4. Small Intestine
Panjang berkisar antara 5-7 meters,
dan luas area mencapai 7-10m2
Terdiri dari 3 bagian utama yaitu :
Duodenum
Jejunum
Ileum
5. Fungsi fisiologis Jejunum and Ileum
1. Makanan mulai dipecah
2. Absorpsi nutrient dan sebagian
air
Absorpsi nutrient:
Lemak : bagian atas Ileum
Karbohidrat dan Protein : Ileum &
Jejunum
Garam : Ileum (& partially Colon)
Vitamin B12: terminal Ileum
Sekitar 8 litres diproduksi
perharinya, dan sekitar 7
litres di abrorspsi
Salvia: 1 litre
Gastric juice: 2 litre
Pancreatic juice: 1 litre
Bile: 1 litre
Intestinal juices: 3 litre
7. Large Intestine
Panjang 1-2 meters,
Divided into several sections:
Ascending
Transverse
Descending
Sigmoid
Rectum
Anus
8. Fisiologi Usus Besar
Fungsi utama:
• Penyerapan air, garam empedu dan elektrolit
• Reservoir untuk feses sampai mudah untuk
dievakuasi dari anus
12-18 hours
9. Gambaran Proses Eliminasi Fekal (Defekasi)
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum
Mekanisme defekasi: Makanan dicerna secara secara
kimiawi & diabsorbsi saripatinya di usus halus disalurkan
ke usus besar (air diabsorpsi)terjadinya gerakan
mencampur (haustrasi) oleh gerakan segmentasi dengan
konstriksi sirkular yang besar pada kolon dan kontraksi otot
longitudinal kolon gerakan mendorong (pergerakan
massa) tertampung di rektum
Tekanan untuk mengeluarkan feses dapat dilakukan dengan
meningkatkan tekanan intraabdomen atau melakukan
manuver valsava. Manuver valsava adalah kontraksi
volunteer otot-otot abdomen saat individu mengeluarkan
nafas secara paksa sementara glottis menutup (menahan
napas saat mengedan).
10. Lanjutan . . .
Di rektum terdapat 2 macam refleks:
1. Reflek defekasi intrinsik
Distensi rektum ransangan pada fleksus mesentikus
gerakan peristaltikfeses sampai anus sfingter internal
relaksasi.
2. Reflek defekasi parasimpatis
Saraf rektum terangsang jaras spinal dikembalikan ke
kolon desenden, sigmoid, rektum intensifnya peristaltik
relaksasi sfingter internal.
11. Akumulasi
massa feses
pd kolon
desenden
Feses terdorong
ke rektum shg
dinding rektum
mengembang
Menstimulasi
sistem saraf
simpatis pada
sakrum & spinal
cord
Peristaltik
meningkat,
kontraksi pd kolon
desenden &
sigmoid
bertambah
Spingter ani
internus
melemas
Spingter ani
eksternus
terbuka
Pengeluaran
feses (defekasi)
12. Feses
Warna cokelat kekuningan pada feses disebabkan sterkobilin
dan urobilin yang berasal dari bilirubin yang berasal hasil
fermentasi bakteri.
Susunan feses normal:
- ¾ air dan ¼ padatan.
- 30% bakteri.
- 10-20% lemak.
- 30 % serat makanan tak tercerna dan unsur kering dari
pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas).
- 2-3 % protein.
13. Karakteristik Normal Abnormal
Warna Dewasa: Cokelat
Bayi: Kuning
Putih/dempul, hitam/ spt
teh, merah, pucat, jingga
atau hijau
Konsistensi Memiliki bentuk lunak, semi
padat, berair
Keras, kering, diare
Bentuk Silindris (kontur rektum)
dengan diameter 2,5 cm pd
orang dewasa
Feses berdiameter
kecil,seperti
pensil/menyerupai benang
Jumlah Beragam sesuai dengan
diet (sekitar 100-400 gr)
Bervariasi. Bisa sedikit
atau banyak
Bau Aroma khas feses Berbau tajam
Kandungan Sejumlah kecil bagian kasar
makanan yang tidak
tercerna, bakteri mati & sel
epitel yang meluruh, lemak,
Nanah, lendir, parasit,
darah, lemak dalam jumlah
banyak, benda asing
Karakteristik Feses Normal & Abnormal
16. Konstipasi
Konstipasi merupakan suatu gejala dimana defekasi hanya terjadi
kurang dari tiga kali dalam 1 minggu
Tanda dan gejala konstipasi biasanya meliputi gerakan usus
yang tidak teratur, kesulitan mengeluarkan feses, mengedan
yang berlebihan, dan feses yang keras
Gangguan diet, menurunnya asupan cairan, kurang latihan,
kebiasaan menunda keinginan untuk defekasi, depresi, obat-
obatan, dan lain sebagainya, dapat menjadi penyebab terjadinya
konstipasi
17. Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses,
dan pengeluaran fesess yang tidak
berbentuk atau cair
Agen penyebab diare yang paling
banyak ditemui adalah Clostridium
difficile (C. difficile)
Iritasasi pada kolon dapat
meningkatkan sekresi mucus,
akibatnya feses menjadi encer dan
klien tidak mampu mengontrol hasrat
untuk buang air kecil.
18. Impaksi Fekal
Impaksi adalah kumpulann feses
yang mengeras didalam rektum
Tanda dari impaksi adalah
ketidakmampuan klien untuk
mengeluarkan feses selama
beberapa hari, meskipun telah
mencoba untuk defekasi.
Feses yang memiliki konsistensi cair
yang berada lebih tinggi di kolon,
mengalir disekitar massa yang
mengalami impkasi
19. Inkontinensia Fekal
Merupakan ketidakmampuan untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas dari anus
Kondisi fisik pada gangguan fungsi sfingter anal
menyebabkan inkontinensia. penyakit neuromuscular,
trauma spinalis dan tumor pada otot sfingter anal
eksternal
Kondisi yang dapat menyebabkan frekuensi,
pelepasan, volume yang banyak, tinja yang
encer.(penyebab diare) juga dapat menjadi faktor
predisposisi pada inkontinensia
20. Flatulens
Penumpukan/akumulasi gas pada lumen
intestinal yang tidak dapat keluar dan
menyebabkan peregangan dan distensi usus
Flatulens dapat menyebabkan perut terasa
penuh, nyeri
Penyebab berupa makanan seperti kol dan
bawang merah yang bergas, bedah abdomen
dan obat-obatan opiate, anastesi umum.
21. Hemoroid
Hemoroid adalah keadaan Vena yang berada pada
lapisan rektum berdilatasi dan menggelembung.
Hemoroid dapat disebabkan oleh meningkatnya tekanan
vena karena klien mengedan terlalu keras saat buang air
besar, kehamilan, gagal jantung, dan penyakit liver kronis
24. Anamnesa
Fokus pada pola dan kebisaan eliminasi bowel
Kaji pola eliminasi ?? Frekuensi dan waktu/ harinya
Kaji karakteristik feses ?? Skala bristol
Identifikasi rutinitas apa saja yg diikuti untuk
mempromosikan eliminasi yang normal ⇢ e.g minum air
hangat atau makanan tertentu
Kaji adanya penggunaan laksaktif, enema di rumah??
Kaji adanya bowel diversion dan statusnya ?? E.g
colostomy, ileostomy
25. Lanjutan
Kaji adanya perubahan
nafsu makan
Riwayat diet
Kaji Intake cairan per
harinya
Riwayat pembedahana atau
penyakit GI tract
Riwayat
medikasi/pengobatan
Kaji status emosional
Kaji aktivitas / exercise
Kaji adanya nyeri or
discomfort
Kaji sosial ekonomi
28. Rektum. Pemeriksa daerah sekitar anus untuk lesi,
perubahan warna,peradangan, dan hemoroid
Pemeriksaan Normal Abnormal
Lihat integritas kulit. Kulit tidak cacat
Warna sama
Terdapat ruam atau lesi
Kulit berkilau
menunjukkan asites,
edema
Lihat kontur abdomen
dan kesimetrisan.
Datar membulat(convex),
atau skapoid (concave).
Tidak ada pembesaran
hati atau limpa.
Kontur simetris.
Terdistensi
Ada pembesaran.
Asimetris, penonjolan
sekitar umbilukus,
inguinal, atau skar
kemungkinan ada hernia
atatu tumur.
Amati pegerakan
abdomen berhubungan
dg peristaltik.
Peristaltis terlihat pada
orang yang sangat kurus
Peristaltis yang tampak
pada orang normal
menunjukkan obstruksi
usus.
30. Pemeriksaan Normal Abnormal
Auskultasi bising usus,
gunakan diafragma
stetoskop. Memberikan
informasi pergerakan
cairan dan udara.
Terdengar setiap 5-
10 detik, sekitar 5-35
x/menit.
•Hipoaktif, sangat lemah dan
jarang (1 x/menit), menunjukkan
penurunanan motilitas usus yang
berhubungan dengan ileus
paralitik.
•Hiperaktif (setiap 3 detik)/
borborygmi. Menunjukkan
peningkatan motilitas
berhubungan dengan diare,
obstruksi usus awal, penggunaan
laksatif.
•Ketiadaan bising usus (tidak
terdengar selama 3-5 menit)
menunjukkan penghentian
motilitas usus.
Asukultasi bunyi
vaskular, menggunakan
bel stetoskop,
tempatkan pada aorta,
arteri renal, arteri iliaka,
dan arteri femoral.
Tidak ada bruit. Bruit terdengar keras di area
aorta, memungkinkan aneurisma.
Bruit di area arteri renal atau
iliaka.
31. PERKUSI
Pemeriksaan Normal Abnormal
Perkusi beberapa area di
tiap empat kuadran untuk
menentukan bunyi
timpani (gas pada usus
dan perut) dan tumpul
(penurunan atau
ketiadaan resonan karena
massa dan ciran).
Gunakan pola sistematis:
dimulai dari kuadran
kanan bawah, kanan
atas, kiri atas, dan kiri
bawah.
Timpani pada seluruh
perut.
Tumpul terutama para
hati dan limpa atau
kandung kemih yang
penuh.
Bunyi tumpul yang pada
area yang luas,
berhubungan dengan
keberadaan cairan atau
tumor.
32. PALPASI
Pemeriksaan Normal Abnormal
Palpasi ringan, untuk
mendeteksi massa, area
spasme muskular/
kekakuan, dan area yang
nyeri.
Palpasi dalam, untuk
menentukan ukuran dan
bentuk organ dan massa
abdomen.
Empuk(tenderness),
abdomen relax dan halus,
tegangan konsisten.
Tenderness dan
hipersensitif.
Terdapat massa dangkal.
Tegangan meningkat
pada area tertertu.
33. Pemeriksaan Laboratorium
Complete
blood count
Fungsi Hati :
AST, ALT
Elektrolit
Fungsi Bilier:
Bilirubin total,
Indirect, direct,
Amilase, lipase,
alkalin Pospat
Cancer Marker
CEA
Fecal occult
blood test
(FOBT)
Darah Samar
34. Pemeriksaan Laboratorium
• Spesimen Feses
– Inspeksi warna, bentuk, bau, kandungan feses
(ambil sekitar 2,5 cm feses atau 20-30 ml feses
jika feses cair)
• Fecal Occult Blood Test/Guaiac Test
– Untuk mendeteksi adanya darah dalam feses
(skrining kanker kolorektal) dengan reagen
khusus untuk mendeteksi adanya peroxidase
37. Foto Polos Abdomen
• Memvisualisasikan bagian anterior
dan posterior abdomen
• Untuk mendeteksi abnormalitas
seperti tumor, obstruksi, dan
striktur
Tujuan
• Klien yang akan menjalani
prosedur, menggunakan jubah/
gaun tanpa risleting, ikat pinggang
atau perhiasan
• Ibu hamil tidak dianjurkan
menjalani prosedur X-Ray
Implikasi
Keperawatan
38. Upper
Gastrointestinal
Series/Barium
swalow
• Memvisualisasikan perjalanan barium
yang ditelan ke dalam saluran
gastrointestinal
• Untuk mendeteksi striktur, ulcer,
tumor, polip, hiatal hernia, dan
gangguan motilitas
Tujuan
• Pastikan status NPO klien 6-8 jam
sebelum prosedur dilakukan
• Klien dianjurkan tidak merokok
sebelum prosedur
• Pemberian laxative dan manajemen
cairan bagi klien setelah prosedur
• Pengkajian abdomen dan monitor
feses klien setelah prosedur
Implikasi Keperawatan
39. Lower Gastrointestinal
Series/Barium Enema
• Visualisasi posisi, pergerakan, dan
pengisian kolon
• Untuk mendeteksi tumor, diverticula,
stenosis, obstruksi, inflamasi, ulcerative
colitis, dan polip
Tujuan
• Klien menjalani diet clear liquid 2 hari
sebelum prosedur
• NPO klien pada pagi hari saat prosedur
akan dilakukan
• Pemberian laxative, larutan pembersih
lambung, dan enema sore hari sebelum
tes dilakukan
• Bersihkan area rektum sebelum
prosedur lalu masukkan barium melalui
rektum
• Monitor feses klien, berikan cairan yang
adekuat dan laxative setelah prosedur
Implikasi keperawatan
40. Upper Endoscopy
• Pemeriksaan endoskopi saluran cerna
bagian atas memungkinkan lebih
banyak visualisasi langsung melalui
slang serat optik berlampu yang berisi
lensa, forceps, dan kuas untuk biopsi.
Tujuan
• Pasien diperintahkan untuk (NPO)
setelah tengah malam malam dan
sebelum pemeriksaan.
• Pasien melepas semua perhiasan atau
benda logam lainnya sebelum tes.
Implikasi keperawatan
41. USG
• Teknik ini menggunakan gelombang
suara frekuensi tinggi untuk echo off
organ tubuh, dan menggambarkan
organ
Tujuan
• Persiapan tergantung pada organ yang
akan divisualisasikan baik termasuk
persiapan NPO atau tidak
Implikasi keperawatan
42. CT Scan
• Visualisasi struktur abdomen 3
dimensi
• Menunjukkan ada tidaknya massa
abnormal
Tujuan
• Status NPO klien 2-4 jam sebelum
prosedur dilakukan
• Diet clear liquid pagi hari sebelum tes
dilakukan
• Amati jika terdapat alergi oleh
penggunaan media kontras klien
Implikasi keperawatan
43. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
• Pemeriksaan noninvasif
menggunakan magnet dan
gelombang radio untuk menghasilkan
gambar dari bagian dalam tubuh.
Tujuan
• NPO 4 sampai 6 jam sebelum
pemeriksaan.
• Tidak ada benda-benda logam,
termasuk benda logam pada pakaian,
Implikasi keperawatan
44. Sigmiodoscopy
• Untuk mendeteksi hemoroid, ulcerasi,
laserasi, tumor, polip, fisura, dan abses
pada sigmoid colon, rektum, dan anus
Tujuan
• Klien menjalani diet clear liquid 24 jam
sebelum prosedur
• Pemberian laxative pada malam hari
sebelum prosedur
• pemberian enema pada pagi hari
sebelum prosedur
• Klien diposisikan dalam posisi left lateral
knee to chest selama prosedur
• Setelah prosedur, klien diistirahatkan
dalam posisi supine
• Amati tanda-tanda perforasi pada klien
seperti perdarahan, nyeri, dan demam
Implikasi keperawatan
45. Colonoscopy
• visualisasi usus besar dengan
menggunakan endoskop fleksibel yang
dimasukkan melalui rektum
Tujuan
• Klien menjalani diet clear liquid 24 jam
sebelum tes dan NPO di pertengahan
malam sebelum prosedur
• Larutan pembersih lambung diberikan
pada malam hari sebelum prosedur
dilakukan
• Pemberian sedasi pada klien sebelum
prosedur
• Posisikan klien ke arah kiri dengan
menekuk lutut
• Monitor tanda vital klien untuk mengamati
respon vasovagal yang menimbulkan
hipotensi dan bradikardia
• Beritahukan klien bahwa flatus dan keram
akan terjadi beberapa jam setelah tes dan
darah mungkin akan keluar
• Amati komplikasi yang mungkin terjadi
seperti hemoragik atau nyeri hebat
Implikasi keperawatan
47. 2. Penatalaksanaan Keperawatan
Tujuan: memulihkan dan mempertahankan pola
eliminasi yang baik dan mencegah komplikasi yang
dapat terjadi akibat gangguan eliminasi tersebut.
Modifikasi Gaya Hidup
1. Diet
2. Asupan cairan
3. Aktivitas/latihan
4. Tindakan Pencegahan
48. 1. Diet
Makanan tinggi serat (konstipasi)
Makanan lunak, porsi sedikit tapi sering (diare)
Batasi makanan yang menghasilkamn gas
(kol, buncis, bawang merah)
2. Asupan cairan
Intake: 2000-3000 cc perhari (sesuai toleransi)
Hindari: cairan yang terlalu hangat atau terlalu
dingin, kafein dan minuman berkarbonasi
49. 3. Aktivitas/latihan
Posisi terlentang : klien menguatkan otot abdomen
dengan menariknya kedalam menahannya selama
10 detik kemudian merelaksasikannya ini harus
sebanyak 5 sampai 10 kali atau tergantung pada
kesehatan klien.
Posisi terlentang : kontraksikan otot paha dan tahan
selama 10 detik, ulangi latihan 5-10 kali, 4 kali
sehari, ini membantu klien yang tirah baring
mendapatkan kekuatan otot paha, sehingga
defekasi normal.
Ajarkan teknik massage abdoment, valsalva
maneuver, napas dalam
50. 4. Tindakan Pencegahan:
Management stres
Hindari kebiasaan minum alkohol dan merokok
Diskusikan kebiasaan defekasi
Modifikasi lingkungan
Jaga privasi klien
Ajarkan posisi BAB yang baik
Monitor integritas kulit
Monitor vital sign dan tanda-tanda dehidrasi
Kompres panas dan dingin jika nyeri
52. Digital Stimulation
Dilakukan pemecahan feses dengan jari.
Dilakukan setelah pemberian supositoria.
Supositoria merupakan sedian padat yang berbentuk
kerucut atau oval yang digunakan dengan cara
memasukkannya ke dalam rektum. Umumnya
supositoria melunak, meleleh, dan melarut pada suhu
tubuh. Jika feses menjadi keras dan tersangkut di dalam
rektum,
56. Analgesik nonopioid: Obat Antiinflamasi
Nonsteroid (OAINS).
Untuk skala nyeri ringan sampai sedang.
Tidak menimbulkan ketergantungan atau toleransi fisik.
Menjalankan fungsi antiinflamasi dan mencegah produksi
prostaglandin atau pelepasan serotonin.
Bekerja di bagian SST.
Efek samping dari OAINS ini berupa gangguan saluran
cerna, penglihatan kabur, gangguan fungsi ginjal dan
hati.
Contohnya : aspirin, Asetaminofen, Garam salisilat,
NSAID
57. Analgesik Opioid
Analgesic opioid digunakan untuk mengatasi nyeri skala sedang
hingga tinggi.
Analgesik opioid bekerja di system saraf pusat (otak dan medulla
spinalis).
Jenis obat golongan analgesic opioid yang paling sering digunakan
yaitu Morfin.
Opioid endogen mengikat pada reseptor …
Ketika pada medula spinalis menghambat pelepasan
neurotransmitter nosiseptor.
Menurunkan efek serotonin dan norepinefrin.
Efek gangguan pencernaan, mual dan muntah, sedasi, dan
58. Opioid Konstipasi
Opioid dapat meningkatkan tonus otot polos dan
menurunkan motilitas dari saluran gastrointestinal. Opioid
juga menghilangkan kontraksi peristaltic propulsive pada
usus halus dan besar, dan menghambat masuknya isi
lambung ke dalam duodenum.
59. Adjavu
Medikasi yang dikemabngakan memiliki kemampuan
untuk meredakan nyeri.
Contohnya: antidepresan, antiansietas.
Antidepresan jenis trycyclic antidepressant (TCAs)
seperti amitriptyline (Elavil).
Memblok serotonin dan epinefrin.
TCA dapat diberikan sebelum tidur.
60. Laksatif
Laksatif yaitu obat pencahar yang dapat melunakan
dan mencairkan feses. Laksatif dikontraindikasikan pada
pasien yang mengalami nyeri abdomen, mual, kram, dan kolik
yang tidak terdiagnosis.
61. Klasifikasi Contoh Kerja Pendidikan pasien
Bulk
forming
(pembentuk
massa)
Psyllium
hydrophilic
mucilloid
(Metamucil)
Derivate polisida dari
selulosa bergabung
dengan cairan usus
mengembangkan dan
merangsang peristaltic.
Gunakan dengan 240 cc air.
Laporkan jika terjadi distensi
abdomen dan flatus yang
abnormal.
Preparat
salin
Magnesium
hidroksida
Mengubah konsistensi
feses dengan mendorong
air kedalam usus dengan
osmosis dan merangsang
peristaltic. Terjadi dalam
2 jam.
Laksatif magnesium tidak
boleh digunakan pada pasien
insufisiensi ginjal. Tidak dapat
digunakan untuk jangka
panjang karena bersifat toksik.
62. Klasifikasi Contoh Kerja Pendidikan Pasien
Lubrikan Minyak
mineral
Hidrokarbon yang tidak dapat
di absorpsi melunakan feses
dengan melumasi mukosa.
Terjadi dalam 6-8 jam.
Tidak digunakan bersamaan
dengan makanan karena minyak
mineral dapat merusak absrospsi
vitamin dan memperlambat
pengosongan lambung.
Stimulant Bisakodil
(Dulcolax)
Mengiritasi epithelium kolon
dengan merangsang ujung
saraf sensorik dan
meningktakan sekresi
mukosa. Kerja terjadi dalam
6-8 jam.
Daoat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit pada
lansia. Tablet harus ditelan tidak
dikunyah. Hindari susu atau
antasida dalam 1 jam penggunaan
obat karena salut enteric dapat
larut sebelum waktunya.
63. Klasifikasi Contoh Kerja Pendidikan Pasien
Pelunak feses Dioktil sodium
sulfosuksinat
(Colace).
Melunakan dan
memperlambat
pengeringan feses;
memungkinkan air
memasuki feses
Dapat digunakan
dengan aman oleh
pasien gangguan
fungsi jantung atau
anoreksia).
Preparat osmotic. Pollietilenglikon dan
elektrolit (Colyte)
Membersihkan kolon
dengan cepat dan
menimbulkan diare.
Memerlukan waktu
yang lama untuk
menggunakan dengan
aman karena preparat
ini produk volume
besar. Mual dan
kembung dapat
terjadi.
64. Enema
Enema adalah suatu larutan yang dimasukan melalui
rectum dan anus hingga ke usus besar. Enema bekerja untuk
mendistensi usus dan kadang untuk mengiritasi mukosa usus
sehingga meningkatkan peristaltic dan eksresi feses dan flatus.
65. Enema Pembersih
Enema pembersih digunakan untuk mengeluarkan feses selama
pembedahan, sebelum pemeriksaan diagnostic dan keadaan konstipasi
atau impaksi. Volume maksimum yang dianjurkan adalah (1) Bayi 150 - 250
ml, (2) Toddler 250 – 350 ml, (3) Anak usia sekolah 300 – 500 ml, (4)
Remaja 500 – 750 ml, (5) Dewasa 750 – 1000 ml.
66. Enema lainnya
Enema karminatif
• Diberikan terutama
untuk
mengeluarkan
flatus.
Enema retensi
• Memasukan minyak
atau obat kedalam
reklum dan kolon
sigmoid.
• Melembutkan feses
dan melubrikasi
rectum serta
saluran anus
sehingga
memungkinkan
pengeluaran feses.
Enema Aliran Balik
• Digunakan cairan
100-200 ml yang
dimasukan melalui
rectum dan kolon
sigmoid sehingga
menstimulasi
peristaltic.
• Proses ini diulang
sebanyak 5-6 kali
sampai flatus
dikeluarkan dan
distensi abdomen
berkurang.
67. Diare (pengobatan penyakit
dasar)
Sumber infeksi
• Cacing/Helmintiasis
dengan oksamnikium,
metrifonat,
prazikuantel atau
niridazol.
• Parasit (protozoa)
dengan
metronidazole (flagyl),
quinarkin,
furozolidone.
Pengembalian cairan
elektrolit
• Oralit
• BB x 25-35 ml
• Sodium 2-3
meq/100ml H2O/hari
• Pottasium 1-2
meq/100ml/hari
73. Perawatan Stoma
Menilai stoma, kaji warna ⇛ Warna normal
adalah pink / merah.
Stoma berwarna ungu ⇛ mengindikasikan
penurunan sirkulasi ke stoma dan
membutuhkan perhatian segera.
Periksa area sekitar stoma untuk kerusakan
kulit, lesi atau iritasi.
Catatan warna, bau, jumlah, dan konsistensi
feses yg diekskresikan melalui ostomy.
Rekam lokasi stoma dalam catatan perawat
Anda