2. Peritonitis adalah peradangan yang biasanya
disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga
perut (peritoneum)
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih
yang membungkus organ perut dan dinding
perut sebelah dalam
3. spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat
penyakit hati yang kronik.
proses infeksi atau proses steril dalam abdomen
melalui perforasi dinding perut, misalnya pada
rupture apendiks atau divertikulum colon.
iritasi bahan kimia, misalnya asam lambung dari
perforasi ulkus gastrikum atau kandung empedu
dari kantong yang pecah atau hepar yang
mengalami laserasi.
infeksi tuba falopi atau rupture kista ovarium.
penyebaran infeksi dari organ perut yang
terinfeksi.
perforasi lambung, usus, kandung empedu atau
usus buntu.
4. muntah darah,
mengeluarkan tinja yang kehitaman,
mengeluarkan darah dari rectum.
Tinja yang kehitaman biasanya merupakan akibat
dari perdarahan di saluran pencernaan bagian
atas, misalnya lambung atau usus dua belas jari.
Warna hitam terjadi karena darah tercemar oleh
asam lambung dan oleh pencernaan kuman
selama beberapa jam sebelum keluar dari tubuh.
Penderita dengan perdarahan jangka panjang,
bisa menunjukkan gejala-gejala anemia, seperti
mudah lelah, terlihat pucat, nyeri dada dan
pusing.
5. Prinsip umum terapi adalah pengganti cairan
dan elektrolit yang hilang yang dilakukan
secara intravena,
pemberian antibiotika yang sesuai,
dekompresi saluran cerna dengan
penghisapan nasogastrik dan intestinal,
pembuangan focus septic (apendiks, dsb)
atau penyebab radang lainnya,
bila mungkin mengalirkan nanah keluar dan
tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
6. Laparatomi
operasi yang dilakukan untuk membuka
abdomem (bagian perut). Laparatomi dilakukan
untuk memeriksa beberapa organ di abdomen
sebelah bawah dan pelvis (rongga panggul).
Operasi ini juga dilakukan sebelum melakukan
operasi pembedahan mikro pada tuba falopi.
Pembukaan rongga perut lewat irisan dibagian
depan perut untuk visualisasi isi rongga perut,
puntiran usus, kebocoran usus, maupun untuk
memperbaiki keadaan-keadaan tertentu di
rongga perut.
7. Anamnesa
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu;
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
8. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologi : rangsangan peritoneum oleh asam
lambung empedu dan enzim pacreas
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kegagalan dalam mekanisme pengaturan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan tidak mampuan
memasukkan makanan karena factor biologi
Gangguan pola tidur berhubungan dengan hal
yang mengakibatkan terjaga : nyeri
Kurang perawatan diri mandi / higyen
berhubungan dengan nyeri dan kelemahan
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif : tindakan laparatomi
9. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi :
rangsangan peritoneum oleh asam lambung empedu
dan enzim pankreas
Intervensi:
Lakukan pengkjian nyeri secara komperhensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan factor presipitasi
Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
Ajarkan tentang tehnik non farmakologi ( relaksasi
dan distraksi)
Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian dan
dosis optimal
Evaluasi aktifitas analgetik tanda dan gejala (efek
samping)
10. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kegagalan dalam mekanisme
pengaturan
Intervensi:
Monitor tanda-tanda vital
Monitor status dehidrasi
Monitor intake dan output
Monitor hasil laboratorium berhubungan
dengan retensi cairan (peningkatan BUN,
penurunan hematokrit)
11. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan tidak mampuan
memasukkan makanan karena factor biologi
Intervensi:
Ajarkan dan tanamkan konsep nutrisi sehat
kepada pasien.
Catat intake dan output cairan.
Catat intake kalori dalam makanan sehari-hari.
Berikan pilihan makanan.
Berikan makanan berprotein tinggi, kalori tinggi,
bergizi, dan minum.
Berikan perawatan mulut sebelum makan.
12. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hal yang
mengakibatkan terjaga : nyeri
Intervensi:
Pantau pola tidur dan lamanya tidur pasien.
Ciptakan lingkungan untuk mendukung tidur
pasien.
Berikan pijatan nyaman.
Anjurkan peningkatan lamanya tidur.
Berikan obat tidur.
Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai
kenyamanan, teknik peningkatan tidur, dan
perubahan gaya hidup yang dapat
mengoptimalkan tidur.
13. Kurang perawatan diri mandi/hygiene berhubungan
dengan nyeri dan kelemahan
Intervensi:
Bantu mandi di tempat tidur.
Mandikan dengan air dengan suhu yang nyaman.
Pantau kondisi kulit ketika mandi
Pantau kemampuan fungsi tubuh ketika mandi.
Bantu pasien sampai benar-benar mampu
melakukan perawatan diri.
14. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif : tindakan laparatomi
Intervensi:
Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi
seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor, dan
adanya fungsiolaisa.
Kaji warna kulit, kelembaban tekstur, turgor,
cuci kulit dengan hati-hati, gunakan hidrasi dan
pelembab seluruh muka
Gunakan setandar precaution dan gunakan srung
tangan selama kontak dengan darah, membrane
mukosa yang tidak utuh
Ajari pasien dan keluarga tentang tanda-tanda
gejala infeksi dan kalau terjadi untuk melapor
kepada perawat
Berikan terapi antibiotic sesuai instruksi