hal yang harus dikaji antara lain:
1. Pola defekasi
a. Frekuensi (berapa kali perhari/minggu?)
b. Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?
c. Apa penyebabnya
2. Perilaku defekasi
a. Apakah klien menggunakan laxatif?
b. Bagaimana cara klien memperhatikan pada defikasi?
3. Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
Apakah anda memperhatikan adanya perubahan warna, tekstur (keras, lemah,
cair), permukaan, atau bau feses anda saat ini
4. Factor- factor yang mempengaruhi eliminasi
a. Menggunakan alat bantu BAB
- Apa yang anda lakukan untuk memperhatikan kebiasaan BAB normal?
- Menggunakan bahan-bahan alami seperti makanan/minuman tertentu atau
obat-obatan
b. Diet
- Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB?
- Makanan apa yang biasa anda makan?
- Beberapa kali anda makan dalam sehari?
c. Cairan
- Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum /dalam sehari?
(misalnya 6 gelas air, 2 cangkir kopi)
- Aktivitas dan latihan
- Pola aktivitas/ latihan harian apa yang biasa dilakukan?
d. Medikasi
- Apakah anda minum obat yang dapat mempengaruhi system pencernaan
(misalnya fe, antibiotic)
e. Stress
- Apakah anda merasakan stress, apakah dengan ini anda mengira
berpengaruh pada pola BAB (defekasi ) anda?
f. Ada ostomi dan penanganannya
- Apa yang biasa anda lakukan terhadap kolostomy anda?
- Jika ada masalah, apa yang anda lakukan?
- Apakah anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani kolostomy
anda? Bagaimana caranya?
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe. Pemeriksaan fisik abdomen terkait
dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan
pada saluran intestinal, auskultasi dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat
merubah peristaltic. Pemeriksaan rectum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi.
• Liat keadaan umum pasien, tinggi badan, berat badan, ukur tanda-tanda vital
• Lakukan pemeriksaan :
 Kulit dan kuku
 Kepala dan rambut
 Mata
 Hidung
 Telinga
 Mulut
 Dada ( paru-paru, jantung, abdomen )
 Genitalia
 Ektremitas atas dan bawah
- Inspeksi feses
Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah,
bau dan adanya unsure-unsur abdomen.
E. Pemeriksaaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic saluran gastrointestinal meliputi visualisasi langsung/ tidak
langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsure-unsur yang tidak normal
F. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan fungsi : kelemahan otot abdominal, aktivitas fisik
tidak mencukupi
2. Perencanaan/implementasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan indikator
(NOC)
Intervensi dan Aktivitas
(NIC)
1 Konstipasi berhubungan
dengan
• Fungsi:kelemahan
otot abdominal,
Aktivitas fisik tidak
mencukupi
• Perilaku defekasi
tidak teratur
• Perubahan
lingkungan
• Toileting tidak
adekuat: posisi
defekasi, privasi
• Psikologis: depresi,
stress emosi,
gangguan mental
• Farmakologi:
antasid,
antikolinergis,
antikonvulsan,
antidepresan,
kalsium
karbonat,diuretik,
besi, overdosis
laksatif, NSAID,
opiat, sedatif.
• Mekanis:
ketidakseimbangan
elektrolit,
hemoroid,
gangguan
neurologis,
obesitas, obstruksi
pasca bedah, abses
rektum, tumor
• Fisiologis:
perubahan pola
makan dan jenis
makanan,
penurunan
motilitas
gastrointestnal,
dehidrasi, intake
serat dan cairan
kurang, perilaku
makan yang buruk
DS:
- Nyeri perut
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Perasaan tekanan
pada
- Rectum
- Nyeri kepala
- Peningkatan
tekanan
- Abdominal
- Mual
- Defekasi dengan
nyeri
NOC:
• Bowl Elimination
• Hidration
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …. konstipasi
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
- Pola BAB dalam
- batas normal
- Feses lunak
- Cairan dan serat
- Adekuat
- Aktivitas adekuat
- Hidrasi adekuat
NIC :
Manajemen konstipasi :
- Identifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan konstipasi
- Monitor tanda-tanda rupture
bowel/peritonitis
- Jelaskan penyebab dan rasionalisasi
tindakan pada pasien
- Konsultasikan dengan dokter tentang
peningkatan dan penurunan bising
usus
- Kolaburasi jika ada tanda dan gejala
konstipasi yang menetap
- Jelaskan pada pasien manfaat diet
(cairan dan serat) terhadap eliminasi
- Jelaskan pada klien konsekuensi
menggunakan laxative dalam waktu
yang lama
- Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi
serat dan cairan
- Dorong peningkatan aktivitas yang
optimal
- Sediakan privacy dan keamanan
selama BAB
DO:
- Feses dengan
darah segar
- Perubahan pola
BAB
- Feses berwarna
gelap
- Penurunan
frekuensi BAB
- Penurunan volume
feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus
hipo/hiperaktif
- Teraba massa
abdomen atau
- Rectal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah
3. Evaluasi
Hasil yang diinginkan :
1. Membuat pola reguler untuk defekasi
a. Mencakup waktu untuk defekasi sebagai bagian dari rutinitas harian
b. Berpartisipasi dalam program latihan reguler
c. Menghindari penyalahgunaan laktasi
d. Minum 8 sampai 2 liter setiap hari
e. Memasukkan makanan tingggi serat dalam diet seperti buah segar dan sayuran
f. Melaporkan feses yang berbentuk dan lunak setiap hari atau setiap 2 samapi 3
hari
2. Mendemonstrasikan pemahaman tentang tindakan yang tepat untuk mencegah
konstipasi.
a. Mengidentifikasi tindakan yang meningkatkan defekasi
b. Menjjelaskan pentingnya makan makanan tinggi serat dan cairan yang cukup
c. Menyatakan kebutuhan untuk memperhaikan dengan segera dorongn untuk
defekasi
d. Melakukan latihan pengerutan otot abdomen
3. Mengalami berkurangnya ansietas tentang fungsi usus
a. Mengidentifikasi tindakan yang tepat digunakan untuk mencegah atau
menghilangkan konstipasi
b. Menggali masalah dan pertanyaan tentang eliminasi usus normal
c. Mengubah gaya hidup untuk meningkatkan fungsi usus normal
d. Menghindari penggunaan laksatif kecuali diresapkan
4. Tidak mengalami komplikasi
a. Tidak ada tanda da gejala kerusakan vaskuler dari hipertensi arterial yang
berhubungan dengan manuver valsalva
b. Tidak ada impaksi fekal
c. Tidak ada bukti fisura anal attau hemoroid
d. Tidak ada obstruksi usus yang berhubungan dengan megakolon
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta: EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Gibson, J. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta : EGG
Potter Perry. 2009. Fundamental keperawatan. Edisi 4 Volume 2. Jakarta,
penerbit buku kedokteran : EGC
Smeltzer Suzana. 2005. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
EGC
Tarwoto, Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

More Related Content

What's hot

KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K)
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K) KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K)
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K) Kristyawan Sutriyanto
 
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix okdesiaulia7
 
Perawatan luka dalam praktek kebidanan
Perawatan luka dalam praktek kebidananPerawatan luka dalam praktek kebidanan
Perawatan luka dalam praktek kebidananGita Kostania
 
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutanPrinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutanKampus-Sakinah
 
Perubahan fisiologi sistem intergumen pada ibu hamil
Perubahan fisiologi sistem intergumen pada  ibu hamilPerubahan fisiologi sistem intergumen pada  ibu hamil
Perubahan fisiologi sistem intergumen pada ibu hamilhesti kusdianingrum
 
Makalah lengkap perdarahan antepartum
Makalah lengkap perdarahan antepartumMakalah lengkap perdarahan antepartum
Makalah lengkap perdarahan antepartumWarnet Raha
 
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Rahayu Pratiwi
 
131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritisshaniawira dika
 
Asuhan keperawatan gastritis
Asuhan keperawatan gastritisAsuhan keperawatan gastritis
Asuhan keperawatan gastritisRizky maulana
 

What's hot (20)

Woc stroke
Woc strokeWoc stroke
Woc stroke
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Makalah pemberian obat melalui anus
Makalah pemberian obat melalui anusMakalah pemberian obat melalui anus
Makalah pemberian obat melalui anus
 
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K)
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K) KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K)
KOMUNIKASI INTERPERSONAL / KONSELING (KIP/K)
 
tengkorak bayi
tengkorak bayitengkorak bayi
tengkorak bayi
 
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
 
Perawatan luka dalam praktek kebidanan
Perawatan luka dalam praktek kebidananPerawatan luka dalam praktek kebidanan
Perawatan luka dalam praktek kebidanan
 
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutanPrinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
 
Perubahan fisiologi sistem intergumen pada ibu hamil
Perubahan fisiologi sistem intergumen pada  ibu hamilPerubahan fisiologi sistem intergumen pada  ibu hamil
Perubahan fisiologi sistem intergumen pada ibu hamil
 
Makalah lengkap perdarahan antepartum
Makalah lengkap perdarahan antepartumMakalah lengkap perdarahan antepartum
Makalah lengkap perdarahan antepartum
 
Retensi urine
Retensi  urineRetensi  urine
Retensi urine
 
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik
 
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu HamilPemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
 
Malpresentasi dan malposisi
Malpresentasi dan malposisiMalpresentasi dan malposisi
Malpresentasi dan malposisi
 
Lp dispepsia
Lp dispepsiaLp dispepsia
Lp dispepsia
 
Inaayah Regita Putri
Inaayah Regita Putri Inaayah Regita Putri
Inaayah Regita Putri
 
131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis
 
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
 
Prematur
PrematurPrematur
Prematur
 
Asuhan keperawatan gastritis
Asuhan keperawatan gastritisAsuhan keperawatan gastritis
Asuhan keperawatan gastritis
 

Similar to KolomBAB

Eliminasi fekal by Ns Yulia BSN, RN
Eliminasi fekal by Ns Yulia BSN, RNEliminasi fekal by Ns Yulia BSN, RN
Eliminasi fekal by Ns Yulia BSN, RNJulia Dewi Puspita
 
Tugas kdpk eliminasi(ibu dina) AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas kdpk eliminasi(ibu dina) AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas kdpk eliminasi(ibu dina) AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas kdpk eliminasi(ibu dina) AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Laporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileusLaporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileusSujana Pkm
 
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatankebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatanandrikhakim2
 
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptxPPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptxHalmaFaujiah
 
Sistem pencernaan (fungsi dan pergerakan saluran cerna)
Sistem pencernaan (fungsi dan pergerakan saluran cerna)Sistem pencernaan (fungsi dan pergerakan saluran cerna)
Sistem pencernaan (fungsi dan pergerakan saluran cerna)Muhammad Munandar
 
Bab ii Asuhan Keperawatan dengan Penerapan Pola Makan dan Jenis Makanan Pada ...
Bab ii Asuhan Keperawatan dengan Penerapan Pola Makan dan Jenis Makanan Pada ...Bab ii Asuhan Keperawatan dengan Penerapan Pola Makan dan Jenis Makanan Pada ...
Bab ii Asuhan Keperawatan dengan Penerapan Pola Makan dan Jenis Makanan Pada ...suyono_alexa
 

Similar to KolomBAB (20)

Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecalKonsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
 
Eliminasi fekal by Ns Yulia BSN, RN
Eliminasi fekal by Ns Yulia BSN, RNEliminasi fekal by Ns Yulia BSN, RN
Eliminasi fekal by Ns Yulia BSN, RN
 
Eliminasi fekal
Eliminasi fekalEliminasi fekal
Eliminasi fekal
 
Word eliminasi ibu nifas
Word eliminasi ibu nifasWord eliminasi ibu nifas
Word eliminasi ibu nifas
 
Tugas kdpk eliminasi(ibu dina) AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas kdpk eliminasi(ibu dina) AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas kdpk eliminasi(ibu dina) AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas kdpk eliminasi(ibu dina) AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Tugas kdpk eliminasi(ibu dina)
Tugas kdpk eliminasi(ibu dina)Tugas kdpk eliminasi(ibu dina)
Tugas kdpk eliminasi(ibu dina)
 
Eliminasi alvi (bab)
Eliminasi alvi (bab)Eliminasi alvi (bab)
Eliminasi alvi (bab)
 
Lp megacolon pa amin
Lp megacolon pa aminLp megacolon pa amin
Lp megacolon pa amin
 
Askep hirscprung AKPER PEMDA MUNA
Askep hirscprung AKPER PEMDA MUNA Askep hirscprung AKPER PEMDA MUNA
Askep hirscprung AKPER PEMDA MUNA
 
Laporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileusLaporan pendahuluan ileus
Laporan pendahuluan ileus
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
ELIMINASI_FEKAL.pptx
ELIMINASI_FEKAL.pptxELIMINASI_FEKAL.pptx
ELIMINASI_FEKAL.pptx
 
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatankebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
kebutuhan eliminasi fekal pada pasien di pelayanan kesehatan
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptxPPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
 
Sistem pencernaan (fungsi dan pergerakan saluran cerna)
Sistem pencernaan (fungsi dan pergerakan saluran cerna)Sistem pencernaan (fungsi dan pergerakan saluran cerna)
Sistem pencernaan (fungsi dan pergerakan saluran cerna)
 
Bab ii Asuhan Keperawatan dengan Penerapan Pola Makan dan Jenis Makanan Pada ...
Bab ii Asuhan Keperawatan dengan Penerapan Pola Makan dan Jenis Makanan Pada ...Bab ii Asuhan Keperawatan dengan Penerapan Pola Makan dan Jenis Makanan Pada ...
Bab ii Asuhan Keperawatan dengan Penerapan Pola Makan dan Jenis Makanan Pada ...
 
kel 4 sman12 mdn
kel 4 sman12 mdnkel 4 sman12 mdn
kel 4 sman12 mdn
 

Recently uploaded

PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 

Recently uploaded (20)

PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 

KolomBAB

  • 1. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI BAB A. Pengertian Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel. Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel moverment frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensori dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi (Tarwoto, 2004). Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui fleksus mentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus , sfingter anal interna tidak menutup dan bila spingter ekternal tenang maka feses keluar (Tarwoto, 2004). B. Fungsi Fisiologis 1. Anatomi fisiologis saluran pencernaan bawah Saluran pencernaan meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri dari 3 bagian ( duodenum, jejenum dan ileum), sedangkan usus besar terdiri atas emapat bagian yaitu (sekum, kolon, apendiks dan rektum) a. Usus halus Panjang usus halus kira-kira 6 m, dengan diameter 2,5 cm. Usus merupakan lumen muskular yang dilapisi membran mukosa yang letak diantara lambung dan usus besar. Sebagian besar proses pencernaan dan penyerapan makanan berlangsung disini terdiri dari 3 bagian yaitu: 1) Duodenum
  • 2. Duodenum adalah saluran bebentuk c dengan panjang sekitar 25 cm yang terletak dibagian belakang abdomen mengitari kaput pankreas. 2) Jejunum dan ileum Setelah duodenum bagian usus halus berikutnya adalah jejunum yang diikuti dengan ileum panjang keduanya bervariasi antara 300 dan 900 cm. tidak ada perbedaan yang jelas diantaranya. Jejenum berukuran agak besar, memiliki dinding yang tebal, lipatan membran mukosa yang lebih banyak, dan plak penyeri yang lebih sedikit. Jejunum dan ileum terletak didalam rongga peritonium, kecuali spanjang garis perlekatannya. Usus halus diperdarahi oleh percabangan arteri mesentriko superior (cabang dari aorta). Fungsi usus adalah untuk menyekresi cairan usus, menerima getah empedu dan getah pankreas, mencerna makanan, mengabsorbsi air, garam dan mineral, serta menggerakkan isi usus melalui kontraksi segmen pendek dan peristaltik rush (glombang peristaltik usus yang kuat) yang menggerakkan isi usus lebih cepat (John Gibson, 2002). b. Usus besar Kolon orang dewasa panjangnya 125-150 cm atau 50-60 inchi, terdiri dari: 1. Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil 2. Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid 3. Apendiks 4. Rectum, 10-15 cm/ 4-6 inchi Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sectum, maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16-20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rectum feses bersifat padat-lunak.
  • 3. Gerakan kolon dibagi menjadi tiga bagian yaitu, pertama haustral shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu mengabsorpsi air, kedua kontarksi haustral yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan semi padat sepanjang kolon, ketiga gerakan peristaltik yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang. Fungsi utama usus besar (kolon) adalah: 1) Absorpsi air dan nutrisi 2) Proteksi/perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan melindungi dinding usus trauma oleh feses dan aktivitas bakteri. 3) Menghantarkan isi makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi. Gambar saluran cerna 2. Fisiologi defekasi
  • 4. Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran isi metabolisme berupa feses dan flatus berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Di dalam proses defekasi terjadi 2 macam reflek yaitu: a. Refleksi defekasi instrinsik Reflek ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinkter interna relaksasi maka terjadilah defekasi. Fisiologinya: Feses masuk rectum Distensi/ ketegangan rectum Rangsangan plektus mesentrikus Terjadi peristaltik di kolon ascenden, sigmoid, rectum Feses terdorong ke anus Sfinger internal tidak menutup, sfinger eksternal relaksasi b. Refleks defekasi parasimpatis Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intesitasnya
  • 5. peristaltic, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi. Fisiologisnya: Feses masuk rektum Rangsangan saraf rektum Dibawa ke spinal cord Kembali ke kolon descenden, sigmoid dan rectum Intensifkan peristaltic relaksasi sfinger internal, intensifkan reflek intrinsic Rangsang defekasi/BAB Kontraksi otot abdominal dan diafragma Tekanan intra abdomen naik Otot levantur anus kontraksi Menggerakan feses untuk melalui konal anal Defekasi Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisis jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah
  • 6. CO2, metana. H2s, O2 dan Nitrogen. Feses terdiri 75% air dan 25% materi padat. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rectum. Jika reflex defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontrasikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rectum meluas untuk menampung kumpilan feses. Susunan feses terdiri dari : 1) Bakteri yag umumnya sudah mati 2) Lepaskan epithelium dari usus 3) Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus) 4) Garam terutama kalsium fosfat 5) Sedikit zat besi dari selulosa 6) Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml) 3. Faktor yang mempengaruhi defekasi a. Usia Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia manula control defekasi menurun b. Diet Bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Contohnya, makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi. c. Intake cairan
  • 7. Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat. d. Aktivas Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon. e. Fisiologis Keadaan cemas, takut, marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan diare. f. Pengobatan Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi. Laksatik dan katarik dapat melunakkan feses dan mengakibatkan peristaltic. Tetapi bila digunakan waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus otot sehingga usus menjadi kurang responsive terhadap stimulus insaktif. Obat-obatan yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain: narkotik, opiate, dan antikolinergik. g. Gaya hidup Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar, h. Prosedur diagnostik Pemeriksaan diagnostik tertentu, khususnya yang ditujukan untuk melihat struktur saluran pencernaan, mengharuskan dilakukan pengosongan lambung (mis, dengan enema atau katartik). Tindakn ini dapat mengganggu pola eliminasi sampe klien dapat makan dengan normal. Selain itu, prosedur pemeriksaan dengan barium dapat menambah masalah. Sisa barium yang tertinggal dalam saluran pencernaan akan mengeras dan menyebabkan impaksi usus. i. Penyakit
  • 8. Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi. j. Anestesi dan Pembedahan Anestesi umum dapat menghalangi implus parasimpatis sehingga kadang- kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini berlangsung 24-48 jam yang disebut dengan ileus paralitik. k. Nyeri Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti hemoroid, fraktur ospubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB. l. Kerusakan sensorik dan motorik Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi. m. Posisi saat defekasi Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi ini memungkinkan individu mengerahkan tekanan intraabdomen dan mengerutkan otot pahanya sehinnga memudahkan proses defekasi. C. Gangguan Pemenuhan kebutuhan dasar Eliminasi (BAB) Masalah pada pola defekasi yaitu: 1. Konstipasi gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia. 2. Fecal imfaction Masa feses keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh
  • 9. konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas ,diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot. 3. Diare Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat cepatnya chime melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stress fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal. 4. Inkontinensia Usus Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit-penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna. 5. Kembung Flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehinggan menyebabkan distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan (barbiturate, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi. 6. Hemmoroid Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat pengikatan tekanan di daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas
  • 10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian perawatan pada klien dengan gangguan eliminasi difokuskan pada riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diangnostik. Sebelumnya lakukan pengkajian pada identitas pasien. 1. Identitas Pasien • Nama • Alamat • Umur • Agama • Jenis kelamin • Diagnose medis • Tanggal masuk rumah sakit 2. Identitas Penanggung jawab • Nama • Alamat
  • 11. • Umur • Hubungan dengan pasien 3. Keluhan Utama 4. Riwayat Penyakit Sekarang 5. Riwayat Penyakit Dahulu 6. Riwayat Penyakit Keluarga B. Pengkajian fungsional Pengkajian fungsional menurut Gordon: 1. Persepsi terhadap kesehatan 2. Pola aktivitas dan latihan 3. Pola istrahat dan tidur 4. Pola nutrisi dan metabolic 5. Pola elimnasi 6. Pola kognitif dan konsptual 7. Pola konsep diri 8. Pola koping 9. Pola seksual reproduksi 10. Pola peran berhubungan 11. Pola nilai kpercayaan C. Riwayat keperawatan Pada riwayat keperawatan hal-hal yang harus dikaji antara lain: 1. Pola defekasi a. Frekuensi (berapa kali perhari/minggu?) b. Apakah frekuensi tersebut pernah berubah? c. Apa penyebabnya 2. Perilaku defekasi
  • 12. a. Apakah klien menggunakan laxatif? b. Bagaimana cara klien memperhatikan pada defikasi? 3. Gambaran feses dan perubahan yang terjadi Apakah anda memperhatikan adanya perubahan warna, tekstur (keras, lemah, cair), permukaan, atau bau feses anda saat ini 4. Factor- factor yang mempengaruhi eliminasi a. Menggunakan alat bantu BAB - Apa yang anda lakukan untuk memperhatikan kebiasaan BAB normal? - Menggunakan bahan-bahan alami seperti makanan/minuman tertentu atau obat-obatan b. Diet - Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB? - Makanan apa yang biasa anda makan? - Beberapa kali anda makan dalam sehari? c. Cairan - Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum /dalam sehari? (misalnya 6 gelas air, 2 cangkir kopi) - Aktivitas dan latihan - Pola aktivitas/ latihan harian apa yang biasa dilakukan? d. Medikasi - Apakah anda minum obat yang dapat mempengaruhi system pencernaan (misalnya fe, antibiotic) e. Stress
  • 13. - Apakah anda merasakan stress, apakah dengan ini anda mengira berpengaruh pada pola BAB (defekasi ) anda? f. Ada ostomi dan penanganannya - Apa yang biasa anda lakukan terhadap kolostomy anda? - Jika ada masalah, apa yang anda lakukan? - Apakah anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani kolostomy anda? Bagaimana caranya? D. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe. Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal, auskultasi dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltic. Pemeriksaan rectum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi. • Liat keadaan umum pasien, tinggi badan, berat badan, ukur tanda-tanda vital • Lakukan pemeriksaan :  Kulit dan kuku  Kepala dan rambut  Mata  Hidung  Telinga  Mulut  Dada ( paru-paru, jantung, abdomen )  Genitalia  Ektremitas atas dan bawah
  • 14. - Inspeksi feses Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya unsure-unsur abdomen. E. Pemeriksaaan diagnostic Pemeriksaan diagnostic saluran gastrointestinal meliputi visualisasi langsung/ tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsure-unsur yang tidak normal F. Diagnosa Keperawatan 1. Konstipasi berhubungan dengan fungsi : kelemahan otot abdominal, aktivitas fisik tidak mencukupi
  • 15. 2. Perencanaan/implementasi No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan indikator (NOC) Intervensi dan Aktivitas (NIC)
  • 16. 1 Konstipasi berhubungan dengan • Fungsi:kelemahan otot abdominal, Aktivitas fisik tidak mencukupi • Perilaku defekasi tidak teratur • Perubahan lingkungan • Toileting tidak adekuat: posisi defekasi, privasi • Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan mental • Farmakologi: antasid, antikolinergis, antikonvulsan, antidepresan, kalsium karbonat,diuretik, besi, overdosis laksatif, NSAID, opiat, sedatif. • Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit, hemoroid, gangguan neurologis, obesitas, obstruksi pasca bedah, abses rektum, tumor • Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis makanan, penurunan motilitas gastrointestnal, dehidrasi, intake serat dan cairan kurang, perilaku makan yang buruk DS: - Nyeri perut - Ketegangan perut - Anoreksia - Perasaan tekanan pada - Rectum - Nyeri kepala - Peningkatan tekanan - Abdominal - Mual - Defekasi dengan nyeri NOC: • Bowl Elimination • Hidration Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. konstipasi pasien teratasi dengan kriteria hasil: - Pola BAB dalam - batas normal - Feses lunak - Cairan dan serat - Adekuat - Aktivitas adekuat - Hidrasi adekuat NIC : Manajemen konstipasi : - Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi - Monitor tanda-tanda rupture bowel/peritonitis - Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien - Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising usus - Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap - Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi - Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yang lama - Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan - Dorong peningkatan aktivitas yang optimal - Sediakan privacy dan keamanan selama BAB
  • 17. DO: - Feses dengan darah segar - Perubahan pola BAB - Feses berwarna gelap - Penurunan frekuensi BAB - Penurunan volume feses - Distensi abdomen - Feses keras - Bising usus hipo/hiperaktif - Teraba massa abdomen atau - Rectal - Perkusi tumpul - Sering flatus - Muntah
  • 18. 3. Evaluasi Hasil yang diinginkan : 1. Membuat pola reguler untuk defekasi a. Mencakup waktu untuk defekasi sebagai bagian dari rutinitas harian b. Berpartisipasi dalam program latihan reguler c. Menghindari penyalahgunaan laktasi d. Minum 8 sampai 2 liter setiap hari e. Memasukkan makanan tingggi serat dalam diet seperti buah segar dan sayuran f. Melaporkan feses yang berbentuk dan lunak setiap hari atau setiap 2 samapi 3 hari 2. Mendemonstrasikan pemahaman tentang tindakan yang tepat untuk mencegah konstipasi. a. Mengidentifikasi tindakan yang meningkatkan defekasi b. Menjjelaskan pentingnya makan makanan tinggi serat dan cairan yang cukup c. Menyatakan kebutuhan untuk memperhaikan dengan segera dorongn untuk defekasi d. Melakukan latihan pengerutan otot abdomen 3. Mengalami berkurangnya ansietas tentang fungsi usus a. Mengidentifikasi tindakan yang tepat digunakan untuk mencegah atau menghilangkan konstipasi b. Menggali masalah dan pertanyaan tentang eliminasi usus normal c. Mengubah gaya hidup untuk meningkatkan fungsi usus normal d. Menghindari penggunaan laksatif kecuali diresapkan
  • 19. 4. Tidak mengalami komplikasi a. Tidak ada tanda da gejala kerusakan vaskuler dari hipertensi arterial yang berhubungan dengan manuver valsalva b. Tidak ada impaksi fekal c. Tidak ada bukti fisura anal attau hemoroid d. Tidak ada obstruksi usus yang berhubungan dengan megakolon Daftar Pustaka Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC Gibson, J. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGG Potter Perry. 2009. Fundamental keperawatan. Edisi 4 Volume 2. Jakarta, penerbit buku kedokteran : EGC
  • 20. Smeltzer Suzana. 2005. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC Tarwoto, Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika