1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
KolomBAB
1. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI BAB
A. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel. Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga
disebut bowel moverment frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi
dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensori dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi (Tarwoto, 2004).
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi
suatu signal yang menyebar melalui fleksus mentrikus untuk memulai gelombang
peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid dan didalam rektum. Gelombang
ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus ,
sfingter anal interna tidak menutup dan bila spingter ekternal tenang maka feses
keluar (Tarwoto, 2004).
B. Fungsi Fisiologis
1. Anatomi fisiologis saluran pencernaan bawah
Saluran pencernaan meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri dari
3 bagian ( duodenum, jejenum dan ileum), sedangkan usus besar terdiri atas
emapat bagian yaitu (sekum, kolon, apendiks dan rektum)
a. Usus halus
Panjang usus halus kira-kira 6 m, dengan diameter 2,5 cm. Usus
merupakan lumen muskular yang dilapisi membran mukosa yang letak
diantara lambung dan usus besar. Sebagian besar proses pencernaan dan
penyerapan makanan berlangsung disini terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Duodenum
2. Duodenum adalah saluran bebentuk c dengan panjang sekitar 25 cm
yang terletak dibagian belakang abdomen mengitari kaput pankreas.
2) Jejunum dan ileum
Setelah duodenum bagian usus halus berikutnya adalah jejunum yang
diikuti dengan ileum panjang keduanya bervariasi antara 300 dan 900
cm. tidak ada perbedaan yang jelas diantaranya. Jejenum berukuran
agak besar, memiliki dinding yang tebal, lipatan membran mukosa
yang lebih banyak, dan plak penyeri yang lebih sedikit. Jejunum dan
ileum terletak didalam rongga peritonium, kecuali spanjang garis
perlekatannya. Usus halus diperdarahi oleh percabangan arteri
mesentriko superior (cabang dari aorta). Fungsi usus adalah untuk
menyekresi cairan usus, menerima getah empedu dan getah pankreas,
mencerna makanan, mengabsorbsi air, garam dan mineral, serta
menggerakkan isi usus melalui kontraksi segmen pendek dan
peristaltik rush (glombang peristaltik usus yang kuat) yang
menggerakkan isi usus lebih cepat (John Gibson, 2002).
b. Usus besar
Kolon orang dewasa panjangnya 125-150 cm atau 50-60 inchi, terdiri dari:
1. Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
2. Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid
3. Apendiks
4. Rectum, 10-15 cm/ 4-6 inchi
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sectum, maka
semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut
chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16-20 jam) isinya menjadi
makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rectum feses bersifat
padat-lunak.
3. Gerakan kolon dibagi menjadi tiga bagian yaitu, pertama haustral
shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu
mengabsorpsi air, kedua kontarksi haustral yaitu gerakan untuk
mendorong materi air dan semi padat sepanjang kolon, ketiga gerakan
peristaltik yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang.
Fungsi utama usus besar (kolon) adalah:
1) Absorpsi air dan nutrisi
2) Proteksi/perlindungan dengan mensekresikan mucus yang akan
melindungi dinding usus trauma oleh feses dan aktivitas bakteri.
3) Menghantarkan isi makanan sampai ke anus dengan cara berkontraksi.
Gambar saluran cerna
2. Fisiologi defekasi
4. Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran isi metabolisme
berupa feses dan flatus berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Di dalam
proses defekasi terjadi 2 macam reflek yaitu:
a. Refleksi defekasi instrinsik
Reflek ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi
distensi rectum yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus
mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus,
secara sistematis spinkter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.
Fisiologinya:
Feses masuk rectum
Distensi/ ketegangan rectum
Rangsangan plektus mesentrikus
Terjadi peristaltik di kolon ascenden, sigmoid, rectum
Feses terdorong ke anus
Sfinger internal tidak menutup, sfinger eksternal relaksasi
b. Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf yang kemudian
diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke
kolon desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intesitasnya
5. peristaltic, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi.
Fisiologisnya:
Feses masuk rektum
Rangsangan saraf rektum
Dibawa ke spinal cord
Kembali ke kolon descenden, sigmoid dan rectum
Intensifkan peristaltic relaksasi sfinger internal, intensifkan reflek intrinsic
Rangsang defekasi/BAB
Kontraksi otot abdominal dan diafragma
Tekanan intra abdomen naik
Otot levantur anus kontraksi
Menggerakan feses untuk melalui konal anal
Defekasi
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan
diafragma dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi
otot femur dan posisis jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses
pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah
6. CO2, metana. H2s, O2 dan Nitrogen. Feses terdiri 75% air dan 25% materi
padat. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin
dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme.
Konsistensi lembek namun berbentuk.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan
tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan
kebawah kearah rectum. Jika reflex defekasi diabaikan atau jika defekasi
dihambat secara sengaja dengan mengkontrasikan muskulus spingter
eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat
menghasilkan rectum meluas untuk menampung kumpilan feses.
Susunan feses terdiri dari :
1) Bakteri yag umumnya sudah mati
2) Lepaskan epithelium dari usus
3) Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
4) Garam terutama kalsium fosfat
5) Sedikit zat besi dari selulosa
6) Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)
3. Faktor yang mempengaruhi defekasi
a. Usia
Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
manula control defekasi menurun
b. Diet
Bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Contohnya, makanan berserat akan mempercepat produksi
feses, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh juga
mempengaruhi proses defekasi.
c. Intake cairan
7. Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih
keras, disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat.
d. Aktivas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak
sepanjang kolon.
e. Fisiologis
Keadaan cemas, takut, marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga
menyebabkan diare.
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi. Laksatik
dan katarik dapat melunakkan feses dan mengakibatkan peristaltic. Tetapi
bila digunakan waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan tonus
otot sehingga usus menjadi kurang responsive terhadap stimulus insaktif.
Obat-obatan yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain: narkotik,
opiate, dan antikolinergik.
g. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur,
fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar,
h. Prosedur diagnostik
Pemeriksaan diagnostik tertentu, khususnya yang ditujukan untuk melihat
struktur saluran pencernaan, mengharuskan dilakukan pengosongan
lambung (mis, dengan enema atau katartik). Tindakn ini dapat
mengganggu pola eliminasi sampe klien dapat makan dengan normal.
Selain itu, prosedur pemeriksaan dengan barium dapat menambah
masalah. Sisa barium yang tertinggal dalam saluran pencernaan akan
mengeras dan menyebabkan impaksi usus.
i. Penyakit
8. Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
j. Anestesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi implus parasimpatis sehingga kadang-
kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini berlangsung 24-48 jam
yang disebut dengan ileus paralitik.
k. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti hemoroid, fraktur ospubis,
episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB.
l. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensorik untuk defekasi.
m. Posisi saat defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi ini
memungkinkan individu mengerahkan tekanan intraabdomen dan
mengerutkan otot pahanya sehinnga memudahkan proses defekasi.
C. Gangguan Pemenuhan kebutuhan dasar Eliminasi (BAB)
Masalah pada pola defekasi yaitu:
1. Konstipasi
gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras
melalui usus besar. Biasanya disebabkan pola defekasi yang tidak teratur,
penggunaan laksatif yang lama, stress psikologis, obat-obatan, kurang
aktivitas, usia.
2. Fecal imfaction
Masa feses keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi dan
akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh
9. konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas ,diet rendah serat, dan
kelemahan tonus otot.
3. Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat
cepatnya chime melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stress
fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.
4. Inkontinensia Usus
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas
melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah
anus. Penyebabnya karena penyakit-penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord, tumor spinter anus eksterna.
5. Kembung
Flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehinggan menyebabkan distensi
intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan
(barbiturate, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal),
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.
6. Hemmoroid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat pengikatan tekanan di daerah
tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat
defekasi, kehamilan, dan obesitas
10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian perawatan pada klien dengan gangguan eliminasi difokuskan pada riwayat
keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diangnostik. Sebelumnya lakukan
pengkajian pada identitas pasien.
1. Identitas Pasien
• Nama
• Alamat
• Umur
• Agama
• Jenis kelamin
• Diagnose medis
• Tanggal masuk rumah sakit
2. Identitas Penanggung jawab
• Nama
• Alamat
11. • Umur
• Hubungan dengan pasien
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Penyakit Sekarang
5. Riwayat Penyakit Dahulu
6. Riwayat Penyakit Keluarga
B. Pengkajian fungsional
Pengkajian fungsional menurut Gordon:
1. Persepsi terhadap kesehatan
2. Pola aktivitas dan latihan
3. Pola istrahat dan tidur
4. Pola nutrisi dan metabolic
5. Pola elimnasi
6. Pola kognitif dan konsptual
7. Pola konsep diri
8. Pola koping
9. Pola seksual reproduksi
10. Pola peran berhubungan
11. Pola nilai kpercayaan
C. Riwayat keperawatan
Pada riwayat keperawatan hal-hal yang harus dikaji antara lain:
1. Pola defekasi
a. Frekuensi (berapa kali perhari/minggu?)
b. Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?
c. Apa penyebabnya
2. Perilaku defekasi
12. a. Apakah klien menggunakan laxatif?
b. Bagaimana cara klien memperhatikan pada defikasi?
3. Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
Apakah anda memperhatikan adanya perubahan warna, tekstur (keras, lemah,
cair), permukaan, atau bau feses anda saat ini
4. Factor- factor yang mempengaruhi eliminasi
a. Menggunakan alat bantu BAB
- Apa yang anda lakukan untuk memperhatikan kebiasaan BAB normal?
- Menggunakan bahan-bahan alami seperti makanan/minuman tertentu atau
obat-obatan
b. Diet
- Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB?
- Makanan apa yang biasa anda makan?
- Beberapa kali anda makan dalam sehari?
c. Cairan
- Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum /dalam sehari?
(misalnya 6 gelas air, 2 cangkir kopi)
- Aktivitas dan latihan
- Pola aktivitas/ latihan harian apa yang biasa dilakukan?
d. Medikasi
- Apakah anda minum obat yang dapat mempengaruhi system pencernaan
(misalnya fe, antibiotic)
e. Stress
13. - Apakah anda merasakan stress, apakah dengan ini anda mengira
berpengaruh pada pola BAB (defekasi ) anda?
f. Ada ostomi dan penanganannya
- Apa yang biasa anda lakukan terhadap kolostomy anda?
- Jika ada masalah, apa yang anda lakukan?
- Apakah anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani kolostomy
anda? Bagaimana caranya?
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe. Pemeriksaan fisik abdomen terkait
dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan
pada saluran intestinal, auskultasi dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat
merubah peristaltic. Pemeriksaan rectum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi.
• Liat keadaan umum pasien, tinggi badan, berat badan, ukur tanda-tanda vital
• Lakukan pemeriksaan :
Kulit dan kuku
Kepala dan rambut
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Dada ( paru-paru, jantung, abdomen )
Genitalia
Ektremitas atas dan bawah
14. - Inspeksi feses
Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah,
bau dan adanya unsure-unsur abdomen.
E. Pemeriksaaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic saluran gastrointestinal meliputi visualisasi langsung/ tidak
langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsure-unsur yang tidak normal
F. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan fungsi : kelemahan otot abdominal, aktivitas fisik
tidak mencukupi
16. 1 Konstipasi berhubungan
dengan
• Fungsi:kelemahan
otot abdominal,
Aktivitas fisik tidak
mencukupi
• Perilaku defekasi
tidak teratur
• Perubahan
lingkungan
• Toileting tidak
adekuat: posisi
defekasi, privasi
• Psikologis: depresi,
stress emosi,
gangguan mental
• Farmakologi:
antasid,
antikolinergis,
antikonvulsan,
antidepresan,
kalsium
karbonat,diuretik,
besi, overdosis
laksatif, NSAID,
opiat, sedatif.
• Mekanis:
ketidakseimbangan
elektrolit,
hemoroid,
gangguan
neurologis,
obesitas, obstruksi
pasca bedah, abses
rektum, tumor
• Fisiologis:
perubahan pola
makan dan jenis
makanan,
penurunan
motilitas
gastrointestnal,
dehidrasi, intake
serat dan cairan
kurang, perilaku
makan yang buruk
DS:
- Nyeri perut
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Perasaan tekanan
pada
- Rectum
- Nyeri kepala
- Peningkatan
tekanan
- Abdominal
- Mual
- Defekasi dengan
nyeri
NOC:
• Bowl Elimination
• Hidration
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …. konstipasi
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
- Pola BAB dalam
- batas normal
- Feses lunak
- Cairan dan serat
- Adekuat
- Aktivitas adekuat
- Hidrasi adekuat
NIC :
Manajemen konstipasi :
- Identifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan konstipasi
- Monitor tanda-tanda rupture
bowel/peritonitis
- Jelaskan penyebab dan rasionalisasi
tindakan pada pasien
- Konsultasikan dengan dokter tentang
peningkatan dan penurunan bising
usus
- Kolaburasi jika ada tanda dan gejala
konstipasi yang menetap
- Jelaskan pada pasien manfaat diet
(cairan dan serat) terhadap eliminasi
- Jelaskan pada klien konsekuensi
menggunakan laxative dalam waktu
yang lama
- Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi
serat dan cairan
- Dorong peningkatan aktivitas yang
optimal
- Sediakan privacy dan keamanan
selama BAB
17. DO:
- Feses dengan
darah segar
- Perubahan pola
BAB
- Feses berwarna
gelap
- Penurunan
frekuensi BAB
- Penurunan volume
feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus
hipo/hiperaktif
- Teraba massa
abdomen atau
- Rectal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah
18. 3. Evaluasi
Hasil yang diinginkan :
1. Membuat pola reguler untuk defekasi
a. Mencakup waktu untuk defekasi sebagai bagian dari rutinitas harian
b. Berpartisipasi dalam program latihan reguler
c. Menghindari penyalahgunaan laktasi
d. Minum 8 sampai 2 liter setiap hari
e. Memasukkan makanan tingggi serat dalam diet seperti buah segar dan sayuran
f. Melaporkan feses yang berbentuk dan lunak setiap hari atau setiap 2 samapi 3
hari
2. Mendemonstrasikan pemahaman tentang tindakan yang tepat untuk mencegah
konstipasi.
a. Mengidentifikasi tindakan yang meningkatkan defekasi
b. Menjjelaskan pentingnya makan makanan tinggi serat dan cairan yang cukup
c. Menyatakan kebutuhan untuk memperhaikan dengan segera dorongn untuk
defekasi
d. Melakukan latihan pengerutan otot abdomen
3. Mengalami berkurangnya ansietas tentang fungsi usus
a. Mengidentifikasi tindakan yang tepat digunakan untuk mencegah atau
menghilangkan konstipasi
b. Menggali masalah dan pertanyaan tentang eliminasi usus normal
c. Mengubah gaya hidup untuk meningkatkan fungsi usus normal
d. Menghindari penggunaan laksatif kecuali diresapkan
19. 4. Tidak mengalami komplikasi
a. Tidak ada tanda da gejala kerusakan vaskuler dari hipertensi arterial yang
berhubungan dengan manuver valsalva
b. Tidak ada impaksi fekal
c. Tidak ada bukti fisura anal attau hemoroid
d. Tidak ada obstruksi usus yang berhubungan dengan megakolon
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta: EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Gibson, J. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta : EGG
Potter Perry. 2009. Fundamental keperawatan. Edisi 4 Volume 2. Jakarta,
penerbit buku kedokteran : EGC
20. Smeltzer Suzana. 2005. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
EGC
Tarwoto, Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika